1 ANALISIS PENGELOLAAN RUANG USAHA FOOD AND BEVERAGES DI BANDARA KUALANAMU BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI BANDARA POLONIA MEDAN Wisnu Budi Setianto, Darwin Sitompul, Irwan Djanahar Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Abstract Potential food and beverage that gave the huge contribution substantially between different types of businesses in Polonia airport is not optimal , because the amount of food and beverage area located Polonia Airport less than other types of business space . The purpose of this study is to determine the most dominant factor influencing purchasing decisions in the area of food and beverages at Polonia Airport and provide recommendations to improve procurement in the area of food and beverages in Kualanamu . This type of research in this study is a correlational type . The sample in this study is the buyer who makes a purchase in the purchase of food and beverages area at Polonia Airport . Data were analyzed with multiple regression analysis . The results showed 48.6 % of purchase decisions in the area of food and beverage service facilities Polonia influenced by physical factors , the price , location and service , while 51.4 % influenced by other factors not examined in this study . Keyword : Physical Factor, Price, Location, Service, Purchase Decisions
PENDAHULUAN Dari hasil penelitian yang dilakukan survei Airport Business PT Angkasa Pura II (Persero) di Tahun 2011, lama waktu penumpang selama berada di bandara sebanyak 47% berada di bandara 1 hingga 2 jam sebelum keberangkatan, hal ini memperlihatkan bahwa sebahagian besar penumpang lebih suka berada di bandara menjelang keberangkatan. Survey menggambarkan bahwa 70% penumpang berbelanja di bandara, dan sisanya 30% tidak berbelanja. Uang yang dibelanjakan cukup besar, dimana 31% penumpang mengeluarkan uang ± Rp.100.000, 17% berbelanja ± Rp. 200.000, dan 16% berbelanja ± Rp. 50.000. Dari 70% penumpang bandara sebanyak 59%
memilih food and beverages sebagai tempat menunggu keberangkatan. Beragam jenis dan aktifitas usaha jasa dilakukan di bandar udara Polonia Medan menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan dari penawaran ruang usaha. Tentunya PT Angkasa Pura II sebagai pemegang otoritas tidak akan bisa melaksanakan seluruh kegiatan usaha sendiri karena keterbatasan SDM dan dana, maka dijalinlah kerjasama dengan beberapa mitra kerja dengan cara KSO (kerjasama operasi) atau sistem konsesi. Dari hasil survei Airport Business PT Angkasa Pura II (Persero) Pusat, di tahun 2011 food and beverage merupakan jenis usaha yang paling banyak diminati konsumen dan keluarganya sebelum
2 berangkat menggunakan pesawat terbang di PT Angkasa Pura II Cabang Polonia Medan. Potensi food and beverage yang memberikan kontribusi paling besar diantara jenis usaha lain di Bandara Polonia Medan belum optimal, karena jumlah area food and beverage yang berada Bandara Polonia Medan lebih sedikit dari ruang usaha jenis lain. Ruang usaha yang berada di Bandara Polonia Medan didominasi jenis usaha fashion shop, pernik atau aksesories, majalah dan surat kabar, pijat refleksi, kantor dan money changer. Jumlah ruang usaha food and beverages hanya 119 ruang usaha dari 1.115 ruang usaha atau hanya 10,67%. Sementara hasil survei Airport Business PT Angkasa Pura II (Persero) Pusat, menunjukkan bahwa minat penumpang sebesar 59% lebih menyukai food and beverages ketika berada di bandara. Maraknya maskapai penerbangan yang menggunakan konsep low cost carrier mendorong para penumpang sebelum berangkat atau ketika tiba di bandara, membeli food and beverages yang tersedia di bandara. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelola bandara belum secara maksimal memanfaatkan potensi food and beverages sebagai tempat yang disukai penumpang. Sejak operasional Bandara Polonia dialihkan ke Bandara Kualanamu, terdapat perbedaan dalam pengelolaan bandara. Perbedaan konsep bandara tentunya berdampak pada pengelolaan tenant food and beverages. Untuk meningkatkan pembelian food and beverage di Bandara Kualanamu, PT Angkasa Pura II (Persero) melakukan berbagai kebijakan yakni : a. Merubah konsep check in dari non public area di Bandara Polonia menjadi public area sehingga pengunjung tenant tidak hanya
penumpang tapi juga pengantar dan pengunjung Bandara Kualanamu. b. Pada area kedatangan (arrival) juga dapat didatangi tidak hanya penjemput tetapi juga pengunjung Bandara Kualanamu. c. Menyediakan berbagai fasilitas fisik yang mendukung area food and beverages seperti toilet, tempat ibadah, mesin ATM dari berbagai bank, bangku tempat rehat penumpang, pengantar dan pengunjung bandara. Minat pengunjung bandara di food and beverage perlu dimaksimalkan dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memutuskan pembelian. Keputusan pembelian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Susanti (2012) serta Hertanto dan Kurniawan (2011) keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh faktor fasilitas fisik, harga ,lokasi dan pelayanan. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah belum maksimalnya kontribusi pendapatan non aeronautika terutama food and beverages di Bandara Polonia Medan. Ruang usaha food and beverages di Bandara Kualanamu sebagai bandara pengganti, agar dikelola dengan lebih optimal sehingga pendapatan non aeornautika dari food and beverages dapat meningkat sesuai harapan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian di area food and beverages di Bandara Polonia. Serta
memberikan rekomendasi dalam meningkatkan pembelian di area food and beverags di Bandara Kualanamu. LANDASAN TEORI Teori Tentang Fasilitas Fisik
3 Dalam bauran pemasaran fasilitas fisik sering juga disebut physical evidence (bukti fisik). Bukti fisik adalah lingkungan dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, dan setiap komponen berwujud yang memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa atau produk tersebut (Swastha, 2000). Bukti fisik menunjukkan kesempatan istimewa bagi perusahaan untuk mengirimkan pesan yang konsisten dan kuat berkenaan dengan upaya organisasi, segmen pasar yang dituju maupun karakteristik jasa. Jadi kondisi fisik merupakan elemen substansi dalam konsep jasa. Oleh karena itu para pemasar semestinya terlihat di dalam design perencanaan dan pengawasan kondisi fisik. Menurut Sujarto dalam Susanti (2012), ada dua kelompok besar aktivitas maupun materi tersebut yaitu fasilitas sosial dan fasilitas lingkungan fisik. Fasilitas sosial adalah aktivitas maupun materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat yang bersifat dapat memberikan kepuasan sosial, mental dan spiritual, diantaranya adalah fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, fasilitas kemasyarakatan, fasilitas rekreasi dan olah-raga serta pemakaman umum. Fasilitas fisik adalah aktivitas maupun materi yang dapat melayani masyarakat akan kebutuhan fisik, yaitu utilitas umum termasuk air minum, sanitasi lingkungan, sistem drainase, gas, listrik, fasilitas jalan raya dan terminal serta fasilitas konsumen. Ketersediaan infrastruktur kota dan fasilitas kota secara bersama sering disebut sebagai fasilitas umum (urban public facilitas). Infrastruktur kota meliputi gas, air, listrik, telepon, dan drainase, pembuangan sampah dan jalan. Jadi yang dimaksud dengan fasilitas umum permukiman adalah
komponen-komponen permukiman yang fungsi utamanya menyediakan pelayanan yang sepenuhnya adalah tanggung jawab pemerintah atau bersama-sama dengan pihak swasta. Teori Tentang Harga Marketing mix atau bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel – variabel pemasaran yang dapat dikendalikan oleh manajer untuk menjalankan strategi pemasaran dalam upaya mencapai tujuan perusahaan didalam pasar sasaran tertentu (Stanton, 1996). Harga merupakan salah satu komponen dari bauran pemasaran yang nilainya ditentukan oleh penjual dan pembeli setelah negosiasi. Harga umumnya memiliki peranan tertentu dalam pilihan pembeli karena harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti bauran pemasaran yang lain. Itu sebabnya mengapa harga disebut variabel bauran yang paling fleksibel. Disamping itu harga merupakan satu – satunya variabel marketing mix yang memberikan masukan atau pendapatan. Untuk lebih jelasnya, diambil definisi harga menurut Kotler (2002), harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Masalah kebijakan harga adalah turut menentukan keberhasilan pemasaran produk. Kebijaksanaan harga dapat dilakukan pada setiap tingkatan distribusi, baik dari pihak seperti produsen oleh grosir dan retailer (pedagang eceran) maupun dari pihak penyedia jasa. Teori Tentang Lokasi Menurut Lamb et. al. (2001), channel of distribution (Saluran Pemasaran) adalah serangkaian dari organisasi yang saling bergantung yang
4 memudahkan pemindahan kepemilikan sebagaimana produk – produk bergerak dari produsen ke pengguna bisnis atau pelanggan. Sebelum memasarkan produknya, maka ada perencanaan tentang pola distribusi yang akan dilakukan. Disinilah penting sekali perantara dan pemilihan saluran distribusinya. Perantara ini sangat penting karena dalam segala hal mereka berhubungan dengan konsumen. Dalam pemasaran, place diartikan tempat atau lokasi yang meliputi tata ruang dan akesibilitas. Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Penetapan suatu lokasi usaha sebaga ruang untuk menetapkan prioritas aktivitas bisnis. Beberapa aspek-aspek dasar yang termasuk dalam faktor-faktor dalam kebijakan penentuan lokasi, yaitu keamanan dan kenyamanan. Keamanan disini harus didapatkan dari beberapa faktor. Setiap manusia selalu menginginkan keamanan dalam setiap beraktivitas. Teori tentang Pelayanan Para pelanggan semakin kritis dalam memenuhi permintaannya dan menuntut standar layanan yang lebih tinggi. Seringkali layanan pelanggan dilihat sebagai bagian dari elemen bauran pemasaran place (tempat) dan dikaitkan dengan komponen distribusi. Menurut Payne, (2000) terdapat beberapa argumen
yang menyatakan bahwa layanan pelanggan sebagai elemen bauran pemasaran yang lebih luas dan terpisah yakni harapan pelanggan yang berubah, dimana pelanggan menuntut standar layanan yang lebih tinggi. Beberapa konsep mengenai dimensi kualitas pelayanan yang sering dipakai adalah yang berasal dari Parasuraman et. al. (1988) yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu pengertian yang multidimensi. Beberapa dimensi yang seringkali digunakan oleh para peneliti adalah : a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan secara tepat. Hal ini meliputi janji mengenai pelayanan yang baik, penanganan terhadap keberatan yang tepat dan cepat serta penggunaan komunikasi pasca pelayanan (misalnya, lewat kunjungan, kartu, surat, hubungan telepon, e-mail, atau olahraga bersama) b. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan baik pada pelayanan yang pelanggan. Yaitu sejauh mana aktifitas pelayanan yang sudah diberikan atau dilakukan untuk memastikan kepuasan pelanggan. Dimensi ini menekankan pada perilaku personel yang memberi pelayanan untuk memperhatikan permintaanpermintaan, pertanyaan dan keberatankeberatan dari para pelanggan. Oleh karena itu maka upaya yang termasuk di dalamnya terdiri dari kebijakan-kebijakan misalnya; mempekerjakan
5 karyawan untuk lembur. c. Assurance, yaitu dimensi kualitas pelayanan yang berfokus pada kemampuan untuk melahirkan kepercayaan dan keyakinan pada diri pelanggan. Yaitu pengetahuan dan keramahtamahan para karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. d. Empathy, yaitu aspek yang menekankan pada perlakuan konsumen sebagai individu. Salah satu contoh diantaranya adalah desain pelayanan terhadap konsumen (pemberian perhatian dengan sentuhan pribadi sehingga dapat tepat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh konsumen). Tangibles, yaitu dimensi pelayanan berfokus pada elemen yang merepresentasikan pelayanan secara fisik. Yaitu sesuatu yang nampak, sesuatu yang oleh pelanggan dapat diraba, dicium, dilihat serta dapat didengar. Oleh karena itu yang termasuk dalam aspek ini adalah fasilitas (misal arsitektur gedung kantor, warna, dekorasi, tempat parkir), lokasi (berkenaan dengan jarak yang sulit dijangkau atau tidak), peralatan (kandungan teknologi tinggi yang digunakan), personel (bentuk kontak yang dilakukan oleh karyawan dengan pelanggan), penampilan personel (misal: pakaian staf atau karyawan perusahaan), fisik material (misalnya iklan di surat kabar, kartu bisnis, website), merek (simbol atau logo yang mudah dikenali dan mudah diingat oleh pelanggan). Proses Keputusan Membeli Pembelian adalah keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, di mana membeli, dan
bagaimana cara pembayarannya (Sumarwan, 2003). Sedangkan keputusan konsumen merupakan suatu keputusan sebagai pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif (Sumarwan, 2003). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah suatu keputusan konsumen sebagai pemilikan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif mengenai proses, cara, perbuatan membeli, dengan mempertimbangkan faktor lain tentang apa yang dibeli, waktu membeli, dimana membelinya serta cara pembayarannya. Untuk memahami pembuatan keputusan konsumen, terlebih dahulu harus dipahami sifat-sifat keterlibatan konsumen dengan produk atau jasa (Sutisna, 2003). Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk atau jasa berarti pemasar berusaha mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan seseorang merasa harus terlibat atau tidak dalam pembelian suatu produk atau jasa. KERANGKA KONSEPTUAL Fasilitas Fisik (X1) Harga (X2)
Lokasi (X3)
Keputusan Pembelian (Y)
Pelayanan (X4)
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi banyak faktor, akan tetapi
6 didalam penelitian ini dibagi hanya 4 (empat) faktor yaitu fasilitas fisik, harga, lokasi, dan pelayanan. keempat faktor atau variabel independen dalam penelitian ini disusun berdasarkan penelitian Susanti (2012) serta Hertanto dan Kurniawan (2011). Keempat faktor yang diduga sebagai faktor yang memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian tersebut dijabarkan dalam bentuk berbagai indikator sehingga faktor atau atribut tersebut dapat diukur. Hasil pengukuran terhadap pengalaman konsumen yang telah melakukan pembelian di ruang usaha food and beverages di Bandara Polonia Medan, kemudian dilakukan pengolahan untuk mendapatkan faktor atau atribut mana dari keempatnya yang paling berpengaruh. Hipotesis Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Hipotesis mempunyai paling tidak salah satu dari beberapa fungsi sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya (Umar, 2005). Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut : Ho : Fasilitas fisik, harga, lokasi dan pelayanan diduga secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Ha : Fasilitas fisik, harga, lokasi dan pelayanan diduga secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sinulingga, 2011).
Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003). Pada penelitian ini populasi adalah pembeli di area food and beverage Bandar Udara Polonia Medan. Pada penelitian ini besar sampel didasarkan pendapat Roscoe, jika penelitian terkait dengan analisis multivariate (analisis korelasi atau regresi berganda) maka ukuran sampel sebaiknya beberapa kali, biasanya minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti (Sinulingga, 2011). Berdasarkan kerangka konseptual ada sebanyak lima variabel, sehingga jumlah subjek penelitian minimal 50 responden. Dalam penelitian ini disebar sebanyak 65 kuesioner, namun yang mengisi secara lengkap dan benar hany 65 orang, jumlah tersebut dapat memenuhi syarat yang telah ditetapkan karena minimal responden adalah 50 orang. Teknik Pengumpulan Data a. Kuesioner yaitu daftar yang berisi pertanyaan – pertanyaan untuk diisi oleh para responden sebanyak 65 orang yang telah membeli di food and beverage Bandara Udara Polonia Medan. b. Studi dokumentasi, mengumpulkan data dan informasi dari PT Angkasa
7 Pura II (Persero) serta buku – buku, jurnal dan internet yang berkaitan dengan penelitian. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Menurut Hasan (2009) analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan dari variabel independen (X1, X2, X3 dan X4) mempengaruhi variabel dependen (Y) dengan model regresi sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e PEMBAHASAN Hasil Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi terletak pada tabel model summaryb dan tertulis R Square. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Dari output SPSS versi 17 dapat dilihat bahwa : Nilai koefisien korelasi sebesar 0,720 yang menunjukkan hubungan yang Erat antara keempat variabel independen terhadap keputusan pembelian food and beverages. Jika nilai R diantara 0,70 – 0,79 maka korelasi sangat erat (Situmorang dan Luthfi, 2011) Nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,486 . Artinya 48,6% keputusan pembelian food and beverages
dipengaruhi oleh keempat variabel independen pada penelitian ini. Sedangkan sisanya yakni 51,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1 sampai dengan X4) secara bersamasama atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (16,119 > 2,525), maka Ho ditolak dan menerima Ha. Artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas fisik, harga, lokasi dan pelayanan terhadap keputusan pembelian food and beverages. Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2, X3 , X4) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Sebelum membandingkan nilia thitung dengan ttabel, terlebih dahulu dicari nilai ttabel. Nilai ttabel dicari pada alpha = 5% dengan derajat kebebasan (df) =n-k-1 atau df=65-4-1=60 (n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan menggunakan formula “=TINV(0.05,60)” pada Microsoft Excell 2010 diperoleh nilai ttabel sebesar 2,0003 . Berdasrkan output SPSS hasil thitung variabel fasilitas fisik (X1) sebesar 2,529 , variabel harga (X2) sebesar 3,556
8 kemudian variabel lokasi (X3) sebesar 3,099 , dan variabel pelayanan (X4) sebesar 2,398. Karena nilai thitung dari keempat variabel tersebut lebih besar dari ttabel ( >2,003) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa secara parsial atau sendirisendiri ada pengaruh secara signifikan antara fasilitas fisik, harga, lokasi, dan pelayanan terhadap keputusan pembelian di area makanan dan minuman Bandara Polonia. Variabel yang memberikan pengaruh paling dominan adalah variabel lokasi (X3) dengan nilai koefisien terbesar yakni 0,336 sedangkan faktor yang paling kecil pengaruhnya terhadap keputusan pembelian adalah pelayanan (X2) dengan nilai koefisien 0,176. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan, maka disimpulkan : a. 48,6% keputusan pembelian di area makanan dan minuman Bandara Polonia dipengaruhi oleh faktor fasilitas fisik, harga, lokasi dan pelayanan, sedangkan 51,4% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. b. Faktor lokasi memberikan pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian di area makanan dan minuman Bandara Polonia Medan. c. Harga makanan dan minuman di area makanan dan minuman Bandara Polonia Medan menurut konsumen masih belum sesuai dengan kualitas yang disajikan. Saran Dari hasil kesimpulan, disarankan : a. PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Kualanamu agar memperhatikan ketersediaan dan
penataan fasilitas fisik, penataan lokasi, sedangkan pemilik tenant food and beverages agar memperhatikan kebijakan desain fasilitas fisik, harga dan pelayanan agar tingkat pembelian konsumen di area makanan dan minuman Bandara Kualanamu lebih optimal. b. Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan pembelian di area makanan dan minuman di Bandara Kualanamu adalah : 1) Melakukan penataan dan penambahan fasilitas fisik seperti penambahan fasilitas siaran televisi berbayar, penataan zona tenant, penempatan mesin ATM. 2) Membangun foodcourt yang menyediakan beragam jenis makanan dan minuman dalam satu area. 3) Pemilik tenant agar menyediakan fasilitas smoking area di setiap tenant. 4) PT Angkasa Pura II (Persero) melakukan penanganan kebersihan pada setiap tenant dengan mengenakan retribusi kebersihan bulanan di luar kontrak tenant. 5) Menyarankan kepada pemilik tenant agar menetapkan harga makanan dan minuman yang ditetapkan sesuai dengan kualitas produk dan layanan yang diberikan. 6) Memberikan saran kepada pemilik toko atau gerai agar lebih cepat dalam melayani pelanggan, karyawan lebih ramah dan sopan serta cepat merespon permintaan konsumen.
9 c. Selain faktor fasilitas fisik, harga, lokasi dan pelayanan yang diteliti pada penelitian ini, terdapat variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian, yakni produk, promosi, orang dan proses. (Lovelock dan Wrigth, 2010).
DAFTAR PUSTAKA Hasan, M. Iqbal, 2009, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 ; Statistik Deskriptif, Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta Hertanto, Rio dan Kelfin Kurniawan, Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Produk Coffee Shop Di Jakarta, Universitas Bina Nusantara, Jakarta
Kotler,
Philip, 2002, Manajemen Pemasaran ; Edisi Milenium, Jilid 2, Alih Bahasa Hendra Teguh, Prenhallindo, Jakarta Kuncoro, Mudrajat, 2003, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta Lamb, Hair, McDaniel, 2001, Pemasaran, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta Lovelock, Cristhoper H. dan Lauren K. Wright, 2010, Manajemen Pemasaran Jasa, Alih bahasa Agus Widyantoro, Cetakan Kedua, Erlangga, Jakarta Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 4, Buku 1, LAMPIRAN Descriptive Statistics
Penerjemah : Kwan Men Yon, Salemba Empat, Jakarta Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan Situmorang, Syafrizal Helmi, dan Muslich Lufti, 2011, Analisis Data Untuk Riset dan Manajemen Bisnis, USU Press, Medan Stanton, William J., 1989, Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Alih Bahasa : Y. Lamarto, Erlangga, Jakarta. Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung Sumarwan, Ujang, 2003, Perilaku Konsumen, Ghalia, Bandung Susanti, Tika, 2012, Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Waroeng Spesial Sambal Cabang Tembalang, Semarang), Universitas Diponegoro, Semarang Sutisna, 2003, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Remaja Rosda Karya, Bandung Swastha, Basu, 2000, Azas-Azas Marketing, Liberty, Jakarta. Tarigan, Robinson, 2006, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta Umar, Husein, 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
10
Mean
Std. Deviation
N
Keputusan_Pembelian
3.3385
.39880
65
Fasilitas_Fisik
2.8762
.30215
65
Harga
3.1538
.46706
65
Lokasi
3.4500
.38069
65
Pelayanan
2.9692
.50294
65
b
Model Summary Model
1
R
.720
R
Adjusted
Std. Error
Square
R
of the
R Square
F
Square
Estimate
Change
Change
a
.518
.486
Change Statistics
.28596
.518
df1
df2
Sig. F Change
16.119
4
60
.000
a. Predictors: (Constant), Pelayanan, Fasilitas_Fisik, Harga, Lokasi b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
5.272
4
1.318
Residual
4.906
60
.082
10.179
64
Total
F
Sig.
16.119
.000
b
a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian b. Predictors: (Constant), Pelayanan, Fasilitas_Fisik, Harga, Lokasi Coefficients Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolera
VIF
nce (Constant)
-.203
.482
-.420
.676
Fasilitas_Fisik
.310
.123
.235
2.529
.014
.931
1.074
1Harga
.306
.086
.359
3.556
.001
.790
1.266
Lokasi
.336
.109
.321
3.099
.003
.749
1.335
Pelayanan
.176
.073
.222
2.398
.020
.935
1.069
a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian