MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKANMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS Xb Zuhuria, Muhamad Yusuf*, Nurfaika** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas Xb SMA Prasetya Kota Gorontalo pada materi sejarah pembentukan bumi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scramble.Dengan adanya indikator yang terdiri dari adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita besar, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, serta adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta dapat belajar dengan baik. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas Xb SMA Prasetya Kota Gorontalo selama 2 bulan.penelitian ini menggunakan deskritif. Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan test yang berisi soal mengenai belajar siswa. Berdasarkna hasil penelitian, hasil belajar siswa dari 25 siswa yang dikenai tindakan pada siswa kelas Xb SMA Prasetya kota Gorontalo berlangsung baik dengan presentase dari 23 orang (92 %) mencapai nilai 75% keatas. Dengan demikian indikator kinerja yang telah ditetapkan, telah terpenuhi. Berdasarkan hasil pelaksanaan menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada materi sejarah pembentukan bumi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Kata Kunci : Scramble dan Hasil Belajar Siswa
1
1. PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peran yang sangat signifikan dalam pembangunan peradaban bangsa, hal ini sangat perlu dikelola secara dinamis dan impresif. Bidang pendidikan memegang peran yang sangat strategis untuk menjawab tantangan dalam era globalisasi. Bidang pendidikan merupakan usaha sadar untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, menguasai iptek dan pengembangan akhlak dan akal budi manusia. Visi kedepan
pendidikan
nasional
yaitu
mengembangkan
kemampuan
dan
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia. Perbaikan dan peningkatan mutu dapat diatasi dengan menggunakan proses belajar mengajar yang benar. Dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar adalah inti kegiatan yang menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa upaya pendidikan yang berhasil adalah memperdulikan kualitas proses yang semestinya. Proses pembelajaran sebagai salah satu fakta yang menentukan dalam proses pendidikan, di dalamnya terkandung dua aspek yang tidak dapat dipisahkan. Kedua aspek yang dimaksud adalah aspek belajar dan apek mengajar. Aspek belajar menunjuk pada aspek yang harus dilakukan oleh guru yang merencakan kegiatan agar siswa belajar. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal. Dalam proses belajar mengajar sebagian besar motivasi belajar siswa ditentukan oleh peranan guru dalam mengelola kelas agar siswa dapat belajar dengan baik. Guru selain menguasai materi pelajaran dengan baik juga harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja di ciptakan. Gurulah yang menciptakanya guna membelajarkan anak didiknya. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik.
2
Dengan seperangkat teori yang di miliki, guru menggunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Prasetya kota Gorontalo khususnya kelas Xb pada mata pelajaran geografi ditemukan pembelajaran yang cenderung belum efektif diantaranya ;1) kurangnya keterlibatan siswa, dimana siswa cenderung lebih banyak berdiam diri, kurang mengajukan pertanyaan walaupun telah diberikan kesempatan. 2) Kurangnya perhatian siswa pada penjelasan – penjelasan guru. 3) Perhatian siswa pada materi hanya terjadi pada awal pembelajaran saja. Data yang diperoleh pada mata pelajaran sebelumnya menunjukkan daya serap klasikal siswa pada kelas Xb SMA Prasetya khususnya pada pokok bahasan Sejarah Pembentukan Bumi sejak 2 tahun terakhir, tahun 2009-2010 55% siswa tidak tuntas dengan kriteria ketuntasan minimal (kkm) 75. Sedangkan pada tahun 2010-2011 57 % siswa tidak tuntas dengan kriteria ketuntasan mimimal (kkm) 70. Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Sejarah Pembentukan Bumi?. Dengan model ini siswa dapat mendorong untuk
bersemangat dalam proses pembelajaran, sehingga penggunaan model
pembelajran kooperatif tipe Scramble akan lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Sejarah Pembentukan Bumi. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Sejarah Pembentukan Bumi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scramble. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2009:39) bahwa
3
hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Hasil adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai Purwadarminta (1984:112). Hasil belajar pada hakekatnya diperoleh dari proses belajar. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program yang telah dilaksanakan maka diadakan pengukuran atau evaluasi pada akhir program tersebut. Hasil pengukuran itu akan menjadi patokan dalam menilai keberhasilan atau prestasi belajar. Jadi, hasil belajar adalah taraf kemampuan intelektual siswa yang diukur dengan tes hasil belajar setelah melalui proses belajar mengajar. Untuk lebih mengefektifkan kegiatan pembelajaran di kelas, keberadaan suatu model pembelajaran sangat menentukan. Menurut Riyanto (2010: 267), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill) sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Hal senada dikemukakan oleh Suprijono (2011: 61) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang
dikembangkan
dalam
rangka
menciptakan
suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, agar tercapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan lengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu, model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interpendensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Terkait dengan pengertian model pembelajaran kooperatif, Uno dan Mohamad (2011: 107) memberikan pandangan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks dan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antara manusia. Selain itu menurut mereka, model pembelajaran kooperatif juga dapat memotivasi seluruh siswa untuk belajar dan membantu saling
belajar,
berdiskusi,
berdebat,dan menggeluti ide-ide, konsep-
konsep, dan keterampilan-keterampilan, memanfaatkan energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab, dan belajar menghargai satu sama lain.
4
Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat/posisi siswa secara individual, cara belajar yang individual, dan dorongan individual apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok telah menguasai konsepkonsep yang telah dipikirkan. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya
dengan
pembagian kelompok yang dilakukan alasan-
alasan.Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie,2010:29). Ketentuannya bahwa dalam upaya mencapai hasil maksimal, maka harus menerapkan lima unsur berikut, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan,
interaksi
promotif,
komunikasi
antaranggota,
dan
pemrosesan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan
khusus
yang
disebut
keterampilan
kooperatif.
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Model pembelajaran Scramble adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang
5
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru (Slavin,2009). Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut widodo (2011:21) model pembelajaran scramble adalah suatu model pembelajaran dengan membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia namun dengan susunan yang acak dan siswa bertugas mengoreksi jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat. Menurut Hanafiah dan Suhana (2011:18) model pembelajaran Scramble bersifat aktif, siswa dituntut aktif bekerja sama serta bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk menyelesaikan kartu soal guna memperoleh poin dan diharapkan dapat meningkatkan kebersamaan siswa. Dalam pembelajaran scramble, guru hendaknya sebagai pembimbing harus bersikap terbuka. Scramble terdiri atas beberapa bentuk, yaitu: a) Scramble kata; yaitu sebuah permainan menyusun kata-kata dari huruf- huruf yang telah diacak letak huruf-hurufnya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna. b) scramble kalimat; yaitu sebuah permainan menyusun kalimat dari kata- kata acak sehingga membentuk kalimat logis, bermakna, tepat, dan benar. c) Scramble wacana; yaitu sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimatkalimat acak, sehingga membentuk wacana logis dan bermakna (Sadie dan Halimah,2010:46). Berdasarkan pengertian di atas maka Pembelajaran Scramble tampak seperti Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, di sini siswa nanti bertugas mengkoreksi (membolakbalik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif menuntut adanya suatu kelompok yang bekerja sama dan interpendensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya untuk mencapai tujuan. Maksud dari kata kelompok ini adalah sekumpulan siswa yang berjumlah dua orang atau lebih
Menurut Suherman (2011:12) langkah–langkah pembelajaran Scramble
berikut :(1) Guru mengadakan apersepsi.
6
sebagai
(2) guru memotifasi siswa, (3) guru menyampaikan kopentensi dasar dan indikator, (4) Guru menyiapkan LKS yang berisi kolom soal dan kolom jawaban, (5) guru menyiapkan materi, (6) guru membagi kelompok secara heterogen, (7) guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok,(8) siswa berkelompok mengerjakan LKSyang berisi soal dan mencari jawaban yang cocok, (9) guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompok,(10) guru memberikan kesempatan unt uk menambahkan atau memberikan tanggapan pada kelompok yang presentase, (11), guru bersama siswa menyimpulkan meteri pembelajaran, (12) guru memberikan evaluasi, dan (13) penutup. 11. METODE PENULISAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA Prasetya kota Gorontalo yang terletak di Provinsi Gorontalo. Kelas yang akan dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah kelas Xb. Jumlah seluruh kelas Xb di SMA Prasetya Gorontalo adalah 3 kelas sedangkan jumlah guru Geografi yang mengajar di SMA Prasetya Gorontalo adalah 1 orang. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada semester ganjil tahun ajaran 2013 di SMA Prasetya kota Gorontalo. Untuk pengambilan data instrument penilaian digunakan test (test hasil belajar siswa) berupa test uraian yang terdiri dari 8 butir soal test uraian siklus I, dan 8 butir soal test uraian siklus II. Adapun tabel siklusnya sebagai berikut : No. Nama Siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Arif lapasau Alex mahluk Djoike A.mohamad Efrianti hasan Hendra arnald Muksin rahman Rudiat ma’ruf Rahmat zakaria Cristina sabanari Fatmawati yubi Hadidjah madjumu
Siklus I Jumlah % Capaian Skor 27 54 33 66 31 62 36 72 35 70 39 78 38 76 40 80 40 80 27 54 39 78
7
Siklus II Jumlah % Capaian Skor 40 80 38 76 39 78 35 70 38 76 32 64 41 82 40 80 40 80 36 76 40 80
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Linni marsela. R Laila kadili Meylan dungga Mutmainah hakim.A Pratiwi A.H Reka hanawu Suci.R.talib Sri dewi hasan Sri meylan umar Yubita sidiki Pratiwi idris Grasela muhlis Halima hanun Zainudin R.abdulah Jumlah total
36 40 39 42 35 44 40 39 40 39 38 39 38 35
72 80 78 84 70 88 80 78 80 78 76 78 76 70 1870
38 38 38 42 40 42 42 38 38 40 40 40 38 38
76 76 76 84 80 84 84 76 76 80 80 80 76 76 1946
111. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui test hasil belajar siswa pada kelas Xb adalah sebagai berikut. Data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tehnik pengumpulan data menggunakan instrument penilaian berupa test, selanjutnya diolah secara Deskriptif dengan menggunakan analisis presentase. Data yang dianalisis berupa data hasil pengamatan kegiatan guru dan aktivitas siswa, serta data hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan guru siklus I,dan siklus II terlihat bahwa dari 13 aspek yang dilakukan guru pada siklus I yaitu untuk kriteria sangat baik memperoleh nilai presentase15,39%, kriteria baik dengan nilai presentase 30,75%, kreteria cukup dengan nilai presentase 38,46%, dan kriteria kurang dengan nilai presentase 15,39%. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus II, terlihat bahwa terdiri dari 13 aspek yang diamati, dengan demikian kegiatan guru pada siklus II diperoleh kriteria baik sekali 7,69%, kriteria baik 84,62% atau 91,7% dan kriteria cukup 7,69% Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa siklus I dan siklus II terlihat bahwa dari terdapat 13 aspek yang diamati pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu kriteria sangat baik 23,07%, kriteria baik 30,77%, kriteria cukup 30,77% kriteria kurang 15,39%. Berdasarkan bahwa hasil observasi
8
kegiatan siswa pada siklus II yang terdapat 13 aspek yang diamati diperoleh kriteria sangat baik 53,84%, kriteria baik 38,46% , kriteria cukup 7,7%. Dengan demikan untuk kegiatan siswa diperoleh ketuntasan sebesar 88,9% atau sebagian besar yang diamati memperoleh kategori baik dan sangat baik. Berdasarkan
ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan
bahwa dari 25 orang siswa yang dikenai tindakan total siswa tuntas 16 orang dengan daya serap sebesar 64% dan yang tidak tuntas 9 orang dengan daya serap sebesar 36%. Berdasarkan kriteria keberhasilan hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi yaitu minimal mencapai 75% dari seluruh siswa kelas Xb yang dikenai tindakan memperoleh nilai 7,5 keatas atau daya serap rata-rata 75%, dengan demikian penelitian ini dapat dilanjutkan kesiklus berikutnya yakni kesiklus II. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa dari 25 orang siswa yang tuntas 23 orang atau 92% dan yang tidak tuntas 2 orang atau 8%. Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu mencapai 85% dari seluruh siswa kelas Xb yang dikenai tindakan memperoleh nilai 7,5 keatas atau daya serap rata-rata 75%. Dengan demikian penelitian ini tidak harus dilanjutkan kesiklus berikutnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di peroleh bahwa dengan menggunakan model pembelajaran koopetatif tipe Scramble, sangat efektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. “Hasil belajar siswa pada materi sejarah pembentukan bumi pada mata pelajaran geografi di kelas Xb SMA Prasetya kota Gorontalo meningkat dan dapat di terima, maka penelitian dinyakan selesai dan terpenuhi. IV SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Scramble menunjukka n bahwa dengan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sejarah pembentukan bumi baik secara individu maupun secara klasikal. Selain itu dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam pembelajaran, sehingga hasil yang
9
diharapkan benar-benar maksimal seperti yang telah direncanakan. Dengan demikian, model pembelajaran Kooperatif tipe Scramble sangat tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dikelas Xb SMA Prasetya kota Gorontalo khususnya untuk materi Sejarah Pembentukan Bumi. Dengan memperhatikan prosedur dan hasil penelitian tindakan kelas, penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Scramble dalam proses belajar mengajar sesuai penelitian tindakan kelas pada materi Sejarah Pembentukan Bumi telah menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I yang tuntas 16 orang siswa (64%) diperoleh siklus II meningkat menjadi 23 orang siswa (92%). Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran Kooperatif tipe Scramble dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belar siswa dalam proses pembelajaran geografi pada materi Sejarah Pembentukan Bumi.
2.
Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Scramble, dalam pembelajaran geografi, guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Scramble yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
3.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat membantu guru dalam upaya mengembangkan kamampuan dan keterampilan dalam menghadapi serta memecahkan permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran geografi khususnya bagi yang mengalami kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Scramble Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di peroleh bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran koopetatif tipe Scramble, sangat efektif sebab membantu anak didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. “Hasil belajar siswa pada materi sejarah pembentukan bumi pada mata pelajaran geografi di kelas Xb SMA Prasetya kota Gorontalo meningkat dan dapat di terima, maka penelitian dinyakan selesai dan terpenuhi
10
DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Furchan, arif. (2011).Pengantar penelitian dalam pendidikan. Pustaka Pelajar Offset.
Yogyakarta:
Hamzah B Uno, 2009. Model Pembelajaran Menciptakan proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara Nur Malechah. 2010. model pembelajaran scramble. Diakses pada tanggal 19 november 2012 pukul 14.00 melalui. Purwardarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slavin, (2009). model pembelajaran scramble. Di akses pada tanggal 10 januari 2012. Pukul 10.20 melalui Sudjana, 2009.Dasar Dasar Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo Offset .2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2011. Cooperatif Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. . 2009. Cooperatife Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM) Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wardiyatmoko, 2006. Geografi SMA Untuk Kelas X. Jakarta : PT. Gelora AksaraPertama Saadie, Makmur dan Halimah. 2010. Modul 4 Pembelajaran Membaca. Online http://docs.google.com/viewer? Pembelajaran%2520Membaca.pdf+penggunaan+model+sradiakses 02 November 2010
11
12