BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN Oleh: Kelompok IV, Tarbiyah III kelas B
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi, dewasa ini berlangsung demikian pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagagi suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak saat ini sudah diperkirakan apa yang sepertinya akan terjadi dimasa depan. Salah satu conntohnya yang paling signifikan yaitu di bidang pendidikan. Pendidikan saat ini mengalami revolusi yang begitu pesat dimana pembelajaran konvensional tidak lagi sepenuhnya menjadi andalan, karena ditengah kemajuan teknologi saat ini diperlukan variasi metode yang lebih memberikan kesempatan untuk belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber, tidak hanya dari man power seperti halnya guru. Inilah yang kemudian memaksa untuk munculnya konsep pembelajaran yang berbasis teknologi, seperti misalnya konsep pembelajaran Elearning. Konsep E-Learning dalam sistem pendidikan di Indonesia bukanlah hal baru, bahkan di sekolah-sekolah yang bertaraf internasional telah menggunakan metode ini sebagai salah satu cara pembelajaran terhadap siswanya. Penerapan konsep ini menjadi lebih mudah karena sebagian besar siswanya mengenal teknologi ini, bahkan sangat familiar dalam penggunaannya karena konsep dasar E-learning sangat dekat dengan keseharian siswa tersebut. Selain itu, rata-rata guru yang mengajar di sekolah tersebut merupakan guru-guru dengan kualitas pilihan dan telah teruji kapabilitasnya dalam berbagai metode pengajaran. Penerapan konsep ini tentu tidak menimbulkan permasalahan yang besar. Lalu, bagaimana dengan siswa-siswa yang belajar jauh dari sentuhan teknologi, bahkan belum mengenal teknologi secara benar sebagai salah satu sumber pembelajaran, dan celakanya jumlah siswa tersebut hampir mendominasi jumlah siswa sekolah di Indonesia secara keseluruhan. Kondisi ini harus segera dicarikan solusinya, karena siswa-siswa tersebut akan menjadi ujung tombak generasi bangsa seterusnya dan mereka harus hidup dalam dunia masa depan yang perkembangan teknologi-nya terus berubah setiap detik. Namun bukan berarti tidak ada solusi atau jalan keluar, karena dengan metode Blended Learning, guru dan siswa secara
bertahap beradaptasi dengan kemajuan teknologi pendidikan namun tetap didukung metode yang biasa di lakukan yaitu tatap muka. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam metode Blended Learning ada dua komponen pokok yaitu pengajaran dengan cara konvensional (tatap muka) dan melalui media elektronik. Blended Learning berangkat dari kelebihan yang terdapat pada cara pembelajaran secara tradisional, sehingga Blended Learning bertujuan untuk menggabungkan e-Learning dengan kelebihan yang ada pada pembelajaran tradisional. Dalam bahasa praktisnya, metode Blended Learning menawarkan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan dari suatu kelas yang mendukung interaksi secara langsung dan fleksibilitas dari pembelajaran secara online.
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep blended learning Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (oxford English dictionary). Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian mengandung pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Hal yang dicampurkan dalam hal ini ialah, dua unsur utama yakni pembelajaran di kelas (classroom lesson) dengan online learning. Pendidikan di Indonesia masih sangat kental dengan metode konvensional, di mana sumber pengetahuan utama hanya dari guru. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi, metode ini rasanya kurang relevan bila masih dipakai sebagai satu-satunya sumber untuk mentransfer ilmu kepada siswa. Namun yang menjadi permasalahannya, meskipun sebagian besar siswa mengenal teknologi dengan cukup baik, tapi hanya sedikit yang mempergunakan teknologi tersebut sebagai sumber tambahan untuk belajar. Ada banyak alasan,
diantaranya
belum
memahami
caranya
atau
kurang
antusias
untuk
mempergunakannya. Ditambah lagi dengan kondisi geografis Indonesia yang sarana dan
prasarana pendidikannya jauh dari memadai, sehingga proses belajar-mengajar terasa sangat jauh dari sentuhan teknologi. Plus permasalahan tambahan, dimana keterbatasan guru sebagai pihak yang seharusnya mentransfer ilmu belum memahami seluk-beluk penggunaan teknologi secara luas. Kenyataan-kenyataan inilah yang membuat penerapan metode eLearning untuk sekolah di Indonesia masih banyak mengalami kendala, di samping faktor teknis seperti jaringan internet, ketersediaan komputer, dan sebagainya. Oleh karena itu, salah satu alternatif metode pembelajaran e-Learning yang tepat digunakan saat ini adalah Metode Blended Learning, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan sistem pembelajaran berbasis kelas (face to face) dan pembelajaran yang berbasis e-Learning, yaitu dengan memanfaatkan media elektronik.Melalui metode ini, proses pembelajaran dengan cara face to face di support dengan metode e-Learning sehingga lebih interaktif dan manfaat pembelajaran lebih optimal, karena setiap siswa memiliki gaya yang berbeda dalam menyerap pelajaran sesuai dengan karakter pribadinya. Teknologi dan pendidikan merupakan dua aspek yang saling mempengaruhi, terbukti dengan semakin pesatnya teknologi mempengaruhi pula pada perkembangan pendidikan saat ini, begitu pula sebaliknya dengan berkembangnya teknologi maka akan semakin pesat pula teknologi berkembang.Merupakan model pembelajaran campuran antara teknologi online dengan pembelajaran tatap muka dengan biaya yang rendah, tetapi cara efektif untuk mengirimkan pengetahuan dalam dunia global. Sebagaimana pendapat lain dikatakan bahwa: “A blended learning approach combines face to face classroom methods with computermediated activities to form an integrated instructional approach. In the past, digital materials have served in a supplementary role, helping to support face to face instruction” (http://weblearning.psu.edu/blended-learning-initiative/what_is_blended learning). Selain itu Blended learning is defined as a mix of traditional face-to-face instruction and e-learning (Koohang, 2009. New South Wales Department of Education and Training, 2002)provides a simple definition: Blended learning is learning which combines online and face-to-face approaches. Sistem pendidikan di Indonesia memang masih kental dengan aroma tradisional, terutama dalam cara belajar-mengajar yang semuanya masih terpusat pada satu sumber, yaitu guru dengan bahan ajar berupa buku. Dalam konsep belajar-mengajar seperti ini, umumnya siswa hanya sebagai penyimak atau pendengar, dan selama bertahun-tahun pola pendidikan seperti ini telah mengakar dalam sistem pendidikan Indonesia secara keseluruhan. Namun
zaman sudah berubah, teknologi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan modern, demikian juga dalam metode pendidikan juga banyak mengalami perkembangan ke arah prinsip keterkinian. Di mana dalam prinsip keterkinian baik guru maupun siswa cenderung menggunakan metode pembelajaran yang sifatnya modern, entah itu dalam bentuk teknologi informasi dan komunikasi yang dipakai, bahan ajar, atau yang lainnya. B. Karakteristik Blended Blended E-Learning Sebelum dijelaskan mengenai karakteristik blended blended e-learning, perlu di pahami terlebih dahulu mengenai arti dari kata karakteristik. Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian diantaranya: 1. Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian. 2. Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau kesatuan. 3. Kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral. (http://blog.uin-malang.ac.id/ivageje/2010) Jadi di antara pengertian-pengertian diatas sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Misalnya karakteristik tafsir artinya suatu sifat yang khas yang terdapat dalam literature tafsir, seperti sistematika penulisan, sumber penafsiran, metode, corak penafsiran dan lain sebagainya. Selanjutnya karakteristik blended blended learning merupakan suatu sifat atau karakter yang melekat dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi suatu pembelajaran yang berbasis blended learning.
Menurut sharpen et.al. ( 2006 : 18 ) karakteristik blended blended e-learning, adalah : 1. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisionl sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual. 2. Transformative tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam. 3. Pandangan menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung pembelajran.
Berdasarkan penjelasan diatas, karakteristik blended blended e-learning adalah sumber suplemen, dengan pendekatan tradisional juga mendukung lingkungan belajar virtual melalui suatu lembaga, rancangan, pembelajaran yang mendalam pada saat perubahan tingkatan praktik pembelajaran dan pandangan tentang semua teknologi digunakan untuk mendukung pembelajaran penerapan suatu model pembelajaran harus berdasarkan teori belajar yang cocok untuk proses pembelajaran agar kelangsungan proses tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan. Karena model ini adalah model pembelajaran campuran maka teori yang digunakan pun terdiri dari berbagai teori belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli dengan disesuaikan situasi dan kondisi peserta belajar dan institusi yang menggunakan. Berdasarkan komponen yang ada dalam blended
blended e-learning maka teori
belajar yang mendasari model pembelajaran tersebut adalah teori belajar konstruktivisme (individual learning) dari piaget, kognitif dari bruner, gagne, dan blooms dan lingkungan belajar sosial atau social konstruktivis (collaborative learning) dari vygtsky. Konstruktivisme (individual learning) digunakan sebagian landasan teori belajar yang sering disebut juga student centered learning. Konstruktivisme (individual learning) dapat mendorong pelajar untuk membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman individu dan mengaplikasikannya secara langsung pada lingkungan mereka (paurele, 2003). Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (pujiaji, 1999 : 63) adalah sebagai berikut : a. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan massalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari – hari dan c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebgai mediator, fasilitor, dan teman yabg membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Karakteristik teori belajar konstruktivisme (individual learning) untuk blended elearning (Hasibuan, 2006:4) adalah sebagai berikut. 1. Active learners 2. Learners construct knowledge 3. Subjective, dynamic and expanding 4. Processing and understanding of information 5. Learners has his own learning.
Individual learning dalam teori ini pelajar adalah peserta yang aktif, kalau dapat membangun pengetahuan mereka sendiri, secara subjektif, dinamis, dan berkembang. Kemudian memproses dan memahami suatu informasi, sehingga pelajar memiliki pembelajarannya sendiri. Pelajar membangun pengetahuan mereka berdasarkan atas pengetahuan dari pengalaman yang mereka alami sendiri. Teori belajar berikutnya yang melandasi model blended
blended e-learning adalah teori belajar kognitif. Pendekatan
kognitif menekankan bagan sebagai satu struktur pengetahuan yang diorganisasi (Bruner, 1990; Gagne et.al.,1993). Menurut Bloom (1956) mengidentifikasi enam tingkatan belajar kognitif yaitu “pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis”. Pandangan kognitif pada pembelajaran menunjukkan kegiatan mental, sebagai pemberian alasan analisis dan pemikiran kritis (Hadjerrouit: 2007, carman 2005;5). Teori terakhir adalah teori belajar konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky. Menurut Vygotsky (1978) adalah sebagai berikut: the way leaners construct knowledge, think, reason, and reflect on is uniquely shaped by their relationship with others. He argued that guidance given by more capable others, allows the learner to engage in levels of activity that could not be managed alone. Konstruktivisme sosial disebut juga collaborative learning. Karakteristik teori belajar tersebut adalah sebagai berikut (Hasibuan, 2006:4) : Teori ini membuat pelajar membangun pengetahuan, berpikir, mencari alasan, dan dicerminkan dengan bentuk yang unik melalui berhubungan dengan yang lain. Pelajar belajar dari penyelesaian masalah yang nyata, pelajar juga bergabung pada suatu pembangkitpengetahuan. Pengajar juga masuk ke dalam sebagai pelajar bersama-samadengan siswanya. Bentuk tugas juga akan diolah dan pengetahuan dinilai dan diciptakan lalu membangun pengetahuan yang baru.
Beberapa kelebihan Learning Management System berbasis blended e-learning menurut (Bates, 1995; Wulf, 1996) yaitu : a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity), b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility), c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a globalaudience), d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). Beberapa hasil penelitian di beberapa Negara tentang keberhasilan penggunaan MLS berbasis blended e-learning, khususnya di Negara maju, yang di kutif dari wawan wardiana (2002:05). Saat ini hampir seluruh program distance learning di amerika, Australia, dan Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya blended e-learning, menyatakan bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Pembelajaran Learning Management System Berbasis blended e-learning dapat disajikan dalam beberapa format (Wulf, 1996), di antaranya adalah: 1. Electronic mail (delivery of course materials, sending in assigments, getting and giving feedback, using a course listerv., i.e., electronic discussion group, 2. Bulletin boards/newsgroups for discussion of special group, 3. Downloading of course materials or tutorials, 4. Interactive tutorials on the web, dan 5. Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) system or Internet Relay Chat.
C. Penerapan Blended Blended e-Learning Penerapan blended e-Learning merupakan suatu system pembelajaran dalam dunia pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya pembelajaran berbasis intrnet dapat diterapkan dalam pendidikan. Blended e-Learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan menyelengarakan pendidikan jarak jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional NO.107/U/2001 (2 juli 2001 ) tentang‘ penyelenggaraan program pendidikan tingi jarakjauh’, maka perguruantinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh mengunakan blended elearning, juga telah diizinkan penyelenggaraanya (pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, (Dr. Rusmandkk, 2012;249). Pemanfaatan ICT 1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan penyelenggaraan pendidikan dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu 2. Guru dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersetruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar diplajari. 3. Guru dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di computer. 4. Para guru dapat melakukan diskusi melalui internet yang di dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebihluas 5. Peran guru dituntut untuk menjadi lebih aktif 6. Relative lebih efisien. Pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan teknologi informasi yang telah diterapkan dapat di kategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah memanfaatkan computer untuk menyampaikan materi pengajaran itu sendiri, yang biasa di kenal dengan istilah Computer Assisted Instructional (CAI). Pemakian Kelompok kedua adalah untuk pendistribusian materi ajar melalui jaringan internet. Materi ajar dapat dikemas
dalam bentuk webpage, ataupun program belajar intraktif ( CAI atau CBT ). Pemanfaatan kelompok ketiga adalah sebagai media komunikasi dengan pakar, atau narasumber, atau peserta didik yang lain. Komunikasi ini dapat digunakan menanyakan hal-hal yang tidak bisa dimengerti, atau mengemukakan pendapat supaya dapat di tanggapi oleh peserta yang lain. Dengan demikian peserta didik bisa mendapat umpan balik dari pakar atau narasumber serta dari teman-teman peserta didik yang lain mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman materi ajar. Jadi blended e-learning menekan kanpada penggunaan teknologi intrnet dalam proses pendidikan baik dalam mengirimkan pesan materi pembelajaran, pemecahan masalah dll. Seperti pendapat Rosenberg (2001) menekankan bahwa blended e-learning merujuk pada penggunaan teknologi intrnet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Dalam pembelajaran blended e-learning, peran dan otoritas guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran lebih banyak lewat media tidak seperti pembelajaran tradisional. Dalam pembelajaran tradisional guru dianggap sebagai orang yang serbatahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sementara dalam pembelajaran blended e-learning focus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaranya. Dalam pembelajaran ini (blended elearning) keberadaan guru di wakili dengan media. Karna itu pembelajaran blended e-learning hendaknya memudahkan peserta didik dan guru dalam menjalankan proses pendidikan serta menjadikan peserta didik dan guru bekerja sama guna mencapai tujuan pendidikan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang baik dan jujur sangat penting dalam proses pembelajaran ini, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi. D. Prosedur Blended Learning dalam Pembelajaran Peningkatan kualifikasi guru merupakan salah satu perioritas pemerintah Indonesia, hal tersebut sebagai wujud realisasi UU Guru dan Dosen No. 14/2005 yang mempersyaratkan guru untuk memiliki kualifikasi minimal S-1 dan memiliki sertifikat dalam pengajar. PJJ yang dimaksudkan dalam progam pemerintah tersebut secara operasional berbeda dengan PJJ yang dikembangkan oleh UT yang menggunakan modular (printed matterial)
sebagai bahan belajar utama. PJJ pada progam ini berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan interner sebgai media utama, tatap muka dilakukan hanya beberapa kali pada progam resendensial, selebihnya menggunakan progam e-learning. Secara teoritik pembelajaran elektronik (online instruction, e-learning, atau web based learning), memiliki fungsi utama, sudirman siahan (2001-10) menjelaskan pembelajaran elektronik berfungsi sebagai suplemen yang sifatnya pilihan, pelengkap, atau pengganti pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dilihat dari karakteristik PJJ yang harus dikembangkan. Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan pembel ajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap muka dan e-learning yang berbasis internet. Pembelajaran ini berupa keterpisahan, belajar mandiri, dan layanan belajar atau tutorial. PJJ pada program ini berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan internet sebagai media utama, tatap muka dilakukan hanya beberapa kali pada program residensial, selebihnya menggunakan program e-learning. Keberhasilan PJJ PGSD dan sistem pembelajaran jarak jauh yang menggunakan e-learning sebagai alat utama, sangat menentukan oleh model Learning Management System (LMS) yang dikembangkan, dan pemerintah bersama pihak terkait masih mencari-cari model LMS yang handal yang mampu mewujudkan profil guru profesional, yang memiliki kompetensi kependidikan dan keguruan yang setara bahkan melebihi guru dengan sistem pembelajaran reguler. Model blended elearning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran conventional berupa tatap muka dan e- learning yang berbasis internet. Seperti yang dikemukakan oleh Gegne (1984) Belajar yang efektif mempunyai kriteria sebagai berikut: (1) melibatkan pembelajaran dalam proses belajar; (2) mendorong munculnya keterampilan untuk belajar mandiri (learn how to learn); (3) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pembelajar; (4) memberi motivasi untuk belajar lebih lanjut. Darmodihardjo (1998:39) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya memiliki peran yang meliputi; (1) sebagai motivator, (2) sebagai fasilitator, (3) sebagai pembimbingan dan evaluator, (4) pengembangan materi pelajaran, (5) pengelola proses belajar mengajar, (6) agen pembaruan. Sementara itu Muhammad Zen (2000:69-70) mengemukakan bahwa tugas tutor selaku pengajar meliputi; (1) sebagai informator, (2) sebagai organisator, (3) sebagai motivator, (4) sebagai pengarah, (5) sebagai inisiator, (6) sebagai transmiter, (7) sebagai fasilitator, (8) sebagai mediator, (9) sebagai evaluator.
Konsep Tutorial Tutorial adalah suatu proses pemberian bantuan dan bimbingan belajar dari seseorang kepada orang lain, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam konsep ini, tutorial merupakan layanan belajar yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan karakteristik yang berbeda, seperti dosen yang berfungsi sebagai fasilitator kegiatan belajar bukan sebagai pengajar. Jenis-jenis tutorial yang sediakan adalah tutorial tatap muka (TTM) dan tutorial on-line. a. Tutorial Tatap Muka Dalam program PJJ S1 PGSD ini semua mata kuliah diberikan bimbingan tutorial tatap muka (dilakukan pada masa residensial). Melalui bimbingan ini, diharapkan mahasiswa dapat menguasai kompetensi mata kuliah tersebut. b. Tutorial Online Tutorial ini dilakukan dengan bantuan jaringan komputer. Model tutorial online adalah model tutorial yang menggunakan jaringan komputer. Materi diberikan dalam bentuk naskah tutorial yang dapat diakses dimana saja mahasiswa berupa tanpa harus bertatap muka dengan tutor. Dalam model ini, tutor harus mempersiapkan naskah tutorial yang memungkinkan terjadinya interaksi antar tutor dan mahasiswa. Selain itu, partisipasi secara aktif dari mahasiswa juga sangat diperlukan karena memengaruhi nilai akhir tutorial.
KESIMPULAN Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa, seiring perkembangan zaman laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berjalan dengan pesatnya, sehingga seakan memaksa lembaga pendidikan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan berakibat pada metode pembelajaran yang terpaksa harus sejalan dengan laju perkembangan teknologi ini. Dan darisini dapat dilihat bahwa pembelajaran konvensional dimana seorang guru berperan sebagai man power didepan telah menjadi metode pembelajaran yang dirasa telah usang. Dari sinilah muncul model pembelajaran berbasis e-learning atau pembelajaran berbasis web yang jauh lebih modern dan dirasa lebih relevan dengan laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Meskipun demikian model pembelajaran ini tidaklah suci dari berbagai kekurangan seperti halnya pembelajaran konvensional yang sarat akan
pembenahan atau peninjauan kembali karena banyak hal yang tentunya perlu direfisi, dikoreksi dan segala macam bentuk evaluasi lainnya. Atas dasar inilah muncul konsep pembelajaran yang solutif, yang dirasa pas dengan keadaan saat ini yakni konsep blended learning dalam pembelajaran yang memadukan antara dua konsep diatas yakni perpaduan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis web atau e-learning. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa itu tidak merasa bosan ketika dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Rusman dkk, 2013, Pembeljaran Berbasis Teknologi, Informasi, dan Komunikai Jakarta: Rajawali pers Koohang, 2009. New South Wales Department of Education and Training, 2002 (http://weblearning.psu.edu/blended-learning-initiative/what_is_blended learning). (http://blog.uin-malang.ac.id/ivageje/2010)