1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI DAN MANFAATNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 2 BONGOMEME KAB. GORONTALO FONI N. YUNUS (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Dr. Lukman AR. Laliyo, M.Pd, MM Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa pada materi energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari dapat ditingkatkan melalui Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran IPA di kelas III SDN 2 Bongomeme. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari melalui pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA di kelas III SDN 2 Bongomeme.Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan masalah dan kajian teoritis yang telah diuraikan, maka hipotesis tindakan untuk penelitian ini adalah jika menggunakan pendekatan kontekstual, maka hasil belajar siswa tentang energi dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari di kelas III SDN 2 Bongomeme kecamatan Bngomeme Kabupaten Gorontalo akan meningkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator kinerja yang telah di tetapkan. Mencermati hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari dapat ditingkatkan melalui penggunaan pendekatan kontekstual. Kata kunci: Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa BAB I PENDAHULUAN Pendidikan IPA di arahkan untuk membantu peserta didik agar memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2006:57). Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap alamiah. Hal ini yang mendasari perlu adanya pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran IPA. Munculnya proses pembelajaran IPA pembelajaran kontekstual didasari oleh pemikiran bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini kurang memberi pemahaman yang mendalam tentang materi yang dipelajari siswa. Dalam konteks ini siswa sering dipaksa untuk menyajikan tingkat hafalan yang tinggi terhadap materi yang diterimanya. Sementara dalam kenyataannya siswa seringkali kurang mengerti dan tidak memahami secara mendalam mengenai pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Siswa tidak memahami dasar kualitatif tentang faktafakta yang ada dalam materi hafalan dengan situasi baru yang ada dilingkungannya. Hal lain yang mendasari munculnya pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu
bahwa
“siswa pada semua usia memiliki konsep tentang fenomena yang dibawanya ke dalam kelas. Konsep awal ini dapat bersumber antara lain dari latar belakang kebudayaan, keluarga dan media maupun hal-hal lain didapat siswa secara langsung mendengar, melihat, mengalami dan secara langsung mengunakannya.
2 Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis laksanakan di kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 bongomeme menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam tahun ajaran 2012-2013 pada mata pelajaran IPA belum mencukupi nilai KKM. Data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 20 orang siswa terdapat 15 orang siswa atau 75% memperoleh nilai rendah dalam mata pelajaran IPA, sedangkan 5 siswa atau 25 % memiliki nilai yang tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan jumlah siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi. Konteks ini lebih didominasi siswa dengan hasil belajar yang rendah. KAJIAN TEORITIS Hakikat Hasil Belajar Pengertian hasil belajar Menurut Semiawan (2008:3) bahwa belajar menurut teori Behaviorisme adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses. Pendapat ini menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses sosialisasi dengan memperhatikan orang lain melakukan sesuatu pekerjaan. Purwanto (2011:39) memandang belajar sebagai aktivitas mental/psikhis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa belajar sebagai proses perubahan dalam diri seseorang pada tingkah laku sebagai akibat/hasil, interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya., Menurut Sagala (2003:13) mengemukakan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Pendapat ini menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti berubah tingkah laku dan sikap pengetahuan, hasil belajar, ketrampilan, kecakapan dan kemampuan, daya realisnya, daya penerimaannya dan lain-lain yang ada pada diri individu. Purwanto (2011:49) menjelaskan “bahwa perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (instruction effect) maupun hasil sampingan
pengiring
(naturant effect). Hasil utamanya adalah kemampuan dalam melakukan berbagai aktivitas yang terarah pada kemampuan dalam memahami diri dan dapat melaksanakan keterampilan tertentu sesuai dengan yang telah dipelajari. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2012:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari upaya yang telah dilakukan dalam bentuk perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya. perubahan perilaku yang menimbulkan
kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran maupun hasil sampingan pengiring.
3 Hakikat Pendekatan Kontekstual Pada Materi Energi dan Perubahannya Pengertian Pendekatan Kontekstual Menurut Nurhadi,(2012:5) bahwa pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Johnson (dalam Nurhadi, 2012:12) merumuskan pengertian kontekstual sebagai suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran kontekstual, akan menuntun siswa ke semua komponen utama kontekstual, yaitu melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dalam berbagai macam mata pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual Sianipar (2009:1) mengemukakan bahwa suatu metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Demikian pula dengan metode pembelajaran kontekstual mempunyai Kelebihan sebagai berikut: 1) Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya, 2) Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi, 3) melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan, 4) melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan hasil pemikiran, 5)
melatih
kecakapan
interpersonal
untuk
berhubungan
dengan
orang
lain.
Sedangkan
Kelemahannya yaitu Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya, serta membutuhkan banyak biaya Nurhadi (2012:2) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah: 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
4 dituntun
untuk
menemukan
pengetahuannya
sendiri.
Melalui
landasan
filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. 3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental 4. Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan 5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru 6. Penerapan
pembelajaran
Kontekstual
dapat
menciptakan
suasana
pembelajaran
yang bermakna Nurhadi (2012:4) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut: 1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung . 2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif . 3. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan pendekatan–pendekatan mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran kontekstual. Terkait dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penyesuaian dalam penerapannya sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. Penerapan Pendekatan Kontekstual Nurhadi
(2012:4) mengemukakan bahwa Contextual Teaching & Learning (CTL) dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini. 1.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3.
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4.
Ciptakan masyarakat belajar.
5 5.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6.
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
METODOLOGI PENELITIAN Penitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang di laksanakan di kelas III SDN 2 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo. Sekolah ini terletak tidak jauh dari jalan utama dan berada dilingkungan ibu kota kecamatan dengan jumlah ruangan 8 ruang teriri dari 6 ruang kelas 1 ruang kepala sekolah sekaligus ruang dewan guru dan 1 ruang perpustakaan. Jumlah guru pengajar berjumlah 10 orang guru terdiri dari 7 orang guru PNS dan 3 Oarang guru GTT dengan jumlah siswa145 orang siswa. Analisis data dalam pengujian hipotesis penelitian tindakan kelas ini di analisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan hasil-hasil kegiatan yang di laksanakan oleh siswa dalam penggunaan pendekatan kontekstual yang di laksanakan oleh siswa dalam secara bertahap dengan hasil berkesinambungan pada setiap kegiatan dengan hasil analisis yang akan di jabarkan pada hasil penelitian. Penilaian ini memiliki rumusan hasil belajaar setiap siswa yaitu setiap siswa harus memiliki nilai lebih dari nilai 6,5 dan daya serap siswa harus mencapai 75% dengan rumusan sebagai berikut : Rumus Rata-rata Kelas : M=
Σ
fX
N
Σ FX = jumlah nilai siswa N
= jumlah siswa M
= rata-rata (mean)
Sedangkan rumus dalam menentukan nilai siswa menggunakan rumus : Jumlah Nilai Perolehan X 100% = ... Jumlah total nilai HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Observasi Awal Tabel 4.1 pada hasil belajar siswa pada kegiatan observasi awal siswa kelas III SDN 2 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa tingkat rata-rata hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari hanya sebesar 6.10 dari 20 siswa yang ada di kelas III SDN 2 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dan siswa yang tuntas berjumlah 5 orang siswa dengan presentase 25% sedangkan 15 orang siswa lainnya masih belum tuntas dengan presentase 75%. Berbeda 50% dari siswa yang tuntas, dari 50% akan diberikan tindakan-tindakan melalui kegiatan siklus dengan memperhatikan indikator pencapain, tujuan pembelajaran, media dan lembar kerja siswa.
6 SIKLUS I Adapun hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa ditampilkan pada tabel di bawah ini: Table 4.1 Rekap observasi aktifitas belajara siswa Siklus 1 NO
ASPEK YANG DIOBSERVASI
1
Perhatian pada pelajaran
2
Keberanian
dalam
KASIFIKASI SA
A S
KA
RATA-RATA
SKA
40 menjawab
pertanyaa guru
90
3
Ketepatan menjawab soal
70
4
Aktif dalam diskusi
60
5
Kerjsama dalam kelompok
45 90
JUMLAH
130
85
61
KETERANGAN : Sangat aktif
= 90 – 100
Kurang aktif
= 40 - 59
Aktif
= 75 – 89
Sangat kurang aktif
= 0 - 39
Sedang
= 60 – 74
Tebel 4.1 terdapat 5 aspek yang diamati, dari 5 aspek tersebut terdapat aspek yang masuk klasifikasi sangat aktif dengan jumlah total nilai 90, klasifikasi sedang berjumlah 130, dan klasifikasi kurang aktif 85 semua aspek tersebut berjumlah 305 , dengan jumlah rata-rata 61% Table 4.2 Hasil observasi kegiatan guru Siklus 1 NO
ASPEK YANG DIOBSERVASI
A B
Menyiapkan Kelas Memberikan Apersepsi Membentuk Kelopok Secara Heterogen Memberikan Tugas Kelompok Memberikan Evaluasi
C D E
JUMLAH KETERANGAN :
SB
B
90
KASIFIKASI S KB 70 -
SKB -
-
85
-
-
-
90
75 160
70
-
-
140
RATARATA
78
Sangat baik
= 90 – 100
Kurang baik
= 40 - 59
Baik
= 75 – 89
Sangat kurang baik
= 0 - 39
Sedang
= 60 – 74 TAbel 4.1 terdapat 5 aspek yang diamai, dari 5 aspek tersebut terdapat aspek yang masuk
klasifikasi sangat baik dengan jumlah total nilai 185, kalsifikasi baik 390, dengan jumlah rata-rata 78% Hasil Belajar Siswa Siklus I Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa dapat dijelaskan bahwa dari 20 masih terdapat nilai siswa yang dibawah dari 65 dengan jumlah nilai 1.430 serta nilai rata-rata mencapai 71.50% hal ini dibawah dari indikator capaian yaitu 75%. Dengan uraian sebagai berikut : a. Siswa yang tuntas berjumlah 14 orang siswa b. Siswa yang tidak tuntas berjumlah 6 orang siswa
7 Siklus II Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dilaksanakan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung dengan 5 aspek yang dinilai hal ini sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti yang diharappkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa khusunya pada mata pelajaran IPA di kelas III SDN 2 Bonomeme, adapun hasil yang didapatkan pada pengamatan di dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada
tabel hasil observasi proses
pembelajaran kemudian direkapitulasi seperti pada tabel di bawah ini : Table 4.1. Rekap observasi aktifitas belajara siswa Siklus 2 NO
ASPEK YANG DIOBSERVASI
1
Perhatian pada pelajaran Keberanian dalam menjawab 2 pertanyaa guru 3 Ketepatan menjawab soal 4 Aktif dalam diskusi 5 Kerjsama dalam kelompok JUMLAH KETERANGAN :
SA 100
A
KASIFIKASI S KA
SKA
RATARATA
90 65 70 95 285
70
65
84
Sangat aktif
= 90 – 100
Kurang aktif
= 40 - 59
Aktif
= 75 – 89
Sangat kurang aktif
= 0 - 39
Sedang
= 60 – 74 Pada table diatas terdapat 5 aspek yang diamati, dari 5 aspek tersebut terdapat aspek yang
masuk klasifikasi sangat aktif dengan jumlah total nilai 285, kalsifikasi aktif 70, dan klasifikasi sedang berjumlah 65, semua aspek tersebut berjumlah 420, dengan jumlah rata-rata 84% Hasil Pengamatan Aktivitas Kegiatan Guru Siklus II Table 4.1. Hasil observasi kegiatan guru Siklus II NO
ASPEK YANG DIOBSERVASI
A B
Menyiapkan Kelas Memberikan Apersepsi Membentuk Kelopok Secara Heterogen Memberikan Tugas Kelompok Memberikan Evaluasi
C D E
JUMLAH KETERANGAN :
SB 95 90
B
-
85
185
80 80 245
KASIFIKASI S KB -
SKB
RATARATA
-
-
-
-
-
-
86%
Sangat baik
= 90 – 100
Kurang baik
= 40 - 59
Baik
= 75 – 89
Sangat kurang baik
= 0 - 39
Sedang
= 60 – 74
8 Pada table diatas terdapat 5 aspek yang diamati, dari 5 aspek tersebut terdapat aspek yang masuk klasifikasi sangat baik dengan jumlah total nilai 185, kalsifikasi baik 245, dengan jumlah ratarata 86%. Berikut hasil uraian aspek yang telah diobsrvasi : a.
Aspek persiapan kelas mendapat nilai 95 dan termasuk pada sangat baik
b.
Aspek dalam pemberian apersepsi mendapat nilai 90 dan termasuk pada sangat baik
c.
Aspek keberanian dalam memnetuk kelompok secara heterogen mendapat nilai 85 termasuk pada klasifikasi baik
d.
Aspek ketepatan dalam pemberian tugas kelompok mendapat nilai 80 termasuk pada klasifikasi baik
e.
Aspek dalam pemberian evaluasi mendapatkan nilai 80 dan termasuk pada klasifikasi baik.
Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa dapat dijelaskan bahwa dari 20 orang siswa seluruhnya mencapai nilai lebih dari 65 dengan jumlah nilai 1.600 serta nilai rata-rata mencapai 80. PEMBAHASAN Hasil analisis data sebagaimana yang telah diuraikan pada hasil penelitian bahwa pelaksanaan untuk Siklus I belum mencapai target yang diharapkan dalam capain indikator keberhasil yakni hasil belajar siswa hanya mencapai 71.50% dari 75% capain indikator yang diharapkan Berdasarkan hasil yang ditujukan pada Siklus I bahwa masih ada siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 ke bawah. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil belajar siswa analisis Siklus I yaitu : a. Siswa yang memperoleh nilai 60 berjumlah 6 orang siswa b. Siswa yang memperoleh nilai 70 berjumlah 6 orang siswa c.
Siswa yang memperoleh nilai 80 berjumlah 7 orang siswa
d. Siswa yang memperoleh nilai 90 berjumlah 1 orang siswa Hasil belajar siswa diatas masih diangap belum tuntas atau belum mencapai indikator capai sehingga perlu diadakan pelaksanaan tindakan kesiklus berikutnya. Pada kegiatan siklus 2 didapatkan nilai siswa sebagai berikut : a. Siswa yang memperoleh nilai 70 berjumlah 9 orang sehingga dinyatakan tuntas b. Siswa yang memperoleh nilai 80 berjumlah 3 orang sehingga dinyatakan tuntas c.
Siswa yang memperoleh nilai 90 berjumlah 7 orang sehingga dinyatakan tuntas
d. Siswa yang memperoleh nilai 100 berjumlah 1 orang sehingga dinyatakan tuntas e. Nilai rata-rata yang diperoleh 80 dari 20 orang siswa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan ini sudah mencapai indikator keberhasil hasil belajar siswa, sehingga tidak perlu lagi diadakan tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil pembahasan diatas bahwa dapat dilihat pada kiatan siklus I belum mepncapai indikator pencapaian sehingga dilanjutkan pada kegiatan siklus II.
9 Pada sikllus ke-II hasil capain siswa mencapai target yang diharapkn sehingga dapat dinyatakan bawa : “Jika guru menggunakan pendekatan konstektual maka hasil belajar siswa pada Materi Energi dan Manfaatnya dalam Kehidupan Sehari-Hari di kelas III SDN 2 Bongomeme meningkat. Sehingga penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. PENUTUP KESIMPULAN Mencermati hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi
energi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari dapat ditingkatkan melalui
penggunaan pendekatan kontekstual. Pada observasi awal hanya sebanyak 8 siswa (40%) dari 20 siswa yang memiliki hasil yang tinggi dalam belajar, pada siklus I hal ini mengalami peningkatan hasil belajar siswa 71,50% namun belum mencapai target yang diinginkan sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus ke-II. Pada siklus II hasil belajarsiswa mengalami peningkatan menjadi 86% siswa dari 20 siswa yang ada di SDN 2 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo yang memiliki hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan SARAN Berdasarkan simpulan di atas maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Optimalisasi hasil yang dicapai untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 2. Implemetasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran perlu disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik siswa secara komprehenship untuk mengoptimalkan peningkatan hasil belajar siswa. 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini hendaknya merupakan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, khususnya terkait dengan peningkatan hasil belajar siswa. 4. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengkaji berbagai aspek yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Bramanto. 2010 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Pada Materi Perpindahan Panas Di Kelas IV SD 3 Kuntan Singingi. Jakarta: Jurnal Direktorat PSMP, 2006. Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP Dirjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas. http://stitattaqwa.blogspot.com/2013/02/pendekatan -contextual.html Luawo Non Kristia.2010. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Alat Komunikasi pada jaman dahulu dan jaman sekarang melalui pendekatan kontekstual Nurhadi. 2012. Pembelajaran Kontekstual: Surabaya,IKIP Purwanto.2011. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Pustaka Pelajar Rianti (2009. Mengidentifikasi energi dan manfaatnya dalam Kehidupan sehari-hari. (Online) Tersedia di Sumber: http://anneahiracom/exact-sciences/ physics/ 2110370 -pengertianmengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup#ixzz1TwGrTwRY. Download, 12 Januari 2013 Riyanto Yatim. 2010, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Pendidik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
10 Sagala Saiful.2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabetha. Semiawan R. Conny.2008. Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Suyanto. 2003. Pendekatan Belajar Mengajar, Jakarta Depdikbud, Universitas Terbuka Sudibyo Bambang. 2008 Materi Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Rineka Cipta Siswantoro. 2009. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD 1 Bantaeng Pada Materi Isolator Dan Konduktor Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Menyimpulkan Bahwa Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share. Jakarta: Jurnal