PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG JAWA TIMUR Nadhia Kirana Dias, Sunarmi, Amy Tenzer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5 Malang E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected].
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Brawijaya Smart School Malang melalui penerapan model pembelajaran PBL. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa berdasarkan observasi rata-rata semua aspek meningkat dari 81,9% menjadi 94,3%. Hasil belajar pengetahuan meningkat dari 80,9% menjadi 100%, hasil belajar sikap siswa meningkat dari 80,9% menjadi 95,2%, serta hasil belajar keterampilan pada siklus I dan II tetap 100%. Kesimpulan PBL dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Kata Kunci: PBL, motivasi belajar, hasil belajar. ABSTRACT: this study aims to increase motivation and learning outcomes grade VII A SMP Brawijaya Smart School Malang through the application of PBL learning model. This type of research this is a class action research (CAR) and stage of planning actions, actions, actions, observation and reflection. The results showed that the learning motivation of students and student learning results from cycle to cycle I II has increased. The learning motivation of students based observation of all aspects of the average increased from 81.9% became 94.3%. Learning Knowledge result increased from 80.9% became 100%, the results of the learning attitude increased from 80.9% became 95.2%, as well as the results of the study skills on cycle I and II remain 100%. Conclusion the PBL can increase motivation and student learning outcomes. Keywords: PBL, learning motivation, learning outcomes.
PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan seluruh kehidupannya. Objek IPA terdiri dari makhluk hidup beserta alam semesta dan isinya. (Widodo, 2014). Perkembangan 1
sains dan teknologi sangat pesat juga diiringi dengan perkembangan IPA yang menuntut pendidik merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih dapat memaksimalkan penguasaan konsep sains yang dapat menunjang kehidupan masyarakat dan bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan dating (Lidnillah, 2011). Fakta di lapangan menunjukkan sebagian besar pembelajaran IPA, masih didominasi pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru (teacher centered) kurang melakukan variasi model maupun metode dalam pembelajaran akan berdampak pada kurangnya motivasi siswa dalam belajar IPA. Motivasi belajar yang baik akan menunjang keinginan siswa untuk belajar dan diharapkan akan memberikan hasil positif pada hasil belajar siswa. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. (Sadirman, 2012). Dalam konteks pembelajaran, motivasi adalah penggerak siswa untuk merasa semangat dan ingin belajar. Motivasi belajar siswa yang tinggi akan diiringi dengan hasil belajar siswa yang optimal. Berdasarkan hasil observasi di kelas VII A SMP Brawijaya Smart School Malang pada 4 Maret 2016 didapatkan fakta bahwa hasil belajar siswa kelas VII A pada mata pelajaran IPA belum optimal, artinya banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Hasil evaluasi belajar menunjukkan bahwa nilai UH siswa pada bab suhu dan pemuaiannya yang di atas KKM mencapai 57% dari 21 siswa sedangkan sisanya sebanyak 43% nilai siswa belum tuntas. Meskipun didapatkan hasil belajar siswa lebih banyak yang mencapai KKM, namun nilai siswa yang mencapai KKM sebagian besar sama atau mendekati nilai KKM. Hasil observasi dengan lembar observasi terkait dengan motivasi siswa pada ranah attention siswa sebesar 50,4%, relevance siswa hanya 55,2%, confidence siswa 49,77%, dan satisfaction 51,4%. Berdasarkan permasalahan di lapangan, dibutuhkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah “Problem Based Learning (PBL)”. PBL dipilih karena fenomena yang diberikan nyata, mutakhir, membutuhkan proses pemecahan masalah, dan ada disekitar siswa sehingga dalam proses pemecahan masalah siswa dapat secara langsung menghubungkan dengan dunia nyata. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A SMP Brawijaya Smart School Malang” perlu dilakukan. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). PTK ini dilaksanakan di SMP Brawijaya Smart School Malang dengan subjek penelitian siswa kelas VII A tahun pelajaran 2015/2016 sejumlah 21 siswa dan dilaksanakan tanggal 29 Februari sampai 26 Mei 2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa, dan keterlaksanaan sintaks PBL. Data hasil belajar siswa ranah sikap dan keterampilan berupa hasil lembar penilaian
2
sikap dan keterampilan dengan instrumen lembar penilaian sikap dan lembar observasi keterampilan hasil karya berupa PPT serta ranah pengetahuan berupa hasil soal tes pengetahuan siswa dengan instrumen soal tes uji kompetensi yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi motivasi belajar siswa. Data keterlaksanaan sintaks PBL dari guru dan siswa dikumpulkan dengan instrumen lembar keterlaksanaan sintaks PBL oleh guru siswa. Dalam penelitian ini teknik memeriksa keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data yaitu dalam mengum-pulkan data peneliti menggunakan berbagai sumber yang ada dengan dokumen yang berkaitan untuk kemudian dianalisis. Persentase keberhasilan keterlaksanaan sintaks PBL untuk guru dan siswa dapat dicari dengan menggunakan rumus .
Lembar observasi motivasi belajar siswa dihitung dengan menggunakan persentase motivasi siswa berdasarkan setiap indikator secara klasikal dan akan dikategorikan melalui taraf kualitas motivasi pada Tabel 1.1 dengan menggunakan rumus
Keterangan: IMk (%) = indikator motivasi klasikal ∑ sd = jumlah skor deskriptor yang muncul dari setiap indikator S max = skor maksimal indikator N = jumlah siswa Tabel 1.1 Persentase IMk dan Kualitas Motivasi Belajar Siswa Persentase IMk (%) Tingkat Keberhasilan 81 - 100 Sangat baik 61 – 80 Baik 41 – 60 Cukup 21 – 40 Kurang 0 - 20 Sangat kurang
Nilai Huruf A B C D E
Hasil kemampuan kognitif siswa diperoleh dari skor tes yang dilakukan di setiap akhir siklus yang akan disesuaikan dengan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang berlaku adalah 75. Siswa dengan skor di bawah SKM dinyatakan belum tuntas belajar dan siswa yang mendapat skor di atas SKM dinyatakan tuntas belajar. Persentase ketuntasan belajar klasikal dapat dicari dengan menggunakan rumus
HASIL DAN PEMBAHASAN Data keterlaksanaan pembelajaran PBL oleh guru dan siswa dimbil untuk mengetahui kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan sintaks PBL pada RPP. Perbandingan persentase keterlaksanaan pembelajaran PBL oleh guru antara siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 1.2 dan perbandingan persentase keterlaksanaan pembelajaran PBL oleh siswa siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 1.3. Data motivasi belajar siswa diperoleh melalui lembar observasi motivasi belajar siswa dengan aspek yang diukur ARCS. Perbandingan motivasi 3
belajar siswa pada siklus I dan siklus II yang diperoleh melalui observasi dapat dilihat pada Tabel 1.4 dan diperjelas pada Gambar 1.1. Hasil belajar siswa baik pada ranah pengetahuan, sikap siswa dari siklus I ke siklus II secara ringkas, perbandingannya di sajikan pada Tabel 1.5 dan Gambar 1.2. Tabel 1.2 Perbandingan Keterlaksanaan Pembelajaran PBL oleh Guru Siklus I dan II Tindakan Rerata Taraf Keterlaksanaan Taraf Keberhasilan Pembelajaran (%) Siklus I 94,2 Sangat baik Siklus II 100 Sangat Baik Tabel 1.3 Perbandingan Keterlaksanaan Pembelajaran PBL oleh Siswa Siklus I dan II Tindakan Rerata Taraf Keterlaksanaan Taraf Keberhasilan Pembelajaran (%) Siklus I 75 Baik Siklus II 97,1 Sangat Baik Tabel 1.4 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II berdasarkan Observasi Imk (%) Siklus I
Siklus II
Peningkatan (%)
Attention
81
95,2
17.7
Relevance
84,1
96,8
15.1
Convidence
76,8
92,3
20.2
Satisfaction
85,7
92,9
8.4
Indikator
Keterangan: IMk adalah indikator motivasi klasikal
Gambar 1.1 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II berdasarkan Observasi Tabel 1.5 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan pada Siklus I dan Siklus II Hasil Belajar Ketuntasan Klasikal (%) Siklus I Siklus II Pengetahuan 81 100 Sikap 81 95,2 Keterampilan 100 100
4
Gambar 1.2 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil analisa data, persentase keterlaksanaan tindakan guru dan tingkat keberhasilan kegiatan belajar siswa mengalami peningkatan. Persentase keterlaksanaan tindakan guru pada siklus I adalah 94,23% menjadi 100% di siklus II. Persentase keterlaksanaan tindakan oleh siswa pada siklus I adalah 75% meningkat menjadi 97,12% di siklus II. Tujuan diambilnya data keterlaksanaan tindakan oleh guru dan siswa adalah untuk memastikan dalam pembelajaran guru menerapkan sintaks PBL. Tingkat keterlaksanaan tindakan oleh guru mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa guru telah berusaha untuk melakukan kegiatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan RPP. Keterlaksanaan tindakan oleh siswa juga mengalami peningkatan menunjukkan siswa sudah mulai terbiasa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan PBL dan siswa merespon dengan baik saat guru menerapkan sintaks PBL dalam pembelajaran sesuai dengan tahapan yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisa lembar observasi motivasi belajar siswa attention menunjukkan peningkatan dari siklus I sebesar 80,95% menjadi 92,24% pada siklus II. Menurut Keller (2010) aspek attention terdiri dari variabel motivasi yang berkaitan dengan merangsang dan mempertahankan rasa keingin-tahuan dan minat siswa. Peran PBL dalam meningkatkan attention siswa tercermin pada sintaks PBL tahap orientasi masalah siswa diberikan fenomena selain bertujuan untuk menstimulasi rasa ingin tahu siswa sehingga rasa ingin tahu tersebut akan ditunjukkan siswa dalam bentuk perilaku siswa. Pemilihan fenomena yang disajikan harus bersifat nyata dan kontekstual sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisa lembar observasi motivasi belajar siswa, aspek relevance meningkat dari 84,13% pada siklus I menjadi 96,83% siklus II. Aspek motivasi relevance adalah aspek yang menghubungkan materi dengan kondisi nyata di kehidupan sehari-hari siswa. Pada aspek relevance siswa dapat merasakan pembelajaran yang dilalui memiliki manfaat dan nilai untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan relevance dipengaruhi oleh fenomena yang dipelajari pada materi yang bersifat nyata dan terjadi di sekitar siswa 5
sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat langsung dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. PBL dapat meningkatkan aspek relevance melalui sintaks tahap membimbing penyelidikan yang menuntut siswa melakukan diskusi dan mengaitkan antara informasi yang telah dimiliki dan didapatkan dari hasil diskusi maupun sumber lain dengan masalah yang sudah dibuat. Hal ini sesuai dengan Allen, dkk (2011) bahwa dalam PBL masalah haruslah dapat membuat siswa mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari dan menuntut keterlibatan siswa dalam proses pemecahan masalah. Aspek confidence pada hasil analisis lembar observasi motivasi belajar siswa meningkat dari 76,79% pada siklus I menjadi 92,26% pada siklus II. Peningkatan aspek confidence ini dipengaruhi oleh adanya tahap penyelidikan individual ataupun kelompok dan mengembangkan dan menyajikan karya pada sintaks PBL. Pada tahap ini siswa dituntut dapat menyelesaikan tugas dengan benar, menjawab pertanyaan dengan benar, dan memahami konsep pembelajaran dengan baik sehingga dibutuhkan rasa percaya diri dalam siswa untuk mencapai keberhasilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Woods (2003) bahwa pembelajaran dengan PBL dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Aspek satisfaction pada hasil analisis lembar observasi motivasi belajar siswa meningkat dari 85,71% pada siklus I menjadi 92,86% pada siklus II. Aspek satisfaction berkaitan dengan kepuasan siswa setelah mencapai suatu keberhasilan belajar sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa. Peningkatan kepuasan salah satunya dengan penyampaian hasil diskusi di depan kelas. Siswa yang dapat maju dan menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas akan merasakan keberhasilan dan kepuasan. Selain itu juga dapat meningkat karena adanya penghargaan dan penguatan dari guru. Penghargaan dari guru dapat berupa pujian “baik” atau “benar sekali” pada saat siswa menjawab pertanyaan guru maupun menyampaikan pendapat. Lo Celia (2010) mengungkapkan bahwa kepuasan akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pembelajaran yang diukur melalui harapan siswa terhadap kesuksesan dalam aspek akademik. Hasil belajar bisa dilihat dari ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Adapun hasil ketiga ranah tersebut pada siklus I diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal ranah pengetahuan adalah 80,95%, ranah sikap adalah 80,95%, ranah keterampilan 100%. Hasil ketiga ranah tersebut pada siklus II diperoleh persentase ketuntasan klasikal ranah pengetahuan adalah 100%, ranah sikap adalah 100%, dan ranah keterampilan 100%. Peningkatan hasil belajar pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain siswa sudah memahami cara memecahkan masalah. Pada tahap orientasi masalah siswa diberikan suatu fenomena untuk membuat rumusan masalah yang termasuk dalam ranah kognitif C4. Peningkatan hasil belajar pengetahuan siswa juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan siswa untuk memperhatikan penjelasan guru pada siklus II meningkat. Brahim (2007) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi lebih bermakna dan daya ingat siswa bertambah lebih lama karena siswa terlibat langsung dengan materi pelajaran dengan sumber belajar ada di lingkungan sekitar. Peningkatan hasil belajar pengetahuan siswa juga dipengaruhi oleh semakin banyaknya pengalaman belajar siswa dengan sumber belajar siswa yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hasil belajar sikap yang diukur pada penelitian ini menggunakan lembar observasi sikap siswa. Persentase ketuntasan belajar klasikal hasil belajar sikap 6
siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi karena guru selalu mengingatkan siswa untuk selalu aktif dan terlibat dalam menyelesaikan maslah maupun diskusi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asmani (2011) siswa dalam pembelajaran harus terlibat aktif baik secara fisik maupun mental sehingga terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Hasil belajar keterampilan merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan yang ditunjukkan melalui kerja nyata. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar keterampilan pada siklus I dan siklus II mencapai 100%. Pemilihan power point untuk penilaian hasil belajar keterampilan siswa dikarenakan dalam pembuatan power point dibutuhkan keterampilan variasi siswa dalam membuatnya dan akan mendorong siswa untuk berpikir kreatif sehingga siswa akan terdorong untuk belajar. Pembuatan PPT termasuk keterampilan kognitif karena merupakan wujud dari pengetahuan yang telah dipelajari yang dibuat dalam bentuk karya berupa penalaran untuk menghasilkan dan menguji pengetahuan. Menurut Ginsburg & Opper (1988) keterampilan kognitif diperoleh melalui interaksi struktur neurologis, yang meliputi otak dan sistem saraf, serta budaya-pengaruh lingkungan. Kombinasi ini menghasilkan perkembangan yang unik. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, paparan data, analisis data, serta pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan PBL dapat meningkatkan mootivasi dan hasil belajar siswa. Saran (1) PBL adalah pembelajaran yang dimulai dari masalah yang ditemukan oleh siswa dan memberdayakan siswa untuk berpikir tingkat tinggi dengan proses pemecahan masalah yang kompleks sehingga membutuhkan banyak waktu dalam penerapannya, oleh karena itu guru yang memilih memakai PBL harus pandai mengelola waktu. (2) Pengelolaan kelas agar lebih diperhatikan lagi terkait dengan manajemen waktu dan pengkondisian siswa agar konsentrasi dan perhatian siswa tetap dari awal sampai akhir pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN Allen, D., E., Donham, S., R., Bernhardt, S., A. Problem Based Learning. New Directions For Teaching And Learning, 10 (128): 21-29. Asmani, J., M. 2011. Tujuh Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Diva Press. Ginsburg, H., Opper, S. 1988. Piaget's Theory of Intellectual Development. Prentice-Hall 7
Keller, J., M. 2010. Motivational Design fo Learning and Performance. New York: Springer. Lidinillah, A., M. 2011. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), (Online), (http:// file.upi.edu/Direktori/KDTASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KDTASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Problem%20Based%20Learnin g.pdf), diakses 12 Januari 2016. Lo, Celia. 2010. Using a SoTL Approach in Designing and Teaching a Graduate Seminar Course. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 4 (1). (Online), (http://digitalcommons.georgiasouthern.edu/ijsotl/vol4/iss1/15) Sadirman, AM. 2012. Interaksi Motivasi Dan Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Widodo, W., Suryanda, A., Cahyana, U., Rachmadiarti, F., Kistinah, I., Anifah, A., dan Suryatin, B. 2014. Buku guru: Ilmu Pengetahuan Alam.Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Woods, D.R. 2003. Preparing for PBL. Canada: McMaster University, Hamilton.
8