Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
PERAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA ANAK KELOMPOK A DI TK RINI 1 KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO RIYANTI BIYA JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Dra. Rena L Madina, M.pd Dan Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
ABSTRAK Riyanti Biya. 153 410 019. 2014 Skripsi. Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok A di TK Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo. Skripsi Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Pendidikan, Universitas Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Rena L. Madina M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin SE. M.si. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok A di TK Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok A di TK Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, serta teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi. Sumber data adalah guru. Analisis data dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok A di TK Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, yakni guru belum maksimal dalam menjalankan perannya dalam menerapkan pembelajran kooperatif di kelompok A. Dalam hal ini guru menghadapi beberapa kendala dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, karena pada umumnya anak masih bersifat individual. Kata kunci : Peran Guru, anak
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal dan meningkatkan motivasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi maupun anak sebagai penggarap ilmu pengetahuan. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru biasanya di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada anak didik. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya kesekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki anak didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan anak didik secara individu, karena antara satu anak didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Perlu kita ketahui, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar anak didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada anak didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa. Tugas utama guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan anak untuk mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah mendidik, mengajar, dan melatih agar muridnya kelak menjadi manusia yang pandai, terampil dan berbudi luhur. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, guru mampu menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan hidup, mendidik agar menjadi manusia yang berakhlak dan melatih para anak-anak agar mampu memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya bagi hidupnya kelak di masyarakat. Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
1. Pengertian Peran Pada umumnya guru adalah pendidik, yang telah mengikuti pelatihan khusus pada bidang perkembangan dan pendidikan anak,menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya yang dapat diandalkan bagi pengalaman pendidikan anak. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, eksistensi guru merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan yang harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukan sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat semakin berkembang. Guru adalah suatu profesi, jadi sebelum seorang menjadi guru haruslah terlebih dahulu menempuh jenjang pendidikan. Peran berarti laku, bertindak. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854). Sedangkan menurut Risan (2011:28-29) peran guru adalah kecerdasan anak, menyatakan guru merasa bahwa tugasnya sebagai pengajar adalah menyampaikan pelajaran kepada anak, sesudah itu menilai anak, apakah bahan yang disampaikannya telah di pahami atau tidak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Secara tradisional guru dapat diartikan sebagai seorang manusia yang berkompotensi memberikan atau menjadikan manusia yang belum mengetahui apa-apa menjadi mengetahui segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kebutuhan individu dimasa yang akan datang melalui pembelajaran yang berkualitas. Menurut Syaiful (2009: 21) Guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual atau klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sedangkan pendapat Mulyasa (2008: 37) dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Menyenangkan, guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan indikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahakn, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 tahun 2005: 2). Melalui pelaksanaan program bimbingan yang guru laksanakan di sekolah, maka akan mempermudah bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran karena guru akan mengenal peserta didik secara dekat dengan keunikannya sebagai individu, dengan demikian kendala yang terjadi pada peserta didik dapat teratasi. Menurut Iskandar (2009: 98) pengertian guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang orang yang Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
melaksanakan pendididkan. Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak, di dalam maupun di luar sekolah, serta memberikan ilmu pengetahuan, juga memberikan pendidikan dalam bidang apapun pada anak didik. 2. Pengertian Guru Setiap manusia memiliki sikap atau perilaku yang menggambarkan prilaku seseorang akan tetapi pada dunia pendidikan sikap guru dapat mempengaruhi tingkah laku anak didiknya, oleh sebab itu sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya, karena sikap seorang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didiknya. Pada saat ini banyak sikap dari seorang guru yang tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai faktor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan. Salah satu tugas guru memanusiakan manusia, sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena sikap seorang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-sehari oleh anak didiknya. Dompu dan Muhasir (2012). “Sikap yang harus dimiliki seorang guru”. Guru memiliki sikap khusus, mereka mampu melakukan hal yang luar biasa, menghadapi beberapa karakter anak di sekolah dengan sesuai tahap usia anak, tanpa mengeluh dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi mereka menjalani profesi tersebut dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Setiap individu diberi tugas atau kepercayaan pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukan kinerja atau kemampuan yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan tersebut. Kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan dengan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini, 2001: 20) Di dalam sekolah menjadi guru profesional sangatlah mudah namun menjadi guru yang disukai anak-anak sangatlah sulit karena tidak semua guru disukai oleh anak didiknya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa guru profesional tidak bisa menjadi guru favorit tapi kalu guru favorit akan menjadi guru profesional. Dibawah ini menjelaskan perbedaan antara guru profesional dan guru yang disukai anak-anak. 3. Pengertian Peran Guru Pada umumnya, peran guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran anak, meskipun tidak semua perbuatan belajar anak merupakan akibat guru yang mengajar. Secara sederhana Pullias dan Young, Manan, serta yelon dan weinstein (dalam mulyasa 2003: 37) dapat diidentifikasi sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
pengajar, pembimbing, pelatih penasehat, pembaharu, model, dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator. Menurut pendapat Catron (dalam Allen, 2009: 59) peran guru anak usia dini sebagai mentor atau fasilitator dan bukan penstransfer ilmu pengetahuan semata, karena ilmu tidak dapat di transfer dan guru kepada anak tanpa keaktifan anak itu sendiri. Oleh karenanya, penting bagi guru untuk dapat mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi suatu persoalan, menyediakan dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih berhasil membantu anak berpikir dan memebentuk pengetahuan, menggunakan berbagai metode belajar bervariasi yang memungkinkan anak aktif mengonstruksi pengetahuan. Jadi, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan mentor atau fasilitator bagi anak didik dalam membantu anak berpikir serta membentuk pengetahuan dengan menggunakan berbagai metode belajar yang bervariasi. Menurut Udin (2009: 40) bahwa rumusan profil tenaga pengajar (guru) ternyata bervariasi tergantung cara mempersepsikan dan memandang apa yang menjadi peran dan tugas pokoknya: a) Guru sebagai Pengajar, b) Guru sebagai Pengajar dan Pendidik. c) Guru sebagai Pengajar, Pendidik, dan agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat. d) Guru berkewenangan berganda sebagai Pendidik Profesional dengan bidang lain selain bidang kependidikan. Pendapat lain pun dikemukakan oleh Sumartini (2005: 47) yang mengatakan bahwa peran guru hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman, perasaanya melalui berbagai interaksi kepada guru maupun teman sebaya. Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut : a) Guru Sebagai Pendidik, Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. b) Guru Sebagai Pengajar, Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. c) Guru Sebagai Pembimbing, Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Dari beberapa peran guru di atas peneliti menetapkan tiga indikator yaitu Guru Sebagai Pendidik: mendidik tingkah laku anak agar tidak menyimpang, mendidik anak dapat
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
bekerjasama, mendidik anak dapat mandiri. Guru Sebagai Pengajar: mengajarkan materi pembelajaran kooperatif pada anak, mengajarkan keterampilan anak dalam berkomunikasi. Guru Sebagai Pembimbing: membimbing anak berinteraksi, membimbing anak bekerjasama. 4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif adalah merupakan metode atau strategi pembelajaran gotong royong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Menurut Anita Lie (2002 : 50) “Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama anak dalam tugas-tugas berstruktur”. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana anak belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang di persyaratkan. Menurut Slavin (2005: 1), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran diman siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2009: 1) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk member dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada peserta didi untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kelompok pula, seorang peserta didik akan menjadi sumber belajar bagi teman lainnya. Lie (dalam Wena Made, 200:189). Mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat sal8ing mengajari. Walaupun dalam pembelajaran kooperatif peserta didik dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar atau teman belajar lain”. Sugiyanto (2010: 37) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil anak untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Johnson (Johnson dalam Ismail, 2002: 12) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar anak dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Iskandar (2009: 98) Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan anak (peserta didik). Kegiatan belajar yang dilaksanakan anak di bawah bimbingan
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
guru, Guru bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pada saat mengajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk merancang sejumlah pengalaman belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pembelajaran gotong royong atau pengelompokkan atau tim kecil yang anggotanya terdiri dari 4-6 peserta didik untuk bekerja sama. Dalam bekerja sama yang bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain, dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya. 5. Komponen-Komponen Pembelajaran Kooperatif Rusman (2010: 1) Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni: a) cooperative test atau tugas kerja sama dan b) cooperative incentive structure, atau struktur insentif kerjasama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi anak untuk melakukan kerjasama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: a) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha individual, b) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, c) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, d) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, e) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan. Anita Lie (2007:29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asalasalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lundgren (dalam Isjoni, 2009) sebagai berikut: a) Para siswa memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam dan berenang bersama”; b) Para anak harus memiliki tanggung jawab terhadap anak lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab pada diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; c) Para anak harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama; d) Para anak membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di dalam kelompoknya; dan e) Para anak diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang saling bertatap muka yang artinya pembelajaran yang tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok tetapi pembelajaran yang membangkitkan motivasi anak untuk melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan kelompok dan tanggung jawab terhadap anak lain dan kelompoknya. 6. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
Johnson dan Smith dalam Miftahul Huda (2011:87) ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif. Empat diantaranya adalah: a) kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning), b) kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning), c) kelompok besar kooperatif (cooperative base group), d) gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning group). Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif di atas, memang masing-masing model memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri sehingga pada hakikatnya model yang paling tepat untuk setiap mata pelajaran sukar ditentukan. Begitu juga guru sukar menggunakan model yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Namun, dapat disimpulkan bahwa setiap model pembelajaran itu dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Sesuai dengan tujuan; b) Dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan guru; c) Tergantung dengan kemampuan siswa; d) Sesuai dengan besarnya kelompok; e) Melihat waktu pengumuman; f) Melihat fasilitas yang ada. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kooperatif time token yaitu model pembelajran yang menekankan pada kegiatan berkelompok dan masing- masing individu dalam kelompok harus berpartisipasi di dalam diskusi.(http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-pembelajaran-kooperatif.html) Adapun unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif lainnya yang di kemukakan oleh para ahli, yaitu : Menurut Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a) Anak harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b) Anak bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. c) Anak harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d) Anak haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e) Anak a kan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk sem ua anggota kelompok. f) Anak berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya. g) Anak akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Dari beberapa jenis-jenis pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan anak dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari anak dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal. 7. Ciri-Ciri Dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Stahl dalam Ismail (2002: 12) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah : (1) Belajar dengan teman. (2) Tatap muka antar teman. (3) Mendengarkan diantara anggota. (4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok. (5) Belajar dalam kelompok kecil. (6) Produktif
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
berbicara atau mengemukakan pendapat. (7) anak membuat keputusan. (8) anak aktif. Sedangkan menurut Johnson dalam Ismail (2002: 12) belajar dengan koopertif mempunyai ciri : (a) Saling ketergantungan yang positif. (b) Dapat dipertanggungjawabkan secara individu. (c) Heterogen. (4) Berbagi kepemimpinan. (5) Berbagi tanggung jawab . (6) Ditekankan pada tugas dan kebersamaan. (7) Mempunyai ketrampilan dalam berhubungan social. (8) Guru mengamati. (9) Efektifitas tergantung kepada kelompok. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) anak belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama. 2) Kelompok anak yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. 3) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok. Menurut Ibrahim (2000: 6) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan yang hendak dicapai : 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja anak dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. 2. Pengakuan adanya keragaman Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar anak dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial. 3. Pengembangan keterampilan social Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan social anak. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kinerja anak dan mengembangkan keterampilan sosial dalam tugas-tugas yang diberikan serta dapat menerima teman-teman sebayanya yang mempunyai perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan sosial. 8. Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Bagi AUD Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dapat meningkatkan kualitas peserta didik serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pembelajaran kelompok cenderung banyak digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Dalam pembelajaran kelompok sangat memungkinkan anak untuk mengumpulkan informasi dan Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
membangun pengetahuan secara bekerja sama. (http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/22/strategi-pembelajaran-kooperatif-cooperativelearning/). Berdasarkan penelitian Rong (2001 : 31) bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh bagi perkembangan anak yaitu : a) Pembelajaran kooperatif menekankan pada pengembangan kemampuan secara keseluruhan. b) Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah terobosan baru dalam mengkombinasikan ilmu pengetahuan dengan perkembangan kemampuan berpikir inovatif. c) Pembelajaran kooperatif membantu perkembangan anak didik dari biasa belajar pasif menjadi aktif. d) Pembelajaran kooperatif menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan dalam proses belajar anak. e) Pembelajaran kooperatif membantu untuk mengembangkan hubungan sosial anak. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam pembelajaran kooperatif bagi anak usia dini adalah guru mampu melatih sosial dan kemampuan bekerja sama. 9. Kajian Penelitian Yang Relevan Kajian yang relevan hasil penelitian yang sama sebelumnya dapat dijadikan tuntutan sebagai dasar berpijak. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Safinatur R, Ria. 2010 dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions dalam Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI di MAN Malang 1. Relevansinya dengan penelitian ini yaitu sama-sama merupakan penelitian pembelajaran kooperatif pada anak usia dini, sedangkan perbedaannya pada penelitian ini yaitu pada metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tehnik penelitian tindakan kelas atau yang lebih dikenal dengan istilah PTK. Pada penelitian ini yang diteliti adalah peran guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif pada anak usia dini. Salah satu kajian relevan lainnya adalah Marni lumulah. 2012 dengan judul Mengembangkan Kemampuan Sosial Anak Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok B Di TK Kartini Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. Relevansinya dengan penelitian ini yaitu sama-sama merupakan penelitian pembelajaran kooperatif pada anak usia dini, sedangkan perbedaannya metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tehnik penelitian tindakan kelas atau yang lebih dikenal dengan istilah PTK. Pada penelitian ini yang diteliti adalah Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Usia Dini. METODE PENELITIAN Penelitian ini di lakukan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok A. Alasan peneliti memilih tempat tersebut adalah berdasarkan pertimbangan sangat relevan dengan permasalahan melihat Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
peran guru dalam yang ada di sekolah tersebut. Peneliti melihat di TK tidak semua anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya, dan belum mampu bekerjasama dengan teman sebaya. Namun dalam kegiatan pembelajaran guru sudah memberitahukan dan melatih anak untuk bekerjasama dengan teman sebayanya, misalnya dengan meminjamkan peralatan tulis pada teman yang tidak punya, namun belum optimal . Struktur organisasi di TK tersebut antara lain kepala sekolah, guru PNS dan guru Honor. Suasana di sekolah sangat strategis karena anak-anak menyatu dengan alam yang dapat membantu proses pembelajaran.
HASIL PENELITIAN Berawal dari kegiatan Penelitian di Taman Kanak-Kanak Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, peneliti menggunakan observasi awal guna melihat lebih nyata tentang sikap guru dalam menumbuhkan percaya diri anak. kegiatan ini lebih fokus mengamati bagaimana sikap guru dalam menumbuhkan percaya diri di Taman Kanak-Kanak Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di di Taman Kanak-Kanak Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dalam proses belajar sambil bermain dari 34 anak kelompok A teryata tidak semua anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya, dan belum mampu bekerjasama dengan teman sebaya. PEMBAHASAN Berdasarkan kajian hasil penelitian mengenai peran guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif pada anak maka pembahasan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Guru sebagai pendidik Guru sebagai pendidik dalam hal ini guru mendidik anak bekerja sama yakni dengan memberikan kata-kata yang menyentuh pada anak, mengarahkan serta mencontohkan perbuatanperbuatan yang baik pada anak pula agar mereka tidak saling mengejek satu sama lain sehingga dapat bekerja sama dengan baik saat pembelajaran berlangsung. Peran guru sebagai pendidik yang dilaksanakan pada TK Rini 1 yakni guru selalu memberikan contoh yang baik, mengarahkan dan memperlihatkan berperilaku baik dihadapan anak-anak, agar dapat ditiru oleh mereka. Anak-anak selalu meneladani setiap tingkah laku guru, jadi guru harus menjadi teladan dan panutan yang baik bagi anak didik. Keteladan guru saat ini sangat dibutuhkan diberbagai kalangan, karena keteladanan seorang guru mampu menjadikan inspirasi diberbagai kalangan khususnya bagi anak didik dikehidupan yang akan datang.
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
Peryataan tersebut diperkuat oleh beberapa orang tua anak didik yang menyatakan bahwa guru memberi teladan yang baik di dalam maupun di luar sekolah. Pendapat ini sejalan dengan teori sumartini (2005: 45) sebagai pendidik guru harus menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. 2. Guru sebagai pengajar Peran guru sebagai pengajar sangat penting sehingga itu tugas pembelajaran yang guru berikan di sesuaikan dengan kemampuan anak. Guru juga selalu berupaya memberitahukan kepada anak bahwa pembelajaran kelompok itu bukan untuk seorang saja tetapi tanggung jawab dari seluruh anggota kelompok. Serta mengarahkannya agar terarah dengan baik sehingga setiap aktivitasnya berkembang secara bertahap dan maksimal. Dari hasil penelitian peran guru sebagai pengajar dalam menerapkan pembelajaran kooperatif pada anak kelompok A di TK Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya yakni guru ini telah melaksankan perannya dalam menerapkan pembelajaran kooperatif anak agar anak memiliki kecerdasan, tanggung jawab dan keterampilan melalui berbagai pendekatan bagi anak baik setiap individual maupun berkelompok sehingga dapat di kontrol dan di arahkan. Tetapi guru mengakui bahwa belum semua anak bisa menerapkan pembelajaran kooperatif. Hal ini menjadi satu motivasi guru untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan kualitas guru untuk selanjutnya dalam mengembangkan berbagai aspek pembentukan pengembangan anak. Dan guru tetap terus berusaha memotivasi anak didiknya agar anak didiknya kelak bisa berguna bagi nusa dan bangsa. Dan peryataan ini diperkuat oleh salah satu orang tua anak yang menyatakan bahwa guru memberikan pengajaran yang mudah di pahami dan dimengerti anak. Dan dari pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Martini (2005 : 47) peranan guru sebagai pengajar dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. 3. Guru sebagai pembimbing Guru sebagai pembimbing, sangat dibutuhkan bagi anak didik, karena kehadiran guru sebagai pembimbing di sekolah tidak lain untuk membimbing anak, dalam hal ini tugas guru membimbing agar anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya. Guru melakukan komunikasi dan pendekatan kepada anak, memberikan kesempatan untuk tampil,berkomunikasi dengan anak yang sudah mampu dan setelah anak berusaha untuk berkomunikasi maka guru memberikan pujian dan motivasi. Peran guru sebagai pembimbing yang dilaksanakan di TK Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya untuk menerapakan pembelajaran kooperatif pada anak yakni membimbing dan mengarahkan anak agar mau peduli terhadap orang lain, mau bekerja sama dengan teman sebayanya, serta memilik rasa tanggung jawab yang kuat. Apabila ada anak yang melakukan
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
kesalahan guru selalu mensehati dan mengarahkan anak agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Selama guru menerapkan pembelajaran kooperatif guru terus mencari solusi guna memecahkan masalah yang dihadapi pada saat pembelajaran. Dan peryataan ini diperkuat oleh salah satu orang tua anak yakni guru selalu membimbing anak didiknya yang belum mampu berdiri sendiri. Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Martini (2005 : 47) guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Peran Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Pada Anak Kelompok A di TK Rini 1 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dilakukan melalui tiga peran yakni : 1) Peran guru sebagai pendidik dilakukan dengan cara menarik perhatian anak dalam pembelajaran kooperatif, mendidik anak agar mau bekerja sama, menjadi anak yang tidak egois, dapat berbagi tanggung jawab dengan teman sebayanya, dan mendidik anak agar lebih produktif dalam berbicara. 2) Peran guru sebagai pengajar dilakukan dengan cara mengajarkan pembelajaran kooperatif pada anak, mengajarkan keterampilan dalam berhubungan sosial, mengajarkan anak lebih aktif dalam pembelajaran, mengajarkan pembelajaran kooperatif pada anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri, mengajarkan anak saling menghargai satu sama lain. 3) Peran guru sebagai pembimbing dilakukan dengan cara membimbing anak berinteraksi dengan teman sebayanya, membimbing anak agar mau bekerja sama, mau berbagi dengan teman sebayanya, menanamkan rasa disiplin diri, dan berani bertanggung jawab. Saran Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka di sarankan agar guru kelompok A dapat melaksanakan peranannya dengan lebih maksimal baik sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing serta tetap terus menerapkan pembelajaran kooperatif pada anak dengan terus membimbing, mengarahkan, dan menasehati dengan penuh kesabaran. DAFTAR PUSTAKA Hernawan, Asep Herry. dkk. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si
Dimayati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nurhadi dan Senduk Agus Gerrad. 2003, Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Fathurrrohman, Pupuh. AA Suryana dan Fenny Fatriany. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Mulyasa, enco. 2003. Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. Rosta Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Saputra, M. Yudha. 2005. Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan anak, TK. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Dirpem Pendidikan Tenaga Kependidikan & Ketenangan Perguruan Tinggi. Sri Anitah, W. dkk. 2008. Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sugiyono. 2009. Metode penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005, Guru Dan Anak Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Riyanti Biya 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Rena L Madina, M.pd dan Pembimbing II Nunung Suryana Jamin, S.E, M.Si