“Hubungan Model Pembelajaran Simulasi terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah” (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo)
ABSTRAK Desy Pakaya.Nim. 231 410 004. “Hubungan Model Pembelajaran Simulasi terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo” Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial . Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah Bimbingan Ibu Dra. Hj. Trisnowaty Tuahunse, M.Pd dan Rudy Harold, S.Th., M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Model Pembelajaran Simulasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo?”. Sementara yang menjadi tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan model pembelajaran simulasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo”. Dari hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukan R square sebesar 0,045 yang berarti bahwa sebesar 0,45% variabilitas mengenai hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran sejarah Kelas X SMA Muhammadiyah batudaa dapat diterangkan oleh Model Pembelajaran Simulasi , sedangkan sisanya sebesar 99,55% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Penelitian ini juga menyatakan bahwa hubungan model pembelajaran simulasi memiliki hubungan positif terhadap hasil belajar siswa. Terbentuknya hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh model pembelajaran simulasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah.
Kata kunci : Model Pembelajaran Simulasi, Hasil Belajar. Desy Pakaya.Nim. 231 410 004. Dra. Hj. Trisnowaty Tuahunse Pembim M.Pd. Pembimbing I dan Rudy Harold, S.Th., M.Si pembimbing II.
Pendidikan merupakan modal utama manusia dalam mengembangkan kreatifitasnya untuk dapat melakukan perubahan yang sifatnya membangun guna meningkatkan kualitas SDM. Manusia adalah makhluk Tuhan yang secara langsung dikaruniai akal pikiran yang berfungsi untuk membuat manusia itu menjadi lebih baik, karena hanya dengan akal pikiranlah kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga dalam meningkatkan potensinya, manusia perlu pendidikan. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, pada prinsipnya tidak terlepas dari peran penyelenggara pendidikan. Guru sebagai bagian dari penyelenggara
pendidikan
memiliki
fungsi
dan
peran
dalam
kegiatan
pembelajaran, yang tidak hanya terbatas pada transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada siswa, tetapi juga bagaimana membangun pengetahuan siswa secara maksimal melalui penciptaan lingkungan belajar yang kondusif serta pembentukan pengalaman belajar bagi siswa, dan yang paling penting adalah motivasi belajar siswa yang optimal. Untuk dapat membangkitkan keaktifan peserta didik, pendidik dituntut untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi aktualisasi peserta didik. Bahkan pendidik sendiri harus berupaya menjadikan aktivitas yang dilakukan sebagai bagian dari aktualisasi diri. Mengajar dan memberi umpan balik pada peserta didik tidak dianggap sebagai beban. Aktivitas kerja telah menjadi bagian bermain, sehingga peluang mengembangkan kreativitas bagi pendidik
maupun peserta didik cukup besar. Situasi kondusif bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap kritis dan kreatif bukan hanya sekedar penyesuaian diri terhadap pendidik. Pendidik yang otoriter harus diubah menjadi pendidik yang demokratis. Mulyana (2003 : 16) hal yang perlu dilakukan supaya siswa aktif : (1) siswa mengembangkan rasa percaya diri dan mengurangi rasa takut, (2) siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah, (3) melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasi, (4) melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam hal ini kajian mata pelajaran sejarah, manusia Indonesia menjadi inti sejarah Indonesia, yang harus melukiskan dari segi (1) pertumbuhan sifat kebangsaan sebagai bangsa Indonesia; (2) perjuangannya untuk menjadi bangsa yang bersatu dan merdeka; (3) orang-orang besar serta aliran-aliran, dan paham yang mempengaruhi perjuangan itu, serta gerakan-gerakan massa yang menjadi dasar perjuangan; (4) perjuangan untuk mewujudkan cita-cita kehidupan sebagai bangsa yang bebas, adil, makmur, dan bahagia (Moh, R. Ali, 2005: 350). Hasil observasi awal di SMA Muhammadiyah Batudaa menunjukkan bahwa model pembelajaran konvensional yang selama ini dilakukan oleh para guru merupakan model yang sangat sering digunakan dalam proses pembelajaran dan hal ini menyebabkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif terhadap pelajaran dan hanya mencatat saja yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil belajar siswa dalam proses belajar khususnya pada mata pelajaran Sejarah. Untuk itu siswa
membutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat dan tentunya dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk belajar yang nantinya akan bermuara pada pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian kiranya dapat diketahui dari penjelasan diatas bahwa model pembelajaran simulasi merupakan salah satu upaya untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Maka peneliti memformulasikan judul sebagai berikut: “Hubungan Model Pembelajaran Simulasi terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo”. Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah “untuk mengetahui seberapa besar hubungan model pembelajaran simulasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo”. Diharapkan juga penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pendidikan dan pembelajaran, khususnya mengenai hubungan metode pembelajaran simulasi terhadap hasil belajar siswa. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan,Hamalik (2001:159).Definisi lainnya menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku akibat belajar yang disebabkan pencapaian dan penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar berdasarkan tujuan pengajaranyang telah ditetapkan. Hasil tersebut
dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Purwanto, 2011). Sardiman (2001:28-29) mengemukakan “bahwa hasil belajar itu meliputi: a) hal awal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), b) hal awal personal, kepribadian, atau sikap (afektif) c) hal awal kelakuan, keterampilan, atau penampilan (psikomotor)”. Selanjutnya, lingkup hasil belajar yang diukur melalui tiga kawasan, Bloom dan Krathwhohl (dalam Uno, 1998:20-21) menunjukan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan yaitu kawasan kognitif, psikomotor, dan afektif. Senada dengan itu Rusman (2012 : 123) menyatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasaan siswa sebagai hasil interaksi yang menyebabkan perubahan perilaku karena pencapaian dan penguasaan sejumlah materi pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap materi atau tujuan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah pada ranah kognitif yang dapat diukur dengan menggunakan tes yang mengarah pada pengukuran aspek kognitif.
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Menurut Piaget (Arens, 2004) pedagogi yang efektif harus melibatkan anak dengan situasi-situasi dimana anak secara mandiri melakukan eksperimen, dalam arti mencoba sesuatu untuk mengamati apa yang terjadi, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang mereka temukan pada suatu saat dengan apa yang ia temukan pada saat lain, dan membandingkan temuannya dengan temuan orang lain.Lebih lanjut Piaget (dalam Santrock 2008 : 46) menjelaskan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) mereka, yakni asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika sorang anak memasukkan pengetahuan baru dalam pengetahuan yang sudah ada dan akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru. Simulasi Menurut syaiful basri djamarah (2006) metode pembelajaran simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan merangkaikan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Simulasi menurut Hasibuan dan Moedjiono (dalam Tukiran Taniredja, 2011) adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja).
Penelitian Terdahulu Tika Mustika (2007) , melakukan penelitian dengan Judul Penggunaan Metode Simulasi dalam Pembelajaran Josuushi yang Berkaitan Dengan Waktu. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah kelas X-Bahasa 1, dengan desain Quasi Eksperimen. Kesimpulannya metode pembelajaran simulasi berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, dimana Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai rata-rata Pretest 29,65 dan rata-rata Posttest 71,25. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung sebesar 10,534, berdasarkan df 27 pada taraf signifikasi 5% Suhaedah (2005), melakukan penelitian dengan Judul Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Metode Simulasi Di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas V SDN Ciwareng Kabupaten Purwakarta). Desain penelitian menggunakan classroom action research, hasilnya peneliti meyimpulkan bahwa metode pembelajaran simulasi dapat memacu aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. Dari kajian teori yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan simulasi dalam pembelajaran akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam simulasi, pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat karena siswa mempraktikkan langsung, informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap sehingga dapat meningkatkan haswil belajar siswa.
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dan dengan mengambil lokasi di SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo”. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan
model korelasi yang bermaksud untuk melihat hubungan
antara satu variabel dengan variabel lainnya dengan pengujian hipotesis. Dimana dalam penelitian ini ingin mengetahui hubungan model pembelajaran simulasi dengan hasil belajar siswa. Berdasarkan tingkat eksplanasi atau penjelasan, penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (sugiyono, 2008:40). Dalam penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri dari model pembelajaran simulasi (X), dan hasil belajar siswa (Y). Adapun model rancangan ini secara sederhana digambar sebagai berikut;
X
Y
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Keterangan: X: Model Pembelajaran Simulasi Y: Hasil Belajar Siswa Sugiyono (2005: 55) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 60 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Arikunto (2002: 104) mengemukakan bahwa : “Apabila populasi lebih dari 100 maka yang menjadi sampel sebanyak 10%-15% atau 20%25%. Sedangkan apabila populasinya kurang dari 100 maka sampelnya adalah seluruh populasi tersebut. Untuk memperoleh data yang aktual maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut : Observasi, Wawancara, Angket dan Dokumentasi. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuisioner. Suatu pernyataan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mampu mengungkapkan apa yang diungkapkan atau apa yang ingin diukur. Seperti yang dikemukakan oleh sugiyono (2009: 267) instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha cronbach’s dimana suatu instrumen dikatakan handal (reliabel) bila memiliki nilai koefisien alpha cronbach’s lebih besar dari 0,60. Pengujian reliabilitas instrumen ini menggunakan bantuan program SPSS 17.00 for windows Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat digunakan lebih dari satu kali dalam waktu yang berbeda, namun tetap menunjukkan hasil yang relatif konsisten. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus cronbach alpha. Untuk mengetahui reliabelitas instrumen
penelitian yang digunakan, peneliti menggunakan program aplikasi analisis statistik SPSS 17.0 for windows. Item dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach> 0,60 (Ghozali, 2007). Hasil Penelitian Dan Pembahasan Data variabel model pembelajaran simulasi diperoleh dari hasil sebaran kuisioner. Jumlah item soal dalam kuisioner untuk mengetahui kondisi model pembelajaran simulasi terdiri dari 14 pertanyaan dengan bobot maksimal 5 dan minimal 1. Skor maksimal untuk pengukuran variabel model pembelajaran simulasi adalah 70 dan skor minimal adalah 45. Sejumlah 60 siswa kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo menjadi sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan data model pembelajaran simulasi maka dapat disusun distribusi frekuensi secara umum pengelolaan kelas (X) sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5.
Skor Interval 45 – 50 51 – 55 56 – 60 61 – 65 66 – 70
Kriteria
Tidak Pernah Pernah Kadang – kadang Sering Selalu Total
Frekuensi f 10 7 13 11 19 60
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada tabel 6 di atas,
% 17 12 22 18 32 100 dapat
disimpulkan secara umum bahwa responden yang merupakan siswa kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo memberikan pilihan terbanyak pada kategori selalu untuk variabel model pembelajaran simulasi. Hal ini dapat diartikan bahwa secara umum model pembelajaran simulasi berada pada kategori selalu.
Data variabel Hasil Belajar Siswa diperoleh dari hasil sebaran kuisioner. Jumlah item soal dalam kuisioner untuk mengetahui hasil Belajar siswa terdiri dari 20 pertanyaan dengan nilai maksimal 1 dan minimal 0. Skor maksimal untuk pengukuran variabel hasil belajar siswa adalah 1 dan skor minimal adalah 20. Sejumlah 60 siswa kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo menjadi sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan data Hasil Belajar siswa maka dapat disusun distribusi frekuensi secara umum Hasil Belajar siswa (Y) sebagai berikut : Frekuensi F Tidak Setuju 1. 1 – 10 6 Setuju 2. 11 – 20 54 Total 60 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada tabel 7 di atas, dapat
No.
Skor Interval
Kriteria
% 10 90 100
disimpulkan secara umum bahwa responden yang merupakan siswa kelas X SMA Muhammadiyah Batudaa, Kab. Gorontalo memberikan pilihan terbanyak pada kategori setuju untuk variabel Hasil Belajar Siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa secara umum siswa memiliki Hasil Belajar tinggi. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
r hitung r tabel Keterangan 0.638 0,211 Valid 0.696 0,211 Valid 0.326 0,211 Valid 0.320 0,211 Valid 0.295 0,211 Valid 0.313 0,211 Valid 0.378 0,211 Valid 0.676 0,211 Valid 0.539 0,211 Valid 0.360 0,211 Valid 0.681 0,211 Valid 0.342 0,211 Valid 0.758 0,211 Valid 0.548 0,211 Valid Hasil uji validitas instrumen Hasil Belajar siswa disajikan pada tabel
berikut: Item 1
r hitung 0.138
r tabel 0,211
Keterangan Tidak Valid
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0.302 0.272 0.433 0.250 0.336 0.012 0.293 0.096 0.552 0.265 0.349 0.549 0.038 0.072 0.015 0.196 0.342 0.035 -0.161
0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211 0,211
Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid TIdak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen: No 1. 2.
Variabel Model Pembelajaran Simulasi Hasil Belajar Siswa
Cronbach Alpha
Rtabel
Keterangan
0.620
0,600
Reliabel
0.877
0,600
Reliabel
Heteroskedatisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan atau observasi Model regresi yang baik adalah terjadi homoskedatisitas dalam model, atau dengan perkataan lain tidak terjadi heteroskedatisitas. (Sarjono, 2011). Ada tidaknya heteroskedatisitas secara grafik dapat dilihat dari multivariate standardized scatterplot. Uji korelasi bivariate digunakan untuk mengukur kuat atau tidaknya hubungan diantara hasil – hasil pengamatan dari populasi yang mempunyai dua varian (bivariate). Kuat atau tidaknya hubungan tersebut dapat diukur dengan suatu nilai yang disebut nilai koefisien korelasi. Apabila nilai koefisiennya adalah 1 (mendekati angka 1) maka hubungan antara variabel tersebut adalah sangat kuat dan positif. Apabila nilai
koefisiennya -1 (mendekati angka -1) maka hubungan antara variabel tersebut adalah sangat kuat dan negative sedangkan apabila nilai koefisienya adalah 0 maka hubungan antara variabel tersebut sangat lemah atau tidak ada hubungan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t. Hipotesis statistik yang akan diuji sebagai berikut: 𝐻0 : β ≤ 0
artinya tidak terdapat pengaruh variabel X (pengelolaan kelas) terhadap variabel Y (Aktivitas Belajar Siswa).
𝐻1 : β > 0
artinya terdapat pengaruh variabel X (pengelolaan kelas) terhadap variabel Y (aktivitas Belajar Siswa).
Untuk mengetahui besarnya keeratan hubungan antara variabel pengelolaan kelas (X) dengan variabel aktivitas belajar siswa (Y) digunakan koefisien korelasi Pearson dengan kaidah keputusan sebagai berikut: r ≤ 1,
menunjukan hubungan linier positif sempurna antara X dan Y, dalam arti makin besar harga X makin besar pula harga Y, atau semakin kacil harga X makin kacil pula harga Y.
r ≥ -1,
menunjukan hubungan linier negatif sempurna antara X dan Y, dalam arti makin besar harga X makin kacil harga Y, atau makin kacil harga X maka makin harga Y.
r = 0,
menunjukan tidak ada hubungan linier antara X dan Y. Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel independen dalam menjalankan perubahan pada variabel dependen secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai 𝑟 2 berkisar antara 0<𝑟 2 <1. Jika nilai 𝑟 2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Simpulan Dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh peneliti pada bagian sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa simpulan sebagai berikut: Dari hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukan R square sebesar 0,045 yang berarti bahwa sebesar 0,45% variabilitas mengenai hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran sejarah Kelas X SMA Muhammadiyah batudaa dapat diterangkan oleh Model Pembelajaran Simulasi , sedangkan sisanya sebesar 99,55% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa hubungan model pembelajaran simulasi memiliki hubungan positif terhadap hasil belajar siswa. Terbentuknya hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh model pembelajaran simulasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah.
Saran Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian di atas, maka peneliti mengemukakan beberapa saran dalam penelitian ini sebagai berikut: Setiap Guru sejarah di sekolah hendaknya memperhatikan kesesuaian materi ajar dengan model pembelajaran simulasi, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dan Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian pengembangan yang terkait dengan penggunaan model pembelajaran simulasi dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka Abdurrahman dan Muhidin. 2007. Analisis Korelasi, regeresi dan Jalur Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfa Beta Dimyati Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathurrohman Pupuh dan Sutikno Sobry. 2009. Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama. Hamalik Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Joice Bruce, Weil Marsha, 2009. Models Of Teaching. Model – model pengajaran. Yogjakarta: Pustaka Pelajar Pasarribu dan Simanjuntak, 1989. Prosedur Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Purwanto, Edi. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sarjono Haryadi. 2011. SPSS vs LISREL Sebuah Pengantar, Aplikasi dan Riset. Jakarta : Salemba Empat. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R &D). Bandung: Alfabeta. Yamin Martinis, 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press Jakarta. Zainal, Aqib. 2002. Profesionalisme Guru Dalam pembelajar. Surabaya: Insan Cendekia.