Pengembangan Model Pembelajaran Dengan Kerangka Kerja TPACK Dan Konten Pembelajaran Blended Learning Untuk Matakuliah Ipa Dan Matematika Di PGSD Wahyudi, Adi Winanto, Stefanus Christian R ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran dengan kerangka kerja TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) menggunakan konten pembelajaran Blended Learning. Model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan terhadap teknologi, pedagogik dan penguasaan konten (materi) yang akan dikemas dalam sebuah pembelajaran tatap muka dan online untuk perkuliahan IPA dan Matematika di Program Studi S1 PGSD. Model pengembangan menggunakan model ASSURE yang dilakukan dalam 6 tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select method, media, and materials, 4) utilize media and materials, 5) require learner participation, 6) evaluated and revise. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah sebuah model prosedur pembelajaran dengan kerangka TPACK dan konten pembelajaran blended learning dengan aktivitas online dalam e-learning (flexible learning) yang dimiliki oleh UKSW dalam mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Hasil implementasi pembelajaran didapatkan bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa PGSD dalam belajar matematika dan IPA. Kata kunci: model pembelajaran, TPACK, blended learning, matematika, IPA PENDAHULUAN Kemajuan teknologi saat ini begitu pesat. Kemajuan tersebut juga menghampiri dunia pendidikan khususnya dalam hal pemanfaatan komputer dan internet sebagai media untuk belajar. Dengan adanya komputer dan internet membuat mahasiswa lebih mudah untuk membuat tugas, menghemat waktu bahkan menambah sumber informasi sebagai sumber belajar. Keadaan ini membuat mahasiswa semakin cepat menerima dan memperoleh informasi khususnya materi kuliah dan pelajaran. Hal ini harus disikapi secara cepat oleh seorang pengajar sehingga kemajuan teknologi ini bisa termanfaatkan dengan baik untuk membantu proses pembelajaran. Seorang pengajar harus mampu mengkolaborasikan kemampuan merancang dan mengajar (pedagogik), penguasaan konten (materi) dengan teknologi ini sehingga tercipta sebuah pembelajaran yang mampu melayani mahasiswa di era digital saat ini. Mahasiswa sudah menggunakan laptop, ipad, tablet, dan handphone modern dalam kegiatannya di kampus. Sehingga perlu didesain pembelajaran yang dapat mampu menyediakan fasilitas teraksesnya pembelajaran dengan alat-alat tersebut sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan dan dapat dilakukan dimana-mana dan kapan saja. Untuk mengemas model pembelajaran seperti ini diperlukan keahlian khusus bagi seorang pengajar. Tidak cukup hanya materi (content), atau kemampuan merancang pembelajaran (pedagogical) tetapi harus mampu menggabungkan keduanya. Tidak hanya itu diperlukan kemampuan khusus yaitu pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran (technological). Kemampuan inilah yang sering disebut dengan TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge).
Dengan kemampuan ini diharapkan mampu diciptakan sebuah pembelajaran yang menarik untuk mahasiswa dan lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Harapannya dengan kemampuan ini, pembelajaran yang dilakukan bukan hanya tatap muka tetapi dapat dilakukan secara online yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja mandiri, berpikir, dan mampu memanfaatkan teknologi dan fasilitas yang ada. Jika inim dapat terwujud maka pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa ketergantungan dengan tatap Page 1
muka. Untuk ini dalam penelitian ini akan didesain pembelajaran yang menggabungkan perkuliahan tatap muka dan online yang dikemas dalam pembelajaran blended learning dengan LMS (learning management system) moodle. KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Sebelum lebih jauh membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu kita perlu mengenal istilah model. Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut (Udin S. Winataputra, 2001). Morisson, Ross, dan Kemp (Udin S. Winataputra, 2001) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah alat yang membantu perancang pembelajaran dalam memahami kerangka teori dengan lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Model pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran. Fausner (Udin S. Winataputra, 2001) berpandangan bahwa seorang perancang program pembelajaran tidak dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif jika hanya mengenal satu model saja. Perancang program pembelajaran harus mampu memilih desain yang tepat dan sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang spesifik. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang model-model pembelajaran dan cara mengimplementasikannya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dihasilkan adalah model pembelajaran prosedur dengan kerangka kerja TPACK yang disusun dalam didesain dalam pembelajaran blended learning sehingga mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran secara online yang secara sistematis materi, media dan metode sudah dikemas secara sistematis sehingga memudahkan mahasiswa belajar. Pengertian dan Implementasi TPACK TPACK merupakan singkatan dari Technological Pedagogical and Content Knowledge. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pengetahuan teknologi, pedagogi, dan isi. Konsep ini dikembangkan berdasarkan konsep pengetahuan pedagogi dan isi yang dikembangkan oleh Dr. Lee Schulman yang menggabungkan kedua domain tersebut dalam pembelajaran. Konsep TPACK dikembangkan oleh Punya Mishra dan Matthew J. Koehler oleh karena adanya perkembangan teknologi yang pesat di masyarakat. Kemajuan teknologi memungkinkan banyak sekali penelitian dan diskusi berkaitan dengan ini. Banyak kegiatan pendidikan melalui konfrensi dan forum nasional dan internasional yang dilakukan secara tatap muka maupun online. Salah satu komunitas Internasional yang cukup terkenal adalah International Society in for Technology in Education. Komunitas ini melahirkan 21st century Educational Technology Standard atau standar teknologi pendidikan abad 21 bagi siswa, guru, administrator, pelatih, dan guru komputer. Pada prinsipnya TPACK merupakan penggabungan pengetahuan teknologi, pedagogi, isi yang diterapkan sesuai dengan konteks. Mishra & Khoehler menjelaskan bahwa pengajaran yang berkualitas membutuhkan nuansa pemahaman yang kompleks yang saling berhubungan diantara tiga sumber utama pengetahuan: teknologi, pedagogi, dan isi, dan bagaimana ketiga sumber itu Page 2
diterapkan sesuai dengan konteksnya. (Koehler & Mishra, 2008, 2009; Mishra & Koehler, 2006). Hubungan-hubungan tersebut dapat tergambarkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. TPACK framework (source: www.tpack.org) Blended Learning Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary). Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas blended learning mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran,atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Beberapa pendapat yang mengutarakan tentang definisi Blended Learning, antara lain: Harvey Singh (2003) berpendapat bahwa:
“blended learning mixes various event-based activities, including face-to-face classrooms, live e- learning, and self-paced learning. This often is a mix of traditional instructor-led training, synchronous online conferencing or training, asynchronous selfpaced study, and structured on-the-job training from an experienced worker or mentor”. Definisi lain yang disampaikan oleh Charles D. Dziuban (2004) tentang blended learning adalah sebagai berikut:
“blended learning" refers to courses that combine face-to-face classroom instruction with online learning and reduced classroom contact hours (reduced seat time). The latter point is an important distinction because it is certainly possible to enhance regular face-to-face courses with online resources without displacing classroom contact hours. Berdasarkan definisi yang disampaikan tersebut maka dapat diartikan bahwa pembelajaran dengan model blended learning adalah pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online yang terintegrasi secara sistematis dan memudah mahasiswa balajar. METODE PENELITIAN a. Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran dan Implementasinya Model desain sistem pembelajaran yang dikembangkan menggunakan model ASSURE yang dilakukan dalam 6 tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select strategi, technology, media, and materials, 4) utilize media and materials, 5) require learner participation, 6) evaluated and revise (Sharon E. Smaldino, James D.Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda, 2005). Secara jelas terlihat dalam Gambar 2 berikut ini. Page 3
Gambar 2. Model pengembangan ASSURE Berdasarkan bagan pada Gambar 2 maka langkah-langkah pengembangan model dengan desain ASSURE secara rinci dapat dijelaskan berikut ini. 1. Analyze learners (analisis karakteristik mahasiswa) Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik mahasiswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa PGSD angkatan 2012 dan 2010. Hasil analisis ini akan digunakan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam menggunakan komputer dan fasilitas internet, melihat kemampuan awal untuk mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD sehingga dapat ditentukan metode dan proses pembelajaran yang sesuai dan efisien. 2. State objectives (menetapkan tujuan pembelajaran) Langkah yang kedua adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang didasarkan pada hasil analisis karakteristik mahasiswa Hasil analisis karakteristik mahasiswa dan kompetensi dasar dan indikator yang tercantum dalam kurikulum yang didasarkan pada kerangka kerja TPACK. Dengan menggunakan kerangka kerja TPACK ini diharapkan hubungan antara materi pelajaran, teknologi dan pedagogi memiliki kekuatan dan daya tarik untuk menumbuhkan pembelajaran aktif yang terfokus pada mahasiswa. 3. Select method, media, and materials (memilih metode, media, dan bahan ajar) Langkah ketiga dalam metode pengembangan ini yaitu menetapkan metode, media, dan bahan ajar yang nantinya akan digunakan baik pembelajaran tatap muka dan online. Hal ini penting karena ketiga komponen tersebut berperan dalam membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentukan ketiganya didasarkan pada karakteristik mahasiswa dan tujuan pembelajaran serta kerangka kerja TPACK dan dikemas untuk perkuliahan tatap muka dan online dalam fasilitas flexible learning. 4. Utilize media and materials (memanfaatkan media dan bahan ajar) Setelah memilih metode, media, dan bahan ajar, langkah selanjutnya yang dilakukan pada metode pengembangan ini yaitu menggunakan ketiganya dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum diterapkannya ketiga komponen tersebut dalam proses pembelajaran, perlu terlebih dahulu dilakukan validasi ahli untuk melihat kualitas dan kelayakan dari media dan bahan ajar serta rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Setelah mendapatkan validasai ahli langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba terbatas dalam kelompok kecil (5-10 mahasiswa).
Page 4
5. Require learner participation (melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran) Langkah selanjutnya adalah melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran. Mahasiswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran agar pembelajaran efektif dan tujuan pembelajaran tercapai. Karena desain yang dipakai adalah pembelajaran blended learning maka mahasiswa dituntut kemandirianya. Sesuai dengan metode yang telah dipilih pada tahap sebelumnya maka dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematika 1 digunakan pendekatan pemecahan masalah dengan metode diskusi dan group investigation. Untuk pembelajaran Pengembangan Pembelajaran IPA SD menggunakan metode project based learning dalam kegiatan studi mandiri. 6. Evaluated and revise (evaluasi dan revisi) Setelah rancangan program pembelajaran selesai dirancang, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Disini program pembelajaran yang dievaluasi diantaranya produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang terintegrasi kepada kerangka kerja TPACK pada pembelajaran Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD, serta perangkat-perangkat pembelajaran lainnya seperti, rencana proses pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar aktivitas guru, dan lembar respon siswa. Hasil dari proses evaluasi dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki program pembelajaran.
b. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah uji pakar, angket dan tes. Uji pakar digunakan untuk melihat kelayakan produk yang dihasilkan, angket digunakan untuk melihat respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang digunakan dan tes digunakan untuk melihat dampak dari pembelajaran yang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi pakar, angket tertutup dan angket terbuka dan soal tes. c. Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan melalui validasi dan uji coba dengan menghitung skor yang diperoleh untuk menilai kualitas model pembelajaran yang dikembangkan. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data kualitatif yaitu skor dengan skala 1-5 (skor 1 untuk sangat kurang, skor 2 untuk kurang, skor 3 untuk cukup, skor 4 untuk baik, dan skor 5 untuk sangat baik ) dari hasil penilaian pakar dan penilaian mahasiswa terkait dengan pembelajaran yang diterapkan, kelebihan dan kekurangan pembelajaran. Skor data kualitatif dikonversi menjadi data kuantitatif menggunakan acuan konversi seperti pada tabel 1 yang menggunakan Skala Likert (Suharsimi Arikunto, 2003). Hasil pretes dan postes dianalis dengan analisis komparatif yaitu membandingkan hasil kondisi awal dengan konsisi setelah mendapat pembelajaran dengan model yang telah dikembangkan.
Tabel 1 Page 5
Tabel Acuan Konversi Data Kualitatif ke dalam Data Kuantitatif Rumus Perhitungan
Perhitungan
Interprestasi
x > 4,20
Sangat baik
M i + 0,6SDi < x ≤ M i + 1,8SDi
3,40 < x ≤ 4,20
Baik
M i − 0,6SDi < x ≤ M i + 0,6SDi
2,60 < x ≤ 3, 40
Cukup
M i − 1,8SDi < x ≤ M i − 0,6SDi
1,80 < x ≤ 2,60
Kurang
x ≤ 1,80
Sangat Kurang
x > M i + 1,8SDi
x ≤ M i − 1,8SDi
Keterangan: Mi
= rerata ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
SDi
= Standar deviasi ideal = 1/6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)
= skor rerata data empiris
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengembangan model pembelajaran dengan kerangka kerja TPACK dalam pembelajaran blended learning ini menggunakan desain model pengembangan ASSURE yang dilakukan dalam 6 tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select strategi, technology, media, and materials, 4) utilize media and materials, 5) require learner participation, 6) evaluated and revise. Sebelum diujicobakan, model yang dikembangkan dievaluasi oleh ahli untuk aspek pembelajaran (tatap muka dan online), media, dan bahan ajar yang digunakan. Berikut adalah proses evaluasi dan uji coba yang telah dilakukan. a. Hasil Evaluasi Produk Aspek Pembelajaran Oleh Ahli Hasil evaluasi pembelajaran meliputi ketepatan rumusan tujuan, kesesuaian metode pembelajaran, kesesuaian media dan bahan ajar, ketetapan urutan pembelajaran dengan metode yang dipilih, kemudahan aktifitas pembelajaran untuk mahasiswa, kejelasan tugas yang diberikan, dan kejelasan penilaian dan soal yang digunakan. Hasil penilaian yang didapatkan rata-rata 4,14 sehingga kategori yang didapatkan adalah baik. b. Hasil Evaluasi Produk Aspek Media Oleh Ahli Hasil evaluasi produk aspek media meliputi kesesuaian media dengan pembelajaran, kemudahan penggunaan media, kelengkapan media, dan keberfungsian media dalam memudahkan penyampaian materi. Hasil penilaian didapatkan rata-rata 3,75 sehingga kategori yang didapatkan adalah baik. c. Hasil Evaluasi Aspek Bahan Ajar Oleh Ahli Hasil evaluasi produk aspek bahan ajar meliputi kesesuaian dengan SK dan KD, kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan tingkatan kemampuan mahasiswa, kelengkapan materi, kemudahan untuk dipelajari, kemudahan akses untuk beberapa perangkat (PC, laptop, handphone), dan kelengkapan bentuk tampilan (video, audio, gambar dan tek). Hasil penilaian didapatkan rata-rata penilaian 3,71 sehingga kategori yang didapatkan adalah baik. d. Hasil Uji Coba Produk Hasil uji coba produk meliputi uji terbatas dan uji coba luas. Hasil yang diperoleh terlihat dalam Tabel 2 berikut ini. Page 6
Tabel 2 Hasil Uji Coba Produk No Jenis Uji Coba Nilai Rata-rata Kategori Uji Coba Terbatas 1 Aspek Pembelajaran 4.13 2 Aspek Media 4.05 3.98 BAIK 3 Aspek Bahan Ajar 3.75 Uji Coba Luas 1 Aspek Pembelajaran 4.04 2 Aspek Media 4.51 4.14 BAIK 3 Aspek Bahan Ajar 3.88 Hasil ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan menurut responden yang dijadikan sebagai subjek memiliki kategori baik. Dengan demikian model pembelajaran yang dikembangkan dapat dilaksanakan dan kegiatan pembelajaran dapat diikuti dengan baik oleh mahasiswa. e. Keaktifan Mahasiswa Selain penilaian terhadap model yang dikembangkan, aktifitas mahasiswa dalam pembelajaran juga diamati untuk mendapatkan dampak dan respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Aktifitas mahasiswa mengalami peningkatan khususnya dalam forum diskusi. Pada saat diskusi dilakukan secara langsung masih terlihat mereka malu memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dosen maupun respon mahasiswa lain. Dengan diberikannya fasilitas online dalam forum diskusi di fleksible learning, mereka semakin berani untuk memberikan komentar terhadap topik diskusi maupun memberikan kementar terhadap tanggapan teman lain. Hal ini menunjukkan dengan fasilitas dalam bentuk forum diskusi online memberikan peluang kepada mahasiswa untuk aktif dalam diskusi sehingga mampu mengatasi ketidakberanian mahasiswa dalam diskusi kelas secara langsung. f. Hasil Belajar Matematika dan IPA Hasil lain yang didapatkan dari dampak pelaksanaan model dapat dilihat dari hasil belajar untuk mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Hasil yang didapatkan terlihat dari Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Hasil Belajar Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD Kategori Rata-rata Nilai Maksimal Nilai Minimal
Konsep Dasar Matematika 1 Awal 62 95 27
Akhir 71 87 50
Pengembangan Pembelajaran IPA SD Awal Akhir 74 78 90 80 50 70
Hasil ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar untuk mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD meskipun masih belum maksimal. Dengan demikian model pembelajaran yang diterapkan mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Sebelum hasil belajar meningkat terlebih dahulu terjadi perubahan pada pola belajar mahasiswa yang semakin aktif dalam proses pembelajaran.
g.
Hasil Revisi Produk Page 7
Masih terdapat kelemahan dari model pembelajaran yang sudah dikembangkan dan perlu direvisi antara lain: 1) pemilihan metode untuk perkuliahan online, 2) forum diskusi yang belum melibatkan semua mahasiswa secara maksimal, 3) fasilitas internet yang masih terbatas, 4) masih kesulitan untuk melakukan teleconference, dan 5) belum dimanfaatkanya fasilitas lain yang mendukung pembelajaran online seperti WeChatt, Kakao Talk, LINE dsb. Fasilitas ini akan mempermudah komunikasi dan mengirimkan pesan suara, gambar dan video pada saat forum diskusi. SIMPULAN Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah sebuah model prosedur pembelajaran dengan kerangka TPACK dan konten pembelajaran blended learning dengan aktivitas online dalam e-learning (flexible learning) yang dimiliki oleh UKSW dalam mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Model pembelajaran yang dikembangkan memiliki kategori baik dari aspek pembelajaran, media, dan bahan ajar. Hasil implementasi pembelajaran didapatkan bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa PGSD dalam belajar matematika dan IPA. DAFTAR PUSTAKA Charles D. Dziuban (2004). Blended Learning. Central Florida: EDUCAUSE Center for Applied Research Volume 2004, Issue 7. Jared A. Carman, (2005). Blended Learning Design: Five Key Ingredients. Diambil dari http://www.agilantlearning.com/pdf/Blended Learning Design.pdf diunduh, 25 Oktober 2012. Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological pedagogical content knowledge: A new framework for teacher knowledge. Teachers College Record, 108(6),1017-1054. Mishra, P., & Koehler, M. J. (2008). Introducing technological pedagogical content knowledge. Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research Association, New York. Mishra, P., & Koehler. M. J. (2009). Too cool for school? No way! Using the TPACK framework: You can have your hot tools and teach with them, too. Learning & Leading with Technology, 36(7), 14-18. MarylandOnline Inc. (2011). Quality Matters Rubric Standards 2011-2013 Edition. Diunduh pada tanggal 24 Februari 2013, dari Quality Matters Program: http://www.qmprogram.org/files/QM_Standards_2011-2013.pdf S.Asli and Michael Meagher. (2010). Preservise Teachers Emerging TPACK in a TechnologyRich Methods Class. The Mathematics Educator. 2009/2010, Vol. 19, No. 2, 10-20 Suharsimi Arikunto. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara. Smaldino, S.E,Russel, J.D. Heinich, R. & Molenda, M. 2005. Intructional Technology and Media for Learning . New Jersey : Pearson Merril Prentice Hall Inc. Udin S. Winataputra (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Dirjen Dikti Page 8