1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
1
KARAKTERISTIK DAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN PERTAMBANGAN PT GORONTALO SEJAHTERA MINING DESA HULAWA KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO Abdul Karim Pakaya1, Nurdin2, Wawan Pembengo3 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerakteristik dan kelas kemampuan lahan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan kimia tanah, yaitu pH tanah, kandungan C-organik tanah, kandungan P 2O5 tersedia, Ca, Mg, K, Na tukar, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, kejenuhan basa (KB), tekstur tanah, data curah hujan dan temperatur udara daerah penelitian, kelembaban udara, kedalaman efektif, ketersediaan udara, kandungan batuan, erosi serta kelas kemampuan lahan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey secara fisiografi. Jumlah. Pengambilan contoh tanah untuk sifat kimia dilakukan secara komposit. Pedon AK1 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan Faktor pembatasnya adalah tektur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung), Pedon AK2 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi, pedon AK3 sama halnya dengan pedon AK1 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan Faktor pembatasnya adalah tekstur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung), Pedon AK4 sama seperti pada pedon AK2 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi, Pedon AK5 sama seperti pada pedon AK2 dan AK4 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi, Pedon AK6 sama seperti pada pedon AK2, AK4 dan AK5 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Kata Kunci; Karakteristik Tanah, Kelas Kemampuan Lahan. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa alokasi pemanfaatan ruang pada rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Hal tersebut dikarenakan suatu lahan yang dipergunakan tidak sesuai dengan kemampuan akan mencapai batas kritis setelah waktu tertentu. Daya dukung lahan bersifat terbatas, sehingga untuk mensejahterakan kehidupan manusia maka manusia dituntut untuk membuat daya dukung lingkungan tersebut berkelanjutan. Kawasan Gunung Pani Kabupaten Pohuwato sudah lama dikenal sebagai salah satu wilayah pertambangan Emas di Provinsi Gorontalo, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda. Saat ini ada dua perusahaan pertambangan yang sedang melakukan tahapan eksplorasi (Pan Asia dan PT. GSM), di samping kegiatan pertambangan yang dikelola oleh koperasi pertambangan setempat dan PETI. Dengan kondisi tipologi wilayah yang dominan bergunung dengan vegetasi hutan sebelumnya, maka dengan keberadaan kegiatan pertambangan selama ini telah mengalami perubahan kondisi lingkungan yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan aktifitas pertambangan. Disebabkan penataan ruang yang umumnya terjadi akibat adanya kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan lahan, sehingga terjadi perubahan pengelolaan maupun perubahan
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
2
keadaan. Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada peningkatan kebutuhan lahan untuk mewadahi berbagai aktivitas manusia melangsungkan kehidupannya. Di sisi lain, ketersediaan lahan tersebut relatif terbatas, sehingga tidak mustahil jika banyak terjadi konversi lahan dari kawasan budidaya pertanian ataupun kawasan lindung menjadi kawasan pertambangan (Denny 2004). Bentuk-bentuk penyimpangan penggunaan/penutupan lahan terhadap peruntukan lahan RTRW umumnya didominasi oleh pertambangan dan pemukiman pada kawasan gunung Pani. Dalam perkembangannya antara kebutuhan dan ketersediaan lahan tidak diatur dengan baik, maka akan terjadi berbagai benturan kepentingan antar aktivitas yang berdampak pada persaingan dalam penggunaan lahan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pergeseran pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan arahan penataan ruang dan daya dukung lahannya. Berdasarkan pemikiran di atas, sekaligus sebagai upaya agar tidak terjadi penyimpangan penggunaan lahan, maka pemelitian tentang Karakteristik dan Kelas Kemampuan Lahan menjadi penting untuk dilakukan.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan pertambangan PT Gorontalo Sejahtera Mining (GSM) yang terletak di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai pada bulan April - Juli 2014. Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa: Sampel tanah bekas tambang, kantong plastik, formulir isian survey tanah. Sementara itu, alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: ring sampel, bor tanah, GPS, pisau lapang, kertas label, karung, karet gelang, meteran, peta orientasi, mistar, buku munsell soil colour chart, penetrometer, pH meter, clinometers, spidol marker, dan alat tulis menulis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey secara fisiografi. Jumlah titik pengamatan ditentukan berdasarkan superimpose peta topografi lokasi penelitian dan peta geologi lembar Tilamuta, dengan mempertimbangkan peta kemiringan lereng setempat. Persiapan penelitian dilakukan kegiatan pengamatan lapangan seperti penentuan lereng dan penentuan lokasi pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah untuk sifat kimia dilakukan secara komposit, sedangkan sifat fisik pada titik-titik tertentu di setiap lokasi penelitian. Pengambilan contoh tanah pada masing-masing lokasi dilakukan dengan menggunakan ring sampel sampai kedalaman lapisan tanah 10 cm pada masing-masing horison setiap lokasi penelitian. Contoh tanah utuh dalam ring dibungkus dengan aluminium foil agar kadar air tetap seperti kondisi awal. Agregat tanah utuh diambil pada kedalaman lapisan tanah 0-10 cm. Agregat tanah dikering udarakan terlebih dahulu sebelum dianalisis.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
3
Parameter Tanah Sifat fisik dan kimia tanah bersama metodenya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter pengamatan dan metode analisis Analisis sifat fisik tanah Parameter yang diukur Bobot isi (BI) Kemantapan agregat Tekstur
Metode Ring sample Pengayakan kering dan basah Pipet Analisis sifat kimia tanah
pH H2O (1:1) dan DHL C-organik N-total P-tersedia KTK dan KB Basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K, dan Na) Ketersediaan unsur mikro Fe,Cu, Zn dan Mn S-total
Elektrode gelas Walkley dan Black Kjeldahl Bray 1 1 N NH4OAc pH 7.0 1 N NH4OAc pH 7.0 DTPA Na2CO3
Analisis Data Semua data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan dideskripsi secara kualitatif. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah a. Morfologi dan Sifat Fisik Tanah Hasil survei tanah terhadap morfologi tanah yang ada di kawasan pertambangan gunung pani terdapat 6 pedon pewakil beserta hasil analisis sifat fisik tanah dari keenam pedon tersebut. Tampaknya, keseluruhan pedon mempunyai solum tanah yang dangkal (<100 cm) sebagai akibat dari adanya pengikisan tanah oleh air (erosi), sehingga kedalaman solum tanah menjadi dangkal. Lebih lengkapnya untuk karakteristik sifat fisik tanah masing-masing solum dapat dijelaskan yaitu : - Pedon AK1, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng ≥3% Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 3/2, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Hal ini dikarenakan oleh keadaan wilyahnya berada pada daerah gunung sehingga memiliiki struktur tanah kasar namun juga plastis. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 1,63 cm/jam atau bisa dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir. - Pedon AK2, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng ≥14% Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 5/2, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Kemudian Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 1,92 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir. - Pedon AK3, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng ≥20%. Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 2,5/3 cm/jam, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
4
-
-
-
konsistensi sangat lekat dan plastis. Di samping itu juga Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 2,08 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir. Pedon AK4, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng ≥3%. Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 4/4, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 4,51 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya sedang, dengan tekstur lempung dan kelas ukuran butirnya adalah berlempung halus. Pedon AK5, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng ≥9%. Solum ini memiliki warna tanah 7,5 YR 4/3, struktur tanah angular blocky, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 8,39 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak cepat, dengan tekstur lempung liat dan kelas ukuran butirnya adalah halus. Pedon AK6, dengan kedalaman 0-10 cm terletak pada kemiringan lereng ≥15%. Solum ini memiliki warna tanah 2,5 YR 3/2, struktur tanah angular blocky dengan ukuran butir-butir struktur tanah kasar, kemudian pedon ini memiliki konsistensi sangat lekat dan plastis. Pedon ini memiliki permeabilitas tanah 1,3,09 cm/jam atau bias dikatakan permeabilitasnya agak lambat. Hal ini dikarenakan oleh pedon ini didominasi oleh batuan keras. Dengan tekstur pasir berlempung dan kelas ukuran butirnya adalah berpasir.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
5
Liat
7,5YR 5/3
0-10
7,5YR 2,5/3
AK3
ab m 2 ab f 1
Kelas Ukuran Butir
Debu
1 2
Pasir Berlempung
Berpasir
vs, p
2 5
1.92
3 2
1 6
Pasir Berlempung
Berpasir
vs, p
5 2
3 3
1 2
Pasir Berlempung
Berpasir
2.08
5 5
3 4
1 8
Lempung
Berlempung Halus
1.63
AK2 0-10
Kelas Tekstur
Pasir
23.40
Permeabilitas (cm/jam)
Kadar Air (%)
Konsistensi
Struktur ab c 1
0.70
6 3
7,5YR 3/2 0-10
Tekstur (%)
Indeks Plastisitas
AK1
Warna Matriks
Kedalaman (cm)
Pedon
Tabel 4. Sifak fisik tanah di kawasan penambangan gunung pani Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato
vs, p
0.82 0.95
21.60 29.40
AK4 0-10
7,5YR 4/4
ab m 2
Vs
-
14.80
4.51
4 8
0-10
7,5YR 4/3
ab c 1
vs, p
0.77
26.40
8.39
3 1
3 9
3 0
Lempung Berliat
Halus
0-10
2,5YR 3/2
ab m 2
vs, p
1.06
35.20
3.09
7 3
1 6
1 1
Pasir Berlempung
Berpasir
AK5 AK6
Keterangan : ab=gumpal bersudut; vs=sangat lekat; f=halus; c=kasar; m=sedang; p=plastis.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
6
b. Sifat Kimia dan Kesuburan Analisis sifat kimia tanah ini mengacu pada hasil analisis laaboratorium yang dilakukan dengan meganalisis sampel tanah disetiap pedon. Penilaian sifat kimia tanah didasarkan pada kriteria Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah (1983), sebagaimana dapat uraikan seperti dibaawah ini ; - Pedon AK1 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (0,96%), kemudian nilai KTKnya (4,35 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah >100%. Kandungan pH tanah masing-masing nilainya adalah (H2O 5,80), (KCl 4,90), ∆-0,90. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 3,87), (Mg 1,00), (K 0,15) dan (Na 0,22). - Pedon AK2 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,34%), kemudian nilai KTKnya (6,02 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 47%. Kandungan pH tanah masing-masing nilainya adalah (H2O 4,80), (KCl 4,00), ∆-0,80. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 1,56), (Mg 0,64), (K 0,27) dan (Na 0,36) - Pedon AK3 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (0,80%), kemudian nilai KTKnya (6,96 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 69%. Kandungan pH tanah masing-masing nilainya adalah (H2O 5,20), (KCl 4,40), ∆-0,80. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 3,00), (Mg 0,82), (K 0,05) dan (Na 0,91). - Pedon AK4 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,11%), kemudian nilai KTKnya (8,32 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 85%. Kandungan pH tanah masing-masing nilainya adalah (H2O 5,40), (KCl 4,30), ∆-1,10. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 5,84), (Mg 0,93), (K 0,25) dan (Na 0,08). - Pedon AK5 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,88%), kemudian nilai KTKnya (8,10 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah 68%. Kandungan pH tanah masing-masing nilainya adalah (H2O 5,20), (KCl 4,10), ∆-1,10. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 2,66), (Mg 2,07), (K 0,73) dan (Na 0,07). - Pedon AK6 menunjukkan hasil pada kedalaman 0-10 cm, kandungan C-organiknya rendah yaitu (1,65%), kemudian nilai KTKnya (12,86 cmol+kg) dan kejenuhan basanya adalah >100%. Kandungan pH tanah masing-masing nilainya adalah (H2O 6,50), (KCl 5,80), ∆-0,70. Kemudian kandungan basa-basa dapat ditukar (dd), cmol+kg adalah masing-masing (Ca 11,74), (Mg 2,05), (K 0,22) dan (Na 0,27).
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
7
Tabel 5. Sifat kimia tanah di kawasan penambangan gunung pani Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato
Pedon
Kedalaman (cm)
pH Tanah H2O
KCl
∆ pH
COrganik (%)
Basa-Basa dapat Ditukar (dd), cmol+kg Ca
Mg
K
Na
∑ Basadd
KTK (cmol+kg)
Kejenuhan Basa (%)
AK1
0-10
5.80
4.90
-0.90
0.96
3.87
1.00
0.15
0.22
5.24
4.35
>100
AK2
0-10
4.80
4.00
-0.80
1.34
1.56
0.64
0.27
0.36
2.83
6.02
47
AK3
0-10
5.20
4.40
-0.80
0.80
3.00
0.82
0.05
0.91
4.78
6.96
69
AK4
0-10
5.40
4.30
-1.10
1.11
5.84
0.93
0.25
0.08
7.10
8.32
85
AK5
0-10
5.20
4.10
-1.10
1.88
2.66
2.07
0.73
0.07
5.53
8.10
68
AK6
0-10
6.50
5.80
-0.70
1.65
11.74
2.05
0.22
0.27
14.28
12.86
>100
Ketarangan : KTK=kapasitas tukar kation;
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
8
Karbon organik (C-Organik) merupakan indikator penentu banyak sedikitnya bahan organik di dalam tanah. (Tabel 5) menunjukkan bahwa hampir sebagian besar satuan tanah mempunyai kandungan C-organik rendah (1,0-2,0%). Hal ini menunjukkan bahwa proses dekomposisi bahan organik sudah berlangsung cukup intensif, walaupun jika melihat kondisi di lapangan bukan dominan disebabkan oleh aktifitas manusia untuk kegitan pertanian, tetapi lebih banyak karena lingkungannya yang sudah terbuka sehingga mikroorganisme mendapatkan suplai O2 yang cukup sebagai sumber energinya untuk melangsungkan proses dekomposisi bahan organik tersebut. Basa-dd pada semua satuan tanah yang diteliti (Tabel 5) menunjukkan bahwa basa yang dominan adalah kalsium (Ca-dd) nilainya berkisar antara 1,56-11,74 cmol+kg dan tergolong sangat rendah sampai tinggi menurut Staf PPT (1983). Berdasarkan jumlahnya, maka basa-dd dapat disajikan sesuai deret: Ca > Mg > K > Na. Tingginya basa-dd dapat disebabkan oleh tingkat pencucian basa-basa yang rendah mengingat tekstur tanah halus, bahan induk yang kaya sumber hara. menurut Mohr et al. (1972), sumber Ca dalam tanah di antaranya hiperstin (19-25% CaO), dan sumber Mg adalah hornblende (2-25% MgO). Selain itu, dijumpainya mineral labradorit yang termasuk kelompok plagioklas juga merupakan sumber Ca dalam tanah. Kandungan Na pada semua satuan tanah diduga merupakan hasil akumulasi bahan induk tanah. Selain itu, plagioklas feldspar berupa oligoklas juga mengandung Na. Kapasistas tukar kation (KTK) untuk semua satuan tanah tergolong sangat rendah sampai rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi KTK di antaranya adalah bahan organik dan jenis mineral liat (Prasetyo et al. 2007). Semua satuan tanah mempunyai kadar C-organik yang rendah, sehingga yang paling berpengaruh terhadap KTK adalah jenis mineral, terutama smektit. Sedangkan satuan tanah yang paling tinggi nilai KTKnya adalah AK6 sebesar 14,28 cmol+kg yang tergolong rendah. Penurunan nilai KTK tanah pada horison permukaan umumnya berhubungan dengan derajat pelapukan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang diawali dengan penurunan pH tanah. Semua satuan tanah yang diteliti menunjukkan dominasi KB yang sangat tinggi. Variasi KB semua satuan tanah adalah sedang, tinggi sampai sangat tinggi tanpa KB rendah dan sangat rendah. Variasi KB tinggi sampai sangat tinggi terjadi pada satuan tanah AK1 dan AK6. Sedangkan satuan tanah sisanya adalah rendah sampai sedang. Kondisi ini terjadi karena jumlah basa-dd lebih besar dari KTK tanah untuk nilai KB tinggi sampai sangat tinggi, sementara jika jumlah basa lebih kecil dari KTK tanah, maka KB cenderung lebih rendah, walaupun masih tergolong sedang. Kemungkinan lain adalah pengekstrak yang digunakan, yakni amonium asetat (NH4OAc) pada pH 7 mampu melarutkan basa-basa, sehingga jumlah basa semakin banyak. Padahal kemungkinan kondisi aktual jumlah basa tidak demikian adanya. Jika dilihat dari nilai KTK, jumlah basa dan KB, tanah-tanah yang diteliti menunjukkan tingkat kesuburan yang baik. Nilainilai tersebut dari tempat pelapukan mencirikan tanah yang masih muda. Sifat kimia tanah pada kedalaman 0-10 cm untuk lokasi studi disajikan pada (Tabel 5) Selanjutnya, sifat kimia tanah menunjukkan bahan organik, N total, P tersedia dan K dapat ditukar masing-masing sangat rendah.pH tanah tergolong sangat masam, kapasitas tukar kation rendah dan kejenuhan basa yang tinggi. Dengan demikian, berdasarkan kriteria status kesuburan tanah (PPT, 1983), maka status kesuburan tanah setempat tergolong sedang. Kelas Kemampuan Lahan di kawasan Pertambangan Gunung Pani Hasil Survey dan analisis terhadap kelas kemampuan lahan 6 Pedon pewakil masing-masing disajikan pada Tabel 6-11 - Pedon AK1 Pada pedon AK1 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (VIIIt), lereng (I1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (O0). Dari klasifikasi lahan yang 1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
9
telah ditentukan dapat dilihat pada pedon ini kelas kemampuan lahan akhirnya adalah VIIIt dengan faktor pembatas tekstur tanah. Tabel 6. Kelas kemampuan lahan Pedon AK1
Faktor penghambat
Nilai
Faktor Pembatas
Kelas Kemampuan Lahan
K
VIII t
Kelas Kemampuan Lahan Akhir
Tekstur tanah (t) Pasir Lapisan atas (40 cm) Berlempung (t5) Lereng permukaan (%) (l)
3%
Drainase (d)
Baik
d0
Id
Kedalaman efektif (cm) (k)
50 cm
k1
III k
Keadaan Erosi (e)
Sedang
e2
IV e
15%
b1
III b
O0
O0
Io
Kerikil/Batuan volume, b) Banjir (o)
(%
Il VIII t
Pedon AK1. Dari hasil klasifikasi diatas dapat jelaskan bahwa pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan Faktor pembatasnya adalah tektur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung). Menerut Hardjowigeno (2010), tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam karena memiliki faktor pembatas yang berat yaitu tekstur tanahnya kasar, tanah ini hanya dapat dipergunkan untuk cagar alam atau hutan lindung. - Pedon AK2 Pada pedon AK2 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan It, lereng (III1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (O0). Dari klasifikasi lahan yang telah ditentukan, pedon ini memiliki kelas kemampuan lahan akhir adalah IVe dengan faktor pembatas keadaan erosi.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
10
Tabel 7. Kelas kemampuan lahan Pedon AK2 Nilai
Faktor Pembatas
Kelas Kemampuan Lahan
Lempung (t3)
S
It
Lereng permukaan (%) (l)
14%
I2
III l
Drainase (d)
Baik
d0
Id
Kedalaman efektif (cm) (k)
50 cm
k1
III k
Keadaan Erosi (e)
Sedang
e2
IV e
15%
b1
IV b
O0
O0
Io
Faktor penghambat
Kelas Kemampuan Lahan Akhir
Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm)
IVe
Kerikil/Batuan (% volume, b) Banjir (o)
Pedon AK2. Dari hasil klasifikasi diatas dapat jelaskan bahwa pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Rayes (2007), kemampuan lahan kelas IV mempunyai kendala yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hatihati dan tindakan konservasi yang lebih sulit untuk diterapakan dan dipertahankan. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. - Pedon AK3 Pada pedon AK2 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (VIIIt), lereng (IV1), drainase (I), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IVb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah VIIIt dengan factor pembatas tekstur tanah.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
11
Tabel 8. Kelas kemampuan lahan Pedon AK3
Faktor penghambat
Nilai
Faktor Pembatas
Kelas Kemampuan Lahan
Kelas Kemampuan Lahan Akhir
Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm)
Pasir berlempung (t5)
K
Lereng permukaan (%) (l)
20%
I3
IV l
Drainase (d)
Baik
d0
I
VIII t
VIII t Kedalaman efektif (cm) (k)
50 cm
k1
III k
Keadaan Erosi (e)
Sedang
e2
IV e
15%
b1
IV b
O0
O0
Io
Kerikil/Batuan (% volume, b) Banjir (o)
Sama dengan pedon AK1 pedon AK3 Dari hasil klasifikasi diatas dapat jelaskan bahwa pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t dengan faktor pembatasnya adalah tekstur tanahnya yang kasar (Pasir berlempung). Menurut Hardjowigeno (2010), tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam karena memiliki faktor pembatas yang berat yaitu tekstur tanahnya kasar, tanah ini hanya dapat dipergunkan untuk cagar alam atau hutan lindung. Pedon AK4 Pada pedon AK4 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (It), lereng (I1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah IVe dengan faktor pembatas Keadaan Erosi.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
12
Tabel 9. Kelas kemampuan lahan AK4 Faktor penghambat
Nilai
Faktor Pembatas
Kelas Kemampuan Lahan
Kelas Kemampuan Lahan Akhir
Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm)
Lempung (t3)
s
Lereng permukaan (%) (l)
3%
I1
Il
Drainase (d)
Baik
d0
Id
Kedalaman efektif (cm) (k)
50 cm
k1
III k
Keadaan Erosi (e)
Sedang
e2
IV e
15%
b1
III b
O0
O0
Io
Kerikil/Batuan (% volume, b) Banjir (o)
It
IV e
Pedon AK4 sama seperti pada pedon AK2 dimana hasil klasifikasi, pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Hardjowigeno (2010), tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam karena memiliki faktor pembatas yang berat yaitu tekstur tanahnya kasar, tanah ini hanya dapat dipergunkan untuk cagar alam atau hutan lindung. Pedon AK5 Pada pedon AK5 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (It), lereng (II1), drainase (Id), kedalaman efektif (Ik), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah IVe dengan factor pembatas Keadaan Erosi.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
13
Tabel 10. Kelas kemampuan lahan Pedon AK5 Nilai
Faktor Pembatas
Kelas Kemampuan Lahan
Lempung (t3)
s
It
Lereng permukaan (%) (l)
9%
I2
II l
Drainase (d)
Baik
d0
Id
Kedalaman efektif (cm) (k)
100 cm
k0
Ik
Keadaan Erosi (e)
Sedang
e2
IV e
15%
b1
III b
O0
O0
Io
Faktor penghambat
Kelas Kemampuan Lahan Akhir
Tekstur tanah (t) a) Lapisan atas (40 cm)
Kerikil/Batuan (% volume, b) Banjir (o)
IV e
Pedon AK5 sama seperti pada pedon AK2 dan AK4 dimana hasil klasifikasi menunjukkan pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Rayes (2007), kemampuan lahan kelas IV mempunyai kendala yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit untuk diterapkan dan dipertahankan. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. Pedon AK6 Pada pedon AK6 karakteristik kemampuan lahan berupa tektur tanah memiliki kelas kemampuan lahan (It), lereng (I1), drainase (Id), kedalaman efektif (IIIk), keadaan erosi (IVe) dan kerikil/batuan (IIIb) dan bahaya banjir (Io). kelas kemampuan lahan akhir dari pedon ini adalah IVe dengan faktor pembatas Keadaan Erosi.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
14
Tabel 11. Kelas kemampuan lahan Pedon AK6. Faktor penghambat
Nilai
Faktor Pembatas
Kelas Kemampuan Lahan
Kelas Kemampuan Lahan Akhir
Tekstur tanah (t) Lapisan atas (40 cm)
Lempung berliat (t2)
Ah
Lereng permukaan (%) (l)
15%
I2
Il
Drainase (d)
Baik
d0
Id
Kedalaman efektif (cm) (k)
50 cm
k1
III k
Keadaan Erosi (e)
sedang
e2
IV e
15%
b1
III b
O0
O0
Io
Kerikil/Batuan (% volume, b) Banjir (o)
It
IV e
Pedon AK6 sama seperti pada pedon AK2, AK4 dan AK5 dimana hasil klasifikasi menunjukkan pedon ini termasuk kedalam kelas kemampuan lahan IVe dengan Faktor pembatasnya adalah erosi. Menurut Rayes (2007), kemampuan lahan kelas IV mempunyai kendala yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit untuk diterapakan dan dipertahankan. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Seluruh pedon mempunyai solum tanah yang dangkal (<100 cm) dengan tekstur lempung berpasir dengan kelas butirannya adalah berpasir, struktur tanahnya kasar dengan permeabilitas agak lambat, serta warna matriks tanah adalah hue 7.5YR dengan kroma ≤ 2. Semua satuan tanah yang diteliti mempunyai pH negatif dengan kadar C-Organik rendah, kadar basa-dd yang dominan adalah kalsium dan kapasitas tukar kation untuk semua pedon tergolong sangat rendah, sehingga status kesuburan tanahnya tergolong sedang. 2. Pedon AK1 dan AK3 termasuk kedalam kelas kemampuan lahan VIII t. Tanah kelas VIII ini tidak sesuai untuk produksi pertanian dan harus dibiarkan pada keadaan alami dengan faktor pembatasnya adalah tektur tanah yang kasar, sementara pedon AK2, AK4, AK5 dan AK6 termasuk kelas kemampuan lahan IVe dengan faktor pembatasnya adalah erosi. Tanah kelas IV ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
15
DAFTAR PUSTAKA Denny, Rochyat Dj. 2004. Rencana Penataan Ruang Jabodetabek-Punjur. Penataan Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Masalah Lingkungan di Jabodetabek. Prosiding. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Hardjowigeno S, dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta. PPT. 1983. Petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah. LT No.14 Versi 1.0. Proyek LREP II, Puslittanak, Bogor. Prasetyo BH. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Rustiadi, E., Barus, B., Prastowo, dan Iman, L. S. 2010. Kajian Daya Dukung Lingkungan Hidup Provinsi Aceh. Crestpent Press. Jakarta. Sitorus, S. R. P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit TARSITO Bandung. Bandung. Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term of referrence klasifikasi kesesuaian lahan. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI. Bogor: PPT. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Jakarta. Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.
1. 2.
Mahasiswa Jurusan Agroteknolog, FAPERTA. UNG Dosen Pengajar Jurusan Agroteknologi FAPERTA. UNG
16