PENGARUH PERMAINAN SIRKUIT TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA BHAYANGKARI 05 KECAMATAN HULONTALANGI KOTA GORONTALO
JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan
OLEH YOLAN MARJUK NIM 153410065
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2014
Pengaruh Permainan Sirkuit Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo
Oleh YOLAN MARJUK Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Goronralo Abdul Haris PanaI, Rapi Us. Djuko ABSTRAK Yolan Marjuk, 2014 Pengaruh Permainan Sirkuit Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I Prof. Dr. H. Abdul Haris PanaI, S.Pd, M.Pd, dan Pembimbing II Dra. Rapi Us. Djuko, M.Pd. Permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah Rendahnya perkembangan motorik kasar pada anak kelompok B di Tk Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Permainan Sirkuit Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah 40 orang anak kelompok B. sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang anak kelompok Bi di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga t hitung sebesar 9,375 sedang dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t (0,975) (38) = 2.02. teryata harga t hitung lebih besar dari t daftar atau harga thitung telah berada dalam daerah penerimaan H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan menolak H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh permainan sirkuit terhadap perkembangan motorik kasar pada anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo. Kata Kunci : Permainan Sirkuit, Motorik Kasar Yolan Marjuk, Jurusan PG-PAUD Universitas negeri Gorontalo, Prof. Dr. H. Abdul Haris PanaI, S.Pd, M.Pd, Dosen Jurusan PGSD Universwitas Negeri Gorontalo, Dra. Rapi Us. Djuko, M.Pd, Dosen Jurusan PG-PAUD Universitas negeri Gorontalo
Anak TK memiliki kecenderungan mempunyai minat yang besar untuk selalu melakukan aktivitas gerak fisik, sehingga tampak selalu aktif bergerak. Waktu tidak makin berkurang, selalu ingin bermain. Di dalam bermain kemampuan memusatkan perhatian masih tidak tahan lama, sehingga selalu memiliki aktivitas. Anak kecil memiliki sifat imajinatif, imitative, dan rasa ingin tahunya besar. Juga memiliki sifat individualistis, egosentris, dan suka gaduh. Kemampuan motorik bukan suatu kemampuan yang akan berkembang begitu saja melainkan melalui sebuah proses belajar dan latihan. Pada saat anak mulai dengan kemampuan motoriknya, gerakan tubuh yang dilakukan masih kaku. Akan tetapi, dengan banyak berlatih dan mengulang-ulang berbagai gerakan, lama kelamaan ia menjadi
terbiasa dan dapat menguasai gerakan-gerakan tersebut.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh kemampuan dan pola gerakan yang dapat di lakukan anak, misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakan seluruh tubuh, kemudian metode yang di gunakan adalah kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik kasar yang perlu di kembangkan anak seperti anak dapat belajar menangkap bola, menendang, meloncat dan lain sebagainya. Menurut Raha, (2013:8) motorik kasar usia 5-6 tahun sebagai berikut: a. berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik, b. melompat kebelakang dengan 2 kaki berturut-turut, c. mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola, d. menangkap bola tenis dengan kedua tangan, e. melempar bola dengan memutar badan dan melangkah kedepan, f. mengayun tanpa bantuan, g. menangkap dengan mantap. waktu yang tepat untuk mempelajari kemampuan motorik ini adalah masa kanak-kanak, dimana kondisi tubuh masih lentur dan anak belum memiliki banyak kemampuan lain yang mungkin bertentangan dengan kemampuan motorik yang sedang di pelajarinya. Selain itu rata-rata anak kecil juga suka melakukan suatu gerakan secara berulang-ulang yang merupakan salah satu aktivitas yang dibutuhkan untuk menguasai kemampuan motorik. Khususnya untuk perkembangan motorik kasar.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. kurangnya perhatian guru pada perkembangan motorik kasar b. Permainan yang dilakukan guru belum menarik dan kreatif c. Rendahnya perkembangan motorik kasar pada anak. Rumusan Masalah, masalah dalam penelitian ini yakni: Apakah terdapat Pengaruh Permainan Sirkuit Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo? Tujuan Penelitian, tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui Pengaruh
Permainan Sirkuit Tehadap Perkembangan
Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi
Kota Gorontalo. Manfaat Penelitian, manfaat secara teoritis dan
secara praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut. Manfaat Teoritis : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan motorik kasar melalui permainan sirkuit. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep-konsep atau teori-teori serta permainan yang menyenangkan bagi anak. Manfaat Praktis : a. Bagi Guru Memberikan
pengetahuan
dalam
proses
pembelajaran
khususnya
dalam
mengembangkan motorik kasar pada anak. b. Bagi Sekolah Sebagai masukan bagi guru dalam mengembangkan permainan pada anak Untuk melatih motorik kasar melalui permainan sirkuit agar dapat berkembang sesuai usia anak. c. Bagi Anak Permainan sirkuit dapat mengembangkan motorik kasar anak serta perkembangan lainnya. d. Bagi Peneliti Dapat dijadikan sebagai referensi, tidak hanya dalam mengembangkan motorik kasar, serta dapat mengembangkan aspek-aspek yang lainnya seperti perkembangan kognitif, sosial dan bahasa. 1. Pengertian Motorik Kasar Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam
tubuh yang dikontrol oleh otak. Kemampuan motorik terbagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Hasan, (2009:95) Menyatakan bahwa Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia batita, yaitu diawali dengan kemampuan berjalan, lari, melompat, kemudian melempar. Selanjutnya Menurut (Handoko:2008) Motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan usianya (Age Appropriateness). Orang dewasa tidak perlu melakukan bantuan terhadap kekuatan otot besar anak. Jika anak telah matang, maka dengan sendirinya anak akan melakukan gerakan yang sudah waktunya untuk dilakukan. Misalnya : seorang anak usia 6 bulan belum siap duduk sendiri, maka orang dewasa tidak perlu memaksakan dia duduk di sebuah kursi. 2. Jenis Gerakan Motorik Kasar Ada tiga jenis gerakan pada motorik kasar yang dapat dilakukan oleh anak. Ketiga kegiatan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat usianya. Berikut akan dijelaskan ketiga jenis kegiatan ini: a. Kemampuan Lokomotor Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur dan lari seperti kuda berlari (gallop). b. Kemampuan Non-lokomotor Kemampuan non lokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non lokomotor terdiri dari menekuk, dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat, dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan dan lain-lain. c.
Kemampuan Manipulatif Kemampuan Manipulatif dikembangkan ketika anak tengah mengusai macam-
macam objek. Kemampuan Manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki tetapi bagian lain dari tubuh dapat digunakan. Bentuk-bentuk kemampuan
manipulative terdiri dari; gerakan mendorong (melempar, memukul, menendang), gerakan menerima (menangkap) objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola plastik yang terbuat dari bantalan karet (bola medisin) atau bola plastik dengan gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola. 3. Upaya-Upaya Dalam Mempasilitasi Perkembangan Motorik Adapun berbagai macam upaya yang dilakukan sekolah dalam memfasilitasi perkembangan motorik secara fungsional tersebut antaranya sebagai berikut: Yusuf & Sugandhi, (2011:60) a. Sekolah
merangcang
kegiatan
pembelajaran
yang
bermanfaat
bagi
perkembangan atau kehidupan anak, seperti mengetik,menjahit atau kerajinan tangan lainnya. b. Sekolah memberikan kegiatan senam atau olahraga kepada anak, yang jenisnya disesuaikan dengan usia anak c. Sekolah perlu merekrut (mengangkat) guru-guru yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut d. Sekolah menyediakan sarana untuk keberlangsungan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran seperti, alat-alat yang diperlukan dan tempat atau lapangan olahraga. 4. Pengertian Bermain Menurut Freud, (dalam Arbarini :2009), bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain atau berfantasi seseorang dapat memproyeksikan harapanharapan maupun konflik pribadi. Anak dapat mengeluarkan semua perasaan negatif, seperti pengalaman tidak menyenangkan atau traumatik dan harapan-harapan yang tidak terwujud dalam realita melalui bermain. Bermain adalah kegiatan yang anakanak lakukan sepanjang hari. Piaget mengatakan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seorang anak. (dalam modul pembelajaran PAUD).
Bermain menurut Mulyadi, (dalam zain 2013) secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain : a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak. b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik. c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak. d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak. e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya. 5.
Fungsi Bermain Bagi Anak TK Terdapat beberapa fungsi bermain bagi anak Menurut Darunnajah (2012). a.
Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa, b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata, c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata, d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, e. Untuk melepaskan dorongan yang tidak dapat diterima, f. Untuk kilas balik pesan-pesan yang biasa dilakukan. Mencerminkan pertumbuhan, g. Untuk mengembangkan sosial anak. 6. Tahapan Perkembangan Bermain Parten (dalam Santrock 2007:217) mengajukan tipe-tipe permainan berikut: a.
Unoccupied play bukanlah permainan seperti yang umum kita pahami. Si
anak mungkin berdiri di suatu tempat atau melakukan gerakan acak yang nampaknya tidak memiliki tujuan. b.
Solitary play terjadi ketika anak bermain sendiri dan mandiri dari orangl ain.
Si anak terlihat asik dengan aktivitasnya dan tidak terlalu memedulikan hal lain yang terjadi. Anak-anak usia 2 dan 3 tahun lebih sering terlibat dalam solitary play disbanding siswa preschool yang lebih tua. c.
Onlooker play terjadi ketika si anak memerhatikan anak-anak lain bermain. Si
anak mungkin berbicara dengan anak lain dan bertanya namun tidak ikut bermain. Minat aktif si anak pada permainan anak lain membedakan onlooker play dari unoccupied
d.
Parallel play terjadi ketika si anak bermain terpisa dari anak-anak lain tetapi
dengan mainan yang sama dengan yang dimainkan anak lain dan dengan cara yang meniru permainan anak lain. Semakin tua usia anak, semakin jarang mereka melakukan jenis permainan nin. e.
Associative play melibatkan interaksi sosial dengan sedikit atau tanpa
pengaturan. Dalam tipe permainan ini, anakanak kelihatan lebih tertarik pada satu sama laindibanding pada permainan yang mereka mainkan. f.
Cooperative play terdiri dari interaksi sosial dalam satu kelompok dibarengi
dengan adanya perasaan identitas kelompok dan aktivitas teroganisir. Permainan formal anak-anak, kompetisi dengan sasaran kemenangan, dan kelompok-kelompok yang dibentuk oleh guru untuk melakukan hal tertentu bersama-sama. 7. Pengertian Sirkuit Menurut Sajoto (dalam kaka:2012), latihan sirkuit adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu sirkuit latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikn latihan di semua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Setiawan mengungkapkan bahwa latihan sirkuit dapat mengembangkan kondisi fisik seperti daya tahan, kelentukan, kelincahan, dan kekuatan. Satu kali latihan dalam setiap stasiun dilakukan 30 detik dan satu sirkuit dilakukan 15-20 menit. Kemudian istirahat antar stasiun adalah 15-20 detik, dan istirahat satu circuit 1-3 menit. Sedangkan Menurut Soekarman (1987: 70), latihan sirkuit adalah suatu program latihan yang dikombinasikan dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan suatu latihan tidak akan membosankan dan lebih efisien. Latihan sirkuit akan tercakup latihan untuk: a. kekuatan otot, b. ketahanan otot, c. kelentukan, d. kelincahan, e. keseimbangan dan f. ketahanan jantung paru. Latihan-latihan harus merupakan siklus sehingga tidak membosankan. Latihan sirkuit biasanya satu sirkuit ada 6 sampai 15 stasiun, berlangsung selama 10-20 menit. Istirahat dari stasiun ke lainnya 15-20 detik.
8. Kelebihan Latihan Sirkuit Adapun yang menjadi kelebihan latihan sirkuit ini yang di kemukakan oleh Harsono (dalam kaka:2012), mengungkapkan bahwa keuntungan latihan dengan menggunakan sistem sirkuit adalah; a. meningkatkan berbagai komponen kondisi fisik secara serempak dalam waktu relatif singkat, b. setiap atlet dapat berlatih menurut kemajuannya masing-masing, c. setiap atlet dapat mengkoreksi kemajuannya sendiri, d. latihan mudah di awasi, e. hemat waktu, karena dalam waktu yang relatif singkat dapat menampung banyak orang berlatih sekaligus. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitan kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Desain yang di gunakan yaitu Bentuk Desain dari PreExperimental Design. Desain yang digunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) variabel bebas yaitu permainan sirkuit (2) Variabel terikat yaitu perkembangan motorik kasar. Variabel Y atau variabel terikat adalah perkembangan motorik kasar. Indikator. yaitu diawali dengan kemampuan berjalan, lari, melompat, kemudian melempar. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang di inginkan dan sesuai dengan kepentingan peneliti, maka peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data melalui tehnik t test yaitu pre test dan post test. Dilaksanakannya dengan menggunakan observasi sebagai penunjang. Tenik Analisis statistik yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial parametrik. Yang diuji menggunakan normalitas data dan uji hipotesis. HASIL PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan skor kemampuan motorik kasar pada anak sebelum dan sesudah diterapkan permainan sirkuit. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh harga L0 < Ltabel atau 0,109 < 0,190, maka data kemampuan motorik kasar pada anak melalui pretest berdistribusi normal. Selanjutnya uji normalitas data posttest dalam mengukur
kemampuan motorik kasar di peroleh bahwa harga L0 < Ltabel atau 0,0381 < 0,190 maka data kemampuan motorik kasar melalui posttest berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga t hitung sebesar 9,375 dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t
(0,975) (38)
= 2,02. teryata harga t hitung lebih
besar dari tdaftar atau harga thitung telah berada didalam daerah penerimaan H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan menolak H0 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan skor kemampuan motorik kasar pada anak sebelum dan sesudah diterapkan permainan sirkuit. PEMBAHASAN Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mendapatkan gambaran tentang pengaruh permainan sirkuit terhadap kemampuan motorik kasar pada anak, proses treatmen melalui eksperimen bertujuan untuk melihat pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan motorik kasar. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup kemampuan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan, gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh anak. oleh sebab itu pengembangan motorik pada anak usia TK perluh dibentuk terlebih dahulu melalui permainan sirkuit. permainan sirkuit untuk pengembangan kemampuan motorik kasar pada anak dilakukan dengan cara : 1, anak melompat dengan satu kaki 2, anak menangkap dan melempar bola, dan 3, berlari. Dengan melihat hasil pengujian hipotesis sebelum pelaksanaan eksperimen dan setela pelaksanaan eksperimen menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara permainan sirkuit terhadap kemampuan motorik kasar anak. Hal ini didasarkan pada analisis secara statistik diperoleh harga t hitung lebih besar dari t daftar atau harga thitung telah berada didalam daerah penerimaan H 1, dengan demikian, maka hipotesi
dalam penelitian ini adalah “ Terdapat Pengaruh Permainana Sirkuit Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 05 Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. ” diterima. SIMPULAN DAN SARAN simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh permainan sirkuit terhadap perkembangan motorik kasar pada
anak
kelompok B TK kemala bhayangkari 05 kecamatan hulontalangi kota gorontalo. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan : 1. Guru diharapkan dapat menerapkan permainan sirkuit pada pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak. 2. Dalam
mengembangkan
kemampuan
motorik
kasar,
guru
perluh
memperhatikan perkembangan anak, memberikan fasilitas yang mendukung untuk perkembangan motorik kasar. 3. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengembangkan permainan sirkuit, terhadap perkembangan selain motorik kasar. DAFTAR PUSTAKA Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Diva Pres. Yogjakarta Handoko, Herdi. 2008. Pertumbuhan-Dan-Perkembangan-Anak-Usia_06. tanggal 27 Desember 2013.dari http://tfmkupro.blogspot.com/2008/11/. Html Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak. Prenada Media Group. Jakarta Yusuf, Syamsu dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta
Arbarini.2009. bermain-dan-belajar-pada-anak-usia-dini diakses tanggal 26 desember 2013 dari http://.blogspot.com//06/.html Zain. 2013. Permainan-dan-Kreativitas-Pada-Anak-Usia-Dini%E2%80%9D. diakses tanggal 26 desember 2013. Dari students.uii.ac.id/2013/04/08/%E2%80%9C/ Darunnajah. 2012. Metode-Bermain-Anak-TK. diakses tanggal 26 desember 2013/http://pgtk Darunnajah.com. 2012/02/28/ / Santrock, John. 2007. Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta Ary Kaka. 2012 Teori Circuit Training.di akses tanggal 20 desember 2013. dari http://.blogspot.com htm Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta, Bandung