1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYAMPAIKAN PESAN PENDEK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE KELAS II SDN 14 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO. SRI DEWI NGABITO (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd Wiwy T. Pulukadang, S.Pd, M.Pd ABSTRAK Sri Dewi Ngabito 2013 Meningkatkan kemampuan siswa menyampaikan pesan pendek melalui model Think Paire Share kelas II SDN 14 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I Dra Hj Evi Hasim, M.Pd. dan Pembimbing II Wiwy Pulukadang, S.Pd, M.Pd. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan model Think Pair Share kemampuan siswa kelas II SDN 14 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dalam menyampaikan pesan pendek dapat ditingkatkan? Adapun tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa menyampaikan pesan pendek melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair Share Kelas II SDN 14 Telaga Biru Kabupaten. Gorontalo. Hasil kemampuan siswa menyampaikan pesan pendek melalui model Think-Paire-Share (TPS) dapat ditingkatkan, yang ditunjukan dengan indikator kinerja seluruh siswa minimal 70 % memperoleh nilai 70 ke atas dan daya serapnya mencapai 75 %. Dengan rincian perolehan sebagai berikut : siklus I untuk ketuntasan kemampuan siswa menyampaikan pesan pendek melalui model Think-Paire-Share (TPS) siswa dengan perolehan nilai minimal 70 nampak hanya 18 orang siswa atau 67 %. Dan daya serapnya 74 % sedangkan untuk tindakan pembelajaran siklus II, hasil kemampuan siswa dalam menyampaikan pesan pendek telah meningkat hingga mencapai 96 % dan daya serapnya telah mencapai 90 dari hasil sebelumnya. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus dapat di simpulan bahwa dengan menggunakan model Think-Paire-Share (TPS) pada siswa kelas II SDN 14 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo hasil kemampuan siswa menyampaikan pesan pendek meningkat. Kata kunci : Kemampuan, Pesan Pendek dan Model Think-Paire-Share (TPS). BAB I PENDAHULUAN Keterampilan mendengar dan berbicara merupakan alat komunikasi yang sangat penting dimiliki setiap orang terutama dalam menjalankan kontak sosial dengan orang lain. Kepandaian mendengar tidak terbatas hanya dalam pengertian pandai atau terampil saja, melainkan kepandaian itu harus dikaitkan dengan sopan santun dan sesuai dengan tatacara atau tatanilai yang kita anut sebagai bangsa yang memiliki moral agama dan moral kebangsaan. Fakta di lapangan, di kelas II SDN 14 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dari data hasil capaian ditunjukkan dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 68 dengan rata-rata kelas 56. Dan ketuntasan belajarnya dimana dari 28 orang jumlah siswa seluruhnya yang telah berhasil mencapai standar ketuntasan belajar hanya 6 orang siswa atau 21 %. Sedangkan siswa yang belum berhasil masih mendominasi dengan 22 orang siswa atau 79 %. Ketidak tercapainya target yang telah ditetapkan disebabkan oleh penampilan guru belum menarik perhatian siswa, motivasi dalam pembelajaran belum maksimal, penggunaan alat bantu belajar kurang memadai, partisipasi siswa belum maksimal, masih kurangnya bimbingan terhadap siswa, pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan waktu pembelajaran yang telah disediakan.
2 Untuk menghindari hal di atas, maka guru harus menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.Salah satunya dengan melalui pmbelajaran Think Pair Share Arends (dalam Trianto 2010:81) menyatakan bahwa Think-Pair- Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Kemampuan Menurut Poerwadarminanta (2007:742) kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Sedangkan menurut Gagne (dalam Wardani, dkk 2007:69) kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam kondisi yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Kolesnik (dalam Slameto 2010:128) mengatakan: “ In most cases there is a fairly high correlation between one’s IQ, and his scholastic succes. Usually, higher a person’s IQ, the higher the grades he receives.” Pengetahuan tingkat kemampuan atau intelegensi siswa akan membantu pengajar menentukan apakah siswa mampu mengikuti pengajaran yang diberikan, serta meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa bersangkutan bila telah mengikuti pengajaran yang diberikan. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa prestasi siswa tidak semata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya. Menurut Dimyanti (2010:174-175) Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesanjangan tersebut dapat diatasi berkat bahan ajar tertentu. Kondisi kemampuan pra-belajar dan kemampuan yang akan dicapai atau tujuan pembelajaran tersebut adalah: (1) guru melaksanakan tugas pembelajara, tugas pembelajaran tersebut dilakukan dengan pengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi belajar, (2) siswa memiliki motivasi belajar dan beremansipasi sepanjang hayat, (3) siswa memiliki kemampuan pra-belajar; kemampuan tersebut berupa kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor, (4) berkat tindakan pembelajaran, ataupun motifasi intrinsiknya, siswa melakukan kegiatan belajar. (5) berkat evaluasi belajar dari guru, maka siswa digolongkan telah mencapai suatu hasil belajar, wujud hasil belajar tersebut adalah semakin bermutunya kemapuan kognitif, efektif dan psikomotor. 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif menurut Riyanto 2010:267 adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Sedangkan menurut Slavin (dalam Trianto 2010:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar besama sebagai
suatu tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Sedangkan menurut ibrahim 2000:2 yang dikutip oleh (Djamarah 2010:356) dari sisi redaksional strategi pembelajaran kooperatif merupakan Strategi pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Sedangakan menurut
Sugiyanto (dalam Suryani 2012:81) Model pembelajaran kooperatif
adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie (dalam Taniredja 2011:56) Bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning
3 yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperatif learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif. Pendapat Watson (dalam Jufri, 2008:14) menyatakan bahwa Cooperatif learning (belajar kelompok) merupakan suatu lingkungan belajar di kelas, para siswa bekerja dalam kelompokkelompok kecil yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan umum. Belajar kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan agar siswa dapat bekerja sama dengan yang lain untuk memahami kebermaknaan isi pelajaran dan bekerja sama secara aktif dalam menyelesaikan tugas. Hal senada dikemukakan oleh Zainurie (dalam Rachmadi, 2006:18), bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kerja kesetaraan jender. Dari pendapat para ahli diatas dapat dismpulkan dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antara siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam pembelajaran. 2.1.3 Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif Berikut ini beberapa model-model pembelajaran kooperatif yang sedang populer menurut Trianto 2010:268-280 adalah: (1) Tipe STAD, tipe STAD terdiri lima komponen yakni: Presentase kelas, pembenatukan Tim, Kuis, Perubahan/perkembangan skor individu, dan pengakuan tim. (2) Tipe TGT (Team Game Tournament), Tujuan utama dari model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa/peserta didik. (3) Tipe Jigsaw (Tim Ahli/Ekspert Group). (4) Tipe KI (Kelompok Investigasi), (5) Kepala bernomor Struktur (KBS) merupakan modifikasi dari Number Heads Together. (6) Think-Pair- Share (TPS), (7) Tipe Mind Mapping (MM) atau concept Mapping (CM), (8) Tipe Snowball Throwing (ST), (9) Dua Tinggal, Dua Tamu (DUTI-DUTA), (10) Time Token (TITO), (11) Debate, (12) Tipe Picture anad Picture (PP), 13. Cooperatif Integrated Readung And Composition (CIRC), (14) Student Fasilitator And Expailimg (SFE), (15) Cooperatif Script (CS). 2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair- Share Think-Pair- Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair- Share ini berkembang dari penelitian belajaran kooperatif dan waktu tunggu. Arends (dalam Trianto 2010:81) menyatakan bahwa Think-Pair- Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Berpikir berpasangan berempat (Think-Pair- Share) yaitu model yang dikembangkan oleh Frank lyman dan Spencer Kegen (dalam Isjoni 2009: 67) (Think-Pair- Share) dimana model ini memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari model ini adalah optimalisasi pertisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.
4 2.1.5 Langkah-Langkah Penggunaan Model Think-Pair- Share Menurut Ibrahim 2010:77 Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang akan ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan
yang
berhubungan
dengan
materi
yang
akan
disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk
menuliskan
hasil
pemikiranyya
masing-masing.
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan. Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah ang telah mereka diskusikan. 2.1.6 Kelebihan Dan Kelemahan Model Think-Pair-Share Menurut Nurhadi:2008:55 Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memiliki kelebihan dan kelemahannnya sebagai berikut: Kelebihan model pembelajaran kkoperatif tipe Think Pair Share: 1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
2.
Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
3.
Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
4.
Interaksi lebih mudah.
5.
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
6.
Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
7.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
8.
Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
5 9.
Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share 1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. 2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. 3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang. 4.
Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
5. Lebih sedikit ide yang muncul. 6. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah. 7. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. 8. Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi hasil penelitian Setelah Peneliti melakukan semua prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan yakni sejak bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013 di SDN 14 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 3.1.1 Hasil Pengamatan Observasi Awal Analisis Hasil Belajar Siswa Observasi Awal Nilai
Jumlah siswa
Nilai total
4 5 10 3 6
200 300 650 204 420
50 60 65 68 70 Jumlah Daya Serap
28
% Kemampuan
6
1774 63 21 %
3.1.2 Hasil Analisis data kegiatan siswa pada siklus I Hasil Analisis data kegiatan siswa pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share Pemberian tindakan siklus I Jumlah Anak Persentase (%) (%) Kemampuan
Aspek Yang Diamati Kesesuaian tema dengan isi pesan M KM TM
M
KM
TM
10
16
2
14
13
1
7
17
4
35
57
7
50
46
4
25
60
14
Pilihan kata
68 %
Struktur kalimat dengan ejaan kata M KM TM
6 3.1.3 Hasil Belajar Siklus I Dari hasil analisis data yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran di siklus I dari ketiga aspek yang diamati jika di rata-ratakan yang telah berhasil mencapai indikator kinerja yang ditetapkan atau di persentasikan telah mencapai
68 %. Jika di bandingkan pada kegiatan observasi awal dimana
persentase kemampuan siswa baru mencapai 21 %. Dengan diadakannya tindakan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyampaikan pesan pendek sebesar 47 %. 3.1.4 Hasil Analisis data kegiatan siswa pada siklus II Hasil Analisis data kegiatan siswa pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share Pemberian tindakan siklus I Jumlah Anak Persentase (%) (%) Kemampuan
Aspek Yang Diamati Kesesuaian tema dengan isi pesan M KM TM
M
KM
TM
21
6
1
21
7
0
19
9
0
75
21
4
75
25
0
68
32
0
Piliha kata
Struktur kalimat dengan ejaan kata M KM TM
96 %
3.1.5 Hasil Belajar Siklus II Dari hasil analisis data yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran di siklus II dari ketiga aspek yang diamati jika di rata-ratakan yang telah berhasil mencapai indikator kinerja yang ditetapkan atau di persentasikan telah mencapai 96 %. Jika di bandingkan pada kegiatan siklus I dimana persentase kemampuan siswa baru mencapai 68 %. Dengan diadakannya tindakan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyampaikan pesan pendek sebesar 96 %. 3.2 PEMBAHASAN Dari kegiatan pembelajaran yang diuraikan tersebut, maka hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus 1 mengalami peningkatan dari observasi awal yang hanya 21 % atau 8 siswa yang menguasai materi menjadi 68% atau 17 siswa. Namun demikian, capaian ini belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga tindakan dilanjutkan pada siklus 2. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 dengan perbaikan terhadap aspek-aspek yang belum maksimal pada siklus 1, maka diperoleh data sejumlah 21 orang atau 96% siswa yang telah menguasai/memahami materi dalam menyampaikan pesan pendek. Deskripsi data tersebut menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan psan pendek dapat ditingkatkan melalui pembelajaran think pair share. Pernyataan ini
7 didasarkan atas capaian nilai hasil belajar siswa yang telah mencapai bahkan melebihi indikator kinerja yang telah ditentukan. Tercapainya indikator ini didukung oleh proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara maksimal dalam setiap aspek kegiatannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan medol pembelajaran think phair share di kelas II SDN 14 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo meningkat. Sehingga, hipotesis tindakan yang berbunyi “Jika guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II maka kemampuan menyampaikan pesan pendek siswa akan meningkat”. terbukti dan dinyatakan diterima. BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik
beberapa simpulan
sebagai berikut: 1) Penggunaan
model
pembelajaran
Think-Pair-Share
ternyata
dapat
meningkatkan
kemampuan siswa menyampaikan pesan pendek pada siswa kelas II SDN 14 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, yakni dari 21 % pada kegiatan observasi awal, tanpa menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share, meningkat menjadi 68 % pada kegiatan siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share denga tiga aspek yang diiamati, dari hasil kegiatan siklsu I di refleksi dan disimpulkan untuk diadakannya tindakan penyempurnaan pada siklsu II dengan memperoleh hasil peningkatan kemampuan menyampaikan pesan pendek hingga mencapai 96 %. 2) Penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share telah memberi implikasi dalam memacu peningkatan kemampuan siswa dalam menyampaikan pesan pendek yang terlihat dari data yang di sajikan pada siklus I dan II dimana untuk siklus I capai siswa untuk persentase ketuntasan mencapai 68 % pada siklus II meningkat hingga mencapai 96 % untuk ketuntasan hasil belajar siswa. 3) Dilaksanakannya
penelitian
tindakan
kelas
sampai
pada
dua
siklus,
dengan
menyempurnakan hal-hal yang terdapat pada siklus I, maka kemampuan siswa dalam menyampaikan pesan pendek mengalami peningkatan yang bermakna dan dinyatakan berhasil. 4.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan saran yaitu Perlu adanya komitmen yang tinggi dari para guru khusnya kelas rendah untuk selalu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan tentunya sesuai dengan karakteristik siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia yang disajikan.
8 DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta : Bandung Dimyanti,Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah. dkk. 2010 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University
Press
Isjoni, 2009. Pembelajaran kooperatif. Pustaka belajar. Yogyakarta Jufri 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Kadir, Mastura. 2009. Meningkatkan kemampuan menentukan makna kata dalam
suatu
wacana melalui model pembelajaran Think Pair Share (Skripsi). Universitas Negeri Gorontalo. Nurhadi, dkk. 2008. Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang- ruang Kelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana. Rachmadi, Widdiharto. 2006. Model-Model pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: PPPG
Matematika. Riyanto, Yatim.2010. Paradigma baru Pembelajaran. Jakarta:Kencana Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta
Jakarta.
Suryani, Nunuk 2012. Strategi belajar mengajar. Yogyakarta : Ombak. Taniredja Tukiran dkk. 2011. Model-model pembelajaran inovatif, Alfabeta Bandung. Trianto, 2010. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Wardani, dkk.2007. Pemantapan Kemampuan Profesional . Universitas
Terbuka:
Kencana. Jakarta .
9
Filename: jurnal dewi.docx Directory: C:\Users\ACER\Documents Template: C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title: Subject: Author: MEYLAN Keywords: Comments: Creation Date: 7/26/2013 5:12:00 PM Change Number: 3 Last Saved On: 7/26/2013 5:33:00 PM Last Saved By: ACER Total Editing Time: 2 Minutes Last Printed On: 7/26/2013 5:33:00 PM As of Last Complete Printing Number of Pages: 9 Number of Words: 3,031 (approx.) Number of Characters: 17,283 (approx.)