ABSTRAK
Dian Aji Pertiwi, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses sains Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010 di MTs Soebono Mantofani Jombang CiputatTangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimen. Sampel diambil dua kelas, menggunakan cluster sampling dan dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses sains dan kelas kontrol adalah kelas yang diajar dengan pendekatan konvensional. Instrumen penelitian ini adalah instrumen tes pilihan ganda dengan skor 0-1 sebanyak 15 soal dengan 4 pilihan jawaban. Hasil penelitian ini diuji dengan melalui statistik uji “t”. berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3.62 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 2.00 pada taraf signifikansi α = 0.05. Sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar fisika siswa, diterima. Kata Kunci : Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Hasil Belajar Fisika Siswa.
ABSTRACT
Dian Aji Pertiwi, “The Influence of Science Process Skills Approach to Student’s Physics Achievement”, Physics Education Studies Program, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya’ and Teacher Training, State Islamic University (of UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. The aims of this research was to determine the influence of science process skills approach to student’s physics achievement. This research has been done in MTs Soebono Mantofani Jombang Ciputat-Tangerang, on Juli-Agustus 2010. The method in this research is quasi-exsperiment. We used Cluster Sampling to take sample in this research. The sample divided into experiment and control classes. Experiment class is taught by science process skills approach and control class is taught by conventional approach. Instrument is used multiple choice test (0-1 score), with 15 question and 4 alternative answers. The result of this research are tested through a statistical test of “t”. based on calculations obtained for t count value was 3.62 greater than 2.00 at ttable level α = 0.05 of significance. It is mean that alternative hypothesis (Ha), which told that there are an influence between science process skills approach to the student physics achievement, has been accepted. Key Word : Science Process Skills Approach, Student’s Physics Achievement.
PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Quasi Eksperimen di MTs Soebono Mantofani Jombang, Kota Tang-Sel)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Strata 1 (S.Pd)
OLEH: DIAN AJI PERTIWI 105016300580
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRACT
Dian Aji Pertiwi, “The Influence of Science Process Skills Approach to Student’s Physics Achievement”, Physics Education Studies Program, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya’ and Teacher Training, State Islamic University (of UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. The aims of this research was to determine the influence of science process skills approach to student’s physics achievement. This research has been done in MTs Soebono Mantofani Jombang Ciputat-Tangerang, on Juli-Agustus 2010. The method in this research is quasi-exsperiment. We used Cluster Sampling to take sample in this research. The sample divided into experiment and control classes. Experiment class is taught by science process skills approach and control class is taught by conventional approach. Instrument is used multiple choice test (0-1 score), with 15 question and 4 alternative answers. The result of this research are tested through a statistical test of “t”. based on calculations obtained for t count value was 3.62 greater than 2.00 at ttable level α = 0.05 of significance. It is mean that alternative hypothesis (Ha), which told that there are an influence between science process skills approach to the student physics achievement, has been accepted. Key Word : Science Process Skills Approach, Student’s Physics Achievement.
ABSTRAK
Dian Aji Pertiwi, “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses sains Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010 di MTs Soebono Mantofani Jombang CiputatTangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi-eksperimen. Sampel diambil dua kelas, menggunakan cluster sampling dan dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diajar dengan pendekatan keterampilan proses sains dan kelas kontrol adalah kelas yang diajar dengan pendekatan konvensional. Instrumen penelitian ini adalah instrumen tes pilihan ganda dengan skor 0-1 sebanyak 15 soal dengan 4 pilihan jawaban. Hasil penelitian ini diuji dengan melalui statistik uji “t”. berdasarkan perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3.62 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 2.00 pada taraf signifikansi α = 0.05. Sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar fisika siswa, diterima. Kata Kunci : Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Hasil Belajar Fisika Siswa.
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas terucap selain syukur hanyalah untuk Allah SWT yang telah banyak mengaruniai penulis dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Tak lupa shalawat beserta salam tercurah kepada Rasulullah SAW, sang pembuka gerbang gelap kejahilan menuju jalan yang penuh cahaya dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika. 4. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Dosen pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini. 5. Seluruh dosen Jurusan IPA yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. 6. Kepala Sekolah, Guru, dan Staf di MTs Soebono Mantovani yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian. 7. Ayah Bundaku tercinta, Drs. Lukman Muslimin dan Wiwiek Wahyudianti yang telah memberikan segalanya kepada penulis baik moril maupun materil serta curahan kasih sayang yang tiada henti sehingga penulis dapat
i
menyelesaikan studi ini. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian. 8. Saudara-saudaraku,
kakak saya Maulida Lestari, SE., ME, abang saya
Muhammad Ratho Priyasa, SH, dan kembaran saya Meutia Gama Pertiwi, SE, yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang dan perhatiannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 9. Sahabatku (VDA) yang sudah seperti saudara saya sendiri (Aii, Ana, Arum, Dini, Vian, Ela), Ria, Makwo, Ufha, Ersya dan saudara saya Yusmawati Mukhlis SIP tersayang yang selalu ada dalam suka maupun duka, memberikan semangat dan mendoakan keberhasilan penulis. 10. Teruntuk Lu’luul Jauhar Maknun yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta doa kepada penulis, makasih banyak atas kesabarannya mengingatkan penulis untuk selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga kesabaranmu dalam segala hal selalu membawakan hasil yang baik. Amiin. 11. Teman-temanku di kelas IPA Fisika angkatan 2005, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas persahabatan dan dukungannya serta kebersamaan kita yang tak akan pernah terlupakan, semoga kita kompak selalu. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya
tiada
untaian
kata
yang
berharga
kecuali
ucapan
Alhamdulillahirabbil’alamin atas rahmat, karunia, dan ridha-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.
Jakarta, Mei 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……….……………………………………………………..
i
Daftar Isi …………………………………………………………………….
iii
Daftar Tabel ………………………………………………………………. .
v
Daftar Gambar …………………………………………………………….
vi
Daftar Lampiran…………………………………………………………….
vii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah .………………………..………
1
B. Identifikasi Masalah …………………………………….
3
C. Pembatasan Masalah…………………………………….
3
D. Perumusan Masalah …………………………………….
4
E. Tujuan Penelitian………………………………………..
4
F. Manfaat Penelitian……………………………………....
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ………...………………
5
A. Tinjauan Pustaka …………….………………………….
5
1. Pengertian Belajar …………………………………..
5
2. Pengertian Hasil Belajar .…………………………...
7
3. Pengertian Konstruktivisme .………………………
11
4. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Sains ...
14
5. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains ….
20
6. Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
22
7. Pengertian Suhu dan Pengukuran .…………………
24
B. Penelitian yang Relevan ...……………………………..
28
C. Kerangka Pikir ………..……………………………….
29
D. Pengajuan Hipotesis……………………………………
30
iii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN …………………………
31
A. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………
31
B. Metode Penelitian ……………………………………..
31
C. Populasi dan Sampel …………………………………..
32
D. Variabel Penelitian ……………………………………
33
E. Prosedur Penelitian ……………………………………
33
F. Instrumen Penelitian …………………………………..
34
G. Teknik Analis Data ……………………………………
39
H. Hipotesis Statistik ……………………………………..
43
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………
44
A. Hasil Penelitian ………………………………………...
44
B. Pembahasan ……………………………………………
52
C. Keterbatasan Penelitian ..………………………………
59
PENUTUP …………………………………………………
60
A. Kesimpulan…………………………………………….
60
B. Saran …………………………………………………..
60
DAFTAR PUSTAKA .……………………………………………………
61
LAMPIRAN.............................................................................................
63
BAB IV
BAB V
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penetapan Skala Beberapa Jenis Termometer ………..………..
27
Tabel 3.1 Desain Penelitian ………………………………………………
31
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Fisika ………………………
34
Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ………………………………...
37
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Beda …………………………………………
38
Tabel 3.5 Kategori Keterlaksanaan Model ……………………………….
38
Tabel 3.6 Uji Validitas Ahli ……………. ……………………………….
39
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest ……….
45
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest ...…….
46
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ....…………………………..
48
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest …………………………….
49
Tabel 4.5 Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Pretest …………………...
50
Tabel 4.6 Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Posttest …………………..
50
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest ……….
51
Tabel 4.8 Hasil Uji Observasi …………………………………….……….
52
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Perbandingan Antara Skala Kelvin, Reamur , Fahrenheit, dan Celcius ……………... ……………....……………………..
28
Gambar 4.1
Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest ………..
45
Gambar 4.2
Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Posttest ……….
47
vi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitian A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar ……………………………... 63 A.2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar …………….. 68 A.3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar………………………………………………………………. 72 A.4 Validitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ……….…………. 73 A.5 Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ……………….. 75 A.6 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ……….. 77 A.7 Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ……………. 79 A.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar …………. 81 A.9 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang Dipakai dalam Penelitian …………………………………………………………..
82
A.10 Kunci Jawaban Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ……… 84 B. Perangkat Pembelajaran B.1 Pemetaan SK, KD, dan Indikator ………………………………..
85
B.2 RPP Kelas Eksperimen …………………………………………...
86
B.3 RPP Kelas Kontrol ……………….................................................
95
B.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ………………………………………
102
C. Uji Analisis Data C.1 Data Nilai Pretest-Posttest ………………………………………
108
C.2 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Eksperimen …………………
109
C.3 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Kontrol …………………….
114
C.4 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Eksperimen …..……………
119
C.5 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Kontrol ……………………
124
C.6 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen…………..
129
C.7 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ………………
130
C.8 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen………….
131
C.9 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol………………
132
vii
C.10 Uji Homogenitas ………..……………………………………….
133
C.11 Uji Hipotesis …………….……………………………………….
135
C.12 Perhitungan Hasil Observasi ……………………….…………..
138
C.13 Rekapitulasi Hasil Observasi …………………………...………….. 141
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa. Dalam proses tersebut guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian. Salah satu cara untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan adalah melalui Ujian Akhir Nasional (UAN) yang berganti nama menjadi Ujian Nasional (UN). Standar nilai kelulusan UN terus mengalami peningkatan. Tahun 2007 standar kelulusan UN sebesar 5,0 menjadi 5,5 pada tahun 2009. Namun angka kelulusan UN di Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2010 menurun cukup signifikan dibanding 2009.1 Kecenderungan penurunan angka kelulusan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya proses belajar yang tidak efektif. Proses belajar yang tidak efektif disebabkan oleh memilih metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi pelajarannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat sehingga guru tidak mungkin menguasai semua konsep dan fakta dari berbagai cabang ilmu, maka siswa diarahkan untuk menemukan sendiri fakta konsep itu. Pembelajaran yang terjadi hanya melakukan perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa dan terkadang guru lebih terfokus pada penghapalan rumus-rumus saja. Akibatnya, siswa menjadi terbebani dan tidak mampu mengaplikasikan rumus tersebut untuk memecahkan persoalan. Selama ini guru hanya mengenal metode ceramah saja yang bisa dilakukan untuk semua tipe atau karakteristik materi pelajaran. Padahal tidaklah demikian, materi fisika berbeda-beda, untuk mengatasi permasalahan tersebut guru sebaiknya menggunakan pendekatan KPS. 1
Suryana, Hasil UN Tingkat SMP Juga Jeblok, http://suryana77.wordpress.com/2010/05/06/hasilun-tingkat-smp-juga-jeblok/, 6 Mei 2010.
1
Hingga kini ilmu fisika masih dinilai sebagai pelajaran yang sulit untuk dikuasai dan membosankan. Oleh karena itu, perlu ada suatu strategi yang dapat menimbulkan
minat
para
siswa
untuk
mempelajari
ilmu
fisika
serta
menumbuhkan satu kesadaran bahwa fisika merupakan pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Hakikat belajar sains tentu saja tidak cukup sekadar mengingat dan memahami konsep seperti yang ditemukan atau dilakukan oleh para ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Proses penemuan konsep yang melibatkan keterampilan-keterampilan yang mendasar melalui percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan melalui kegiatan laboratorium. Dari berbagai model pembelajaran dapat dilihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan mengalami pergeseran dari yang mengutamakan pemberian informasi menuju kepada strategi yang mengutamakan keterampilan-keterampilan berfikir yang digunakan untuk memperoleh dan menggunakan konsep fisika. Adanya pergeseran pemilihan strategi ini otomatis peran guru di kelas berubah dari peran sebagai penyampai pesan (teacher centered) kepada peran sebagai fasilitator (student centered). Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian dalam pendekatan keterampilan proses menekankan cara memperoleh pengetahuan, menyusun gagasan baru sekaligus menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan di masyarakat.2
2
Muhammad Bani Sukron, Pengembangan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains, (Jurnal Widya Tama, Volume 2, Nomor 4, Desember 2005), hal. 24
2
Salah satu materi yang dibahas dalam fisika adalah ’Suhu dan Pengukuran’ yang membahas mengenai pengertian suhu dan alat pengukuran suhu. Dalam kegiatan sehari-hari materi ini sangat diperlukan salah satunya dalam bidang kedokteran. Proses pembelajaran materi tersebut dapat menggunakan pendekatan keterampilan proses karena dalam proses pembelajaran siswa dapat berinteraksi langsung dengan objek pembelajaran, yang selama ini hanya diajarkan teori-teori saja tetapi praktek langsung. Dari uraian di atas, kita dapat melihat keunggulan pembelajaran fisika menggunakan pendekatan keterampilan proses sains memegang peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran fisika. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik membahas pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu fisika terutama mengenai materi pelajaran yang terkait dengan ’Suhu dan Pengukuran’. Oleh karena itu, skripsi ini diberikan judul “Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Masih banyak siswa menilai bahwa ilmu fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk diketahui dan dipahami. 2. Pembelajaran fisika masih ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan aktivitas siswa (teacher centered). 3. Pembelajaran fisika hanya menekankan pada perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa tidak sesuai dengan prinsip dan hakikat fisika itu sendiri (transfer of knowledge).
C. Pembatasan Masalah Hasil belajar ada tiga aspek yaitu aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotorik. Dalam penelitian ini dibatasi pada aspek psikomotorik yaitu lembar
3
observasi dan aspek kognitif yang meliputi jenjang ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4).
D. Perumusan Masalah Mengacu pada identifikasi masalah maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar fisika siswa?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan KPS terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep suhu dan pengukuran.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi guru fisika sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan keterampilan proses sains serta memperbaiki kekurangan-kekurangannya. 2. Bagi siswa sebagai tolak ukur untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar fisika melaui pembelajaran keterampilan proses.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan hanya bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.1 Belajar adalah proses dimana orang maju dari tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Dimana dalam belajar terjadi perubahan individu dalam pengetahuan, keterampilan, pemahaman dan kecakapan dalam bidang tertentu. Dengan belajar orang akan memperoleh pengalaman yang berharga untuk mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Belajar atau yang disebut dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat bertahan hidup (survived). 2 Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), Ed. Ke-3, Cet. Ke-5, h. 85 2 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:Kisi Brother’s, 2006), h. 76
5
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:3 “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya.”4 Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).5 Pengalaman dalam belajar merupakan interaksi antara subyek dengan lingkungannya, dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan nilai dan sifat yang konstan. Jadi belajar juga merupakan usaha sadar untuk merubah tingkah laku baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.Berdasarkan pengertian belajar tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah merupakan proses interaksi antara subyek dengan lingkungannya dan hasil pengalaman masa lalu, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku, pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang bersifat konstan. Adapun perubahan-perubahan tersebut dapat juga ditimbulkan melalui praktek dan latihan. Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacammacam faktor. Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan:6
3
Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Ed. rev., Cet. 5, h.2 4 Ibid, h. 2 5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. Ke-1, Cet. Ke-9, h. 36 6 Ngalim Purwanto, Op.Cit, h.102
6
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. b. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Faktor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Menurut Gagne (1972:2) dalam jurnal teknologi pendidikan, belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung satu periode waktu dan bukan semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.7 Perubahan yang disebabkan oleh belajar biasanya terjadi melalui beberapa tahapan dalam bentuk beberapa kegiatan, seperti kegiatan yang merubah perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Arti lain menyatakan bahwa, belajar pada hakikatnya berkaitan dengan perubahan secara langsung dengan cara melibatkan diri pada satu kegiatan yang terarah.8
2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar atau pencapaian tujuan belajar oleh siswa merupakan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap yang diperoleh seseorang setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.9 Hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.10 Untuk memperoleh hasil
7
Marja Sinurat, Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, (Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 5, No. 3, Desember 2003), h. 83 8 Ibid, h. 83 9 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya.2009), Cet. 13, h.22 10 Asep Jihad & Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet. 1, h. 14
7
belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.11 Untuk mengetahui keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar tersebut sebagai berikut: a. Pengukuran Ranah Kognitif Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materimateri esensial sebagi konsep fungsi dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hapalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental. Pada ranah ini terdapat enam jenjang berpikir mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: (1) pengetahuan/ingatan (knowledge), (2) pengetahuan (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis) dan (5) evaluasi (evaluation). Pada tahun 2001 Anderson dan Krathwohl melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom menjadi: (1) Remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam jenjang kemampuan yakni hapalan/ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintetis (C5) dan evaluasi (C6).12 b. Pengukuran Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang yang memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil 11
Ibid, h. 15 Ahmad Sofyan, et all., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h 15 12
8
belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kogntif semata-mata. Tipe belajar hasil afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang
memerlukan
waktu
yang
relatif
lama,
demikian
juga
pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Ranah afektif ini dirinci oleh Kathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1) perhatian atau penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian atau penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization) dan (5) karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value or vale complex). Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif diklasifikasikan oleh David Kathwohl ke dalam jenjang secara hierarkis, yaitu: "Receiving" meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu nilai dan keyakinan.
"Responding" meliputi keinginan dan kesenangan
menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. "Valuing" meliputi pemilikan serta pelekatan pada suatu nilai tertentu. "Organization" meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. "Characterization" mencakup pengembangan nilai-nilai menjadi karakter pribadi.13 Kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks, yaitu: (1)
Reciving/attending,
yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dll. Tipe ini contohnya kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
13
Ibid, h. 20
9
(2)
Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. (3)
Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus tadi. Evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. (4)
Organisasi, yakni pengembangaan diri dari nilai ke dalam suatu sistem
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk ke dalam organisasi adalah konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai. (5)
Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.14 Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap dan internalisasi nilai. c. Pengukuran Ranah Psikomotor Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1956) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan
14
Nana Sudjana, Op.Cit, h.30
10
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.15 Hasil belajar ini merupakan prestasi yang dapat digunakan pengajar untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan kepada individu yang belajar ini dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
3. Pengertian Konstruktivisme Konstruktivisme muncul sebagai alternatif terhadap pendekatan objektivitas yang kurang melibatkan, mengikutsertakan dan membimbing peserta didik untuk aktif belajar. Dasar dari pandangan konstruktivisme adalah anggapan bahwa dalam proses belajar (a) murid-murid tidak menerima begitu saja pengetahuan yang didapatkan mereka dan menyimpannya di kepala, melainkan mereka menerima informasi dari dunia sekelilingnya, kemudian membangun pandangan mereka sendiri tentang pengetahuan yang mereka dapatkan, dan (b) semua pengetahuan disimpan dan digunakan oleh setiap orang melalui pengalaman yang berhubungan dengan ranah pengetahuan tertentu. Konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai.16 Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dengan menggunakan pengalaman dan struktur kognitif yang sudah dimiliki.17
15
Ahmad Sofyan, et all, Op.Cit, h. 23 Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistis. (Jakarta: Tim Prestasi Pustaka, 2007), h 13 17 Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001), h.3 16
11
Konsep dasar dari konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan itu tidak dapat dialihkan dari pikiran guru ke pikiran siswa secara utuh tetapi dibangun sendiri oleh peserta didik di dalam kepalanya lebih tepatnya dalam struktur kognitifnya. Konstruktivisme menganggap bahwa peserta didik mulai dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Model konstruktivisme menjelaskan bahwa, pengetahuan tidak pernah dapat diamati secara leluasa. Kenyataannya pengetahuan mestilah diperoleh dari kesadaran seseorang; pengetahuan tidak dapat ditransfer (dipindahkan) dari seseorang kepada orang lain seperti ketika orang mengisi sebuah tong kosong. Pengetahuan tidak seperti kegiatan psikologis lainnya yang dapat digambarkan secara kimia. Selain itu pengetahuan membutuhkan satu kepercayaan (comitment) seseorang dalam mempertanyakan, menjelaskan, dan uji penjelasan sebagai pengabsahannya.18 Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebakan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Menurut
konsep konstruktivisme, pengetahuan seseorang bersifat
temporer, terus berkembang dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan itu tidak pernah berhenti berkembang. Pengetahuan dalam diri seseorang terbentuk ketika mengalami berbagai macam konflik. Melalui perspektif ini belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan 18
Marja Sinurat, Op.Cit, h. 86
12
memperoleh pengalaman konkrit, wacana kolaborasi dan kegiatan melakukan refleksi. Salah satu teori belajar konstruktivisme yang terkenal adalah teori perkembangan Piaget. Teori ini biasa disebut dengan teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget, tingkat perkembangan intelektual atau kognitif anak meliputi empat tingkatan, yaitu: a) tingkat sensoris motoris (0-2 tahun), b) tingkat pra-operasional (2-7 tahun), c) tingkat operasional konkret (7-11 tahun), dan d) tingkat operasi formal (11 tahun – ke atas).19 Berdasarkan kategori di atas siswa pada jenjang pendidikan SMP berada pada tingkat operasi formal, yang memiliki sifat antara lain: pola berpikirnya sudah sistematis, mampu memecahkan masalah dengan berpikir secara hipotesis, deduktif, rasional, abstrak, dan reflektif mengevaluasi informasi. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak, dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun perkembangan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.20 Konstruktivisme merupakan teori yang paling mendasar tentang bagaimana siswa mempelajarinya. Siswa membangun pemahaman dan pengetahuan mereka melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ketika siswa mengalami pengalaman yang baru, siswa harus menerima itu dengan ide sebelumnya dan pengalaman yang mereka dapat. Untuk itu, siswa harus membangun pikiran mereka dan menilai tentang apa yang mereka ketahui. Menurut konstruktivisme belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuannya berkembang. Proses tersebut bercirikan:21
19
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 152 Muhammad Bani Sukron, Op.Cit. hal. 21 21 Paulina Pannen, Op.Cit, h. 19 20
13
a. Belajar berarti membentuk makna. b. Konstruksi berarti merupakan proses terus menerus. c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih merupakan suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya. f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. Dengan demikian belajar menurut konstruktivisme bukanlah kegiatan memindahkan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang berasal dari pemahaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan guru.
4. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Sains Semiawan mengemukakan dalam bukunya yang berjudul “Pendekatan Keterampilan Proses”, bahwa keterampilan proses adalah pendekatan yang mengarah kepada pengembangan kemampuan fisik dan mental, yang pada dasarnya dimiliki oleh siswa dalam wujud potensi yang belum terbuka secara jelas. Dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian keterampilan proses itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Jadi, keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam
14
pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkrit sampai pada penemuan konsep.22 Semiawan keterampilan
mengemukakan
proses
harus
empat
diwujudkan
alasan dalam
mengapa proses
pendekatan belajar
dan
pembelajaran, yaitu:23 a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup. b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis lebih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. J. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental. c. Ilmu pengetahuan boleh dikatakan bersifat relatif, artinya, suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bias gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima. d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.
22
Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia Sarana Indonesia, 1992), h. 18 23 Ibid, h. 14
15
Semiawan mengemukakan bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan memproses perolehan, sehingga anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan–keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Sebuah irama gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif.24 Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan ketermpilan proses sains, siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual terlibat karena dalam keterampilan proses sains melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran dan penyusunan atau perakitan alat dan bahan. Dan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses. Keterampilan proses sains dikembangkan berdasarkan rasional bahwa masyarakat masa depan adalah masyarakat belajar atau learning society. Oleh karena itu para siswa harus dibekali dengan kemampuan belajar atau learning to learn. Beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari25, yaitu: a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep melalui metode ceramah. Akibatnya para siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan, tidak dilatih untuk menemukan
konsep,
tidak
dilatih
pengetahuan.
24 25
Ibid, h. 18 Ibid, h. 14-16
16
untuk
mengembangkan
ilmu
b. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata. Pada prinsipnya, anak mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar karena didorong oleh rasa ingin tahu. Jika peranan guru sangat dominan, maka anak akan sedikit sekali belajar, anak tidak berminat dan anak kehilangan motivasi. c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif semua konsep yang ditemukan melalui penyelidikan ilmiah masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki. Anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis dan mengusahakan
kemungkinan-kemungkinan
jawaban
terhadap
suatu
masalah. d. Dalam proses belajar mengajar, seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Pengembangan keterampilan memproseskan perolehan akan berperan sebagai wahana penyatu kait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai. Secara umum pendekatan keterampilan proses sains adalah suatu pendekatan dimana guru berusaha membina siswa berpikir dan bertindak secara kreatif didalam menemukan suatu pengetahuan, konsep, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk obyek nyata. Hamalik mendefinisikan keterampilan proses sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ke tingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses erat kaitannya dengan
17
CBSA. Suatu bentuk penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah pemecahan masalah dan inkuiri (penemuan).26 Pada pendekatan keterampilan proses sains para siswa secara mendasar dilatih untuk memiliki kemampuan fisik, mental dan sosilalitasnya. Pada pendekatan ini siswa dilatih untuk memiliki aspek-aspek keterampilan proses dalam pembelajaran sains, yang antara lain:27 a. Observasi atau pengamatan Observasi atau pengamatan adalah salah satu ketarampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Para guru perlu melatih anak agar terampil dalam mengobservasi atau mengamati berbagai makhluk, benda dan kenyataan di sekitarnya. b. Pembuatan hipotesis Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan unuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Seorang ilmuan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksprimen. Para guru dapat melatih anak dalam membuat hipotesis sederhana. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru. c. Perencanaan penelitian atau eksperimen Eksperimen tidak lain adalah usaha menuji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Dalam melakukan eksperimen atau penelitian sederhana, guru perlu melatih siswa dalam merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu. d. Pengendalian variabel Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Para guru dapat melatih anakanak dalam mengendalikan variabel. Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita
26 27
Oemar Hamalik, Op.Cit, h. 150 Conny Semiawan, Op.Cit, h. 19
18
bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan varibel. e. Interprestasi data Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicapai atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, histogram, atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapat di interprestasi atau ditafsirkan. Para guru dapat melatih anak-anak dalam menginterprestasi data. f. Kesimpulan sementara (inferensi) Membuat kesimpulan sementara (inference) sering dilakukan oleh seorang ilmuan dalam proses penelitiannya. Pertama-tama data dikumpulkan lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki samapai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu. g. Peramalan atau prediksi Para ilmuan sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan gejala tertentu. h. Penerapan ( aplikasi) Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki. i. Komunikasi Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Keterampilan mengkomunikasikan apa yang ditemukan merupakan salah satu keterampilan mendasar yang dituntut dari para ilmuan. Jadi, perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa kajian pada penelitian ini hanyalah keterampilan proses sains dan bukanlah pendekatan keterampilan proses,
yang
dalam
pelaksanaannya
pun
menggunakan
pendekatan
pembelajaran yang berbeda, yaitu inkuiri terstruktur. Karena dengan
19
keterampilan proses, siswa dapata membentuk dan memahami konsep hingga yang bersifat abstrak. Atau dapat diartikan sebagai keterampilan-keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa dalam memproses sains melalui metode ilmiah. Dengan bekerja ilmiah, keterampilan tersebut akan mengantarkan siswa pada suatu penemuan konsep atau fakta sebagaimana yang telah dilakukan para ilmuwan menemukan atau mengembangkan ilmu. Sehingga para siswa tidak hanya memperoleh kemampuan kognitif tingkat rendah yaitu ingatan, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif tingkat tinggi yaitu pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
5. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains Metode ilmiah merupakan dasar dari pembentukan pengetahuan dalam sains. Metode ilmiah dapat diartikan sebagai cara untuk bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiah dengan membuat obsevasi dan melakukan eksperimen. Menurut Hess (2007), terdapat enam langkah-langkah metode ilmiah, yaitu: a. Mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah b. Membuat latar belakang penelitian atau melakukan observasi c. Menyusun hipotesis d. Menguji hipotesis melalui percobaan e. Menganalisa data dan membuat kesimpulan f. Mengkomunikasikan hasil Dalam pembelajaran sains, keenam langkah-langkah metode ilmiah tersebut dikembangkan dan dijabarkan menjadi sebuah keterampilan proses sains yang dapat diajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Menurut Wetzel (2008), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.28
28
Mahmuddin, et all., http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaianketerampilan-proses-sains/ (10 April 2010)
20
a. Keterampilan proses dasar Menurut Rezba (1999) dan Wetzel (2008), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu: 1) Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain. 2) Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek 3) Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. 4) Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagi temuan. 5) Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6) Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan. Menurut Rezba (1999), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999).
21
b. Keterampilan proses terpadu Perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih membentuk
keterampilan
proses
terpadu.
Menurut
Weztel
(2008),
Keterampilan proses terpadu meliputi: 1) merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan. 2) mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan 3) membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati. 4) percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data 5) interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan. Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan keterampilan proses sains yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.29
6. Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Suatu bentuk penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah pemecahan masalah atau inkuiri (penemuan).30 a. Pengertian Pemecahan Masalah Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Tiap orang tak pernah luput dari masalah, baik yang bersifat sederhana maupun yang rumit. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkahlangkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah 29 30
Ibid Oemar Hamalik, Op.Cit, h. 151-153
22
suatu
pertanyaan
yang
mengundang
jawaban.
Suatu
pertanyaan
mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut. Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri informasi/data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu. b. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Dalam proses pembelajaran, di samping perlunya penalaran yang baik, tetapi juga menguasai langkah-langkah memecahkan masalah secara tepat. Langkah-langkah tersebut pada umumnya terdiri dari: (1) Siswa menghadapi masalah, artinya dia menyadari adanya suatu masalah tertentu; (2) Siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik/rinci; (3) Siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinankemungkinan jawaban atas masalah tersebut, yang masih perlu diuji kebenarannya; (4) Siswa mengumpulkan dan mengolah data/informasi dengan teknik dan prosedur tertentu; (5) Siswa menguji hipotesis berdasarkan data/informasi yang telah dikumpulkan dan diolah; (6) Menarik kesimpulan berdasarkan pengujian hipotesis; dan jika ujinya salah maka dia kembali ke langkah 3 dan 4 dan seterusnya; (7) Siswa menerapkan hasil pemecahan masalah pada situasi baru.
23
7. Pengertian Suhu dan Pengukuran Suhu atau temperatur adalah besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masingmasing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.Termometer adalah alat yang diapakai untuk mengukur suhu dengan tepat dan menyatakannya dengan suatu angka. Perasaan manusia dan tangan kita tidak dapat digunakan untuk menyatakan derajat suhu dengan tepat, karena masing-masing orang merasakan suhu yang berlainan. Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 - 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membeku pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F. Beberapa jenis atau macam-macam termometer berdasarkan: a.
Zat cair pengisi termometer: 1. Termometer Raksa 2. Termometer Alkohol
24
b.
Kegunaannya: 1. Termometer Klinis (Termometer Badan) Digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. Skalanya antara 350C-420C. 2. Termometer Maksimum dan Minimum Ditemukan oleh Six dan Bellani digunakan untuk mengukur suhu udara terendah dan tertinggi oleh pengamat cuaca. 3. Termometer Ruang Digunakan untuk mengukur suhu ruangan, disebut juga termometer dinding. 4. Termometer Laboratorium Digunakan untuk mengukur suhu dalam percobaan penelitian atau ilmiah lainnya. 5. Termometer Hambatan Digunakan untuk mengukur besarnya hambatan, disebut juga termometer platina. 6. Termometer Optik (Pirometer) Digunakan untuk mengukur tungku peleburan logam, suhu permukaan matahari. 7. Termometer Termokopel Terdiri dari dua kawat yang dari bahan logam yang berbeda jenisnya dan dihubungkan dengan Amperemeter. Skalanya antara -1000C sampai 15000C.
c.
Skala atau Penemunya 1. Termometer Celcius 2. Termometer Reamur 3. Termometer Fahrenheit 4. Termometer Kelvin Perubahan suhu dapat mengakibatkan: perubahan ukuran (panjang, luas
dan volume), perubahan daya hantar listrik, perubahan warna, perubahan wujud, perubahan daya larut dan perubahan kimia.
25
Beberapa sifat yang mutlak diperlukan oleh termometer adalah: skalanya mudah dibaca, jangkauan suhunya luas, aman digunakan dan peka terhadap perubahan suhu. Prinsip dasar pembuatan termometer adalah pemuaian volume zat cair. Pemuaian tersebut menyebabkan volume zat cair dalam termometer naik. Kenaikan volumenya sebanding dengan pertambahan suhu yang terjadi. Zat cair pengisi termometer yang paling umum digunakan adalah air raksa dan alkohol. Berikut adalah keuntungan dan kerugian menggunakan air raksa dan alkohol sebagai zat cair pengisi termometer. a.
Termometer Raksa Berikut ini keuntungan menggunakan air raksa sebagai zat cair pengisi termometer: 1. Raksa mudah dilihat karena mengkilap seperti perak. 2. Volume raksa berubah secara teratur ketika terjadi perubahan suhu. 3. Raksa tidak membasahi dinding kaca. 4. Jangkauan suhu cukup lebar (-400C sampai dengan 3500C). 5. Raksa terpanasi secara merata sehingga dapat menunjukkan suhu dengan cepat dan tepat. Berikut ini kerugian menggunakan air raksa sebagai zat cair pengisi termometer: 1) Harga raksa mahal sekali. 2) Raksa tidak dapat mengukur suhu yang sangat rendah. 3) Raksa merupakan zat yang beracun, sehingga sangat berbahaya jika tabungnya pecah.
b.
Termometer Alkohol Berikut ini keuntungan menggunakan alkohol sebagai zat cair pengisi termometer: 1. Dibanding raksa, alkohol sangat murah. 2. Dapat mengukur suhu dengan teliti, karena untuk kenaikan kecil, alkohol mengalami perubahan volume lebih besar. 3. Dapat mengukur suhu yang sangat rendah.
26
Berikut ini kerugian menggunakan alkohol sebagai zat cair pengisi termometer: 1. Memiliki titik didih rendah (780C) sehingga pemakaiannya terbatas. 2. Tidak berwarna sehingga harus diberi pewarna agar mudah dilihat. 3. Alkohol membasahi dinding kaca. Penetapan skala (kalibrasi) pada berbagai termometer a.
Termometer Celcius Es mencair pada tekanan 1 atm (100Pa) = 00Pa Air mendidih pada tekanan 1 atm = 1000C
b.
Termometer Reamur Es mencair dan air mendidih (00R dan 800R)
c.
d.
Termometer Fahrenheit Titik tetap bawah
: Es campur garam = 00F
Titik tetap atas
: Suhu badan manusia = 960F
Es mencair
: 320F
Air mendidih
: 2120F
Jumlah skala
: 212-32 = 1800F
Termometer Kevin Titik tetap bawah
: Suhu mutlak = titik nol mutlak = 00K = -2730C
Air mendidih
: 373 K = 1000C = titik tetap atas
Es mencair
: 273 K = 00C
Tabel 2.1 Penetapan skala beberapa jenis termometer: Jenis Termometer
Celcius 0
Reamur 0
0
Fahrenheit
Kelvin 2730
Titik lebur es
0
Titik didih es
1000
800
2120
3730
Jumlah skala
1000
800
1800
1000
27
32
0
Berikut ini perbandingan skala dari termometer
Gambar 2.1. Perbandingan antara skala Kelvin (K), Reamur (R), Fahrenheit (F) dan Celcius (C) Rumus untuk mengubah suhu dari termometer satu ke termometer yang lain adalah sebagai berikut: a. tºC = 4/5 x tºR = ((9/5 x t) + 32) ºF = (t + 273) K b. tºR = 5/4 x tºC = ((9/4 x t) + 32) ºF = ((5/4 x t) + 273) K c. tºF = 5/9 x (t – 32) ºC = 4/9 x (t – 32) ºR = (5/9 x (t – 32) + 273) K d. tºK = (t – 273) ºC = (9/5 x (t – 273) + 32) ºF = (4/5 x (t – 273)) ºR
B. Penelitian yang Relevan Beberapa
hasil
penelitian
yang
relevan
dengan
penggunaan
keterampilan proses sains antara lain sebagai berikut: 1. Lillah Fauziah dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Cahaya Yang Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa”.
Memberikan kesimpulan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa. 2. Indrianingsih dalam skripsinya yang berjudul ”Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Tentang Konsep Ekosistem Bernuansa Nilai”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Rata-rata skor hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 64.6 sedangkan pada siklus II 28
sebesar 77. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan keterampilan proses sains. 3. Hayatunnufus dalam skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran Fisika Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Zat”. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara pendekatan keterampilan proses sains pada pembelajaran fisika terhadap hasil belajar siswa.
C. Kerangka Pikir Keberhasilan pembelajaran fisika tidak hanya tergantung pada satu faktor saja. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal seluruh faktor yang mendukung proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan maksimal. Pendekatan keterampilan proses sains tidak akan berhasil bila penunjang yang lain misalkan, perencanaan belajar, pengelolaan dan pemilihan metode yang tepat tidak dilakukan dengan maksimal. Pendekatan
keterampilan
proses
sains
diarahkan
untuk
mengembangkan kemampuan mendasar dalam peserta didik agar mampu menemukan perolehannya. Pembelajaran dilaksanakan melalui komunikasi timbal balik melalui tanya jawab, kerja kelompok, sehingga siswa terlibat aktif agar hasil perolehannya dapat diterapkan dalam kehidupan mereka di kemudian hari. Ilmu fisika merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam yang meliputi peristiwa-peristiwa yang menyebabkan perubahan-perubahan serta mekanismenya, akan lebih mudah dipahami bila diberikan melalui pendekatan dan metode pengajaran yang sesuai, dimana akan lebih tertanam dalam ingatan siswa, apabila siswa diikutsertakan dalam membuktikan kebenaran dari konsep-konsep fisika. Pembuktian kebenaran konsep fisika dapat dilakukan melalui eksperimen, disini siswa dapat dilatih melakukan percobaan-percobaan sampai diperoleh kesimpulan dari konsep fisika tersebut.
29
Di dalam pemilihan strategi pengajaran harus diperhatikan karakteristik bidang studi dan kendalanya. Karakteristik bidang studi perlu menjadi pertimbangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan digunakan menyampaikan pengajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat kecermatan suatu media dalam penyampaian pengajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media serta pengaruh motivasi yang ditimbulkan. Dengan demikian pembelajaran keterampilan proses sains memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Siswa juga dapat belajar proses dan produk ilmu sekaligus. Selain itu siswa akan merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pelajar pasif. Dengan adanya interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuan pada diri siswa.
D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis diajukan: Ho
: Pendekatan keterampilan proses sains tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa.
Ha
: Pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, bulan Juli-Agustus tahun ajaran 2010-2011. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di MTs Soebono Mantofani yang berlokasi di Jl. Sumatera No. 75 Jombang Ciputat, Tangerang.
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode ini bersifat menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain.1 Metode eksperimen dijalankan dengan menggunakan suatu perlakuan (treatment) tertentu pada sekelompok orang atau kelompok kemudian hasil penelitian tersebut dievaluasi. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi experiment, yaitu metode eksperimen yang pengontrolannya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.2 Dalam kuasi eksperimen, kontrol/pengendalian variabel tidak biasa dilakukan secara penuh. Desain yang digunakan dalam eksperimen semu ini yaitu Control Group PretestPosttest. Adapun desain/rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Desain Penelitian3 Kelompok
Pretest
Treatment
Posttest
Eksperimen
Y1
XE
Y2
Kontrol
Y1
XK
Y2
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 58. 2 Ibid, h.59. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.ke-12, h. 86.
31
Keterangan : XE
: Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains
XK
: Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional
Y1
: Tes awal (pretest) yang sama pada kedua kelompok
Y2
: Tes akhir (posttest) yang sama pada kedua kelompok
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.4 Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi MTs Soebono Mantofani. Untuk lebih rinci mengenai populasi dapat diuraikan sebagai berikut : Populasi target
: Seluruh siswa MTs Soebono Mantofani
Populasi terjangkau
: Seluruh siswa kelas VII MTs Soebono Mantofani
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.5 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Soebono Mantofani sebanyak dua kelas. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah cluster sampling atau disebut juga dengan sampel kelompok. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian. Adapun jumlah sampelnya untuk kelompok eksperimen sebanyak 30 siswa dan kelompok kontrol sebanyak 30 siswa. Untuk menentukan kelas mana yang diajarkan dengan pendekatan keterampilan proses sains, dilakukan secara random dengan teknik undian karena semua kelas dianggap memiliki kemampuan yang sama sehingga memiliki kesempatan yang sama pula untuk menjadi kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dan didapat kelas VIIA sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIIB sebagai kelompok kontrol. 4 5
Ibid, h. 130. Ibid, h.131.
32
D. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah pendekatan keterampilan proses sains. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa.
E. Prosedur Penelitian Langkah-langkah prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Tahap persiapan sebelum penelitian Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah pengurusan surat ijin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, langkah selanjutnya meliputi: a) Menetapkan materi dan alokasi waktu b) Menyusun RPP sesuai dengan pokok materi yang telah ditentukan c) Menyusun instrumen penelitian d) Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan diteliti e) Menentukan sampel penelitian. 2. Tahap pelaksanaan penelitian Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap yang kedua setelah tahap persiapan, tahap pelaksanaan meliputi: a) Menguji coba instrumen penelitian b) Mengolah dan menganalisis data uji coba instrumen c) Memberi pretest pada kelas yang telah ditentukan sampelnya, yaitu sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol d) Menyampaikan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen e) Memberikan posttest untuk kedua kelompok.
33
3. Tahap penyelesaian penelitian Tahap penyelesaian penelitian merupakan tahap terakhir, tahap ini meliputi: a) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian b) Menguji hipotesis penelitian.
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar fisika siswa yang berupa tes pencapaian (achievement test) terdiri dari tes obyektif bentuk pilihan ganda sebanyak 25 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen sama dengan tes yang diberikan kepada kelompok kontrol. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi atau penerapan (C3), dan analisis (C4). Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes hasil belajar pada konsep suhu dan pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Fisika Standar Kompetensi (SK) 1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.
Kompetensi Dasar 1.2.
Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.
Tingkat Kognitif C1
C2
C3
C4
1*,
4*,
2*,
11,
3,
8*,
6*,
15,
5*,
10,
7*,
18*,
9,
13*,
12,
19,
21*,
16,
14*,
20*,
23*
24,
17,
25*
22* 6
Jumlah
Keterangan : * soal valid.
34
6
7
6
Jumlah 25
Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, instrumen terdiri dari 25 soal tersebut terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa di kelas lain yang tidak termasuk kelompok kontrol ataupun kelompok eksperimen guna mengukur validitas dan reliabilitas.
1. Pegujian Validitas Instrumen Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi tersebut. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang sebenarnya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus ”point biserial.”yaitu:6
r pbi
M
p
M
SD
p q
t
t
Keterangan : rpbi
: Koefisien korelasi poin biserial
Mp
: Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar
Mt
: Mean skor total
SDt
: Standar deviasi dari skor total
P
: Proporsi peserta tes yang menjawab benar
q
: Proporsi peserta tes yang menjawab salah, q = 1 – p Berdasarkan uji tes dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, maka harga
koefisien korelasi untuk n=30 dan α=5% adalah 0.27. Soal dikatakan valid jika rhitung ≥ rtabel yaitu jika rhitung ≥ 0.27. Dari uji coba tes sebanyak 25 soal dengan jumlah siswa sebanyak 30, diperoleh soal yang valid sebanyak 15 soal.
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 79.
35
2. Pengujian Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus spearman-brown, yaitu:7
r11
2( r 1
1 2 2
1 r1
)
1 2 2
Keterangan : r11
: Koefisien reliabilitas instrumen
r1/21/2 : rxy yang disebutkan indeks korelasi antara dua belahan instrumen Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:8 a. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari 0.70 berarti tes yang sedang diuji telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable) b. Apabila r11 lebih kecil dari 0.70 berarti bahwa tes yang sedang diuji belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable) Hasil analisis instrumen dengan metode ganjil-genap diperoleh reliabilitas tes sebesar 0.70. Hal ini berarti bahwa tes memiliki reliabilitas yang tinggi sebab r11 sama dengan 0.70.
3. Taraf Kesukaran Tingkat kesukaran dari suatu tes digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal termasuk dalam kategori mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal.9 Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran yaitu : P
B N
7
Ibid., h.93. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 209 9 Suharsimi Arikunto., Op cit, h.208. 8
36
Keterangan : P
: Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B
: Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N
: Jumlah peserta tes
Klasifikasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.3. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Rentang
Keterangan
< 0.25
Sukar/sulit
0.25 – 0.75
Cukup/sedang
> 0.75
Mudah
Dari uji coba tes sebanyak 25 soal, diperoleh 4 soal bersifat mudah, 15 soal bersifat cukup/sedang dan 6 soal bersifat sulit.
4. Daya Pembeda Soal Analisis daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dan membedakan siswa yang pandai (tinggi prestasinya) dengan siswa yang kurang pandai (rendah prestasinya).10 Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal yaitu :
D
B A BB 0.5 N
Keterangan : D
: Daya pembeda
BA
: Jumlah skor benar dari kelompok atas
BB
: Jumlah skor benar dari kelompok bawah
N
: Jumlah responden (jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah)
Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
10
Suharsimi Arikunto., Op cit, h.213.
37
Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Beda11 Rentang
Keterangan
0.00-0.20
Jelek (poor)
0.21-0.40
Cukup (satisfactory)
0.41-0.70
Baik (good)
0.71-1.00
Baik sekali (excellent)
-(negatif)
Semuanya tidak baik
Dari uji coba tes sebanyak 25 soal diperoleh 11 soal bersifat baik, 11 soal bersifat cukup, 2 soal bersifat jelek dan 1 soal bersifat drop (tidak baik).
5. Uji Instrumen Lembar Observasi Uji validitas ahli hanya digunakan untuk memvalidasi instrumen tes lembar observasi, dimana kisi-kisi atau butir instrumen yang telah tersusun divalidasi kepada ahli bidang studi. Validitas yang dilakukan, yaitu validitas konsep dan validitas bahasa. Validitas konsep adalah kesesuaian anatara butir instrumen dengan konstruksi keterampilan proses dari objek yang dinilai sedangkan validitas bahasa adalah kesesuaian bahasa yang digunakan instrumen dalam indikator sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Kriteria keterlaksanaan model pada masing-masing tahap model pembelajaran adalah sebagai berikut:12 Tabel 3.5. Kategori Keterlaksanaan Model No 1. 2. 3. 4. 5.
% Kategori Keterlaksanaan Model Interpretasi 0,0-24,9 Sangat Kurang 25,0-37,5 Kurang 37,6 – 62,5 Sedang 62,6 – 87,5 Baik 87,6 – 100 Sangat Baik Tabel 3.6. Uji Validitas Ahli
11
Suharsimi Arikunto, Op Cit., h. 218. Usep Nuh, Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa, Skripsi, (Perpustakaan UPI Bandung : tidak diterbitkan, 2007), h. 52. 12
38
Kesesuaian Kesesuaian Konsep
Pertanyaan
Baik
Cukup
Kurang
1) Apakah indikatorindikator yang dipakai pada instrumen ini mewakili aspek keterampilan proses yang dipakai? 2) Apakah instrumen ini mencakup aspek keterampilan proses dari konsep suhu dan pengukuran? 3) Apakah butir penilaian yang digunakan instrumen ini memenuhi pencapaian indikator keterampilan proses?
Kesesuaian bahasa
1) Apakah
bahasa
yang
digunakan instrument ini sudah cukup jelas? 2) Apakah
bahasa
digunakan instrument
yang pada
ini
sudah
efektif? SARAN
G. Teknik Analisis Data Setelah melakukan uji coba instrumen, maka dilakukan penelitian. Data penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan tujuan supaya hasilnya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji
39
hipotesis. Pengolahan dan penganalisasian data penelitian menggunakan statistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh antara lain: 1. Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mencari skor terbesar dan terkecil b) Mencari nilai rentangan (R) R = skor terbesar – skor terkecil c) Mencari banyaknya kelas (BK) BK= 1 + 3,3 log N (Rumus Sturgess) d) Mencari nilai panjang kelas (i) i
R BK
e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No
Nilai
Kelas
f
Interval
Tengah
f
-
-
f) Mencari nilai rata-rata (mean)
f X
1
n
g) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)
S
f X12
f X1
(X1)
Jumlah
X
X1 2
fX 1 fX 1 n n 1 2
40
2
f X
1
fX
2 1
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: 1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor – skor kanan kelas interval ditambah 0,5. 2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
Batas Kelas X Z S 3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas. 4) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angkaangka 0 – Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka pada baris berikutnya. 5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas setiap interval dengan jumlah responden. i) Mencari Chi – Kuadrat hitung (χ2) X2
j) Membandingkan χ2
Oi E1 2 Ei hitung
dengan χ2
tabel
untuk α = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1, dengan kriteria: Jika χ2 hitung χ2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan Jika χ2 hitung χ2 tabel, artinya data distribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher, dengan rumus:
41
F
S1
2
S2
2
Dimana : F
= Uji Fisher
S1
= Varian terbesar
S2
= Varian terkecil Apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, berarti data berasal dari data
yang homogen. Dan apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, berarti data tidak berasal dari data yang homogen.
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar fisika siswa. Uji hipotesis ini dilakukan untuk melihat perbedaan hasil tes siswa dari kelompok eksperimen dan kontrol. Karena data homogen dan berdistribusi normal maka uji yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus ”t” test. ”t” test adalah salah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean sampel yang diambil tidak terdapat perbedaan yang signifikan.13 Adapun rumus dari ”t” test adalah: X1 X 2
t
dsg
1 1 n1 n 2
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 n1 n2 2 2
,
dengan dsg
2
Keterangan: X1
: Rata-rata kelompok eksperimen
X2
: Rata-rata kelompok kontrol
n1
: Jumlah sampel pada kelompok eksperimen
n2 S1
13
: Jumlah sampel pada kelompok kontrol 2
: Varians kelompok eksperimen
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007), h.278.
42
S22
: Varians kelompok kontrol Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% ( =
0,05), dengan derajat kebebasan sebesar n1 + n2 – 2. Apabila harga t hasil perhitungan lebih kecil dari harga ttabel, maka H0 diterima. Sebaliknya jika harga perhitungan lebih besar atau sama dengan harga ttabel, berarti H0 ditolak.
H. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik penelitian ini adalah sebagai berikut: H0
: µ1 = µ2
Ha
: µ1 > µ2
Keterangan : H0
= Hipotesis nihil atau hipotesis nol
Ha
= Hipotesis alternatif
µ1
= Rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen
µ2
= Rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan disajikan deskripsi data, analisis data, interpretasi data dan pembahasan dari hasil penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini ialah data yang terkumpul dari tes yang diberikan kepada siswa-siswi MTs Soebono Mantofani berupa pretest dan posttest yang diberikan pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pretest diberikan sebelum treatment dilakukan, pretest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan posttest diberikan setelah treatment dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar fisika siswa dalam memahami konsep suhu dan pengukuran. Adapun deskripsi data pretest dan posttest kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang mendapat perlakuan berupa pendekatan keterampilan proses sains. Sedangkan kelompok kontrol tanpa menggunakan pendekatan keterampilan proses sains yaitu dengan menggunakan pendekatan konvensional.
Instrumen
yang digunakan pada pretest dan posttest dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar fisika melalui tes hasil belajar sebanyak 15 soal pilihan ganda yang telah diuji coba dan dianalisis.
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil pretest kelompok kontrol dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 20, nilai rata-rata (mean) sebesar 43.07, dan standar deviasi (SD) sebesar 9.85. Sedangkan hasil pretest kelompok eksperimen dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 67 dan nilai terendah 20, nilai rata-rata (mean) sebesar 49.63, dan standar deviasi (SD) sebesar 10.49. Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
44
Tabel 4.1. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pemusatan dan Penyebaran
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Data Nilai Terendah
20
20
Nilai Tertinggi
60
67
Rata-rata (Mean)
43.07
49.63
Standar Deviasi (SD)
9.85
10.49
Adapun hasil pretest kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada diagram batang berikut: 9 8 J um lah S is wa
7 6 5 4
E ks perimen
3
K ontrol
2 1 0 20 - 27
28 - 35
36 - 43
44 - 51
52 - 59
60 - 67
R e nta ng K e la s
Gambar 4.1. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Dari diagram batang di atas terlihat bahwa pada kelompok kontrol nilai rentang kelas 20-27 merupakan nilai terendah yang diperoleh siswa kelompok kontrol pada frekuensi absolut (banyaknya siswa yang mendapat nilai pada interval tersebut) adalah 1 orang atau sebesar 3.3%. Sedangkan nilai rentang kelas 36-43 merupakan nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelompok kontrol adalah 8 orang atau sebesar 26.67%.
45
Pada kelompok eksperimen nilai rentang kelas 20-27 merupakan nilai terendah yang diperoleh siswa kelompok eksperimen pada frekuensi absolut (banyaknya siswa yang mendapat nilai pada interval tersebut) adalah 1 orang atau sebesar 3.3%. sedangkan nilai rentang kelas 52-59 merupakan nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelompok eksperimen adalah 8 orang atau sebesar 26.67%.
2. Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil posttest kelompok kontrol dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 53, nilai rata-rata (mean) sebesar 70.70, dan standar deviasi (SD) sebesar 8.45. Sedangkan hasil posttest kelompok eksperimen dari 30 siswa yang dijadikan sampel penelitian diperoleh nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 60, nilai rata-rata (mean) sebesar 77.90, dan standar deviasi (SD) sebesar 6.99. Dan data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pemusatan dan Penyebaran
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Data Nilai Terendah
53
60
Nilai Tertinggi
87
93
Rata-rata (Mean)
70.70
77.90
Standar Deviasi (SD)
8.45
6.99
46
Adapun hasil posttest kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada diagram batang berikut: 12 10
Jumlah Siswa
8 Eksperimen
6
Kontrol
4 2 0 53-58
59-64
65-70
71-76
77-82
83-88
89-94
Rentang Kelas
Gambar 4.2. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Dari diagram batang di atas terlihat bahwa pada kelompok kontrol nilai rentang kelas 53-58 merupakan nilai terendah yang diperoleh siswa kelompok kontrol pada frekuensi absolut (banyaknya siswa yang mendapat nilai pada interval tersebut) adalah 1 orang atau sebesar 3.3%. Sedangkan nilai rentang kelas 65-70 merupakan nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelompok kontrol adalah 8 orang atau sebesar 26.67%. Pada kelompok eksperimen nilai rentang kelas 53-58 dan 89-94 merupakan nilai terendah yang diperoleh siswa kelompok eksperimen pada frekuensi absolut (banyaknya siswa yang mendapat nilai pada interval tersebut) adalah masing-masing rentang kelas 1 orang atau sebesar 3.3%. sedangkan nilai rentang kelas 77-82 merupakan nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelompok eksperimen adalah 11 orang atau sebesar 36.67%.
47
3. Hasil Analisis Data Data variabel penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial melalui uji perbedaan rata-rata dengan analisis varians faktorial satu jalur harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah:
a.
Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas. 1) Hasil Uji Normalitas a) Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pengujian normalitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan statistik kai kuadrat χ. Berdasarkan hasil pengujian normalitas pretest dari kelompok kontrol didapatkan X2 hitung adalah 3.01 dan X2 tabel adalah 7.81. Begitu juga pada kelas eksperimen didapatkan X2
hitung
adalah 3.30 dan X2tabel adalah
7.81. Berikut adalah hasilnya: Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretest No.
Kelompok
Χ2hitung
Χ2tabel
Keputusan
1
Kontrol
3.01
7.81
Data terdisrtibusi normal
2
Eksperimen
3.30
7.81
Data terdisrtibusi normal
Nilai χ2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi 5% kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas yaitu jika X2
hitung
X2tabel maka data dinyatakan
data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X2 hitung > X2tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel 4.5 tersebut terlihat bahwa semua nilai X2 hitung
data lebih kecil dari nilai X2tabel maka dinyatakan semua data berdisrtibusi
normal.
48
b) Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Pengujian normalitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data dari masing-masing kelompok tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan statistik kai kuadrat χ. Berdasarkan hasil pengujian normalitas posttest dari kelompok kontrol didapatkan X2 hitung adalah 4.37 dan X2 juga pada kelas eksperimen didapatkan X2
hitung
tabel
adalah 7.81. Begitu
adalah 0.97 dan X2tabel adalah
7.81. Berikut adalah hasilnya: Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Posttest No.
Kelompok
Χ2hitung
Χ2tabel
Keputusan
1
Kontrol
4.37
7.81
Data terdisrtibusi normal
2
Eksperimen
0.97
7.81
Data terdisrtibusi normal
Nilai χ2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi 5% kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas yaitu jika X2
hitung
X2tabel maka data dinyatakan
data berdistribusi normal. Sebaliknya jika X2 hitung > X2tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel 4.6 tersebut terlihat bahwa semua nilai X2 hitung
data lebih kecil dari nilai X2tabel maka dinyatakan semua data berdisrtibusi
normal.
2) Hasil Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F (Fisher). Kriteria uji homogenitas adalah H0 ditolak jika Fhitung lebih besar dari Ftabel
dan H0
diterima jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dengan diterimanya H0 berarti sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.
49
a) Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil pengujian homogenitas hasil pretest tampak pada tabel berikut: Tabel 4.5. Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Pretest Kelompok
Jumlah
Eksperimen
30
Kontrol
30
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1.13
1.85
Data Homogen
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1.13, sedangkan Ftabel = 1.85 pada taraf signifikansi 5% untuk derajat kebebasan penyebut 29 dan derajat kebebasan pembilang 29. Karena Fhitung Ftabel, maka H0 diterima yang berarti sampel hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen. b) Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil pengujian homogenitas hasil posttest tampak pada tabel berikut: Tabel 4.6. Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Posttest Kelompok
Jumlah
Eksperimen
30
Kontrol
30
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
0.68
1.85
Data Homogen
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 0.68, sedangkan Ftabel = 1.85 pada taraf signifikansi 5% untuk derajat kebebasan penyebut 29 dan derajat kebebasan pembilang 29. Karena Fhitung Ftabel, maka H0 diterima yang berarti sampel hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.
b. Hasil Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan persyaratan analisis, ternyata data yang diperoleh memenuhi persyaratan, yaitu datanya berdistribusi normal baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, kemudian homogenitasnya juga terpenuhi karena kedua sampel tersebut berdasarkan perhitungan ternyata termasuk pada kriteria sampel homogen.
50
Dengan demikian maka pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus yang ditetapkan yaitu uji-t disa dilanjutkan. Dengan kriteria: H0 ditolak jika thitung ttabel H0 diterima jika thitung ttabel Adapun hasil perhitungan tampak pada tabel berikut: Tabel 4.7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest Keterangan Pretest Posttest Kelompok Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol 49.63 43.07 77.90 70.70 X 110.04 97.02 48.86 71.40 S2 1.65 3.62 thitung 2.00 ttabel Kesimpulan Tidak Berbeda Berbeda Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung pada hasil pretest sebesar 1.65 dan ttabel 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil thitung ttabel atau 1.65 2.00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada tingkat kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest diperoleh nilai thitung sebesar 3.62 dan ttabel 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil thitung ttabel atau 3.62 2.00. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
b.
Hasil Uji Observasi Selain data pretest dan posttest diperoleh juga data hasil uji observasi
untuk kerja berdasarkan keterampilan proses sains siswa pada setiap melakukan praktikum. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10.
51
Tabel 4.8. Hasil Uji Observasi No
Indikator Keterampilan Proses Sains
1.
Melakukan Pengamatan
2.
Mencatat setiap hasil pengamatan
3.
Mengemukakan apa yang mungkin terjadi
Persentase
Kesimpulan
72%
Baik
93.3%
Sangat Baik
80%
Baik
pada saat melakukan percobaan (meramalkan) 4.
Memakai alat dan bahan dengan tepat
72%
Baik
5.
Menerapkan konsep pada situasi baru
69.3%
Baik
6.
Membuat urutan cara kerja yang harus
92%
Sangat Baik
69.3%
Baik
ditempuh 7.
Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas
8.
Menjelaskan hasil percobaan pengamatan
77.3%
Baik
9.
Mendiskusikan hasil percobaan
74.7%
Baik
74.7%
Baik
77.46
Baik
10. Menyimpulkan hasil pengamatan sesuai dengan konsep pembahasan Rata-rata
Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa proses terjadinya kegiatan praktikum dirinci berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Observasi dilakukan oleh peneliti, ketika kegiatan eksperimen berlangsung setiap kelompok melakukan praktikum sesuai dengan panduan yang tertulis di LKS.
B. Pembahasan Berdasarkan hasil pretest dan posttest yang diberikan pada kelompok kontrol dan eksperimen diketahui selisih rata-rata pretest dan posttest pada kelompok kontrol sebesar 27.63 dan selisih rata-rata pretest dan posttest pada kelompok eksperimen sebesar 28.27. Hasil pretest siswa pada kelompok kontrol memperoleh rata-rata (mean) sebesar 43.07 sedangkan rata-rata (mean) posttest sebesar 70.70. Hasil pretest siswa pada kelompok eksperimen memperoleh ratarata (mean) sebesar 49.63 sedangkan rata-rata (mean) posttest sebesar 77.90. 52
Pada kelas kontrol hasil pretest yang memperoleh nilai terendah 20 sedangkan yang memperoleh nilai tertinggi 60. Pada kelas eksperimen hasil pretest yang memperoleh nilai terendah 20 sedangkan yang memperoleh nilai tertinggi 67. Untuk hasil posttest pada kelas kontrol diperoleh nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 87 sedangkan hasil posttest pada kelas eksperimen diperoleh nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 93. Dengan demikian, kelompok eksperimen yang dalam
pembelajaran
menggunakan pendekatan keterampilan proses sains memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol yang dalam pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Dari hasil analisis tampak pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep suhu dan pengukuran. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ini keduanya berada pada distribusi normal, baik hasil uji pretest dan posttestnya, hal tersebut terbukti pada hasil uji persyaratan analisis yang menyatakan bahwa X2hitung X2tabel dimana X2tabel pada taraf kepercayaan 95% dengan dk = 3 sebesar 7.81. Selain itu kedua kelompok ini juga bersifat homogen, terbukti berdasarkan hasil uji pretest dan posttestnya yang menyatakan bahwa Fhitung Ftabel dimana Ftabel pada taraf kepercayaan 95% sebesar 1.85. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, pada taraf kepercayaan 95%. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pretest
dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan skor pretest kelompok eksperimen, diperoleh nilai thitung = 1.65 dan nilai ttabel = 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung tidak berbeda di daerah penerimaan H0, yaitu thitung ttabel atau 1.65 2.00. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ratarata skor pretest kelompok kontrol dengan rata-rata skor pretest kelompok eksperimen. Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains lebih besar dibandingkan 53
dengan skor posttest yang menggunakan pembelajaran konvensional, diperoleh thitung = 3.62 dan nilai ttabel= 2.00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ttabel atau 3.62 2.00. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 95% hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Kegiatan dalam keterampilan proses dapat dilihat pada lembar observasi yang menunjukkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada saat praktikum mencapai 77.46%. Keaktifan dan antusias siswa sangat tinggi terlihat dari semangat dan keseriusan para siswa saat praktikum berlangsung. Nilai observasi terhadap aktivitas siswa pada saat praktikum yang paling besar terjadi pada indicator mencatat setiap hasil pengamatan yaitu sebesar 93.3%. hal ini terjadi karena rasa ingin tahu siswa sangat tinggi sehingga hasil praktikum yang telah didapat mereka catat dengan terperinci. Fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang terdiri atas komponenkomponen alam yang saling terkait. Komponen itu adalah objek dari gejala-gejala alam yang sangat luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada manusia. Fisika juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang pengukuran, sebab segala sesuatu yang kita ketahui tentang dunia fisika dan tentang prinsip-prinsip yang mengatur prilakunya telah dipelajari melalui pengamatan-pengamatan terhadap gejala alam. Tanpa kecuali gejalagejala itu selalu mengikuti atau memahami sekumpulan prinsip umum tertentu yang disebut hukum-hukum fisika. Pengajaran fisika merupakan suatu proses pentransperan materi fisika yang ada melalui seorang guru kepada siswanya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan pembelajaran fisika sebaiknya melalui proses untuk menjelaskan konsep.
54
Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses agar mereka mampu menjelajahi dan memahami konsepkonsep fisika dari gejala–gejala alam sekitarnya. Sehingga hasil belajar yang dicapai dalam pembelajaran fisika akan maksimal. Pembelajaran fisika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah selama ini ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan aktivitas siswa (teacher centered). Hal ini mungkin disebabkan oleh pemahaman mengenai landasan filosofi tentang pendidikan fisika, meliputi teori belajar, hakikat fisika dan implikasinya dalam pembelajaran fisika masih kurang. Pembelajaran hanya melakukan perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa dan terkadang guru lebih terfokus pada penghapalan rumus-rumus belaka. Akibatnya, siswa menjadi terbebani dan tidak mampu mengaplikasikan rumus tersebut untuk memecahkan persoalan melalui pendekatan sains. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Dalam proses ini siswa bermotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Ini berarti, peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar.1 Dari berbagai model pembelajaran dapat dilihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan mengalami pergeseran dari yang mengutamakan pemberian informasi menuju kepada strategi yang mengutamakan keterampilan-keterampilan berpikir yang digunakan untuk memperoleh dan menggunakan konsep fisika. Adanya pergeseran pemilihan strategi ini otomatis peran guru di kelas berubah dari peran sebagai penyampai pesan (teacher centered) kepada peran sebagai fasilitator (student centered). 1
Oemar Hamalik, Op.Cit, h. 148
55
Keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Dengan demikian keterampilan proses itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan
ketermpilan
proses
sains,
siswa
menggunakan
pikirannya.
Keterampilan manual terlibat karena dalam keterampilan proses sains melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran dan penyusunan atau perakitan alat dan bahan. Dan keterampilan sosial dimksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses. Hasil penelitian penggunaan pendekatan keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dalam konsep suhu dan pengukuran pada kelompok eksperimen pada taraf kepercayaan 95% (α= 0.05) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dalam pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Suatu pembelajaran akan bermakna bila siswa mengalami aktivitas positif selama pembelajaran tersebut. Aktivitas siswa ini dapat terlihat pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran terlihat bahwa suasana belajar menjadi hidup sebab siswa ikut aktif dalam pembelajaran. Mereka mencari dan menemukan konsep-konsep penting dari materi pelajaran setelah mereka membaca buku pelajaran yang mereka punya. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mediator saja yang merencanakan
dan
mengorganisasikan
kegiatan
yang
dapat
merancang
keingintahuan siswa sehingga dalam pembelajaran lebih mengutamakan membangun pengetahuan siswa.
56
Selain itu pada proses pembelajaran di kelas siswa yang belajar dengan pendekatan keterampilan proses sains lebih bebas berkreativitas dalam menemukan konsep sendiri. Mereka dapat mengembangkan konsep yang mereka buat dengan pengetahuannya sendiri dan sesama temannya. Siswa lebih berani mengemukakan dan mengembangkan ide-ide yang mereka temukan tanpa takut salah dan menerima masukan dari siswa-siswa yang lain. Setiap kelompok saling berlomba untuk membuat hipotesis yang terbaik. Dalam hal ini terjadi interaksi antara siswa dengan siswa. Melalui proses interaksi tersebut akan melatih siswa untuk mengembangkan kepekaan sosialnya tanpa menghambat kemajuan dirinya sendiri karena siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan komunikasi, partisipasi, motivasi, kreativitas, kemampuan berfikir kritis dan menghargai pendapat orang lain. Kondisi seperti ini membuat siswa tidak merasa jenuh dalam proses belajar mengajar sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selama proses pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan hasil yang mereka temukan dalam eksperimen sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu dengan digunakannya pendekatan keterampilan proses sains pada pembelajaran, siswa bisa melihat materi pelajarannya secara jelas dan mempelajarinya dengan lebih bermakna yang menjadikan mereka menguasai konsep dan lebih memahami dalam menjawab soal-soal, sehingga mengakibatkan pengalaman mereka dapat bersifat tahan lama dalam ingatan mereka, selain itu pembelajaran menjadi lebih menarik. Berbeda dengan kelompok kontrol yang selama proses pembelajaran hanya berjalan seperti biasa, yaitu pembelajaran konvensional sehingga dari data yang diperoleh terlihat perbedaannya. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki daya ingat yang kurang dalam menguasai konsep, dalam menjawab soal-soal dan mereka juga hanya bisa melihat materi dalam LKS.
57
Hasil di atas sekaligus memperkuat hasil penelitian Sri Casriah dalam jurnalnya yang berjudul penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dalam penelitian ini disebutkan bahwa penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika untuk aspek psikomotorik saat praktikum mencapai 79.44%. Ini merupakan skala persentase yang tinggi.2 Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dapat meningkatkan ketiga aspek, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Casriah dalam jurnalnya yang berjudul penerapan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran fisika yaitu untuk aspek kognitif meningkat dengan nilai 10.42%. Untuk aspek psikomotorik dengan nilai rata-rata 79.44% termasuk kategori tinggi dan untuk aspek afektif dengan nilai rata-rata 82.78% termasuk kategori tinggi.3 Hal ini juga dikemukakan oleh Conny Semiawan dalam bukunya yang berjudul pendekatan keterampilan proses sains. Dalam bukunya Conny mengatakan bahwa suatu pendekatan yang mengembangkan keterampilan untuk memproses perolehan, sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendriri fakta, agar dapat menumbuh kembangkan sikap dan nilai yang dituntut sesuai dengan kemampuannya.4 Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda menyebabkan terjadinya hasil akhir yang berbeda antara kelompok eksperimen yang diajar menggunakan pendekatan keterampilan proses sains dengan kelompok kontrol yang diajar dengan metode konvensional. Dengan demikian, ternyata terbukti bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep suhu dan pengukuran.
2
Sri Casriah, Penerapan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, (http://budakfisika.com/2008/10/penerapan-keterampilanproses-sains.html, 2007). 3 Ibid 4 Conny Semiawan, OpCit. h. 16
58
C. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama satu bulan, peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Beberapa yang perlu diperhatikan diantaranya persiapan penelitian yang kurang optimal sehingga penelitian tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan secara utuh kemampuan siswa secara keseluruhan. Selain itu, penelitian ini hanya ditujukan untuk mata pelajaran fisika pada konsep suhu dan pengukuran saja sehingga tidak digeneralisasikan untuk konsep yang lain pada mata pelajaran yang sama, ataupun pada mata pelajaran lainnya dan tingkat pendidikan lainya.
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa “Pendekatan keterampilan proses sains berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa.” Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sains lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa yang tidak
menggunakan
pendekatan
keterampilan
proses
sains
(pendekatan
konvensional). Nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Dan nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol.
A. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Untuk dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan keterampilan proses sains, sebaiknya guru dapat mengoptimalkan waktu pertemuan, sehingga kualitas pembelajaran akan meningkat dan berpengaruh baik terhadap penguasaan konsep fisika siswa. 2. Untuk peneliti lain, hendaknya pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains ini dapat diterapkan pada konsep-konsep fisika lainnya.
60
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. __________________. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Casriah,
Sri. http://budakfisika.com/2008/10/penerapan-keterampilan-prosessains.html
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Iska, Zikri Neni. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kisi Brother’s. Jihad, Asep & Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Mahmuddin. http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/komponen-penilaianketerampilan-proses-sains Pannen, Paulina. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka. Purwanto, Ngalim. 1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia Sarana Indonesia. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
61
Sinurat, Marja. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 5, No. 3, Desember 2003. Sofyan, Ahmad dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. _____________. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sukron, Muhammad Bani. Pengembangan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Widya Tama, Volume 2, Nomor 4, Desember 2005. Suryana. http://suryana77.wordpress.com/2010/05/06/hasil-un-tingkat-smp-jugajeblok Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistis. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka.
62
LAMPIRAN A
INSTRUMEN PENELITIAN DAN UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
63 KISI-KISI INSTRUMEN PADA KONSEP SUHU DAN PENGUKURAN Mata Pelajaran Kelas Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya
: IPA (Fisika) : VII (Tujuh)
Indikator Pembelajaran Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat
Indikator Soal
Semester Bentuk
:I : Pilihan Ganda
Menyebutkan definisi suhu
Tingkat Pemahaman C1 Menyebutkan
Soal
Menyebutkan data yang benar
C1 Menyebutkan
Derajat panas suatu benda dapat diukur dengan tepat menggunakan ... a. tangan kita b. dilameter c. bimeta d. termometer
23
D
Menjelaskan tentang termometer
C2 Menjelaskan
Titik tetap atas termometer celcius merupakan ... a. titik tetap atas pada suhu air yang panas b. titik tetap atas pada suhu air yang membeku c. titik tetap atas pada suhu air yang mencair d. titik tetap atas pada suhu air yang mendidih
8
D
Raksa baik digunakan untuk mengisi termometer sebab ... a. pemuaian raksa teratur b. raksa memiliki titik didih rendah c. raksa memiliki titik beku tinggi d. pemuaian raksa tidak teratur
16
A
Termometer Six Bellany merupakan ... a. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu badan b. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu maksimum dan minimum di dalam rumah kaca yang dipakai untuk menanam tanaman sebagai bahan penelitian c. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu ruangan d. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu yang sangat tinggi
24
B
Suhu adalah … a. besaran yang menyatakan ukuran benda b. besaran ukuran panas c. besaran yang menyatakan ukuran tentang panas atau dinginnya suatu benda d. besaran yang menyatakan ukuran volume benda
No Soal 1
Kunci C
64 Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya
Indikator Pembelajaran Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat
Indikator Soal Mengkategorikan data yang benar
Tingkat Pemahaman C2 Mengkategorikan
Soal
No Soal 6
Kunci
Perhatikan data berikut ini: 1) tekanan gas 2) volume cairan 3) hambatan listrik 4) berat 5) massa Sifat-sifat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu adalah ... a. (1), (2) dan (3) b. (1), (2) dan (5) c. (1), (4) dan (5) d. (2), (3) dan (4)
7
B
Berikut merupakan kelebihan air raksa sebagai pengisi termometer, kecuali ... a. tidak membasahi dinding kaca termometer b. pemuaian teratur sampai suhu tertentu c. dapat dengan mudah dilihat karena mengkilat d. tidak dapat mengukur suhu rendah
D
Menerapkan rumus perubahan suhu
C3 Menerapkan
Dua buah termometer A dan B memiliki suhu yang sama 100º C. Ketika mengukur suhu air mendidih dalam air hangat, termometer A menunjuk angka 75º C dan termometer B menunjuk angka 50º C. Jika termometer A menunjuk angka 25º C. Berapakah angka yang ditunjuk oleh termometer B? a. -50 b. 65 c. 80 d. -105
11
A
Menerapkan rumus perubahan suhu
C3 Menerapkan
Seorang anak sakit demam. Ketika diukur dengan termometer yang memiliki dua skala, yang ditunjukkan skala celcius adalah 40º C. Maka yang ditunjukkan oleh skala reamur adalah ... a. 31º R b. 32º R c. 45º R d. 50º R
15
B
65 Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya
Indikator Pembelajaran Membuat termometer sederhana, berskala berdasarkan sifat perubahan volume
Indikator Soal Menyebutkan jenis termometer
Tingkat Pemahaman C1 Menyebutkan
Soal
No Soal 5
Kunci
Dibawah ini yang termasuk termometer menurut bahannya adalah … a. termometer bumi b. termometer raksa c. termometer reamur d. termometer kelvin
21
B
Termometer adalah suatu alat yang dibuat berdasarkan perubahan … a. massa b. massa jenis c. tekanan d. volume
D
Menjelaskan cara membuat termometer
C2 Menjelaskan
Titik tetap bawah termometer celcius dibuat dengan cara ... a. mencelupkan reservoirnya kedalam larutan garam b. mencelupkan reservoirnya kedalam es yang sedang melebur c. mencelupkan reservoirnya kedalam campuran es dan garam d. mencelupkan reservoirnya kedalam air yang sedang mendidih
10
B
Menjelaskan tentang air raksa dan alkohol
C2 Menjelaskan
Air raksa dan alkohol merupakan ... a. alat yang dipakai untuk mengukur suhu b. jenis termometer c. bahan pengisi termometer d. zat yang berbahaya
13
C
Mengkategorikan data yang benar
C2 Mengkategorikan
Perhatikan data berikut ini: (1) tidak membasahi dinding kaca (2) tidak dapat mengukur suhu dibawah -40º C (3) termasuk zat cair yang beracun (4) mudah dilihat skalanya karena air raksa mengkilap (5) lebih mahal harganya Kelemahan termometer air raksa dibandingkan dengan alkohol ditunjukkan pada nomor ... a. (1), (2) dan (5) b. (2), (4) dan (5) c. (1), (3) dan (4) d. (2), (3) dan (5)
12
D
66 Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya
Indikator Pembelajaran Membuat termometer sederhana, berskala berdasarkan sifat perubahan volume
Membandingkan skala termometer celcius dengan yang lain
Indikator Soal Menentukan data yang benar
Tingkat Pemahaman C3 Menentukan
Soal
Menganalisis termometer raksa
C4 Menganalisis
Termometer raksa tidak dapat mengukur suhu yang sangat tinggi, sebab ... a. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi tidak teratur b. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi berubah-ubah c. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi lebih besar d. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi lebih kecil
18
C
Menunjukkan jenis termometer
C1 Menunjukkan
Jenis termometer fahrenheit ditunjukkan pada nomor ... a. b. c.
3
C
Menyebutkan jenis termometer
C1 Menyebutkan
Jenis termometer berikut yang memiliki jumlah skala paling tinggi adalah ... a. termometer Celcius b. termometer Reamur c. termometer Fahrenheit d. termometer Kelvin
9
C
Menjelaskan rumus perubahan suhu
C2 Menjelaskan
Rumus (9/5 x C) + 32 merupakan ... a. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat fahrenheit b. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat reamur c. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat kelvin d. rumus perubahan suhu dari derajat kelvin ke derajat celcius
4
A
Menerapkan rumus perubahan suhu
C3 Menerapkan
Pada segelas air, terdapat es yang sedang mencair, suhu es tersebut 0º C, maka suhu tersebut dalam skala kelvin adalah ... a. 273 K b. 300 K c. 373 K d. 473 K
2
A
Untuk mengukur suhu yang rendah, maka zat yang tepat untuk mengisi termometer adalah ... a. alkohol c. spirtus b. raksa d. udara
No Soal 14
Kunci A
d.
67 Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya
Indikator Pembelajaran Membandingkan skala termometer celcius dengan yang lain
Indikator Soal Menentukan angka perubahan suhu
Menerapkan rumus perubahan suhu
Tingkat Pemahaman C3 Menentukan
C3 Menerapkan
Soal Termometer fahrenheit menunjukkan angka yang sama dengan dua kali angka yang ditunjukkan oleh termometer celcius pada suhu ... a. 20º C b. 40º C c. 80º C d. 160º C Suhu suatu benda 10º C. Jika dinyatakan dalam Sistem Internasional, besarnya adalah ... a. 212 K b. 283 K c. 273 K d. 310 K Perhatikan tabel berikut! Skala Celcius Skala Fahrenheit Skala Reamur A B C D 500 F E 250 C G H Dari tabel diatas, manakah jawaban yang tepat ... a. A = 40, B = 104, D = 10, G = 77 b. B = 40, D = 77, G = 104, C = 55 c. C = 55, B = 104, A = 40, D = 10 d. H = 10, G = 77, B = 40, D = 10
No Soal 17
Kunci
22
B
19
A
20
C
25
C
D
Skala Kelvin 313 K F I
Jika suhu badan yang diukur dengan termometer Celcius menunjukkan angka 360 C, berapakah suhu badan tersebut menurut skala Kelvin? a. 75 K b. 97 K c. 309 K d. 313 K Suhu air suatu zat adalah 25º C. Jika diukur dengan termometer skala fahrenheit, maka suhu zat tersebut adalah ... a. 97º F c. 77º F b. 45º F d. 95º F
68
SOAL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN TES HASIL BELAJAR Mata Pelajaran Pokok Bahasan Kelas/Semester
: IPA : Suhu dan Pengukuran : VII/I
Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling tepat! 1. Suhu adalah … a. besaran yang menyatakan ukuran benda b. besaran ukuran panas c. besaran yang menyatakan ukuran tentang panas atau dinginnya suatu benda d. besaran yang menyatakan ukuran volume benda 2. Pada segelas air, terdapat es yang sedang mencair, suhu es tersebut 0º C, maka suhu tersebut dalam skala kelvin adalah ... a. 273 K b. 300 K c. 373 K d. 473 K 3. Jenis termometer fahrenheit ditunjukkan pada nomor ...
4. Rumus (9/5 x C) + 32 merupakan ... a. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat fahrenheit b. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat reamur c. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat kelvin d. rumus perubahan suhu dari derajat kelvin ke derajat celcius 5. Termometer adalah suatu alat yang dibuat berdasarkan perubahan … a. massa b. massa jenis c. tekanan d. volume 6. Berikut merupakan kelebihan air raksa sebagai pengisi termometer, kecuali ... a. tidak membasahi dinding kaca termometer b. pemuaian teratur sampai suhu tertentu c. dapat dengan mudah dilihat karena mengkilat d. tidak dapat mengukur suhu rendah
69
7. Perhatikan data berikut ini: (1) tekanan gas (2) volume cairan (3) hambatan listrik (4) berat (5) massa Sifat-sifat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu adalah ... a. (1), (2) dan (3) b. (1), (2) dan (5) c. (1), (4) dan (5) d. (2), (3) dan (4) 8. Titik tetap atas termometer celcius merupakan ... a. titik tetap atas pada suhu air yang panas b. titik tetap atas pada suhu air yang membeku c. titik tetap atas pada suhu air yang mencair d. titik tetap atas pada suhu air yang mendidih 9. Jenis termometer berikut yang memiliki jumlah skala paling tinggi adalah ... a. termometer Celcius b. termometer Reamur c. termometer Fahrenheit d. termometer Kelvin 10. Titik tetap bawah termometer celcius dibuat dengan cara ... a. mencelupkan reservoirnya kedalam larutan garam b. mencelupkan reservoirnya kedalam es yang sedang melebur c. mencelupkan reservoirnya kedalam campuran es dan garam d. mencelupkan reservoirnya kedalam air yang sedang mendidih 11. Dua buah termometer A dan B memiliki suhu yang sama 100º C. Ketika mengukur suhu air mendidih dalam air hangat, termometer A menunjuk angka 75º C dan termometer B menunjuk angka 50º C. Jika termometer A menunjuk angka 25º C. Berapakah angka yang ditunjuk oleh termometer B?
a. -50 b. 65 c. 80 d. -105 12. Perhatikan data berikut ini: (1) tidak membasahi dinding kaca (2) tidak dapat mengukur suhu dibawah -40º C (3) termasuk zat cair yang beracun
70
13.
14.
15.
16.
17.
18.
(4) mudah dilihat skalanya karena air raksa mengkilap (5) lebih mahal harganya Kelemahan termometer air raksa dibandingkan dengan alkohol ditunjukkan pada nomor ... a. (1), (2) dan (5) b. (2), (4) dan (5) c. (1), (3) dan (4) d. (2), (3) dan (5) Air raksa dan alkohol merupakan ... a. alat yang dipakai untuk mengukur suhu b. jenis termometer c. bahan pengisi termometer d. zat yang berbahaya Untuk mengukur suhu yang rendah, maka zat yang tepat untuk mengisi termometer adalah ... a. alkohol b. raksa c. spirtus d. udara Seorang anak sakit demam. Ketika diukur dengan termometer yang memiliki dua skala, yang ditunjukkan skala celcius adalah 40º C. Maka yang ditunjukkan oleh skala reamur adalah ... a. 31º R b. 32º R c. 45º R d. 50º R Raksa baik digunakan untuk mengisi termometer sebab ... a. pemuaian raksa teratur b. raksa memiliki titik didih rendah c. raksa memiliki titik beku tinggi d. pemuaian raksa tidak teratur Termometer fahrenheit menunjukkan angka yang sama dengan dua kali angka yang ditunjukkan oleh termometer celcius pada suhu ... a. 20º C b. 40º C c. 80º C d. 160º C Termometer raksa tidak dapat mengukur suhu yang sangat tinggi, sebab ... a. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi tidak teratur b. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi berubah-ubah c. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi lebih besar d. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi lebih kecil
71
19. Perhatikan tabel berikut! Skala Celcius Skala Fahrenheit Skala Reamur Skala Kelvin A B C 313 K D 500 F E F 250 C G H I Dari tabel diatas, manakah jawaban yang tepat ... a. A = 40, B = 104, D = 10, G = 77 b. B = 40, D = 77, G = 104, C = 55 c. C = 55, B = 104, A = 40, D = 10 d. H = 10, G = 77, B = 40, D = 10 20. Jika suhu badan yang diukur dengan termometer Celcius menunjukkan angka 360 C, berapakah suhu badan tersebut menurut skala Kelvin? a. 75 K b. 97 K c. 309 K d. 313 K 21. Dibawah ini yang termasuk termometer menurut bahannya adalah … a. termometer bumi b. termometer raksa c. termometer reamur d. termometer kelvin 22. Suhu suatu benda 10º C. Jika dinyatakan dalam Sistem Internasional, besarnya adalah ... a. 212 K b. 283 K c. 273 K d. 310 K 23. Derajat panas suatu benda dapat diukur dengan tepat menggunakan ... a. tangan kita b. dilameter c. bimeta d. termometer 24. Termometer Six Bellany merupakan ... a. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu badan b. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu maksimum dan minimum di dalam rumah kaca yang dipakai untuk menanam tanaman sebagai bahan penelitian c. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu ruangan d. termometer yang digunakan untuk mengukur suhu yang sangat tinggi 25. Suhu air suatu zat adalah 25º C. Jika diukur dengan termometer skala fahrenheit, maka suhu zat tersebut adalah ... a. 97º F b. 45º F c. 77º F d. 95º F
72
Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
1. C
6. D
11. A
16. A
21. B
2. A
7. B
12. D
17. D
22. B
3. C
8. D
13. C
18. C
23. D
4. A
9. C
14. A
19. A
24. B
5. D
10. B
15. B
20. C
25. C
73
ANALISIS BUTIR SOAL_VALIDITAS INSTRUMEN No
Skor Total
Skor untuk item no
(Xt)2
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
(Xt)
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
21
441
2
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
21
441
3
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
16
256
4
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
14
196
5
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
15
225
6
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
15
225
7
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
21
441
8
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
15
225
9
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
14
196
10
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
15
225
11
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
20
400
12
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
16
256
13
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
16
256
14
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
13
169
15
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
15
225
16
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
11
121
17
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
8
64
18
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
16
256
19
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
16
256
20
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
14
196
21
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
10
100
22
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
11
121
23
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
14
196
24
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
22
484
25
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
20
400
26
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
10
100
27
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
22
484
28
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
11
121
29
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
19
361
30
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
9
81
74
7518 28
24
23
24
7
16
21
10
24
6
25
22
20
20
15
21
8
7
6
17
24
22
28
25
17
p
0.93
0.80
0.77
0.80
0.23
0.53
0.70
0.33
0.80
0.20
0.83
0.73
0.67
0.67
0.50
0.70
0.27
0.23
0.20
0.57
0.80
0.73
0.93
0.83
0.57
q
0.07
0.20
0.23
0.20
0.77
0.47
0.30
0.67
0.20
0.80
0.17
0.27
0.33
0.33
0.50
0.30
0.73
0.77
0.80
0.43
0.20
0.27
0.07
0.17
0.43
Mt
15.333
SD
3.9356
rtabel
0.339
Mp
15.75
16.13
15.87
16.29
18.14
17.31
16.24
18.30
15.96
16.67
15.84
15.64
16.30
16.95
16.53
16.24
15.13
20.14
17.17
17.24
16.00
16.64
15.75
15.68
16.94
rpbi
0.40
0.40
0.25
0.49
0.39
0.54
0.35
0.53
0.32
0.17
0.29
0.13
0.35
0.58
0.30
0.35
-0.03
0.67
0.23
0.55
0.34
0.55
0.40
0.20
0.47
Uji Hipote sis
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
460 Σ
75
ANALISIS BUTIR SOAL_PERHITUNGAN RELIABILITAS No
Skor untuk item no Ganjil
Skor untuk item no Genap
Jumlah
subjek
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
2
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
3
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
4
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
5
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
6
1
0
0
1
1
1
0
0
0
7
1
1
0
1
1
1
1
0
8
1
1
0
1
1
1
1
9
1
1
1
0
1
0
0
10
1
1
0
1
1
1
11
1
1
1
1
1
12
1
0
0
0
13
1
0
0
14
1
1
15
1
16
Jumlah
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
10
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
11
10
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
11
1
10
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
6
1
1
9
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
5
1
1
0
9
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
6
1
1
1
0
7
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
8
0
0
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
1
0
0
1
1
1
10
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
5
1
1
0
1
1
0
8
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
6
1
0
0
0
1
1
1
9
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
6
1
0
1
1
0
1
1
1
11
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
0
0
0
1
1
1
7
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
9
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
8
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
8
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
7
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
6
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
6
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
8
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
3
17
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
2
18
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
9
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
7
19
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
7
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
9
20
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
8
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
6
21
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
5
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
5
22
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
4
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
7
23
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
8
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
6
24
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
11
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
11
25
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
10
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
10
26
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
5
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
5
27
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
12
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
10
28
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
5
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
6
29
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
9
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
10
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
6
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
3
28
23
7
21
24
25
20
15
8
6
24
28
17
246
24
24
16
10
6
22
20
21
7
17
22
25
214
30 Σ
76
KORELASI PRODUCT MOMENT Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Σ r1/2 1/2 rn
X 10 10 10 9 9 7 9 10 8 9 11 7 8 7 9 8 6 9 7 8 5 4 8 11 10 5 12 5 9 6 246
Y 11 11 6 5 6 8 12 5 6 6 9 9 8 6 6 3 2 7 9 6 5 7 6 11 10 5 10 6 10 3 214
= 0.55 = 0.709677419
XY 110 110 60 45 54 56 108 50 48 54 99 63 64 42 54 24 12 63 63 48 25 28 48 121 100 25 120 30 90 18 1832
X2 100 100 100 81 81 49 81 100 64 81 121 49 64 49 81 64 36 81 49 64 25 16 64 121 100 25 144 25 81 36 2132
Reliabilitas = 0.70
Y2 121 121 36 25 36 64 144 25 36 36 81 81 64 36 36 9 4 49 81 36 25 49 36 121 100 25 100 36 100 9 1722
77
ANALISIS BUTIR SOAL_TINGKAT KESUKARAN No
Skor untuk item no
Skor Total
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
(Xt)
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
21
2
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
21
3
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
16
4
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
14
5
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
15
6
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
15
7
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
21
8
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
15
9
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
14
10
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
15
11
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
20
12
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
16
13
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
16
14
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
13
15
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
15
16
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
11
17
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
8
18
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
16
19
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
16
20
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
14
21
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
10
22
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
11
23
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
14
24
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
22
25
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
20
26
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
10
27
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
22
28
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
11
29
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
19
78
30 Σ
1 28
0 24
1 23
0 24
0 7
0 16
1 21
0 10
1 24
0 6
1 25
1 22
0 20
0 20
0 15
1 21
0 8
0 7
0 6
0 17
1 24
0 22
0 28
1 25
0 17
TK
0.82
0.7 1
0.6 8
0.7 1
0.2 1
0.4 7
0.6 2
0.2 9
0.7 1
0.1 8
0.74
0.6 5
0.5 9
0.5 9
0.4 4
0.6 2
0.2 4
0.2 1
0.1 8
0.5 0
0.7 1
0.6 5
0.82
0.74
0.5 0
Keputusa n
Md h
Sdg
Sdg
Sdg
Skr
Sdg
Sdg
Skr
Sdg
Skr
Md h
Sdg
Sdg
Sdg
Sdg
Sdg
Skr
Skr
Skr
Sdg
Sdg
Sdg
Md h
Md h
Sdg
Keputusan Sukar Sedang Mudah
: TK = 0,00 0,30 : TK = 0,31 0,70 : TK = 0,71 1,00
9 460
79
ANALISIS BUTIR SOAL_DAYA PEMBEDA No
Skor untuk item no
Σ
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
8
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
22
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
22
3
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
21
4
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
21
19
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
21
6
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
20
15
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
20
28
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
19
2
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
16
7
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
16
10
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
16
17
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
16
29
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
16
9
1
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
15
11
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
15
12
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
15
24
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
15
26
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
15
5
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
14
13
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
14
14
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
14
27
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
14
23
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
13
18
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
11
25
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
11
31
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
11
21
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
10
22
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
10
Kelompok Atas
Subjek
Tidak dimasukkan dalam perhitungan Kelompok Bawah
drop
Buruk
Cukup
Baik
Baik Sekali 0.22 0.44 0.44 0.56 0.44 0.56 0.33 0.11 0.33 0.11 0.33 0.67 0.44 0.33 -0.11 0.67 0.22 0.56 0.33 0.67 0.22 0.22 0.56
baik baik baik baik baik cukup buruk cukup buruk cukup baik baik cukup drop baik cukup baik cukup baik cukup cukup baik
0.33
cukup cukup
0.22
Daya Beda
cukup
Keputusan
80
20 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 9
30 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 8
WH 6 5 5 4 0 2 4 1 5 1 5 6 4 2 2 5 3 0 0 3 5 2 6 6 1
WL 8 8 7 8 4 7 8 6 8 2 8 7 7 8 6 8 2 6 2 8 8 8 8 8 6
Keputusan
: TK < 0 : 0,00 ≤TK <0,20 : 0,20 ≤TK <0,40 : 0,40 ≤TK <0,70 : 0,70 ≤TK <1,00
81
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen No Soal
Validitas
Reliabilitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Valid Valid Invalid Valid Valid Valid Valid Valid Invalid Invalid Invalid Invalid Valid Valid Invalid Valid Invalid Valid Invalid Valid Invalid Valid Valid Invalid Valid
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tingkat Kesukaran Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Sukar Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar Sukar Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang
Daya Pembeda Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Buruk Cukup Buruk cukup Baik Baik Cukup Drop Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Cukup Baik
Keterangan Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai
82
Nama : Kelas : Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling tepat! 1. Suhu adalah … a. besaran yang menyatakan ukuran benda b. besaran ukuran panas c. besaran yang menyatakan ukuran tentang panas atau dinginnya suatu benda d. besaran yang menyatakan ukuran volume benda 2. Pada segelas air, terdapat es yang sedang mencair, suhu es tersebut 0º C, maka suhu tersebut dalam skala kelvin adalah ... a. 273 K b. 300 K c. 373 K d. 473 K 3. Rumus (9/5 x C) + 32 merupakan ... a. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat fahrenheit b. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat reamur c. rumus perubahan suhu dari derajat celcius ke derajat kelvin d. rumus perubahan suhu dari derajat kelvin ke derajat celcius 4. Termometer adalah suatu alat yang dibuat berdasarkan perubahan … a. massa b. massa jenis c. tekanan d. volume 5. Berikut merupakan kelebihan air raksa sebagai pengisi termometer, kecuali ... a. tidak membasahi dinding kaca termometer b. pemuaian teratur sampai suhu tertentu c. dapat dengan mudah dilihat karena mengkilat d. tidak dapat mengukur suhu rendah 6. Perhatikan data berikut ini: (1) tekanan gas (2) volume cairan (3) hambatan listrik (4) berat (5) massa Sifat-sifat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu adalah ... a. (1), (2) dan (3) b. (1), (2) dan (5) c. (1), (4) dan (5) d. (2), (3) dan (4) 7. Titik tetap atas termometer celcius merupakan ... a. titik tetap atas pada suhu air yang panas b. titik tetap atas pada suhu air yang membeku
83
c. titik tetap atas pada suhu air yang mencair d. titik tetap atas pada suhu air yang mendidih 8. Air raksa dan alkohol merupakan ... a. alat yang dipakai untuk mengukur suhu b. jenis termometer c. bahan pengisi termometer d. zat yang berbahaya 9. Untuk mengukur suhu yang rendah, maka zat yang tepat untuk mengisi termometer adalah ... a. alkohol b. raksa c. spirtus d. udara 10. Termometer raksa tidak dapat mengukur suhu yang sangat tinggi, sebab ... a. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi tidak teratur b. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi berubah-ubah c. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi lebih besar d. pada suhu yang sangat tinggi pemuaian raksa menjadi lebih kecil 11. Jika suhu badan yang diukur dengan termometer Celcius menunjukkan angka 360 C, berapakah suhu badan tersebut menurut skala Kelvin? a. 75 K b. 97 K c. 309 K d. 313 K 12. Dibawah ini yang termasuk termometer menurut bahannya adalah … a. termometer bumi b. termometer raksa c. termometer reamur d. termometer kelvin 13. Suhu suatu benda 10º C. Jika dinyatakan dalam Sistem Internasional, besarnya adalah ... a. 212 K b. 283 K c. 273 K d. 310 K 14. Derajat panas suatu benda dapat diukur dengan tepat menggunakan ... a. tangan kita b. dilameter c. bimeta d. termometer 15. Suhu air suatu zat adalah 25º C. Jika diukur dengan termometer skala fahrenheit, maka suhu zat tersebut adalah ... a. 97º F b. 45º F c. 77º F d. 95º F
84
Kunci Jawaban Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar
1. C
6. B
11. C
2. A
7. D
12. B
3. A
8. C
13. B
4. D
9. A
14. D
5. D
10. C
15. C
LAMPIRAN B
PERANGKAT PEMBELAJARAN
85
PEMETAAN, SK, KD DAN INDIKATOR
SK KD Indikator 1. Memahami prosedur ilmiah untuk 1.2. Mendeskripsikan pengertian suhu dan Menggunakan termometer untuk mempelajari benda-benda alam pengukurannya. mengukur suhu zat. dengan menggunakan peralatan. Membuat termometer sederhana berskala berdasarkan sifat perubahan volume. Membandingkan skala termometer Celcius dengan skala termometer yang lain.
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah : MTs SOEBONO MANTOVANI Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/I Tahun Pelajaran: 2010-2011 Materi Pokok : Suhu dan Pengukuran Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya. Indikator : Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat. Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian suhu. 2. Menjelaskan bagian-bagian dari termometer. 3. Menyebutkan jenis-jenis termometer. 4. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu suatu benda. Metode Pembelajaran : Eksperimen (Pendekatan Keterampilan Proses Sains) Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Tahap No. Waktu Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Pendahuluan Memulai pembelajaran Menjawab salam dan 10 menit dengan mengucapkan menjawab panggilan salam dan melakukan guru selama absensi. absensi siswa. Menjelaskan tujuan Menyimak penjelasan pembelajaran dan guru tentang kegiatan memotivasi siswa dengan pembelajaran. menjelaskan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan pada materi Suhu dan Pengukuran yaitu dengan metode eksperimen (pendekatan keterampilan proses)
87
Membagi siswa ke dalam Berperan aktif dan beberapa kelompok. mencatat teman sekolompoknya. Membacakan konsep dan Mencatat sub konsep yang akan menyimak dibahas pada pertemuan guru. ini.
2.
Inti
Memberikan apersepsi dan motivasi dengan mengajukan pertanyaan “Alat apa yang digunakan untuk mengukur suhu bila suhu tubuhmu terasa panas?” “Apakah tanganmu dapat mengukur suhu?” Menindaklanjuti pertanyaan pendahuluan dengan memberikan LKS 1 untuk mengembangkan indera peraba.
dan perkataan
Diharapkan menjawab “termometer dan menjawab tidak bisa”
Setiap kelompok 60 menit melakukan percobaan yang terdapat pada LKS I dan menjawab pertanyaan tersebut.
Meminta siswa untuk Menggunakan mengukur suhu es dan air termometer untuk hangat secara kuantitatif. mengukur suhu. Membimbing siswa Mendiskusikan hasil melakukan diskusi kelas eksperimennya. dari hasil eksperimen kelompok. Mengulas kembali hasil Berperan aktif pada diskusi dari prinsip kerja saat guru mengulas termometer yang telah hasil diskusi. selesai dikerjakan. Memberikan kesempatan Aktif kepada siswa untuk mengajukan mengajukan pertanyaan pertanyaan. bagi siswa yang belum paham.
dalam
88
Memberikan tes untuk Mengerjakan tes yang mengetahui daya serap diberikan oleh guru. materi yang telah disampaikan. 3.
Penutup
Membimbing siswa Membuat kesimpulan 10 menit membuat kesimpulan dari dari hasil hasil pembelajaran hari pembelajaran hari ini. ini. Memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan menyuruh siswa untuk membaca dan mempelajarinya di rumah.
Mencatat sub konsep materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dan membaca dan mempelajarinya.
Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Termometer c. LKS Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis: Laporan LKS, Lembar Observasi b. Bentuk Instrumen: - Isian c. Instrumen: - Instrumen tes isian 1. Mengapa tangan manusia tidak dapat dijadikan alat ukur suhu, padahal tangan dapat membedakan panas dan dingin? 2. Apakah yang dimaksud dengan suhu? 3. Apakah alat yang digunakan untuk mengukur suhu? 4. Sebutkan bagian-bagian dari termometer? 5. Sebutkan jenis-jenis termometer berdasarkan skalanya?
89
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah : MTs SOEBONO MANTOVANI Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/I Tahun Pelajaran: 2010-2011 Materi Pokok : Suhu dan Pengukuran Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya. Indikator : Membuat termometer sederhana, berskala berdasarkan sifat perubahan volume. Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat: 1. Mengetahui prinsip kerja termometer. 2. Menjelaskan bagian-bagian dari termometer. Metode Pembelajaran : Eksperimen (Pendekatan Keterampilan Proses Sains) Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Tahap No. Waktu Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Pendahuluan Memulai pembelajaran Menjawab salam dan 10 menit dengan mengucapkan menjawab panggilan salam dan melakukan guru selama absensi. absensi siswa. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengulas secara singkat materi sebelumnya.
Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran dan secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi tersebut.
Memberikan apersepsi dan Diharapkan menjawab motivasi dengan “prinsip pemuaian”. mengajukan pertanyaan “Bagaimana prinsip kerja termometer?”
90
2.
Inti
Menindaklanjuti Setiap kelompok 60 menit pertanyaan pendahuluan melakukan percobaan dengan memerintahkan dalam LKS 2. setiap kelompok untuk membuat termometer sederhana (LKS 2). Membimbing siswa dalam Aktif dalam membuat termometer mengajukan sederhana. pertanyaan apabila belum paham. Memerintahkan siswa Setiap kelompok untuk mempresentasikan mempresentasikan hasil pembuatan hasil kerjanya. termometer sederhana dan memberikan informasi yang sebenarnya apabila terjadi kekeliruan. Mengulas kembali hasil Berperan aktif pada diskusi dari prinsip kerja saat guru mengulas termometer yang telah hasil diskusi. selesai dikerjakan. Memberikan kesempatan Aktif kepada siswa untuk mengajukan mengajukan pertanyaan pertanyaan. bagi siswa yang belum paham.
3.
Penutup
Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Termometer c. LKS
Memberikan tes untuk mengetahui daya serap materi yang telah disampaikan. Membimbing siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran hari ini.
dalam
Mengerjakan tes yang diberikan oleh guru.
Membuat kesimpulan 10 menit dari hasil pembelajaran hari ini.
91
Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis: Laporan LKS, Lembar Observasi b. Bentuk Instrumen: - Isian c. Instrumen: - Instrumen tes isian 1. Apakah prinsip dasar pembuatan termometer? 2. Sebutkan zat cair pengisi termometer yang paling umum digunakan? 3. Mengapa raksa baik digunakan untuk mengisi termometer? 4. Berdasarkan perubahan apakah termometer itu dibuat? 5. Apakah kegunaan dari termometer Six Bellany?
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah : MTs SOEBONO MANTOVANI Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/I Tahun Pelajaran: 2010-2011 Materi Pokok : Suhu dan Pengukuran Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya. Indikator : Membandingkan skala termometer Celsius dengan termometer yang lain. Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat: 1. Membaca skala pada termometer. 2. Membandingkan skala pada termometer Celsius dengan termometer skala Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. Metode Pembelajaran : Eksperimen (Pendekatan Keterampilan Proses Sains) Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Tahap No. Waktu Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Pendahuluan Memulai pembelajaran Menjawab salam dan 10 menit dengan mengucapkan menjawab panggilan salam dan melakukan guru selama absensi. absensi siswa. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengulas secara singkat materi sebelumnya.
Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran dan secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi tersebut.
Memberikan apersepsi dan Siswa diharapkan motivasi dengan menjawab mengajukan pertanyaan “370-420C”.
93
2.
Inti
“Berapakah skala suhu normal manusia pada termometer?” Menindaklanjuti pertanyaan pendahuluan dengan memberikan LKS 3 untuk mengetahui skala pada termometer.
Setiap kelompok 60 menit melakukan percobaan yang terdapat pada LKS 3 dan menjawab pertanyaan tersebut.
Mendiskusikan cara Setiap kelompok aktif membaca skala dalam berdiskusi. termometer yang benar. Mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan, pengukuran suhu suatu objek, dan pembacaan skala pada termometer.
Berperan aktif memperhatikan penjelasan guru dan bertanya apabila kurang memahami.
Memberikan informasi Memperhatikan cara menentukan skala penjelasan guru. termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. Memerintahkan siswa Mengkonversi hasil untuk mengkonversi hasil praktikum yang ada di praktikum yang ada di LKS 3. LKS 3. Memberikan kesempatan Aktif kepada siswa untuk mengajukan mengajukan pertanyaan pertanyaan. bagi siswa yang belum paham.
3.
Penutup
Memberikan tes untuk mengetahui daya serap materi yang telah disampaikan. Membimbing siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran hari ini.
dalam
Mengerjakan tes yang diberikan oleh guru.
Membuat kesimpulan 10 menit dari hasil pembelajaran hari ini.
94
Memberitahukan kepada Belajar di rumah siswa bahwa pada untuk mempersiapkan pertemuan selanjutnya posttest. akan diadakan posttest dan menyuruh siswa untuk belajar di rumah. Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Termometer c. LKS Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis: Laporan LKS, Lembar Observasi b. Bentuk Instrumen: - Isian c. Instrumen: - Instrumen tes isian 1. Berapakah skala tertinggi termometer demam? 2. Jika suhu badan yang diukur dengan termometer Celcius menunjukkan angka 360 C, berapakah suhu badan tersebut menurut skala Kelvin? 3. Apakah jenis termometer yang memiliki jumlah skala paling tinggi? 4. Bagaimana rumus perubahan suhu dari derajat Celcius ke derajat Fahrenheit? 5. Suhu suatu benda 100C. Jika dinyatakan dalam Sistem Internasional, berapakah besarnya?
95
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELOMPOK KONTROL Nama Sekolah : MTs SOEBONO MANTOVANI Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/I Tahun Pelajaran: 2010-2011 Materi Pokok : Suhu dan Pengukuran Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya. Indikator : Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat. Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian suhu. 2. Menjelaskan bagian-bagian dari termometer. 3. Menyebutkan jenis-jenis termometer. 4. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu suatu benda. Materi Pembelajaran : Suhu Metode Pembelajaran : Ceramah Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Tahap No. Waktu Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Pendahuluan Memulai pembelajaran Siswa menjawab 10 menit dengan mengucapkan salam dan menjawab salam dan melakukan panggilan guru selama absensi siswa. absensi. Memberikan apersepsi dan Siswa diharapkan motivasi dengan menjawab mengajukan pertanyaan “termometer.” “Alat apa yang digunakan untuk mengukur bila suhu tubuhmu terasa panas?” 2.
Inti
Menjelaskan suhu.
pengertian Siswa memperhatikan 60 menit penjelasan guru.
96
Menjelaskan bagian- Siswa memperhatikan bagian termometer dan penjelasan guru. jenis-jenis termometer.
Memberikan kesempatan Siswa bertanya kepada siswa untuk kepada guru apabila mengajukan pertanyaan belum paham. bagi siswa yang belum paham. Memberikan soal latihan Siswa mengerjakan kepada siswa. soal latihan yang diberikan oleh guru. Membahas soal latihan Siswa menyimak yang diberikan kepada penjelasan guru. siswa. 3.
Penutup
Membimbing siswa Membuat kesimpulan 10 menit membuat kesimpulan dari dari hasil hasil pembelajaran hari pembelajaran hari ini. ini.
Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Termometer Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis b. Bentuk Instrumen: - Isian c. Instrumen: - Instrumen tes isian 1. Mengapa tangan manusia tidak dapat dijadikan alat ukur suhu, padahal tangan dapat membedakan panas dan dingin? 2. Apakah yang dimaksud dengan suhu? 3. Apakah alat yang digunakan untuk mengukur suhu? 4. Sebutkan bagian-bagian dari termometer? 5. Sebutkan jenis-jenis termometer berdasarkan skalanya?
97
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELOMPOK KONTROL Nama Sekolah : MTs SOEBONO MANTOVANI Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/I Tahun Pelajaran: 2010-2011 Materi Pokok : Suhu dan Pengukuran Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya. Indikator : Membuat termometer sederhana, berskala berdasarkan sifat perubahan volume. Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat: 1. Mengetahui prinsip kerja termometer. 2. Menjelaskan bagian-bagian dari termometer. Materi Pembelajaran : Suhu Metode Pembelajaran : Ceramah Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Tahap No. Waktu Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Pendahuluan Memulai pembelajaran Menjawab salam dan 10 menit dengan mengucapkan menjawab panggilan salam dan melakukan guru selama absensi. absensi siswa. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengulas secara singkat materi sebelumnya.
Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran dan secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi tersebut.
Memberikan apersepsi dan Siswa diharapkan motivasi dengan menjawab “prinsip mengajukan pertanyaan pemuaian”. “Bagaimana prinsip kerja termometer?”
98
2.
Inti
Menjelaskan prinsip kerja Siswa memperhatikan 60 menit termometer. penjelasan guru.
Menjelaskan bagian- Siswa bertanya bagian dari termometer. kepada guru apabila Memberikan kesempatan belum paham. kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan bagi siswa yang belum paham.
3.
Penutup
Memberikan soal latihan Siswa mengerjakan kepada siswa. soal latihan yang diberikan oleh guru. Membahas soal latihan yang diberikan kepada Siswa menyimak siswa. penjelasan guru. Membimbing siswa Membuat kesimpulan 10 menit membuat kesimpulan dari dari hasil hasil pembelajaran hari pembelajaran hari ini. ini.
Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Termometer Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis b. Bentuk Instrumen: - Isian c. Instrumen: - Instrumen tes isian 1. Apakah prinsip dasar pembuatan termometer? 2. Sebutkan zat cair pengisi termometer yang paling umum digunakan ? 3. Mengapa raksa baik digunakan untuk mengisi termometer? 4. Berdasarkan perubahan apakah termometer itu dibuat? 5. Apakah kegunaan dari termometer Six Bellany?
99
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELOMPOK KONTROL Nama Sekolah : MTs SOEBONO MANTOVANI Mata Pelajaran : IPA-Fisika Kelas/Semester : VII/I Tahun Pelajaran: 2010-2011 Materi Pokok : Suhu dan Pengukuran Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan. Kompetensi Dasar : 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya. Indikator : Membandingkan skala termometer Celsius dengan termometer yang lain. Tujuan Pembelajaran: Peserta didik dapat: 1. Membaca skala pada termometer. 2. Membandingkan skala pada termometer Celsius dengan termometer skala Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. Materi Pembelajaran : Suhu Metode Pembelajaran : Ceramah Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Tahap No. Waktu Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Pendahuluan Memulai pembelajaran Menjawab salam dan 10 menit dengan mengucapkan menjawab panggilan salam dan melakukan guru selama absensi. absensi siswa. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mengulas secara singkat materi sebelumnya.
Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran dan secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi tersebut.
Memberikan apersepsi dan Siswa diharapkan motivasi dengan menjawab “3700 mengajukan pertanyaan 42 C”.
100
2.
3.
Inti
Penutup
Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Termometer Penilaian Hasil Belajar a. Teknik Penilaian: - Tes tertulis
“Berapakah skala normal manusia termometer?” Menjelaskan membaca skala termometer.
suhu pada cara Siswa memperhatikan 60 menit pada penjelasan guru.
Mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan, pengukuran suhu suatu objek, dan pembacaan skala pada termometer.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan bertanya apabila belum paham.
Memberikan informasi cara menentukan skala termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit.
Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan apabila belum paham.
Memberikan contoh soal latihan mengenai cara menghitung skala termometer Celcius, Kelvin, Reamur dan Fahrenheit.
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan bertanya apabila belum paham.
Memberikan latihan kepada siswa mengenai cara menghitung skala termometer Celcius, Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. Membimbing siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajaran hari ini.
Siswa mengerjakan latihan.
Membuat kesimpulan 10 menit dari hasil pembelajaran hari ini.
101
b. Bentuk Instrumen: - Isian c. Instrumen: - Instrumen tes Isian 1. Berapakah skala tertinggi termometer demam? 2. Jika suhu badan yang diukur dengan termometer Celcius menunjukkan angka 360 C, berapakah suhu badan tersebut menurut skala Kelvin? 3. Apakah jenis termometer yang memiliki jumlah skala paling tinggi? 4. Bagaimana rumus perubahan suhu dari derajat Celcius ke derajat Fahrenheit? 5. Suhu suatu benda 100C. Jika dinyatakan dalam Sistem Internasional, berapakah besarnya?
LEMBAR KERJA SISWA (1) Kelompok
: ________
Anggota
: 1. ______________ 2. ______________ 3. ______________ 4. ______________ 5. ______________
Nama Sekolah
: MTs. Soebono Mantovani
Mata Pelajaran
: IPA-Fisika
Kelas/Semester
: VII/I
Materi Pokok
: Suhu dan Pengukuran
A. Tujuan Siswa mengetahui bahwa termometer dapat mengukur suhu dengan cepat.
B. Alat dan Bahan 1. Termometer 2. Gelas 3. Air sumur 4. Air Es 5. Air panas
C. Langkah Kerja 1. Siapkan 3 buah gelas dan beri label pada masing-masing gelas, yaitu dengan huruf A, B, dan C. 2. Masukkan air sumur ke dalam gelas A, air es ke dalam gelas B, dan air panas ke dalam gelas C dengan ukuran yang sama. 3. Ukurlah suhunya dengan termometer pada masing-masing gelas. 4. Catatlah suhu pada masing-masing gelas dengan termometer.
5. Masukkan jarimu ke dalam gelas A, apakah yang kamu rasakan? 6. Masukkan jarimu ke dalam gelas B, apakah yang kamu rasakan? 7. Masukkan jarimu ke dalam gelas C, apakah yang kamu rasakan? A
B
C
Tabel Pengamatan : No
Zat
Keadaan
Suhu
1.
Air sumur
……………..
...0C
2.
Air es
……………..
…0 C
3.
Air panas
……………..
…0 C
D. Pertanyaan 1. Bagaimana suhu berbagai macam air di atas? 2. Apa guna termometer? 3. Sebutkan 3 macam termometer berdasarkan penggunaannya?
LEMBAR KERJA SISWA (2) Kelompok
: ________
Anggota
: 1. ______________ 2. ______________ 3. ______________ 4. ______________ 5. ______________
Nama Sekolah
: MTs. Soebono Mantovani
Mata Pelajaran
: IPA-Fisika
Kelas/Semester
: VII/I
Materi Pokok
: Suhu dan Pengukuran
A. Tujuan Membuat termometer sederhana agar siswa dapat mengetahui prinsip kerja termometer.
B. Alat dan Bahan 1. Air atau alkohol 2. Pewarna 3. Botol 4. Sedotan 5. Malam C. Langkah Kerja
1. Tuangkan sedikit air yang diberi warna ke dalam botol. 2. Masukkan sedotan minuman hingga menyentuh permukaan air dalam botol. 3. Tutup dengan rapat-rapat sekeliling ujung lubang leher botol dengan malam sehingga tidak ada udara yang bisa masuk. 4. Gosok dengan tangan botol tersebut dan jika diperhatikan baik-baik air dalam sedotan akan mulai naik. D. Pertanyaan 1. Apa yang terjadi? 2. Apa yang dapat kamu simpulkan dari percobaan di atas?
LEMBAR KERJA SISWA (3) Kelompok
: ________
Anggota
: 1. ______________ 2. ______________ 3. ______________ 4. ______________ 5. ______________
Nama Sekolah
: MTs. Soebono Mantovani
Mata Pelajaran
: IPA-Fisika
Kelas/Semester
: VII/I
Materi Pokok
: Suhu dan Pengukuran
A. Tujuan Untuk mengukur suhu kita dapat menggunakan alat yang dinamakan termometer. Ada beberapa jenis termometer dengan skala pengukuran yang berbeda-beda. Hasil dari pengukuran termometer dapat dikonversikan ke dalam hasil pengukuran termometer yang lain.
B. Alat dan Bahan 1. Termometer 2. Penyangga 3. Penyangga kaki tiga 4. Kawat kasa 5. Pemanas spirtus 6. Benang 7. Gelas ukur 8. Air kolam
C. Langkah Kerja 1. Susunlah alat dan bahan seperti dalam gambar berikut.
2. Bacalah suhu pada termometer yang menyatakan suhu zat/benda saat itu. Catat hasil pembacaan skala suhu! 3. Panaskan gelas ukur yang berisi air kolam selama 3 menit dengan menggunakan pemanas spirtus yang telah disiapkan! 4. Bacalah skala suhu pada termometer. Setelah pemanasan selama 3 menit, catat hasil pembacaan suhu! Tabel Pengamatan : Zat (benda) yang diukur suhunya Air kolam
Suhu mula-mula 0
( C) ……………..0C
Suhu setelah dipanaskan (0C) …………....0C
D. Pertanyaan 1. Adakah persamaan suhu zat (benda) sebelum dan sesudah dipanaskan? 2. Ubahlah skala suhu zat (benda) tersebut ke dalam skala Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin!
LAMPIRAN C
UJI ANALISIS DATA
108
Data Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pretest 33 53 47 67 40 53 40 67 40 20 47 40 53 47 53 53 40 40 47 60 53 53 60 60 40 47 53 47 47 60
Posttest 80 73 80 67 60 73 80 93 80 80 80 67 73 73 73 80 67 67 67 87 73 87 87 80 80 87 80 73 87 80
Kelas Kontrol No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pretest 40 40 47 53 33 40 60 33 47 60 53 60 40 53 60 33 47 47 20 40 53 47 33 40 47 40 47 53 40 60
Posttest 67 60 60 67 73 67 80 87 80 60 73 87 73 80 67 53 67 87 60 67 67 73 67 73 87 73 60 60 60 73
109
Distribusi Data Skor Pretest Kelas Eksperimen No Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Skor 33 53 47 67 40 53 40 67 40 20 47 40 53 47 53 53 40 40 47 60 53 53 60 60 40 47 53 47 47 60
110
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1.
2. 3.
4.
5.
Urutkan data terkecil sampai data terbesar 20
33
40
40
40
40
40
40
40
47
47
47
47
47
47
47
53
53
53
53
53
53
53
53
60
60
60
60
67
67
Banyaknya data (n) n = 30 Menentukan Rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 67 – 20 R = 47 Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 Menentukan panjang kelas interval (P) P= P=
6.
= 7.8 ≈ 8
Tabel distribusi frekuensi Kelas xi Batas Nyata 20 - 27 23.5 19.5 - 27.5
fabs
fka
fkb
frel(%)
1
30
1
3.3
28 - 35
31.5
27.5 - 35.5
1
29
2
3.3
36 - 43
39.5
35.5 - 43.5
7
28
9
23.3
44 - 51
47.5
43.5 - 51.5
7
21
16
23.3
52 - 59
55.5
51.5 - 59.5
8
14
24
26.7
60 - 67
63.5
59.5 - 67.5
6
6
30
20
Σ
261
30
100
111
Kelas 20 - 27 28 - 35 36 - 43 44 - 51 52 - 59 60 - 67 Jumlah (Σ) Berdasarkan tabel
fi xi xi 2 fi . xi fi . xi2 1 23.50 552.25 23.50 552.25 1 31.50 992.25 31.50 992.25 7 39.50 1560.25 276.50 10921.75 7 47.50 2256.25 332.50 15793.75 8 55.50 3080.25 444.00 24642.00 6 63.50 4032.25 381.00 24193.50 30 261.00 12473.50 1489.00 77095.50 distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
1489 30 49,63
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 51,5
P = panjang kelas
= 8
n = banyaknya data
= 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 +1 + 7 + 7 = 16 f = nilai frekuensi kelas median
= 8
112
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .30 16 51,5 8 2 8 51,5 8 (0,125) 51,5 1 50,5
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 51,5
P = panjang kelas
= 8
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 8–7=1
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 8–6=2
113
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
1 29,5 8 1 2 51,5 80,33 51,5 2.64 54,14
d. Simpangan Baku (SD) = 10,49
114
Distribusi Data Skor Pretest Kelas Kontrol No Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Skor 40 40 47 53 33 40 60 33 47 60 53 60 40 53 60 33 47 47 20 40 53 47 33 40 47 40 47 53 40 60
115
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Kontrol
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1.
2. 3.
4.
5.
Urutkan data terkecil sampai data terbesar 20
33
33
33
33
40
40
40
40
40
40
40
40
47
47
47
47
47
47
47
53
53
53
53
53
60
60
60
60
60
Banyaknya data (n) n = 30 Menentukan Rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 60 – 20 R = 40 Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 Menentukan panjang kelas interval (P) P= P=
6.
= 6.67 ≈ 7
Tabel distribusi frekuensi Kelas xi Batas Nyata 20 - 26 23 19.5 - 26.5
fabs
fka
fkb
frel(%)
1
30
1
3.3
27 - 33
30
26.5 - 33.5
4
29
5
13.3
34 - 40
37
33.5 - 40.5
8
25
13
26.7
41 - 47
44
40.5 - 47.5
7
17
20
23.3
48 - 54
51
47.5 - 54.5
5
10
25
16.7
55 - 61
58
54.5 - 61.5
5
5
30
16.7
Σ
243
30
100
116
Kelas fi xi xi 2 fixi fixi2 20 26 1 23.00 529.00 23.00 529.00 27 33 4 30.00 900.00 120.00 3600.00 34 40 8 37.00 1369.00 296.00 10952.00 41 47 7 44.00 1936.00 308.00 13552.00 48 54 5 51.00 2601.00 255.00 13005.00 55 61 5 58.00 3364.00 290.00 16820.00 Jumlah (Σ) 30 243.00 10699.00 1292.00 58458.00 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a.
Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
1292 30 43,07
b.
Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 33,5
P = panjang kelas
= 7
n = banyaknya data
= 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 4 = 5 f = nilai frekuensi kelas median
= 8
117
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .30 5 33,5 5 2 8 33,5 71,25 33,5 8,75 42,25
c.
Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 33,5
P = panjang kelas
= 7
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 8–4=4
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 8–7=1
118
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
d.
4 33,5 7 4 1 33,5 70,8 33,5 5,6 39,1
Simpangan Baku (SD) = 9,853
119
Distribusi Data Skor Posttest Kelas Eksperimen No Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Skor 80 73 80 67 60 73 80 93 80 80 80 67 73 73 73 80 67 67 67 87 73 87 87 80 80 87 80 73 87 80
120
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1.
2. 3.
4.
5.
Urutkan data terkecil sampai data terbesar 60
67
67
67
67
67
73
73
73
73
73
73
73
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
87
87
87
87
87
93
Banyaknya data (n) n = 30 Menentukan Rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 93 – 60 R = 33 Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 Menentukan panjang kelas interval (P) P= P=
6.
= 5.5 ≈ 6
Tabel distribusi frekuensi Kelas xi Batas Nyata 60 - 65 62.5 59.5 - 65.5
fabs
fka
fkb
frel(%)
1
30
1
3.3
66 - 71
68.5
65.5 - 71.5
5
29
6
16.7
72 - 77
74.5
71.5 - 77.5
7
24
13
23.3
78 - 83
80.5
77.5 - 83.5
11
17
24
36.7
84 - 89
86.5
83.5 - 89.5
5
6
29
16.7
90 - 95
92.5
89.5 - 95.5
1
1
30
3.3
Σ
465
30
100
121
Kelas fi xi xi 2 fi . xi fi . xi2 60 - 65 1 62.50 3906.25 62.50 3906.25 66 - 71 5 68.50 4692.25 342.50 23461.25 72 - 77 7 74.50 5550.25 521.50 38851.75 78 - 83 11 80.50 6480.25 885.50 71282.75 84 - 89 5 86.50 7482.25 432.50 37411.25 90 - 95 1 92.50 8556.25 92.50 8556.25 Jumlah (Σ) 30 465.00 36667.50 2337.00 183469.50 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a.
Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
2337 30 77,9
b.
Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 77,5
P = panjang kelas
= 6
n = banyaknya data
= 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 5 + 7 = 13 f = nilai frekuensi kelas median
= 11
122
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .30 13 77,5 5 2 11 77,5 60,18 77,5 1,08 78,58
c.
Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 77,5
P = panjang kelas
= 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 11 – 7 = 4
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 11 – 5 = 6
123
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut. Mo
d.
4 77,5 6 46 77,5 60,4 77,5 2,4 79,9
Simpangan Baku (SD) = 6,99
124
Distribusi Data Skor Posttest Kelas Kontrol No Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30
Skor 67 60 60 67 73 67 80 87 80 60 73 87 73 80 67 53 67 87 60 67 67 73 67 73 87 73 60 60 60 73
125
Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Kontrol
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berdasarkan data skor tes hasil belajar adalah: 1.
2. 3.
4.
5.
Urutkan data terkecil sampai data terbesar 53
60
60
60
60
60
60
60
67
67
67
67
67
67
67
67
73
73
73
73
73
73
73
80
80
80
87
87
87
87
Banyaknya data (n) n = 30 Menentukan Rentang (R) R = skor terbesar – skor terkecil R = 87 – 53 R = 34 Menentukan banyaknya kelas (K) K = 1 + 3.3 Log n K = 1 + 3.3 Log 30 K = 5.87 ≈ 6 Menentukan panjang kelas interval (P) P= P=
6.
= 5.67 ≈ 6
Tabel distribusi frekuensi Kelas xi Batas Nyata 53 - 58 55.5 52.5 - 58.5
fabs
fka
fkb
frel(%)
1
30
1
3.3
59 - 64
61.5
58.5 - 64.5
7
29
8
23.3
65 - 70
67.5
64.5 -70.5
8
22
16
26.7
71 - 76
73.5
70.5 - 76.5
7
14
23
23.3
77 - 82
79.5
76.5 - 82.5
3
7
26
10
83 - 88
85.5
82.5 -88.5
4
4
30
13.3
Σ
423
30
100
126
Kelas fi xi xi 2 fixi fixi2 53 58 1 55.50 3080.25 55.50 3080.25 59 64 7 61.50 3782.25 430.50 26475.75 65 70 8 67.50 4556.25 540.00 36450.00 71 76 7 73.50 5402.25 514.50 37815.75 77 82 3 79.50 6320.25 238.50 18960.75 83 88 4 85.50 7310.25 342.00 29241.00 Jumlah (Σ) 30 423.00 30451.50 2121.00 152023.50 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a.
Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
2121 30 70,7
b.
Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 64,5
P = panjang kelas
= 6
n = banyaknya data
= 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 7 = 8 f = nilai frekuensi kelas median
= 8
127
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil posttest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .30 8 33,5 5 2 8 64,5 60,875 64,5 5,25 69,75
c.
Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo
b1 b P b1 b2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 64,5
P = panjang kelas
= 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 8–7=1
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 8–7=1
128
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
d.
1 64,5 6 1 1 64,5 60,5 64,5 3 67,5
Simpangan Baku (SD) = 8,45
129 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
Tabel Uji Normalitas Pretest Eksperimen Kelas
20
-
27
fi.xi
xi
fi. Xi2
23.5
23.5
552.25
batas kelas
Z batas kelas
19.5
-2.87
27.5 28
-
35
31.5
31.5
36
-
43
276.5
39.5
44
-
51
332.5
47.5
52
-
59
444
55.5
60
-
67
381
63.5
66
Jumlah
0.4590
1
0.2927
0.0711
2.1330
1
1.2837
0.1925
5.7750
7
0.2144
0.2904
8.7120
7
0.4187
0.255
7.6500
8
0.0153
0.1081
3.4592
6
1.0759
0.94
24193.5 65.5
0.0153
0.18
24642 59.5
(Oi Ei)^2/Ei
-0.58
15793.75 51.5
Oi
-1.35
10921.75 43.5
Ei
-2.11
992.25 35.5
luas Z tabel
1.51
73 1489
261
77095.5
X2
3.3007
Dari tabel di atas diperoleh X2hitung = 3.30. Kemudian bandingkan X2hitung dengan X2tabel yang diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi α = 0.05 adalah 7.81. Dengan demikian data dinyatakan berdistribusi normal jika X 2hitung ≤ X2tabel (3.30≤ 7.81). Hal ini berarti data nilai pretest kelompok kontrol dinyatakan berdistribusi normal.
130 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol
Tabel Uji Normalitas Pretest Kontrol fi.xi
Kelas
20
-
26
23
xi
23
fi. Xi2
batas kelas
Z batas kelas
19.5
-2.39
529 26.5
27
-
33
120
30
34
-
40
296
37
41
-
47
308
44
48
-
54
255
51
55
-
61
290
58
61
1.1430
1
0.0179
0.1195
3.5850
4
0.0480
0.2314
6.9420
8
0.1612
0.2762
8.2860
7
0.1996
0.2034
6.1020
5
0.1990
0.0846
2.5380
5
2.3883
1.16
16820 60.5
0.0381
0.45
13005 54.5
(Oi Ei)^2/Ei
-0.26
13552 47.5
Oi
-0.97
10952 40.5
Ei
-1.68
3600 33.5
luas Z tabel
1.77
Jumlah
1292
243
58458
X2
3.0141
Dari tabel di atas diperoleh X2hitung = 3.01. Kemudian bandingkan X2hitung dengan X2tabel yang diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi α = 0.05 adalah 7.81. Dengan demikian data dinyatakan berdistribusi normal jika X 2hitung ≤ X2tabel (3.01≤ 7.81). Hal ini berarti data nilai pretest kelompok kontrol dinyatakan berdistribusi normal.
131 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen
Tabel Uji Normalitas Posttest Eksperimen Kelas
60
-
fi.xi
65
62.5
xi
62.5
fi. Xi2
batas kelas
Z batas kelas
59.5
-2.63
3906.25
0.0341 65.5
66
-
71
342.5
68.5
-
77
521.5
74.5
0.1404
78
-
83
885.5
80.5
0.2973
84
-
89
432.5
86.5
0.312
90
-
95
92.5
92.5
0.1634
96
101 Jumlah
2337
465
183469.5
1
0.0005
4.2120
5
0.1242
8.9190
7
0.5261
9.3600
11
0.2445
4.9020
5
0.0019
1.2780
1
0.0773
1.66
8556.25
0.0426 95.5
1.0230
0.80
37411.25 89.5
(Oi - Ei)^2/Ei
-0.06
71282.75 83.5
Oi
-0.92
38851.75 77.5
Ei
-1.77
23461.25 71.5
72
luas Z tabel
2.52
X2
0.9745
Dari tabel di atas diperoleh X2hitung = 0.97. Kemudian bandingkan X2hitung dengan X2tabel yang diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi α = 0.05 adalah 7.81. Dengan demikian data dinyatakan berdistribusi normal jika X 2hitung ≤ X2tabel (0.97≤ 7.81). Hal ini berarti data nilai pretest kelompok kontrol dinyatakan berdistribusi normal.
132 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol
Tabel Uji Normalitas Posttest Kontrol Kelas
53
-
58
fi.xi
xi
fi. Xi2
55.5
55.5
3080.25
batas kelas
Z batas kelas
52.5
-2.15
58.5 59
-
64
430.5
61.5
65
-
70
540
67.5
71
-
76
514.5
73.5
77
-
82
238.5
79.5
83
-
88
342
85.5
89
1.7730
1
0.3370
0.1578
4.8918
7
0.9086
0.2593
8.0383
8
0.0002
0.2629
8.1499
7
0.1622
0.1643
5.0933
3
0.8603
0.0634
1.9654
4
2.1062
1.40
29241 88.5
0.0591
0.69
18960.75 82.5
(Oi - Ei)^2/Ei
-0.02
37815.75 76.5
Oi
-0.73
36450 70.5
Ei
-1.44
26475.75 64.5
luas Z tabel
2.11
Jumlah
2121
423
152023.5
X2
4.3746
Dari tabel di atas diperoleh X2hitung = 4.37. Kemudian bandingkan X2hitung dengan X2tabel yang diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi α = 0.05 adalah 7.81. Dengan demikian data dinyatakan berdistribusi normal jika X 2hitung ≤ X2tabel (4.37≤ 7.81). Hal ini berarti data nilai pretest kelompok kontrol dinyatakan berdistribusi normal.
133
Uji Homogenitas
Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Untuk menguji homogenitas varians kedua data hasil pretest digunakan Uji Fisher berdasarkan rumus berikut ini:
F
S1
2
S2
2
Dimana : F
= Uji Fisher
S1
= Varian terbesar
S2
= Varian terkecil
Kriteria yang digunakan dalam uji bartlet adalah: -
Jika F 2 hitung < F 2 tabel , maka data memiliki varians yang homogen.
-
Jika F 2 hitung > F 2 tabel , maka data memiliki varians yang tidak homogen. Eksperimen
Kontrol
S
110.05
97.09
N
30
30
2
Pengujian homogenitas yaitu: V1 S12 V2 S 22 110.05 F 1.13 97.09 F
Fhitung = 1.13 Ftabel
= 1.85
db
= 30 – 1 = 29 Penyebut
db
= 30 – 1 = 29 Pembilang
Fhitung < Ftabel = 1.13 < 1.85 Data Homogen
134
Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Untuk menguji homogenitas varians kedua data hasil posttest digunakan Uji Fisher berdasarkan rumus berikut ini:
F
S1
2
S2
2
Dimana : F
= Uji Fisher
S1
= Varian terbesar
S2
= Varian terkecil
Kriteria yang digunakan dalam uji bartlet adalah: -
Jika F 2 hitung < F 2 tabel , maka data memiliki varians yang homogen.
-
Jika F 2 hitung > F 2 tabel , maka data memiliki varians yang tidak homogen. Eksperimen
Kontrol
S
48.87
71.34
N
30
30
2
Pengujian homogenitas yaitu: V1 S12 V2 S 22 48.87 F 0.68 71.34 F
Fhitung = 0.68 Ftabel
= 1.85
db
= 30 – 1 = 29 Penyebut
db
= 30 – 1 = 29 Pembilang
Fhitung < Ftabel = 0.68 < 1.85 Data Homogen
135
Uji Hipotesis
Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t Pretest Pengujian hiotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkahlangkah perhitungan: 1. Merumuskan hipotesis H0 : µ 1 = µ 2 Ha : µ 1 > µ 2 Keterangan: µ 1 = Rata-rata pretest siswa kelompok eksperimen µ 2 = Rata-rata pretest siswa kelompok kontrol 2. Menentukan kriteria penguji thitung > ttabel H0 ditolak dan H0 diterima jika thitung < ttabel 3. Menentukan uji statistik t
X1 X 2 dsg
1 1 n1 n 2
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 n1 n2 2 2
, dengan dsg
Eksperimen= SD = 10.49 = S12 = 110.04 Kontrol
= SD = 9.85
= S22 = 97.02
Keterangan: x1 = rata-rata kelompok eksperimen x2 = rata-rata kelompok kontrol dsg = nilai standar deviasi gabungan n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
2
136
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 = n1 n2 2 2
dsg
t
X1 X 2 1 1 dsg n1 n 2
=t
2
(30 1)110.04 (30 1)97.02 10.17 30 30 2
49.63 43.07 1 1 10.17 30 30
1.65
4. Menentukan ttabel Dengan menggunakan tabel distribusi t didapat ttabel = 2.00 pada derajat kebebasan (dk) = (n1+n2)-2 = (30+30)-2 = 58 Dengan demikian thitung < ttabel (0.65 < 2.00) maka H0 diterima berarti rata-rata pretest siswa kelas eksperimen sama dengan rata-rata pretest siswa kelas kontrol.
Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t Posttest Pengujian hiotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkahlangkah perhitungan: 1. Merumuskan hipotesis H0 : µ 1 = µ 2 Ha : µ 1 > µ 2 Keterangan: µ 1 = Rata-rata posttest siswa kelompok eksperimen µ 2 = Rata-rata posttest siswa kelompok kontrol 2. Menentukan kriteria penguji thitung > ttabel H0 ditolak dan H0 diterima jika thitung < ttabel 3. Menentukan uji statistik t
X1 X 2 dsg
1 1 n1 n 2
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 n1 n2 2 2
, dengan dsg
Eksperimen= SD = 6.99
= S12 = 48.86
Kontrol
= S22 = 71.40
= SD = 8.45
2
137
Keterangan: x1 = rata-rata kelompok eksperimen x2 = rata-rata kelompok kontrol dsg = nilai standar deviasi gabungan n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 = n1 n2 2 2
dsg
t
X1 X 2 1 1 dsg n1 n 2
=t
2
(30 1)48.86 (30 1)71.40 7.75 30 30 2
77.9 70.7 1 1 7.75 30 30
3.62
4. Menentukan ttabel Dengan menggunakan tabel distribusi t didapat ttabel = 2.00 pada derajat kebebasan (dk) = (n1+n2)-2 = (30+30)-2 = 58 Dengan demikian thitung > ttabel (3.62 > 2.00) maka Ha diterima berarti rata-rata posttest siswa kelas eksperimen sama dengan rata-rata posttest siswa kelas kontrol.
138
Perhitungan Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains LKS 1 Aspek Keterampilan Indikator Proses Sains Mengamati Mengidentifikasi atau melakukan pengamatan Menafsirkan Mencatat setiap hasil pengamatan Pengamatan Meramalkan Berdasarkan hasil pengamatan dapat mengemukakan apa yang mungkin terjadi Menggunakan Alat Memakai alat dan bahan dengan tepat dan Bahan Menerapkan Konsep Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru pada pengamatan (LKS) Merencanakan Membuat urutan cara kerja yang harus Penelitian ditempuh Menyusun dan menyimpulkan laporan secara sistematis dan jelas Berkomunikasi Menjelaskan hasil percobaan pengamatan Mendiskusikan hasil percobaan Menyimpulkan Menyimpulkan hasil pengamatan sesuai dengan konsep pembahasan
Kelompok 3 4
Jumlah
Persen
Kesimpulan
4
18
72
Baik
5
5
23
92
Sangat Baik
5
4
4
22
88
Sangat Baik
4
4
3
3
18
72
Baik
3
4
4
3
3
17
68
Baik
4
5
5
4
5
23
92
Sangat Baik
3
4
3
3
4
17
68
Baik
3
4
4
4
4
19
76
Baik
3
4
4
3
4
18
72
Baik
3
4
4
3
4
18
72
Baik
1
2
3
4
4
3
4
5
4
4
5
4
5
139
LKS 2 Aspek Keterampilan Indikator Proses Sains Mengamati Mengidentifikasi atau melakukan pengamatan Menafsirkan Mencatat setiap hasil pengamatan Pengamatan Meramalkan Berdasarkan hasil pengamatan dapat mengemukakan apa yang mungkin terjadi Menggunakan Alat Memakai alat dan bahan dengan tepat dan Bahan Menerapkan Konsep Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru pada pengamatan (LKS) Merencanakan Membuat urutan cara kerja yang harus Penelitian ditempuh Menyusun dan menyimpulkan laporan secara sistematis dan jelas Berkomunikasi Menjelaskan hasil percobaan pengamatan Mendiskusikan hasil percobaan Menyimpulkan Menyimpulkan hasil pengamatan sesuai dengan konsep pembahasan
Kelompok 3 4
Jumlah
Persen
Kesimpulan
3
18
72
Baik
4
5
23
92
Sangat Baik
3
4
4
19
76
Baik
4
3
3
4
18
72
Baik
4
4
3
4
3
18
72
Baik
5
5
4
5
4
23
92
Sangat Baik
4
4
3
3
3
17
68
Baik
4
4
3
4
4
19
76
Baik
4
4
4
4
3
19
76
Baik
4
4
3
4
4
19
76
Baik
1
2
4
4
3
4
5
5
4
4
4
4
5
140
LKS 3 Aspek Keterampilan Indikator Proses Sains Mengamati Mengidentifikasi atau melakukan pengamatan Menafsirkan Mencatat setiap hasil pengamatan Pengamatan Meramalkan Berdasarkan hasil pengamatan dapat mengemukakan apa yang mungkin terjadi Menggunakan Alat Memakai alat dan bahan dengan tepat dan Bahan Menerapkan Konsep Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru pada pengamatan (LKS) Merencanakan Membuat urutan cara kerja yang harus Penelitian ditempuh Menyusun dan menyimpulkan laporan secara sistematis dan jelas Berkomunikasi Menjelaskan hasil percobaan pengamatan Mendiskusikan hasil percobaan Menyimpulkan Menyimpulkan hasil pengamatan sesuai dengan konsep pembahasan
Kelompok 3 4
Jumlah
Persen
Kesimpulan
3
18
72
Baik
5
5
24
96
Sangat Baik
4
4
3
19
76
Baik
4
4
4
3
18
72
Baik
3
4
3
4
3
17
68
Baik
4
5
5
5
4
23
92
Sangat Baik
3
4
3
4
4
18
72
Baik
4
4
4
4
4
20
80
Baik
3
4
4
4
4
19
76
Baik
4
4
4
4
3
19
76
Baik
1
2
3
4
4
4
4
5
5
4
4
3
5
141
Rekapitulasi Hasil Observasi
LKS 1, LKS 2 dan LKS 3 Indikator Mengidentifikasi atau melakukan pengamatan Mencatat setiap hasil pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan dapat mengemukakan apa yang mungkin terjadi Memakai alat dan bahan dengan tepat Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru pada pengamatan (LKS) Membuat urutan cara kerja yang harus ditempuh Menyusun dan menyimpulkan laporan secara sistematis dan jelas Menjelaskan hasil percobaan pengamatan Mendiskusikan hasil percobaan Menyimpulkan hasil pengamatan sesuai dengan konsep pembahasan Rata-rata
LKS 1 18
LKS 2 18
LKS 3 18
Jumlah
Persen
54
72
23 22
23 19
24 19
70 60
93.3 80
18
18
18
54
72
17
18
17
52
69.3
23
23
23
69
92
17
17
18
52
69.3
19
19
20
58
77.3
18 18
19 19
19 19
56 56
74.7 74.7
581
Kategori Keterlaksanaan Model No
% Kategori Keterlaksanaan Model
Interpretasi
1.
0,0-24,9
Sangat Kurang
2.
25,0-37,5
Kurang
3.
37,6 – 62,5
Sedang
4.
62,6 – 87,5
Baik
5.
87,6 – 100
Sangat Baik
77.46