e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BAMBOO DANCING BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA LISAN ANAK KELOMPOK B3 TK WIDYA SANTHI DENPASAR Md Pramesti Yogidibrata1, Ni Wyn. Suniasih2, I Wyn. Darsana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan setelah penerapan model pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar pada anak kelompok B3 Semester 2 di TK Widya Santhi Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B3 TK Widya Santhi Denpasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah anak kelompok B3 TK Widya Santhi Denpasar yang berjumlah 23 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Objek penelitian adalah perkembangan bahasa lisan anak. Pengumpulan data tentang perkembangan bahasa lisan menggunakan instrumen berupa lembar observasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah motode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan mean hasil belajar berdasarkan data perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 TK Widya Santhi Denpasar yang ditunjukkan pada siklus I, M% = 61,07% pada kategori rendah dan pada siklus II, M% = 83,45% pada kategori tinggi. Terjadi peningkatan perkembangan bahasa lisan dengan penggunaan media gambar mencapai 22,38%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 Semester 2 TK Widya Shanti Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Kata-kata kunci : model perkembangan bahasa lisan.
pembelajaran
bamboo
dancing,
media
gambar,
Abstract This study aimed to ascertaining the improvement of oral language development after the implementation of bamboo dancing learning model assisted with picture media on group B3 children at second semester TK Widya Santhi Denpasar in school year of 2014/2015.This study was conducted to group B3 children TK Widya Santhi Denpasar. This type of research was a classroom action research (CAR) conducted using two cycles. Each cycle consisted of four phases planning, action, observation, and reflection. The subject in this study was the group B3 children TK Widya Santhi Denpasar which have 23 children that is dominated by 15 male children and 8 famale children.The object of this research was children oral language development. The collection of data on oral language development used an instrument was observation sheet and interview. The data method analysis used descriptive statistical analysis method and quantitative descriptive analysis method. The result of data analysis in this research show that there is on average percentage an improvement of the mean of learning outcomes based on data from the oral language development group B3 children TK Widya Santhi Denpasar
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) which showed in the first cycle was about 61,07% in the low category and the second cycle is about 83,45% in the high category. Therefore, there is an improvement of oral language development through the implementation using picture media is about 22,38%. It can be concluded that the implementation of bamboo dancing learning model using picture media can improve oral language development on group B children at second semester TK Widya Shanti Denpasar school year 2014/2015. Keywords : bamboo dancing learning model, picture media, oral language development
PENDAHULUAN Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar menjadi manusia kecil, memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, anak seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. “Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah, merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar” (Sujiono, 2009:6). Usia dini yaitu dari lahir sampai enam tahun, yang merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia dini juga merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Selain itu, secara naluriah anak aktif bergerak. Anak akan menuju ke mana saja sesuai dengan minat dan kesenangannya. Dengan aktivitas tersebut anak memenuhi kebutuhan perkembangan dan belajarnya. Belajar bagi anak juga akan terjadi sebagai akibat dari partisipasinya dengan anakanak lain sebayanya serta orang-orang terdekatnya termasuk guru dan orang tuanya. Anak usia dini belajar dari pengalaman langsung, oleh karenanya kekhasan belajar mereka adalah melalui aktivitas atau kegiatan langsung (hands on) dan berkaitan dengan minat dan pengalamannya sendiri. Anak senang mengulang-ulang berbagai kegiatankegiatan atau permainan yang sama. Oleh
karena itu hendaknya pendidik dapat memfasilitasinya melalui kegiatan yang memberikan kesempatan karena anak-anak senang mengenal dan mengidentifikasi benda-benda yang berada di lingkungan sekitarnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 menyatakan,Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan prilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilainilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidikan dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, hendaklah
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak. Taman kanak-kanak atau TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini yakni usia empat sampai enam tahun dalam bentuk pendidikan formal. Dalam Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan anak TK. Pada jenjang pendidikan anak usia dini, ada beberapa tingkat pencapaian perkembangan yang harus dicapai seorang anak. Adapun salah satu lingkup perkembangan adalah perkembangan bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang penting bagi seorang anak terutama pada jenjang usia dini. Bahasa merupakan suatu bentuk menyampaikan pesan terhadap segala sesuatu yang diinginkan. Dengan bahasa, orang tua atau pendidik akan tahu apa yang menjadi keinginan anak. “Pada hakikatnya bahasa adalah bunyi ajar atau lisan” (Mulyati, 2009:2.3). Secara umum dalam kehidupan sehari-hari bila ditinjau dari segi media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa kita menggunakan dua ragam bahasa yaitu ragam bahasa lisan dan tulisan. Ragam bahasa lisan atau perkembangan bahasa lisan merupakan kemampuan berbahasa yang dikuasai anak. Perkembangan bahasa lisan atau komunikasi merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak usia dini yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Bahasa adalah simbolisasi dari sesuatu ide atau suatu pemikiran yang ingin dikomunikasikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui kodekode tertentu baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa lisan digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan. Oleh sebab itulah
masalah ini mendapat perhatian besar. Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif sejak lama. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit hal yang kita ketahui mengenai proses aktual perkembangan bahasa. Agar anak mencapai perkembangan yang optimal maka perlu adanya model, metode dan media yang dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan anak terutama perkembangan bahasa anak, dalam hal ini media yang akan digunakan dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak khususnya bahasa lisan seperti media visual yang berupa gambar. Menurut Daryanto (2012:19) menyatakan bahwa “media gambar adalah suatu media berupa bahasa bentuk atau rupa yang umum”. Dengan bantuan media gambar tersebut anak-anak dapat berbagi informasi, bercerita, serta mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru. Ditunjang dengan model pembelajaran yang beragam sehingga dapat memudahkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Guru hendaknya dapat memilih strategi pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu sebagai salah satu cara lain untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak terutama dalam bahasa lisan atau berkomunikasi ialah dengan menggunakan model pembelajaran bamboo dancing (tari bambu). “Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengajak anak berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potongan bambu yang digunakan dalam tari bambu Filipina yang juga popular di beberapa daerah di Indonesia” (Huda, 2013:250). “Strategi ini memungkinkan anak untuk saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur” (Suyatno, 2009:69). Maka dari itu model bamboo dancing tersebut dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengembangkan bahasa lisannya, kreativitas anak dalam menceritakan dan membagi informasi. Jadi dapat disimpulkan penerapan model kooperatif, terutama model pembelajaran bamboo dancing akan mampu memberikan hasil yang lebih
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) optimal dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak usia dini. Berdasarkan hasil observasi tanggal 6 Oktober 2014 dan wawancara dengan guru Ni Made Suci, S.Pd.AUD dan Ni Nyoman Sumiati, S.Pd di TK Widya Santhi Denpasar ditemukan bahwa perkembangan bahasa lisan anak belum berkembang dengan optimal. Adapun hambatan yang sering ditemukan oleh guru dalam perkembangan bahasa lisan yaitu kurangnya media dan model pembelajaran yang inovatif untuk dapat menunjang kegiatan pembelajaran sehingga nilai perkembangan anak masih perlu dikembangkan secara optimal. Berdasarkan uraian di atas maka diterapkan salah satu model pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3. Dipilihnya model pembelajaran bamboo dancing ini karena adanya struktur yang jelas dan memungkinkan anak untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberikan kesempatan pada anak untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, dibantu dengan media gambar yang konkrit akan memudahkan diterapkan model pembelajaran ini di TK. Untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Bamboo Dancing Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa Lisan Anak Kelompok B3 Semester 2 TK Widya Santhi, Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015”. METODE Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di TK Widya Santhi, Denpasar tepatnya di jalan Diponogoro gang Pantus Sari Pedungan. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester 2 di TK Widya Santhi Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, yang terdiri dari siklus I pada tanggal 16,17,18 dan 20 Februari 2015 dan siklus II pada tanggal 23 – 24 Februari 2015 dan 2 – 3 Maret 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-
anak kelompok B3 Semester 2 TK Widya Santhi, dengan jumlah anak sebanyak 23 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Alasan melakukan penelitian dikelompok B3 karena perkembangan anak belum berkembang secara optimal. Adapun objek penelitian ini adalah model pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar dan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 Semester 2 TK Widya Santhi Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas merupakan usaha yang dapat digunakan sebagai cara untuk melakukan kegiatan penelitian terhadap masalah yang dihadapi dalam praktik pembelajaran yang dilakukan pada saat mengajar di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap penelitian tindakan kelas, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya. “Penelitian tindakan kelas yakni suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas” Suhardjono (dalam Dimyati, 2013:116). Sedangkan menurut Agung (2012:24) bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”. Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan di dalam kelas berupa tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran bamboo dancing. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara bersiklus, masingmasing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi (Arikunto,2009:6). Rencana tindakan siklus I dapat dilihat melalui prosedur penelitian tindakan kelas yaitu tahap rencana tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat-
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) perangkat pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah melakukan analisis kurikulum untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak, menyusun Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang diterapkan kepada anak dengan menggunakan model pembelajaran bamboo dancing dan media gambar, menyiapkan alat dan bahan yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran, mengatur posisi anak melaksanakan kegiatan pembelajaran dan membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran dengan langkahlangkah sesuai dengan model pembelajaran bamboo dancing. Secara garis besar, tahapan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran bamboo dancing. Penyajian kelas dalam model pembelajaran bamboo dancing sama dengan metode inside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau guru bisa juga menggunakan media pembelajaran sesuai dengan tema atau materi yang akan di bahas bersama-sama dan dapat mengajak anak untuk saling berinteraksi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur dan kemampuan kognitif dan bahasa yang telah dipahami anak agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. Kelompok disusun dengan beranggotakan separuh kelas (atau seperempat jika jumlah anak telalu banyak) berdiri berjajar saling berhadapan hal ini dilakukan agar anak dengan mudah menyampaikan informasi yang akan dibahas pada hari itu. Instrumen pada penilaian ini dirancang sesuai dengan data yang ingin diperoleh di lapangan, yang terdiri dari instrumen untuk mengetahui perkembangan bahasa lisan anak, sudah berkembang dengan optimal atau belum berkembang. Pada kegiatan observasi, pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran yang meliputi aktifitas anak, pengembangan materi dan hasil belajar
serta mengamati perilaku anak dalam proses pembelajaran. Mengobservasi proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar dan memberi penilaian terhadap anak meliputi proses dan hasil pembelajaran yang dikumpulkan. Refleksi dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada siklus I tentang perkembangan bahasa lisan anak. Hasil renungan dan kajian ini, menjadi acuan untuk dicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam tindakan penelitian kelas siklus II. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian, diperlukan suatu metode tertentu untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan metode observasi. Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang sangat efektif. Menurut Agung (2012:62) “metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat”. Pada penelitian ini wawancara dipergunakan untuk melengkapi data hasil observasi sehingga mendapatkan data atau informasi yang lebih terperinci. Di dalam metode ini yang di wawancarai adalah guru kelas dan anak. Guru diwawancarai mengenai kondisi kelas dan perkembangan bahasa lisan masing-masing anak sebelum diterapkan model pembelajaran bamboo dancing. Setelah mewawancarai guru kelas barulah dalam penelitian ini anak yang diwawancarai, hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang ranah afektif seperti anak merasa tertarik atau termotivasi dalam pembelajaran dengan tindakan ini setelah diterapkan model pembelajaran bamboo dancing. Hasil penilaian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan dari aspek kognitif dan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) afektif. Dalam hal ini aspek afektif seperti karakter anak yang ingin dikembangkan dikumpulkan melalui metode observasi. Afektif merupakan salah satu bagian dari hasil penilaian yang mencakup sikap dan perilaku anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis observasi sistematis yakni dengan menggunakan pedoman observasi sebagai instrumen pengamatan. Observasi dapat mengukur atau menilai kemampuan dan proses belajar seperti tingkah laku anak pada waktu belajar, kegiatan diskusi anak dan partisipasi anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi pada perkembangan bahasa lisan anak. Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran menggunakan media gambar. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif
dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012:67) bahwa metode analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti, distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median dan modus untuk menggambarkan suatu objek/variable tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Menurut pendapat Agung (2010:9) menyatakan bahwa “metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan bahasa lisan anak Taman Kanak-kanak dengan berbantuan media gambar melalui model pembelajaran bamboo dancing. Berikut disajikan tingkatan perkembangan bahasa lisan anak dapat ditentukan dengan membandingkan rata-rata persen ke kriteria pada Tabel 1
Tabel 1. Pedoman PAP skala lima Tingkat Penguasaan (%) 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Kriteria Pekembangan Bahas Lisan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sebagai suatu tolak ukur dalam penelitian ini akan ditetapkan indikator keberhasilan. Berdasarkan tabel pedoman
PAP, penelitian ini berhasil jika terjadi peningkatan perkembangan bahasa lisan minimal dalam katagori tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilaksanakan di TK Widya Santhi Denpasar dengan jumlah anak sebanyak 23 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Data yang dikumpulkan adalah data tentang perkembangan bahasa lisan anak
setelah diterapkan model bamboo dancing berbantuan media gambar. Dari data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis stasistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kegiatan penelitian ini dilakukan dari bulan Ferbuari sampai Maret 2015. Hasil penelitian siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu empat kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) langsung melaksanakan penilaian pada setiap akhir pertemuan terhadap perkembangan bahasa lisan pada anak kelompok B3 yang berjumlah 23 anak. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan dari hasil analisis data diperoleh M = 61,07; Md = 60,39, dan Mo = 59,7 sehingga Mo=59,7< Md=60,39<M=61,07 yang menunjukkan kurve juling positif yang berarti sebagian besar skor pada siklus I cenderung rendah. Berikut akan disajikan gambar grafik polygon perkembangan bahasa lisan B3 semesefer II TK Wiidya Santhi Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 pada siklus I yang menunjukkan kurve juling positif tersedia pada gambar 1
10 8 6 4 2 0 51,5
55,5
59,5
63,5
67,5
71,5
M = 61,07 Md =60,39 Mo = 59,7
Gambar 1. Grafik polygon perkembangan bahasa lisan siklus I Sedangkan untuk menghitung tingkat perkembangan bahasa lisan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan Kriteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% = 61,07% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, M% berada pada tingkat penguasaan 55-64%, yang berarti perkembangan pada siklus I berada pada kriteria rendah. Dari hasil observasi yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan perkembangan bahasa
lisan anak masih berada pada kategori rendah. Dengan demikian masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang ditemukan saat penerapan siklus I adalah anak masih bingung dan belum terbiasa dengan model pembelajaran bamboo dancing sehingga saat diberikan intruksi anak sulit memusatkan perhatian atau kurang konsentrasi, beberapa anak masih keliru dalam mencari pasangannya sehingga perlu dipandu dan tidak semua anak tertarik dengan media gambar serta menyukai media gambar karena ada beberapa anak yang lebih suka melihat benda konkrit atau benda yang nyata. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif agar anak dapat berkonsentrasi secara maksimal dan menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian anak lebih memahami dan terbiasa dengan pembelajaran yang dilaksanakan, memberikan contoh berulang kali agar anak mengerti dan tidak keliru lagi dan membuat media gambar lebih menarik lagi sehingga materi yang dibawakan adalah hal-hal yang dekat dengan anak. Hasil penelitian siklus II dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu empat kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan langsung melaksanakan penilaian pada setiap akhir pertemuan terhadap perkembangan bahasa lisan pada anak kelompok B3 yang berjumlah 23 anak. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan dari hasil analisis data diperoleh M = 83 45; Md = 84,06 dan Mo = 84,7 sehingga Mo=84,7>Md=84,06>M=83,45 yang menunjukan kurve juling negatif yang berarti sebagian besar skor pada siklus II cenderung tinggi. Berikut akan disajikan grafik polygon perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 Semester 2 TK Wiidya Santhi Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 pada siklus II yang menunjukkan kurve juling negative tersedia pada gambar 2
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
10 8 6 4 2 0 72,5
76,5
80,5
84,5
88,5
92,5
Mo = 84,7 Md = 84,06 M = 83,45
Gambar 2. Grafik polygon perkembangan bahasa lisan siklus II Untuk menghitung tingkat perkembangan bahasa lisan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima, nilai M% = 83,45% yang dikonversikan ke dalam (PAP) skala lima, M% berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti perkembangan pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan siklus II telah terjadi peningkatan pada perkembangan bahasa lisan anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II. Anak yang awalnya acuh dan kurang berkonsentrasi sudah mulai bisa memusatkan perhatiannya. Anak yang awalnya mengalami kesulitan dalam proses perpindahan untuk mencari pasangannya, akhirnya dapat mencari pasangan dengan tepat. Secara garis besar proses
pembelajaran sudah dapat berjalan sesuai rencana sehingga peningkatan terhadap perkembangan bahasa lisan anak dapat tercapai Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai disiklus II sehingga tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Ringkasan hasil penelitian pada refleksi siklus II juga dilakukan refleksi akhir yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum mengenai hasil penelitian berkaitan dengan hasil perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 Semester 2 TK Widya Santhi Denpasar tahun pelajaran 2014/2015. Dimana dalam penelitian ini. dalam dua siklus menunjukkan terjadinya peningkatan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 Semester 2 TK Widya Santhi dengan menerapkan model pembelajaran bamboo dancing. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus diperoleh rata-rata persentase, M% = 61,07% pada kategori rendah dan rata-rata persentase pada siklus II, M% = 83,45%. pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan persentase rata-rata anak dari siklus I ke siklus II mencapai 22,38%. Ringkasan hasil perkembangan bahasa lisan yang dicapai selama penelitian ini disajikan pada tabel 2
Tabel 2. Ringkasan Hasil Perkembangan Bahasa Lisan Tahapan Siklus I Kategori Siklius II Kategori Mean/Rata-rata 61,07 Rendah 83,45 Tinggi M(%) 61,07% Rendah 83,45% Tinggi Median (Md) 60,07 84,06 59,7 84,7 Modus (Mo)
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan terjadinya
peningkatan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 Semester 2 TK Widya Santhi dengan menerapkan model pembelajaran bamboo dancing. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) diperoleh M%= 61,07% pada kategori rendah dan pada siklus II M% = 83,45%. pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan Mean anak dari siklus I ke siklus II mencapai 22,38%. Hasil ini dikarenakan diterapkannya model pembelajaran bamboo dancing sehingga terjadi peningkatan perkembangan bahasa lisan secara efektif. Hasil ini didukung oleh pendapat Huda (2013:250) “bahwa keunggulan model pembelajaran bamboo dancing adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan anak untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberikan kesempatan pada anak untuk mengelola informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.” Selain sejalan dengan para ahli temuan penelitian ini juga sejalan dengan hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kardiana Metha Rozhana (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan model tari bambu pada pembelajaran berbicara untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif anak kelas V SDN 2 Pringapus Kabupaten Trenggalek menyatakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran tari bambu, kemampuan berpikir kreatif anak meningkat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tari bambu dalam peningkatan pembelajaran IPA siswa kelas III SDN 3 Grenggeng bahwa hasil belajar (posttest) IPA anak kelas III meningkat. Dengan meningkatnya perkembangan bahasa lisan anak akan mudah dalam beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Dengan demikian perlu diterapkan model pembelajaran bamboo dancing untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan secara berkelanjutan dan intesif. Demikian juga diterapkan pada aspek bahasa yang lain. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Terjadi peningkatan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 Semester 2 TK Widya Shanti Denpasar setelah diterapkan model
pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar mencapai 22,38%. Ini terlihat dari peningkatan persentase ratarata perkembangan bahasa lisan anak pada siklus I, M% = 61,07% menjadi M% = 83,45% pada siklus II yang ada pada kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran bamboo dancing berbantuan media gambar dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok B3 semester 2 TK Widya Santhi Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan simpulan, dapat diajukan saran-saran. Kepada guru disarankan dapat menerapkan model pembelajaran bamboo dancing dengan media gambar disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Kepada kepala sekolah disarankan memberikan informasi mengenai model pembelajaran bamboo dancing karena dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak,sekaligus meningkatkan kualitas proses pembelajaran di TK. Kepada peneliti lain yang tertarik dengan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian dapat menggunakan penelitian ini dengan meneliti permasalahan dalam lingkup yang lebih luas dan mencoba menerapkan pada aspek yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas”.(Teori dan Analisis Data dalam PTK). Makalah disajikan pada Seminar dan Lokakarya tentang Penelitian dan Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. FIP. Undiksha. Pada tanggal 27 September 2010. ------.2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.. Arikunto, Suharsimin, dkk. 2009 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung : Satu Nusa.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Menteri Pendidikan Nasional.2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Derektorat Pendidikan Anak Usia Dini. Mulyati, Yeti, dkk. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.