VII. STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KAJIAN TABEL I-O ANTAR WILAYAH
7.1. Nilai Tambah Nilai Tambah Bruto (NTB) yang biasa disebut juga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam tabel I-O antar wilayah, nilai tambah tersebut dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung netto. Besarnya nilai tambah pada setiap sektor dan wilayah ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang memiliki output yang tinggi belum tentu memiliki nilai tambah yang tinggi, hal ini tergantung biaya prod uks i yang dike luarka n. Adapun struktur nilai tambah Kalimantan Timur wilayah selatan, Kalimantan Timur wilayah utara dan Kalimantan Timur secara keseluruhan yang dihitung berdasarkan nilai tambah (input primer) pada tabe l I-O antar wilayah. Tabe l 44. Struktur Nilai Tambah Provinsi Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara Tahun 2006
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sektor Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas dan Non Migas Industri Makanan dan Minuman Industri Tekstil dan Alas Kaki Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu Industri Pulp dan Kertas
( %) Kalimantan Timur Selatan Utara Total 1.38 2.85 1.47 0.68 1.53 0.73 0.35 1.47 0.42 1.15 4.52 1.36 1.11 4.25 1.30 82.04 43.99 79.73 0.03 0.01 0.03 0.01 0.01 0.01 0.12 0.07 0.12 0.02 5.76 0.37
163
Tabe l 44. Lanjutan Kalimantan Timur Selatan Utara Total 11 Industri Lainnya 1.75 5.07 1.95 12 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.32 1.13 0.37 13 Bangunan 4.59 3.56 4.53 14 Hotel, Restoran dan Perdagangan 1.67 16.90 2.59 15 Angkutan Darat 0.57 1.02 0.60 16 Angkutan Laut, Sungai dan Penyeberangan 0.58 1.32 0.62 17 Angkutan Udara 0.12 0.64 0.16 18 Pos, Telekomunikasi dan Jasa Penunjangnya 0.31 0.71 0.33 19 Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank 0.65 1.61 0.71 20 Jasa-jasa Lainnya 2.55 3.58 2.62 Total 100.00 100.00 100.00 Sumber: I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 No.
Sektor
Perekonomian wilayah Kalimantan Timur selama ini sangat tergantung pada
perkembangan
sektor-sektor
primer
yang
lebih
mengandalkan
resource-based activities, terutama sekali sektor pertambangan migas dan non migas. Kontribusi sektor tersebut dalam menciptakan nilai tambah perekonomian sangat besar dibandingkan semua sektor eko nomi yang ada, seba gai misal untuk tahun 2006 seperti yang dijelaskan da lam struktur I-O antar wilayah Kalimantan Timur di atas. Kontribusi sektor pertambangan migas dan non migas dalam menghasilkan nilai tambah mencapai 79.73%. Hal ini berarti sisanya sebanyak 20.27% terdistribusi ke sektor-sektor ekonomi lainnya dengan nilai rata-rata kontribusi sekitar 2% untuk 19 sektor lain di luar pertambangan migas dan non migas.
Khusus
untuk
sektor-sektor
yang terkait dengan pembangunan
infrastruktur seperti bangunan, jasa angkutan, pos, telekomunikasi, listrik, air bersih dan gas, kontribusinya dalam struktur nilai tambah kurang lebih sebesar 6.61%, kontribusi terbesar adalah sektor bangunan yakni sebanyak 4.53% yang terlihat masih lebih tinggi diba ndingka n de ngan sektor industri yang hanya mencapai 2.48%.
164
Dominannya sektor pertambangan migas dan non migas dalam struktur nilai tambah Kalimantan Timur membuat perekonomian wilayah mengalami ketimpangan yang cukup tinggi. Kondisi semacam ini tidak menguntungkan perke mba ngan eko nomi wilayah di masa mendatang. Pondasi perekonomian menjadi rapuh karena kekuatannya menjadi sangat tergantung kepada perubahanperubahan eko nomi pertamba ngan miga s da n non migas. Apabila terjadi sedikit gangguan pada sektor tersebut, maka dipastikan akan berdampak secara negatif bagi perekonomian wilayah. Selain itu, dalam hal penyerapan tenaga kerja potensi sektor pertambangan migas dan non migas juga kurang dapat diandalkan, hal ini dikarenakan sifatnya yang eksklusif menyebabkan penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut sangat selektif terhadap tenaga kerja yang memiliki keahlian tertentu. Akibatnya, bagi tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian tersebut dipastikan tidak akan terserap. P adahal di wilayah Kalimantan Timur tenaga kerja yang tidak ahli lebih banyak dibandingkan tenaga kerja ahli. Berdasarkan data yang dijelaskan pada Tabel 44, dapat dikatakan bahwa kontribusi dari Kaltimsela (Kabupaten/Kota Pasir, K utai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda dan Bontang) terhadap pembentukan nilai tambah provinsi paling besar dibandingkan Kaltimtara (Kabupaten/Kota Bulungan, Berau, Malinau, Nunukan dan Tarakan). Struktur perekonomian Kalimantan Timur secara keseluruhan sepertinya mengikuti struktur yang ada pada wilayah Kaltimsela. Wilayah Kaltimsela mempunyai kontribusi sektor pertambangan migas dan non migas mencapai 82.04%, sangat dominan terhadap struktur nilai tambah yang diciptakan dalam perekonomian wilayah, sisanya 17.96% tersebar ke sektor-sektor ekonomi lainnya, dengan rata-
165
rata kontribusinya sekitar 1%, dimana khusus untuk sektor-sektor yang berhubungan dengan infrastruktur, kontribusinya dalam komposisi nilai tambah wilayah Kaltimsela adalah sebesar 6.49%, disini tercatat sektor infrastruktur yang paling tinggi andilnya adalah sektor bangunan yakni sebanyak 4.59%. Wilayah Kaltimtara, struktur perekonomiannya dapat dikatakan tidak terlalu timpang, di wilayah ini ada dua sektor yang cukup mendominasi perekonomian, yakni sektor pertambangan migas dan non migas serta sektor hotel, restoran dan perdagangan, keduanya memberi andil terhadap penciptaan nilai tambah perekonomian wilayah sebesar 60.89%. Dengan demikian sektor ekonomi yang lain rata-rata mempunyai pangsa nilai tambahnya dalam perekonomian sekitar 2% atau 3%, adapun kontribusi dari sektor-sektor infratruktur terhadap penciptaan nilai tambah perekonomian adalah sebesar 8.38% sama seperti dengan wilayah selatan kontribusi sektor infrastruktur yang paling besar adalah sektor bangunan yaitu sebesar 3.56 %. Tabe l 45 da n 46 menjelaskan komponen-komponen nilai tambah Kalimantan Timur berdasarkan pendekatan pengeluaran dan pendapatan. Apabila dilihat struktur PDRB berdasarkan komponen-komponennya baik itu di wilayah Kaltimsela, Kaltimtara dan Kalimantan Timur secara keseluruhan, ternyata porsi yang diterima unt uk upa h da n gaji masih jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan surplus usaha. Upa h da n gaji ini merupaka n suatu ko mpo nen PDRB atau nilai tambah yang bisa langsung diterima (dibawa pulang) oleh pekerja, seba liknya surplus yang nantinya diterima oleh pe ngusaha (enterpreneurship), mencapai dua kali lipat lebih dari komponen upah dan gaji. Padahal surplus usaha belum tentu dapat dinikmati masyarakat khususnya tenaga kerja, karena surplus
166
usaha tersebut sebagian ada yang disimpan atau ditanam di perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan, besarnya pendapatan yang berasal dari upah tenaga kerja untuk Kalimantan Timur menurut perhitungan tabel I-O antar wilayah sebesar Rp. 17.029.510.11 juta atau 11.60%, sementara dari surplus usaha adalah sebesar Rp. 115.018.841.97 juta atau 78.37% dari total PDRB. Tabe l 45. Nilai Tambah Menurut Komponen di Provinsi Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara Tahun 2006 (juta rupiah) Ko mponen Nilai Tambah Upah dan gaji Pendapatan Surplus usaha (income) Penyusutan Pajak tak langsung Total Nilai Tambah (Pendapatan) Konsumsi RT Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Modal Tetap Bruto (expenditure) Perubahan stok modal Ekspor Impor : pengurang Total Nilai Tambah (Pengeluaran)
Selatan 15 416 046.77 109 336 380.42 9 484 583.55 4 348 054.56 138 585 065.30 15 088 302.51 3 716 122.18 8 896 868.56 2 337 854.90 116 956 283.11 8 410 365.97 138 585 065.30
Kalimantan Timu r Utara 1 613 463.34 5 682 461.54 594 226.48 283 450.86 8 173 602.22 2 983 913.41 1 398 743.08 3 076 787.39 328 506.36 3 602 963.07 3 217 311.09 8 173 602.22
Total 17 029 510.11 115 018 841.96 10 078 810.03 4 631 505.42 146 758 667.52 18 072 215.93 5 114 865.26 11 973 655.95 2 666 361.26 120 559 246.18 11 627 677.06 146 758 667.52
Sumber : I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Tabe l 46. Distribus i Nilai Tamba h Menurut Kompo nen di Provins i Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara Tahun 2006 ( %) Kalimantan Timu r
Ko mponen Nilai Tambah
Pendapatan (income)
Upah dan gaji
Selatan 11.12
Surplus usaha Penyusutan
Total 19.74
11.60
78.89 6.84
69.52 7.27
78.37 6.87
3.14 100.00
3.47 100.00
3.16 100.00
Konsumsi RT Konsumsi Pemerintah
10.89 2.68
36.51 17.11
12.31 3.49
Modal Tetap Bruto Perubahan stok modal
6.42 1.69
37.64 4.02
8.16 1.82
84.39
44.08
82.14
6.07 100.00
39.36 100.00
7.92 100.00
Pajak tak langsung Total Nilai Tambah (Pendapatan)
Pengeluaran (expenditure)
Utara
Ekspor Impor : pengurang Total Nilai Tambah (Pengeluaran)
Sumber : I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
167
Secara konseptual telah dijelaskan bahwa penawaran (output domestik dan impor) dari suatu barang atau jasa sebenarnya digunakan untuk proses produksi dan memenuhi permintaan akhir (final demand) yang komponennya terdiri dari konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Perkembangan komponen ini sangat penting untuk diikuti khususnya komponen ekspor sebagai salah satu sumber devisa guna pembelian barang-barang modal untuk keperluan pembangunan dan komponen pembentukan modal tetap yang merupakan faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi. Komposisi nilai tambah bruto Kalimantan Timur menurut tabel I-O antar wilayah, kelihatan bahwa komponen terbesar yang menciptakan nilai tambah perekonomian wilayah menurut pendekatan pengeluaran adalah permintaan ekspor yaitu sebesar Rp. 120.559.246.18 atau sekitar 82.15% dari total permintaan akhir. Setelah itu konsumsi rumahtangga yang menempati urutan kedua terbesar yaitu sebanyak Rp. 18.072.215.93 juta atau sekitar 12.31%. Sedangkan yang ketiga adalah investasi (modal tetap bruto dan perubahan stok modal) dengan nilainya sebesar Rp. 14.640.017.21 juta atau 9.98%. Adapun komponen nilai tambah menurut pengeluaran yang paling rendah adalah konsumsi pemerintah yakni hanya sebesar Rp. 5.114.865.26 juta atau 3.49%. Selain mengalami ketimpanga n sektoral,
perekonomian wilayah
Kalimantan Timur juga mengalami ketimpangan antar wilayah. Sebagaimana yang terlihat pada Tabel 47, pangsa wilayah Kalimantan Timur wilayah Selatan terhadap struktur PDRB sangat dominan, untuk setiap komponen PDRB Kalimantan Timur baik menurut pendapatan maupun pengeluaran, rata-rata
168
sekitar 87% berasal dari wilayah Selatan. Berdasarkan pendapatan, dapat dikatakan bahwa 90% lebih nilai tambah yang dihasilkan Kalimantan Timur berasal dari wilayah Selatan, ini berarti sekitar 10% kontribusi dari wilayah Utara. Tabe l 47. Distribusi Nilai Tambah di Provinsi Kalimantan Timur Menurut Wilayah Selatan dan Utara Tahun 2006 ( %) Pendekatan Nilai Tambah
Pendapatan (income)
Upah dan gaji Surplus usaha
Penyusutan Pajak tak langsung Total Nilai Tambah (Pendapatan) Konsumsi RT Konsumsi Pemerintah Modal Tetap Bruto Pengeluaran (expenditure) Perubahan stok modal Ekspor Impor : pengurang Total Nilai Tambah (Pengeluaran)
Selatan
Kalimantan Timu r Utara
Total
90.53 94.30
9.47 5.70
100.00 100.00
94.10 93.88 93.84 83.49 72.65 74.30 87.68 97.01 72.33 94.43
5.90 6.12 6.16 16.51 27.35 25.70 12.32 2.99 27.67 5.57
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Berdasarkan kondisi perekonomian wilayah yang sangat timpang tersebut dapat dikatakan bahwa: (1) saat ini di Kalimantan Timur sedang terjadi eksploitasi sumberdaya ekonomi yang berlebihan oleh para pemilik modal, sehingga mengurangi nilai tambah yang diterima masyarakat, (2) ketimpangan sektoral yang diakiba tka n karena ketergantungan struktur pereko nomian wilayah terhadap satu komoditi telah menyebabkan pondasi perekonomian wilayah Kalimantan Timur sangat rentan terhadap perubahan-perubahan drastis dari komoditi tersebut, naik turunnya pertumbuhan ekonomi wilayah menjadi sangat tergantung terhadap trend komoditi pertambangan migas dan non migas, (3) terjadinya ketimpangan sektoral dapat juga merupakan suatu indikasi bahwa telah terjadi ketimpangan PAD (Pendapatan Asli Daerah) antar wilayah, dan (4) ketimpangan pendapatan rumahtangga menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam masyarakat, meskipun
169
hal itu bukan hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga faktor- faktor lainnya yang tidak dapat dipisahkan seperti kehidupan sosial, dan politik. 7.2. Ekspor Perkembangan ekspor dari suatu wilayah dapat dijadikan juga sebagai potret dari struktur perekonomian wilayah. Tinggi rendahnya ekspor sangat menentukan berapa banyak nilai tambah yang dapat diciptakan. Sehingga dengan mempelajari potensi
ekspor
akan dapat
perekonomian wilayah terbentuk,
ditelusuri bagaimana
seperti kajian struktur
struktur
perekonomian
sebelumnya, dalam struktur ekonomi dengan menggunakan kontribusi sektoral terhadap perkembangan ekspor terlihat jelas bahwa sektor pertambangan migas dan non migas sangat dominan dalam perekonomian wilayah Kalimantan Timur. Pada Tabel 48, pangsa ekspor wilayah Kalimantan Timur sangat dikuasai sektor pertambangan migas dan non migas. Kontribusi sektor pertambangan migas dan non migas dalam struktur ekspor wilayah sekitar 90.62%. Setelah sektor pertambangan, ekspor komoditi lainnya yang dianggap dominan adalah yang berasal dari sektor industri, kontribusinya terhadap penciptaan nilai ekspor regional kurang lebih sebesar 5.97% (penjumlahan dari seluruh ekspor komoditi industri). Selain kedua sektor tersebut beberapa sektor lainnya yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan regional melalui ekspor adalah perikanan, jasa angkutan (darat, udara, laut, sungai dan penyeberangan) dan jasa perdagangan. Meskipun ketiganya memberi kontribusi terhadap total ekspor hanya berkisar 0.41% - 1.66%, namun keberadaannya dalam komposisi ekspor regional menunjukkan ketiga sektor tersebut cukup potensial untuk dikembangkan.
170
Tabe l 48. Struktur Ekspor Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sektor Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas dan Non Migas Industri Makanan dan Minu man Industri Tekstil dan Alas Kaki Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu Industri Pu lp dan Kertas Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Hotel, Restoran dan Perdagangan Angkutan Darat Angkutan Laut, Sungai dan Penyebrangan Angkutan Udara Pos, Teleko munikasi dan Jasa Penunjangnya Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Jasa-jasa Lainnya Total
Nilai (juta rupiah) 612.71 14 159.11 1 034.17 138.13 474 751.16 105 991 159.75 189 484.44 2 866.20 1 512 733.93 95 309.70 5 195 397.31 0.00 0.00 1 102 827.35 37 443.04 1 938 893.07 380 463.73 908.98 17 677.09 423.23
Kontribusi (%) 0.00 0.01 0.00 0.00 0.41 90.62 0.16 0.00 1.29 0.08 4.44 0.00 0.00 0.94 0.03 1.66 0.33 0.00 0.02 0.00 100.00
Sumber: I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Terdapat indikasi bahwa pondasi ekspor Kalimantan Timur sangat rentan terhadap gejolak perekonomian. Hal ini dikarenakan: (1) ekspor Kalimantan Timur setiap tahunnya bertumpu terhadap satu komoditi tertentu yang berasal dari sektor pertambangan migas dan non migas terutama batu bara, sehingga penerimaan ekspornya sangat tergantung kepada komoditi yang dimaksud, (2) segmentasi pasar ekspor Kalimantan Timur masih terkonsentrasi ke sedikit luar wilayah da n
negara, yang menyebabka n pe nerimaan ekspo rnya muda h
terpe ngaruh dengan ko ndisi pereko nomian da n situasi po litik di wilayah atau negara tersebut, dan (3) ketergantungan lainnya yang juga signifikan adalah ketergantungan terhadap
ekspor
bahan
mentah (primer).
Ketiga
jenis
ketergantungan ekspor tersebut, apakah itu yang bersifat komoditikal ataupun
171
konsentrasi pasar, jelas tidak menguntungkan perkembangan penerimaan ekspor Kalimantan Timur pada masa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Paling tidak risiko yang mungkin dihadapi dalam jangka pendek adalah kerawanan penerimaan ekspor. Perolehan devisa sangat rentan terhadap fluktuasi yang terjadi pada perubahan ketergantungan tersebut, akibatnya penerimaan ekspor menjadi tidak stabil. Penerimaan ekspor yang tidak stabil pada akhirnya akan membawa pengaruh buruk terhadap kinerja perekonomian daerah. 7.3. Tenaga Kerja Sektor pertanian sampai sekarang masih menjadi andalan sumber mata pencaharian penduduk Kalimantan Timur. Fakta ini tercermin dalam struktur tenaga kerja regional, dimana sekitar 64.11% dari seluruh tenaga kerja yang tersedia telah bekerja di sektor pertanian, hal ini dapat dijelaskan pada Tabe l 49 dan 50. Tabel 49. Tenaga Kerja di Provinsi Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara Tahun 2006 (orang) No.
Sektor
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
3.
Bangunan
4. 5.
Selatan
Utara
Kaltim
641 745
99 205
740 950
2 265
1 706
3 971
835
815
1 650
Industri
47 916
2 403
50 319
Angkutan Darat
17 066
918
17 984
6.
Angkutan Laut
3 172
402
3 574
7.
Angkutan Udara
269
14
283
8.
Pos, Telekomunikasi dan Penunjang
10 504
501
11 005
9.
Hotel, Restoran dan Perdagangan
234 937
17 040
251 977
10.
Lembaga Keuangan
8 911
381
9 292
11.
Jasa-jasa Lainnya Total
74 948
5 943
80 891
1 042 568
129 328
1 171 896
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur (2007)
172
Tabe l 50. Struktur Tenaga Kerja di Provinsi Kalimantan Timur Wilayah Selatan dan Utara Tahun 2006 ( %) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Sektor
Selatan Pertanian 61.55 Pertambangan 0.22 Bangunan 0.08 Industri 4.60 Angkutan Darat 1.64 Angkutan Laut 0.30 Angkutan Udara 0.03 Pos, Telekomunikasi dan Penunjang 1.01 Hotel, Restoran dan Perdagangan 22.53 Lembaga Keuangan 0.85 Jasa-jasa Lainnya 7.19 Total 100.00 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur (2007)
Utara 76.71 1.32 0.63 1.86 0.71 0.31 0.01 0.39 13.18 0.29 4.60 100.00
Kaltim 64.11 0.40 0.17 4.13 1.48 0.31 0.02 0.90 20.96 0.76 6.75 100.00
Sektor jasa menempati posisi yang kedua setelah sektor pertanian dalam hal penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Timur terutama sektor hotel, restoran dan perdagangan. Sektor ini dapat menciptakan kesempatan kerja kurang lebih sebanyak 20.96%. Setelah jasa-jasa, sektor ekonomi lainnya yang cukup potensial untuk menyerap lapangan kerja adalah sektor industri, untuk wilayah Kalimantan Timur secara menyeluruh jumlah tenaga kerja yang dapat terserap di sektor industri adalah sebanyak 4.13%. Kondisi penyerapan tenaga kerja di wilayah Selatan dan Utara tampak tidak berbeda, peranan sektor pertanian masih sangat menonjol di dalam menyerap tenaga kerja. Wilayah Selatan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 61.55%, sementara wilayah Utara sebesar 76.71%. Khusus untuk sektor-sektor yang terkait dengan penyediaan infrastruktur, peranannya dalam menyerap lapangan kerja relatif tinggi baik di wilayah Selatan maupun Utara. Secara keseluruhan sektor infrastruktur di Selatan dapat menampung tenaga kerja kurang lebih sebanyak 3.05% dari total tenaga kerja, sedangkan di wilayah Utara sebesar 2.05%.
173
Dalam struktur nilai tambah, sektor pertambangan migas dan non migas terlihat paling dominan, tetapi struktur tenaga kerja, sektor ini kontribusinya sangat renda h dalam menciptakan lapanga n kerja domestik Kalimantan Timur yakni hanya mencapai 0.40% jauh di bawah sektor industri non migas. Meskipun dalam komposisi PDRB Kalimantan Timur sektor industri berada diposisi paling akhir, namun kemampuannya untuk menyerap tenaga kerja masih jauh lebih baik dibandingkan sektor pertambangan migas maupun non migas. Kontribusi sektor industri terhadap lapangan kerja di Kalimantan Timur mencapai 4.13% , sumber pencaharian do mina n disektor industri ada lah pe ngolaha n makanan dan minuman berskala kecil dan menengah dan berbasis pertanian karena padat tenaga kerja. 7.4. Output Perekonomian Output merupakan nilai produksi (baik barang ataupun jasa) yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur. O leh karena itu, de ngan menelaah besarnya output yang diciptaka n oleh masing- masing sektor, berarti akan diketahui juga sektor-sektor mana yang mampu memberika n sumbangan yang besar dalam pembentukan output secara keseluruhan. Berdasarkan klasifikasi kelompok sektor yang diagregasi menjadi 20 sektor dan 2 wilayah terlihat bahwa sektor pertambangan migas dan non migas adalah yang paling tinggi menghasilkan nilai output perekonomian Kalimantan Timur yaitu 72.91 % dari seluruh total output perekonomian ( Tabe l 51). Menyusul kemudian sektor industri yang paling besar kontribusinya dalam menghasilkan output perekonomian Kalimantan Timur, yakni sebanyak 7.04%, setelah itu sektor pertanian sebesar 4.03%, sedangkan untuk sektor-sektor ekonomi dalam bidang infrastruktur, andil terbesar diberikan oleh sektor bangunan yaitu sebesar 5.31 %.
174
Tabe l 51. Struktur Output di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 ( %) Kode
Sektor
Selatan
Utara
Kalt im
0.92 0.54 0.41 0.84 0.88
1.38 0.81 1.24 3.56 2.38
0.95 0.56 0.47 1.05 1.00
76.17 1.83 0.02 1.44 0.15
34.41 2.21 0.02 1.57 3.69
72.91 1.86 0.02 1.45 0.42
1 2 3 4 5
Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan
6 7 8 9 10
Pertambangan Migas dan Non Migas Industri Makanan dan Minu man Industri Tekstil dan Alas kaki Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu Industri Pu lp dan Kertas
11 12 13 14 15
Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Hotel, Restoran dan Perdagangan Angkutan Darat
3.16 0.57 4.34 2.56 1.04
4.88 1.16 16.78 13.27 1.50
3.29 0.62 5.31 3.40 1.08
16 17 18 19 20
Angkutan Laut, Sungai dan Penyebrangan Angkutan Udara Pos, Teleko monukasi dan Jasa Penunjangnya Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Jasa-jasa Lainnya
1.35 0.86 0.27 0.49 2.18
2.72 1.74 0.58 1.03 5.05
1.46 0.93 0.30 0.53 2.41
Total 100.00 Sumber: I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
100.00
100.00
Jika diperhatikan pada wilayah Selatan dan Utara, tampak jelas ada perbedaan keseimbangan struktur output ya ng dihasilka n. Di wilayah Selatan kelihatan ketimpangan output secara sektoral lebih mencolok, oleh karena kontribusi sektor pertambangan migas dan non migas sangat mendominasi komposisi output, yakni sebesar 76.17%, sedangkan untuk wilayah Utara penyeba ran output cukup merata yang dibagi ke sektor pertambangan migas dan non migas sebesar 34.41%, sektor bangunan sebesar 16.78%, serta sektor hotel, restoran dan perdagangan sebesar 13.27%. Sebagian besar output Kalimantan Timur lebih banyak dihasilkan wilayah selatan mulai dari output sektor pertanian hingga jasa-jasa, semuanya dihasilkan wilayah Kalimantan Timur wilayah Selatan.
175
Tabe l 52. Kontribusi Wilayah Selatan dan Utara Terhadap Total Output di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Sektor
Selatan Tanaman Pangan 88.65 Tanaman Perkebunan 88.70 Peternakan dan Hasil-hasilnya 79.51 Kehutanan 73.58 Perikanan 81.30 Pertambangan Migas dan Non Migas 96.31 Industri Makanan dan Minuman 90.69 Industri Tekstil dan Alas kaki 91.36 Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu 91.54 Industri Pulp dan Kertas 31.92 Industri Lainnya 88.40 Listrik, Gas dan Air Bersih 85.33 Bangunan 75.31 Hotel, Restoran dan Perdagangan 69.47 Angkutan Darat 89.10 Angkutan Laut, Sungai dan Penyebrangan 85.46 Angkutan Udara 85.34 Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya 84.80 Lembaga keuangan Bank dan Non Bank 84.81 Jasa-jasa Lainnya 83.59 Total 92.18 Sumber: I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Utara 11.35 11.30 20.49 26.42 18.70 3.69 9.31 8.64 8.46 68.08 11.60 14.67 24.69 30.53 10.90 14.54 14.66 15.20 15.19 16.41 7.12
( %) Kaltim 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kontribusi wilayah tersebut penciptaan output di Kalimantan Timur mencapai 92.18%, sedangkan wilayah Utara sebesar 7.12%. Sektor produksi di wilayah Selatan yang paling besar memberi kontribusinya terhadap total output perekonomian Kalimantan Timur antara lain sektor pertambangan migas dan non migas, industri makanan dan minuman, industri tekstil dan alas kaki, industri barang kayu, rotan dan bambu. Keempat sektor ini mampu memberi kontribusi output lebih dari 90% terhadap total output Kalimantan Timur. Seperti diketahui bahwa output yang paling banyak dihasilkan di wilayah Selatan, akibatnya barang dan jasa lebih tinggi mengalir dari Selatan ke Utara
176
dibandingkan Utara ke Selatan. Seperti yang dijelaskan dalam Tabel 53, total output antara yang dialirkan ke wilayah Utara dari wilayah Selatan adalah sebesar Rp. 1.585.462.45 juta, sedangkan dari wilayah Utara ke Selatan sebanyak Rp. 872.979.65 juta. Sehingga total perdagangan antar wilayah ini, dapat diperoleh bahwa wilayah Selatan memperoleh benefit yang lebih banyak, karena wilayah tersebut memperoleh surplus perdagangan yang tinggi sebesar Rp. 712.482.80 juta dari wilayah Utara. Tabe l 53. Transaksi Intermediate Output Antar wilayah di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sektor Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Migas dan Non Migas Industri Makanan dan Minu man Industri Tekstil dan Alas Kaki Industri Barang Kayu, Rotan dan Bambu Industri Pu lp dan Kertas Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Hotel, Restoran dan Perdagangan Angkutan Darat Angkutan Laut, Sungai dan Penyebrangan Angkutan Udara Pos, Teleko monukasi dan Jasa Penunjangnya Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank Jasa-jasa Lainnya Total
Selatan ke Utara 39 627.15 409.65 5 921.79 124.29 9.16 104 976.03 14 938.25 14 397.06 4.08 3 861.43 228 069.87 1 161.39 711 371.25 44 903.04 359 683.39 26 769.69 5 036.70 19 624.86 184.16 4 389.19 1 585 462.45
(juta rupiah) Utara ke Selatan 540.89 0.00 52 941.36 2 820.03 0.00 316 971.09 19 716.25 3 237.83 121.16 568.58 44 817.84 0.00 266 160.26 97 518.56 8 925.76 0.00 0.00 0.00 0.00 58 640.04 872 979.65
Sumber: I-O Antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006
Apabila dikaji secara sektoral, sebenarnya tidak semua perdagangan antar wilayah tersebut hanya menguntungkan wilayah Selatan saja. Beberapa komoditi pertanian, industri dan jasa, ada juga yang dapat memberi be nefit terhadap wilayah Utara, seperti pada sektor peternakan dan kehutanan. Wilayah Utara
177
dapat mengambil surplus perdagangan dari wilayah Selatan masing- masing sebesar Rp. 47.019.57 juta (selisihnya adalah 52.941.36 juta - 5.921.79 juta) dan Rp. 2.695.74 juta (selisihnya adalah 2.820.03 juta - 124.29 juta). Demikian juga pada sektor industri makanan dan minuman, wilayah Utara memperoleh benefit sebesar Rp. 4.778 juta. Terakhir untuk sektor hotel, restoran da n perda gangan, wilayah Utara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan antar wilayah tersebut sebesar Rp. 52.615.51 juta. Khusus sektor-sektor produksi yang berhubungan dengan infrastruktur baik itu menyangkut prasarana, sarana maupun jasa, semuanya terlihat surplus pada wilayah Selatan. Secara keseluruhan wilayah Selatan mendapat surplus perdagangan dari sektor-sektor infrastruktur tersebut sekitar Rp. 847.399.87 juta, dimana kontribusinya yang paling tinggi adalah berasal dari sektor bangunan yakni sebesar Rp. 445.210.99 juta atau sekitar 52.54% dari selisih perdagangan ekspor domestik antara wilayah Selatan dan Utara.