1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
1
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max L) merill MELALUI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) Lisna Taha (1), Mohammad Ikbal Bahua (2), Fitriah S. Jamin (3)
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pertumbuhan dan Produksi dua Varietas yaitu Varietas Kaba dan Varietas Wilis Tanaman Kedelai (Glycine max L) merill dan Pupuk Organik Cair serta interaksi antara pupuk dan Dua Varietas Kedelai. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai dengan Juni 2015 Didesa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Penelitian menggunakan rancangan faktorial dalam RAK dengan faktor pertama dosis pupuk terdiri atas 4 taraf yaitu MO= tanpa pupuk, M1= 15 liter/ha, M2= 20 liter/ha, M3= 25 liter/ha. Faktor kedua Varietas terdiri dari 2 taraf yaitu V1= kaba, V2= Wilis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan yakni tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong pertanaman, berat 100 biji kering, berat biji kering perpetak. Pupuk Organik Cair 25 liter/ha memberikan hasil produksi kedelai mencapai 1.3 kg setiap petak yaitu Varietas Wilis. Terdapat interaksi antara perlakuan pupuk organik cair 25 liter/ha terhadap jumlah daun dan jumlah polong pertanaman yaitu pada Varietas Wilis Dari hasil penelitian dilapangan perlakuan pupuk organik cair 25 liter/ha memberikan hasil yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Varietas Wills. Varietas Wilis Memberikan Hasil Produksi 4 ton/ha dibandingkan dengan Varietas Kaba 3 ton/ha. Varietas Wilis sudah bisa mencapai hasil lebih dari Deskripsi Varietas Wilis.
Kata Kunci : Pertumbuhan Produksi, Pupuk Organik Cair, Varietas.
PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max L.) Merill merupakan salah satu komoditas pangan utama yang tinggi nilai gizinya selain padi dan jagung. Di Indonesia kebutuhan akan kedelai meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, karena masyarakat Indonesia menggunakan kedelai sebagai bahan baku utama makanan rakyat seperti tempe, tahu, kecap. Namun, tak sedikit juga dibuat dalam bentuk ice cream, keju, yogurht kedelai, dan tepung untuk sari kedelai. Selain itu juga digunakan sebagai bahan baku makanan ternak dan industri. Kedelai mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan mempunyai prospek pemasaran yang baik sekitar 70 %. Kandungan gizi kedelai cukup tinggi antara lain 35 gram protein, 53 gram karbohirat 18 gram lemak dan 8 gram air dalam 100 gram bahan makanan bahkan untuk varietas unggul tertentu, kandungan proteinnya 40-43 gram (Suprapto, 2004). Selain itu 1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
2
kedelai juga mengandung mineral– mineral seperti Ca, P, dan Fe serta kandungan vitamin A dan B (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Sutanto (2002) menyatakan bahwa Salah satu upaya untuk mewujudkan pertanian sebagai industri yang lestari adalah penggnaan pupuk organik dalam budidaya kedelai. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penggunaan secara terus menerus akan meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan daya dukung lahan. Menurut Isro (2009) bahwa organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki peran kunci di tanah. Peran kunci tersebut adalah: a) fungsi biologi, menyediakan makanan dan habitat untuk mikroorganisme tanah: menyediakan energi untuk proses biologi tanah; memberikan kontribusi pada daya pulih tanah. b) fungsi kimia yaitu merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah; penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah; menyimpan cadangan hara penting. c) fungsi fisika yaitu mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur tanah; meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air; perubahan moderat terhadap suhu tanah. Budidaya tanaman dengan sistem organik merupakan sistem produksi tanaman yang terpadu dan berbasis ekologi dengan menghindari bahan-bahan kimia serta menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaharui yang berasal dari sistem usaha tani itu sendiri (Reijntjes dkk.,1999) Penanbahan bahan organik pada budidaya kedelai organik menstimulir aktivits biologi tanah dan berakibat nutrisi mineral lebih tersedia bagi tanah dan hara essensial akan kembali ke tanah (Kuepper 2003). Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme. Pertumbuhan memiliki sifat tidak dapat kembali atau irreversible. Sedangkan perkembangan merupakan proses untuk mencapai kematangan fungsi suatu organisme. Walaupun berbeda dari segi pengertian, namun kedua proses ini berjalan secara simultan atau pada waktu yang bersamaan dan saling terkait. Adapun perbedaannya terletak pada faktor kuantitatif dan kualitatif. Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif karena mudah diamati, yaitu tejadi perubahan jumlah dan ukuran. Perkembangan hanya dapat dinyatakan secara kualitatif karena terjadi perubahan fungsional dalam tubuh suatu organisme sehingga tidak dapat diamati. Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali degan stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organorgan yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Terdapat 2 macam pertumbuhan, yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Produktivitas kedelai nasional saat ini masih sangat rendah, yaitu 1,3 ton/ha (Atman, 2009) Potensinya masih dapat ditingkatkan sampai 2,5 ton/ha melalui pemanfaatan teknologi maju dan pemeliharaan yang intensif. Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai, misalnya penggunaan pupuk secara efisien, waktu tanam yang tepat, daya dukung lahan yang sesuai, serta penggunaan varietas unggul yang memiliki daya adaptasi yang tinggi/luas pada berbagai agroekosistem (Martodireso dan Suryanto, 2001). Produksi dalam negeri hanya mampu mencukupi 32 % konsumsi domestik, sedangkan sisanya harus dicukupi melalui impor. Hal ini karena rata – rata produksi kedelai ditingkat petani masih rendah yaitu 1,3 ton per hektar (Malian 2004). Peningkatan produksi kedelai guna meningkatkan kecukupan dalam negeri telah dilakukan dengan jalan ekstensifikasi dan intensifikasi. Namun upaya ini masih terkendala dengan terbatasnya lahan yang tersedia karena lahan digunakan untuk berbagai tanaman palawija yang lebih kompetitif serta adanya konversi lahan pertanian yang terus meningkat. 1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
3
Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan produksi kedelai agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Upaya peningkatan produksi kedelai telah banyak dilakukan baik melalui teknik budidaya, penggunaan varietas unggul dan memperbaiki pemupukan tanaman menuju kemandirian pangan dan berkelanjutan (Hutapea dan Mashar., 2004), Peningkatan produksi kedelai dapat ditingkatkan dengan intensifikasi pertanian salah satunya dengan pemanfaatan pupuk organik cair. Pupuk organik cair adalah sarana teknologi organik untuk meningkatkan hasil panen dibidang pertanian maupun peternakan. Marolis mengandung berbagai macam mikroba yang sangat dibutuhkan dalam perbaikan struktur dan tekstur tanah, selain dari itu sarana teknologi marolis juga digunakan dalam menekan mortalitas ternak juga membantu dalam peningkatan produktifitas peternakan dan perikanan serta berdampak untuk efektifitas pemakaian pakan pabrikan. Salah satu pupuk organik yang dapat diaplikasikan pada budidaya kedelai adalah pupuk organik cair. Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya rendah maksimal 5%, dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair. Maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, hal ini disebabkan pupuk organik cair 100 persen larut. Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga mampu menyediakan hara secara cepat (Musnamar, 2006) Keuntungan pupuk organik cair marolis saat ini bisa menekan pemakaian pupuk kimia yang berlebihan, sehingga pupuk organik cair ini bisa membantu memperbaiki struktur tanah yang tidak efisien lagi atau kurang subur. Sedangkan keuntungan pupuk organik cair masa depan adalah tanah – tanah yang akan dipakai untuk menanam tetap terpelihara dari pemakaian pupuk tersebut. Varietas merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha pengelolaan teknik budidaya tanaman. Pemilihan varietas memegang peranan penting dalam budidaya kedelai, karena untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto, 2006). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pertumbuhan dan produksi dua varietas tanaman kedelai melalui pemberian pupuk organik cair, mengetahui perlakuan manakah yang memberikan pertumbuhan dan produksi dua varietas tanaman kedelai melalui pemberian pupuk organik cair dan mengetahiu interaksi pertumbuhan dan produksi dua varietas tanaman kedelai melalui pemberian pupuk organik cair. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pengambil kebijakan oleh dinas pertanian dalam program budidaya tanaman kacang kedelai dengan penggunaan pupuk organik cair dengan dua varietas berbeda, sebagai bahan informasi bagi petani dalam menggunakan pupuk organik cair dengan dua varietas berbeda, menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi, Universitas Negeri Gorontalo, di bidang budidaya pertanian dan pemupukan. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Juni 2015. 1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
4
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Cangkul, Meteran, timbangan analitik, tugal, plakat nama, camera, tali, parang, patok, ember, tangki air, alat tulis. Bahan yang dipakai yaitu benih varietas Benih kacang kedelai varietas Kaba dan varietas Wilis, POC. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok ( faktorial RAK) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama yaitu pupuk organik cair dan faktor kedua varietas. Pada tiap – tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Susunan perlakuan sebagai berikut : Faktor pertama dosis pupuk organik cair ( rekomendasi pupuk 20 liter /ha ) M0 = Tanpa pupuk (kontrol) M1 = Dosis Pupuk organik cair 15 Liter /ha M2 = Dosis Pupuk organik cair 20 Liter /ha M3 = Dosis Pupuk organik cair 25 Liter /ha Faktor kedua varietas Kaba dan Varietas Wilis VI = Varietas Kaba V2 = Varietas Wilis Parameter yang diamati meliputi Tinggi tanaman (cm), jumlah daun, (helai), jumlah polong pertanaman, berat polong kering (gram), berat 100 biji pertanaman (kg). Analisis yang digunakan adalah persamaan regresi berganda dan analisis deskriptif yaitu menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya dalam pengamatan penelitian menggunakan Analisis Of Variance (ANOVA). Apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan menggunakan uji pada BNT taraf 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk perlakuan pupuk organik cair dan varietas berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman pengamatan 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan tinggi tanaman dan varietas pada pengukuran tinggi tanaman 2 MST. Tinggi dua varietas tanaman kedelai pada umur pengamatan 2 MST, 4 MST, dan 6 MST disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.Tinggi Dua Vairetas Tanaman Kedelai Berdasarkan Pengaruh Perlakuan Pupuk Organik Cair dan Pada Pengamatan 2 MST. Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST Pupuk Organik Cair Tanpa Pupuk 13,92a 30,44a 61,15a Dosis 15 liter/ha 14,43a 31,80b 65,77b Dosis 20 liter/ha 15,21b 32,68c 65,50b Dosis 25 liter/ha 16,21c 34,62d 75,87c BNT 5% 0,717 0,868 2,269 Varietas Kedelai 30,37a 61,97a Varietas Kaba 13,64a Varietas Wilis 16,25b 34,40b 72,18b BNT 5% 1,014 1,227 3,208 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5%. MST = minggu setelah tanam
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
5
Berdasarkan pengamatan data pada Tabel 1. bahwa perlakuan pupuk organik cair dosis 25 liter/ha memberikan hasil yang terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan lainnya, Hal ini diduga bahwa perlakuan pupuk organik cair berguna untuk memperbaiki sifat fisik tanah, kimia dan biologi tanah. Menurut Susanto (2002) mengemukakan bahwa penggunaan POC secara terus menerus akan meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan daya dukung lahan pertanian. Perlakuan varietas wilis memiliki tinggi tanaman terbaik dibandingkan perlakuan varietas kaba pada pengamatan 2 MST, 4 MST dan 6 MST. Hal ini diduga varietas wilis memiliki daya tumbuh yang sangat baik pertumbuhannya, tahan terhadap penyakit karat, virus dan juga tahan rebah. Jumlah Daun Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk perlakuan pupuk organik cair dan 2 varietas berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman Pengamatan 2 MST disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Daun Dua Vairetas Tanaman Kedelai Berdasarkan Pengaruh Perlakuan Pupuk Organik Cair dan Pada Pengamatan 2 MST. Perlakuan
Jumlah Daun (Helai) 2 MST
Pupuk Organik Cair Tanpa Pupuk 7,00a Dosis 15 liter/ha 7,03a Dosis 20 liter/ha 7,83b Dosis 25 liter/ha 7,99b BNT 5% 0,408 Varietas Kedelai Varietas Kaba 6,97a Varietas Wilis 7,96b BNT 5% 0,578 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair dosis 25 liter/ha merupakan perlakuan terbaik dibandingkan perlakuan tanpa pupuk. Hal ini disebabkan pemberian pupuk organik cair 25 liter/ha mengandung mikroba yang dapat membantu penyerapan unsur hara sehingga fotosintesis optimal dan menghasilkan fotosintat yang banyak untuk pertumbuhan tanaman kedelai terutama pembentukan daun. Pembentukan daun sangat dipengaruhi ketersediaan nitrogen, kekurangan nitrogen dapat menyebabkan tanaman kedelai tumbuh lambat, karena kekurangan klorofil dan kerdil. Pada pengamatan 2 MST tidak terdapat interaksi perlakuan pupuk organik cair dan varietas tanaman. Hal ini disebabkan unsur hara yang terkandung dalam pupuk belum dapat terurai dengan baik sehingga membutuhkan waktu agar dapat diserap oleh tanaman kedelai. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk perlakuan pupuk organik cair dan 2 varietas tanaman pada pengamatan 4 dan 6 MST, berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman. pengamatan 4 dan 6 MST dan terdapat interaksi antara perlakuan pupuk organik cair dan varietas tanaman sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
6
Tabel 3. Jumlah Daun Tanaman Kedelai Berdasarkan Interaksi Perlakuan Pupuk Organik Cair dan Vairetas Pada Pengamatan 4 dan 6 MST. Varietas Kedelai Pengamatan Pupuk Organik Cair Varietas Kaba Varietas Wilis Tanpa Pupuk 16,27a 18,07ab Dosis 15 liter/ha 18,13b 23,93d 4 MST Dosis 20 liter/ha 21,73c 23,31cd Dosis 25 liter/ha 24,53d 23,48cd BNT 5 % 1,959 Tanpa Pupuk 53,93a 70,13b Dosis 15 liter/ha 64,27b 80,47c Dosis 20 liter/ha 79,40c 80,80c 6 MST Dosis 25 liter/ha 89,07d 91,47d BNT 5 % 5,491 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa ada interaksi antara pupuk organik cair 25 liter/ha dan varietas kaba pada jumlah daun tanaman pengamatan 4 MST. Karena Varietas kaba agak tahan penyakit karat daun. Pada 6 MST menunjukkan bahwa ada interaksi jumlah daun antara perlakuan pupuk organik cair dan varietas wilis merupakan perlakuan terbaik dibandingkan interaksi perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa varietas wilis memiliki kandungan hara yang relatif tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan hara pendukung pertumbuhan varietas wilis. Sarif (2005) menyatakan bahwa setiap varietas akan membutuhkan pupuk yang berbeda jumlahnya untuk menunjang pertumbuhan dan menghasilkan produksi yang lebih baik. Masing-masing varietas akan memberikan respons pertimbuhan dan tingkat yang berbeda –beda. Jumlah Polong Pertanaman Berdasarkan hasil pengamatan dan anaisis sidik ragam untuk perlakuan pupuk organik cair dan varietas ada interaksi pada jumlah polong pertanaman. Rata—rata jumlah plonh berisi dan hasil uji BNT 5%. Disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Polong Perpetak Tanaman Kedelai Berdasarkan Interaksi Perlakuan Pupuk Organik Cair dan Vairetas. Varietas Kedelai Pupuk Organik Cair Varietas Kaba Varietas Wilis Tanpa Pupuk 58,00a 60,90ab Dosis 15 liter/ha 68,20b 75,20b Dosis 20 liter/ha 73,73b 101,65d Dosis 25 liter/ha 84,67c 113,47e BNT 5 % 9,376 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukKan berbeda nyata pada uji BNT 5%. Dari tabel diatas dapat dielaskan bahwa perlakuan pupuk memberikan hasil terbaik pada pertambahaan jumlah polong perlakuan dosis pupuk organik cair 25 liter/ha dan varietas Wilis dibandingkan dengan perlakuan lainnya, berdasarkan uji BNT
organik cair dan varietas tanaman kedelai. Untuk memberikan hasil terbaik 5%. Bahwa Peningkatan
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
7
aktivitas fotosintesis akan meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan sebagai cadangan makanan dalam bentuk polong dan terakumulasinya hasil fotosintat dari karbohidrat ke cadangan makanan dalam bentuk biji akan bertambah (Poerwowidodo, 1993). Hal ini diduga yang menyebabkan pemberian pupuk organik cair juga meningkatkan bobot kering biji per plot. Berat 100 Biji Kering Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk berat 100 biji kering berpengaruh nyata pada perlakuan pupuk Organik cair dan Varietas. Disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Berat 100 Biji kering Tanaman Kedelai Berdasarkan Pengaruh Perlakuan Pupuk Organik Cair dan Vairetas. Perlakuan
Berat 100 Biji Kering
Pupuk Organik Cair Tanpa Pupuk Dosis 15 liter/ha Dosis 20 liter/ha Dosis 25 liter/ha BNT 5% Varietas Kedelai Varietas Kaba Varietas Wilis BNT 5% Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang pada uji BNT 5%.
12,33a 12,83b 13,50b 14,17b 0,473 12,67a 13,75b 0,668 berbeda menunjukKan berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair dosis 25 liter/ha dan varietas Wilis merupakan perlakuan terbaik dibandingkan perlakuan tanpa pupuk dan varietas kaba .Varietas Wilis menghasilkan bobot kering 100 biji sebesar 13 g. biji pada Wilis ini sudah mampu mencapai bahkan melebihi potensi hasil 100 biji yaitu sebesar ± 10 g. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Wilis memiliki respons terbaik terhadap pupuk organik cair yang diberikan sehingga mampu meningkatkan produksi yang terlihat dari peubah amatan bobot kering 100 biji. Menurut Nasir (2002) menyatakan bahwa hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk, dan praktek budidaya lainnya. Semua kombinasi input ini penting dalam mencapai produktivitas tinggi. Berat Biji Kering perpetak Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk perlakuan pupuk organik cair dan varietas berpengaruh nyata pada produksi. Rata-rata pengaruh produksi perpetak dan uji BNT 5% disajikan pada Tabel 6.
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
8
Tabel 6. Berat Biji Kering perpetak Tanaman Kedelai Berdasarkan Interaksi Perlakuan Pupuk Organik Cair dan Varietas. Varietas Kedelai Varietas Kaba Varietas Wilis Tanpa Pupuk 791,33a 1035,33bc Dosis 15 liter/ha 936,67b 1404,00d Dosis 20 liter/ha 1156,67c 1613,33e Dosis 25 liter/ha 1593,00e 1674,00e BNT 5 % 133,355 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji BNT 5%. Pupuk Organik Cair
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perlakuan pupuk organik cair 25 liter/ha dan varietas Wilis, memberikan hasil terbaik pada pertambahan berat biji kering perpetak dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan adanya interaksi antara pupuk organik cair dan varietas. Karena dengan pemakaian pupuk organik cair yang banyak unsur hara dalam tanah tersedia dan juga memperbaiki struktur tanah yang kurang baik bagi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Wilis memberikan hasil produksi lebih baik dibandingkan Varietas Kaba. Adanya setiap perbedaan kedua varietas tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan sifat-sifat pada setiap Varietas sesuai dengan genotif yang dimilikinya. Pemberian pupuk organik cair dapat meningkatkan produksi tanaman kedelai karena semakin banyak pupuk organik cair yang diberikan pada tanah akan memperbaiki tanah berkelanjutan (Hutapea dan Mashar 2004), Peningkatan produksi kedelai dapat ditingkatkan dengan intensifikasi pertanian salah satunya dengan pemanfaatan pupuk organik cair. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1.
2. 3.
Pemberian pupuk Organik Cair dosis 25 liter/ha berpengaruh nyata pada semua parameter pengamatan yakni tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong pertanaman, jumah 100 biji kering, berat biji kering perpetak. Pemberian pupuk organik cair dosis 25 liter/ha memberikan pertumbuhan dan produksi yang baik pada varietas Wilis. Terdapat interaksi antara perlakuan pupuk Oganik Cair dosis 25 liter/ha dan varietas Wilis pada jumlah daun dan jumlah polong pertanaman.
Saran 1. Diupayakan adanya informasi terhadap masyarakat petani dalam usaha pembudidayaan kedelai menggunakan pupuk organik cair sehingga dapat menekan penggunaan pupuk kimia. 2. Sebagai Mahasiswa harus berusaha menginformasikan, mengajak dan bekerja bersama petani dalam hal budidaya kedelai Varietas Wilis yang memiliki potensi produksi yang baik. 3. Bagi setiap teman-teman Mahasiswa yang membaca tulisan ini, penulis mengajak diri pribadi sendiri dan anda untuk mencoba dan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan Varietas Wilis dengan pupuk organik cair dengan dosis yang berbeda. 1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
9
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2006. Budidaya Dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Anugerah, Y.2004. Pertumbuhan dan produksi kedelai (Glycine max L.) Azahari D.H.2008. membangun kemandirian pangan dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional. Analisis kebijakan pertanian Vol.6, No 2: 174 – 195. Ekawati,I., S Srijono, H Basri, K. Menik. 2002. Studi potensi limbah organik dalam mendukung pertanian organik di Kabupaten Sumenep. Badan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Sumenep. Hutapea, J. dan A.Z. Mashar. 2004. Ketahanan Pangan dan Teknologi Produktivitas Menuju Kemandirian Pertanian Indonesia. (On-line). http://www.Asean.Oshnet.com/ diakses tanggal 1November 2011. Isroi, 2009. Pemanfaatan jerami padi sebagai pupuk organik In Situ untuk mengurangi pupuk kimia dan subtitusi pupuk. Makalah pada Diskusi dengan sekretaris Menteri Pertanian di Fakultas Pertanian di UGM, Yogyakarta 7 Mey 2009. http./www csiro.au diakses tanggal 2 Juli 2009. Kuepper, G. 2003. Organic Soybeen Production ATTRA WWW.attra.ncat.org. Diakses tanggal 2 juli 2009 Lamina. 1989. Kedelai dan Pengembangannya. CV. Simplex, Jakarta. Manurung, R.M.H. 2001. Prospek dan Tantangan Agribisnis Kedelai di Tengah Meningkatnya Impor. Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan Musnamar, E. 2005. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan dan Pengaplikasiannya. Penebar Swadaya. Jakarta. Nasir, M. 2002. Bioteknologi Molekular Teknik Rekayasa Genetika Tanaman. Citra Adiya Bakti. Bandung. Naibaho K, 2006. Pengaruh Jarak Tanam Dan Pemupukan N Lewat Daun Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max L) Merril Poerwowidodo. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sarief, E.S. 2005. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Simatupang P., Marwoto, dan D.K.S. Swastika 2005. Pengembangan kedelai. Sutanto, R 2002. Pertanian Oganik Menuju Pertanian Alternatifdan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta..
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG 2. Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UNG
10