e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBANTUAN MEDIA MOZAIK UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B1 TK GANESHA DENPASAR
Ni. Pt. Agus Vera Dewi1, Wayan Wiarta2, I. B. Surya Manuaba3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email: veradewi952yahoo.com1,
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together berbantuan media mozaik pada anak kelompok B1 TK Ganesha Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan 2 siklus tindakan. Subjek penelitian adalah 22 anak kelompok B semester 2 TK Ganesha Denpasar. Data penelitian tentang perkembangan motorik halus dikumpulkan menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan instrumen lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif, metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil analisis data menunjukan pada siklus I sebesar 57, 4 % yang berada pada katagori rendah dan siklus II sebesar 80, 45 % berada ada katagori tinggi. Jadi terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 23, 05 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads together dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B TK Ganesha Denpasar. Kata-kata kunci: numbered heads together, perkembangan motorik halus, mozaik
Abstract This research purposed to improve fine motor skill development through implementation of Numbered Heads Together learning model assisted with mosaic media to group B1 children at TK Ganesha Denpasar on academic year 2014/2015. This research was Classrom Action Research (CAR) that conducted into two cycles. The subjects of this research were the 22 children in group B1 TK Ganesha Denpasar on second semester. The data about fine motor skill development were collected by using observation method and interview method with observation sheet as the instrument collecting data. The data were analyzed by using analysis statistical descriptive method,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) analysis descriptive qualitative method and qualitative descriptive method. The result of data analysis shows that the first cycle the development reaches 57,4% which in low category and on second cycle it reaches 23,05% which in high category. Thus the implementation from first cycle to second cycle is 23,05%. It can be concluded that the implementation of Numbered heads together learning model assisted with mosaic media can improve fine motor skill development of group B1 children at TK Ganesha Denpasar. Key words: numbered heads together, fine motor skill development, mosaic.
PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini adalah merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendikan yang lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age (masa keemasan) dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan anak selanjutnya artinya pada periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangakan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan spiritual. Pada usia 4-6 tahun, dimana anak mulai sensitif atau mengalami masa peka untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensinya. Anak juga perlu dibimbing agar memahami fenomena alam dan dapat melakukan keterampilanketerampilan yang dibutuhkan untuk hidup dimasyarakat. Menurut Shoimin (2014:20) “menyatakan
anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya”. Interaksi anak dengan media, orang tua, dan juga guru diperlukan agar anak mampu mengembangkan seluruh aspek perkembangannya yaitu nilainilai agama dan moral, sosial emosional, fisik (motorik kasar dan motorik halus), bahasa dan kognitif. Dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-Kanak berhasil tidaknya tujuan pengajaran banyak tergantung pada proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas tanpa mengesampingkan faktor-faktor pendidikan yang lain seperti kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan. Pada kenyataannya, dalam proses pembelajaran terkadang guru sering kali menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang monoton dan cenderung berpusat pada guru atau teacher centered sehingga anak-anak cepat bosan dan tidak dapat menerima pembelajaran dengan baik. Maka dari pada itu diharapkan guru, khususnya guru PAUD haruslah aktif dalam menyusun rancangan pembelajaran begitu pula seorang guru harus kreatif dalam membuat media pembelajaran. Karena dalam mengajar PAUD anak belum dapat berfikir secara konkret, anak masih berfikir secara abstrak sehingga haruslah menggunakan media baik media visual, audio, atau pun media audio visual. Model pembelajaran yang digunakan haruslah model
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) pembelajaran yang mampu meningkatkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan medel pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan kebosanaan pada anak dan anak juga kurang dapat memahami pembelajaran yang diberikan. Menurut Latif (2013:5) “pendidikan Anak Usia Dini diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat”. Banyak aspek yang harus dikembangkan pada usia PAUD. Terlebih lagi dalam perkembangan motorik halus anak. Terkadang koordinasi antara otot dengan saraf atau yang disebut dengan motorik halus anak agak susah dilatih karena anak cenderung lebih senang bermain. Disinilah tugas seorang guru PAUD, harus mampu memperpadukan model dan media pembelajaran agar menarik perhatian anak dan tidak cepat bosan. Serta dapat menyisipkan unsur permainan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan observasi dan hasil wawancara di TK Ganesha Denpasar pada Selasa 19 Agustus 2014, masih banyak anak yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Terutama dalam pengembangan motorik halus anak. Pada kenyataannya perkembangan motorik halus anak di TK Ganesha kelompok B1 perlu ditingkatkat. Ada beberapa anak yang belum mampu menciptakan bentuk dari kepingan geometri. Hal tersebut disebabkan karena pada saat proses pembelajaran anak lebih sering diberikan penugasan. Salah satu solusi yang dapat digunakan dalam mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak adalah dengan merancang pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar aktif, menyenangkan. Salah satu model
pembelajaran itu adalah model pembelajara NHT. Menurut Huda (2013: 203) menyatakan bahwa “metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok”. Dalam pembelajaran ini anak dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap anak pada kelompok diberikan nomor. Setelah itu guru akan memberikan pertanyaan atau tugas dan didiskusikan bersama kelompok. Setiap anak diwajibkan tahu jawabannya. Selanjutnya guru akan memanggil salah satu nomor dan harus menjawab pertanyaan yang sudah diberikan, dan diakhiri dengan kesimpulan. Model pembelajaran NHT memiliki keunggulan dalam meningkatkan aktifitas belajar anak, serta dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Seorang guru atau pendidik harus bisa memilih modelmodel yang tepat digunakan sesuai dengan karakteristik anak didik, agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model NHT. Model pembelajaran NHT merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang cukup mudah dan efektif diterapkan dalam proses pembelajaran. Menurut Rusman (2010: 203) “pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”. Dalam sistem belajar kooperatif siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Sejalan dengan pendapat diatas
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk mempelajari dan bertanggung jawab atas pelajaran mereka sendiri dan juga pembelajaran orang lain (Sharon, 2012:3). Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan baik akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Suprihatiningrum (2013:191) menyatakan bahwa “kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pembelajaran yang mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar”. Jadi dapat dirangkum bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran secara berkelompok yang melibatkan partisipasi dan kerja sama antar siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sedangkan model pembelajaran NHT adalah salah satu model pembelajaran yang mengandung unsur permainan dan menyenangkan. Menurut Trianto, (2009:82) “NHT adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional”. NHT adalah model pembelajaran dengan cara setiap siswa diberi nomor, kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Menurut Isjoni (2010) menyatakan bahwa” model NHT memberi kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat”. Model pembelajaran NHT sangat tepat diterapkan untuk melatih kreatifitas siswa. Jadi dapat dirangkum bahwa model pembelajaran NHT adalah salah satu model pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-6 anak dan setiap anak diberikan nomor masingmasing. Yang dapat memenuhi pola interaksi antar siswa.
Penerapan model pembelajaran NHT ini menggunakan media mozaik. Media mozaik merupakan salah satu media pembelajaran yang menarik dan dapat merangsang perhatian anak. Menurut Pamadhi (2008:5.6) “mozaik adalah seni dekorasi bidang dua atu tiga dimensi dengan elemen-elemen bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan perekat”. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Tyasari (2008:1) menyatakan bahwa, “mozaik merupakan kerajinan yang dibentuk dari kepingan atau pecahan keramik, kaca atau kertas dalam komposisi warna tertentu”. Mozaik juga dapat berupa elemen-elemen yang disusun dan direncanakan diatas permukaan bidang datar. Elemenelemen mozaik dapat berupa benda padat dalam bentuk lempengan, kubus-kubus, kepingan-kepingan kertas. Jadi dapat dirangkum bahwa mozaik merupakan karya seni dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda tersebut dapat berupa kepingan pecahan keramik, potongan kertas, potongan daun, potongan kayu. Untuk sebuah tema gambar menggunakan satu jenis material, kemudian disusun sesuai dengan pola yang diinginkan dengan cara ditempel. Untuk melaksanakan proses pembelajaran diperlukan sintaks untuk melancarkannya. menurut Tukiran (2011:101) adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor; 2) guru memberikan tugas dan masing-
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) masing kelompok mengerjakannya; 3) kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan mengetahui jawabannya; 4) guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka; 5) tanggapan dari teman-teman yang lain; kemudian guru menunjuk nomor yang lain; 6) kesimpulan. Lebih lanjut menurut Trianto (2009:82-83), langkah-langkah NHT adalah sebagai berikut, 1) Fase 1 penomeran. Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5, 2) Fase 2 mengajukan pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, 3) Fase 3 berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim, 4) Fase 4 menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Langkah-langkah model pembelajaran NHT berbantuan media mozaik dalam penelitian ini mengacu pada beberapa pendapat tersebut, yaitu: 1) guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. Setiap anggota kelompok mendapatkan nomor antara 1 sampai 7, 2) guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya, tugasnya menyusun kepingan mozaik sesuai dengan pola yang sudah disediakan 3) guru memanggil salah satu nomor untuk membawakan hasil kerja sama mereka, 4) kesimpulan. Pada dasarnya setiap metode, strategi, ataupun model pembelajaran memiliki keunggulan
dan kekurangan. Keunggulan tersebut akan menutupi kelemahan atau kekurangan dari metode atau model pembelajaran lain. Sama halnya dengan model pembelajaran NHT. Model pembelajaran tersebut juga memiliki keunggulan. Dilihat dari sintaks model pembelajaran NHT sudah terlihat kelebihan dari model ini adalah sebagai berikut meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan mengembangkan rasa saling memiliki. Menurut Hamdani (2011:89) kelebihan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut, 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Jadi keunggulan dari model pembelajaran NHT berbantuan media mozaik adalah 1) setiap anak jadi mengetahui cara menyusun mozaik yang tepat, 2) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, 3) melalui model NHT berbantuan media mozaik dapat melatih interaksi siswa pada saat berdiskusi. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal apabila model pembelajaran NHT dapat terlaksana dengan baik. Dan kelemahan dari model pembelajaraan kooperatif tipe NHT adalah kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. METODE Pada dasarnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan perkembangan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) motorik halus melalui penerapan model pembelajaran NHT Berbantuan media mozaik pada anak kelompok B1 TK Ganesha Denpaar Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak TK sebanyak 22 anak terdiri dari 13 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian dilaksanakan pada Semester II. Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Paizaludin (2012:6) “penelitin tindakan kelas adalah penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan meningkatkan mutu atau memecahkan masalah pada kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat terjadinya, kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan”. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Agung (2010:2) “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Pendapat diatas dapat dirangkum bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melaksanakan tindakantindakan untuk meningkatkan mutu atau memecahkan suatu masalah pada kelompok subjek dalam kelas. Dalam menyusun PTK diperlukan model (rancangan). Ada beberapa model yang dapat digunakan seperti model Kurt Lewin, model Kemmis dan Taggart, model John Elliot, model Dave Ebbutt dan model Suharsini Arikunto. Untuk model yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Suharsini Arikunto. Model Suharsini Arikunto ini dapat dirangkum secara garis besar sebagai berikut: bahwa terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu, 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi (Arikunto 2009:16) Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Variabel dapat diartikan sebagai suatu totalitas gejala atau objek pengamatan yang akan diteliti (Dantes, 2012:166). Pada penelitian ini hanya melibatkan satu variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat. Menurut Agung, (2012:44) “variabel adalah objek penelitian atau segala sesuatu yang menjadi titik fokus perhatian dalam suatu penelitian”. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel adalah suatu objek yang akan diteliti atau diamatai. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Variabel bebas:Model Pembelajaran NHT Berbantuaan Media Mozaik, 2. Variabel terikat: perkembangan motorik halus. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan tiga metode yaitu metode observasi, metode wawancara dan portofolio. Ketiga metode tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. Metode observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mengetahui mengolah data perkembangan kemampuan motorik halus anak. Menurut dimyanti (2013:92) menyatakan bahwa, “metode observasi adalah metode pengumpulan data penelitian dengan melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti”. Dalam arti luas ovservasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut Fridani,dkk (2009:1.17) menyatakan bahwa, “observasi berarti mengamati secara seksama untuk memperoleh gambaran umum
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) sekaligus detail yang signifikan”. Jadi berdasarkan pendapat ahli diatas dapat dirangkum bahwa metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran terhadap objek penelitian. Dalam observasi dilakukan 2 komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal dengan observer dan objek di observasi yang dikenal dengan observe. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motorik halus anak. Metode portofolio menurut Yus (2012:128) ”Kumpulan tugas hasil karya anak dan catatan guru tersebut dinamakan portofolio”. Portofolio ini sangat cocok dalam menilai perkembangan motorik halus seorang anak. Karena melihat dari hasil karya anak, guru dapat menilai apakah anak tersebut sudah mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan baik atau belum. Metode wawancara Wawancara digunakan untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan sikap, pendapat atau respon anak tentang kegiatan yang menggunakan model pembelajaran NHT. Wawancara dipergunakan untuk melengkapi data hasil observasi sehingga mendapatkan data atau informasi yang lebih terperinci.Menurut Syaodih (2010:5.6) “wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan guru/ pendamping untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun dengan orang tua”. Sementara itu menurut Sanjaya (2014:76) menyatakan bahwa “wawancara merupakan salah satu sumber data yang sering digunakan dengan cara memberikan pertanyan-
pertanyaan kepada secara terstruktur”.
narasumber
Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat (Agung 2010: 62). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dirangkum bahwa wawancara merupakan salah satu cara dalam mendapatkan informasi melalui tanya-jawab atau percakapan dengan sumber data. Mengenai jenis data, metode, alat/instrumen pengumpulan data dan sumber data serta sifat data dapat disajikan dalam matrik sebagai berikut. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan deskripsi kuantitatif. Analisis data secara deskriptif merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengolah data. Dalam hubungan ini Agung (2010:94) menyatakan bahwa, “metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributif frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek/variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Agung (2010) menyatakan bahwa “metode analisis deskriftif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angkaangka dan presentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan kriteria perkembangan motorik halus yang dikonversikan kedalam
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Sebagai suatu tolak ukur dalam penelitian ini ditetapkan indikator keberhasilan. Berdasarkan tabel acuan diatas, dapat dinyatakan berhasil jika perkembangan motorik halus berada minimal pada katagori sedang.
Pada siklus II Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh X = 80,45. Nilai modus pada siklus II diperoleh 83, 9. Nilai median diperoleh 86, 4. Berikut grafik poligon dari siklus II. 8 6 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Data anak pada perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median, modus, grafik poligon dan membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh pada siklus I X = 57, 40. Nilai modus pada siklus I diperoleh 52, 16. Nilai median diperoleh 54, 75. Berikut grafik poligon dari siklus I. 10 8 6 4 2 0 46, 5
M0= 52,16
52, 5
58, 5
64, 5
70, 5
M= 57, 40
Me= 54,75 Gambar 01. Gambar grafik poligon perkembangan motorik halus siklus I Untuk menghitung tingkat perkembangan motorik halus anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria PAP skala lima. Nilai M% pada siklus I yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 57,4% berada pada kriteria rendah.
2 0 65
72
79
86
92
M = 80, 45 Mo = 83, 5 Me = 86, 4 Gambar 02. Gambar grafik poligon perkembangan motorik halus siklusII Nilai M% pada siklus II yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 80,45% berada pada kriteria tinggi. Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT untuk meningkatkan perkembangan motorik halus sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai disiklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis data menggambarkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran NHT berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus diperoleh rata-rata % pada siklus I sebesar 57, 4% dan rata-rata% pada siklus II sebesar 80.45%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata% anak dari siklus I ke siklus II sebesar 23, 05%.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Peningkatan ini terjadi karena diterapkannya model pembelajaran NHT sehingga terjadi peningkatan perkembangan motorik halus secara efektif. Hal ini didukung oleh pendapat Trianto, 2009:82 “bahwa model pembelajaran NHT adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memenuhi pola interaksi siswa dan alternatif terhadap struktur kelas yang tradisional”. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa “ melalui penerapan model pembelajaran NHT berbantuan media mozaik dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok B1 TK Ganesha Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2014”. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata% anak siklus I sebesar 57, 4% yang berada pada katagori rendah menjadi 80, 45% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi”. Jadi terjadi peningkatan sebesar 23, 05%. Berdasarkan simpulan diatas, dapat disarankan kepada Kepada Kepada anak, melaui model NHT berbantuan media mozaik anak mampu berfikir lebih kreatif, mampu menyelesaikan masalah, mampu berfikir logis. Kepada guru, dalam proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran NHT berbantuan media mozaik sebagai alternatif untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok B. Kepada peneliti lain, disarankan dapat melakukan suatu penelitian lebih lanjut dengan berbagai model dan media pembelajaran yang lain belum dapat terjangkau dalam penelitian ini dan dapat dijadikan suatu bandingan dalam penelitian berikutnya.
DAFTAR RUJUKAN Agung,
A. A. Gede. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan dalam Wokshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 27 September 2010.
-------, 2012. Metodologi Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsini, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Angkasa. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Fridani, Lara dkk. 2009. Evalusi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas terbuka. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta. Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: pustaka Pelajar. Isjoni. 2010. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta. Latif, Mukthar dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Pamadhani, hajar dan Sukandi. 2008. Keterampilan
Evan Seni Anak.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) Jakarta: Terbuka.
Universitas
Paizaludin, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Alfabeta. Rusman.
2010. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Sharan, Shlomo. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Familia Pustaka keluarga. Syaodih, Ernawulan dan Mubiar Agustini. 2010. Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Shomini,
Aris. 2014. 69 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif. Surabaya: kencana. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara. Tukiran,
Taniredja, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Purwokerto: Alfabeta.
Tyasari, Puji. 2008. Mari Membuat Mozaik. Surabaya: Insan Candekia.