Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
PERBANDINGAN SISTIM KERJA DAN UPAH KELOMPOK KERJA TANAM PADI ”ODONG-ODONG” DENGAN PEKERJA HARIAN
(Suatu Kasus di Desa Lemah Duhur-Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang) Oleh Kuswarini Sulandjari, Sulistyo Sidik Purnomo, Briljan Sudjana, Yayu Sri Rahayu Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang Abstrak Tujuan penelitian adalah mempelajari sistim kerja, sistim upah, produktivitas tenaga kerja dan optimalisasi kelompok kerja tanam padi “Odong-odong” dan pekerja” harian. Merupakan penelitian deskriptif analitik dengan data kualitatif dan kuantitatif dilakukan di Desa Lemah Duhur-Kecamatan Tempuran-Kabupaten Karawang, musim tanam Mei sampai Oktober 2008. Mengambil dua sampel odong-odong, dengan 58 sampel anggota, secara stratified random sampling, dua sampel sawah yang ditanami oleh pekerja yang diupah secara harian. Responden adalah sampel anggota dan pengurus kelompok odong-odong, pekerja harian, pemilik/pengelola sawah dan tokoh masyarakat. Data diambil dengan mengadakan wawancara, menggunakan kuesioner dan mengadakan pengamatan lapang. Hasil penelitian menunjukkan : Teknik penanaman bibit yang dilakukan odong-odong sama dengan pekerja harian. Terdapat pembagian kerja dan spesialisasi kerja dalam kelompok odong-odong, sedangkan pekerja harian tidak, sehingga cara odong-odong meringankan kerja anggota. Anggota odong-odong mendapat kepastian kerja dan tidak perlu mencari sendiri pemilik sawah yang memakai jasanya, sedangkan pekerja harian tidak ada kepastian pekerjaan dan mencari pemakai jasanya. Bagi pemilik sawah mempekerjakan odong-odong lebih mudah dari pada menggunakan pekerja upah harian karena tidak perlu mencari pekerja secara perorangan, tidak perlu, mengatur dan melakukan pengawasan intensif, selain itu dari segi waktu lebih cepat, tidak khawatir bila hujan turun dan tidak sampai tertunda hingga hari berikutnya. Jumlah upah tanam odong-odong ditentukan atas dasar negosiasi pemilik/pengelola sawah dengan ketua odong-odong, tanpa sepengetahuan dan persetujuan pekerja. Jumlah upah tanam sistim tegel, Rp. 500.000,-/ha, sistim tanam legowo Rp.600.000,-/ha. Upah pekerja odong-odong riil Rp.20.000,-/hari atau Rp.2.500/jam. Perhitungan upah pekerja odong-odong sesuai produktifitasnya Rp.12.500//hari, lebih rendah bila dibandingkan pekerja harian (Rp.22.500) bahkan pekerja harian secara pasti mendapat upah Rp. 5000,-/jam atau Rp.40.000,-hari yang tidak tergantung produktifitas. Produktifitas pekerja odong-odong (110 m2/jam= 882 m2/hari) lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja harian (100 m2/jam= 800 m2/hari). Penanaman per rumpun bibit memerlukan waktu 2,04 detik untuk odong-odong, lebih cepat dibandingkan dengan harian (2,25 detik). Penggunaan tenaga kerja odong-odong untuk satu hektar sawah secara optimal sejumlah 11,34 orang, satu hari selama 8 jam. Upah borongan odong-odong Rp.500.000,-
21
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
/hektar maka upah untuk pekarja Rp.225.208,- penghasilan pengurus Rp. 274.792,-. Penggunaan tenaga kerja upah harian secara optimal untuk satu hektar sawah sejumlah 12,5 orang dalam satu hari selama 8 jam.. Bila upah satu hari Rp.40.000,- maka jumlah upah penanaman satu hektar sawah Rp.500.000,-. Kata kunci : Pekerja, sistim kerja, upah, produktifitas, optimal
PENDAHULUAN Beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Kebutuhan beras nasional terus meningkat seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk. Produksi beras di Indonesia juga meningkat dari 20,2 juta ton pada tahun 1971 menjadi 54 juta ton pada tahun 2006 dan ditargetkan meningkat 5% setiap tahun mulai dari tahun 2007 (Sembiring, H.2007). Kabupaten Karawang sebagai penyangga/pemasok beras tingkat nasional yang areal persawahan mencapai 89.596 hektar (ha) sekitar 50,98% dari total wilayah. Dengan luas tanam setiap tahun mencapai 180.520 ha dan produksi rata-rata 968 ton (Profil Investasi Karawang, 2001). Upaya-upaya peningkatan produksi beras melibatkan berbagai komponen dari instansi pemerintah, lembaga penelitian, lembaga perguruan tinggi, sektor swasta penyedia sarana produksi, lembaga keuangan, lembaga pemasaran dan pelaksana proses produksi pertanian yaitu petani, termasuk buruh tani. Produksi padi (beras) selain untuk memenuhi kebutuhan pangan juga penting untuk memberikan sumbangan/kontribusi yang cukup besar pada pendapatan nasional dan merupakan kesempatan kerja, khususnya bagi penduduk pedesaan (Limbong, 1999). Warga kabupaten Karawang tidak sedikit yang bekerja sebagai buruh tani. Diantaranya tidak sedikit yang bekerja khusus sebagai tukang tandur(tanam) padi. Sudah lebih dari sepuluh tahun terakhir ini terdapatlah kelompok-kelompok pekerja tanam padi yang dinamakan “odongodong”. Setiap kelompok beranggotakan lebih dari 30 orang, bahkan mencapai 300 orang. Kelompok odong-odong ini setiap musim tanam berpindah-pindah dari kampung ke kampung untuk menawarkan dan menjual jasanya yaitu mengerjakan pekerjaan menanam/tanam padi. Beberapa ketua odong-odong menyatakan kekhawatirannya akan ditinggalkan anggotanya untuk bekerja sebagai pekerja pabrik, menjadi TKW atau pekerjaan yang lainnya, sedangkan kaderisasi minim sekali (Pikiran Rakyat, 2003). Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk (Suratiyah, K. 2006). Menurut sumbernya tenaga kerja dalam usahatani berasal dari keluarga dan dari luar keluarga (Soeharjo dan Patong, 1973). Kegiatan tenaga kerja dari luar keluarga sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja. Sistim upah dibedakan menjad tiga yaitu upah borongan, upah waktu dan upah premi. Masing-masing sistim akan mempengaruhi prestasi tenaga seseorang. Efisiensi tenaga kerja juga menunjukkan produktifitas kerja tenaga kerja (Suratiyah, K. 2006). Dengan demikian kajian tentang sistim upah tanam padi baik pada kelompok kerja tanam odong-odong maupun sistim yang biasa diterapkan sebelumnya yaitu sistim upah harian perlu dilakukan.
22
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
Perumusan Masalah 1. Bagaimana sistim kerja menanam bibit padi yang dilakukan oleh kelmpok odong-odong dan tenaga upah harian. 2. Bagaimana sistim upah odong-odong dan sistim upah harian. 3. Berapa produktifitas tenaga kerja odong-odong dan harian. 4. Berapa penggunaan tenaga kerja optimal. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sistm kerja menanam bibit padi kelompok odong-odong dan pekerja harian. 2. Mengetahui sistim upah odong-odong dan sistim upah pekerja harian. 3. Mengukur produktifitas tenaga kerja kelompok kerja tanam padi odong-odong dan pekerja harian. 4. Menghitung penggunaan tenaga optimal. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi ketua kelompok odong-odong, petani atau pengelola sawah dan instansi terkait, serta merupakan khasanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat akademik maupun masyarakat luas.
TINJAUAN PUSTAKA Kelompok Kerja Tanam Padi Odong-odong Pikiran Rakyat (2003), warga Kabupaten Karawang yang tinggal di pedesaan, tak sedikit yang punya profesi khusus sebagai ahli tandur padi di sawah. Para petandur yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga itu tergabung dalam kelompok kerja tanam padi yang dipimpin seorang ketua. Kelompok ini dinamakan ”Odong-odong”. Setiap musim tanam padi dari pagi hingga sore hari mereka sibuk bekerja di sawah karena banyak dimintai tenaganya oleh para pemilik sawah. Di beberapa desa di Kecamatan Klari, odong-odong tidak hanya sekedar melayani jasa tandur saja tetapi juga menggarap padi di musim ngoyos (40 hari setelah tandur). Odong-odong kerja ngoyos sama sekali tidak diberi upah oleh pemilik sawah. Imbalannya adalah jika tiba musim panen, pasukan odong-odong yang ngoyos gratis itulah yang berhak memanen padi di lahan sawah tersebut, dengan upah 6 : 1 artinya seper-enam dari hasil panen diberikan sebagai upah tenaga pemanen. Beberapa ketua odong-odong mengungkapkan rasa kekhawatirannya, mengingat kaderisasi pasukan odong-odong minim sekali, para ibu tampaknya kurang berminat terjun ke sawah dengan alasan memilih kerja di pabrik dan tidak sedikit yang menjadi TKW. Semakin sedikit tenaga tanam padi, padahal belum ada mesin pertanian yang bisa menanam padi seperti traktor pembajak sawah. Setiap grup odong-odong umumnya beranggotakan antara 50 ampai dengan 70 orang. Pasca panen, menjelang musim tanam, ketua odong-odong ke perkampungan guna menawarkan jasanya kepada pemilik sawah. Setelah mendapatkan pesanan dan menerima uang panjer sebagai uang ikatan kerja, ketua langsung memberikan jadual kepada para anggotanya. Dalam areal satu hektar, jasa untuk para odong-odong antara Rp. 235.000,- sampai dengan Rp. 300.000,-. Jika diolah oleh 60 orang, bisa dikerjakan antara sekitar pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00. Setelah selesai, langsung bekerja di lahan lain hingga sore hari. Setiap anggota rata-rata mendapat upah Rp. 30.000,-/hari.
23
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
Tenaga Kerja dan Upah Tenaga Kerja dalam usaha tani dapat berasal dari dua sumber yaitu tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga yang diperoleh dari daerah lain. Apabila mendatangkan tenaga kerja dari luar upahnya lebih tinggi. Menurut jenisnya, pembagian tenaga kerja didasarkan atas spesialisasi pekerjaan, kemampuan fisik dan keterampilan kerja seperti tandur, mencangkul, membajak, panen dan sebagainya. Pemanfaatan tenaga kerja dalam pertanian terdistribusi menurut tahapan kegiatan budidaya tanaman sejak pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen sampai pasca panen yang tergantung kepada musim tanam dan faktor alam. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri dalam hal distribusi dan alokasi tenaga kerja pertanian. Ada kalanya memerlukan tenaga yang banyak karena diperlukan kegiatan secara serempak, ada kalanya tenaga kerja menganggur karena saat menunggu aktifitas berikutnya. Dalam analisis ketenagakerjaan. tenaga kerja dibedakan menjadi : tenaga manusia, ternak dan mekanik. Setiap jenis tahapan pekerjaan dalam pertanian berbeda dari faktor kebiasaan yang menentukan misalnya pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga kerja keras biasanya dilakukan oleh pria atau ternak. Sebaliknya pekerjaan menanam atau membersihkan rumput pada tanaman padi dilakukan oleh kaum wanita. Tenaga kerja manusia terdiri atas tenaga kerja pria dewasa, wanita dewasa dan anak-anak. Jumlah tenaga kerja dihitung atau diukur dengan hari kerja orang (HKO) yang setara dengan 8 jam kerja. Dalam analisis tenaga kerja diperlukan standarisasi satuan kerja yang biasanya disebut dengan hari kerja setara pria atau (HKSP) diukur dengan membandingkan besar kecilnya upah tenaga kerja. Menurut Ken Suratiyah (2006), sistim upah dibedakan menjadi tiga yaitu upah borongan, upah waktu dan upah premi. Masing-masing sistim akan mempengaruhi prestasi seseorang tenaga luar. Upah borongan adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja dengan pekerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja. Upah borongan ini cenderung membuat para pekerja untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan agar segera dapat mengerjakan pekerjaan borongan lainnya. Upah waktu adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. Sistim ini cenderung membuat pekerja untuk memperlama waktu kerja dengan harapan untuk mendapat upah lebih banyak. Upah premi adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja. Efisiensi tenaga kerja juga menunjukkan produktifitas kerja tenaga kerja dapat dihitung dengan formula : Efisiensi tenaga kerja =
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lemah Duhur - Kecamatan Tempuran-Kabupaten Karawang dengan pertimbangan karena Kecamatan Tempuran merupakan sentra produksi padi dengan areal persawahan paling luas (8.183 hektar) di Kabupaten Karawang (BPS 2004) dan Desa Lemah Duhur adalah desa dengan areal sawah terluas di Kecamatan Tempuran (UPTD Penyuluhan Pertanian Kecamatan Tempuran 2006).
24
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengn bulan Oktober tahun 2008. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik suatu kasus kelompok kerja pekerja tanam padi odong-odong dikomparasikan (dibandingkan) dengan sistim upah harian ditinjau dari cara kerja, sistim upah meliputi cara pengupahan dan jumlah upah, produktifitas tenaga kerja serta penggunaan tenaga kerja secara optimal. Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Dalam upaya menjawab tujuan satu, data didiskripsikan. Untuk tujuan dua, tiga dan empat dari dua odong-odong data dirata-rata. Demikian halnya data dari dua areal sawah yang ditanami tenaga upah harian juga diratarata. Dari keduanya kemudian dibandingkan. Populasi dan Sampel Sampel odong-odong diambil secara purposive dengan mengambil secara sengaja dua odong-odong dengan pertimbangan satu odong-odong yang keberadaan paling lama atau umurnya paling tua dengan frekuensi kerja paling banyak dan satu odong-odong yang paling muda dan frekuensi kerja sedikit menurut informasi dari tokoh masyarakat, penyuluh serta instansi yang terkait. Di Desa lamah Duhur terdapat tiga odong-odong. Dari tiga odong-odong tersebut yang diambil sebagai sampel odong-odong tertua adalah odong-odong yang diketuai oleh Bapak Oman, berdiri sejak tahun 1980, dan odong-odong paling muda adalah odong-odong yang diketuai oleh Bp Sukri, yang berdiri tahun 1986. Luas sawah yang ditanami masingmasing odong-odong 3 hektar dan 2 hektar. Sampel anggota kelompok odong-odong diambil secara acak berstrata (stratified random smpling) dengan strata umur anggota, karena umur anggota berhubungan dengan lamanya menjadi anggota. Sedangkan bila dilihat dari sisi pendidikan dan carakerja/keterampilan pekerja, bersifat homogen. Selain anggota kelompok, semua pengurus, pemilik sawah, beberapa petani dan tokoh masyarakat juga diambil sebagai responden Pengambilan sampel anggota kelompok odong-odong berdasarkan strata umur anggota, yaitu strata umur kurang dari 30 tahun, antara 30 tahun – 50 tahun dan lebih dari 50 tahun. Rumus yang digunakan adalah rumus Slovin dalam Umar, H. (1998 : 2) sebagai berikut : N Ni n = _________ Rumus sampel masing-masing strata : ni = ____ x n 1 + Ne2 N Keterangan : n = ukuran sampel ni = ukuran sample strata ke i N= ukuran populasi Ni = ukuran populasi strata ke i e = (bound of error)
Berdasarkan rumus tersebut dengan menggunakan bound of error 10 %, dan populasi dari masing-masing strata terpilih sejumlah sampel dengan komposisi sebagai berikut :
25
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
Tabel 1. Sampel Anggota Odong-odong Tertua Strata 1 2 3
Umur anggota kelompok <30 tahun 30-50 tahun >50 tahun
Jumlah populasi (orang) 5 30 17
Jumlah sample (orang) 3 20 11
Jumlah
52
34
Tabel 2. Sampel Anggota Odong-odong Termuda Strata
Umur anggota kelompok <30 tahun 30-50 tahun >50 tahun
Jumlah populasi (Orang) 3 27 2
Jumlah sample (Orang) 2 20 2
1 2 3
Jumlah
32
24
Dalam membandingkan cara kerja pekerja tanam odong-odong dengan pekerja upah harian, dilakukan pengamatan terhadap cara kerja odong-odong dan cara kerja pekerja harian pada saat melaksanakan pekerjaan menanam padi. Sampel sawah yang ditanami oleh tenaga upah harian diambil secara acak dua areal sawah yang bibitnya ditanami oleh tenaga yang diupah secara harian, masing-masing seluas 0,2 ha dan 0,3 ha, dengan jumlah pekerja 5 orang dan 6 orang, semuanya diambil sebagai responden. Definisi Operasional a. Cara kerja mananam bibit padi adalah cara kerja kelompok odong-odong dalam memindahan bibit padi dari areal pembibitan ke areal penanaman, meliputi mencabut bibit, mengangkut, memberi tanda lobang tanam dan menanam. Selain itu juga cara kerja berkelompok kelompok kerja tanam padi odong-odong. b. Sistim upah adalah cara pemilik sawah memberkan upah kepada odong-odong dan upah harian meliputi penentuan jumlah upah, jumlah upah, waktu pemberian. c. Produktivitas tenaga kerja adalah jumlah curahan pekerja yang diperlukan untuk menyelesakan pekerjaan menanam padi persatuan luas lahan (jam atau hari kerja orang per hektar). d. Penggunaan tenaga kerja optimal adalah jumlah tenaga kerja (orang) yang diperlukan untuk mengerjakan penanaman bibit padi pada satu hektar sawah dalam satu hari kerja (delapan jam). Indikator Variabel a. Luas lahan/sawah yang ditanami (hektar) b. Besarnya upah terdiri dari : upah odong-odong, upah anggota odong-odong pekerja harian (Rupiah) c. Jumlah pekerja (orang) d. Lamanya bekerja (jam)
upah
26
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
Pengambilan Data Data dikumpulkan dengan instrumen atau alat manusia sebagai pencacah yang mengadakan wawancara dengan sampel dan responden menggunakan kuesioner yang sudah disiapkan. Untuk mengetahui cara kerja tanam padi dan cara kerja kelompok odong-odong data diambil dari hasil pengamatan langsung di lapangan pada saat odong-odong dan pekerja upah harian sedang bekerja menanam bibit padi di sawah. Teknik Analisis Dalam upaya menjawab tujuan satu, data didiskripsikan. Untuk tujuan dua, tiga dan empat data dari dua odong-odong dirata-rata. Demikian halnya data dari dua areal sawah yang ditanami tenaga upah harian juga dirata-rata. Dari keduanya kemudian dibandingkan. Produktifitas tenaga kerja dihitung dengan mambagi luas lahan yang ditanami dengan jumlah tenaga kerja dan lamanya bekerja dengan formulasi : Produktifitas tenaga tanam bibit = Luas sawah yang ditanami Jumlah pekerja x jam kerja Optimalisasi tenaga kerja dimaksudkan adalah jumlah penggunaan tenaga kerja orang untuk menyelesaikan penanaman seluas satu hektar dalam satu hari (8 jam). Dapat dihitung dengan cara membagi luas satu hektar sawah/lahan dengan produktifitas tenaga kerja. Diformulasikan sebagai berikut : Penggunaan tenaga kerja optimal = Satu hektar sawah Produktifitas tenaga kerja tanam Jumlah penggunaan tenaga kerja optimal dikalikan kelayakan upah kerja satu hari didapatkan perhitungan upah yang layak untuk borongan odong-odong.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sistim Kerja Menanam Bibit Padi Kelompok odong-odong a. Dari hasil pengamatan lapang, sistim kerja kelompok odong-odong dalam menanam bibit padi dapat diuraikan sebagai berikut. b. Kerja dimulai pagi hari antara pukul 6.30 sampai pukul 07.00 secara bersama- sama, sekitar jam 10.00 beristirahat untuk makan pagi. Siang hari istirahat lagi untuk minum kopi, kemudian bekerja lagi sampai sore hari. c. Satu orang bertugas membuat larikan dengan caplak, untuk tanam biasa dengan jarak 25 cm x 25 cm, dua arah sama, sedangkan legowo dua larikan satu sela, dengan jarak 25 cm x25 cm dua arah. d. Bersama-sama mencabut bibit, tanah-tanah yang menempel pada bibit dikepyok untuk dibersihkan. Satu atau dua orang bertugas mengangkut bibit dengan pikulan. e. Bibit yang sudah bersih diletakkan di pikulan oleh pengangkut bibit (satu sampai dua orang), kemudian dibawa dan dibagi-bagi diletakkan dekat lokasi tanam. f. Bila jumlah bibit siap di lokasi tanam, anggota secara bersama-sama menanam bibit di larikan yang sudah dibuat. Anggota yang bertugas mencabut bibit melanjutkan sampai selesai. g. Pekerja menanam dengan arah melangkah maju, kaki menapak di tengah-tengah sela antara tanaman, jumlah bibit 3-4 batang. h. Bila penanaman sudah selesai di satu lokasi, dan masih ada pekerjaan di sawah yang lain, maka pekerja berpindah ke sawah lain, bisa dua sampai tiga kali pindah sawah sesuai instruksi ketua.
27
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
i. Pekerja baru pulang bila areal terakhir sudah terselesaikan dan waktu sudah sore antara pukul 15.30 sampai 17.00. Pekerja upah harian Mulai bekerja antara pukul 06.30 sampai pukul 07.00, sama dengan odong-odong, istirahat sekitar pukul 10.00, makan siang pukul 12.00. Pemilik sawah menyediakan kopi, kue kadang-kadang juga makan siang. Menurut ketentuan pekerja pulang sore hari sekitar pukul 16.30, akan tetapi bila pekerjaan sudah selesai pekerja mengakhri pekerjaan dan pulang, walaupun belum sampai batas waktu mengakhiri pekerjaan. Demikian halnya walaupun pekerjaan belum selesai tetapi hari sudah sore, pekerja mengakhiri pekerjaan kemudian pulang. Cara mencabut, memindahkan dan menanam bibit padi yang dilakukan pekerja harian sama dengan yang dilakukan kelompok odong-odong. Diantara pekerja harian tidak mengadakan pembagian tugas atau pembagian kerja mencabut bibit, memindahkan bibit dan menanam untuk pekerja harian tidak sistimatis, terstruktur dan tidak terbiasa seperti kelompok odong-odong. Semua pekerja mengambil bibit sendiri dari areal pembibitan dibawa ke sawah tempat penanaman kemudian ditanam. Lubang tanam ditandai dengan menggunakan alat kayu yang diberi tanda. Perbedaan cara kerja pekerja upah harian dengan odong-odong adalah jarak yang ditempuh untuk menanam di larikan lebih panjang karena jumlah pekerja sedikit jadi harus mondar-mandir mengambil bibit dan menanam di satu jalur (larikan). Sedangkan odong-odong, karena jumlah pekerja banyak, pekerja bergerombol, masing-masing menanami sejauh jangkauan tangan, sehingga tidak perlu menyusuri larikan demi larikan dan mondar-mandir mengambil bibit, sehingga jarak yang ditempuh pekerja odong-odong lebih pendek. Berjalan mondar-mandir di sawah memerlukan tenaga karena melangkah dengan membenamkan dan mengangkat kaki di sawah berlumpur yang dalam cukup berat. Dengan demikian pekerja harian lebih banyak mengeluarkan tenaga. Menurut keterangan pemilik lahan, jumlah orang yang bekerja ditentukan oleh ketua odong-odong, yang disesuaikan dengan luas sawah. Dengan demikian bila dilihat dari segi waktu lamanya bekerja, penanaman oleh odong-odong, lebih cepat, dan dapat dipastikan selesai dalam satu hari, sehingga mengurangi kekhawatiran akan turunnya hujan dan penundaan pekerjaan menjadi tidak selesai dalam satu hari (bila lahan luas). Kemudahan lain dari penggunaan odong-odong adalah pemilik/pengelola sawah tidak perlu mencari pekerja, serta tidak perlu malakukan pengawasan yang intensif saat pekerja penanaman bibit. Menurut anggota odong-odong, kemudahan ikut odong-odong adalah adanya kepastian pekerjaan dan tidak perlu mencari sendiri pemilik sawah yang pemakai jasanya. Sedangkan pekerja harian belum ada kepastian pekerjaan dari pemilik sawah yang memakai jasanya sehingga mencari sendiri pekerjaan. Sistim Upah Sistim upah odong-odong adalah secara borongan, jumlah upah ditentukan atas dasar negosiasi antara ketua dengan pemilik sawah tanpa sepengetahuan dan persetujuan anggota. Jumlah upah Rp. 500.000,-/hehtar untuk jarak tanam 25 cm x 25 cm, sedangkan untuk cara tanam legowo Rp.600.000,-/hektar. Secara rata-rata dalam penelitian upah odong-odong/hektar Rp. 540.000,- lebih rendah dari pada harian (Rp.840.000,-).Upah diberikan kepada ketua odong-odong, sebagian sebelum bekerja sebagai uang muka, sisanya diberikan setelah menyelesaikan pekerjaan. Upah pekerja odong-odong diberikan secara harian dari ketua odong-odong ratarata Rp.20.000,-/hari tanpa makan dan tambahan lainnya. Ada kalanya pemilik sawah memberi hidangan dan kopi pada siang hari. Bila pekerjaan sampai sore melebihi jam kerja
28
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
harian, upah ditambah Rp.2.500,- sampai Rp.5000,-. Upah diberikan dua hari sekali atau setiap hari sekali (untuk odong-odong muda). Tidak jarang anggota sudah meminjam uang terlebih dulu sehingga upah dipotong untuk mengembalikan pinjamannya. Bila perlu pengangkutan, upah dipotong untuk ongkos angkut. Pemberian upah pekerja harian dilakukan setelah selesai bekerja, dengan jumlah yang sama untuk semua pekerja yaitu Rp. 40.000,- /hari, dengan tambahan kue, kopi dan kadang-kadang makan siang. Secara rinci upah tanam odong-odong dan harian di Tabel 3 Tabel 3. Perbandingan Upah Tanam Odong-odong dengan Harian No
Uraian
Satuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8
Luas sawah Upah Jumlah pekerja Waktu Upah 1 hektar Jumlah pekerja/ha Upah riil/orang Upah riil/orang
Meter 2 Rupiah Orang Jam Rp/ha Orang Rp/hari Rp/jam
Odongodong 25.000 1.350.000 50 5 540.000 20 20.000 2.500
Harian
Perbandingan
2.500 220.000 5,5 4,5 880.000 22 40.000 5.000
Odong-odong
Produktivitas Produktifitas tenaga kerja dihitung dengan membagi luas sawah yang ditanami dengan jumlah orang yang bekerja dikalikan lamanya waktu kerja. Dari data luas sawah, jumlah orang yang bekerja dan lamanya bekerja, serta jarak tanam 25 cm X 25 cm. sehingga terdapat 160.000 rumpun dalam satu hektar sawah, selanjutnya dianalisis. Hasil analisis upah odong-odong tua dan muda kemudian dirata-rata. Demikian halnya untuk upah harian I dan II juga dirata-rata. Hasil rata-rata upah odong-odong dibandingkan dengan hasil rata-rata upah harian, seperti di Tabel 4 berikut. Tabel 4. Perbandingan Produktifitas Tenaga Kerja Odong-odong dengan Harian No. 1. 2. 3. 4. 3.
Produktifitas Produktifitas/orang Produktifitas/orang Produktifitas/orang Waktu tanam/rumpun/orang Upah perhitungan per orang sesuai produktifitas
M /jam M2/hari Rumpun/jam
Odongodong 110 880 1760
Detik
2,04
2,25
Odong-odong
Rp/hari
12.500
22.500
Odong-odong
Satuan 2
Harian
Perbandingan
100 800 1600
Odong-odong>harian Odong-odong>harian Odong-odong>harian
Dari tabel dapat dilihat bahwa produktifitas tenga kerja perorangan per jam dan per hari anggota odong-odong lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja upah harian. Upah riil per hari, upah riil per jam, upah perhitungan sesuai produktifitas tenaga kerja, untuk anggota odong-odong lebih rendah dari pada pekerja upah harian. Secara perhitungan, bila upah Rp 20.000,-/hari dengan lama 8 jam, berarti upah anggota Rp. 2.500,-/jam, sehingga upah anggota odong-odong di satu lahan yang dikerjakan =
29
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
Rp.12.500,-/hari, sisa waktu dapat dipergunakan untuk dipekerjakan di sawah yang lain. Upah pekerja harian Rp. 40.000,-/hari, dengan tidak memperhitungkan apakah dalam satu hari bekerja selama 8 jam ataupun kurang dari 8 jam. Penggunaan Tenaga Kerja Optimal Penggunaan tenaga kerja optimal merupakan jumlah orang yang diperlukan untuk mengerjakan penanaman bibit padi di satu hektar sawah yang dikerjakan dalam satu hari kerja selama delapan jam. Penggunaan tenaga kerja optimal dihitung dengan cara membagi satu hektar sawah dengan produktifitas tenaga kerja per orang dalam satu hari. Hasil perhitungan di Tabel 5. Tabel 5. Perhitungan Penggunaan Tanaga Kerja Optimal
No 1. 2 3. 4.
Perhitungan penggunaan tenaga kerja optimal Jumlah tenaga optmal/hektar Jumlah pekerja/ha/hari Upah total sehari @ Rp.40.000 Upah pekerja/ha
Satuan
Odongodong
Harian
Perbandingan
Jam/ha
91
100
Odong-odong
Orang
11,34
12,50
Odong-odong
Rp.
450.000
500.000
Odong-odong
Rp./ha
226.823
500.000
Odong-odong
Tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk satu hektar tanah dikerjakan dalam satu hari secara optimal oleh 11.34 orang dengan lama kerja 8 jam. Bila upah odong-odong per hektar Rp. 500.000, maka upah seluruh pekerja Rp.226.823,-, untuk upah tenaga kerja Rp. 20.000,-/orang. Ongkos ketua dan pengurus lain Rp.273.177,-. Bila ongkos pekerja disesuaikan dengan upah tenaga kerja pada umumnya atau upah harian pekerja Rp.40.000,maka ongkos untuk pekerja total Rp.453.646,- sehingga penghasilan pengurus Rp.47.354,/hari. Cara yang sama dapat dilakukan untuk menghitung kondisi optimal bila menggunakan standar upah minimal regional. Penggunaan tenaga kerja optimal untuk upah harian sejumlah 12,5 orang dalam satu hari untuk menanam bibit padi di lahan seluas satu hektar, sehingga jumlah upah Rp. 500.000,-. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan. 1. Sistim kerja : a. Teknik penanaman bibit yang dilakukan odong-odong sama dengan pekerja harian. b. Terdapat pembagian kerja dan spesialisasi kerja dalam kelompok odong-odong, sedangkan pekerja harian tidak, sehingga cara odong-odong meringankan kerja anggota. c. Anggota odong-odong mendapat kepastian kerja dan tidak perlu mencari sendiri pemilik sawah yang memakai jasanya, sedangkan pekerja harian tidak ada kepastian pekerjaan dan mencari pemakai jasanya. d. Bagi pemilik sawah mempekerjakan odong-odong lebih mudah dari pada menggunakan pekerja upah harian karena tidak perlu mencari pekerja secara perorangan, tidak perlu, mengatur dan melakukan pengawasan intensif, selain itu dari
30
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
segi waktu lebih cepat, tidak khawatir bila hujan turun dan tidak sampai tertunda hingga hari berikutnya. 2. Sistim upah a. Jumlah upah tanam odong-odong ditentukan atas dasar negosiasi pemilik/pengelola sawah dengan ketua odong-odong, tanpa pengetahuan dan persetujuan pekerja. Jumlah upah tanam jajar Rp. 500.000,-/ha, tanam legowo Rp.600.000,-/ha. b. Upah pekerja odong-odong riil Rp.20.000,-/hari atau Rp.2.500/jam. Perhitungan upah pekerja odong-odong sesuai produktifitasnya Rp.12.500//hari, lebih rendah bila dibandingkan pekerja harian (Rp.22.500) bahkan pekerja harian secara pasti mendapat upah Rp. 5000,-/jam atau Rp.40.000,-hari dengan tidak tergantung produktifitas. 3. Produktifitas pekerja odong-odong lebih tinggi (110 m2/jam= 882 m2/hari) bila dibandingkan dengan pekerja harian (100 m2/jam= 800 m2/hari). Penanaman per rumpun bibit memerlukan waktu 2,04 detik untuk odong-odong, lebih cepat dibandingkan dengan harian (2,25 detik). 4. Penggunaan tenaga kerja optimal a. Penggunaan tenaga kerja odong-odong untuk satu hektar sawah secara optimal sejumlah 11,34 orang, satu hari selama 8 jam. Upah borongan odong-odong Rp.500.000,-/hektar, dengan upah Rp.20.000,-/orang/hari maka jumlah upah untuk pekarja Rp.225.208,- dan penghasilan pengurus Rp. 274.792,-. b. Penggunaan tenaga kerja upah harian secara optimal untuk satu hektar sawah sejumlah 12,5 orang dalam satu hari selama 8 jam. Bila upah satu hari/orang Rp.40.000,- maka jumlah upah penanaman satu hektar sawah Rp.500.000,-. Saran Kelompok kerja tanam Odong- odong berfungsi secara teknis, manajemen dan sosial bagi anggota, ketua, pengurus, dan pemilik atau pengelola sawah sebagai pemakai jasa. Akan tetapi upah pekerja odong-odong lebih rendah bila dibandingkan dengan upah harian maka disarankan 1. Keberadaan odong-odong perlu dilestarikan, dan dibina untuk memantapkan grup, kelembagaan sosial, memperbaiki manajemen serta teknik penanaman bibit. 2. Pengaturan jadual dan optimalisasi penggunaan tenaga odong-odong sejumlah 11,34 orang untuk penanaman bibit padi di satu hektar sawah dalam satu hari kerja selama 8 jam. 3. Penggunaan tenaga kerja harian untuk satu hektar sawah sejumlah 12,5 orang dalam satu hari kerja, selama 8 jam. 4. Meningkatkan upah harian pekerja odong-odong sesuai Upah Minimum Kabupaten (UMK) atau mendekati upah pekerja harian.
31
Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011
DAFTAR PUSTAKA Pemerintah Daerah Karawang, 2001. Profil Investasi Kabupaten Karawang. Karawang. Badan Pusat Statistik, 2004. Karawang Dalam Angka. BPS. Karawang. UPTD Penyuluh Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kecamatan Tempuran, 2006. Rekapitulasi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) Kegiatan Pendataan dan Pengandalian Pola Distribusi Pupuk Urea da SP 36 Tahun Anggaran 2006. UPTD Penyuluh Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kecamatan Tempuran. Karawang. Pikiran Rakyat, 2003. Jika “Odong-odong” Tak Mau Lagi Turun ke Sawah. Pikiran Rakyat 2 Mei 2003. http://www.pikiran rakyat.com/cetak/0503/02/0415.htm. 5 Maret 2008. Badan Pusat Statistik, 2006. Karawang Dalam Angka 2006/2007. BPS. Karawang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Lahan Rawa Lebak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Selatan. Limbong, WH., 1999. Sistem Pemasaran Komoditas Tanaman Pangan di Beberapa Propinsi di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi. Mimbar Sosek. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Sembiring, H., 2007. Kebijakan Penelitian dan Rangkuman Hasil Penelitian BB Padi dalam Mendukung P2BN. Makalah Seminar. Soeharjo, dan D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi IPB. Bogor. Suratiyah, K., 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Umar, H. 1998. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Desertasi. Raja Grafindo. Jakarta.
32