PENGARUH PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII MATERI LAYANG-LAYANG DAN TRAPESIUM Sriwidarti R. Odjo1, Kartin Usman2, Nurwan3 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNG Email:
[email protected],
[email protected] 1,2,3
ABSTRAK Sriwidarti R. Odjo : Pengaruh Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Kelas VII Materi Layang-Layang Dan Trapesium. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Penelitian yang dilakukan merupakan suatu kajian studi eksperimen di salah satu SMP yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) terhadap hasil belajar yang diajarkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang ada di SMP Negeri 7 Telaga Biru yang berjumlah 61 orang dan terdistribusi pada 2 kelas. Sample dalam penelitian ini adalah kelas VII1 dengan jumlah 29 siswa dan Kelas VII2 dengan jumlah 32 siswa. Sampel ini ditentukan dengan menggunakan sampel jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel. Data penelitian dikumpulkan melalui instrumen tes hasil belajar dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dilakukan melalui tabel distribusi frekuensi dengan mempersentasikan rata-rata dan analisis inferensial dilakukan melalui uji-t untuk menguji hipotesis penelitian. Data hasil penelitian diuji normalitasnya dengan menggunakan statistic uji dan diperoleh nilai Lhitung < Ltabel yaitu untuk kelas eksperimen sebesar 0,1260 < 0,162dan untuk kelas kontrol sebesar 0,109< 0,1566. Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk kedua kelas data tersebut dapat terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil pengujian normalitas data, maka rata-rata skor hasil belajar siswa menggunakan statistik uji t. Dari hasil pengujian hipotesis pada taraf signifikan didapatkan thitung > ttabel yaitu 5,554 >1,7605. Sehingga dari hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti yakni hasil belajar siswa dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) lebih unggul dari hasil belajar siswa dengan pembelajaran yang tidak menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) atau pembelajaran konvensional. Kata Kunci : Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan Hasil Belajar Siswa
1
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Dosen Jurusan Pendidikan
2,3
Hakikat pendidikan adalah usaha untuk membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Pendidikan adalah wadah yang diperlukan untuk meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Aktivitas bidang pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga secara aktif siswa dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa mata pelajaran salah satunya adalah pelajaran matematika. Matematika merupakan pelajaran yang sering dijumpai oleh siswa, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi. Matematika juga merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya baik secara rasional, logis, sistematis, bernalar serta kreatif. Hal ini senada dengan pendapat Damayanti (2014: 115) mengatakan bahwa pembelajaran matematika memfasilitasi proses belajar siswa untuk menguasai berbagai kompetensi matematis. Dalam tujuan pembelajaran matematika menurut Rohana (2012:1002) yaitu: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingim tahu perhatian dan minat dalam mempelajari matematika dalam kehidupan, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Kondisi yang seperti diatas adalah cita-cita ideal bangsa ini. Namun kenyataannya pendidikan di Indonesia masih jauh dari keinginan tersebut. Banyak masalah pendidikan yang dihadapi bangsa ini untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika. Berdasarkan observasi pada salah satu sekolah kita sebut saja SMP Negeri 7 Talaga Biru. Data yang peneliti dapatkan ternyata hasil belajar matematika siswa-siswi masih rendah pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat terlihat pada data hasil ujian MID semester genap, dimana masih tergolong sangat rendah. Data hasil ujian MID semester genap yang merupakan hasil murni dari siswa dapat ditunjukan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Data Hasil MID Semester Genap SMP Negeri 7 Talaga Biru Nilai Frekuensi Persen 0-20 9 siswa 14.7% 21-40 33 siswa 54.1% 41-60 11 siswa 18.0% 61-80 5 siswa 8.2% 81-100 3 siswa 4.9% Jumlah 61 siswa (Sumber : Daftar Nilai MID Semester Genap Kelas VII SMP Negeri 7 Talaga Biru. TA: 2013/2014) Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah yakni 14.7% siswa yang mendapat nilai berkisar dari 0 sampai 20, sedangkan yang mendapat nilai 81 sampai 100 hanya 4.9%. untuk nilai yang mendominan yaitu 54.1% dan 18.0% siswa yang mendapat nilai 21-60. Ini menunjukan hasil yang sangat tidak diharapkan oleh guru pengajar, dimana ini merupakan hasil belajar yang sangat rendah. Salah satu faktor yang diungkapkan guru pengajar matematika di SMP Negeri 7 Talaga Biru yaitu pada proses pembelajaran matematika siswa kesulitan dalam
memahami konsep pembelajaran bahkan pada proses pembelajaran kurangnya minat bertanya siswa karena proses pembelajaran yang dilakukan juga masih mengunakan pembelajaran langsung berpusat pada pengajar saja. Hal ini menyebabkan siswa merasa bosan untuk belajar matematika. Sehingga hasil belajar siswa rendah khususnya pada pelajaran matematika. Namun dari permasalahan tersebut sudah difikirkan oleh pemerintah dari tahun sebelumnya dengan membetuk kurikulum baru yakni kurikulum 2013 dimana proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika. Karena pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, dan pengetahuan para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif ketimbang penalaran deduktif dan juga pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian mengambil judul “Pengaruh Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Matematika Kelas VII Pada Materi Layang-layang dan Trapesium”. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunkan pendekatan ilmiah ((Scientific Approach) dengan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi layang-layang dan trapesium. HASIL BELAJAR Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri. Menurut Jihad, Haris (2013:4) belajar tejadi karena interaksi seseorang dengan lingkunganya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut Usman (dalam Bito, 2009: 13) belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Secara psikologi, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Menurut Hamalik (dalam Jihad, Haris 2013:2) belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman dan juga suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang sangat penting bagi perubahan perilaku pada individu-individu dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Dan juga belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Menurut Djamarah dan Zein (2006: 105) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah sebagai berikut: 1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok 2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/intruksional khusus (TIK) telah dicapi oleh siswa baik secara individul maupun kelompok.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap. Indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional. Proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. (dalam Sudjana, 2013 : 22) Dalam sistem pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah: a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evluasi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar dengan hasil belajar keterampilandan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Namun, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan, akan dikuasai individu menjadi unsurunsur penting sebagai acuan dalam penilaian. Menurut Horward Kingsley (Sudjana 2012: 22) membagi tiga macam hasil belajar yakni: a) Keterampilan dan kebiasaan, b) Pengetahuan dan pengertian, c) Sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Purwanto (2009:44) hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Senada dengan Winkel (dalam Purwanto 2009:45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Syah (2006: 145) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yakni : (1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; (2) Faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; (3) Faktor approach to learning (pendekatan belajar) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Jadi dari beberapa pengertian yang telah diutarakan oleh para ahli diatas, maka bisa disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah perubahan yang terjadi setelah dilakukannya proses belajar mengajar. Perubahan yang dimaksud bisa dilihat dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada penilaian kognitif yang terdiri dari 6 aspek namun yang akan digunakan dalam penelitian ini hanya beberapa aspek yaitu : 1. Aplikasi (C3), siswa mampu memilih dan menggunakan suatu konsep/objek tertentu dalam situasi yang baru 2. Sintesis (C5), siswa mampu mengaitkan berbagai elemen yang ada sehingga menemukan konsep baru
PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROOCH) Dalam proses pembelajaran matematika, guru membutuhkan pendekatan pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik dan menumbuhkan keinginan belajar matematika para peserta didik. Aktifnya peserta didik bukan hanya menghafal konsep dan aturan-aturan, tetapi juga menyelesaikan permasalahan matematika dengan berfikir kreatif dan dapat menerapkannya dikehidupan sehari-hari. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Istilah “sains” berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Berdasarkan Webster New Collegiate Dictionary, definisi sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian, atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi, yang didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Menurut Rizema (2013: 41) sains adalah suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematis dan melalui metode-metode saintifik. Sedangkan yang disebut metode saintifik ialah langkahlangkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan ilmiah. Oleh karena itu dalam pembelajaran berbasis sains akan lebih bermakna, disebabkan adanya metode-metode yang tersusun secara sistematik untuk mencapai hasil yang dapat dipercaya kebenaranya. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dan juga pendidikan sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat”, sehingga bisa membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran (Atsnan, 2013:430). Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia. Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai pendekatan ataupun metode. Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud keterampilan yang diperoleh yakni mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (Kemendikbud, 2013). Sedangkan dalam pembelajaran matematika presedur pendekatan scientific dapat pula dijabarkan sebagai berikut: Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Mengasosiasikan / mengelola informasi dan mengkomunikasikan. Adapun langkahlangah dalam pembelajaran dengan mengunakan pendekatan saintifik. Dalam kurikulum 2013, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific terdapat kegiatan utama yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dengan tahapan saintifik sebagai berikut: a. Mengamati Tahapan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Dalam tahap ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Tahap mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. (Kemendikbud, 2013). b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. (Kemendikbud, 2013). c. Mengumpulkan informasi Dalam kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. (Kemendikbud, 2013). d. Mengelola informasi Kegiatan mengolah informasi dalam kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. (Kemendikbud, 2013). e. Mengkomunikasikan. Pada tahap ini guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. (Kemendikbud, 2013). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Telaga Biru. Waktu penelitian selama an dapat digunakan dua bulan yakni bulan Maret sampai juni, tahun 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah posttest only control group design (Sugiyono, 2013: 112). Dalam desan ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Dua kelas tersebut masing-masing akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach), sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pendekatan pembelajaran konvensional. Pada penelitian ini yang merupakan populasi adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Telaga Biru, yang terdiri dari 2 kelas. Total populasi terjangkau berjumlah 61 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dalam penelitian ini yang akan dikenai perlakuan yakni VII1 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan kelas kontrol yang diberi berupa pembelajaran konvensional. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dari data hasil belajar matematika khususnya pada materi Layang-layang dan Trapesium yang bersumber dari seluruh siswa yang dijadikan sampel di dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar siswa sesudah pembelajaran (post test). Sebelum Instrument tes hasil belajar didalam penelitian ini digunakan, terlebih dahulu diuji validitasnya melalui dua tahapan. Tahap pertama adalah pengujian validitas kontrak dan tahap ke dua adalah validasi empiris. Dari hasil uji coba dan perhitungan dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 dan diperoleh valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian, dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh reliabilitasnya sebesar . Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mean, median, modus, dan simpangan baku. Analisis data inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis data inferensial dalam penelitian ini menggunakan uji t dua sampel independent. Rumus statistiknya adalah: ̅̅̅ ̅̅̅ √ Syarat uji t dua sampel independent adalah kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum melakukan uji t dua sampel independent, perlu menghitung analisis normalitas. Selain itu untuk memilih uji t independent yang akan digunakan maka kedua kelompok data harus diuji homogenitasnya. Adapun hipotesis statistik didalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 µ2
HASIL PENELITIAN Data hasil belajar siswa yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yakni kelas eksperimen yaitu kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan kelas kontrol yaitu kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran langsung. Data hasil belajar tersebut kemudian dideskripsikan dengan menggunakan peyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dan selanjutnya untuk mengetahui perbedaan data hasil belajar dari kedua kelompok tersebut maka ditentukan nilai rata-rata atau mean ( ̅ ), nilai tengah atau median, nilai yang sering muncul atau modus, standar deviasi (SD) dan menggambarkan histogram yang terbentuk dari data-data tersebut. 1. Data Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Berdasarkan hasil penelitian dari 29 orang siswa, untuk kelas eksperimen yang menggunkan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) skor minimum siswa adalah 50 dan skor maksimum 98, dari rentang skor minimum dan skor maksimum diperoleh skor rata-rata 74,16. Diperoleh rata-rata ( ) skor hasil belajar siswa adalah 74,16 nilai tengah (Me) adalah 72,63 nilai yang paling banyak muncul (Mo) adalah 69,5 dan standar deviasi (SD) sebesar 15,58. Berdasarkan persentase dapat dilihat bahwa terdapat 12 siswa atau 41,38% memperoleh skor dibawah kelas interpal yang memuat rata-rata, 8 siswa atau 27,59% berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 9 siswa atau 31,03% memperoleh skor diatas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. 2. Data Hasil Belajar Siswa Tidak Menggunakan Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Berdasarkan untuk pembanding (kelas kontrol) yang tanpa munggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dengan jumlah siswa 32 dapat diperoleh skor minimum 26 dan skor maksimum 89, dan rentang skor minimum dan skor maksimum rata-rata 51, 97 Dengan menggunakan rumus Strurges diperoleh banyak kelas interval adalah 6, dan panjang interval kelas adalah 11. Diperoleh rata-rata ( ) skor hasil belajar siswa adalah nilai tengah (Me) adalah nilai yang paling banyak muncul (Mo) adalah dan standar deviasi (SD) sebesar 19,01. Berdasarkan persentase dapat dilihat bahwa terdapat 14 siswa atau 43,76% memperoleh skor dibawah kelas interval yang memuat rata-rata, 9 siswa atau 28,13% berada pada kelas interval yang memuat skor rata-rata dan 9 siswa atau 28,13% memperoleh skor diatas dari kelas interval yang memuat skor rata-rata. 3. Hasil Pengujian Hipotesis Persyaratan Analisis Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach). Uji normalitas data tersebut menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikan terhadap kedua kelompok data. Kelompok pertama adalah data hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan kelompok dua data hasil belajar siswa yang tidak menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach). Hasil pengujian dengan Liliefors dengan kriteria tolak hipotesis nol yang menunjukan bahwa populasi berdistribusi normal jika Lhitung yang diperoleh dari data pengamatan lebih besar Ldaftar, dalam keadaan lain terima Ho. Kedua kelompok data tersebut menunjukan tingkat normalitas data seperti pada yang disajikan pada Tabel berikut. Tabel 4.1: Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Penelitian Data/Sumber Fhitung Ftabel Kesimpulan Kelas Eksperimen 1,366 1,865 Homogen Kelas Kontrol
Karena data dari kedua kelas menunjukkan bahwa L hitung < L tabel , maka dapat disimpulkan bahwa kedua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian homogenitas varians dilakukan terhadap dua kelompok data. Pengujian homogenitas dua kelompok data digunakan uji-F dengan taraf signifikan dan derajat bebas pembilang dan penyebut masing-masing . Kriteri pengujian adalah tolak hipotesis nol bahwa data berasal dari populasi homogen jika nilai Fhitung Ftabel dan pada keadaan lain tetima hipotesis nol. Kelompok data yang diuji adalah kelompok data hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran konvensional. berdasarkan hasil pengujian diperoleh data sebagaimana disajikan pada tabel Tabel 4.2: Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Data Penelitian Kelompok Data N DK Fhitung Kesimpulan Ftabel( Kelas Eksperimen 29 59 1,366 1,865 Homogen Kelas Kontrol 32 59 Dari hasil perhitungan yang disajikan pada tabel menunjukan bahwa kelompok data hasil belajar siswa pada penelitian memiliki nilai Fhitung yang kurang dari Ftabel pada taraf signifikan 5%. Temuan ini berarti bahwa kedua kelompok data hasil belajar siswa berasal dari popuasi yang homogen. Dari hasil pengujian persyaratan analisis data diatas disimpulkan bahwa kedua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians populasi yang homogen. Dengan demikian uji persyaratan Uji t dua sampel independen telah dipenuhi sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Uji t dua sampel idependen adalah suatu teknik penghitungan (statistik parametrik) yang bertujuan untuk menyelidiki pengaruh perbedaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan pembebelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa syarat-syarat untuk analisis parametrik uji t yang meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas data telah dipenuhi. Sedangkan untuk membuat keputusan pengujian hipotesis digunakan uji satu pihak yakni uji pihak kanan. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t dua sampel idependen diperoleh thitung = 5,554 ternya lebih besar dari nilai ttabel = 1,6705 pada taraf kepercayaan dengan derajat kebebasan (dk) = 59. Hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) lebih rendah atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa dengan tidak menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ditolak. Dengan demikian hipotesis alternative yang menyatakan rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan pembelajaran langsung. Adanya perbedaan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil perhitungan menunjukan skor rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) sebesar 73,448 lebih tinggi dari skor rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung atau konvensional sebesar 51,375. Temuan ini membenarkan hipotesis yang diajukan. Dengan kata lain bahwa perbedaan metode pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. PEMBAHASAN Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada penguasaan konsep layang-layang dan trapesium yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran melalui pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dengan yang tidak menggunakan pembelajaran melalui pendekatan Ilmiah (Scientific Approach). Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji t idependen terhadap perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dengan pembelajaran yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai thitung sebesar 5,554 dengan taraf signifikan 0,05. Selanjutnya terbukti bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) memiliki skor rata-rata 73,448 lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan tidak menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dengan skor rata-rata 51,375. Jadi secara umum terdapat pengaruh pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat bahwa penerapan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran matematika dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) adalah situasi pembelajaran yang sengaja diciptakan guru agar siswa berfikir kreatif mandiri disiplin dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam situasi ini guru lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mempu menjelajahi dan memahami apa yang dipelajari secara ilmiah dan juga pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) lebih diarahkan untuk siswa mencari tahu dan berbuat. Sehingga bisa membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam apa yang dipelajari. Dalam situasi ini siswa akan memanfaatkan kemampuan kognitifnya dalam upaya mencari kebenaran dan mengkonfirmasi pengetahuan awalnya. Artinya kemampuan kognitif siswa memperoleh kesempatan untuk dibentuk, disegarkan atau dimantapkan kembali, apalagi jika siswa tersebut masih terus berusaha mencari tahu hal yang baru. Peran guru dalam proses pembelajaran ini bukan hanya pencetus tapi guru juga harus bisa mengantarkan siswa keluar dari ketidak pahaman dengan memperoleh kejelasan dari lingkungannya antara lain dari guru ataupun siswa yang lebih pandai. Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang secara langsung diberikan dari guru ke siswa agar semua materi yang akan disampaikan dapat diterima siswa dengan baik. Dalam pembelajaran konvensional ini semua proses pembelajaran berorientasi kepada guru. Adapun dalam penelitian ini agar tidak terjadi perbedaan yang signifikan mengenai materi yang diajarkan. Maka peneliti memberikan contoh atau latihan soal yang sama antara kelas kontrol dan kelas eksperimen misalkan soal-soal yang diberikan kepada kelas eksperimen lewat LKS diberikan juga kepada kelas kontrol sebagai latihan soal yang mereka kerjakan didalam kelas. Hanya saja dalam kelas kontrol peneliti tidak menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dengan hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dalam penguasan konsep materi layang-layang dan trapesium di SMP Negeri 7 Talaga Biru kelas VII. 2. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh nilai dan nilai pada taraf nyata dan dk = 59. Karena nila , maka berada pada daerah penolakan H0 atau H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar
siswa diajarkan dengan pendekatan saintifik lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang tidak diajarkan dengan pendekatan saintifik. 3. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa terhadap materi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Atsnan & Rahmita. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Makalah dipersentasikan dalam seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema”Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika Untuk Indonesia yang Lebih baik” pada tanggal 9 November 2013 di jurusan pendidikan Matematika FMIPA UNY. Bito, Nursia. 2009. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Untuk SUB Materi Pokok Prismadan Limas Di Kelas VIII SMP Negeri 11 Gorontalo.Tesis. Universitas Negeri Surabaya: Tidak Di Terbitkan Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta. Araska Jihad, Asep & Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo Malabali, Fredi. 2011. Pengaruh Model pembelajaran Konstruktivisme terhadap kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ditinjau dari pemahaman matematik siswa sekolah Dasar. Tesis UNG : Gorontalo, tidak diterbitkan Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR Rizema, Sitiatava. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta. DIVA Press Rohana. 2012. Peran Pendidikan Matematika Sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa. Makalah dipersentasikan dalam seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dalam tema “ Kontibusi pendidikan matematika danm matematika dalam membangun karakter Guru dan Siswa” pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Ruseffendi. 2006. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: C.V Alfabeta Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nuharini & Wahyuni. 2008. Matematika Konsep Dan Aplikasinya Untuk Kelas VII SMP dan MTs. Jakarta: Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.