1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
Pengaruh Interval dan Pemberian Cucian Air Beras Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) varietas Vima-1 SthefanyLatief⁽¹⁾, Nurmi⁽²⁾, dan Fauzan Zakaria⁽³⁾ Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh interval dan volume pemberian air cucian beras terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2014. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri dari dua faktor, faktor pertama interval pemberian air cucian beras terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu 1 x 2 Hari, 1 x 3 Hari, dan 1 x 4 Hari. Faktor kedua volume pemberian air cucian beras yaitu 100 ml, 200 ml, dan 300 ml. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan interval pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3 MST dan 4 MST, jumlah polong pertanaman dan hasil biji kering per polybag dengan perlakuan terbaik yaitu 1 x 3 hari. Perlakuan volume air cucian beras berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3 MST dan 4 MST, luas daun, jumlah polong pertanaman dan hasil biji kering per polybag dengan perlakuan terbaik 200 ml. Terdapat interaksi perlakuan interval dan volume cucian air beras pada parameter tinggi tanaman umur 3 MST dengan kombinasi terbaik 1 x 3 hari + 200 ml. Kata Kunci: Pemberian Air Cucian Beras, Kacang Hijau. PENDAHULUAN Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan tanaman Leguminosa yang tumbuh baik didaerah tropis yang memiliki nilai gizi dan ekonomis penting setelah tanaman kacang tanah dan kedelai. Tanaman pangan ini dikenal luas dan sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Bila dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau. Produksi kacang hijau di Indonesia tahun 2000 sebesar 289.876 ton, kemudian tahun 2001 meningkat menjadi 301,000 ton pada tahun 2002 terjadi penurunan 288,089 ton (BPS, 2003). Daerah Provinsi Gorontalo produksi kacang hijau pada tahun 2009
sebesar 286 ton/ha. Penurunan tersebut disebabkan oleh teknologi budidaya yang kurang optimal, pengaturan jarak tanam yang tidak sesuai dengan kondisi lahan dan penggunaan pupuk organik yang terbatas. Tanaman kacang hijau banyak memerlukan unsur hara dalam pertumbuhan dan perkembangannya, untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut banyak petani menggunakan pupuk organik, dan salah satu sumber pupuk organik yang dapat di gunakan adalah dengan memanfaatkan limbah air cucian beras. Namun demikian limbah air cucian beras ini belum banyak di manfaatkan karena masyarakat belum mengetahui manfaat dari air cucian beras tersebut.
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
Air leri merupakan air cucian beras yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat belum mengetahui manfaat dari air leri. Air leri belum termanfaatkan secara optimal, meski masih mengandung banyak vitamin mineral dan unsur lainya. Air leri masih banyak mengandung gizi seperti vitamin B1 (tiamin) dan B 12 (Fatimah, 2008). Menurut Chamsyah Noor dan Adesca (2006), bahwa salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman adalah air cucian beras. Hal ini karena air cucian beras bisa meningkatkan hasil tanaman karena air cucian beras mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat bisa jadi perantara terbentuknya hormon auksin dan giberelin. Dua jenis bahan yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan. Auksi bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul pengaruh interval dan volume pemberian cucian air beras terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L). Tujuan Penelitian ini untuk : Mengetahui pengaruh Interval pemerian air cucian beras, Volume pemberian air cucian beras, serta interaksi antara Interval dan Volume pada pemberian air cucian beras terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau.
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Mei - Juli 2014. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, skop, timbangan, polybag, alat tulis-menulis, kamera sedangkan bahan yang digunakan yaitu tanah 4 kg / polybag, benih kacang hijau (Varietas Vima 1). Penelitian idesain menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial dengan 2 faktor yaitu interval dan volume pemberian air beras.Faktor pertama interval pemberian air beras terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu : B1 : 1 x 2 Hari, B2 : 1 x 3 Hari, B3 : 1 x 4 Hari, Faktor kedua volume pemberian air beras terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu : V1 : 100 ml, V2 : 200 ml, V3 : 300 m, Setiap perlakuan di atas di ulang 3 kali, sehingga seluruhnya terdapat 27 polybag peneliti. Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut: Penyiapan, Penanaman, Pemberian cucian air beras, Pemeliharaan dan Panen. Komponen variabel yang diamati pada penelitian ini adalah : Tinggi Tanaman (cm), Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari mulai pangkal tumbuh tanaman sampai pada ujung daun tertinggi. engukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 3, 4 MST. Luas daun (cm²) Pengamatan Luas Daun di lakukan pada saat panen yaitu dengan menggunakan metode grafi metric. Jumlah Polong (Buah) : Pengamatan terhadap jumlah polong pada tanaman kacang hijau dilakukan pada saat panen. Berat Biji Kering (g) Berat 100 biji tanaman diamati dengan
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
cara menimbang berat 100 biji tanaman kacang hijau pada setiap rumpun tanaman sampel yang diambil secara acak. Hasil Biji Kering Per PolyBag (g/polybag). Perhitungan berat biji yaitu menimbang berat biji yang dipanen pada tiap tanaman dengan cara memetik polong yang telah menunjukan kriteria buah matang atau buah siap panen kemudian ditimbang hasil dari masingmasing tanaman. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Analisis Of Varianse (ANOVA). Selanjutnya untuk menguji hipotesis pertanaman dilakukan dengan menggunakan uji F. Jika F hitung > F tabel maka dilakukan Uji Lanjut BNT 5% HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Kacang Hijau Pada Umur 2 Dan 4 MST (cm) Perlakuan interval pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang hijau 4 MST tetapi tidak berpengaruh pada umur 2 MST. Volume pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang hijau 4 MST tetapi tidak berpengaruh pada umur 2 MST serta interaksi kombinasi antara perlakuan tidak berpengaruh nyata pada umur 2 dan 4 MST. Hasil pengamatan timggi tanaman kacang hijau disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Perlakuan Interval Tinggi Tanaman (Cm) Perlakuan 2 MST 4 MST Interval B1 9,33 13,26 a B2 10,11 14,68 b B3 9,78 12,73 a BNT 5% 1,27 Volume V1 9,89 12,40 a V2 9,28 13,92 b V3 10,06 12,40 a BNT 5% 1,18 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %. MST = minggu setelah tanam Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada umur 2 dan 4 MST dan hasil uji BNT 0,05 menunjukkan bahwa ratarata tinggi tanaman kacang hijau pada 4 MST tertinggi di peroleh pada perlakuan interval 1 x 3 hari yaitu 14,68 cm dibandingkan dengan perlakuan interval 1 x 2 hari dan interval 1 x 4 hari. Perlakuan volume pemberian air cucian beras 200 ml menunjukkan ratarata tertinggi yaitu 13,92 dibandingkan dengan perlakuan 100 ml dan 300 ml. Perlakuan interval pemberian dan volume pemberian tidak berpengaruh nyata pada 2 MST diduga tanaman kacang hijau belum menyerap unsur hara ataupun zat pengatur tumbuh yang terdapat pada air cucian beras sehingga pertumbuhan tanaman kacang hijau relatif sama. Perlakuan interval pemberian air cucian beras berpengaruh terhadap tinggi tanaman 4 MST dengan interval pemberian 1 x 3 hari hal ini diduga pertumuhan tinggi tanaman lebih
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
baik, air cucian beras tidak terlalu tergenang dan kebutuhan air cucian beras pada kondisi tersebut optimal, hingga berpengaruh terhadap pembelahan sel-sel tanaman dan transport hara dari tanah ke tanaman. Interval pemberian air cucian beras berpengaruh terhadap rata-rata pertambahan tinggi tanaman sebagai pencerminan pertumbuhan tanaman. Perlakuan volume pemberian air cucian beras 200 ml berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST diduga volume 200 ml telah mampu mencukupi kebutuhan tanaman kacang hijau akan air dan unsur hara. Hasil penelitian Purniawati, Sampurno, dan Armaini (2014) menunjukkan sidik ragam tinggi batang bahwa interaksi interval pemberian air kelapa muda dan dosis air cucian beras dan pada faktor utama dosis air cucian beras berpengaruh tidak nyata, Air cucian beras banyak mengandung unsur hara seperti N, P dan K. Menurut Salisbury dan Ross (1995) unsur N berfungsi dalam merangsang pertumbuhan tanaman, unsur P berfungsi dalam merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel serta unsur K berfungsi sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis. Meningkatnya tinggi tanaman terjadi melalui perpanjangan ruas-ruas akibat membesarnya sel-sel atau bertambahnya umur tanaman. Semakin baik tanah dalam melakukan transport hara, kebutuhan akan hara juga akan semakin tercukupi, sehingga tanaman mampu memberikan rata-rata tinggi tanaman yang lebih baik.
Tinggi Tanaman Kacang Hijau Pada Umur 3 MST (cm) Interaksi perlakuan interval pemberian air cucian beras dan volume pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang hijau umur 3 MST. Hasil pengamatan tinggi tanaman kacang hijau disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada 3 MST terhadap Interaksi Perlakuan Interval dan Volume Pemberian Air Cucian Beras. Rata-rata Tinggi Perlakuan Tanaman (cm) B1 V1 10,0 a B1 V2 10,0 a B1 V3 10,0 a B2 V1 11,0 b B2 V2 13,5 d B2 V3 12,0 c B3 V1 11,0 b B3 V2 11,0 b B3 V3 11,7 b 0,7854 BNT 5% Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5 %. Rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada umur 3 MST dan hasil uji BNT 0,05 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi di peroleh pada perlakuan interval 1 x 3 hari + volume 200 ml yaitu 13,5 dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini karena interval pemberian air cucian beras 1 x 3 hari dengan volume 200 ml mampu memacu pertambahan tinggi tanaman dengan keberadaan ZPT auksin dan
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
giberelin sebagai akibat adanya kandungan karbohidrat yang terdapat pada air cucian beras tersebut. Hasil penelitian Bukhari (2013) Tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan A2 yaitu 26,00 cm dan terendah dijumpai pada perlakuan A0 yaitu hanya 23,20 cm. Rata-rata tinggi tanaman yang dihasilkan oleh pemberian air cucian beras pada perlakuan A3 tidak berbeda nyata dengan pemberian air cucian beras pada perlakuan A2, akan tetapi perlakuan A1 berbeda nyata dengan pemberian A2. Tanaman terung umur 30 hst menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada perlakuan A3 yaitu 25,51 cm dan terendah dijumpai pada perlakuan A0 yaitu hanya 20,89 cm. Rata-rata tinggi tanaman yang dihasilkan oleh pemberian air cucian beras pada perlakuan A3 tidak berbeda nyata dari pemberian air cucian beras, tetapi berbeda nyata pada perlakuan A1. Hal ini diduga karena pemberian air cucian beras memiliki peranan yang sangat besar terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Menurut Hermawan Andrianto (http://www.pdfqueen.com), air leri atau air bekas cucian beras dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman adenium karena air leri mengandung vitamin B1 yang dapat mempercepat pertumbuhan akar dan tinggi tanaman. Luas Daun Perlakuan volume pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap luas daun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap interval pemberian air cucian beras dan interaksi antara perlakuan. Hasil pengamatan luas daun tanaman kacang hijau disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Luas Daun berdasarkan perlakuan interval dan volume pemberian air beras. Perlakuan
Rata-rata Luas Daun
Interval B1 477,43 B2 393,59 B3 491,64 BNT 5% Volume V1 435,05 a V2 525,05 b V3 402,0 a BNT 5% Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %. tn=tidak nyata Rata-rata luas daun tanaman kacang hijau dan hasil uji BNT 0,05 menunjukan nilai tertinggi diperoleh pada volume pemberian air cucian beras 200 ml yaitu 525,05 dibandingkan dengan volume 100 ml dan 300 ml hal ini diduga pemberian 200 ml telah cukup memenuhi kebutuhan kacang hijau sehingga kacang hijau mampu memanfaatkan air cucian beras tersebut untuk proses fotosintesis. Apabila fotosintesis berlangsung dengan baik maka fotosintat yang dihasilkan juga banyak yang kemudian digunakan untuk pembentukan daun. Berdasarkan hasil penelitian Catharina (2011), luas daun dapat di lihat bahwa media tumbuh yang berasal dari sayong dan bayan pada pemberian air 100 % kadar lengas dan juga penanaman kombinasi padi dan kacang hijau, luas daunya lebih
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
besar di bandingkan dengan pemberian air 50 %. Jumlah Polong Per Tanaman Perlakuan Interval pemberian air cucian beras dan volume pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman kacang hijau tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap interaksi kombinasi perlakuan interval pemberian dan volume pemberian air cucian beras. Hasil pengamatan jumlah polong per tanaman disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Polong Per Tanaman berdasarkan perlakuan interval dan volume pemberian air beras Perlakuan Interval B1 B2 B3 BNT 5% Volume V1 V2 V3 BNT 5%
Rata-rata Jumlah Polong Per Tanaman 7,78 a 11,33 b 8,00 a 1,82 7,22 a 10,22 b 9,67 a 3,16
Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang beda pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %. Perlakuan interval pemberian air cucian beras 1 x 3 hari menunjukkan rata-rata tertinggi terhadap jumlah polong per tanaman yaitu 11,33 dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan volume 200 ml menunjukkan nilai tertinggi yaitu 10,22 dibandingkan dengan volume 100 ml dan 300 ml. Hal ini diduga bahwa pemberian air cucian
beras 1 x 3 hari merupakan waktu yang tepat dalam penyiraman sehingga tanaman kacang hijau tersebut tidak kekurangan air. Hal ini sejalan dengan pernyataan Somaatmadja (1985), bahwa terjadi kekurangan air pada masa pembentukan bunga, pembentukan dan pengisian polong akan menyebabkan sedikit biji yang terbentuk, biji yang dihasilkan kecil-kecil sehingga bobot dari biji berkurang. Pada bobot polong menunjukkan bahwa semakin menurunnya tingkat pemberian air, semakin turun pula jumlah dan bobot polong. Perlakuan volume pemberian air cucian beras 200 ml berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman kacang hijau hal ini diduga karena air sebagi sarana transport bagi unsur hara dari tanah ke tanaman, diperlukan dalam proses metabolisme tanaman, seperti proses fotosintesis, transpirasi tanaman dan pelarut sejumlah bahan organik bagi tanaman. Berdasarkan hasil penelitian Nurul (2012) analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan air cucian beras coklat berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman, hasil rata-rata terbanyak jumlah polong tanaman kacang hijau terlihat pada perlakuan air cucian beras coklat (b4) 1 l air cucian beras coklat yaitu 58,975 buah, perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin banyak konsentrat air cucian beras coklat yang diberikan maka jumlah polong akan semakin banyak. Seperti halnya pada perlakuan (b4) 1 l air cucian beras coklat, jumlah polong lebih banyak dibanding perlakuan lain.
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
Berat Biji Perlakuan volume pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji tanaman kacang hijau tetapi tidak berpengaruh nyata tergadap interval pemberian air cucian beras dan interaksi kombinasi perlakuan. Hasil pengamatan berat 100 biji tanaman kacang hijau disajikan pada Tabel 5. Tabel 5.Rata-rata berat 100 biji terhadap perlakuan interval dan volume pemberian air beras. Perlakuan Rata-rata Berat Biji Interval B1 5,89 B2 5,78 B3 6,33 BNT 5% Volume V1 5,11 a V2 6,89 b V3 6,00 a BNT 5% 1,23 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %. tn=tidak nyata. Rata-rata berat 100 biji tanaman kacang hijau dan hasil uji BNT 0,05 menunjukan nilai tertinggi diperoleh pada volume pemberian air cucian beras 200 ml yaitu 6,89 dibandingkan dengan volume 100 ml dan 300 ml hal ini diduga bahwa dengan pemberian 200 ml tanaman kacang hijau mendapatkan air cucian beras sesuai dengan kebutuhan air tanaman. Pada fase generatif melalui pemberntukan bunga dan polong, tanaman kacang hijau tidak
begitu banyak membutuhkan air. Hal ini disebabkan pada fase generatif, tanaman sudah mengurangi pembentukan sel, perkembangan tanaman sudah mengarah pada penimbunan karbohidrat, lemak dan protein (Suhartina, 2003). Air cucian beras berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh karena karbohidrat yang ada dalam kandungan air cucian beras ini menjadi perantara terbentuknya hormon auksin dan giberelin. Dua jenis bahan yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh buatan. Auksin bermanfaat merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk perangsangan akar ( Leandro, 2009). Selain itu, air cucian beras mengandung unsur Mn yang berperan menonaktifkan enzim IAA Oksidase yang berfungsi memecahkan IAA (Indol Acetic Acid) yang tidak lain adalah hormon auksin (Istiqomah, 2010). Meningkatnya kandungan auksin menyebabkan pemanjangan tanaman baik di bagian pucuk maupun di bagian akar. Fungsi Mn yang tidak kalah penting adalah pada proses fotolisis air (penguraian air) sehingga terbentuk energi yang dapat digunakan tanaman untuk proses-proses metabolisme seperti absorbsi, transpirasi, pembelahan sel, pembungaan, pembentukan buah dan lain-lain. Berat Biji Kering Perlakuan Interval pemberian air cucian beras dan volume pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap berat biji kering per polybag kacang hijau tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap interaksi kombinasi perlakuan interval pemberian dan volume pemberian air cucian beras.
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
Hasil pengamatan berat kering biji per polibag disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata berat biji kering per polybaag terhadap perlakuan interval dan volume pemberian air beras. Perlakuan
Rata-rata Berat Biji Kering Per Polybag
Interval B1 6,56 a B2 8,00 b B3 7,56 a BNT 5% 1,08 4 Volume V1 6,44 a V2 7,67 b V3 8,00 b 1,88 BNT 5% Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata pada uji BNT 5 %. Rata-rata berat biji kering per polybag tanaman kacang hijau dan hasil uji BNT 0,05 menunjukkan nilai tertinggi di peroleh pada interval pemberian air cucian beras 1 x 3 hari yaitu 8,00 di bandingkan dengan perlakuan lainya, hal ini diduga pembrian pada 1 x 3 memberikan hasil terbaik, karena pemenuhan kebutuhan air cucian beras untuk digunakan dalam pertumbuhan berada dalam keadaan optimum. Berdasarkan hasil penelitian Nurul (2012) dapat dilihat bahwa hasil rata-rata terberat biji kering tanaman kacang hijau terlihat pada perlakuan air cucian beras coklat (b4) 1 l air cucian beras coklat yaitu 41,31 g, perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin banyak konsentrat air
cucian beras coklat yang diberikan maka berat kering biji tanaman kacang hijau akan semakin besar. Seperti halnya pada perlakuan (b4) 1 l air cucian beras coklat berat kering biji lebih besar dibanding perlakuan lain. Hasil penelitian Suhartono dkk (2008) interval pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang ditunjukkan dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah polong dan berat kering polong. Perlakuan volume pemberian air cucian beras 200 dan 300 ml tidak berbeda nyata terhadap berat biji kering per polibag kacang hijau hal ini diduga karena air cucian beras mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, karbohidrat ini yang menjadi perantara terbentuknya hormon auksin dan giberelin. Selain itu air cucian beras mengandung unsur fosfor yang dapat meningkatkan hasil dari tanaman kacang hijau. Menurut (BPTP, 2009). Unsur posfor yang tersedia waktu pengisian polong dapat meningkatkan proses fisiologis tanaman dalam pembentukan karbohidrat dan protein, selanjutnya ditransfer ke bagian polong untuk pembentukan biji. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Interval pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau yang di tunjukkan oleh tinggi tanaman 3 MST dan 4 MST, jumlah polong pertanaman, dan hasil biji kering per polybag dengan perlakuan terbaik yaitu 1 x 3 hari.
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
2.
Volume pemberian air cucian beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau yang di tunjukkan oleh tinggi tanaman 3 MST dan 4 MST, luas daun, jumlah polong pertanaman, dan hasil biji kering per polybag dengan perlakuan terbaik 200 ml.
Dwi
3.
Terdapat interaksi perlakuan interval dan volume cucian air beras pada parameter tinggi tanaman umur 3 MST dengan kombinasi terbaik 1 x 3 hari + 200 ml.
Istiqomah, N. 2010. Pengaruh Pemberian Air Cucian Beras Coklat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Seledri (Apium Graveolens L.) Pada Tanah Rawa Lebak. Agroscientiae. 3 (17): 152-155.
DAFTAR PUSTAKA Bukhari. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum Melongena). (Dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jabal Ghafur) BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian). 2009. Pengaruh pemberian Pupuk TSP terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang hijau ( Phaseolus radiata L.). http://sumbar.litbang.deptan.go.i d. Diakses tanggal 09 Agustus 2011. Chamsyah Noor Muhammad dan Adesca Yoga (Mahasiswa TL ankatan 2011). 2006. Buanglah Air Cucian Berasmu dengan Bail dan Benar. Jurnal Harian Sumbawa Barat Pos edisi 29 Desember 2011.
Indah Purniawati, Sampurno, Armaini. 2014. Pemberian Air Kelapa Muda dan Air Cucian Beras Pada Bibit Karet (Heva Brasiliensis) Stum Mata Tidur Hardi, J. 2008. Aplikasi IAA dan PPC organik terhadap pertumbuhan bibit karet stum mata tidur. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Pekanbaru.
Leandro, M. 2009. Pengaruh Kombinasi Air Cucian Beras terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat dan Terong
. Diakses tanggal 4 Maret 2011. Nur, Fatimah S. 2008. Efektivitas Air Kelapa dan Leri Terhadap Pertumbuhan Tanaman Hias Bromelia (Neoregelia carolinae) Pada Media Yang Berbeda. (Skripsi) http://etd,eprints.umg.ac.id/2035 /1/A420030153.pdf (diakses tanggal 27 Desember 2014) Salisbury, F.B dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan (jilid 2). ITB. Bandung. Somaatmadja, S. 1985. Kedelai Puslitbangtan. Bogor, hal. 73-86
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG
Suhartono. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. Jurnal Embryo. Vol, 5 (1). Suhartina, 2003. Perkembangan Dan Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1918 – 2003. balai penelitian kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang, 67 hal.
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNG