e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN PEMBUATAN TOPENG KARTON UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B TK PRSHANTI NILAYAM KUTA Octavia Radita Anggraini1, Rini Kristiantari2, I Komang Ngurah Wiyasa3 1
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan meningkatan kemampuan motorik halus membuat bentuk, menggunting, dan mewarnai, setelah diterapkannya metode demonstrasi melalui kegiatan pembuatan topeng karton pada anak kelompok B TK Prshanti Nilayam Kuta Badung tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B TK Prshanti Nilayam Kuta.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek pada penelitian ini berjumlah 15 anak TK Prshanti Nilayam kelompok B semester II. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui metode observasi dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.Hasil analisis data menunjukan bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK Prshanti Nilayam Kuta pada semester II setelah diterapkan metode demonstrasi dengan kegiatan pembuatan topeng karton meningkat. Ini dibuktikan dengan hasil pada siklus I sebesar 42,96% pada kategori rendah meningkat menjadi 83,53% pada siklus II dengan kategori tinggi. Terjadi peningkatan kemampuan motorik halus dengan penggunaan media pembuatan topeng karton sebesar 40,57%. Dapat disimpulkan metode demonstrasi dengan pembuatan topeng karton dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Prshanti Nilayam Kuta Badung Tahun Ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci: metode demonstrasi, kemampuan motorik halus, topeng karton Abstract This study aims to improved fine motor skills make shapes, cutting, and coloring, after the implementation of the method demonstration through activity of making cardboard mask in group B at TK Prshanti Nilayam Kuta Badung at school year 2013/2014.This study was conducted on children in group B at TK Prshanti Nilayam Kuta Badung. This study was typically a Classroom Action Research (CAR) which was conducted in two
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) cycles. The subjects of this study were children in group B TK Prshanti Nilayam with total 15 children on second semester.Observation sheets and interviews were used as data collection instrument in this study. Data analysis method used was descriptive method of statistical analysis and quantitative descriptive analysis method.This study found that the data analysis showed that the fine motor skills of children in group B TK Prshanti Nilayam Kuta in the second semester after the applied method of demonstration with activity of making cardboard mask increases. This is evidenced by the results of the first cycle of 42.96% in the low category, was increased to 83.53% in the second cycle with high category. Therefore it has been found that there was an enhancement on fine motor skills with making cardboard mask application of 40.57%. It can be concluded that demonstration method aided with making cardboard mask can be improved fine motor skill on children in group B TK Prshanti Nilayam Kuta Badung school year 2013/2014. Keywords:demonstration method , fine motor skills , cardboard mask.
PENDAHULUAN Anak usia dini adalah sosok individu sebagian makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Anak usia dini adalah organisme yang merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. Anak usia dini mengalami suatu proses perkembangan yang fundamental dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang membekas dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak memiliki sejumlah potensi, baik potensi fisik-biologis, kognitif maupun sosioemosi. Anak yang sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat sehingga membutuhkan pembelajaran yang aktif dan energik (Soegeng, 2007: 2.9). Usia anak usia dini adalah 0 sampai dengan 6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak diketengahkan di media massa dan media elektronik lainnya.
Bahkan sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan, pada usia tersebut anak memiliki kemampuan intelegensi yang sangat tinggi. Tetapi pada kenyataannya, sebagian besar orang tua dan guru tidak memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia itu. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua dan guru menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang. Selain itu, ada juga guru dan orang tua dari anak usia dini yang tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak (Soegeng, 2007:6). Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Mulyani Sumantri, (dalam Roestiyah, 2001:82) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjuk kan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Pendapat lainnya menurut Roestiyah (2001:83) menyatakanbahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses. Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Untuk mengajarkan suatu materi pelajaran sering kali tidak cukup kalau guru hanya menjelaskan secara lisan saja. Terutama dalam mengajarkan penguasaan keterampilan anak lebih mudah mempelajarinya dengan cara menirukan seperti apa yang dilakukan oleh gurunya. Menurut Moeslicatoen (2004:113) yang menyatakan bahwa metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi atau manfaat. Pertama, dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak.Bagi anak melihat bagaimana suatu peristiwa ber langsung, lebih menarik, dan merangsang perhatian serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan guru. Kedua, metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak, terutama daya pikir anak dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, dan berpikir evaluatif. Pengembangan daya pikir yang dimulai di TK akan sangat membantu anak dalam memperoleh pengalaman belajar dibidang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada anak untuk memperkirakan apa yang akan terjadi, bagaimana hal itu dapat terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Untuk dapat menjawab apa yang terjadi, anak berusaha memperhatikan ilustrasi yang ada dan memperhatikan apa yang dilakukan guru. Kelompok metode demonstrasi memiliki beberapa keunggulan.Secara
umum tiap-tiap metode pembelajaran tentu terdapat kelebihan atau kelemahan yang membuat metode pembelajaran tersebut memilki ciri khas dibanding dengan metode pembelajaran yang lainnya. Mengenai kelebihan metode demonstrasi menurut Roestiyah (2008) yang berpendapat bahwa metode demonstrasi dapat membuat perhatian anak didik lebih terpusat pada pelajaran atau kegiatan yang sedang diberikan yang membantu anak didik meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi dan mampu diatasi oleh guru dan mampu memberikan motivasi yang kuat untuk anak didik agar lebih giat belajar”. Menurut Elizar (1996:45), keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatian nya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru. Untuk mengembangkan kemampuan belajar siswa dapat diterapkan berbagai macam kegiatan. Kegiatan yang diterapkan tersebut harus bersifat menyenangkan agar peserta didik dapat termotivasi untuk mengikuti kegiatan tersebut hingga usai. Salah satu kegiatan yang menyenangkan dan menarik adalah kegiatan membuat topeng. Topeng merupakan salah satu bentuk seni rupa yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Berbagai bangsa di seluruh penjuru dunia mengenal topeng dalam tradisi seni mereka. Karena itu, ada banyak jenis dalam bentuk topeng di dunia ini. Indonesia juga memiliki banyak jenis topeng. Berbagai suku di Indonesia menggunakan topeng dalam upacara adat. Orang memakai topeng untuk memanggil dewa, nenek moyang, atau mengusir roh jahat dan topeng juga banyak di gunakan orang untuk menghibur dan mempertegas peran. Topeng adalah sebuah bentuk penutup muka yang bentuknya mirip dengan muka objek yang diinginkan. Pada
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan anak. Karena pada tahap ini perkembangan kemampuan dasar anak berkembang sangat pesat melampaui laju perkembangan pada tahap berikutnya. Anak pada usia tersebut memiliki potensi demikian besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya,termasuk perkembangan kemampuan motorik nya artinya perkembangan kemampuan motorik sebagai perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara kebugaran tubuh, kemampuan motorik dan kontrol motorik. Kemampuan motorik anak usia dini tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik, kontrol motorik tidak akan optimal tanpa kebugaran tubuh, kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik. Muhibbin (dalam Samsudin, 2008), menyebutkan bahwa motorik dengan istilah motor. Menurutnya, motor diartikan sebagai istilah yang menunjukan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian kelenjar-kelenjar juga sekresi (pengeluaran cairan atau getah). Suyadi (2010) menyebutkan bahwa perkembangan motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya kemampuan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mem pengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya. Perkembangan motorik ter bagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka melompat,
memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis, menggunting. Menurut Susanto (2011:164) motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan mengkoordinasi gerakan otot kecil dari anggota tubuh. Kemampuan motorik halus terutama melibatkan jari tangan, dan biasanya dengan koordinasi mata. Contoh kemampuan motorik halus adalah memegang, menulis, menggunting, dan lain sebagainya. Kemampuan motorik halus melibatkan kekuatan, kontrol motorik otot. Semakin muda usia anak, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupa kan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan kemampuan motorik merupakan perkembangan pengendali an gerakan jasmani yang ter koordinasi antar pusat syaraf, urat syaraf dan otot. Setiap topeng dibuat dengan karakter yang berbeda-beda. Ada topeng yang menampilkan wajah
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) senang, sedih, marah, lucu, menakutkan, dan lain-lain. Pemakai topeng harus menyesuaikan diri dengan karakter topeng yang dipakai. Ada banyak cara untuk membuat topeng, ada topeng yang dibuat dengan cara di pahat dari kayu. Topeng jerami, daun, bunga, dan kain biasanya dijalin atau dijahit. Topeng juga bisa dibuat dari kertas, topeng ini biasanya di gunting atau di cetak. Ada juga topeng yang dibuat dari logam dan plastik, topeng dari logam dan plastic dibuat dengan cara dicetak. Topeng juga bisa dibuat dengan memadukan bahan, topeng dari kayu misalnya, dipadu dengan hiasan rambut dari jerami atau daun. Sebagian anak mungkin agak kesulitan melakukan pembuatan topeng karton, karena di dalam pembuatannya di perlukan ketelitian seperti, menggambar bentuk topeng kreasi sesuka hati kita, lalu menggunting gambar tersebut, dan lubangi juga bagian matanya, lalu mewarnai topeng tersebut, dan beri lubang pada sisi kiri dan kanan, pasang karet gelang pada lubang tersebut agar menjadi sebuah topeng karton yang sempurna. Berdasarkan paparan di atas, tentang metode demonstrasi melalui kegiatan pembuatan topeng karton yang dapat meningkatkan ke mampuan motorik halus anak. Untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan pembuatan topeng karton untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B Tk Prshanti Nilayam Kuta Badung Tahun ajaran 2013/2014”. METODE Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan bahwa PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Tempat pelaksanaan penelitian
ini di kelompok B TK Prshanti Nilayam Kuta Badung. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Adapun masing-masing siklus memiliki rancangan dari penelitian tindakan kelas yaitu:
Refleksi
Rencana Tindakan
Siklus I Observasi & Evaluasi
Pelaksanaan
Gambar 1. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I (Suyanto, 2007)
Refleksi
Rencana Tindakan
Siklus II
Observasi & Evaluasi
Pelaksanaan
Gambar 2. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II (Suyanto, 2007) 1) Rencana Tindakan, 2) Pelaksanaan, 3) Evaluasi /Observasi, 4) Refleksi.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode nontest yaitu diantaranya metode observasi dan metode wawancara. “metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung 2012: 61). Pendapat di atas dapat diperjelas dengan metode observasi yang pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera pengelihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Agung (2012:62) “Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat atau direkam secara cermat”. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan anak dalam kegiatan pembuatan topeng karton. Setelah data yang di perlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Analisis data secara deskriptif merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengolah data. Menurut Mulyatiningsih (2013:38), “analisis data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian apa adanya dan tidak digunakan untuk mengambil kesimpulan statistik. Hasil analisis data secara deskriptif dilaporkan dalam bentuk mean, median, modus, standar deviasi, varians, nilai minimum dan maksimum, kurtosis (kepuncakan kurva) dan skewness (kemencengan kurva), serta penggunaan tabel, grafik dan diagram”.Sementara itu, menurut Agung (2010:8) menyatakan bahwa:“metode analisis statistik adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (M), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.Selain menggunakan metode analisis statistik deskriptif, dalam penelitian ini juga digunakan metode analisis deskriptif
kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Trianto (2010:285) menyatakan “metode analisis data kualitatif adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan sehingga mudah dipahami”. Sedangkan pengertian metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis ke dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh suatu kesimpulan (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian apa adanya dan tidak digunakan untuk mengambil kesimpulan statistik. Dalam hal ini menentukan tingkat tinggi rendahnya kemampuan motorik halus anak Taman Kanak-kanak diukur melalui Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data perkembangan kemampuan motorik halus pada kegiatan pembuatan topeng karton pada penelitian siklus 1 disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membanding kan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. model PAP skala lima. Tabel 01. PAP Skala Lima Presentase Tingkat Hasil Belajar 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Agung, 2010:17)
Untuk menentukan tingkatan kemampuan motorik halus anak dengan metode demonstrasi dapat ditentukan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) dengan membandingkan angka rata-rata persen (M%) ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut. Dari nilai M % = 42,96 yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel (7) M % berada pada tingkat penguasaan 0 – 54 % yang berarti bahwa keaktifan kegiatan pembuatan topeng karton anak kelompok B di TK Prshanti Nilayam Kuta pada siklus I berada pada kriteria sangat rendah. Dari nilai M % = 83,53 yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 3.3 M% berada pada tingkat pe nguasaan 80 - 89% yang berarti bahwa keaktifan kegiatan pembuatan topeng karton anak kelompok B di TK Prshanti Nilayam Kuta pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi ternyata dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan pem buatan topeng karton. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kreativitas dalam kegiatan pembuatan topeng serta perkembangan motorik halus anak yang dapat diuraikan sebagai berikut. 10 8 6 4 2 0 35,5 M=42,96
39,5 Mo=43
43,5
,5
47,5
51,5
Md=45,22
Gambar 3. Gambar Grafik Poligon berdasarkan data Kreativitas Pembuatan Karton Siklus I Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata presentasi kreativitas pembuatan topeng karton pada anak
kelompok B semester II di TK Prshanti Nilayam Kuta pada siklus I sebesar 42,96% Dari tabel distribusi frekuensi keaktifan dalam kegiatan pembuatan topeng karton pada anak kelompok B semester II di TK Prshanti Nilayam Tahun Ajaran 2013/2014 pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon pada Gambar 3. 7 6 5 4 3 2 1 0 70
77
84
91
98
Mo=83,53
Md=91,75 83,53 8897ug9991M= 92,8 ,75
Gambar 4. Gambar Grafik Poligon berdasarkan data Kreativitas Pembuatan Karton Siklus II Rata-rata presentase kreativitas pembuatan topeng karton pada anak kelompok B di TK Prshanti Nilayam Kuta pada siklus II sebesar 83,53%. Pembahasan Pada penelitian ini menujukan adanya peningkatan rata-rata presentase kreativitas dalam kegiatan pembuatan topeng karton pada anak saat penerapan metode demonstrasi dalam penelitian tindakan kelas (PTK) disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajar an yang disajikan guru sehingga kreativitas mereka semakin meningkat dan pada akhirnya anak dapat menghasilkan karya yang baru melalui pengalamannya untuk mencapai hasil yang optimal. Penerapan metode demonstrasi dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, salah satunya melalui kegiatan pembuatan topeng. Guru
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) mendemonstrasikan, mempetunjukan, memperagakan kegiatan pembuatan topeng karton dengan mengekplorasikan keinginannya dalam membuat topengkartonmenyusunmenjadi sebuah hasil karya, nantinya guru meminta anak untuk mengikuti ilustrasi yang sudah diberikan sebelumnya, sehingga anak memiliki hasil karya dari tangannya sendiri. Penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan pembuatan topengkarton merupakan salah satu pendukung untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Perkembangan motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail.Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik halus. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah padasusunan syarafnya sehingga menghambatnya kemampuan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya. Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot – otot anak tertentu yang dapat membuat melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis, menggunting. Menurut Roestiyah 2001 “Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan dan memperlihatkan suatu proses”. Sesuai dengan pendapat tentang metode demonstrasi diatas, dipaparkan juga tentang keunggulan metode demonstrasi menurut Roestiyah 2008 bahwa, “Metode Demonstrasi dapat membuat perhatian anak didik lebih terpusat pada pelajaran atau kegiatan yang sedang diberikan, yang membantu anak
didik meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi dan mampu diatasi oleh guru dan mampu memberikan motivasi yang kuat untuk anak didik agar lebih giat belajar”. Peningkatan ini terjadi karena diterapkannya metede demonstrasi melalui kegiatan pembuatan topeng karton sehingga meningkatkannya kemampuan motorik halus pada anak secara efektif. Dengan demikian perlu diterapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan motorik halus secara berkelanjutan dan intensif. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya. Penerapan metode demonstrasi dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan pekembangan motorik halus anak. Melalui kegiatan pembuatan topeng karton anak akan diberikan sebuah contoh sehingga anak dituntut untuk kreatif dan mampu berkreasi untuk menciptakan suatu hasil karya yang baru sesuai dengan ide dan imajinasi nya. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini akan mengenal banyak hal secara mandiri dan bertanggung jawab dengan kegiatan nya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajiankajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini. Metode Demonstrasi merupakan suatu metode pembelajaran yang cara penyajian pembelajaran nya dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses atau cara kerja suatu benda, yang dapat membuat perhatian siswa lebih terpusat pada pembelajaran yang sedang diberikan, sehingga siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil kesimpulan karena siswa langsung diberikan contoh. Penerapan metode de- monstrasi dalam penelitian ini dibantu dengan media pembelajaran sederhana seperti bentukbentuk topeng. Media sederhana ini akan merangsang ide dan perkembangan anak untuk berkreasi dan memikirkan hal-hal baru sehingga perkembangan motorik halus
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) anak akan berkembang sesuai dengan tarap perkembangan anak, anak yang kreatif cenderung perkembangan motorik halusnya akan berkembang, dibandingkan dengan anak yang tidak kreatif. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan pembuatan topeng dapat meningkatkan motorik halus anak TK pada kelompok B semester II di TK Prshanti Nilyam Kuta dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat pelu dilakukan intensif dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, bahwa penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan pembuatan topeng dapat meningkatkan motorik halus membuat bentuk, menggunting, dan mewarnai pada anak kelompok B Tk Prshanti Nilayam kecamatan Kuta tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik halus membuat bentuk, menggunting, dan mewarnai melalui kegiatan pembuatan topeng pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian kemampu an motorik halus membuat bentuk, menggunting, dan mewarnai melalui kegiatan pembuatan topeng sebesar 42,96% menjadi sebesar 83,53% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Jadi, dapat disimpul kan terjadi peningkatan motorik halus anak melalui kegiatan pembuatan topeng pada anak sebesar 40,57%. Dengan demikian penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan pembuat an topeng karton dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Prshanti Nilayam Kuta Badung Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemuka kan beberapa saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan agar lebih kreatif membuat
pembelajaran menjadi menyenangkan yang dapat mem buat anak bersemangat dalam menjalani pembelajaran, dan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tema pembelajaran, sehingga anak senang menjalani kegiatannya disekolah. Saran Kepada guru, disarankan agar lebih kreatif membuat pembelajaran menjadi menyenangkan yang dapat membuat anak bersemangat dalam menjalani pembelajran, dan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tema pembelajaran, sehingga anak senang menjalani kegiatannya disekolah. Kepada kepala sekolah, disarankan agar mampu meberikan informasi tentang metode-metode pembelajaran serta media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas anak dan perkembangan kemampuan anak. Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajarn lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR PUSAKA Agung, A.A.Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: makalah disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha pada Tanggal 27 September 2010 Di Kampus PGSD FIP Undiksha Singaraja. ---------. 2010. Bahan Kuliah Statistika Deskriptif. Singaraja: Falkutas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja. ---------. 2011. Penelitian Konvensional. Singaraja: Falkutas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) ---------. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Arikunto. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Perdana Media Group Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Riyanto, Yatim. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Perdana Media. Roestiyah N.K. 2008. Straegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Litera Prenada Media Group. Santoso, Soegeng. 2007 Dasar-Dasar Pendidikan TK. Edisi-1. Cetakan Keenam. Jakarta: Universitas Terbuka. Santoso, Soegeng. 2007. Dasar-dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas Terbuka Sumanto. 2006. Pengembagan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Departemen
Susanto, Ahmad. 2011. Perkebangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia. Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan AUD. Jakarta: Depdiknas Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yati Priyati. 2007. Belajar Seni Budaya untuk SD kelas V. Jakarta: Ganeca Exact