UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD NEGERI WANASARI 14 BEKASI Yudi Budianti Isma Safiyyah e-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Model Siklus Belajar (Learning Cyclel) merupakan model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis dan pembelajaran student centered yang membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan proses melalui langkah-langkah secara sistematis dengan model siklus belajar. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV berjumlah 39 siswa. Data yang digunakan adalah hasil observasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang diolah secara deskriptif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian data persentase yang diperoleh pada siklus I siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 22 siswa atau 56,41%. dan pada siklus III siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 34 siswa atau 87,17%. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
I.
PENDAHULUAN IPA mempunyai karakteristik sebagai produk dan proses yang dikembangkan ilmuan dengan keterampilan proses. Pembelajaran IPA menekankan pada kemampuan aktivitas siswa dan keterampilan proses. Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan produk dan proses dikehidupan nyata di sekitar siswa. Carin dan Sund dalam Samatowa (2011:20) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu:
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
1). Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan prosesproses pemahaman kealaman lainnya; 2). Produk, IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum; 3). Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menaggapi, menerima dan sebagainya. Keterampilan proses peserta didik dalam mendapatkan pengalaman belajar yang melibatkan
72
keterampilan kognitif karena peserta didik melakukan keterampilan proses dengan cara berpikir dan melibatkan keterampilan psikomotorik karena peserta didik terlibat dalam menggunkan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau peralatan (yang dapat dilakukan dengan tangan ), dan keterampilan afektif dapat membuat siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melakukan kegiatan belajar mengajar (saling interaksi sesama peserta didik). Samatowa (2011:94) mengatakan semua pandangan tentang aspek keterampilan proses sains adalah sama. Aspek keterampilan proses dikembangkan untuk siswa SD pada GBPP IPA Kurikulum 1994 terdiri dari 8 (delapan) aspek, yaitu meliputi keterampilan mengamati, melakukan percobaan, mengelompokan, menafsirkan hasil percobaan, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan. Menurut R. Nuryani (2005:86) Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih mengahayati proses. Menurut Edgar Dale dalam Dimyati dan Mudjiono (2012:48) penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamnnya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
(IPA) di sekolah, peran aktif sangat diperlukan dalam pengembangan keterampilan siswa Berdasarkan hasil observasi di kelas IV di SDN Wanasari 14, pembelajaran IPA belum ada kemampuan-kemampuan yang menunjukan keterampilan proses pada peserta didik dalam pembelajaran. Penggunaan panca indera peserta didik belum dikembangkan dengan baik, sehingga panca indera belum digunakan dengan baik untuk mengamati suatu objek dalam melakukan observasi. Kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan masih rendah, sehingga peserta didik masih terlihat diam dan malu untuk bertanya. Peserta didik belum dapat mengkomunikasikan hasil jawabannya dengan baik, masih memiliki sikap malu dan takut salah dalam menjawab pertanyaan di depan teman-temannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV, bahwa peserta didik belum melakukan suatu percobaan. Sehingga peserta didik belum dapat mencatat suatu pengamatan pada objek yang diamati, belum dapat meramalkan apa yang akan terjadi ketika belum melakukan percobaan, belum terlatih cara menggunakan alat dan bahan untuk digunakan dalam suatu praktik dan langkah kerja dalam cara melakukan percobaan. Peserta didik belum dapat membedakan atau persamaan pada objek yang diamati. Peserta didik pun belum dapat menyimpulkan suatu hasil penelitian dan belum
73
mendapatkan pengalaman langsung untuk pembelajaran IPA. Menurut Ngalimun (2013:145) Learning Cycle merupakan raingkaian tahap-tahap kegiatan fase yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian dengan judul “ Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses melalui Model Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wanasari 14 Bekasi” Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kemampuan bertanya dalam pembelajaran masih cukup rendah. 2. Kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil jawaban masih memiliki sikap malu dan takut salah. 3. Siswa belum dapat menyimpulkan suatu hasil penelitian dalam pembelajaran IPA 4. Keterampilan proses siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih tergolong rendah. Rumusan Masalah yang akan dikasipada penelitrian ini adalah,
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
Apakah penerapan model siklus belajar (learning cycle) dapat meningkatkan keterampilan proses siswa kelas IV SD Negeri Wanasari 14 Bekasi? A. Definisi Operasional Keterampilan proses adalah keterampilan yang memberikan kesempatan siswa untuk berproses ilmiah dengan tujuan mengembangkan kemampuan fisik, mental, proses belajar. Aktivitas dan kreativitas untuk menemukan dan mengemukakan fakta, konsep, nilai serta sikap dalam diri siswa. Indikator keterampilan proses; a) b) c) d) e) f) g) h)
keterampilan mengamati, keterampilan menafsirkan, keterampilan meramalkan, keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan menggolongkan, menerapkan konsep, mengkomunikasikan, mengajukan pertanyaan.
Model pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) merupakan salah satu model pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan konstruktivisme, dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mempunyai rangkaian tahap-tahap kegiatan pembelajaran yang dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dengan jalan berperan aktif dan memperoleh pengalaman berhipotesis, memprediksi, mamanipulasi objek, berimajinasi dan
74
melakukan penemuan dalam upaya mengembangkan struktur kognitifnya. Dalam pelaksanaan Model Siklus Belajar (Learning Cycle ) langkahlangkah sebagai berikut; 1) Pembangkitan minat (Engagement), 2) Eksplorasi (Exploration), 3) Penjelasan (Explanation), 4) Elaborasi (Elaboration), 5) Evaluasi (Evaluation). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Menurut Wahyana dalam Trianto (2014:144) Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai pengerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan. Menurut R. Nuryani (2005:86) Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih mengahayati proses. Menurut Samatowa (2011:94) Pada dasarnya semua pandangan tentang keterampilan proses adalah sama. Aspek keterampilan proses dikembangkan untuk siswa SD pada GBPP IPA Kurikullum 1994 terdiri dari 8 (delapan) aspek, yaitu: 1. Mengamati: menggunakan sebanyak mungkin indera,
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan; Menafsirkan: menghubungkan hasil-hasil pengamatan, menyimpulkan; Meramalkan: mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati; Menggunakan alat: memakai alat/bahan, mengetahui mengapa menggunakan alat dan bahan, mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan; Menggolongkan: mencatat pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan dan persamaan, membandingkan, mengelompokkan; Menerapkan konsep: menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru; Mengkomunikasikan: menjelaskan hasil percobaan, membaca grafik atau tabel atau diagram, menyusun dan menyampaikan secara sistematis; Mengajukan pertanyaan: bertanya apa, bagaimana, dan mengapa, bertanya untuk meminta penjelasan
Menurut Bundu dalam Permana (2015:24) langkah-langkah yang diperlukan dalam penilaian keterampilan proses antara lain: (a) Menentukan jenis keterampilan proses yang akan dinilai; (b) Menentukan indikator – indikator jenis keterampilan proses yang akan digunakan; (c) Menentukan dan mengembangkan instrument penelitian yang akan digunakan; (d)
75
Validasi instrument (validasi ahli/validasi dilapangan) Menurut Sumiati dalam Permana (2015:42) mengungkapkan bahwa “keterampilan proses melalui observasi diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan” lembar pengamatan dapat berupa rubrik, daftar cek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik dapat menilai kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. B. Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Siklus Belajar (Learning Cycle) atau penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). Menurut Ngalimun (2013:145) Learning Cycle merupakan raingkaian tahap-tahap kegiatan fase yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Menurut Dasna dalam Ngalimun (2013:149) Walaupun fasefase LC dapat dijelaskan dengan teori Piaget, LC juga pada dasarnya lahir dari paradigma konstruktivisme belajar yang lain termasuk teori konstruktivisme sosial Yygotsky dan teori belajar bermakna Ausubel. LC melalui kegiatan dalam kegiatan tiap fase mewadai pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsep sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial melalui kegiatan seperti praktikum,
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
menganalisis artikel, mengamati fenomena alam, dan lain-lain. Siklus Belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstrukvis yang pada mulanya terdiri atas tahap, yaitu : 1) Ekspolorasi (exploration); 2) Pengenalan konsep (concept introduction); 3) Penerapan konsep (concept application). Proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap (Lorshach dalam Wena, 2011:171) yang terdiri atas tahap: 1) Pembangkitan minat (engagment); 2) Eksplorasi (exploration); 3) Penjelasan (explanation); 4) Elaborasi (elaboration); dan 5) Evaluation ( evaluation). Tahap-Tahap Siklus Belajar (Learning Cycle) Menurut Wena (2011: 171) Tahap – tahap Siklus Belajar (Learning Cycle) , sebagai berikut : 1) Pembangkitan Minat (Engagment) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan
76
materi yang akan dibahas berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa akan memberikan jawaban dan jawaban siswa dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan / perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik yang akan dibahas. 2) Eksplorasi (Exploration) Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompokkelompok kecil antara 3-5 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Siswa bekerjasama untuk membuat prediksi dan mencatat pengamatan. Pada tahap ini guru sebagai fasilisator. 3) Penjelasan (Explanation) Penjelasakan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap ini pendekatan guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru 4) Elaborasi (Elaboration) Elaborasi adalah tahap keempat siklus belajar. Pada tahap ini elaborasi siswa menerapkan konsep-konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalan situasi baru atau konteks yang berbeda. Siswa belajar menerapkan konsep yang dipelajarinya dengan
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
mempraktikan maka motivasi belajar akan meningkat dan dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa. 5) Evaluasi (Evauation) Evaluasi merupakan tahap terakhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Guru dapat melakukan dengan mengajukan pertanyaan atau menggunakan tes tertulis berbentuk uraian dan mencapai jawaban yang menggunakan melalui observasi,bukti dan penjelasan sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan. C. Kelebihan dan Kelemahan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Menurut Ngalimun (2013:150) Penerapan model ini memberi keuntungan yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, (3) membelajar menjadi lebih bermakna Adapaun kekurangan penerapan model ini menurut Soebagio dalam Ngalimun (2013: 150) adalah 1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru tidak menguasai materi dan langkah langkah pembelajaran,
77
2) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, 3) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, 4) memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian maka dapat bahwa model siklus belajar akan meningkatkan belajar peserta didik meningkat karena dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Namun dengan model siklus belajar guru diharapkan merancang dan menguasi pembelajaran agar terlaksana dengan baik. III.
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model penelitian kelas ini menggunkan model dari Kemmis dan M. Taggrat dalam Tampubolon (2014:154). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3siklus masingmasing siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan Tindakan (planning), Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada silabus, menyusun RPP, menentukan indikator-indikator penilaian keterampilan proses, menyiapkan instrument pengumpulan data lembar obervasi atau pengmatan. PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
2. Pelaksanaan tindakan (acting), Pelaksanaan tindakan berdasarkan RPP dan instrument yang telah dibuat sehingga dalam penilainya sesuai dengan materi yang diteliti dan sesuai. 3. Observasi (observing), Observasi dilakukan dengan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi atau pengmatan pada keterampilan proses pada siswa sehingga dapat dilakukan penilaian yang objeytif. 4. Refleksi (reflecting). Pengamatan terhadap hasil penilaian dalam proses observasi dikumpulkan serta dianalisis. Dari analisis tersebut, peneliti melakukan refleksi. Sampai keterampilan proses pada siswa meningkat dan dinamakan sebuah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri Wanasari 14 Bekasi. Sampel penelitian ini kelas IV A berjumlah 39 siswa terdiri dari 22 laki-laki dan 17 perempuan. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes tertulis. Data primer yang digunakan adalah hasil observasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang diolah secara deskriptif dan kuantitatif untuk mengolah angka hasil keterampilan proses. Menurut Haryono dalam Retnaningati (2014:53) bahwa kriteria tercapainya keterampilan proses pada siswa sebesar 70%. Untuk mengetahui persentase keterampilan proses yang diukur melalui observasi, dikategorikan berdasarkan yang
78
dikemukakan oleh Purwanto dalam Wibowo (2014:42). Kriteria keterampilan proses, ≤ 45 % dengan kriteria kurang, 46%-65% dengan kriteria cukup, 66%-85% dengan kriteria baik, dan 86%-100% dengan kriteria sangat baik. Menurut Ekawarna (2013:111) Kriteria keberhasilan dalam PTK adalah jika nilai rerata 75, yang berarti tingkat penguasaan kompetensi minimal 75%. Indikator keberhasilan dalam PTK ini dengan adanya peningkatan keterampilan proses pada siswa di SDN Wanasari 14, yaitu Siklus I dengan persentase indikator keberhasilan 55%, selanjutnya siklus II dengan persentase indikator keberhasilan 65%, dan siklus III dengan persentase indikator keberhasilan sebesar 75%. IV. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Berdasarkan penelitian, bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses yang signifikan dari tiga siklus dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SDN Wanasari 14 Bekasi. Setiap siklusnya dilakukan dengan dua kali pertemuan. Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian siklus I, siklus II, dan siklus III. Pembahasan hasil tersebut meliputi hasil keterampilan proses siswa dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle). Kegiatan siklus I sebagai awal, peneliti mendapatkan hasil penelitian
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
berupa hasil observasi atau pengamatan dalam bentuk cheklist. Melalui hasil siklus I, peneliti berusaha memperbaiki untuk kegiatan siklus II agar lebih baik lagi begitupun hasil refleksi dari siklus II dilakukan perbaikan agar lebih baik di siklus III. Kegiatan yang dilakukan disetiap siklus dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) yang membedakan yaitu materi dan percobaan. Hasil observasi atau pengamatan pada siklus I. siklsu II, dan siklus III mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Penigkatan tersebut terlihat dari peningkatan dari jumlah siswa yang memenuhi kriteria tercapai. Pada siklus I, siswa yang mencapai persentase ≥70% sebanyak 22 siswa atau 56,41%, rerata persentase keterampilan proses pada siklus I memperoleh persentase sebesar 67% dengan kriteria baik tetapi hasil yang didapat belum signifikan karena masih dalam siklus I hampir sebagian siswa masih kesulitan untuk melakukan percobaan. Pada siklus II, siswa yang mencapai persentase ≥70% meningkat menjadi 28 siswa atau 71,79%. Meningkat sebesar 15,38%, rerata persentase keterampilan proses siklus II sebesar 73% dengan kriteria baik peningkatan ini disebabkan anak sudah dapat menyesuaikan dengan percobaan yang dilakukannya. Pada siklus III siswa yang mencapai persentase ≥70% meningkat mejadi 34 siswa atau 87,17%. Rerata persentase siklus III meningkat menjadi 81% dengan kriteria baik.
79
Peningkatan ini anak sudah bisa melakukan percobaan tanpa bantuan penelitin dan pemberian penguatan secara verbal maupun non verbal. Selain itu siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran tanpa banyak bercanda. Bertolak dari hasil tersebut, peneliti berhenti di siklus III, Hal ini dikarenakan indikator keberhasilan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sudah tercapai, sehingga penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak tiga siklus. Tabel 1 Peningkatan Persentase Setiap Indikator Keterampilan Proses pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Prasiklus,Siklus I,Siklus II, Siklus III Indikator Keterampilan Proses Keterampilan mengamati Keterampilan menafsirkan Keterampilan meramalkan Keterampilan menggunakan alat Keterampilan mengelompokkan Keterampilan menerapkan konsep Keterampilan mengkomunikasikan Keterampilan mengajukan pertanyaan
54%
Peningkatan Siklus Siklus I II 79% 86%
Siklus III 90%
49%
67%
74%
78%
62%
70%
71%
86%
51%
69%
81%
88%
51%
61%
68%
79%
54%
71%
75%
80%
33%
66%
71%
82%
26%
50%
54%
66%
Prasiklus
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) untuk meningkatkan keterampilan proses pada siswa kelas IV di SD Negeri Wanasari 14 Bekasi,
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
menunjukkan bahwa penelitian sudah sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Sehingga penelitian dikatakan berhasil. Keberhasilan tersebut dilihat dari tercapainya keberhasilan indikator yang telah ditetapkan peneliti pada keterampilan proses pada siswa. Pada penelitian ini peneliti mampu menerapkan model siklus belajar (learning cycle) pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan untuk menguasai komptentsikompetensi dengan menciptakan suasana pembelajaran aktif. Sebagaimana yang dikemukakan menurut menurut Ngalimun (2013:145) Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan fase yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung siswa antusis untuk praktikum secara perkelompok, melakukan suatu percobaan memberikan kesempatan pada siswa untuk berkerjasama, menggunakan panca indera, cara berpikir dan memecahkan masalah. Sebagai dikemukakan menurut Wena (2011:171), yang menyatakan pada tahap eksplorasi pada model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) bahwa, “Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-5 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung
80
dari guru. Siswa bekerjasama untuk membuat meramalkan dan mencatat pengamatan. Pada tahap ini guru sebagai fasilisator”. Pendapat ahli tersebut diperkuat oleh Retnaningati,dkk (2014:54) pada tahap eksplorasi “ memberikan kesempatan pada siswa untuk memanfaatkan panca indera mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan praktikum”. V. KESIMPULAN Adapun kesimpulan hasil penelitian yang meliputi hasil keterampilan proses siswa dengan menggunakan model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang bermakna dan berkesan pada siswa yaitu cara penerapan kepada siswa menciptakan pelajaran yang aktif
untuk melakukan penemuanpenemuan sehingga pembelajaran menuntut siswa untuk bekerjasama, memecahkan masalah, berdiskusi, mengembangkan sikap ilmiah sehingga membawa suasana menyenangkan. Terbukti dari hasil pencapaian jumlah siswa yang tercapai persentase keterampilan proses yaitu siswa yang mendapatkan persentase ≥70% sebanyak 22 siswa atau 56,41% pada siklus I, menjadi 38 siswa atau 71,79% pada siklus II dan 34 siswa atau 87,17% pada siklus III dari jumlah keseluruhan 39 siswa. Rerata persentase keterampilan proses pada siklus I memperoleh persentase sebesar 67% dengan kriteria baik, siklus II persentase sebesar 73% dengan kriteria baik dan siklus III persentase meningkat menjadi 81% dengan kriteria baik.
*Isma Safiyyah adalah Mahasiswa Pgsd Universitas Islam “45” Bekasi *Yudi Budianti adalah Dosen Pgsd Universitas Islam “45” Bekasi
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
81
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Permana, Deni. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VI di SDN Karang Asih 07 Cikarang Utara. Skripsi Universitas Islam “45” Bekasi: Tidak di Terbitkan. R, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Retnaningati, Dewi, dkk. 2014 Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Kelas X-2 SMA Negeri Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal Vol.2 No.2 .ejournal.uns.ac.id diunduh pada Rabu, 14 Oktober 2015 Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Aswaja Pressindo. Wibowo, Rosella. 2014. Meningkatkan Keterampilan Proses Dasar IPA Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kiyaran II Cangkringan Sleman Yogyakarta. eprints.uny.ac.id
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
82