PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RELATING, EXPERIENCING, APPLAYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 5 SMA LABORATORIUM UM Oleh: *Nurullah Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Pembimbing: (1) Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd (2) Drs. Hadi Soekamto, S.H, M.Pd, M.Si. ABSTRAK Hasil wawancara dan observasi awal menunjukkan bahwa 78% siswa kelas XI IPS 5 SMA Laboratorium UM mendapatkan hasil belajar geografi di bawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yakni 78. Keadaan ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang memberikan pemahaman materi terhadap siswa. Permasalahan tersebut perlu diatasi dengan menerapkan model pembelajaran REACT, agar hasil belajar geografi siswa menjadi lebih baik. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa dengan penerapan model pembelajaran REACT. Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan kelas dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian, siswa kelas XI IPS 5 sebanyak 37 orang. Instrumen yang digunakan adalah tes uraian, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan format catatan lapangan. Data hasil penelitian dianalisis dengan membandingkan rata-rata skor hasil belajar geografi siswa antara pra tindakan dengan siklus I dan siklus I dengan siklus II untuk mengetahui peningkatannya dan persentase yang diartikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran REACT dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I dan siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I sebesar 55,45% dan siklus I ke siklus II sebesar 16,81%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa model pembelajaran REACT berhasil meningkatkan hasil belajar geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I dan siklus I ke siklus II. Disarankan bagi guru geografi SMA agar menerapkan model pembelajaran REACT dalam proses pembelajaran geografi di kelas. Penerapan model tersebut disesuaikan dengan materi pembelajaran yang mempunyai kaitan dengan kehidupan. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian sejenis dalam rangka memperbaiki ataupun memberikan inovasi baru pada penelitian yang pernah dilaksanakan dengan subyek yang berbeda. Kata Kunci: model pembelajaran REACT, hasil belajar geografi siswa *Nurullah : Mahasiswa Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
1
A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, di antaranya dengan mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang diyakini bisa meningkatkan hasil belajar siswa ternyata tidak sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Hasil observasi menunjukkan bahwa SMA Laboratorium UM sudah menerapakan KTSP, tetapi ternyata hasil belajar siswa pada materi pelajaran Geografi 78% tidak mencapai Standar Ketuntasan Maksimal (SKM). Hal tersebut disebabkan oleh metode mengajar atau model pembelajaran yang diterapkan di kelas kurang memberikan pemahaman materi bagi siswa, sehingga hasil belajar siswa rendah. Keadaan ini memerlukan upaya agar permasalahan tentang hasil belajar siswa yang rendah bisa diperbaiki. Upaya yang dilakukan yakni merubah metode mengajar atau model pembelajaran yang diterapkan di kelas dengan menerapkan model pembelajaran REACT. Alasan diterapkan model pembelajaran REACT di kelas XI IPS 5 yakni karena model pembelajaran ini memiliki keunggulan untuk dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa. Keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya: pertama, REACT dapat membuat siswa lebih memahami materi karena tidak hanya belajar dari membaca buku pelajaran saja, kedua, REACT menjadikan siswa dapat menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari dengan melakukan percobaan, ketiga, REACT membuat siswa terlatih untuk mengemukakan pendapat kepada siswa lain melalui presentasi kelas dan diskusi kelompok.
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas yang merupakan terjemahan dari Classroom Action Research atau yang lebih dikenal dengan PTK. PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini terdiri dari beberapa siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yakni menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan, mengamati/observasi, dan refleksi. C. Pembahasan A. Pada Siklus I Hasil Belajar Geografi Siswa Meningkat Peningkatan hasil belajar Geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I diketahui berdasarkan data hasil temuan penelitian dengan cara membandingkan skor rata-rata hasil belajar Geografi siswa pada pra tindakan dengan siklus I. Peningkatan hasil belajar Geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, peningkatan skor rata-rata hasil belajar Geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I disebabkan oleh siswa sudah memahami materi dengan baik di 2
siklus I setelah diberi penerapan model pembelajaran REACT. Walaupun pada siklus I siswa masih sedikit bingung dengan tahap kegiatan pembelajaran REACT yang dilaksanakan karena model ini belum pernah diterapkan di kelas XI IPS 5 sebelumnya. Siswa masih dalam proses transisi untuk membiyasakan diri melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai tahapan-tahapan model REACT. Adanya bimbingan dari guru, ternyata memberikan bantuan kepada siswa untuk dapat melaksanakan semua kegiatan pembelajaran sesuai tahapan-tahapan yang ada pada model REACT. Dibanding pada saat pra tindakan, di siklus I ini siswa lebih baik dalam memahami materi yang ditunjukkan dengan lebih banyak siswa yang bersedia menjawab pertanyaan guru dan menyimpulkan hasil pembelajaran. Kedua, terdapat tahap kegiatan pembelajaran yang paling dominan pada model REACT ini dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa. Tahap tersebut yakni mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), dan menerapkan (aplaying). Kedua tahap kegiatan (experiencing dan aplaying) dikolaborasikan dengan cooperating. Pada tahap mengaitkan (relating), siswa dibimbing oleh guru untuk menghubungkan materi pelestarian lingkungan dengan kehidupan siswa sehari-hari dengan cara bercerita tentang aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam upaya merawat lingkungan di sekitar siswa. Tahap ini merupakan langkah awal untuk memberikan gambaran-gambaran tentang materi kepada siswa agar materi mudah dipahami. Banyak siswa yang bersedia untuk menceritakan pengalamannya tentang aktivitas yang dilakukan sehari-hari dalam merawat lingkungan. Namun guru hanya memberi kesempatan kepada beberapa siswa saja karena waktu yang digunakan untuk tahap ini hanya sedikit. Ketiga, ketika siswa sudah mempunyai gambaran tentang materi pelestarian lingkungan hidup melalui tahap mengaitkan (relating), maka guru melanjutkannya kepada tahap mengalami (Experiencing) dengan cara melakukan percobaan terhadap suatu permasalahan lingkungan yang disimulasikan ke dalam kelas melalui alat permodelan. Permasalahan yang disajikan ke dalam kelas berupa proses terjadinya pencemaran air sungai yang disebabkan oleh pembuangan limbah ke sungai. Dalam tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan sendiri sesuai petunjuk pelaksanaan percobaan dan mengamati proses percobaan sekaligus mencatat hasil percobaan dengan tetap dibawah bimbingan guru. Percobaan tentang permasalahan lingkungan ini menambah pemahaman siswa tentang materi pelestarian lingkungan hidup yang juga didukung oleh gambarangambaran materi yang dimiliki siswa pada tahap mengaitkan (relating) sebelumnya. Keempat, setelah siswa mendapatkan gambaran-gambaran tentang materi pelestarian lingkungan hidup sekaligus ditambah oleh pemahaman siswa melalui percobaan tentang sebuah permasalahan lingkungan, maka selanjutnya siswa memantapkan pemahamannya tentang materi pelestarian lingkungan yang dipelajari dalam tahap menerapkan (aplaying). Kegiatan yang dilakukan pada tahap menerapkan yakni siswa bekerja sama dalam memilah-milah sampah organik dan anorganik serta membuang sampah yang sudah dipilah-pilah ke tong sampah sesuai jenis sampahnya. Kegiatan ini, selain ditujukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi pelestarian lingkungan hidup yang sudah dimiliki, juga ditujukan agar siswa peduli terhadap lingkungan di sekitar siswa. Pemahaman siswa terhadap materi tersebut, berdampak kepada peningkatan ratarata skor hasil belajar Geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I. Peningkatan hasil belajar Geografi siswa dari pra tindakan ke siklus I yang sangat tinggi ditunjukkan dalam data temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan 3
karena sebelumnya di pra tindakan siswa belum pernah diberi penerapan model REACT, sehingga pemahaman siswa tentang materi Geografi di pra tindakan masih rendah dibandingkan setelah siswa diberi tindakan di siklus I. Pemahaman materi yang sangat berbeda tersebut berdampak kepada perolehan rata-rata skor hasil belajar Geografi siswa yang juga berbeda jauh. Dari skor rata-rata hasil belajar Geografi siswa di siklus I, ternyata perlu adanya perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan untuk penerapan tindakan di siklus II. Upaya perbaikan-perbaikan dilakukan agar siswa bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai tahapan-tahapan model REACT, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik tanpa adanya hambatan seperti kebingungan-kebingungan yang terjadi di siklus I. Perbaikan-perbaikan tersebut sebagai berikut: 1) Guru sebelum memerintahkan siswa untuk melakukan percobaan, terlebih dahulu menjelaskan petunjuk yang ada pada lembar petunjuk pelaksanaan percobaan agar siswa tidak bingung untuk melakukan percobaan. 2) Guru memastikan siswa untuk benar-benar membaca lembar petunjuk pelaksanaan percobaan. 3) Guru lebih maksimal dalam membimbing siswa dalam kelompok. 4) Kalimat dalam petunjuk pelaksanaan percobaan harus jelas dan mudah dipahami. 5) Guru sebelumnya harus menginformasikan bahwa ada batasan pertanyaan dalam sesi tanya jawab agar waktunya cukup yakni maksimal 5 pertanyaan. 6) Guru mengecek kembali peralatan yang akan digunakan di siklus II, sebelum melaksanakan tindakan dalam pembelajaran.
B. Pada Siklus II Hasil Belajar Geografi Siswa Meningkat Mencapai SKM Penyempurnaan dilakukan pada siklus II yaitu dengan memberikan penjelasan terhadap petunjuk pelaksanaan percobaan. Penjelasan ditujukan agar siswa tidak mengalami kebingungan lagi seperti yang terjadi di siklus I, sehingga proses percobaan dapat berjalan dengan lancar, dan siswa dapat berusaha memahami materi tanpa adanya hambatan. Peningkatan hasil belajar Geografi siswa dari Siklus I ke Siklus II tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, tahapan model REACT yang paling dominan dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa di siklus II ternyata sama dengan tahapan yang paling dominan yang ada di siklus I, yakni mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), dan menerapkan (aplaying). Perbedaan penerapan model REACT di siklus II terletak pada siswa sudah terbiyasa dengan penerapan model REACT. Siswa sudah terlatih untuk menghubungkan materi pembangunan berkelanjutan dengan kehidupan sehari-hari tanpa bimbingan guru. Siswa tidak kebingungan lagi untuk melakukan percobaan, sehingga mereka sangat fokus untuk mengamati proses percobaan dan berusaha memahami maksud dari percobaan dan konsep pengetahuan yang ada dalam pelaksanaan percobaan. Pada tahap menerapkan, siswa lebih antusias lagi dengan melakukan kegiatan simulasi tentang pemilihan lahan yang cocok untuk pendirian miniatur pabrik yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, sekaligus melakukan pendirian miniatur pabrik di kelas. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang pemilihan lahan yang baik sesuai dengan bangunan yang ingin didirikan dengan tetap berpedoman kepada prinsip 4
pembangunan berkelanjutan. Tidak adanya hambatan di siklus II dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai tahapan-tahapan model REACT, membuat siswa lebih maksimal dalam berusaha memahami materi pembangunan berkelanjutan. Kedua, lebih banyak siswa yang memahami materi tentang pembangunan berkelanjutan yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru maupun siswa lain. Dibandingkan dengan siklus I, ternyata di siklus II jawaban-jawaban siswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain dan guru selalu tepat dan benar. Siswa yang bersedia menyimpulkan hasil pembelajaran bertambah lebih banyak lagi. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Geografi yang semakin tinggi tersebut, juga berdampak kepada hasil belajar Geografi siswa yang semakin meningkat dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar Geografi siswa dari Siklus I ke Siklus II tidak sebesar seperti peningkatan hasil belajar Geografi dari pra tindakan ke siklus I. Hal ini terjadi karena di siklus I dan siklus II siswa sudah sama-sama diberi tindakan atau melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tahapan-tahapan model REACT, sehingga rentangan peningkatannya juga relatif kecil. Pemahaman siswa terhadap materi Geografi di siklus I dan siklus II menjadi lebih baik karena adanya penerapan model REACT. Model pembelajaran REACT membimbing siswa untuk memahami materi dengan cara mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa. Siswa melakukan percobaan terhadap suatu permasalahan yang terjadi di kehidupan melalui simulasi. Siswa menerapkan konsep pengetahuan yang sudah dimiliki agar pemahaman terhadap materi semakin meyakinkan, dan mengemukakan pengetahuan yang sudah dimiliki melalui kerja kelompok, presentasi kelas, dan sesi tanya jawab. Dengan kemampuan bekerja sama yang baik, siswa akan lebih mudah menyampaikan ideide atau gagasan-gagasannya untuk memberikan alternatif pemecahan terhadap permasalahan yang disajikan oleh guru ke dalam kelas. Selain itu, manfaat dari kerja sama kelompok membuat suasana pembelajaran di kelas lebih hidup dan semangat, sehingga menjadi sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan. Manfaat lain yang bisa didapat ketika siswa sudah terlatih dan mampu mengaitkan materi dengan kehidupannya, maka materi akan mudah dipahami dan lebih gampang untuk diingat kembali. Siswa juga lebih mudah saat mengerjakan soal-soal tes dengan pemahaman materi yang mudah untuk diingat kembali dan akhirnya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa: Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam hal ini termasuk model REACT merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna, memori jangka pendek manusia menentukan apakah akan membuang sampai 90 % dari informasi yang diterimanya dalam 24 jam terakhir, atau meneruskan informasi itu ke memori jangka panjang. Pengiriman informasi ke memori jangka panjang akan terjadi jika otak mengerti apa yang dipelajarinya. Hal itu pasti akan terjadi jika otak menemukan makna di dalam hal yang dipelajarinya (Johnson, 2011:59). 5
KESIMPULAN Dari hasil analisis data dan temuan penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa model pembelajaran REACT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Geografi kelas XI IPS 5 SMA Laboratorium UM.
SARAN Berikut adalah beberapa saran yang dapat diajukan berkaitan dengan penelitian ini. 1. Bagi guru Geografi SMA Laboratorium UM, sebaiknya Guru menerapkan model REACT dalam proses pembelajaran Geografi di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara : (1) memilih materi pembelajaran yang mempunyai hubungan dengan kehidupan, (2) dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tahap kegiatan mengalami (Experiencing) sebaiknya dikolaborasikan dengan tahap bekerja sama (Cooperating) agar waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien, (3) prosedur penilaian keterlaksanaan kegiatan pembelajaran model ini lebih baik jika dilakukan terhadap aktivitas guru dan juga siswa, serta dilengkapi dengan catatan lapangan. 2. Bagi peneliti lanjut, sebaiknya peneliti lanjut lebih teliti dalam menerapkan tahaptahap kegiatan pembelajaran model REACT dengan tidak mengulangi kesalahankesalahan yang pernah terjadi pada penelitian ini. Kesalahan tersebut seperti tidak menjelaskan petunjuk pelaksanaan percobaan dan mengulang kegiatan merangkai alat permodelan sehingga menyita waktu pembelajaran.
6
DAFTAR RUJUKAN
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Husein, Harun M. 1995. Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan Dan Penegakan Hukumnya. Jakarta: Bumi Aksara. Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa Learning. Mulyasa, E .2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara. Mahendra, Jamal. 2005. Perbedaan Taksonomi Bloom Revisi dan Taksonomi Bloom Lama, (online), (http://wikiberita.net /taksonomi-bloom.html), diakses 12 Mei 2012. Nurhadi, dkk. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang. Purwanto, Edy. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Malang : UM press. Puspita, Bunga. 2011. Penerapan Strategi REACT Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang. Soemarwoto, Otto. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University press. Soeriatmadja, R. E. 2000. Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja RosdaKarya. Suryabrata, Sumandi. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Uno, Hamzah, B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. 7
Wardiyatmoko, K. 2008. Buku Geografi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Wulan, Ratna. 2001. Taksonomi Bloom Revisi, (online), (http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATN AWULAN/taksonomi_Bloom_revisi.pdf), diakses 12 Mei 2012. Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Kontruktivisme. Jakarta: Gaung Persada Press. Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek. Malang: Universitas Negeri Malang.
8