1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES PEMBENTUKAN TANAH DENGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN I BIAU KABUPATEN GORONTALO UTARA IRAWATI (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini bermaksud meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan sebanyak 2 Siklus, dan instrumen penelitian yang digunakan adalah Lembar pengamatan kegiatan guru, lembar pengamatan siswa dan analisis hasil belajar siswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Jika peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep proses pembentukan tanah, maka hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Biau Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat. Hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus I diperoleh 50 dan pada siklus II meningkat menjadi 95,8. Kemudian hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I diperoleh 41,30 dan siklus II mencapai 91,3. Siklus I hasil belajar siswa diperoleh daya serap klasikal siswa 72,39 %, rata-rata kelas mencapai 72,38 dan siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas 61,22 % atau 30 orang siswa. Sementara pada siklus II yang memperoleh 75 ke atas 83,67 % atau 41 orang siswa, rata-rata kelas 80,61 dan daya serap klasikal 80,61 %. Dengan melihat data pada siklus I dan siklus II, maka disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hasil belajar siswa meningkat. Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Team Achievement Development), Proses Pembentukan Tanah BAB I PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan alam (IPA) secara umum bertujuan membantu siswa memahami konsepkonsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dalam memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam di sekitarnya, maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya. Kurikulum IPA di SD menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses pengetahuan alam dan menekankan agar siswa menjadi pelajar aktif. Hal ini berarti bahwa proses belajar mengajar ilmu pengetahuan alam (IPA) di SD tidak hanya berlandaskan pada teori pembelajaran perilaku, tetapi lebih menekankan pada prinsip-prinsip belajar dari teori kognitif. Dari observasi awal di kelas V SDN 1 Biau kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa, khususnya dalam materi proses pembentukan tanah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 1 Biau Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara, untuk tahun ajaran 2011/2012 yaitu dari dari 31 siswa yang memiliki nilai tertinggi rata-
2 rata 6,5 sampai dengan nilai 7,8 hanya sekitar 35% (11 siswa), selebihnya sekitar 65% (20 siswa) memiliki nilai terendah yaitu 5,0 sampai 6,0. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa kelas V SDN 1 Biau kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara, diidentifikasi karena dalam pembelajaran IPA guru belum optimal dalam beberapa hal: (1) mendorong siswa agar aktif belajar, misalnya dengan memberikan dorongan-dorongan baik berupa pertanyaan, masalah, maupun tugas-tugas yang dapat membangkitkan siswa untuk berpikir dan berbuat, (2) mengelola kegiatan belajar mengajar, misalnya kapan tugas diberikan secara individual, pasangan atau kelompok, serta memperhatikan perbedaan latar belakang siswa secara individual, (3) menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara optimal, (4) memberikan penilaian baik proses maupun hasil belajar yang berasal pada rasa keadilan, (5) memberikan umpan balik secara teratur dan jujur, dan (6) mengungkapkan untuk menggambarkan dan menjelaskan berbagai fenomena alam dalam berbagai metode, strategi dan pendekatan yang cocok. Menurut Slavin (dalam Hernani, dkk, 2006: 6), pembelajaran kooperatif merupakan sekelompok siswa yang bekerja sama untuk belajar bertanggung jawab pada kelompoknya. Menurut Killen (dalam Suasti, 2003: 326), pembelajaran kooperatif merupakan suatu teknik intruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam sekelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, belajar dari temannya dan belajar memimpin dirinya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Hasil Belajar Pada Materi Proses Pembentukan Tanah 2.1.1 Pengertian Belajar Tentang Konsep Materi Proses Pembentukan Tanah Jati (2004:4) mengemukakan belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil belajar siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Nashar (2004: 17), mengemukakan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Pengertian hasil belajar ini dapat dipahami sebagai kemampuan yang diperoleh siswa, setelah mereka melalui kegiatan belajar. Dengan demikian maka hasil belajar dapat diketahui setelah siswa mengalami kegiatan belajar. Hamalik (2003: 159), mengartikan hasil belajar adalah pengukuran keseluruhan kegiatan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dari pengertian ini dapat dipahami bahwa hasil belajar merujuk pada prestasi belajar yaitu untuk mengukur penguasaan, pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan tersebut, maka hasil belajar tersebut adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu
3 proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu pengertian bentuk perubahan tingkah laku yang menetap. 2.2 Hakikat Metode STAD pada Materi Proses Pembentukan Tanah 2.2.1 Pengertian Metode STAD Menurut Herdian (2009) Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal dan teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. 2.2.1
Tujuan Metode STAD pada Materi Proses Pembentukan Tanah Menurut Prayitno (2008) tujuan metode STAD dalam proses belajar mengajar umumnya pada
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a. Membiasakan siswa untuk
memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi. b. Membiasakan siswa untuk bekerja sama yang memiliki tujuan yang sama. c.
Para siswa diajarkan atau dibiasakan untuk melakukan sendiri langkah-langkah lembar kegiatan siswa dengan panduan dari guru.
d. Para siswa dibiasakan untuk berbagi kepemimpinan demi tercapainya tujuan bersama berupa selesainya langkah-langkah pada LKS yang telah dibagikan pada setiap kelompok. e. Setiap siswa akan diminta mempertangungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. f.
Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
g. Siswa dibiasakan untuk dapat memberikan penghargaan kepada kelompok lain (misalnya stelah kelompok lain presentasi). h. Siswa diajarkan untuk bisa mendengarkan penjelasan kelompok/siswa lain.
4 2.3 Penerapan Metode STAD pada Materi Proses Pembentukan Tanah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar khususnya materi proses pembentukan tanah yang dilakukan oleh guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep IPA secara benar. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih panjang (Santoso, 2011). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menyajikan materi proses pembentukan tanah melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang diajarkan pada 49 siswa kelas V SDN 1 Biau. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus yaitu siklus I dan Siklus II. 3.1.2 Observasi Awal Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, pada tanggal 7 maret 2013 diperoleh hasil belajar siswa dari jumlah siswa sebanyak 49 orang, hanya 21 siswa atau 42,9 % yang telah memiliki hasil belajar di atas KKM yang telah ditentukan. Sedangkan siswa lainnya memperoleh nilai di bawah KKM. Tabel 1. Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Mata pelajaran IPA Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012-2013 No
Nilai
KKM
Kategori
Jumlah siswa
Persentase
1 2
75-100 10-69
75 75
Tuntas Belum Tuntas
21 28
42,9 % 62,1 %
49
100%
Jumlah 3.1.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus 1
Hasil pengamatan kegiatan guru pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra yang bertindak sebagai pengamat dan aspek yang diamati sebanyak 18 aspek. Hasil pengamatan kegiatan guru ini dapat di lihat pada tabel berikut.
5 Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah (SB+B)
Aspek yang dinilai Presentase (%) RPP-I RPP-II 0 16,7 37,5 45,8 54,2 33,3 8,3 4,2 37,5 62,5
Persentase Ratarata (%) 8,35 % 41,65 % 43,75 % 6,25 49,7
3.1.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus 1 Berdasarkan data di atas diperoleh 0 % kriteria sangat baik pada RPP I dan RPP II sebesar 16,7 % dengan nilai persentase rata-rata 8,35 % kriteria sangat baik, kriteria baik diperoleh pada RPP I sebesar 37,5 % dan RPP II 45,8% dengan nilai persentase rata-rata 41,65 %, kriteria cukup pada RPP I mencapai 54,2 % dan RPP II 33,3 % hingga mencapai rata-rata 43,75 % dan kriteria kurang pada RPP I diperoleh 8,3 % dan RPP II adalah 4,2 % sehingga rata-rata persentase kriteria kurang mencapai 6,25 %. Berdasarkan indikator kinerja yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang akan menjadi acuan ada kriteria sangat baik dan baik (penjumlahan keduanya) pada siklus I ini presentase rata-rata kriteria sangat baik dan baik mencapai 49,7 %. Hasil ini masih dibawah dari nilai yang ditentukan yakni minimal 75 %. 3.1.5 Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Hasil pengamatan kegiatan guru pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mitra yang bertindak sebagai pengamat dan aspek yang diamati sebanyak 18 aspek. Hasil pengamatan kegiatan guru ini dapat di lihat pada tabel berikut. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I Aspek yang dinilai Persentase RataKriteria Presentase (%) rata (%) RPP-I RPP-II Sangat Baik 0 16,7 8,35 % Baik 37,5 45,8 41,65 % Cukup 54,2 33,3 43,75 % Kurang 8,3 4,2 6,25 Jumlah (SB+B) 37,5 62,5 49,7 3.1.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus Tabel 3. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah (SB+B)
Aspek yang dinilai Presentase (%) RPP-I RPP-II 0 0 30,4 52,2 60,9 43,5 8,7 4,3 30,4 52,2
Persentase Ratarata (%) 0% 41,3 % 52,2 % 6,5 41,3
6 3.1.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus 2 Gambar 6. Grafik Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II Series1, Sangat Baik, 47.8
Series1, Baik, 43.5
Series1, Cukup, 8.7 Series1, Kurang, 0
Berdasarkan data di atas diperoleh 47,8 % kriteria sangat baik, kriteria baik diperoleh mencapai 43,5 %, kriteria cukup diperoleh 8,7 % dan kriteria kurang 0 %. Persentase rata-rata kriteria sangat baik dan baik mencapai 91,3 %. 3.1.8 Hasil Belajar Siklus 2 Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan evaluasi pada siklus II, peneliti dan guru mitra melakukan diskusi tentang kegiatan siswa yang diamati selama proses belajar mengajar berlangsung dan hasil yang diperoleh siswa setelah evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa dan hasil evaluasi siswa sudah menunjukkan tercapainya hasil belajar pada siklus II. Karena hasil belajar yang diperoleh 83,67 %. 3.2 Pembahasan Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep proses pembentukan tanah di kelas V SDN 1 Biau kecamatan Biau kabupaten Gorontalo Utara. Pencapaian pembelajaran yang baik melalui proses peningkatan kegiatan guru dan kegiatan siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 8. Berdasarkan data yakni pada siklus I yang mencapai ketuntasan sebesar 61,22 % atau 30 siswa dengan rata-rata kelas 72,38 dan daya serap klasikal mencapai 72,39 % , pada siklus II terjadi peningkatan dalam hal ini
yang
mencapai ketuntasan belajar adalah 83,7% atau 41 siswa dengan rata-rata kelas mencapai 80,6 dan daya serap klasikalnya 80,6%.
7 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep proses pembentukan tanah. Peningkatan proses belajar mengajar (kegiatan guru, kegiatan siswa) berdampak pada hasil belajar siswa juga. Sebagaimana ditunjukkan dalam siklus I yang mencapai ketuntasan sebesar 61,22 % atau 30 siswa dengan rata-rata kelas 72,38 dan daya serap klasikal mencapai 72,39 % , pada siklus II terjadi peningkatan dalam hal ini yang mencapai ketuntasan belajar adalah 83,7% atau 41 siswa dengan rata-rata kelas mencapai 80,6 dan daya serap klasikalnya 80,6%. 4.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti menyarankan beberapa hal yakni sebagai berikut: a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar sering digunakan dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan hasil belar siswa khususnya konsep proses pembentukan tanah pada tingkat sekolah dasar (SD). b. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) digunakan oleh guru di sekolah dasar (SD) pada konsep yang lain agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Daroni. 2002. Pembelajaran Kooperatif IPA Melalui Model Jigsaw, lembaran ilmu kependidikan universitas negeri semarang,Th. XXXI- No. 2. Semarang: Universitas Negeri Malang. Depdiknas. 2009. Penulis Karya Ilmiah. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Hakkairanen, Kai. 2008. Pembelajaran Cooperative Tipe STAD. Online: http//www.articel.net/jigsaw/hakkiranen. Html Hallen. 2002. Bimbingan Konseling. Jakarta : Ciputat Pers Hamalik, Oemark. 2003. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Herdian. 2009. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division: http://herdy07.wordpress.com Hernani, dkk. 2006. Pembelajaran Kooperatif Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa. Jakarta : Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA Nashar. 2004. Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta : Delia Press Pannen, paulina. 2001. Kontruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta : PAUPPAI,Universitas Terbuka. Predi, Karuru. 2006. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Setting Pembelajran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ipa Siswa SLTP. Online: http://depdiknas.go.id/jurnal/2003/45/predy_karuru.htm Prayitno, Anton. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Terhadap Kualitas Belajar Matematika Siswa SMP. http://fkip.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=20 [31 Maret 2013] Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip Dan Tekhnik Evaluasi pengajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Santoso, Eko Budi. 2011. Model Pembelajaran STAD. http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-stad.html
8
Setianingsih, H. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Pembelajaran Matematika pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 1 Slawi Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Setyawan.
2009. Pembelajaran Kontruktivisme. Online http://andhisetyawan. blogspot.com./2009/05/teori-kontruktivisme.html Sidi, Indra Jati. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta; Puskur Balitbang Depdiknas Suasti, Yurni. 2003. Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa SMU Pembangunan UNP Melalui Modifikasi Cooperative Learning Model Jigsaw, Buletin Pembelajaran, vol. 26-No. 04 Universitas Padang Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.