KAJIAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI BANTEN
EFITA MEY LINA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Bantenadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Efita Mey Lina NIM H1400039
ABSTRAK EFITA MEY LINA. Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA. Pelaksanaan pembangunan wilayah di Provinsi Banten belum optimal karena tingginya angka pengangguran dan meningkatnya jumlah penduduk miskin.Pemerintah perlu melakukan perencanaan terintegrasi untuk mengembangkan sektor-sektor yang mampu menggerakan perekonomian daerah.Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis sektor unggulan Provinsi Banten. Metode dalam penelitian ini adalah analisis Input-Output dengan menggunakan data Tabel Input-Output Provinsi Banten transaksi domestik atas dasar harga domestik produsen tahun 2010, klasifikasi 58 sektor yang diagregasi mejadi 9 sektor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor unggulan diProvinsi Banten adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi. Sub-sektor yang mampu untuk mendukung ketiga sektor unggulan ini adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sekor industri kertas dan barang dari kertas, sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan motor, sektor angkutan darat dan sektor angkatan udara.Sektor pertanian memiliki potensi sebagai sektor basis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan wilayah di Banten Selatan. Kata Kunci: sektor unggulan, Provinsi Banten, analisis input-output
ABSTRACT EFITA MEY LINA. Study of Regional Economic Leading Sector of Banten Province. Supervised by BAMBANG JUANDA. Implementation of regional develompment in Banten Province hasn’t been optimal because the high number of unemployment and increasing of number of poor people.Government needs to do an integrated planning to expand some sectors,which are able to drive economic region. The main purpose of this study is to analyze the leading sectors of Banten Province. The method of this research is Input-Output table analysis of Banten Province at producer domestic prices in 2010, the classification of 58 sectors aggregated into 9 sectors. Result of the research showed leading sectors in Banten Province are manufacturing industry sector, trade, hotel, and restaurant sector, and transport and communication sector. Sub-sectors that are able to support them are food, beverages, and tobacco industry sector, papper and printing products industry sector, computers, electronics, optics, and electrical equipment industry sector, wholesale, retail trade, and repair of motor vehicles sector, road transport sector and air transport sector.Agriculture sector has a potential as basic sector to increase economic growth and domestic income in South Banten. Keywords: leading sector, Banten Province, input-output analysis
KAJIAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI BANTEN
EFITA MEY LINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten Nama : Efita Mey Lina NIM : H14100039
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini adalahsektor unggulan, dengan judul Kajian Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Provinsi Banten. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Terima kasih kepada Dr. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Dr. Muhammad Findi Alexandi, S.E, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.Ungkapan terima kasih disampaikan kepadaIbu Hastuti,S.P, M.P, M.Si yang memberikan bantuan dan saran dalam penelitian ini.Terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua, Togar Situmorang (alm) dan Maria Linda Sitanggang, serta kedua adik Elvira Nathasya Aulya dan Ellycia Cathleen Angelica untuk segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada temanteman satu bimbingan, Nindya, Elli, Lundu, dan Gagas untuk saran, kritik dan bimbingan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para sahabat, Yola, Laura, Novia, Vina, Dea, Revi, Tuty, Ellisa, Desi, Kartini, dan Dian untuk perhatian dan motivasi yang selalu diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014 Efita Mey Lina
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pembangunan Ekonomi
4
Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah
5
Tabel Input Output
6
Sektor Unggulan
9
Penelitian Terdahulu
9
Kerangka Pemikiran
10
METODE PENELITIAN
12
Jenis dan Sumber Data
12
Metode Analisis
12
Definisi Operasional Data
16
GAMBARAN UMUM
18
Letak Astronomis, Geografis dan Iklim
18
Kependudukan
20
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat
21
Pertumbuhan Ekonomi
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Struktur Perekonomian Provinsi Banten
23
Analisis Keterkaitan
29
Analisis Dampak Penyebaran
33
Analisis Angka Pengganda (Multiplier)
34
Analisis Sektor Basis
39
Penentuan Sektor Unggulan
42
Perbandingan Hasil Penelitian dengan RPJMD Provinsi Banten
2012-2017
44
Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah untuk Sektor Unggulan
49
SIMPULAN DAN SARAN
52
Simpulan
53
Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
79
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten atas dasar harga konstan2000 Ilustrasi tabel input-output Rumus multiplieroutput, pendapatan dan tenaga kerja Klasifikasi kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Banten Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota Struktur angkatan kerja Provinsi Banten (Februari 2013) Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, tahun 2012-2013 (ribu orang) Garis kemiskinan, jumlah dan persentase penduduk miskin Laju pertumbuhan ekonomi PDRB Banten menurut lapangan usaha tahun 2013 PDRB per kapita Provinsi Banten atas dasar harga berlaku menurut kabupaten/kota tahun 2010-2012 Struktur permintaan sektor ekonomi Provinsi Banten Struktur konsumsi rumah tangga terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Struktur konsumsi pemerintah terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Net ekspor sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Struktur nilai tambah bruto sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Struktur tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 Sektor Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor
3 8 14 19 20 21 21 22 22 23 24 25 25 26 26 27 29 30 31 31 32
22 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor 23 Indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor 24 Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor 25 Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 Sektor 26 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor 27 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor 28 Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor 29 Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 Sektor 30 Nilai LQ sektor ekonomi Provinsi Banten 31 Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2010 32 Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2011 33 Nilai LQ tenaga kerja sektoral Provinsi Banten tahun 2010 34 Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan klasifikasi 9 sektor 35 Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 9 sektor 36 Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan klasifikasi 58 sektor 37 Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 58 sektor 38 Target capaian fokus layanan urusan pilihan RPJMD Provinsi Banten 39 Data belanja APBD Provinsi Banten 2013 menurut urusan 40 Alokasi APBD menurut urusan dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 untuk sektor unggulan Provinsi Banten tahun 2010-2013 41 Anggaran belanja pemerintah Provinsi Baten tahun 2012-2013
33 34 35 36 36 37 38 39 39 40 40 41 42 43 43 44 47 50 51 52
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 2 Daya penyebaran dan derajat kepekaan 3 Peta administratif Provinsi Banten 4 Anggaran penerimaan dan belanja Provinsi Banten tahun 2011-2014
11 16 19 49
DAFTAR LAMPIRAN 1 Klasifikasi sektor-sektor ekonomi berdasarkan tabel input-output Provinsi Banten tahun 2010
56
2 Tabel input-output Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor tahun 2010 (Rp juta) 3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor 4 Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 9 sektor 5 Multiplier output klasifikasi 9 sektor 6 Multiplier pendapatan klasifikasi 9 sektor 7 Multiplier tenaga kerja klasifikasi 9 sektor 8 Matriks koefisien teknis klasifikasi 58 sektor 9 Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 58 sektor 10 Multiplier output klasifikasi 58 sektor 11 Multiplier pendapatan klasifikasi 58 sektor 12 Multiplier tenaga kerja klasifikasi 58 sektor 13 Anggaran belanja pemerintah Provinsi Banten menurut urusan tahun 2010-2013
58 60 61 62 62 62 63 69 75 76 77 78
PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan dunia pada tahun 2014 yang semakin maju menuntut Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing dan pembangunan nasional. Partisipasi daerah didalam pelaksanaan pembangunan dilakukan melalui pembangunan daerah yang merupakan bagian lanjutan dari pembangunan nasional. Suatu rancangan pembangunan wilayah yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan wilayah diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur perekonomian, menggali dan mengembangkan potensi wilayah masing-masing. Salah satu ciri otonomi daerah yang tercantum dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 adalah daerah otonom memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan sendiri untuk pembiayaan pembangunan daerah (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Pelimpahan sebagian kewenangan sumber penerimaan negara kepada pemerintah daerah ditujukan agar daerah dapat melaksanakan tugas rutin dan meningkatkan pelayanan publik. Peran masyarakat serta pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah tersebutsangat diperlukan dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah. Pemerintah berperan sebagai regulator dalam pembuatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah sehingga tujuan utama otonomi daerah yaitu kemandirian daerah terwujud. Provinsi Banten adalah salah satu wilayah pemekaran yang dulu termasuk dalam Provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 1963, panitia Provinsi Banten terbentuk untuk mendirikan provinsi sendiri yang terpisah dari Jawa Barat. Baru pada tahun 2000, Banten secara resmi dinyatakan mandiri menjadi Provinsi Banten melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000. Seiring dengan perkembangan terjadi juga pemekaran wilayah, sehingga saat ini Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten dan empat kota. Pelaksanaan otonomi daerah sering menimbulkan beberapa permasalahan yang disebabkan minimnya koordinasi dan kurangnya pengawasan pemerintah daerah. Tarigan (2005) berpendapat baik dalam perencanaan pembangunan nasional maupun daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan melalui pendekatan regional dan pendekatan sektoral. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi beberapa kegiatan dalam ruang wilayah, sedangkan pendekatan sektoral memfokuskan pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut. Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus melihat kaitan pertumbuhan antara satu sektor dengan sektor lainnya dan sebaliknya, dikenal dengan analisis input-output. Permasalahan muncul ketika pemerintah daerah merancang anggaran pembangunan sektoral yang sering tidak sesuai dengan potensi sektor yang ada.Kebijakan pemerintah yang tepat dalam pengalokasiananggaran terutama yang mendukung sektor unggulan akan menciptakan nilai tambah dan meningkatkan penerimaan daerah.Undang-Undang No 17/2004 tentang Keuangan Negara yang berlaku semenjak 1 Januari 2005 menegaskan bahwa anggaran yang disusun harusmengacu kepada anggaran yang berbasis kinerja.Kebijakan
2 pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun 2012 - 2017 memfokuskan kinerja pembangunan daerah pada tiga sektor yaitu sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor pertanian. Ketiganya diharapkan mampu mencapai target kontribusi tertinggi terhadap PDRB sebesar 44.3 persen untuk sektor industri, 17.25 persen untuk sektor perdagangan, dan 12.63 persenuntuk sektor pertanian (Bappeda Provinsi Banten, 2011). Revitalisasi pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan yang berdaya saing merupakan bagian dari tahapan-tahapan yang diprioritaskan provinsi Banten untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dampak pembangunan suatu sekor ekonomi terhadap perekonomian wilayahnya tidak bisa dilihat dari kontribusi terhadap PDRB saja. Daryanto dan Hafizrianda (2010) berpendapat bahwa kontribusi sektor terhadap penciptaan PDRB belum cukup untuk menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena hanya melihat pada efek langsung saja. Hal yang lebih utama adalah bagaimana sektor tersebut mampu menggerakkan seluruh roda perekonomian wilayah dengan mengkaji ketergantungan struktural antar berbagai sektor serta keterkaitan serta efek sebarnya. Penelitian lebih lanjut mengenai kajian sektor unggulan perlu dilakukan untuk menganalisis struktur dan ketergantungan antar sektor ekonomi.
Perumusan Masalah Salah satu aspek keberhasilan suatu pembangunan daerah dapat dilihat dari pertumbuhan perekonomian daerah. Provinsi Banten merupakan provinsi yang yang lahir pada tahun 2000, dengan pertumbuhan PDRB sebesar 5.86 persen pada tahun 2013 (BPS 2014). Struktur perekonomian Provinsi Banten didominasi oleh dua sektor utama yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang kontribusinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kedua sektor tersebut menjadi sektor dominan dalam perekonomian Banten dengan kontribusi sekitar 72 092 miliar rupiah atau 68 persen dari total PDRB Banten yang ditunjukkan pada tabel 1. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah 7.91 persen, sedangkan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan cukup rendah yaitu 3.92 persen. Tingginya angka pertumbuhan ekonomi tidak mengindikasikan bahwa pembangunan Provinsi Banten selama ini berjalan dengan lancar. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Banten adalah ketidakmerataan pembangunan, kemisikinan dan pengangguran. Data dari Badan Pusat Statistika (BPS) bulan September 2013 menginformasikan jumlah penduduk miskin di Banten mencapai 682 710 orang (5.89 persen), meningkat 0.19 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebesar 656 243 orang (5.71 persen). Kabupaten Pandeglang adalah wilayah yang paling banyak penduduk miskinnya di Provinsi Banten dengan jumlah 9.8 persen dari total penduduk wilayahnya. Persentase penduduk miskin Provinsi Banten sebenarnya masih di bawah persentase penduduk miskin nasional yaitu 11.6 persen. Pada sisi lain, penduduk Provinsi Banten yang menganggur mengalami penurunan sebanyak 26 782 orang menjadi 552 895 orang pada Februari 2013. Tingkat pengangguran terbuka provinsi Banten masih tinggi yaitu 10.10 persen, walaupun jumlah penduduk yang
3 menganggur mengalami penurunan. Angka ini jauh di atas tingkat pengangguran terbuka nasional yaitu 6.14 persen sehingga menjadikan Provinsi Banten sebagai provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi. Tabel 1 PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bantenatas dasar harga konstan2000 Nilai (Miliar Rupiah)
Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pangangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Peusahaan Jasa-jasa
PDRB
2012
2013
7 208.03 107.36 48 517.64 3 661.16 2 842.27 20 087.54 9 331.13 3 762.24 4 475.04 99 992.41
7 737.73 110.77 50 417.71 3 808.12 3 117.52 21 675.52 10 052.73 4 082.69 4 853.28 105 856.07
Laju Pertumbuhan Tahun 2013 (%) 7.35 3.18 3.92 4.01 9.68 7.91 7.73 8.52 8.45 5.86
Sumber: BPS Provinsi Banten2014
Penjabaran kondisi perekonomian diatas menunjukkan perlu adanya evaluasi kebijakan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi Banten mengenai pengembangan sektor-sektor perekonomian. Perencanaan terintegrasi perlu dilakukan sehinga mampu menggambarkan ketergantungan struktural antar berbagai sektor dalam perekonomian secara konsisten. Identifikasi sektor unggulan di Provinsi Banten dapat dilakukan melalui analisis Input-Output sehingga memberikan deskripsi detail mengenai perekonomian regional.Hasil identifikasi ini juga dapat membantu pemerintah dalam merecanakan kebijakan dan anggaran belanja untuk menyelesaikan permasalahan perekonomian regional Banten. Rumusan masalah dalam penelitian ini yang didasarkan dari uraian di atas adalah: 1. Bagaimana struktur perekonomian regional provinsi Banten yang ditinjau berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto dan tenaga kerja? 2. Bagaimana keterkaitan, dampak penyebaran, dan efek pengganda (multiplier) sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Banten? 3. Sektor-sektor apa yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian Provinsi Banten?
4 Tujuan Penelitian 1.
2. 3.
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: Menganalisis struktur perekonomian regional Provinsi Banten yang ditinjau berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, nilai tambah bruto dan tenaga kerja. Menganalisis keterkaitan, dampak penyebaran dan efek pengganda(multiplier)sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Banten. Mengidentifikasi sektor unggulan dalam struktur perekonomian Provinsi Banten.
Manfaat Penelitian 1.
2. 3.
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Bagi pembuat kebijakan dan pemerintah, khususnya pemerintah daerah Provinsi Banten, sebagai evaluasi dan bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pembangunan secara terintegrasi. Sebagai bahan pustaka, informasi, dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. Sebagai wawasan bagi para pembaca mengenai analisis multisektoral dalam perekonomian Provinsi Banten.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis struktur perekonomian, keterkaitan, penyebaran dan efek pengganda pada setiap sektor ekonomi Provinsi Banten, yang bisa digunakan untuk menentukan sektor unggulan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun 2010 klasifikasi 58 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor untuk mengelompokkan kegiatan ekonomi yang beragam ke dalam satuan sektor yang memiliki persamaan. Jenis Tabel Input-Output yang digunakan adalah Tabel Input-Output transaksi domestik atas dasar harga produsen. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis input output dan diolah dengan aplikasi Input Output Analysis for Practitioners (IOAP)Complementary Version 1.01 dan Microsoft Excel 2007.
TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Ekonomi Pembangunan secara tradisional dipandang sebagai fenomena ekonomi yang hanya berorientasikan pada kenaikan Gross National Income (GNI). Sebelum tahun 1970-an, pembangunan dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Indikator kemajuan pembangunan di suatu negara hanya diukur berdasarkan
5 tingkat pertumbuhan GNI keseluruhan dan GNI per kapita, yang akan menetes dengan sendirinya sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lain, yang pada akhirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata (Todaro dan Smith 2006).Pandangan yang dianut beberapa negara Dunia Ketiga pada tahun 1950-an berhasil meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi sesuai target, namun gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Pada era ekonomi baru, pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro dan Smith 2006). Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinsikan sebagai sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan rill per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad 1999). Pembangunan harus dilakukan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Tiga tujuan inti pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) yaitu: 1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang kebutuhan hidup yang pokok. 2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya memperbaiki kesejahteraan materil, tetapi juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa. 3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan.
Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah Keadaan sosial ekonomi yang berbeda dari setiap daerah memberikan implikasi bahwa cakupan pemerintah untuk pembangunan masing-masing daerah juga berbeda. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999). Pemerintah dituntut untuk mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Objek ekonomi pembangunan mencakup seluruh wilayah dari suatu negara, sedangkat objek ekonomi regional adalah wilayah tertentu dari suatu negara. Banyak teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang umumnya bersifat makro dan berlaku untuk perekonomian nasional. Teori yang langsung terkait dengan kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikembangkan oleh Adam Smith dan David Ricardo. Adam Smith menentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian dan menganjurkan kebijaksanaan pasar bebas (laissez-faire). Smith
6 juga berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar yang seterusnya akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut (Priyarsono et al 2007). Spesilisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan kemajuan teknologi, sehingga akan terjadi peningkatan upah dan keuntungan. Pada saat yang bersamaan pertumbuhan penduduk akan meningkatkan akumulasi kapital dan tabungan untuk alat-alat modal. Pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya digunakan atau tercapai kondisi stationary state. David Ricardo mempunyai pandangan yang bertentangan dengan Smith. Ricardo berpendapatperkembangan penduduk yang berjalan cepat, pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah (Priyarsono et al 2007). Pada taraf ini para pekerja akan menerima tingkat upah minimal, yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level). Jumlah penduduk yang rendah dan sumber daya melimpah akan menghasilkan keuntungan tinggi bagi pengusaha, dan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi. Produksi akan meningkat sehingga membutuhkan tambahan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja yang meningkat akan meningkatkan upah dan mendorong pertambahan penduduk. Tenaga kerja yang banyak akan menurunkan tambahan hasil yang diciptakan oleh seorang pekerja. Teori Harrod-Domar Teori ini dikembangkan oleh Roy F. Harrod pada tahun 1948 dan Evsey D. Domar pada tahun 1957. Asumsi yang mendasari teori ini adalah (1) perekonomian tertutup, (2) produksi bersifat constant return to scale (CRS), (3) hasrat menabung konstan dan (4) tingkat pertumbuhan angkatan kerja konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Teori ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai jika tingkat pertumbuhan output (growth) sama dengan tingkat pertumbuhan modal (capital) dan sama dengan tingkat pertumbuhan angkatan kerja. Peranan modal untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh rasio modal-output, yaitu rasio tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru terhadap kenaikan output (Priyarsono et al 2007). Kondisi pertumbuhan yang mantap sulit dicapai karena rasio modal-output dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja bersifat independen dalam perekonomian tertutup. Pada perekonomian daerah yang bersifat terbuka, daerah dapat melakukan kegiatan ekspor-impor barang dan jasa untuk menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan barang.
Tabel Input Output Model Input-Output adalah model yang diperkenalkan pertama kali oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang dapat menunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Leontief dalamDaryanto dan Hafizrianda (2010) menguraikan bahwa analisis Input-Output merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Pengaruh dari interaksi dalam perekonomian bisa diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu pengaruh langsung,
7 pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total. Pengaruh langsung merupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh secara tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Pengaruh total adalah pengaruh secara keseluruhan dalam perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada. Pengertian Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antarsektor dengan bentuk penyajian matriks (Priyarsonoet al 2007). Sepanjang baris Tabel InputOutput menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, selain itu pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masingmasing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Jensen dan West dalamPriyarsonoet al(2007) menyatakan terdapat tiga asumsi dasar dalam menyusun suatu Tabel Input-Output, yaitu: 1. Keseragaman (homogenitas) Prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal dengan susunan input tunggal dan tidak ada subtitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (proportionality) Prinsip dimana hubungan antara output dan input bersifat linier danhomogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional. 3. Penjumlahan (additivitas) Prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh diluar sistem input-output diabaikan. Struktur Tabel Input-Output Tabel Input-Output memuat dua neraca yang saling terintegrasi, yakni neraca endogen dan neraca eksogen. Neraca endogen memuat seluruh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas produksi yaitu input antara dan output antara. Faktor-faktor yang merupakan komponen dari permintaan akhir dan input primer dimasukkan dalam neraca eksogen (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Tabel InputOutput terdiri atas suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran. Keseluruhan sistem adalah suatu seri yang mengkorelasikan baris (output) dan kolom (input). Gambaran lengkap mengenai format Tabel Input-Output dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 memperlihatkan empat kuadran yang ada dalam Tabel Input-Output. Penjelasan mengenai masing-masing kuadran adalah sebagai berikut: 1. Kuadran I (Intermediate quadrant) Sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Informasi mengenai saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian diberikan
8
2.
3.
4.
pada kuadran ini. Kuadran ini berperan penting karena menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. Kuadran II (Final demand quadrant) Kuadran ini menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. Kuadran III (Primary input quadrant) Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri atas pendapatan rumah tangga, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung netto. Kuadran IV (Primary input-final demand quadrant) Kuadran ini menunjukkan input primer permintaan akhir dari transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Tabel 2Ilustrasi tabel input-output Alokasi Output
Susunan Input
Permintaan Antara Sektor Produksi 1 2 ... N
Permintaan Akhir
Total Output
x11
x21
...
x1n
Y1
X1
x12 . . .
x22 . . .
... . . .
x2n . . .
Y2 . . .
X2 . . .
xn1
xn2
...
xnm
Yn
Xn
Upah dan Gaji Rumah Tangga
W1
W2
...
Wn
Surplus Usaha
S1
S2
...
Sn
Input Primer Lainnya
P1
P2
...
Pn
Total Input
X1
X2
...
Xn
Input Antara
Sektor Produksi
Sumber: Miller dan Blair(1985) dalam Priyarsonoet al(2007)
Kelebihan dan Keterbatasan Analisis Input-Output Peranan yang penting sebagai alat perencanaan pembangunan membuat model Input-Output terus menerus dikembangkan untuk keperluan analisis ekonomi. Kelebihan dari penggunaan analisis Input-Output (Priyarsono et al 2007) adalah sebagai berikut: 1. Mampu memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga di berbagai sektor produksi. 2. Mampu melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
9 3.
Mampu mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian. 4. Mampu menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Tabel Input-Output sebagai model kuantitatif memiliki keterbatasan, yakni koefisien input ataupun koefisien teknis diasumsikan konstan selama periode analisis. Teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan sehingga perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kualitas dan harga output. Keterbatasan juga disebabkan oleh besarnya dana atau biaya dalam penyusunan Tabel InputOutput dengan menggunakan metode survei. Akibatnya, publikasi rutin dan analisis Tabel Input-Output tidak bisa dilakukan setiap tahun kecuali menggunakan teknik updating Tabel Input-Output.
Sektor Unggulan Suatu sektor dijadikan sebagai sektor unggulan apabila sektor itu berperan paling efektif sebagai motor penggerak dalam pembangunan wilayah secara berkelanjutan. Arsyad (1999) menyatakan sektor unggulan secara umum memilki ciri-ciri, (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung, (3) memiliki keterkaitan tinggi antar industri, dan (4) inovatif. Arief dalam Daryanto dan Hafizrinda (2010) menjelaskan empat cara untuk mendeteksi sektor unggulan dalam metode Input-Output, yaitu: 1. Sektor mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi. 2. Sektor bisa menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi. 3. Sektor yang mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi. 4. Sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.
Penelitian Terdahulu Penelitian Sukatendel (2007) menganalisis keterkaitan alokasi anggaran dan sektor unggulan di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan adalah analisis input-output, analisis kewilayahan dan analisis kelembagaan alokasi anggaran. Hasil penelitian menunjukkan sektor unggulan di Kabupaten Bogor adalahindustri pengolahan, perdagangan, bangunan dan pertanian tanaman pangan. Dukungan anggaran pembangunanKabupaten Bogor untuk sektor unggulan masih sangat kurang (tidak ada keterkaitan) kecuali untuk sektor Bangunan. Sektor unggulan tanamanbahan makanan masih perlu didukung oleh anggaran pembangunan yang besar agarsektor tersebut bisa semakin berkembang sehingga diharapkan dapat mengatasiketimpangan wilayah pembangunan di Kabupaten Bogor
10 Penelitan Samiun (2008) menganalisis perekonomian Provinsi Maluku Utara dengan pendekatan multisektoral. Metode analisis yang digunakan adalah analisis updating input-output Tabel Input Output 2001, analisis LocationQuotient, analisis Shift Share, dan analisis deskriptif. Hasil studi menunjukkan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan, sektor angkutan laut dan sektor bangunan. Indikator keterkaitan, angka pengganda, penggunaan input, kontribusi PDRB dan aspek keberlanjutan menunjukkan bahwa sektor pertanian bukan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara sebagaimana dijabarkan sebelumnya dalam kebijakan perekonomian. Sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi khususnya pada subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan perikanan, namun memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang sangat rendah. Penelitian Syahara (2012) menganalisis perekonomian regional Provinsi Jambi dengan pendekatan multisektoral analisis input-output. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memiliki peranan besar dalam perekonomian Provinsi Jambi dilihat dari nilai keterkaitan, nilai daya penyebaran adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada aspek nilai pengganda output dan pengganda pendapatan, sektor yang perlu mendapat prioritas adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Penelitian Tounsi et al (2013) mengidentifikasi sektor kunci di negara Maroko melalui analisis input-output tahun 1998 dan 2007. Sektor kunci ditentukan melalui Rasmussenapproach sehingga terbentuk klasifikasi produktivitas sektor-sektor yang kemudian diberikan rank. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan jumlah sektor kunci dari empat sektor pada tahun 1998 menjadi dua sektor di tahun 2007, yaitu sektor industri makanan dan tembakau dan sektor industri lainnya. Hasil kedua, pengurutan rank pada sektor sangat sensitif terhadap keakuratan data dan tahun di mana klasifikasi tersebut direalisasikan. Penelitian Walida (2013) menganalisis penentuan sektor kunci perekonomian wilayah Kabupaten Belitung Timur menggunakan Tabel InputOutput Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor kunci pada daerah Kabupaten Belitung Timur adalah sektor pertambangan dan sektor konstruksi. Hasil penentuan sektor kunci diperoleh dengan menggunakan analisis indeks nilai pengganda aktual. Sektor dengan nilai multiplier output tipe I dan tipe II terbesar adalah sektor konstruksi. Jika dilihat angka penyebaran, sektor dengan nilai koefisien penyebaran lebih besar dari satu berturut-turut adalah industri pengolahan), konstruksi, pertambangan dan penggalian.
Kerangka Pemikiran Rancangan strategi perencanaan pembangunan wilayah yang tepat diperlukan analisis untuk memperoleh sektor-sektor unggulan. Sektor-sektor ini diharapkan dapat menguatkan struktur ekonomi dan menggerakan roda
11 perekonomian daerah melalui keterkaitan antar sektor. Analisis input-output berfungsi untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang dapat meningkatkan output sektor lainnya melalui keterkaitan (linkage), dampak penyebaran, efek pengganda (multiplier)antar sektor. Strategi pembangunan melalui pendekatan multisektoral ditujukan untuk membantu pemerintah provinsi Banten dalam merancang kebijakan yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan mengatasi masalah-masalah pembangunan regional.Berikut adalah gambaran dalam kerangka penelitian ini . Kondisi Perekonomian Wilayah Provinsi Banten
Permasalahan Pembangunan Provinsi Banten: Pengangguran Tinggi dan Jumlah Penduduk Miskin Meningkat
Perencanaan Pengembangan Sektor-sektor Ekonomi Analisis Location Quotient
Analisis Input-Output
Analisis Struktur Perekonomian
Analisis Keterkaitan
Analisis Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan
Analisis Multiplier
Sektor Basis
Penentuan Sektor Unggulan Analisis Alokasi APBD untuk Sektor Unggulan Rekomendasi Alokasi Anggaran untuk Pengembangan Sektor Unggulan
Gambar 1Kerangka pemikiran Keterangan : = fokus utama penelitian = bukan fokus utama penelitian
12
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Datadata diperoleh dari Tabel Input-Output Provinsi Banten transaksi domestik atas dasar harga produsen tahun 2010 klasifikasi 58 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor, serta beberapa data sekunder lainnya dari Badan Pusat Statistika (BPS), Bank Indonesia, dan instansi lain yang terkait. Analisis ini dilakukan dengan bantuan software Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP) Complementary Version 1.0.1 dan Microsoft Excel2007.
Metode Analisis Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan dalam analisis Input-Output dikembangkan oleh Chenery-Watanabe (1958) dan Rasmussen (1956). Konsep keterkaitan ini mencakup keterkaitan ke belakang yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam alokasi pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam alokasi penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan langsung dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsungnya ditunjukan dari matriks kebalikan Leontief. 1. Keterkaitan langsung ke depan Fungsinya untuk menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektorsektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung ke depan adalah sebagai berikut: n
F(d)i =
∑α
ij
j =1
Keterangan: F(d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i αij = unsur matrik koefisien teknis n = jumlah sektor 2. Keterkaitan langsung ke belakang Fungsinya untuk menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung ke belakang adalah sebagai berikut: n
B(d)j =
∑α
ij
i =1
Keterangan: B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor j
13 αij n 3.
= unsur matrik koefisien teknis = jumlah sektor Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Rumus keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan adalah sebagai berikut: n
F(d+i)i =
∑α
ij
j =1
Keterangan: F(d+i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor 4. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total Rumus keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang adalah sebagai berikut: n
B(d+i)j =
∑α
ij
i =1
Keterangan: B(d+i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor j αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor Analisis Dampak Penyebaran Dua indeks keterkaitan Rasmussen lainnya yaitu indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) dapat digunakan untuk melihat keterkaitan ke depan dan ke belakang dari suatu sektor dalam perekonomian.Kedua indeks ini merupakan perbandingan dampak baik ke depan maupun ke belakang, terhadap rata-rata seluruh dampak sektor (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Suatu sektor dikatakan memiliki koefisien penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi apabila nilai indeksnya lebih besar dari satu. 1. Indeks daya penyebaran Indeks daya penyebaran atau daya penyebaran ke belakang digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Jika nilai indeks daya penyebaran sektor j lebih besar dari satu, artinya secara relatif permintaan akhir sektor j dalam merangsang pertumbuhan produksi lebih besar dari rata-rata dan mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Rumus indeks daya penyebaran adalah sebagai berikut:
14 n
n ∑ αij Pdj =
n
i =1 n
∑ ∑α i =1
ij
j =1
Keterangan: Pdj = indeks daya penyebaran sektor j αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor 2. Indeks kepekaan penyebaran Kepekaan penyebaran atau daya penyebaran ke depan digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Jika sektor i mempunyai nilai indeks kepekaan penyebaran lebih besar dari satu, artinya secara relatif sektor i dapat memenuhi permintaan akhir sebanyak di atas kemampuan rata-rata dari sektor lainnya. Rumus indeks kepekaan penyebaran adalah sebagai berikut: n
n∑ αij Sdi =
n
j =1 n
∑ ∑α i =1
ij
j =1
Keterangan: Sdi = indeks kepekaan penyebaran sektor i αij = unsur matrik kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor Analisis Angka Pengganda (Multiplier) Analisis angka pengganda (multiplier) dibutuhkan dalam memproyeksikan dampak dari perubahan variabel-variabel endogen yaitu suatu sektor tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen yaitu permintaan akhir. Tiga variabel yang menjadi fokus utama dalam analisis angka pengganda adalah output produksi, pendapatan rumah tangga, dan tenaga kerja (Tabel 3). Tabel 3Rumus multiplieroutput, pendapatan dan tenaga kerja Nilai Efek Awal Efek Putaran Pertama Efek Dukungan Industri Efek Induksi Konsumsi Efek Total Efek Lanjutan
Multiplier Output (Rp) Pendapatan (Rp) Tenaga Kerja (Orang) 1 ∑iaij ∑iαij-1-∑iaij ∑iα*ij- ∑iαij ∑iα*ij ∑iα*ij-1
hj ∑iaij hi ∑iαij hi-hj-∑iaij hi ∑iα*ij hi- ∑iαij hi ∑iα*ij hi ∑iα*ij hi-hj
Sumber: Daryanto, 1990 dalam Priyarsono et al, 2007
Keterangan: = Koefisien Output aij
ej ∑iaij ei ∑iαij ei-ej-∑iaij ei ∑iα*ij ei- ∑iαij ei ∑iα*ij ei ∑iα*ij ei-ej
15 hi ei αij α*ij
= Koefisien Pendapatan Rumah Tangga = Koefisien Tenaga Kerja = Matrik kebalikan Leontief model terbuka = Matrik kebalikan Leontief model terbuka
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut: Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri Tipe 1 = Efek Awal Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri + Efek Induksi Konsumsi Tipe II = Efek Awal Analisis Location Quotient Location Quotient (LQ) merupakan metode untuk menghitung perbandingan relatif antara pendapatan suatu sektor di daerah bawah (kota/provinsi) terhadap pendapatan sektor yang bersangkutan di daerah atas (provinsi/nasional). Secara matematis LQ dirumuskan sebagai berikut. Sib / Sb LQ = Sia / Sa Keterangan: Sib = Pendapatan sektor i pada Provinsi Banten. Sb = Pendapatan total semua sektor Provinsi Banten. Sia = Pendapatan sektor i nasional. Sa = Pendapatan total semua sektor nasional. Nilai LQ >1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektorbasis (B), sedangkan nilai LQ<1 disebut sektor nonbasis (NB). Dua asumsi utama dalam metode LQ adalah (1) pola konsumsi rumah tangga di daerah bawah identik dengan daerah atasnya dan (2) kedua daerah mempunyai fungsi produksi yang linier dengan produktivitas di tiap sektor yang sama bersarnya. Analisis Sektor Unggulan Analisis sektor unggulan melalui pendekatan sektoral digunakan untuk menentukan sektor-sektor yang dapat dijadikan sebagai sektor unggulan dalan pembangunan ekonomi daerah. Dua kriteria utama yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggulan adalah kriteria keterkaitan antar sektor dan kriteria multiplier. Kriteria keterkaitan menggunakan dua indeks keterkaitan Rasmussen yaitu daya penyebaran dan derajat kepekaan. Sektor-sektor dikelompokkan berdasarkan nilai indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK). Sektor-sektor yang memiliki nilai IDP dan IDK lebih dari satu akan ditempatkan pada kuadran I yang artinya sektor tersebut berpotensi menjadi sektor unggulan
16 2 Indeks Derajat Kepekaan
Kuadran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
1
0
1 Indeks Daya Penyebaran
2
Sumber: Daryanto dan Hafizrianda (2010)
Gambar 2Daya penyebaran dan derajat kepekaan Kriteria multiplier berfungsi sebagai proxy untuk menentukan sektor-sektor prioritas dalam perencanaan pembangunan. Nilai multiplier tipe I dan tipe II setiap sektor dijumlahkan untuk ketiga jenis multiplier yaitu multiplier output, multiplier pendapatan, dan multiplier tenaga kerja. Total nilai multiplier yang ada kemudian diurutkan dari yang tertinggi ke terendah dan diberi peringkat (rank). Rank masing-masing sektor untuk ketiga jenis multiplier kemudian dijumlahkan untuk dilihat total peringkatnya. Tiga sektor dari klasifikasi 9 sektor dan enam sub-sektor dari klasifikasi 58 sektor dengan total rank terkecil serta memiliki nilai IDP dan IDK lebih dari satu akan ditetapkan sebagai sektor unggulan.
Definisi Operasional Data Output Pengertian output dalam Tabel Input-Output adalah nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di suatu wilayah, tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Bagi unit usaha yang produksinya berupa barang, maka output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang dengan harga produsen per unit barang. Bagi unit usaha yang bergerak di bidang jasa, maka outputnya adalah nilai penerimaan dari jasa yang diberikan ke pihak lain. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi antara sektor produksi dan sektor konsumsi, yang hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam proses produksi. Sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor konsumsi ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Isian sepanjang baris pada transaksi antara atau disebut juga sebagai permintaan antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi. Sedangkan isian sepanjang kolomnya atau disebut sebagai input antara menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor.
17 Input Primer Input Input primer adalah balas jasa atau pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input antara. a. Upah dan gaji Upah dan gaji adalah penerimaan yang diterima pekerja berupa uang atau barang yang dibayarkan oleh pengusaha atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. b. Surplus usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah/gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. c. Penyusutan Penyusutan yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan barang modal adalah penyisihan pendapatan yang akan digunakan untuk pembelian barang modal baru yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak tak langsung netto Pajak tak langsung netto adalah pajak tak langsung dikurangi dengan subsidi. Pajak tak langsung yang dibayar pemerintah hanyalah pajak atau retribusi atas kegiatan di sekor real estate dan pajak atas commodities produced. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen dan menjadi tambahan pendapatan bagi produsen. Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Konsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor. b. Pengeluaran konsumsi pemerintah Cakupan dalam konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
18 c.
Perubahan modal tetap Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor termasuk barang modal bekas dari luar daerah. d. Perubahan stok Perubahan stok adalah selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan (3) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. e. Ekspor dan impor Pada Tabel Input-Output regional yang dimaksud dengan ekspor dan impor barang dan jasa adalah meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor barang keluar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b) yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor, dan biaya pemuatan barang barang sampai ke kapal yang akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.
GAMBARAN UMUM Letak Astronomis, Geografis dan Iklim Provinsi Banten adalah salah satu wilayah pemekaran yang dulu termasuk dalam Provinsi Jawa Barat dan terbentuk melalui Undang-undang No.23 Tahun 2000 (BPS 2013). Kota Serang merupakan ibukota dari Provinsi Banten. Provinsi Banten secara geografis terletak di ujung barat Pulau Jawa, berjarak sekitar 90 km dari DKI Jakarta serta memiliki luas sebesar 9 662.92 km2. Provinsi Banten memiliki 55 pulau yang tersebar diwilayah provinsi maupun diperbatasannya. Letak geografis Provinsi Banten mempunyai posisi yang strategis, yaitu sebagai jalur penghubung antara pulau Jawa dan pulau Sumatra.Wilayahnya, berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat di sebelah timur, Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah selatan, dan Selat Sunda di sebelah barat. Letak astronomis wilayah Provinsi Banten adalah 5o7’50” - 7o1’1” Lintang Selatan dan 105o1’11” - 106o7’12” Bujur Timur. Iklim wilayah Banten dipengaruhi oleh Angin Moonson dan gelombang La Nina. Cuaca didominasi oleh Angin Barat dari Samudra Hindia dan Angin Asia di musim penghujan serta Angin Timur pada musim kemarau. Suhu udara di Banten pada tahun 2009 umumnya antara 22.1oC – 33.7oC, dengan kelembaban udara bervariasi antara 74
19 persen – 86 persen. Hujan turun setiap bulannya, dengan jumlah hari dan curah hujan dalam setahun masing-masing sebanyak 170 hari dan 1 386 mm.
Sumber : Peta Tematik Indonesia
Gambar 3Peta administratif Provinsi Banten Provinsi Banten pada awalnya terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang dan dua kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Seiring perkembangan pembangunan, telah terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Kabupaten Tangerang dimekarkan menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Provinsi Banten saat ini terdiri dari empat kabupaten dan empat kota (Tabel 4). Tabel 4Klasifikasi kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Banten Kabupaten/Kota
Ibukota
Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Pandeglang Rangkasbitung Tigaraksa Ciruas Tangerang Purwakarta Serang Pamulang Kota Serang
Luas (km2) 2 746.89 3 426.56 1 011.86 1 734.28 153.93 175.50 266.71 147.19 9 662.92
Persentase (%) 28.43 35.46 10.47 17.95 1.59 1.82 2.76 1.52 100.00
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2013
a.
Ekosistem wilayah provinsi Banten pada dasarnya terdiri dari : Lingkungan Pantai Utara yang merupakan ekosistem sawah irigasi teknis dan setengah teknis, kawasan pemukiman dan industri.
20 b. c.
d.
e.
Kawasan Banten Bagian Tengah yang merupakan kawasan pertanian dan perkebunan, sebagian berupa pemukiman perdesaan. Kawasan Banten Selatan merupakan kawasan lindung Gunung Halimun Salak, Kendeng hingga Malingping, Bayah berupa pegunungan yang menyimpan potensi sumber daya alam. DAS Cibaliung-Malingping merupakan cekungan sumber air. Banten Bagian Barat (DAS Cidano dan lereng Gunung Karang-Aseupan dan Pulosari sampai DAS Ciliman wilayah Pandeglang dan Serang Bagian Barat) yang kaya akan potensi air, merupakan kawasan pertanian. Ujung Kulon sebagai Taman Nasional Konservasi Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus).
Kependudukan Data BPS Provinsi Banten pada publikasi Banten Dalam Angka 2013 menunjukkan pada tahun 2012,jumlah penduduk di provinsi Banten adalah sebesar 11.24 juta jiwa meningkat dengan laju pertumbuhan 2.16 persen dari tahun 2011. Kepadatan penduduk di provinsi Banten sebesar 1164 jiwa/km2 tidaklah merata karena sebagian besar penduduknya tinggal di Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang yang merupakan kawasan pusat bisnis dan konsentrasi industri. Kota Tangerang adalah kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Provinsi Banten yaitu 12464 jiwa/km2, sedangkan Kabupaten Lebak merupakan daerah dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu 362 jiwa/km2. Tabel 5Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota Penduduk Kabupaten/Kota
Jumlah
Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
1 181 430 1 239 660 3 050 929 1 448 964 1 918 556 392 341 611 897 1 405 170 11 248 947
Persentase 10.50 11.02 27.12 12.88 17.06 3.49 5.44 12.49 100.00
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 430 362 3 015 835 12 464 2 236 2 294 9 547 1 164
Laju Pertumbuhan Penduduk (2011-2012) 0.74 0.83 3.01 0.99 2.56 1.67 2.21 3.58 2.16
Sumber: BPS Provinsi Banten,2013
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalamproses pembangunan di suatu daerah. Jumlah tenaga kerja yang besar dengan disertai keahlian yang cukup memadai akan mempercepat perkembanganpembangunan di
21 daerah tersebut. Jumlah angkatan kerja Provinsi Banten pada bulan Februari 2013 sebanyak 5.47 juta orang dengan proporsi 4.92 juta orang atau sekitar 89.90 persen bekerja dan 579 ribu orang atau sekitar 10.09 persen pengangguran (Tabel 6). Tingginya angka tingkat pengangguran mengindikasikan bahwa pembangunan daerah di provinsi Banten belum berjalan secara baik. Tabel 6Struktur angkatan kerja Provinsi Banten (Februari 2013) No 1 2
3
Uraian
Jumlah Orang
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja
Persen (%)
7 979 536 5 475 876 4 922 981 552 895 2 503 660
89.90 10.10
Sumber: BPS Provinsi Banten, 2013
Sebagian besar penduduk Banten bekerja di sektor perdagangan dan industri seperti yang ditunjukkan pada tabel 7. Selama kurun waktu Februari 2013sampai dengan Agustus 2013 terjadi shifting lapangan pekerjaan sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini terindikasi dari terjadinya drop out tenaga kerja pada sektor pertanian sebesarkurang lebih 11 ribu orang dan bertambahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor industrisebanyak kurang lebih 171 ribu orang. Tabel 7
Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, tahun 2012-2013 (ribu orang)
Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian Industri Perdagangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Total
2012 Februari 732.33 1019.43 1195.67 993.35 79.60 4 020.38
Agustus 602.90 1190.20 1122.20 869.50 821.00 4 605.80
2013 Februari 706.39 1029.99 1243.49 932.14 84.35 3 996.36
Agustus 695.20 1201.70 1094.30 785.30 860.50 4 637.00
Sumber: BI,2014
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Jika garis kemiskinan semakin tinggi, maka semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan Provinsi Banten pada bulan September 2013 adalah Rp 288 734per kapita per bulan, meningkat sebesar Rp 25 337dari periode Maret 2013 (Tabel 8). Kenaikan nilai garis kemiskinan bersamaan juga dengan kenaikan jumlah penduduk miskin pada bulan September 2013 dengan total 682 710 penduduk dan persentase penduduk miskin sebesar 5.89 persen.
22 Tabel 8Garis kemiskinan, jumlah dan persentase penduduk miskin Periode
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Maret 2013 Perdesaan Perkotaan Kota + Desa September 2013 Perdesaan Perkotaan Kota + Desa
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)
Penduduk Miskin (%)
242 331 273 828 263 397
292.45 363.80 656.24
7.72 4.76 5.74
264 632 300 109 288 734
268.25 414.46 682.71
7.22 5.27 5.89
Sumber: BI, 2014
Pertumbuhan Ekonomi Kinerja pembangunan daerah dapat dinilai dari gambaran hasil pelaksanaan pembangunan, salah satunya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat wilayah menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB atas dasar harga konstan berfungsi untuk melihat pertambahan pendapatan wilayah dari satu waktu ke waktu berikutnya secara rill. Tabel 9 Laju pertumbuhan ekonomi PDRB Banten menurut lapangan usaha tahun 2013 Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Laju Pertumbuhan (%) 7.35 3.18 3.92 4.01 9.68 7.91 7.73 8.52 8.45 5.86
Sumber: BPSProvinsi Banten , 2014
Besaran PDRB Banten tahun 2013 atas dasar harga konstan mencapai Rp 105.86 triliun, meningkat Rp 5.87 triliun dibandingkan PDRB tahun 2012 sebesar Rp 99.99 triliun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5.86 persen ini lebih rendah dibandingkan tahun 2012 sebesar 6.15 persen. Pada sisi penawaran, seluruh sektor PDRB Banten pada tahun 2013 tumbuh secara positif.
23 Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor bangunan yang tumbuh 9.68 persen. Sektor dengan persentase pertumbuhan ekonomi paling rendah selama tahun 2013 adalah sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 3.18 persen. PDRB per kapita diperoleh dari PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (BPS, 2013). PDRB per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah selama satu tahun. Kota Cilegon adalah kota dengan PDRB per kapita tertinggi di Provinsi Banten, dengan pendapatan tahun 2013 sebesar 97.15 juta rupiah (Tabel 10). Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk yang sedikit disertai PDRB kota Cilegon yang besar karena adanya industri-industri besar besi dan baja penghasil nilai tambah yang tinggi. Kota dengan PDRB per kapita terendah adalah Kabupaten Lebak , daerah berbasis pertanian dengan PDRB yang cukup rendah. Tabel 10PDRB per kapita Provinsi Banten atas dasar harga berlaku menurut kabupaten/kota tahun 2010-2012 Kabupaten / Kota Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan
PDRB per kapita (Rp juta) 2010 2011 2012 7.55 8.12 9.01 7.02 7.53 8.18 12.30 13.53 14.61 9.05 9.86 10.75 31.65 34.45 36.94 83.46 89.62 97.15 9.79 10.68 11.65 9.00 9.97 10.88
Sumber: BPS Provinsi Banten , 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Perekonomian Provinsi Banten Gambaran mengenai struktur perekonomian provinsi Banten diperoleh dari Tabel Input-Output Provinsi Banten tahun 2010. Struktur perekonomian regional Provinsi Banten yang ditinjau berdasarkan struktur permintaan, struktur konsumsi rumah tangga, struktur konsumsi pemerintah, struktur investasi, struktur surplus perdagangan, struktur nilai tambah bruto dan struktur tenaga kerja. Struktur Permintaan Total permintaan merupakan penjumlahan dari permintaan antara dan permintaan akhir dalam struktur tabel Input-Output. Permintaan antara menunjukkan jumlah permintaan barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan permintaan akhir merupakan output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. Total permintaan Provinsi Banten pada tahun 2010
24 adalah sebesar Rp 555 triliun, yang terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 166 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 389 triliun (Tabel 11). Tabel 11Struktur permintaan sektor ekonomi Provinsi Banten Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Permintaan antara Jumlah Persen (%) (Rp Juta) 13039706 7.82 202466 0.12
Permintaan akhir Jumlah Persen (%) (Rp Juta) 13428640 3.45 170907 0.04
Total permintaan Jumlah Persen (%) (Rp Juta) 26468346 4.76 373374 0.07
51437565
30.86
201163313
51.69
252600877
45.44
14912648
8.95
8793959
2.26
23706607
4.26
5312228 35227216
3.19 21.13
37518398 46343063
9.64 11.91
42830627 81570278
7.70 14.67
29166193
17.50
39692321
10.20
68858514
12.39
12006731
7.20
14453778
3.71
26460510
4.76
5374178 3.22 166678932 100.00
27641562 7.10 389205941 100.00
33015739 5.94 555884872 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Besarnya kontribusi setiap sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi Banten ditunjukkan pada tabel 11. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp 252 triliun atau sebesar 45.44 persen dari total permintaan Provinsi Banten. Kontribusinya terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 51 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 201 triliun. Jumlah permintaan akhir yang lebih besar dari permintaan antara mengindikasikan bahwa output sektor industri pengolahan lebih banyak digunakan untuk konsumsi langsung bukan sebagai input pada sektor lain dalam perekonomian Provinsi Banten. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor transportasi dan komunikasi menempati peringkat kedua dan ketiga dalam kontribusi total permintaan. Sektor Penggalian memiliki total permintaan terkecil yaitu Rp 373 miliar atau sebesar 0.07 persen dari total permintaan provinsi Banten. Struktur Konsumsi Rumah Tangga Total konsumsi rumah tangga Provinsi Banten berdasarkan Tabel InputOutput klasifikasi 58 sektor tahun 2010 mencapai Rp 78 triliun. Sektor industri pengolahan menghasilkan nilai konsumsi rumah tangga tertinggi, yaitu sebesar Rp 23 triliun atau sekitar 30.49 persen dari total konsumsi rumah tangga (Tabel 12). Kemudian pada posisi kedua ditempati oleh perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai konsumsi rumah tangga sebesar Rp 15 triliun atau sebesar
25 19.66persen dan ketiga sektor transportasi dan komunikasi sebesar Rp 14 triliun atau sebesar 18.29 persen. Tabel 12Struktur konsumsi rumah tangga terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Konsumsi rumah tangga Jumlah (Rp juta) Persen (%) 3542865 66 23798507 2476966 845891 15340674 14271354 8271211 9499966 78047501
4.54 0.00 30.49 3.17 1.08 19.66 18.29 10.60 12.17 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Struktur Konsumsi Pemerintah Jumlah konsumsi pemerintah berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Banten tahun 2010 adalah Rp 10.77 triliun. Tabel 13 menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan pada sektor jasa yaitu sebesar Rp 7.28 triliun atau sekitar 67.62 persen dari total keseluruhan konsumsi pemerintah. Berdasarkan tabel Input-Output provinsi Banten klasifikasi 58 sektor, sekitar Rp 4.52 triliun dialokasikan pemerintah untuk jasa administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib. Alokasi untuk subsektor ini lebih besar dibandingkan alokasi untuk subsektor jasa lainnya. Tabel 13 Struktur konsumsi pemerintah terhadap sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Konsumsi pemerintah Jumlah (Rp juta) Persen (%) 10167 0 184595 79893 932357 1398016 684233 198641 7284201 10772103
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
0.09 0.00 1.71 0.74 8.66 12.98 6.35 1.84 67.62 100.00
26 Struktur Investasi Total investasi merupakan penjumlahan dari pembentukan modal tetap dan perubahan stok. Total keseluruhan investasi Provinsi Banten pada tahun 2010 adalah Rp 55.87 triliun. Pada tabel 14 ditunjukkan bahwa sektor konstruksi mempunyai investasi terbesar yaitu Rp 35.58 triliun atau 63.71 persen dari total investasi provinsi Banten. Sektor selanjutnya yaitu sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 12.52 triliun atau sekitar 23.41 persen dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 4.05 triliun atau sekitar 7.26 persen dari total investasi provinsi Banten. Tabel 14Investasi sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Pembentukan modal tetap (Rp juta) 617018 63 6965691 0 35595792 2946124 1632048 0
Perubahan stok (Rp juta) 710332 1563 5558239 64335 0 1109157 531228 0
Investasi (Rp Juta)
Persen (%)
1327350 1626 12523930 64335 35595792 4055281 2163276 0
2.38 0.01 22.41 0.12 63.71 7.26 3.87 0.00
142383
-100
142283
0.25
47899120
7974754
55873874
100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Struktur Ekspor dan Impor Total ekspor bersih diperoleh dari selisih antara total ekspor dan total impor. Jumlah ekspor bersih Provinsi Banten berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun 2010 adalah sebesar Rp 244.51 triliun. Tabel 15Net ekspor sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Net ekspor (Ekspor - Impor) Jumlah (Rp juta) Persen (%) 8548252 169214 164656264 6172761 144366 25549097 22573472 5983939 10715114 244512479
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
3.50 0.07 67.34 2.52 0.06 10.45 9.23 2.45 4.38 100.00
27 Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor bersih Provinsi Banten adalah sektor industri pengolahan dengan nilai kontribusi sebesar Rp 164.65 triliun atau 67.34 persen dari total keseluruhan ekspor bersih (Tabel 15). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran berada pada urutan kedua dalam dengan nilai Rp 25.54 triliun atau sebesar 10.45 persen dari total ekspor bersih Provinsi Banten. Sektor transportasi dan komunikasi menempati urutan ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 22.57 triliun atau sebesar 9.23 persen dari total ekspor bersih Provinsi Banten. Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto (NTB) adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Nilai tambah bruto (NTB) pada Tabel Input Output Provinsi Banten Tahun 2010 dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha, penyusustan, pajak tidak langsung dan subsidi. Pajak tidak langsung netto merupakan selisih antara pajak tidak langsung dengan subsidi. Besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output atau nilai yang diproduksi atau yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Tabel 16 menunjukkan total NTB yang dihasilkan oleh Provinsi Banten Tahun 2010 adalah sebesar Rp 230.81 triliun dengan perincian dari upah dan gaji sebesar Rp 73.15 triliun, surplus usaha Rp 11.80 triliun, penyusutan sebesar Rp 30.85 triliun, dan pajak tidak langsung netto sebesar Rp 8.72 triliun. Tabel 16 Struktur nilai tambah bruto sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Sektor ekonomi
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi
6907764
7748274
Ratio upah gaji dan surplus usaha 0.89
618229
383250
15657516
117656
125099
0.94
33165
7703
283622
23680580
50324857
0.47
12057278
3743495
89806210
1458901
3574545
0.41
1144638
722331
6900415
6124161
6156194
0.99
1227830
643076
14151261
7615349
22455080
0.34
2089374
2025005
34184807
7910448
11054397
0.72
9548854
428408
28942106
Upah dan gaji (Rp juta)
Surplus usaha (Rp juta)
Penyusutan (Rp juta)
Pajak tak langsung (Rp juta)
Jumlah (Rp juta)
Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
3143905
14817888
0.21
1711554
672867
20346214
16198408
1816252
8.92
2427115
100494
20542269
Total
73157170
118072586
13.89
30858036
8726628
230814421
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Sektor penyusun upah dan gaji tertinggi adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 23.68 triliun, kedua adalah sektor jasa dengan nilai Rp 16.19 triliun dan ketiga adalah sektor transportasi dan komunikasi sebesar Rp 7.91
28 triliun. Sektor industri pengolahan adalah sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Provinsi Banten.Sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi pada surplus usaha adalah sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 50.32 triliun, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai Rp 22.45 triliun dan ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 14.81 triliun. Rasio upah gaji dan surplus usaha dapat digunakan untuk mengukur keseimbangan distribusi pendapatan antara pemilik modal dan tenaga kerja. Jika rasio upah gaji dengan surplus usaha suatu sektor bernilai satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi keseimbangan dalam pendistribusian pendapatan pada suatu sektor perekonomian. Sektor jasa merupakan satu-satunya sektor yang memiliki rasio upah gaji dan surplus usaha lebih besar dari satu yaitu 8.92 karena besarnya pendapatan pekerja lebih rendah dibandingkan surplus usaha pemilik modal.Hal ini terjadi akibat faktor produksi yang digunakan yang digunakan pada sektor tersebut adalah padat karya.Pada sektor-sektor lainnya terjadi ketidakseimbangan antara upah dan gaji yang diterima pekerja dengan surplus usaha yang diterima oleh pemilik modal. Unsur selanjutnya dari nilai tambah bruto adalah nilai penyusutan (pengurangan dari nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi). Sektor yang memberikan nilai penyusutan tertinggi pada perekonomian Provinsi Banten tahun 2010 adalah sektor industri pengolahan dengan nilai Rp 12.05 triliun serta transportasi dan komunikasi menempati urutan kedua tertinggi dimana nilai penyusatannya sebesar Rp 9.54 triliun yang diikuti oleh sektor jasa dengan nilai penyusutan sebesar Rp 2.42 triliun. Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan pemerintah pada sektor tersebut. Pajak tak langsung netto yang terdapat pada perekonomian Provinsi Banten tahun 2010 terbesar berasal dari sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 3.74 triliun, diikuti sektor perdagagan, hotel, dan restoran dengan nilai pajak tak langsung netto sebesar Rp 2.02 triliun, urutan ketiga sektor listrik, gas, dan air bersih yang memiliki nilai pajak tak langsung netto sebesar Rp 722.31 miliar. Struktur Tenaga Kerja Analisis struktur tenaga kerja ditujukan untuk mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja sektoral yang dilihatberdasarkan rasio perbandingan antara nilai tambah sektoral dengan jumlahtenaga kerja masing-masing sektor. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ekonomi Provinsi Banten tahun 2010 sebanyak 4 151 126 orang (Tabel 17). Sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu sektor industri pengolahan sekitar 23.92 persen, kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran 19.42 persen dan sektor jasa20.40 persen dari total tenaga kerja yang ada di Provinsi Banten. Dua sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 286.33 juta/TK dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 246.23 juta/TK. Kebutuhan akan output dari sub-sektor ketenagalistrikan didominasi oleh sektor industri pengolahan di Banten. Total kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di Banten tahun 2010 sekitar 6.300 MW (Distamben Provinsi Banten, 2013). Kedua sektor ini memiliki sedikit
29 pekerja tetapi mampu menghasilkan nilai tambah bruto yang tinggi sehingga menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Tabel 17Struktur tenaga kerja sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
15657516 283622
6907764 117656
788886 27229
19.85 10.42
Upah per tenaga kerja (Juta/TK) 8.76 4.32
89806210 6900415
23680580 1458901
993266 28024
90.42 246.23
23.84 52.06
14151261 34184807
6124161 7615349
202673 863281
69.82 39.60
30.22 8.82
28942106
7910448
329801
87.76
23.99
20346214
3143905
71058
286.33
44.24
20542269 230814421
16198408 73157170
846908 4151126
24.26 55.60
19.13 17.62
Nilai tambah bruto (Rp juta)
Upah dan gaji (Rp juta)
Jumlah tenaga kerja (Orang)
Produktivitas (Juta/TK)
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Upah per tenaga kerja dihitung melalui rasio upah dan gaji dengan jumlah tenaga kerja masing-masing sektor. Sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki upah per tenaga kerja tertinggi yaitu Rp 52.06 juta/TK/tahun atau sekitar Rp 4.33 juta/TK/bulan. Upah per tenaga kerja yang besar disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit tetapi upah dan gaji keseluruhan yang diterima pekerja besar. Sektor dengan upah per tenaga kerja terendah adalah sektor penggalian yaitu Rp 4.32 juta/TK/tahun atau sekitar Rp 360.08 ribu/TK/bulan. Jumlah ini jauh dari Upah Minimum Provinsi Banten tahun 2010 yaitu Rp 955.300 ribu/TK/bulan.
Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan terbagi menjadi dua yaitu, keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Nilai keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang diperoleh dari nilai matriks kebalikan Leontief. Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya.Keterkaitan ke depan terbagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke
30 depan.Nilai keterkaitan ke depan mendeskripsikan jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Tabel 18 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Keterkaitan ke depan KD KDLTi 0.02346 1.26802 0.00036 1.00528 0.09253 1.87626 0.02683 1.30617 0.00956 1.18746 0.06337 1.70031 0.05247 1.59740 0.02160 1.26286 0.00967 1.13650
Keterangan:
KD : Keterkaitan ke depan langsung KDLTi : Keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Tabel 18 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai keterkaitan langsung dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan terbesar dengan nilai 0.09253 dan 1.87626. Nilai ini menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka output sektor industri pengolahan yang langsung dialokasikan ke sektor yang menggunakan output dari sektor industri pengolahan termasuk sektor itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 92 530 serta secara langsung dan tidak langsung akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1 876 260. Tabel 19 menunjukkan sepuluh sektor dengan nilai keterkaitan ke depan terbesar pada tabel Input-Output klasifikasi 58 sektor untuk memfokusan subsekor ekonomi apa yang dapat dikembangkan pada sektor industri pengolahan. Sektor industri makanan, minuman, dan tembakau merupakan sub-sektor dari sektor industri pengolahan yang berada pada urutan ketiga dengan nilai keterkaitan ke depan langsung terbesar sebesar 0.01793. Tiga sektor yang terbanyak menggunakan output dari sektor industri makanan, minuman, dan tembakau secara langsung adalah sektor peternakan, sektor industri kulit dan barang dari kulit, serta sektor penyediaan makanan dan minuman. Sektor ini juga memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung yang berada pada urutan kedua yaitu 2.85239. Tiga sektor yang menggunakan output per unit kenaikan permintaan akhir untuk sektor industri makanan, minuman, dan tembakau adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor peternakan dan sektor penyediaan makanan dan minuman.
31 Tabel 19 Keterkaitan ke depan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 Sektor Rank 1
Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Ketenagalistrikan
KD 0.05399
KDLTi 4.63039
0.01793
Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Ketenagalistrikan
4
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Angkutan Udara
0.01656
Angkutan Udara
2.03340
5 6
Angkutan Darat Informasi dan Komunikasi
0.01501 0.01483
Informasi dan Komunikasi Angkutan Darat
1.99017 1.95110
7 8
0.01060 0.01038
10
Konstruksi
0.00956
Konstruksi Pertambangan Minyak Bumi, Gas Alam dan Panas, Batubara dan Lignit Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Pertambangan dan Penggalian Lainnya
1.92652 1.79271
9
Real Estate Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Tanaman Pangan
2 3
0.02418
0.01006
2.85239 2.61670
1.59491
1.59144
Keterangan:
KD : Keterkaitan ke depan langsung KDLTi : Keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
Keterkaitan ke Belakang Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor produksi hulunya. Keterkaitan ke belakang terbagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. Tabel 20 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Keterangan:
Keterkaitan ke belakang KB KBLTi 0.25158 1.35595 0.09586 1.14193 0.28527 1.40707 0.22321 1.30793 0.33803 1.48723 0.39418 1.55694 0.34700 1.51483 0.15728 1.22422 0.24069 1.34418
KB : Keterkaitan ke belakang langsung KBLTi : Keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
32 Nilai keterkaitan ke belakang mendeskripsikan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan suatu sektor untuk setiap unit kenaikan permintaan total dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri.Pada tabel 20 ditunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan langsung dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar dengan nilai 0.39418 dan 1.55694. Nilai ini menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka sektor perdagangan, hotel dan restoran akan meningkatan permintaan input secara langsung terhadap sektor hulunya maupun sektor itu sendiri sebesar Rp 394 180 serta secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan permintaan input sebesar Rp 1 556 940. Tabel 21 Keterkaitan ke belakang sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor Rank 1
Sektor Ekonomi Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Barang-Barang Dari Logam Dasar Bukan Besi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Angkutan Darat
KB 0.44787
Sektor Ekonomi Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Kertas dan Barang dari Kertas
KBLTi 1.70838
0.40168
Angkutan Darat
1.60571
0.40094
Peternakan
1.59645
6
Industri Kertas dan Barang dari Kertas
0.39963
1.56830
7
Perikanan
0.38683
8
Angkutan Udara
0.37034
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Penyediaan Makan Minum Angkutan Laut
9
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Penyediaan Makan Minum
0.36187
Angkutan Udara
1.54435
2 3
4
5
10
0.44600 0.41242
0.36025
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Keterangan: KB : Keterkaitan ke belakang langsung KBLTi : Keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
1.63982 1.62024
1.56019 1.55158
1.54284
Tabel 21 menunjukkan sepuluh sektor dengan nilai keterkaitan ke belakang terbesar pada tabel Input-Output klasifikasi 58 sektor untuk memfokusan subsekor ekonomi apa yang dapat dikembangkan pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor merupakan sub-sektor dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang berada pada urutan keempat dengan nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0.40168. Tiga sektor penyedia input secara langsung bagi sektor ini adalah sektor real estate, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor informasi dan komunikasi. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor juga
33 memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang cukup besar yaitu 1.56830, dimana tiga sektor utama yang menyediakan input per unit kenaikan permintaan akhirnya sama dengan ketiga sektor penyedia input secara langsung. Analisis Dampak Penyebaran Daya penyebaran dan derajat kepekaan merupakan perbandingan dampak, baik ke belakang maupun ke depan, terhadap rata-rata seluruh dampak sektor (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Kedua indeks ini merupakan bagian dalam analisis dampak penyebaran mampu memperbandingkan derajat keterkaitan antarsektor sehingga memadai untuk dipakai sebagai landasan penentuan sektor unggulan. Suatu sektor dikatakan memiliki koefisien penyebaran dan derajat kepekaan yang tinggi apabila nilai indeksnya lebih besar dari satu. Tabel 22 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 Sektor Sektor Ekonomi Pertanian Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
IDP 0.98892 0.83283 1.02620 0.95390 1.08467 1.13551 1.10479 0.89285 0.98034
IDK 0.92479 0.73317 1.36840 0.95262 0.86604 1.24007 1.16501 0.92103 0.82888
Keterangan:
IDP : Indeks daya penyebaran IDK : Indeks derajat kepekaan Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Koefisien Penyeberan (Daya Penyebaran ke Belakang) Koefisien penyebaran adalah efek yang ditimbulkan akibat peningkatan output suatu sektor tersebut terhadap output sektor-sektor hulunya. Tabel 22 menunjukan terdapat empat sektor ekonomi yang memiliki koefisien penyebarandengan nilai indeks lebih besar dari satu di Provinsi Banten, yaitu sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor transportasi dan komunikasi. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi sebesar 1.13551. Sub-sektor yang dapat dikembangan dari sektor ini adalah sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor penyediaan makan minum karena memiliki nilai koefisien yang besar yaitu 1.15781 dan 1.15183 (Tabel23). Derajat Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan) Derajat Kepekaan adalah efek yang ditimbulkan akibat peningkatan output suatu sektor tersebut terhadap output sektor-sektor hilirnya. Tabel 22 menunjukan terdapat tiga sektor ekonomi yang memiliki kepekaan penyebaran dengan nilai
34 indeks lebih besar dari satu di Provinsi Banten, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor transportasi dan komunikasi.Sektor industri pengolahan memiliki nilai derajat kepekaan tertinggi sebesar 1.36840. Sub-sektor yang dapat dikembangan dari sektor industri pengolahan adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau dengan nilai indeks 2.10581 dan sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik dengan nilai indeks 1.17746 (Tabel 23). Tabel 23
Indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor
Rank 1
Sektor ekonomi Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik
IDP 1.26123
2
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
1.21061
3
Industri Kertas dan Barang dari Kertas Angkutan Darat Peternakan
1.19616
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Penyediaan Makan Minum Angkutan Laut Angkutan Udara
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
1.13902
4 5 6
7 8 9
10
sektor-sektor
Sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Ketenagalistrikan
IDK 3.41843
1.50118 1.46927
1.15781
Angkutan Udara Informasi dan Komunikasi Angkutan Darat
1.15183
Konstruksi
1.42227
1.14547 1.14013
Tanaman Pangan Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Peternakan
1.32348 1.17746
1.18543 1.17859
2.10581
1.93180
1.44042
1.17489
Keterangan:
IDP : Indeks daya penyebaran IDK : Indeks derajat kepekaan Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
AnalisisAngkaPengganda(Multiplier) Tujuan dari dilakukannya analisis multiplier adalah melihat seberapa besar perubahan output suatu sektor produksi akibat terjadi perubahan dalam permintaan akhir. Terdapat dua jenis multiplier yaitu multiplier tipe I dan multiplier tipe II. Nilai dari multiplier tipe I adalah total dari efek awal(initial effect), efek putaran pertama(first round effect), dan efek dukungan industri(industrial support effect). Dalam tipe ini, rumah tangga dianggap mampu menentukan pola konsumsi di luar sistem ekonomi sehingga ditempatkan sebagai
35 variabel eksogen. Pada multiplier tipe II, rumah tangga ditempatkan sebagai variabel endogen, sehingga efek induksi konsumsi (consumption induced effect)turut diperhitungkan. Tiga variabel utama dalam analisis multiplier adalah output sektor produksi, pendapatan rumah tangga, dan tenaga kerja. MultiplierOutput Multiplieroutput digunakan untuk mengukur peningkatan nilai total dari output akibat adanya perubahan satu unit permintaan akhir. Tabel 24 menunjukkan nilai multiplier output tipe I tertinggi dimiliki oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai 1.55694. Nilai ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan output pada semua sektor ekonomi sebesar Rp 1 556 940. Hal ini juga didukung oleh hasil analisis multiplieroutput klasifikasi 58 sektor yang ditampilkan pada tabel 25. Tabel ini menunjukkan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor penyediaan makan minum dengan nilai multiplier tipe I yang berada pada peringkat keenam dan ketujuh. Keduanya merupakan sub sektor dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Tabel 24
Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor
Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Multiplier output Tipe I Tipe II 1.35595 1.92777 1.14193 1.74298 1.40707 1.66436 1.30793 1.46940 1.48723 1.84720 1.55694 1.84887 1.51483 1.83728 1.22422 1.51152 1.34418 2.32154
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Sektor jasa-jasa memiliki nilai tertinggi dalam hasil multiplieroutput tipe II, yaitu sebesar 2.32154. Nilai ini berarti dengan memasukkan efek induksi konsumsi, jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap jasa-jasa sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan output pada semua sektor ekonomi sebesar Rp 2 321 540. Kelima sub-sektor dari sektor jasa-jasa yang memiliki nilai multiplier output tipe II tertinggi adalah (1) sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, (2) sektor jasa pendidikan, (3) sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, (4) sektor jasa lainnya, dan (5) sektor jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan Swasta (Tabel 23).
36 Tabel 25 Nilai multiplier output sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 Sektor Rank 1
2 3 4 5 6
7 8 9 10
Multiplier Output Sektor Ekonomi Tipe 1 Sektor Ekonomi Industri Komputer, Barang 1.70838 Administrasi Elektronik, Optik dan Pemerintahan, Pertahanan Peralatan Listrik dan Jaminan Sosial Wajib Industri Makanan, Minuman 1.63982 Jasa Pendidikan dan Tembakau Industri Kertas dan Barang 1.62024 Pertambangan dan dari Kertas Penggalian Lainnya Angkutan Darat 1.60571 Tanaman Pangan Peternakan 1.59645 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Perdagangan Besar dan 1.56830 Jasa lainnya Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Penyediaan Makan Minum 1.56019 Angkutan Rel Angkutan Laut 1.55158 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Angkutan Udara 1.54435 Jasa Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan Swasta Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1.54284 Industri Komputer, Sosial Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik
Tipe II 2.81559
2.43873 2.34609 2.21953 2.15886 2.15034
2.14732 2.09729 2.04160 2.03842
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan digunakan untuk mengukur peningkatan nilai pendapatan rumah tangga akibat adanya perubahan satu unit permintaan akhir. Tabel 26 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I dan tipe II tertinggi. Tabel 26 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Multiplierpendapatan Tipe I Tipe II 1.21468 1.53800 1.05744 1.33891 1.52152 1.92650 1.45469 1.84189 1.39570 1.76720 1.73355 2.19498 1.55607 1.97025 1.34055 1.69737 1.10438 1.39833
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
37 Nilai multiplier pendapatan tipe I sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1.73355 menunjukkan jika ada penambahan perrmintaan akhir output dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 1 juta , maka pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut akan meningkat sebesar Rp 1 733 550. Selanjutnya untuk nilai pengganda pendapatan rumah tangga tipe II berarti bahwa dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, jika ada penambahan perrmintaan akhir output dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 1 juta , maka pendapatan rumah tangga yang bekerja di sektor tersebut akan meningkat sebesar Rp 2 194 980. Kedua hal ini juga didukung oleh hasil analisis multiplier pendapatan klasifikasi 58 sektor yang ditampilkan pada tabel 27. Tabel ini menunjukkan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor memiliki nilai multiplier pendapatan tipe I dan tipe II yang tinggi. Nilai multiplier pendapatan tipe I sebesar 1.79251 berada pada peringkat kesembilan, sedangkan nilai multiplier pendapatan tipe II sebesar 2.33844 ada di peringkat kedelapan. Sekor lainnya yang menempati peringkat kedua pada multiplier pendapatan tipe I dan tipe II adalah sektor transportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar 1.55607 dan 1.97025. Peringkat ketiga ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar 1.52152 dan 1.92650. Tabel 27 Nilai multiplier pendapatan sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 sektor Rank 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
Multiplier pendapatan Sektor ekonomi Tipe 1 Sektor ekonomi Industri Kimia 2.71281 Industri Kimia Industri Besi Dan Baja 2.57379 Industri Besi Dan Baja Dasar Dasar Industri Makanan, Minuman 2.41497 Industri Barang-Barang dan Tembakau Dari Besi Dan Baja Dasar Industri Barang-Barang Dari 2.22849 Real Estate Besi Dan Baja Dasar Real Estate 2.14306 Angkutan Laut Angkutan Laut 2.10497 Angkutan Udara Angkutan Udara 2.07111 Peternakan Peternakan 1.84008 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Perdagangan Besar dan 1.79251 Industri Komputer, Eceran, dan Reparasi Mobil Barang Elektronik, Optik dan Sepeda Motor dan Peralatan Listrik Industri Komputer, Barang 1.74026 Industri Kertas dan Elektronik, Optik dan Barang dari Kertas Peralatan Listrik
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
Tipe II 3.53904 3.35769 2.90722 2.79577 2.74609 2.70190 2.4005 2.33844
2.27028
2.16619
38 Multiplier Tenaga Kerja Multipliertenaga kerja digunakan untuk mengukur perubahan lapangan pekerjaan dalam perekonomian akibat adanya perubahan satu unit permintaan akhir di suatu sektor. Tabel 28 menunjukkan bahwa sektor listrik, gas, dan air bersih memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II tertinggi. Nilai multipliertenaga kerja tipe I sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 3.41437 menunjukkan jika sektor listrik, gas, dan air bersih akan menciptakan lapangan kerja untuk 3.41437 orang (3 orang) tenaga kerja di semua sektor ekonomi jika output sektor tersebut meningkat sebesar satu juta rupiah. Selanjutnya untuk nilai multiplier tenaga kerja tipe II berarti bahwa dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, sektor listrik, gas, dan air bersih akan menciptakan lapangan kerja untuk 5.78857 orang (5 orang) tenaga kerja di semua sektor ekonomi jika output sektor tersebut meningkat sebesar satu juta rupiah. Tabel 28Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor Sektor ekonomi Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Multiplier tenaga kerja Tipe I Tipe II 1.18448 1.38988 1.01645 1.09104 1.87000 2.47478 3.41437 5.78857 1.75329 2.41814 1.31645 1.51274 1.85361 2.41876 1.39750 1.88697 1.15303 1.54546
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Kedua hal ini didukung oleh hasil analisis multiplier tenaga kerja klasifikasi 58 sektor yang ditampilkan pada tabel 29. Tabel ini menunjukkan dua sub-sektor listrik, gas, dan air bersih, yaitu sektor ketenagalisrikan dan gas memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II yang tinggi. Sektor ketenagalistrikan memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I sebesar 3.74932 berada pada peringkat ketiga, sedangkan tipe II sebesar 6.75458 ada di peringkat pertama. Sektor gas memiliki nilai multiplier tenaga kerja tipe I sebesar 3.00616berada pada peringkat keempat, sedangkan tipe II sebesar 5.58721 ada di peringkat kedua. Nilai multiplier tenaga kerja yang tinggi pada sektor listrik, gas, dan air disebabkan jumlah tenaga kerja yang bekerja tidak terlalu besar sedangkan nilai tambah yang dihasilkan sektor ini sangat besar. Sektor yang berproduktivitas tinggi akan menghasilkan nilai multiplier tenaga kerja yang tinggi.
39 Tabel 29Nilai multiplier tenaga kerja sektor perekonomian Provinsi Banten klasifikasi 58 Sektor Rank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Multiplier tenaga kerja Tipe 1 Sektor ekonomi 4.24973 Ketenagalistrikan 4.08273 Gas
Sektor ekonomi Industri Kimia Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Ketenagalistrikan Gas
3.74932 3.00616
Industri Kimia Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Pengadaan Air
5.53580 5.22758
4.11521
3.12848
Industri Besi Dan Baja Dasar Industri Barang-Barang Dari Besi Dan Baja Dasar Angkutan Laut
2.89509
Angkutan Udara Industri Logam Dasar Bukan Besi Real Estate
2.50516 2.42748
Industri Besi Dan Baja Dasar Industri Barang-Barang Dari Besi Dan Baja Dasar Angkutan Laut Angkutan Udara
2.19594
Real Estate
2.78525 2.63875
Tipe II 6.75458 5.58721
4.31731
3.84171 3.55000 3.40159
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
Analisis Sektor Basis Kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah untuk menentukan arah pembangunan ekonominya masing-masing haruslah digunakan secara tepat. Pemerintah harus memilih sektor-sektor basis yang bisa dikembangkan untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Metode Location Quotient(LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang merupakan sektor basis dan non basis.Metode ini merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sektor yangsama pada daerah yang cakupannya luas dalam suatu wilayah. Tabel 30Nilai LQ sektor ekonomi Provinsi Banten Nilai LQ Sektor Ekonomi 2010 2011 0,57 Pertanian 0.58 0,01 Pertambangan dan Penggalian 0.01 1,94 Industri Pegolahan 1.97 4,76 Listrik, Gas dan Air Bersih 4.77 0,43 Kontruksi 0.42 1,08 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.08 0,92 Transportasi dan Komunikasi 0.91 0,39 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.39 0,46 Jasa-jasa 0.46 Sumber:BPS, 2013 (diolah)
2012 0,58 0,01 1,90 4,77 0,43 1,11 0,92 0,39 0,48
40 Salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk menentukan sektor basis adalah indikator pendapatan. Data pendapatan yang digunakan dalam analisis LQ ini adalah nilai PDRB sektoral (klasifikasi 9 sektor) atas dasar harga konstan tahun 2010-2012 Provinsi Banten dengan wilayah referensi Negara Indonesia tahun 2010-2012. Hasil perhitungan analisis LQ pada tabel 30 adalah ada tiga sektor basis di Provinsi Banten yaitu (1) sektor listrik, gas, dan air bersih, (2) sektor industri pengolahan, dan (3) sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Nilai LQ yang lebih besar dari selama tiga tahun menunjukkan pangsa pendapatan ketiga sektor di Provinsi Banten lebih besar dibanding pangsa pendapatan ketiganya secara nasional dan berorientasi ekspor. Tabel 31 Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2010 Kabupaten/Kota Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan
1
2
3
4.11 4.85 1.29 1.98 0.02 0.30 1.18 0.12
0.60 10.08 0.77 0.63 0.00 0.77 0.12 0.24
0.25 0.21 1.30 1.39 1.07 1.46 0.10 0.31
Sektor Ekonomi 4 5 6 0.58 0.09 2.37 0.96 0.23 1.89 0.39 1.02
1.60 1.35 0.25 0.79 0.67 0.16 8.43 2.95
1.16 1.11 0.43 0.38 1.39 0.48 1.32 1.79
7
8
9
0.62 0.61 0.85 0.32 1.36 0.87 0.74 1.29
1.33 1.11 0.08 0.54 0.92 0.81 2.43 3.32
2.56 2.58 0.65 0.61 0.45 0.41 5.14 3.47
Sumber: BPS, 2013 (diolah)
Potensi sektor basis pada masing-masing wilayah dapat dilihat melalui analisis LQ untuk setiap kota dan kabupaten di Provinsi Banten. Data yang digunakan adalah PDRB Kota dan Kabupaten di Provinsi Banten tahun 2010 dan 2011 dengan wilayah referensi Provinsi Banten.Sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Lebak memiliki nilai LQ tertinggi, baik pada tahun 2010 sebesar 10.08 (tabel 31) dan tahun 2011 yaitu sebesar 11.67 (tabel 32). Tabel 32Nilai LQ sektor ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2011 Kabupaten/Kota Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang Kabupaten Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan Sumber: BPS, 2013 (diolah)
1
2
3
4.80 5.03 1.37 2.08 0.04 0.22 1.20 0.13
1.23 11.67 0.90 0.82 0.00 0.62 0.17 0.25
0.25 0.18 1.20 1.23 0.20 1.45 0.10 0.32
Sektor Ekonomi 4 5 6 0.99 0.11 2.17 1.16 0.43 1.47 0.37 1.02
2.09 1.48 0.28 0.91 1.25 0.12 8.19 2.78
1.49 1.20 0.47 0.41 2.66 0.61 1.26 1.69
7
8
9
0.80 0.74 0.99 0.39 2.62 0.55 0.73 1.26
1.71 1.40 0.09 0.58 1.69 0.61 2.78 3.38
0.17 3.14 0.70 0.68 0.86 0.26 4.57 3.20
41 Indikasi sektor basis yang berpotensi menjadi sektor unggulan tiap kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2011, yaitu: 1. Sektor pertanian dapat dikembangkan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, dan Kota Tangerang Selatan. 2. Sektor pertambangan dan penggalian dapat dikembangkan di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. 3. Sektor industri pengolahan dapat dikembangkan Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon 4. Sektor listrik, gas, dan air bersih dapat dikembangkan di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang Selatan. .5. Sektor konstruksi dapat dikembangkan di dapat dikembangkan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, dan Kota Tangerang Selatan. 6. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dapat dikembangkan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan. 7. Sektor transportasi dan komunikasi dapat dikembangkan di Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. 8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaandapat dikembangkan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan. 9. Sektor jasa-jasadapat dikembangkan di Kabupaten Lebak, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan. Tabel 33Nilai LQ tenaga kerja sektoral Provinsi Banten tahun 2010 Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Trasportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Nilai LQ Tenaga Kerja 0.47 0.61 2.22 1.86 0.92 1.13 1.54 1.61 1.17
Sumber: BPS, 2013 (diolah)
Indikator lain yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis adalah indikator tenaga kerja. Data yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja sektoral di Provinsi Banten tahun 2010 dengan wilayah referensi negara Indonesia.Hasil perhitungan analisis LQ pada tabel 33 adalah ada enam sektor basis di Provinsi Banten yaitu (1) sektor listrik, gas, dan air bersih, (2) sektor industri pengolahan, dan (3) sektor perdagangan, hotel, dan restoran, (4) sektor transportasi dan komunikasi, (5) sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan (6) sektor
42 jasa-jasa. Nilai LQ yang lebih besar dari selama tiga tahun menunjukkan pangsa tenaga kerja keenam sektor di Provinsi Banten lebih besar dibanding pangsa tenaga kerja secara nasional. Hasil dari analisis LQ belum cukup untuk membuktikan bahwa sektor basis juga merupakan sektor unggulan di Provinsi Banten. Suatu sektor yang terindikasi sebagai sektor unggulan harus memiiki kemampuan daya penyebaran dan kepekaan yang tinggi, serta mampu mendorong permintaan agregat dan meningkatkan penawaran agregat untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Penetapan sektor basis melalui analisis LQ hanya mampu untuk menganalisis dampak sektor pada sisi permintaan saja. Analisis Input-Output dapat digunakan sebagai teknik perencanaan lanjutan dalam menyusun strategi pembangunan sektoral di masa depan.
Penentuan Sektor Unggulan Penilaian pada analisis Input-Output dilakukan berdasarkan data pada Tabel Input-Output Provinsi Banten tahun 2010. Kriteria dalam penentuan sektor unggulan adalah sektor-sektor yang memiliki efek penyebaran dan multiplier effect yang besar. Hasil pengolahan pada Tabel Input-Output klasifikasi 9 sektor (agregasi) mengarahkan kepada tiga sektor yang menjadi sektor unggulan yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor transportasi dan komunikasi. Ketiga sektor mempunyai nilai IDP dan IDK yang lebih besar dari satu dan berada pada kuadran I (Tabel 34). Ketiga sektor ini memiliki nilai total peringkat multiplier terendah jika rank ketiga total multipliernya dijumlahkan (Tabel 35). Tabel 34 Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan klasifikasi 9 sektor IDP>1 IDP<1 IDK>1
IDK<1
- Industri Pegolahan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Transportasi dan Komunikasi - Pertanian - Konstruksi - Pertambangan dan Penggalian - Listrik, Gas dan Air Bersih - Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil analisis sektor basis, karena dengan identifikasi sektor unggulan menunjukkan bahwa secara agregasi, sektor listrik, gas, dan air bersih bukanlah sektor unggulan di Provinsi Banten. Nilai koefisien penyebaran dan derajat kepekaan sektor ini kurang dari satu, yang artinya sektor listrik, gas, dan air bersih kurang mampu memacu pertumbuhan baik sektor hulu
43 maupun sektor hilirnya. Nilai multiplier tenaga kerja yang diperoleh dari produktivitas tenaga kerja sektor yang tinggi tidak didukung dengan efek multiplier pada sisi output dan pendapatan. Sebaliknya, sektor transportasi dan komunikasi yang sebelumnya tidak dinyatakan sebagai sektor basis, namun hasil pada analisis input-output menunjukkan sektor ini memiliki daya penyebaran, derajat kepekaan, dan efek pengganda tinggi di ketiga koefiseinnya. Tabel 35Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 9 sektor Sektor Ekonomi
Total Multiplier Output
Total Multiplier Pendapatan
Total Multiplier Tenaga Kerja
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 7 6 8 4 2 3 9 1
7 9 3 4 5 1 2 6 8
8 9 2 1 4 6 3 5 7
20 25 11 13 13 9 8 20 16
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Rincian lebih lanjut mengenai sub-sektor apa saja yang berperan dalam pengembangan ketiga sektor unggulan tersebut diperoleh dari hasil analisis InputOutput Provinsi Banten tahun 2010 untuk klasifikasi 58 sektor. Sektor unggulan yang ditetapkan dari hasil analisis Input-Output klasifikasi 58 sektor dan dipilih karena mempunyai nilai IDP dan IDK yang lebih besar dari satu dan berada pada kuadran I (Tabel 36). Tabel 36Kuadran nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan klasifikasi 58 sektor IDP<1
IDK>1
sektor 1, sektor 20, sektor 48, sektor 52
IDK<1
sektor 2, sektor 5, sektor 6, sektor 7, sektor 8, sektor 9, sektor 10, sektor 11, sektor 13, sektor 16, sektor 19, sektor 21, sektor 23, sektor 24, sektor 27, sektor 31, sektor 33, sektor 34, sektor 36, sektor 49, sektor 50, sektor51, sektor 54
IDP>1 sektor 4, sektor 12, sektor sektor 22, sektor 30, sektor sektor 35, sektor 38, sektor sektor 41, sektor 43, sektor sektor 47 sektor 14, sektor 15, sektor 25, sektor 26, sektor 29, sektor 37, sektor 42, sektor 44, sektor 53, sektor 55, sektor 57, sektor 58,
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
sektor sektor sektor sektor sektor
18, 32, 39, 46, 17, 28, 40, 45, 56,
44 Enam sektor pada tabel 37 memiliki nilai total peringkat multiplier terendah jika rank total multipliernya dijumlahkan. Sektor angkutan laut (sektor 44) tidak menjadi sektor unggulan karena nilai IDK yang kecil dan kurang dari satu , meskipun memiliki total multiplier yang tinggi. Sektor angkutan laut kurang mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya. Sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor di sisi lain memiliki nilai multiplier tenaga kerja yang rendah tetapi memiliki efek penyebaran yang sangat tinggi. Sektor ini tidak bisa dijadikan sektor unggulan karena tidak memenuhi kriteria multiplier dalam klasifikasi 58 sektor, tetapi pembahasan akan dilanjutkan untuk mendukung sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai sektor unggulan pada agregasi 9 sektor. Tabel 37Total peringkat multiplier sektor ekonomi klasifikasi 58 sektor Sektor Ekonomi
Total Multiplier Output
Total Multiplier Pendapatan
Total Multiplier Tenaga Kerja
Total
12 30 43 18 44 46
4 3 8 9 20 19
3 10 12 11 6 7
3 13 12 14 8 9
10 26 32 34 34 35
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
Tiga sub-sektor unggulan dalam sektor indusri pengolahan di Provinsi Banten adalah (1) sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, (2) sektor industri makanan, minuman dan tembakau dan (3) sektor industri kertas dan barang dari kertas. Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di tahun 2012 pada industri makanan, minuman, dan tembakau adalah 164 perusahaan, industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik adalah 73 perusahaandan untuk industri kertas dan barang dari kertas adalah 75 perusahaan (BPS 2013). Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) terbesar di Provinsi Banten pada triwulan IV-2013 adalah sektor industri logam dasar, barang logam, dan mesin elektronik sebesar US$ 410.94 juta, dan terbesar kedua untuk sektor industri makanan, minuman, dan tembakau sebesar US$ 88.40 juta. Industri kertas dan barang dari kertas mendapatkan porsi realisasi investasi lebih besar pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dibandingkan porsi pada PMA yaitu sebesar Rp 36.31 miliar. Sektor industri kertas dan barang dari kertas belum banyak menarik investor untuk menanamkan modal pada sektor ini. Sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik menggunakan output dari sektor industri barang dari plastik, sektor industri barang dari besi dan baja sebagai input utama dalam proses produksinya. Bahanbahan produksi didistribusikan melalui angkutan darat dan udara. Output sektor tenaga listrik juga digunakan untuk menggerakan mesin dalam produksi. Hasil dari output sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik kemudian dijual kepada pasar melalui sektor perdagangan besar dan eceran. Output sektor seperti barang elektronik dan peralatan listrik digunakan sebagai
45 input oleh sektor industri mesin dan perlengkapan dan sektor industri angkutan. Komputer dan barang elektronik juga banyak digunakan untuk mendukung kegiatan sektor jasa lainnya. Bahan produksi utama untuk industri makanan, minuman, dan tembakau berasal dari output sektor tanaman pangan dan sektor peternakan. Bahan produksi dibeli melalui sektor perdagangan besar dan eceran. Hasil output sektor ini kedepannya digunakan untuk mendukung kembali kegiatan sektor peternakan untuk pakan ternak, sektor penyediaan makan minum seperti restoran, dan sektor industri barang dari kulit. Keterkaitan yang tinggi antara sektor tanaman pangan, sektor indutri makanan, minuman, dan tembakau, dan sektor penyediaan makan minum diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk Banten dan ketahanan pangan nasional. Input utama industri kertas dan barang dari kertas di Provinsi Banten berasal dari sektor itu sendiri. Contohnya adalah industri pembuatan buku tulis yang memakai hasil output industri pembuatan kertas sebagai input utamanya. Kertaskertas tersebut didistribusikan menggunakan angkutan darat dan dijual dalam sektor perdagangan besar dan eceran untuk kemudain dibeli oleh industri pembuatan buku tulis. Listrik yang dihasilkan dari sektor tenaga listrik digunakan juga sebagai input untuk menggerakan mesin pengolah. Output dari sektor industri kertas dan barang dari kertas digunakan sebagai input oleh sektor industri percetakan. Industri percetakan yang mencetak buku-buku pelajaran digunakan sebagai bahan ajar untuk sektor jasa pendidikan. Koran dan media informasi lainnya yang dicetak juga digunakan sebagai media oleh sektor komunikasi dan informasi. Sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor adalah sub-sektor unggulan dari sektor perdagangan hotel, dan restoran di Provinsi Banten mempunyai keterkaitan ke depan tertinggi dibandingkan 57 sektor lainnya. Sektor ini merupakan sektor dengan pangsa kredit UMKM terbesar di provinsi Banten pada tahun 2014 yaitu 55.74 persen dari total keseluruhan kredit UMKM (Bank Indonesia, 2014). Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sektor ini merupakan yang tertinggi kedua setelah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Kota Tangerang merupakan kota yang memberikan kontribusi PDRB terbesar pada sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor. Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengbah bentuk barang tersebut. Input terbesar dalam sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor di Provinsi Banten adalah sektor real estate, sektor informasi dan komunikasi, dan sektor angkutan darat sebagai transportasi yang banyak digunakan untuk mendistribusikan hasil produksi industri ke penjual. Hasil output dari sektor ini kemudian digunakan untuk mendukung kegiatan sektor-sektor unggulan seperti industri makanan, minuman, dan tembakau, industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik serta industri lain seperti industri kayu dan barang dari kayu yang didistribusikan melalui jasa angkutan darat. Kegiatan perdagangan memiliki keterkaitan ke depan dengan semua sektor ekonomi karena melayani seluruh konsumen, pedagang, dan perusahaan.
46 Sektor transportasi dan komunikasi mempunyai dua sub-sektor yang menjadi pemimpin di dalamnya yaitu sektor angkutan darat dan angkutan udara. Keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hattta memberikan kontribusi yang besar pada sektor angkutan udara di Banten. Setiap tahunnya jumlah penerbangan di bandara ini terus meningkat, begitu juga dengan banyaknya kargo domestik dan internasional yang diangkut. Bertambahnya jumlah kendaraan yang diiringi dengan pertambahan panjang jalan provinsi akan meningkatkan aktivitas di sektor angkutan darat. Peningkatan kinerja sektor industri akan meningkatkan kinerja di sektor perdagangan yang memasarkan produk dan sektor transportasi untuk mendistribusikan ke seluruh konsumen di dalam dan luar provinsi. Input utama sektor angkutan darat adalah output dari sektor industri karet dan barang dari karet yang digunakan untuk roda kendaraan, kursi penumpang serta perlengkapan kendaraan lainnya dan sektor informasi dan komunikasi untuk menghubungkan antara pihak pemilik dan pengguna kendaraan. Input dibeli melalui sektor perdagangan besar dan eceran dan didistribusikan juga melalui jasa angkutan darat. Angkutan darat digunakan sebagai input untuk mendistribusikan bahan produksi bagi sektor industri kayu, sektor industri barang dari besi dan baja, sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik dan sektor industri kertas dan barang dari kertas. Produk-produk dari sektor industri alat angkutan seperti rangkaian pesawat utama merupakan input utama untuk sektor angkutan udara. Perlengkapan fasilitas pesawat dan bandara dibeli melalui sektor perdagangan besar dan eceran. Sektor penyediaan makan minum turut melayani konsumsi penumpang, awak pesawat, serta pegawai-pegawai di bandara. Output dari sektor angkutan udara digunakan menjadi input untuk membantu pendistribusian bahan produksi oleh sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, dan sektor angkutan udara itu sendiri. Sektor jasa perusahaan dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial juga menggunakan angkutan udara sebagai transportasi utama untuk mendukung aktivitas mereka.
Perbandingan Hasil Penelitian dengan RPJMD Provinsi Banten 2012-2017 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan rencana pembangunan daerah untuk kurun waktu 5 tahun yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. RPJMD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja serta pendanaannya. Pemantapan kualitas pertumbuhan dan pemerataan perekonomian merupakan salah satu dari tujuh prioritas percepatan pembangunan provinsi Banten yang tertuang dalam RPJMD Tahun 2012-2017. Langkah pemerintah untuk mewujudkan prioritas pembangunan adalah melalui pemanfaatan potensi sumber daya lokal berbasis unggulan, peningkatan industri pengolahan dan UMKM, serta peningkatan perdagangan dan jasa (Bappeda Provinsi Banten, 2011). Program pembangunan di provinsi Banten terbagi atas urusan wajib dan urusan pilihan yang merupakan fokus layanan urusan di bidang sektoral. Indikator ketercapaian ditinjau dari kontribusi setiap sektor terhadap PDRB sesuai target
47 yang ditetapkan. Sektor perindustrian, sektor perdagangan, dan sektor pertanian merupakan tiga sektor prioritas yang diharapkan memberikan kontribusi terbesar pada PDRB. Sektor industri ditargetkan memberikan sumbangan sebesar 44,43%, sektor perdagangan sebesar 17,25%, dan sektor pertanian sebesar 12,63%. Salah satu program untuk meningkatkan daya saing industri adalah program pengembangan industri kecil dan menengah. Tabel 38Target capaian fokus layanan urusan pilihan RPJMD Provinsi Banten Sektor Ekonomi
Pertanian Kehutanan Energi dan Sumber Daya Mineral Pariwisata Kelautan dan Perikanan Perdagangan Perindustrian
Kontribusi terhadap PDRB (%) Awal Periode RPJMD Akhir Periode RPJMD (Tahun 2011) (Tahun 2017) 12.58 12.63 0.15 0.13 2.36 2.22 2.61 0.62 17.01 46.10
2.49 0.58 17.25 44.43
Sumber: Bappeda Provinsi Banten, 2011
Sektor prioritas yang tertulis dalam RPJMD Provinsi Banten ditentukan berdasarkan kontribusi nilai PDRB nya. Perbedaan hasil penelitian dengan RPJMD adalah tidak ditentukannya sektor transportasi dan komunikasi sebagai sektor prioritas. Padahal sektor ini memiliki keterkaitan dan daya sebar ke depan dan ke belakang, serta efek multiplier yang tinggi. Satu-satunya sub-sektor pertanian yang mempunyai nilai koefisien penyebaran dan derajat kepekaan yang lebih dari satu adalah sektor peternakan. Sedangkan sub-sektor pertanian lainnya memiliki nilai kurang dari satu sehingga secara agregasi, sektor pertanian tidak berada dalam kuadran unggulan. Banten selama ini bersandar pada sektor industri pengolahan sebagaimana kontributor utama PDRB. Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi, kinerja sektor pertanian terus meningkat dari 4.31 persen di tahun 2012 menjadi 7.35 persen di tahun 2013 (BI 2013). Peningkatan produksi didukung oleh peningkatan luas panen dan produktivitas yang siginifikan. Data dari Bank Indonesia menjelaskan tingkat produksi panen padi di Provinsi Banten pada akhir triwulan 2013 adalah sebesar 120 persen. Ekspansi usaha terjadi pada sub sektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Hasil Survei Kegiatan Dana Usaha menunjukkan kinerja usaha di sub sektor peternakan stabil.Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian mengalami peningkatan dari 0.2 ha pada tahun 2003 menjadi 0.54 ha pada tahun 2013 dengan presentase luasan terluas di Kabupaten Pandeglang sebesar 0.624 ha. Penduduk Banten yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2012 adalah 12 persen dan masih didominasi oleh penduduk kelompok umur 45 tahun ke atas. Persentase kelompok umur 45-54 tahun sebesar 31.56 persen,sedangkan pekerja pada kelompok umur 25-34 tahun hanya sebesar 10,51 persen. Pekerja di sektor
48 pertanian sebanyak 236 ribu orang tidak lulus sekolah dasar dan 298 ribu orang hanya lulus sampai sekolah dasar. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 61 persen adalah penduduk yang tinggal di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak (BPS 2013). Kualitas SDM pekerja yang rendah menyebabkan pertanian di Banten kurang bisa dikembangkan dengan baik, sehingga ketimpangan daerah antara Banten Utara dengan Banten Selatan yang didominasi oleh pertanian semakin tinggi. Modal usaha juga dianggap sebagai permasalahan bagi petani. Pangsa kredit bank umum untuk UMKM sektor pertanian di Provinsi Banten hanya sebesar 0.91 persen (BI 2014). Kredit Ketahanan Pangan pada beberapa bank di Banten sudah tersedia, tapi akses bagi petani yang masih sulit, salah satunya faktornya adalah masalah agunan.Permasalahan lainnya adalah kesulitan pembiayaan usahatani dan kebutuhan dana cash untuk keperluan hidup selama masa menunggu penjualan hasil panen, menyebabkan banyak petani terjebak sistem ijon dan atau hutang kepada para tengkulak yang mematok harga pertanian dengan harga rendah, dimana para petani sudah tidak memiliki bargaining position lagi. Penuntasan masalah infrastruktur pertanian yang tidak hanya menunjang distribusi barang tapi juga penunjang produksi harus dilaksanakan. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak yang berada dalam kawasan Banten Selatan memiliki total panjang jalan 312.17 kilometer, tetapi sepanjang 101.58 kilometer dalam kondisi rusak. Perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan dapat mendukung aktivitas bertani masyarakat serta distribusi hasil produksi pertanian dan peternakan. Akses jalan yang semakin membaik, tertutama akses jalan ke wilayah Banten Utara, akan membuat kesempatan petani untuk mendistribusikan hasil pertaniannya ke daerah kawasan industri untuk diolah. Ketersediaan air bersih dan perbaikan sistem pengairan perlu diperhatikan pemerintah untuk membantu petani dalam mengelola lahan pertaniannya. Lahan pertanian yang produktif dapat menjadi alasan untuk mencegah adanya konversi lahan menjadi kawasan komersil seperti perumahan. Sejalan dengan pembangunan sektor pertanian banten yang terus di pacu maka sektor ini sudah dapat memberikan hasil dengan trend yang positif khususnya pada peningkatan dan perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP).NTP merupakan perbandingan antara indeksharga yang diterima petani (IT) terhadap indeks harga yang dibayar (IB) oleh petani untukkeperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.Nilai tukar petani yang secara konsisten di atas angka nasional sejak tahun 2009 dan bahkan pada data terakhir bulan Oktober 2013 NTP Banten mencapai angka 111.9 dibandingkan angka nasional yaitu 105.2.Jika dilihat secara nasional, NTP Provinsi Banten berada di peringkat ketiga dibawah Yogyakarta dan Jawa Tengah (BI 2014). Berdasarkan data dan permasalahan di lapangan yang terjadi pada sektor pertanian, sektor pertanian dapat menjadi sektor potensial untuk mengurangi tingkat pengangguran dan ketimpangan di Banten. Penigkatan produksi yang berkelanjutan diharapkan dapat memenuhi target RPJMD Provinsi Banten dan memenuhi kebutuhan penduduk lokal. Sumber daya lokal yang menarik untuk digarap seperti budidaya sawo di Serang, rambutan tankue di Lebak, durian di Pandeglang, Lebak dan Serang, manggis di Pandeglang dan Lebak, anggrek di Tangerang, kerbau di Pandeglang dan Lebak sertamelon di Serang dan Cilegon.Pelaksanaan pembangunan pertanian ditujukan untuk menigkatkan
49 kesejahteraan petani, terutama petani di kawasan basis pertanian yaitu Lebak dan Pandeglang.
Alokasi AnggaranBelanja Pemerintah untuk Sektor Unggulan
APBD (Rp Juta)
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusanpemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota yang terdiridari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagianatau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah daerahatau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundangundangan. Sumber penerimaan daerah yang diperoleh dari pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman, dan sumber penerimaan lainnya. Belanja pemerintah daerah dialkoasikan untuk belanja tidak langsung dan belanja langsung. 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 -
2011 Penerimaan 2,924,6
2012 3,902,0
2013 5,718,7
2014 6,878,0
Belanja
4,134,0
6,052,0
7,349,4
3,485,2
Sumber: DJPKKemenkeu RI, 2014 (diolah)
Gambar 4Anggaran penerimaan dan belanja Provinsi Banten tahun 2011-2014 Grafik pada gambar 4 memperlihatkan struktur APBD untuk penerimaan dan belanja provinsi selalu meningkat. Anggaran penerimaan yang lebih kecil dari anggaran belanja disebabkan penerimaan pembiayaan dari sisa belanja tahun sebelumnya. Data dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia (DJPK Kemenkeu RI) tahun 2014 menunjukkan anggaran belanja terbesar digunakan untuk belanja bagi hasil kepada provinsi, kabupaten/kota, dan kepdes sebesar 24.03 persen dari total anggaran belanja. Belanja menurut urusan Provinsi Banten tahun 2013 dibagi atas 35 sektor (Tabel 39). Data pada tabel 35 menunjukkan bahwa pengalokasian anggaran belanja terbesar adalah untuk pemerintahan umum sebesar 3.47 triliun rupiah atau 57 persen dari total belanja daerah Provinsi Banten. Hal ini menjelaskan bahwa anggaran belanja daerah masih didominasi untuk membiayai kebutuhan dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah. Anggaran untuk sektor-sektor pelayanan publik yaitu pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, dan sosial menempati urutan kedua sampai kelima untuk alokasi anggaran belanja terbesar. Pemerintah Provinsi Banten menyadari pentingnya pelayanan publik terutama pendidikan dan
50 kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Banten. Alokasi belanja urusan untuk ketiga sektor unggulan yaitu perindustrian, perdagangan, dan perhubungan pada tahun 2010 sampai tahun 2013 yang ditunjukkan pada tabel 31 berfluktuasi. Anggaran belanja untuk sektor industri menurun drastis pada tahun 2013, dengan penurunan sebesar 5.7 miliar rupiah. Begitu juga dengan sektor perhubungan mengalami penurunan sebesar 4.3 miliar rupiah. Peningkatan anggaran terjadi untuk sektor perdagangan yang sebelumnya tidak mendapatkan porsi belanja, tahun 2013 mendapatkan anggaran sebesar 2.5 miliar rupiah. Tabel 39Data belanja APBD Provinsi Banten 2013 menurut urusan Urusan Pemerintahan Umum Pekerjaan Umum Kesehatan Pendidikan Sosial Pertanian Energi dan Sumberdaya Perencanaan Pembangunan Perhubungan
Anggaran (Rp juta) 3473492 1438181 382492 278448 63447 59140 57719 45444 25615
Tenaga Kerja Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Penanaman Modal Perindustrian Kebudayaan
20299 17961
Pemuda dan Olah Raga Lingkungan Hidup Kehutanan Kelautan dan Perikanan
14339 14237 14159 14090
15150 14541 14350
Urusan Koperasi dan UKM Statistik Pemberdayaan Perempuan Perumahan Perpustakaan Ketahanan Pangan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Perdagangan Transmigrasi Kearsipan Kependudukan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Penataan Ruang Pertanahan Kepegawaian
Anggaran (Rp juta) 14015 12491 11827 8600 8546 8473 7770 7228 4300 2512 1237 849 700 350 0 0 0
Sumber: DJPKKemenkeu RI, 2013
Jika dilihat pada sumbangan ketiga sektor untuk PDRB Banten, setiap tahunnya selalu ada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan anggaran belanja tahun 2013 pada sekor perdagangan ternyata mampu menggerakan pertumbuhan sebesar 7.91 persen. Penurunan anggaran belanja untuk sektor industri dan perhubungan nyatanya tidak menurunkan sumbangan untuk PDRB, keduanya tetap menglami pertumbuhan masing-masing sebesar 7.73 persen dan 3.92 persen yang berarti kedua sektor sudah cukup mandiri. Pemerintah Provinsi Banten menyadari bahwa APBD Provinsi Banten sampai saat ini belum meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
51 Pemerintah menyusun rencana kerja pembangunan untuk tahun 2013 untuk mendukung upaya-upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor rill. Upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya pembangunan infrastruktur, fasilitasi keuangan UMKM, dan memfasilitasi sektor ekonomi lainnya seperti sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel, dan jasa. Penurunan anggaran untuk sektor industri dan perhubungan bisa disebabkan karena adanya pengalihan alokasi anggaran untuk mendukung sektor lain seperti sektor perdagangan dan komunikasi yang pada tahun 2012 tidak mendapatkan porsi dalam APBD. Pada lampiran 13 ditunjukkan ada 10 sektor yang baru memperoleh prosi anggaran pada tahun 2013. Tabel 40Alokasi APBD menurut urusan dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 untuk sektor unggulan Provinsi Banten tahun 2010-2013 Sektor Ekonomi Perindustrian
Perdagangan
Perhubungan
Anggaran belanja dan PDRB Anggaran belanja (Rp juta) PDRB (Rp miliar) Anggaran belanja (Rp juta) PDRB (Rp miliar) Anggaran belanja (Rp Juta) PDRB (Rp miliar)
2010 13500
Tahun 2011 2012 18297 20242
2013 14541
44 911 0
47 034 0
48 517 0
50 417 2512
16 488 21626
18 055 29741
20 087 30892
21 675 25615
7 602
8 510
9 331
10 052
Sumber: BPS, 2014 dan DJPKKemenkeu RI, 2013
Pemberian anggaran untuk sektor pedagangan dinilai tepat karena sesuai dengan tujuan pembangunan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui fasilitas UMKM. Sebagian besar usaha pada sektor perdagangan di provinsi Banten memang didominasi oleh UMKM. Anggaran belanja menurut urusan Provinsi Banten memang tidak sepenuhnya mendukung sektor unggulan, namun pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan investasi dengan memberikan rasa aman dan kepastian hukum. Sektor industri pengolahan merupakan private sector yang mandiri dan memberikan kontribusi tinggi pada PDRB, sehingga penambahan anggaran kedalamnya akan semakin memperbesar ketimpangan antara daerah berbasis industri yaitu Banten Utara dengan daerah yang berbasis pertanian yaitu Banten Selatan. Anggaran yang besar untuk sektor pertanian lebih baik ditujukan untuk membiayai subsidi input produksi seperti benih dan pestisida, bantuan alat mesin serta memfasilitasi akses-akses petani terhadap lembaga jasa keuangan perbankan. Pada sektor perhubungan sebaiknya lebih ditingkatkan pada pembangunan dan rehabilitasi jalan sebagai sarana pendukung kegiatan sektor ekonomi lain seperti industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Data dari Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 oleh Bank Indonesia menginformasikan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2013 untuk keselamatan transportasi darat tidak terealisasi.
52 Perencanaan anggaran belanja yang tepat akan membantu pemerintah untuk mecapai tujuannya yaitu kesejahteraan masyarakat. Pemerintah harus memprioritaskan alokasi anggaran dan kebijakan untuk sektor-sektor unggulan agar mampu menggerakan perekonomian sektor-sektor lainnya. Kenaikan belanja pemerintah sebesar∆G akan meningkatkan pengeluaran yang direncanakan sebesarjumlah itu untuk semua tingkat pendapatan. Jika kenaikan pendapatan melebihi kenaikan pengeluaran pemerintah, maka kebijakan fiskal tersebut memiliki multiplier effect terhadap pendapatan daerah dan selanjutnya pada pembangunan daerah. Anggaran belanja modal pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2013 hanya meningkat 1.41 persen dari tahun 2012 (Tabel 41). Peningkatan anggaran terbesar adalah untuk belanja hibah yang mencapai 16 persen. Penyalahgunaan belanja hibah dan bantuan sosial merupakan penyebab tingginya angka korupsi di pemerintahan Provinsi Banten. Pemerintah sebaiknya dapat lebih meningkatkan belanja modal untuk pembangunan infrastruktur untuk mengurangi ketimpangan Banten Utara dan Banten Selatan. Pembangunan infrastruktur di Provinsi Banten dalam belanja modal pemerintah pada tahun 2013 baru terealisasi sebesar 50.40 persen karena kendala pembebasan lahan (BI 2013). Penyusunan anggaran seharusnya tidak hanya sekedar rutinitas melainkan menjadi alat pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Tabel 41Anggaran belanja pemerintah Provinsi Baten tahun 2012-2013 Jenis Belanja Daerah Total Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal
Tahun 2012 % Total Tahun 2013 % Total (Rp Juta) Belanja (Rp Juta) Belanja 4134075 100.00 6052003 100.00 2039583 49.34 3216559 53.15 367476 8.89 431461 7.13 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 289420 7.00 1405020 23.22 28750 0.70 70000 1.16 983951
23.80
1210988
20.01
364986 5000 2094492 142946 916577 1034968
8.83 0.12 50.66 3.46 22.17 25.04
89090 10000 2835444 178983 1055979 1600482
1.47 0.17 46.85 2.96 17.45 26.45
Sumber: BPS 2014 dan DJPK Kemenkeu RI, 2013
53
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun 2010 klasifikasi 58 sektor maka dapat disimpulkan beberapa hal di bawah ini: 1. Sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar dalamnilai permintaan akhir, konsumsi rumah tangga, surpus perdagangan, dan nilai tambah bruto.Pengeluaran konsumsi pemerintah dialokasikan pada sektor jasa. Sektor dengan struktur investasi terbesar adalah sektor konstruksi. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah sektor dengan produktivitas tenaga kerja tertinggi sebesar 286 juta/tenaga kerja. 2. Sektor industri pengolahan memiliki keterkaitan ke depan tertinggi dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki keterkaitan ke belakang tertinggi. Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor transportasi dan komunikasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor hulu dan hilirnya memiliki nilai daya penyebaran dan derajat kepekaan yang lebih besar dari satu. Pada klasifikasi 58 sektor, terdapat 12 sektor yang memiliki nilai daya penyebaran dan derajat kepekaan yang lebih besar dari satu. Sektor dengan multiplier output terbesar adalah sektor jasa, terutama sub-sektor jasa pendidikan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor dengan multiplier pendapatan terbesar. Multiplier tenaga kerja terbesar dimiliki oleh sektor ketenagalistrikan, air bersih, dan gas dengan sub-sektor utama yaitu sektor tenaga listrik. 3. Sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan provinsi Banten berdasarkan analisis Input-Output adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor transportasi dan komunikasi. Sub-sektor yang dapat dikembangkan untuk mendukung ketiga sektor unggulan ini adalah sektor industri makanan, minuman dan tembakau, setkor industri kertas dan barang dari kertas, sektor industri komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor angkutan darat. Sektor pertanian memiliki potensi sebagai sektor basis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan wilayah di Banten Selatan, jika infrastruktur untuk mendukung pertanian diperbaiki.
Saran 1.
Sektor industri pengolahan mendominasi hampir semua struktur perekonomian provinsi Banten. Penciptaan iklim investasi pada sektor industri pengolahan yang berbasis pertanian seperti industri makan, minum, dan tembakau, industri kertas dan barang dari kertas, industri karet dan barang dari karet perlu dikembangkan. Kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta diperlukan agar tujuan pembangunan yaitu mengurangi
54
2.
3.
ketimpangan antara daerah berbasis industri dengan daerah berbasis pertanian terwujud. Pengangguran merupakan masalah utama pembangunan di Banten, sehingga diperlukan penambahan jumlah usaha pada sektor-sektor yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja besar untuk menyerap tenaga kerja. Pengembangan usaha pada sektor industri kimia, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor ketenagalistrikan, dan sektor gas diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran penduduk Banten. Persentase anggaran belanja hibah yang besardan kurang efisien diturunkan sehingga dapatdialokasikan untuk belanja modal pembangunan infrastruktur. Perbaikan infrastruktur jalan sangat penting untuk mendukung pembangunan di provinsi Banten dan mencapai salah satu fokus pada Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yaitu konektivitas. Infrastruktur yang baik akan mendukung kegiatan distribusi output sektor unggulan dan meningkatkan minat investasi pihak swasta.
DAFTAR PUSTAKA [Bappeda Provinsi Banten]. Badan Perencanaan dan Pembangun Daerah Provinsi Baten. 2011. RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017. Bappeda, Serang (ID). [BI] Bank Indonesia. 2014. KajianEkonomi Regional Triwulan IV-2013. Bank Indonesia, Jakarta (ID). [BPS] Badan Pusat Statisitika. 2012. Tabel Input-Output Provinsi Banten Tahun 2010.BPS, Jakarta (ID). [BPS Provinsi Banten] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten. 2013. Banten dalam Angka Tahun 2013. BPS, Serang (ID). [BPS Provinsi Banten] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten. 2013. Kepadatan Penduduk Banten menurut Kabupaten/Kota. http://banten.bps.go.id/pop1.php [diakses pada 5 Maret 2014] [BPS Provinsi Banten] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten. 2014. PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi. http://banten.bps.go.id/pdrb.htm [diakses pada 24 Februari 2014] [BPS Provinsi Banten] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten. 2014. Penduduk Miskin.http://banten.bps.go.id/pop6.htm [diakses pada 7 Mei 2014] [BPS Provinsi Banten] Badan Pusat Statistika Provinsi Banten. 2014. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka . http://banten.bps.go.id/pop5.htm [diakses pada 7 Mei 2014] [DJPK] Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. 2013. Anggaran Belanja Menurut Urusan Provinsi Banten.DJPK, Jakarta (ID). [DJPK] Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. 2014. Anggaran Belanja Ringkas Provinsi Banten.DJPK, Jakarta (ID). [Distamben Provinsi Banten] Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten. 2013. Potensi Ketenagalistrikan. http://www.distamben.bantenprov.go.id
55 /read/articledetail/ketenagalistrikan/16/Ketenagalistrikan-Banten.html [diakses pada 12 Juni 2014] Arsyad L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta (ID): BPFE-UGM. Daryanto A, Hafizrianda Y. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor (ID): IPB Pr. Peta Administratif Provinsi Banten. 2013. http://petatematikindo.wordpress.com [diakses pada 16 April 2014] Priyarsono DS, Sahara, Firdaus M. 2007. Ekonomi Regional. Jakarta (ID): Universitas Terbuka. Samiun MZ. 2008. Analisis Perekonomian Provinsi Maluku Utara: Pendekatan Multisektoral [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sukatendel F. 2007. Analisis Keterkaitan Alokasi Anggaran dan Sektor Unggulan dalam Mengoptimalkan Kinerja Pembangunan Daerah di Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syahara A. 2012. Perekonomian Regional Provinsi Jambi: Analisis Multisektoral dengan Metode Input-Output [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional, Teori, dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi ke-9. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development. Tounsi S, Hadj EE, Abdelaziz N. 2013. Key Sector in the Moroccan Economy: An Application of Input Output Analysis. Vol 7. http://www.economicsejournal.org/economics/discussionpapers/2012-59 [diakses pada 17 Mei 2014] Walida RF. 2013. Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian Wilayah Kabupaten Belitung Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
56 Lampiran 1 Klasifikasi sektor-sektor ekonomi berdasarkan tabel input-output Provinsi Banten tahun 2010 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
SEKTOR Tanaman Pangan Tanaman Hortikultura Perkebunan Peternakan Jasa Pertanian, dan Perburuan Kehutanan dan Penebangan Kayu Perikanan Pertambangan Minyak Bumi, Gas Alam dan Panas, Batubara dan Lignit Pertambangan Bijih Logam Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Batubara dan Pengilangan Migas Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Tekstil Industri Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari Kulit Industri Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Kimia Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional Industri Karet, Barang dari Karet Industri Barang dari Plastik Industri Barang Galian bukan Logam Industri Besi Dan Baja Dasar Industri Barang-Barang Dari Besi Dan Baja Dasar Industri Logam Dasar Bukan Besi Industri Barang-Barang Dari Logam Dasar Bukan Besi Industri Barang dari Logam Industri Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL Industri Alat Angkutan Industri Furnitur Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan
KODE
KLASIFIKASI 9 SEKTOR
1
PERTANIAN
2
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
3
INDUSTRI PENGOLAHAN
57 pemasangan mesin dan peralatan 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
Ketenagalistrikan Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Penyediaan Akomodasi Penyediaan Makan Minum Angkutan Rel Angkutan Darat Angkutan Laut Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Angkutan Udara Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir Informasi dan Komunikasi Bank Asuransi dan Dana Pensiun Jasa Keuangan Lainnya dan Jasa Penunjang Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan Swasta Jasa lainnya
4
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
5
KONSTRUKSI
6
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
7
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
8
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
9
JASA
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
58 Lampiran 2Tabel input-output Provinsi Banten klasifikasi 9 sektor tahun 2010 (Rp juta) No 1 2 3 4 5 6
7 8
9 190 200 201 202 203 204 205 209
210
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pegolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Input Antara Impor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak Tidak Langsung Subsidi Input Primer / Nilai Tambah Bruto Jumlah Input Tenaga Kerja (orang)
1 2812556 1
2 5 456
3 7240712 102055
0 19200
5 46631 80443
2276266
1390
27573037
348615
7102022
15101
436
8861502
3064147
163199
102585 963146
12952 10485
513388 14343465
201675 862957
123482 3250995
458971
6588
9646500
543523
2289838
24794
2555
2355695
210292
983385
5507 6658927 4151899 6907764 7748274 618229 383250
925 35792 53959 117656 125099 33165 7703
1422346 72058701 90735950 23680580 50324857 12057278 3743495
41250 5291659 11514529 1458901 3574545 1144638 722331
438111 14478106 14201268 6124161 6156194 1227830 643076
0 15657516
0 283622
0 89806210
0 6900415
0 14151261
26468341 788886
373373 27229
252600861 993266
23706603 28024
42830635 202673
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor
4
59 Lampiran 2 (lanjutan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190 200 201 202 203 204 205 209 210 TK
6 1689064 32 8027985 1971593 1895449 5323153 6406860 6173274 666011 32153421 15232056 7615349 22455080 2089374 2025005 0 34184807 81570284 863281
7
8
6734 0 3306194 556828 985445 8633104 7801725 1370429 1233535 23893994 16022427 7910448 11054397 9548854 428408 0 28942106 68858528 329801
0 0 155044 109198 1210382 537714 660439 561095 927899 4161770 1952538 3143905 14817888 1711554 672867 0 20346214 26460523 71058
9 1244005 280 2647012 170643 266870 1302195 1351749 325212 638594 7946560 4526912 16198408 1816252 2427115 100494 0 20542269 33015741 846908
180 13039706 202466 51437565 14912648 5312228 35227216 29166193 12006731 5374178 166678932 158391537 73157170 118072586 30858036 8726628 0 230814429 555884890
301 3542865 66 23798507 2476966 845891 15340674 14271354 8271211 9499966 78047501
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor
Lampiran 2 (lanjutan) No 302 303 304 305 309 310 1 10167 617018 710332 8548252 13428640 26468341 2 0 63 1563 169214 170907 373373 3 184595 6965691 5558239 164656264 201163313 252600861 4 79893 0 64335 6172761 8793959 23706603 5 932357 35595792 0 144366 37518398 42830634 6 1398016 2946124 1109157 25549097 46343063 81570284 7 684233 1632048 531228 22573472 39692321 68858527 8 198641 0 0 5983939 14453778 26460523 9 7284201 142383 -100 10715114 27641562 33015741 190 10 772 103 47 899 120 7 974 754 244 512 479 389 205 941 555884889 200 201 202 203 204 205 209 210 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor
60 Lampiran 3Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190 200 201 202 203 204 205 210 TK
1 0.10626 0.00000 0.08600 0.00057 0.00388 0.03639 0.01734 0.00094 0.00021 0.25158 0.15686 0.26098 0.29274 0.02336 0.01448 0.00000 1.00000 0.02730
2 0.00001 0.00122 0.00372 0.00117 0.03469 0.02808 0.01764 0.00684 0.00248 0.09586 0.14452 0.31511 0.33505 0.08883 0.02063 0.00000 1.00000 0.079028
3 0.02866 0.00040 0.10916 0.03508 0.00203 0.05678 0.03819 0.00933 0.00563 0.28527 0.35921 0.09375 0.19923 0.04773 0.01482 0.00000 1.00000 0.004172
4 0.00000 0.00081 0.01471 0.12925 0.00851 0.03640 0.02293 0.00887 0.00174 0.22321 0.48571 0.06154 0.15078 0.04828 0.03047 0.00000 1.00000 0.000667
5 0.00109 0.00188 0.16582 0.00381 0.00288 0.07590 0.05346 0.02296 0.01023 0.33803 0.33157 0.14299 0.14373 0.02867 0.01501 0.00000 1.00000 0.00531
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Lampiran 3 (lanjutan) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190 200 201 202 203 204 205 210 TK
6 0.02071 0.00000 0.09842 0.02417 0.02324 0.06526 0.07854 0.07568 0.00816 0.39418 0.18674 0.09336 0.27529 0.02561 0.02483 0.00000 1.00000 0.01458
7 0.00010 0.00000 0.04801 0.00809 0.01431 0.12537 0.11330 0.01990 0.01791 0.34700 0.23269 0.11488 0.16054 0.13867 0.00622 0.00000 1.00000 0.00559
8 0.00000 0.00000 0.00586 0.00413 0.04574 0.02032 0.02496 0.02120 0.03507 0.15728 0.07379 0.11881 0.56000 0.06468 0.02543 0.00000 1.00000 0.00575
9 0.03768 0.00001 0.08017 0.00517 0.00808 0.03944 0.04094 0.00985 0.01934 0.24069 0.13711 0.49063 0.05501 0.07351 0.00304 0.00000 1.00000 0.02442
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
180 0.02346 0.00036 0.09253 0.02683 0.00956 0.06337 0.05247 0.02160 0.00967 0.29984 0.28494 0.13160 0.21240 0.05551 0.01570 0.00000 1.00000
61
Lampiran 4Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 9 sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190
1 1.12410 0.00007 0.11819 0.00745 0.00683 0.05647 0.03300 0.00749 0.00234 1.35595
2 0.00169 1.00130 0.01740 0.00360 0.03676 0.03837 0.02694 0.01162 0.00425 1.14193
3 0.03892 0.00051 1.14159 0.04903 0.00664 0.08216 0.05985 0.01918 0.00918 1.40707
4 0.00238 0.00097 0.02993 1.15163 0.01247 0.05331 0.03724 0.01594 0.00404 1.30793
5 0.01104 0.00200 0.20714 0.01679 1.00904 0.10806 0.08175 0.03599 0.01543 1.48723
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Lampiran 4 (Lanjutan) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 190
6 0.03068 0.00015 0.13916 0.03787 0.03223 1.10097 0.11030 0.08998 0.01561 1.55694
7 0.00781 0.00009 0.08791 0.01922 0.02266 0.16439 1.15034 0.03790 0.02451 1.51483
8 0.00332 0.00011 0.02569 0.00767 0.04892 0.03502 0.03810 1.02700 0.03838 1.22422
9 0.04807 0.00009 0.10926 0.01291 0.01192 0.06155 0.05988 0.01775 1.02275 1.34418
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
180 1.26802 1.00528 1.87626 1.30617 1.18746 1.70031 1.59740 1.26286 1.13650 12.34027
62 Lampiran 5Multiplier output klasifikasi 9 sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
1
1.00000
0.25158
0.10437
0.57182
1.92777
2
1.00000
0.09586
0.04607
0.60105
3
1.00000
0.28527
0.12180
4
1.00000
0.22321
5
1.00000
6
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
0.72001
1.35595
1.92777
1.74298
0.79752
1.14193
1.74298
0.25729
1.66436
1.16864
1.40707
1.66436
0.08471
0.16148
1.46940
0.39155
1.30793
1.46940
0.33803
0.14920
0.35997
1.84720
1.58161
1.48723
1.84720
1.00000
0.39418
0.16276
0.29193
1.84887
0.70270
1.55694
1.84887
7
1.00000
0.34700
0.16783
0.32245
1.83728
0.67828
1.51483
1.83728
8
1.00000
0.15728
0.06693
0.28730
1.51152
0.35317
1.22422
1.51152
9 1.00000 0.24069 0.10349 0.97736 2.32154 1.27565 1.34418 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
2.32154
Lampiran 6Multiplierpendapatan klasifikasi 9 sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
1
0.26098
0.04199
0.01404
0.08438
0.40139
2
0.31511
0.01245
0.00565
0.08869
3
0.09375
0.03385
0.01504
4
0.06154
0.01874
5
0.14299
6
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
0.57443
1.21468
1.53800
0.42191
0.61263
1.05744
1.33891
0.03797
0.18060
1.35271
1.52152
1.92650
0.00924
0.02383
0.11335
0.49080
1.45469
1.84189
0.03804
0.01854
0.05312
0.25268
1.51312
1.39570
1.76720
0.09336
0.04755
0.02093
0.04308
0.20492
0.83424
1.73355
2.19498
7
0.11488
0.04295
0.02094
0.04758
0.22634
0.72737
1.55607
1.97025
8
0.11881
0.03183
0.00863
0.04240
0.20167
0.39960
1.34055
1.69737
9 0.49063 0.03787 0.01334 0.14422 0.68606 0.76836 1.10438 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
1.39833
Lampiran 7Multiplier tenaga kerja klasifikasi 9 sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
1
0.02730
0.00392
0.00112
0.00561
0.03795
2
0.07903
0.00091
0.00039
0.00589
3
0.00417
0.00254
0.00109
4
0.00067
0.00101
5
0.00531
6
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
0.51911
1.18448
1.38988
0.08622
0.49922
1.01645
1.09104
0.00252
0.01033
1.73767
1.87000
2.47478
0.00060
0.00158
0.00386
1.54245
3.41437
5.78857
0.00268
0.00132
0.00353
0.01284
2.07046
1.75329
2.41814
0.01459
0.00314
0.00147
0.00286
0.02206
0.57495
1.31645
1.51274
7
0.00560
0.00330
0.00148
0.00316
0.01353
0.89295
1.85361
2.41876
8
0.00576
0.00168
0.00060
0.00282
0.01086
0.44090
1.39750
1.88697
9 0.02442 0.00274 0.00099 0.00959 0.03775 0.84921 1.15303 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 9 sektor (diolah)
1.54546
63 Lampiran 8Matriks koefisien teknis klasifikasi 58 sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 0,0829 0,0002 0,0000 0,0295 0,0193 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0147 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000
2 0,0015 0,0229 0,0000 0,0233 0,0017 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0012 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0064 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000
3 0,0000 0,0008 0,0241 0,0179 0,0134 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0004 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0308 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000
4 0,0547 0,0072 0,0001 0,0436 0,0054 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1836 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0027 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
5 0,0294 0,0000 0,0000 0,0679 0,0008 0,0000 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0042 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000
6 0,0007 0,0000 0,0000 0,0020 0,0503 0,0007 0,0006 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0029 0,0000
7 0,0014 0,0000 0,0000 0,0004 0,0004 0,0000 0,0544 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0076 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0002 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
8 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0005 0,0000 0,0003 0,0000 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010
9 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0040 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0011 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
10 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0012 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0011 0,0018
11 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0000 0,0068 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001
12 0,1541 0,0044 0,0170 0,0388 0,0000 0,0000 0,0187 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,1018 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0038 0,0000 0,0004 0,0001 0,0000 0,0008 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
13 0,0000 0,0000 0,0181 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0091 0,0776 0,0006 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0213 0,0001 0,0004 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001
14 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0219 0,1065 0,0228 0,0015 0,0000 0,0000 0,0017 0,0000 0,0059 0,0006 0,0008 0,0031 0,0003 0,0000 0,0023 0,0001 0,0000 0,0001 0,0000
15 0,0000 0,0000 0,0015 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,1535 0,0043 0,0000 0,0069 0,0001 0,0001 0,0005 0,0000 0,0030 0,0000 0,0002 0,0029 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0088 0,0138 0,0000 0,0084 0,0080 0,0000 0,0080 0,0000 0,0140 0,0003 0,0158 0,0096 0,0011 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0023 0,0000
17 0,0000 0,0003 0,0026 0,0000 0,0007 0,0081 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0139 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0126 0,0013 0,0000 0,0093 0,0001 0,0000 0,0011 0,0008 0,0000 0,0023 0,0000 0,0000 0,0000 0,0032
18 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0102 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,2146 0,0000 0,0131 0,0001 0,0004 0,0010 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0005
19 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0018 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0837 0,0000 0,0069 0,0002 0,0000 0,0007 0,0001 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0004 0,0001
20 0,0000 0,0008 0,0026 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0002 0,0000 0,0001 0,0082 0,0035 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000 0,0263 0,0014 0,0000 0,0005 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0001
64 Lampiran 8 (lanjutan) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0021 0,0183 0,0000 0,0001 0,0000 0,0035 -0,000 0,0000 0,0053 0,0003 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0017 0,0148 0,0000 0,0000 0,0000 0,0029 -0,000 0,0000 0,0045 0,0002 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0397 0,0399 0,0000 0,0004 0,0001 0,0077 -0,000 0,0001 0,0083 0,0005 0,0004 0,0092 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000 0,0001 0,0004 0,0588 0,0000 0,0000 0,0001 0,0102 -0,000 0,0002 0,0175 0,0010 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,0017 0,0200 0,0000 0,0005 0,0000 0,0033 -0,000 0,0001 0,0046 0,0003 0,0000 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007
0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0007 0,0008 0,0000 0,0000 0,0274 0,0222 0,0001 0,0010 0,0001 0,0057 -0,000 0,0018 0,0036 0,0007 0,0011 0,0017 0,0010 0,0001 0,0000 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0018
0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0005 0,0202 0,0000 0,0002 0,0000 0,0034 -0,000 0,0000 0,0062 0,0003 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
0,0010 0,0003 0,0000 0,0000 0,0002 0,0027 0,0000 0,0000 0,0175 0,0192 0,0002 0,0000 0,0000 0,0172 -0,005 0,0000 0,0114 0,0005 0,0119 0,0015 0,0030 0,0000 0,0028 0,0021 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0014
0,0003 0,0001 0,0000 0,0000 0,0002 0,0006 0,0000 0,0000 0,0084 0,0255 0,0000 0,0000 0,0000 0,0036 -0,000 0,0000 0,0069 0,0005 0,0013 0,0005 0,0010 0,0000 0,0006 0,0004 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0014
0,0018 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0005 0,0000 0,0000 0,0619 0,0295 0,0001 0,0054 0,0006 0,0061 -0,000 0,0000 0,0025 0,0002 0,0009 0,0013 0,0014 0,0000 0,0040 0,0013 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0026
0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0002 0,0446 0,0001 0,0003 0,0001 0,0077 -0,000 0,0001 0,0131 0,0007 0,0001 0,0006 0,0003 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0015 0,0001 0,0000 0,0003 0,0649 0,0001 0,0013 0,0001 0,0127 -0,001 0,0002 0,0195 0,0015 0,0013 0,0016 0,0001 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0001 0,0001 0,0001 0,0010
0,0001 0,0001 0,0000 0,0004 0,0006 0,0289 0,0020 0,0001 0,0016 0,0344 0,0005 0,0019 0,0001 0,0106 -0,000 0,0001 0,0096 0,0012 0,0028 0,0032 0,0021 0,0001 0,0000 0,0008 0,0000 0,0002 0,0007 0,0000 0,0005
0,0000 0,0001 0,0000 0,0047 0,0008 0,0201 0,0019 0,0001 0,0045 0,0318 0,0005 0,0121 0,0005 0,0151 -0,006 0,0008 0,0095 0,0064 0,0105 0,0068 0,0037 0,0003 0,0016 0,0018 0,0000 0,0007 0,0024 0,0000 0,0006
0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0010 0,0064 0,0004 0,0002 0,0022 0,0477 0,0002 0,0008 0,0002 0,0114 -0,001 0,0003 0,0142 0,0020 0,0063 0,0008 0,0004 0,0000 0,0004 0,0002 0,0000 0,0001 0,0005 0,0003 0,0003
0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0004 0,0228 0,0015 0,0002 0,0067 0,0296 0,0003 0,0106 0,0004 0,0171 -0,002 0,0002 0,0077 0,0018 0,0206 0,0075 0,0066 0,0000 0,0016 0,0016 0,0000 0,0004 0,0013 0,0005 0,0038
0,0032 0,0002 0,0000 0,0002 0,0007 0,0211 0,0000 0,0002 0,0012 0,0930 0,0001 0,0103 0,0003 0,0376 -0,008 0,0024 0,0221 0,0110 0,0031 0,0098 0,0005 0,0000 0,0002 0,0022 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0026
0,0005 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0250 0,0017 0,0001 0,0004 0,0512 0,0003 0,0042 0,0003 0,0320 -0,002 0,0003 0,0151 0,0021 0,0068 0,0074 0,0013 0,0000 0,0021 0,0009 0,0000 0,0012 0,0042 0,0000 0,0021
0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0071 0,0000 0,0001 0,0000 0,0184 0,0001 0,0018 0,0003 0,0070 -0,000 0,0001 0,0055 0,0004 0,0038 0,0007 0,0005 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0007 0,0012 0,0000 0,0018
0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0075 0,0005 0,0001 0,0012 0,0599 0,0002 0,0013 0,0002 0,0122 -0,001 0,0003 0,0177 0,0014 0,0033 0,0022 0,0010 0,0000 0,0006 0,0003 0,0000 0,0002 0,0010 0,0000 0,0007
190
0,1779
0,0818
0,1970
0,3868
0,1372
0,1296
0,0957
0,0902
0,0565
0,1241
0,0763
0,4460
0,2311
0,2992
0,2704
0,2315
0,2684
0,3996
0,1439
0,1562
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
65 Lampiran 8 (lanjutan) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
21 0,0008 0,0102 0,0355 0,0055 0,0000 0,0001 0,0011 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0404 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000 0,0090 0,0180 0,0000 0,0005 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001
22 0,0000 0,0000 0,0561 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0002 0,0046 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0305 0,0002 0,0679 0,0040 0,0005 0,0000 0,0033 0,0000 0,0000 0,0000
23 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0002 0,0006 0,0001 0,0002 0,0000 0,0021 0,0000 0,0829 0,0018 0,0020 0,0025 0,0005 0,0000 0,0013 0,0000 0,0000 0,0000
24 0,0016 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0016 0,0007 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0023 0,0000 0,0102 0,0003 0,0001 0,0002 0,0040 0,0000 0,0016 0,0000 0,0000 0,0004
25 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0001 0,0013 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0022 0,0004 0,0000 0,0000 0,0001
26 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0016 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0279 0,0008 0,0004 0,0004 0,0000 0,0740 0,0046 0,0017 0,0000 0,0005
27 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0186 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0014 0,0000 0,0000
28 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0021 0,0000 0,0079 0,0001 0,0000 0,0015 0,0005 0,0000 0,0103 0,1788 0,0002 0,0049
29 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0006 0,0000 0,0009 0,0001 0,0001 0,0001 0,0005 0,0011 0,0000 0,0350 0,0002 0,0003 0,0046 0,0027 0,0072 0,0362 0,0075 0,0001 0,0477
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
30 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0003 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0033 0,0000 0,0066 0,0002 0,0042 0,0228 0,0020 0,0003 0,0085 0,0080 0,0000 0,0023
31 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0003 0,0000 0,0019 0,0003 0,0007 0,0010 0,0003 0,0023 0,0192 0,0236 0,0000 0,0037
32 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0003 0,0001 0,0005 0,0000 0,0008 0,0000 0,0148 0,0022 0,0012 0,0017 0,0186 0,0123 0,0000 0,0085
33 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0004 0,0022 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0002 0,0016 0,0001 0,0001 0,0000 0,0178 0,0011 0,0000 0,0039 0,0001 0,0017 0,0020 0,0012 0,0000 0,0041 0,0011 0,0000 0,0001
34 0,0000 0,0005 0,0045 0,0048 0,0000 0,0001 0,0323 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0164 0,0005 0,0000 0,0001 0,0001 0,0010 0,0006 0,0000 0,0023 0,0001 0,0037 0,0029 0,0014 0,0001 0,0049 0,0218 0,0000 0,0022
35 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000 0,0000 0,0048 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002
36 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0000 0,0001 0,0020 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0020 0,0000 0,0000 0,0010 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001
37 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0002 0,0078 0,0000 0,0002 0,0000 0,0020 0,0000 0,0266 0,0025 0,0000 0,0000 0,0001 0,0087 0,0023 0,0002 0,0000 0,0006
38 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0011 0,0000 0,0000 0,0000 0,0019 0,0022 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0053 0,0010 0,0000 0,0014 0,0000 0,0085 0,0057 0,0395 0,0047 0,0642 0,0004 0,0001 0,0184
39 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0019 0,0009 0,0023 0,0000 0,0006 0,0004 0,0061 0,0000 0,0006 0,0009 0,0319 0,0031 0,0006 0,0000 0,0038 0,0000 0,0000 0,0002
40 0,0023 0,0095 0,0000 0,0601 0,0000 0,0000 0,0146 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1346 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002
Lampiran 8 (lanjutan) 66 Sektor 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
21 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0025 0,0003 0,0001 0,0010 0,0504 0,0001 0,0051 0,0001 0,0120 -0,001 0,0003 0,0152 0,0011 0,0120 0,0007 0,0017 0,0000 0,0002 0,0004 0,0000 0,0007 0,0035 0,0002 0,0003
22 0,0001 0,0001 0,0000 0,0001 0,0000 0,0077 0,0005 0,0001 0,0011 0,0557 0,0002 0,0060 0,0002 0,0159 -0,002 0,0005 0,0166 0,0019 0,0040 0,0057 0,0007 0,0000 0,0005 0,0013 0,0000 0,0002 0,0004 0,0000 0,0027
23 0,0017 0,0001 0,0000 0,0000 0,0009 0,0141 0,0009 0,0000 0,0001 0,0301 0,0001 0,0022 0,0002 0,0064 -0,002 0,0001 0,0094 0,0026 0,0066 0,0032 0,0002 0,0000 0,0036 0,0002 0,0000 0,0000 0,0005 0,0000 0,0037
24 0,0007 0,0001 0,0000 0,0000 0,0008 0,0357 0,0024 0,0004 0,0055 0,0194 0,0003 0,0040 0,0003 0,0097 -0,002 0,0008 0,0045 0,0023 0,0079 0,0032 0,0006 0,0000 0,0011 0,0008 0,0000 0,0008 0,0008 0,0000 0,0012
25 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1932 0,0130 0,0005 0,0035 0,0347 0,0004 0,0072 0,0012 0,0172 -0,004 0,0012 0,0109 0,0021 0,0042 0,0031 0,0005 0,0000 0,0013 0,0024 0,0000 0,0004 0,0012 0,0000 0,0411
26 0,0009 0,0002 0,0000 0,0000 0,0003 0,0960 0,0065 0,0011 0,0001 0,0440 0,0019 0,0159 0,0007 0,0195 -0,003 0,0018 0,0149 0,0127 0,0016 0,0038 0,0003 0,0000 0,0146 0,0024 0,0000 0,0002 0,0011 0,0000 0,0079
27 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0001 0,0000 0,0006 0,0538 0,0000 0,0007 0,0001 0,0087 -0,001 0,0001 0,0153 0,0008 0,0014 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0041 0,0000 0,0007
28 0,0020 0,0001 0,0000 0,0000 0,0005 0,0643 0,0043 0,0023 0,0094 0,0313 0,0002 0,0122 0,0006 0,0230 -0,003 0,0010 0,0110 0,0047 0,0124 0,0156 0,0016 0,0000 0,0000 0,0043 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000 0,0058
29 0,0064 0,0000 0,0001 0,0000 0,0011 0,0170 0,0011 0,0088 0,0047 0,0524 0,0001 0,0040 0,0002 0,0128 -0,003 0,0006 0,0114 0,0019 0,0064 0,0034 0,0004 0,0000 0,0045 0,0054 0,0000 0,0003 0,0003 0,0000 0,0024
30 0,2143 0,0003 0,0000 0,0000 0,0011 0,0127 0,0010 0,0005 0,0025 0,0867 0,0002 0,0021 0,0003 0,0239 -0,004 0,0004 0,0234 0,0036 0,0094 0,0021 0,0016 0,0000 0,0005 0,0038 0,0000 0,0002 0,0002 0,0000 0,0015
31 0,0222 0,0092 0,0000 0,0000 0,0006 0,0056 0,0004 0,0008 0,0025 0,0363 0,0003 0,0013 0,0005 0,0135 -0,001 0,0005 0,0091 0,0013 0,0041 0,0021 0,0013 0,0000 0,0024 0,0006 0,0000 0,0017 0,0003 0,0000 0,0016
32 0,0201 0,0001 0,1114 0,0000 0,0004 0,0113 0,0008 0,0017 0,0023 0,0626 0,0005 0,0051 0,0003 0,0151 -0,002 0,0004 0,0193 0,0015 0,0055 0,0040 0,0013 0,0003 0,0001 0,0025 0,0000 0,0015 0,0027 0,0001 0,0002
33 0,0004 0,0001 0,0000 0,0565 0,0005 0,0208 0,0014 0,0002 0,0001 0,0392 0,0000 0,0056 0,0001 0,0206 -0,003 0,0008 0,0117 0,0020 0,0137 0,0076 0,0005 0,0000 0,0003 0,0035 0,0000 0,0001 0,0003 0,0008 0,0020
34 0,0074 0,0001 0,0029 0,0002 0,0107 0,0107 0,0007 0,0005 0,0006 0,0309 0,0002 0,0013 0,0002 0,0110 -0,003 0,0003 0,0098 0,0012 0,0031 0,0025 0,0003 0,0000 0,0006 0,0005 0,0000 0,0001 0,0006 0,0000 0,0006
35 0,0098 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,1468 0,0099 0,0001 0,0105 0,0390 0,0001 0,0005 0,0001 0,0077 -0,001 0,0001 0,0119 0,0006 0,0029 0,0028 0,0013 0,0000 0,0009 0,0026 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0001
36 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0327 0,0022 0,0002 0,0009 0,0253 0,0001 0,0019 0,0000 0,0074 -0,001 0,0007 0,0076 0,0012 0,0073 0,0056 0,0011 0,0000 0,0016 0,0020 0,0000 0,0029 0,0011 0,0000 0,0003
37 0,0009 0,0001 0,0000 0,0002 0,0002 0,0916 0,0062 0,0751 0,0157 0,0156 0,0012 0,0143 0,0000 0,0083 -0,001 0,0014 0,0059 0,0022 0,0073 0,0063 0,0016 0,0000 0,0064 0,0051 0,0000 0,0000 0,0025 0,0000 0,0002
38 0,0126 0,0005 0,0001 0,0000 0,0008 0,0003 0,0000 0,0035 0,0029 0,0600 0,0010 0,0149 0,0002 0,0164 -0,001 0,0003 0,0201 0,0010 0,0166 0,0056 0,0053 0,0000 0,0024 0,0097 0,0000 0,0022 0,0063 0,0000 0,0017
39 0,0124 0,0000 0,0198 0,0003 0,0008 0,0264 0,0018 0,0009 0,0280 0,0484 0,0017 0,0167 0,0004 0,0344 -0,001 0,0022 0,0136 0,0010 0,0386 0,0127 0,0066 0,0002 0,0674 0,0043 0,0009 0,0011 0,0018 0,0000 0,0059
40 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0001 0,0000 0,0003 0,0479 0,0000 0,0010 0,0001 0,0082 -0,001 0,0001 0,0147 0,0008 0,0018 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0002 0,0017 0,0002 0,0001 0,0000 0,0000
190
0,2298
0,2882
0,1794
0,1244
0,3413
0,3581
0,1068
0,4124
0,2885
0,4479
0,1715
0,3309
0,2238
0,1950
0,2543
0,1079
0,3188
0,3380
0,4017
0,2997
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
67 Lampiran 8 (lanjutan) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
41 0,0085 0,0160 0,0003 0,0787 0,0000 0,0000 0,0164 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1527 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
42 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0018 0,0189 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000 0,0001 0,0015 0,0002 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008
43 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0032 0,0006 0,0000 0,0014 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0002 0,0007 0,0166 0,0006 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0105
44 0,0012 0,0020 0,0000 0,0018 0,0000 0,0000 0,0033 0,0000 0,0000 0,0000 0,0029 0,1381 0,0001 0,0002 0,0000 0,0003 0,0000 0,0002 0,0000 0,0001 0,0006 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013
45 0,0001 0,0000 0,0000 0,0021 0,0000 0,0000 0,0018 0,0000 0,0000 0,0000 0,0037 0,0687 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0001 0,0007 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003
46 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0052 0,0047 0,0000 0,0003 0,0000 0,0001 0,0000 0,0001 0,0000 0,0001 0,0002 0,0209 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001
47 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0040 0,0000 0,0031 0,0000 0,0001 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0002 0,0036 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003
48 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0117 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0219 0,0000 0,0022 0,0001 0,0003 0,0012 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007
49 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
50 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002
51 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0030 0,0000 0,0001 0,0001 0,0001 0,0005 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007
52 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0032 0,0000 0,0002 0,0000 0,0003 0,0000 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
53 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0013 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0022 0,0000 0,0010 0,0014 0,0009 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0017
54 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
55 0,0002 0,0021 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0003 0,0010 0,0000 0,0003 0,0001 0,0224 0,0033 0,0063 0,0013 0,0003 0,0009 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0023
56 0,0045 0,0514 0,0001 0,0303 0,0000 0,0000 0,0183 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1446 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0064 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004
57 0,0532 0,0699 0,0000 0,0035 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1252 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
58 0,0024 0,0114 0,0028 0,0007 0,0000 0,0001 0,0033 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0330 0,0004 0,0024 0,0000 0,0005 0,0000 0,0002 0,0000 0,0005 0,0028 0,0350 0,0035 0,0006 0,0000 0,0041 0,0000 0,0000 0,0002
180 0,0101 0,0021 0,0029 0,0059 0,0005 0,0001 0,0019 0,0001 0,0001 0,0002 0,0018 0,0179 0,0042 0,0007 0,0004 0,0004 0,0006 0,0070 0,0001 0,0090 0,0006 0,0092 0,0024 0,0034 0,0048 0,0076 0,0010 0,0000 0,0037
Lampiran 8 (lanjutan) 68 Sektor 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
41 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0583 0,0000 0,0000 0,0001 0,0098 -0,001 0,0001 0,0177 0,0010 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
42 0,0011 0,0000 0,0299 0,0003 0,0004 0,0736 0,0061 0,0002 0,1148 0,0378 0,0006 0,0045 0,0007 0,0058 -0,001 0,0002 0,0114 0,0037 0,0155 0,0015 0,0037 0,0003 0,0000 0,0028 0,0022 0,0118 0,0054 0,0000 0,0015
43 0,0006 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0027 0,0002 0,0002 0,0037 0,2698 0,0003 0,0025 0,0001 0,0108 -0,001 0,0037 0,0073 0,0057 0,0165 0,0017 0,0054 0,0005 0,0046 0,0020 0,0019 0,0006 0,0003 0,0000 0,0254
44 0,0002 0,0000 0,0170 0,0000 0,0014 0,0058 0,0006 0,0004 0,0070 0,0637 0,0008 0,0050 0,0001 0,0098 -0,003 0,0001 0,0176 0,0583 0,0068 0,0015 0,0079 0,0002 0,0003 0,0022 0,0015 0,0006 0,0001 0,0000 0,0008
45 0,0010 0,0000 0,0248 0,0000 0,0015 0,0061 0,0005 0,0022 0,0022 0,0558 0,0001 0,0006 0,0001 0,0082 -0,001 0,0098 0,0142 0,0355 0,0110 0,0017 0,0070 0,0001 0,0014 0,0029 0,0005 0,0010 0,0003 0,0000 0,0010
46 0,0025 0,0000 0,0226 0,0000 0,0001 0,0019 0,0002 0,0006 0,0010 0,0465 0,0016 0,0492 0,0001 0,0067 -0,001 0,0001 0,0716 0,0774 0,0156 0,0029 0,0169 0,0004 0,0012 0,0057 0,0098 0,0034 0,0007 0,0001 0,0006
47 0,0054 0,0000 0,0000 0,0001 0,0005 0,0245 0,0017 0,0015 0,1197 0,0273 0,0005 0,0012 0,0007 0,0026 -0,002 0,0012 0,0056 0,0339 0,0616 0,0007 0,0085 0,0000 0,0014 0,0054 0,0002 0,0007 0,0019 0,0000 0,0028
48 0,0111 0,0000 0,0000 0,0002 0,0003 0,0144 0,0010 0,0005 0,0172 0,0227 0,0003 0,0032 0,0003 0,0057 -0,001 0,0002 0,0067 0,0005 0,0846 0,0038 0,0038 0,0003 0,0034 0,0038 0,0053 0,0055 0,0020 0,0009 0,0025
49 0,0010 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0029 0,0002 0,0000 0,0036 0,0042 0,0002 0,0009 0,0000 0,0014 0,000 0,0000 0,0017 0,0000 0,0121 0,0247 0,0052 0,0002 0,0018 0,0012 0,0137 0,0017 0,0002 0,0000 0,0004
50 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0049 0,0003 0,0002 0,0028 0,0201 0,0010 0,0034 0,0003 0,0165 0,000 0,0001 0,0056 0,0002 0,0192 0,0196 0,0231 0,0012 0,0029 0,0110 0,0082 0,0087 0,0025 0,0000 0,0022
51 0,0011 0,0000 0,0000 0,0001 0,0003 0,0052 0,0004 0,0001 0,0011 0,0163 0,0025 0,0120 0,0001 0,0027 0,000 0,0001 0,0024 0,0013 0,0209 0,0151 0,0138 0,0061 0,0038 0,0029 0,0214 0,0034 0,0003 0,0000 0,0017
52 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0005 0,0000 0,0000 0,0812 0,0059 0,0001 0,0000 0,0000 0,0017 0,000 0,0000 0,0025 0,0001 0,0048 0,0032 0,0002 0,0000 0,0013 0,0011 0,0278 0,0000 0,0005 0,0000 0,0006
53 0,0011 0,0008 0,0000 0,0001 0,0009 0,0142 0,0010 0,0003 0,0083 0,0620 0,0015 0,0149 0,0003 0,0079 0,000 0,0009 0,0268 0,0006 0,0377 0,0049 0,0027 0,0017 0,0176 0,0033 0,0478 0,0175 0,0087 0,0000 0,0114
54 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
55 0,0045 0,0000 0,0000 0,0006 0,0070 0,0086 0,0006 0,0007 0,0250 0,0331 0,0005 0,0048 0,0003 0,0081 -0,001 0,0005 0,0072 0,0005 0,0706 0,0038 0,0017 0,0000 0,0090 0,0028 0,0094 0,0471 0,0010 0,0000 0,0022
56 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0004 0,0000 0,0001 0,0005 0,0678 0,0000 0,0001 0,0001 0,0114 -0,001 0,0002 0,0205 0,0011 0,0008 0,0001 0,0002 0,0000 0,0002 0,0001 0,0006 0,0009 0,0008 0,0000 0,0001
57 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0614 0,0000 0,0000 0,0001 0,0103 -0,001 0,0001 0,0186 0,0010 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
58 0,0134 0,0001 0,0210 0,0003 0,0002 0,0131 0,0009 0,0004 0,0025 0,0407 0,0006 0,0030 0,0001 0,0077 -0,001 0,0001 0,0110 0,0006 0,0111 0,0010 0,0004 0,0000 0,0282 0,0013 0,0014 0,0002 0,0012 0,0000 0,0010
180 0,0104 0,0001 0,0064 0,0003 0,0005 0,0242 0,0016 0,0010 0,0096 0,0540 0,0006 0,0087 0,0003 0,0150 -0,001 0,0008 0,0166 0,0065 0,0148 0,0047 0,0034 0,0001 0,0106 0,0028 0,0023 0,0019 0,0015 0,0001 0,0039
190
0,3602
0,3598
0,4009
0,3590
0,2673
0,3703
0,3196
0,2378
0,0813
0,1569
0,1401
0,1365
0,3037
0,0000
0,2900
0,3619
0,3431
0,2643
0,2998
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
69 Lampiran 9Matriks kebalikan leontief terbuka klasifikasi 58 sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 1,0945 0,0005 0,0003 0,0357 0,0214 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0078 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0167 0,0002 0,0013 0,0002 0,0002 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0017
2 0,0044 1,0237 0,0002 0,0256 0,0019 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0069 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0069 0,0001 0,0010 0,0001 0,0001 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0003
3 0,0027 0,0011 1,0251 0,0208 0,0139 0,0001 0,0003 0,0000 0,0000 0,0001 0,0006 0,0058 0,0002 0,0002 0,0000 0,0000 0,0003 0,0009 0,0000 0,0330 0,0002 0,0030 0,0006 0,0018 0,0005 0,0032 0,0001 0,0000 0,0024
4 0,1001 0,0089 0,0043 1,0587 0,0077 0,0000 0,0045 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,2177 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0021 0,0000 0,0022 0,0030 0,0043 0,0007 0,0003 0,0001 0,0008 0,0001 0,0000 0,0005
5 0,0399 0,0007 0,0005 0,0734 1,0020 0,0000 0,0013 0,0000 0,0000 0,0000 0,0002 0,0202 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0008 0,0011 0,0015 0,0005 0,0002 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0005
6 0,0032 0,0002 0,0002 0,0061 0,0505 1,0007 0,0008 0,0000 0,0000 0,0001 0,0005 0,0025 0,0005 0,0001 0,0000 0,0000 0,0002 0,0012 0,0000 0,0008 0,0001 0,0017 0,0004 0,0012 0,0003 0,0022 0,0001 0,0000 0,0037
7 0,0034 0,0001 0,0002 0,0010 0,0005 0,0000 1,0577 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0095 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0002 0,0003 0,0012 0,0002 0,0001 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001
8 0,0001 0,0001 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001 1,0004 0,0000 0,0000 0,0004 0,0002 0,0001 0,0002 0,0000 0,0005 0,0001 0,0011 0,0000 0,0010 0,0001 0,0020 0,0003 0,0008 0,0002 0,0015 0,0001 0,0000 0,0006
9 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0040 0,0000 0,0002 0,0005 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0007 0,0000 0,0013 0,0001 0,0015 0,0002 0,0004 0,0001 0,0008 0,0000 0,0000 0,0003
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
10 0,0005 0,0003 0,0002 0,0008 0,0000 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 1,0001 0,0008 0,0020 0,0002 0,0001 0,0000 0,0000 0,0004 0,0006 0,0000 0,0019 0,0001 0,0025 0,0007 0,0026 0,0007 0,0045 0,0001 0,0000 0,0025
11 0,0002 0,0001 0,0002 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001 0,0006 0,0000 0,0000 1,0070 0,0007 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0,0003 0,0001 0,0024 0,0003 0,0001 0,0001 0,0008 0,0000 0,0000 0,0002
12 0,1926 0,0057 0,0199 0,0529 0,0043 0,0000 0,0224 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 1,1259 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0065 0,0000 0,0045 0,0004 0,0045 0,0013 0,0004 0,0001 0,0009 0,0001 0,0000 0,0008
13 0,0023 0,0003 0,0206 0,0015 0,0003 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010 0,0127 1,0843 0,0008 0,0000 0,0000 0,0001 0,0015 0,0000 0,0248 0,0002 0,0030 0,0006 0,0003 0,0001 0,0006 0,0002 0,0000 0,0004
14 0,0053 0,0006 0,0034 0,0028 0,0002 0,0000 0,0009 0,0000 0,0000 0,0000 0,0009 0,0298 0,1183 1,0236 0,0015 0,0000 0,0002 0,0034 0,0000 0,0097 0,0008 0,0037 0,0036 0,0008 0,0003 0,0032 0,0002 0,0000 0,0006
15 0,0301 0,0010 0,0049 0,0094 0,0007 0,0000 0,0036 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,1754 0,0049 0,0003 1,0069 0,0001 0,0001 0,0025 0,0000 0,0045 0,0002 0,0037 0,0034 0,0007 0,0001 0,0008 0,0001 0,0000 0,0013
16 0,0028 0,0005 0,0018 0,0019 0,0001 0,0000 0,0006 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0152 0,0153 0,0002 0,0085 1,0081 0,0001 0,0117 0,0000 0,0169 0,0005 0,0198 0,0102 0,0016 0,0002 0,0011 0,0001 0,0000 0,0030
17 0,0035 0,0008 0,0034 0,0023 0,0012 0,0082 0,0007 0,0000 0,0000 0,0000 0,0013 0,0187 0,0007 0,0004 0,0000 0,0001 1,0128 0,0033 0,0000 0,0106 0,0003 0,0061 0,0018 0,0013 0,0003 0,0036 0,0001 0,0000 0,0008
18 0,0032 0,0007 0,0007 0,0018 0,0001 0,0006 0,0006 0,0000 0,0000 0,0000 0,0017 0,0178 0,0008 0,0003 0,0000 0,0001 0,0003 1,2746 0,0000 0,0179 0,0003 0,0053 0,0018 0,0005 0,0001 0,0009 0,0001 0,0000 0,0025
19 0,0008 0,0002 0,0002 0,0006 0,0000 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0045 0,0003 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,1071 1,0000 0,0088 0,0003 0,0017 0,0010 0,0002 0,0000 0,0003 0,0007 0,0000 0,0008
20 0,0011 0,0011 0,0031 0,0008 0,0001 0,0001 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0087 0,0055 0,0005 0,0002 0,0000 0,0001 0,0001 0,0019 0,0000 1,0275 0,0015 0,0035 0,0008 0,0004 0,0001 0,0007 0,0001 0,0000 0,0007
70 Lampiran 9 (lanjutan) Sektor 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 190
1 0,0006 0,0000 0,0009 0,0000 0,0000 0,0014 0,0001 0,0001 0,0036 0,0282 0,0001 0,0011 0,0001 0,0059 0,000 0,0002 0,0083 0,0011 0,0018 0,0007 0,0004 0,0001 0,0020 0,0004 0,0002 0,0001 0,0001 0,0000 0,0005 1,2399
2 0,0005 0,0000 0,0006 0,0000 0,0000 0,0010 0,0001 0,0001 0,0027 0,0207 0,0001 0,0008 0,0001 0,0044 0,000 0,0001 0,0063 0,0009 0,0014 0,0005 0,0003 0,0000 0,0015 0,0002 0,0002 0,0001 0,0001 0,0000 0,0003 1,1149
3 0,0019 0,0001 0,0016 0,0000 0,0002 0,0033 0,0002 0,0003 0,0433 0,0556 0,0002 0,0028 0,0001 0,0119 -0,001 0,0003 0,0128 0,0019 0,0046 0,0110 0,0011 0,0000 0,0042 0,0012 0,0006 0,0003 0,0005 0,0000 0,0022 1,2785
4 0,0019 0,0000 0,0028 0,0000 0,0001 0,0056 0,0003 0,0002 0,0048 0,0917 0,0002 0,0035 0,0002 0,0181 -0,001 0,0005 0,0275 0,0038 0,0057 0,0022 0,0014 0,0001 0,0064 0,0010 0,0007 0,0003 0,0004 0,0000 0,0015 1,5964
5 0,0007 0,0000 0,0009 0,0000 0,0001 0,0019 0,0001 0,0001 0,0032 0,0308 0,0001 0,0015 0,0001 0,0059 0,000 0,0002 0,0079 0,0011 0,0019 0,0013 0,0004 0,0000 0,0022 0,0004 0,0002 0,0001 0,0001 0,0000 0,0012 1,2059
6 0,0012 0,0003 0,0010 0,0000 0,0007 0,0028 0,0001 0,0002 0,0291 0,0311 0,0002 0,0024 0,0001 0,0080 0,000 0,0020 0,0060 0,0014 0,0037 0,0025 0,0017 0,0001 0,0024 0,0014 0,0003 0,0002 0,0003 0,0000 0,0023 1,1788
7 0,0005 0,0000 0,0009 0,0000 0,0000 0,0012 0,0001 0,0001 0,0017 0,0257 0,0001 0,0011 0,0001 0,0049 0,000 0,0001 0,0079 0,0011 0,0015 0,0005 0,0004 0,0000 0,0018 0,0002 0,0002 0,0001 0,0001 0,0000 0,0003 1,1256
8 0,0024 0,0003 0,0010 0,0000 0,0003 0,0050 0,0002 0,0001 0,0194 0,0292 0,0004 0,0017 0,0000 0,0193 -0,006 0,0002 0,0138 0,0015 0,0156 0,0023 0,0038 0,0001 0,0052 0,0027 0,0006 0,0003 0,0012 0,0000 0,0022 1,1331
9 0,0012 0,0002 0,0009 0,0000 0,0002 0,0021 0,0001 0,0001 0,0098 0,0304 0,0001 0,0012 0,0000 0,0051 0,000 0,0001 0,0085 0,0013 0,0033 0,0011 0,0015 0,0000 0,0028 0,0008 0,0003 0,0001 0,0002 0,0000 0,0018 1,0838
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
10 0,0042 0,0001 0,0012 0,0000 0,0002 0,0032 0,0002 0,0004 0,0643 0,0408 0,0003 0,0076 0,0006 0,0094 0,000 0,0002 0,0056 0,0010 0,0046 0,0024 0,0022 0,0000 0,0073 0,0023 0,0005 0,0003 0,0011 0,0000 0,0034 1,1855
11 0,0011 0,0000 0,0016 0,0000 0,0001 0,0025 0,0002 0,0001 0,0024 0,0520 0,0002 0,0021 0,0001 0,0100 -0,001 0,0003 0,0154 0,0021 0,0031 0,0015 0,0011 0,0000 0,0037 0,0006 0,0004 0,0002 0,0002 0,0000 0,0008 1,1155
12 0,0021 0,0000 0,0029 0,0000 0,0002 0,0060 0,0004 0,0002 0,0057 0,0954 0,0003 0,0048 0,0002 0,0203 -0,002 0,0006 0,0287 0,0044 0,0073 0,0037 0,0015 0,0001 0,0068 0,0015 0,0008 0,0004 0,0004 0,0002 0,0024 1,6398
13 0,0018 0,0001 0,0015 0,0005 0,0007 0,0393 0,0027 0,0002 0,0053 0,0512 0,0007 0,0040 0,0002 0,0150 -0,001 0,0003 0,0142 0,0028 0,0069 0,0049 0,0032 0,0002 0,0038 0,0015 0,0005 0,0005 0,0010 0,0000 0,0014 1,3201
14 0,0019 0,0001 0,0015 0,0051 0,0010 0,0317 0,0027 0,0003 0,0088 0,0535 0,0007 0,0148 0,0006 0,0207 -0,007 0,0011 0,0152 0,0082 0,0166 0,0089 0,0052 0,0004 0,0057 0,0028 0,0008 0,0012 0,0029 0,0000 0,0018 1,4216
15 0,0018 0,0000 0,0022 0,0003 0,0011 0,0113 0,0008 0,0004 0,0061 0,0732 0,0005 0,0036 0,0003 0,0177 -0,002 0,0006 0,0217 0,0043 0,0118 0,0025 0,0016 0,0001 0,0056 0,0010 0,0006 0,0004 0,0008 0,0003 0,0016 1,4258
16 0,0020 0,0001 0,0015 0,0001 0,0005 0,0313 0,0021 0,0003 0,0103 0,0485 0,0005 0,0128 0,0005 0,0219 -0,002 0,0004 0,0124 0,0032 0,0269 0,0093 0,0078 0,0001 0,0055 0,0025 0,0008 0,0009 0,0017 0,0005 0,0050 1,3279
17 0,0072 0,0002 0,0035 0,0003 0,0009 0,0310 0,0007 0,0005 0,0083 0,1212 0,0004 0,0145 0,0004 0,0447 -0,009 0,0029 0,0287 0,0141 0,0118 0,0125 0,0024 0,0001 0,0090 0,0034 0,0012 0,0006 0,0006 0,0000 0,0047 1,3997
18 0,0034 0,0001 0,0027 0,0000 0,0002 0,0418 0,0028 0,0003 0,0057 0,0909 0,0006 0,0086 0,0005 0,0462 -0,003 0,0008 0,0248 0,0051 0,0159 0,0115 0,0033 0,0001 0,0095 0,0021 0,0011 0,0021 0,0057 0,0000 0,0046 1,6202
19 0,0011 0,0000 0,0010 0,0000 0,0001 0,0131 0,0004 0,0001 0,0018 0,0319 0,0002 0,0034 0,0003 0,0123 -0,001 0,0003 0,0091 0,0015 0,0071 0,0021 0,0012 0,0000 0,0027 0,0005 0,0003 0,0010 0,0018 0,0001 0,0026 1,2236
20 0,0019 0,0001 0,0022 0,0000 0,0002 0,0121 0,0008 0,0002 0,0048 0,0739 0,0004 0,0040 0,0002 0,0162 -0,001 0,0006 0,0219 0,0035 0,0082 0,0036 0,0022 0,0001 0,0059 0,0010 0,0006 0,0005 0,0013 0,0000 0,0017 1,2258
71 Lampiran 9 (lanjutan) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
21 0,0102 0,0114 0,0382 0,0101 0,0008 0,0001 0,0024 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0504 0,0002 0,0002 0,0000 0,0001 0,0001 0,0030 0,0000 0,0113 1,0185 0,0033 0,0009 0,0008 0,0001 0,0007 0,0001 0,0000 0,0005
22 0,0008 0,0004 0,0622 0,0022 0,0009 0,0000 0,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0,0014 0,0030 0,0055 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0013 0,0000 0,0365 0,0004 1,0768 0,0047 0,0009 0,0004 0,0045 0,0001 0,0000 0,0006
23 0,0004 0,0003 0,0006 0,0005 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0011 0,0016 0,0004 0,0008 0,0001 0,0002 0,0001 0,0034 0,0000 0,0858 0,0021 0,0044 1,0029 0,0007 0,0002 0,0018 0,0001 0,0000 0,0003
24 0,0021 0,0002 0,0002 0,0006 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0017 0,0011 0,0016 0,0002 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001 0,0036 0,0000 0,0109 0,0003 0,0017 0,0004 1,0044 0,0002 0,0024 0,0001 0,0000 0,0008
25 0,0009 0,0008 0,0005 0,0011 0,0000 0,0000 0,0004 0,0011 0,0000 0,0001 0,0027 0,0037 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0013 0,0000 0,0010 0,0002 0,0046 0,0010 0,0005 1,0024 0,0016 0,0001 0,0000 0,0007
26 0,0012 0,0007 0,0005 0,0021 0,0000 0,0000 0,0006 0,0006 0,0000 0,0000 0,0029 0,0052 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0015 0,0000 0,0294 0,0010 0,0045 0,0009 0,0004 0,0746 1,0056 0,0019 0,0000 0,0011
27 0,0004 0,0003 0,0002 0,0005 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0187 0,0001 0,0002 0,0016 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0007 0,0000 0,0003 0,0001 0,0029 0,0003 0,0002 0,0001 0,0005 1,0015 0,0000 0,0003
28 0,0009 0,0005 0,0003 0,0016 0,0000 0,0000 0,0004 0,0001 0,0033 0,0000 0,0021 0,0039 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0040 0,0000 0,0094 0,0003 0,0036 0,0020 0,0011 0,0010 0,0119 0,1793 1,0002 0,0059
29 0,0005 0,0003 0,0004 0,0009 0,0000 0,0000 0,0003 0,0001 0,0004 0,0001 0,0014 0,0023 0,0012 0,0005 0,0001 0,0001 0,0006 0,0027 0,0000 0,0401 0,0004 0,0041 0,0055 0,0033 0,0106 0,0394 0,0081 0,0001 1,0506
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
30 0,0006 0,0003 0,0008 0,0009 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0002 0,0000 0,0008 0,0026 0,0007 0,0005 0,0001 0,0002 0,0003 0,0074 0,0001 0,0125 0,0005 0,0125 0,0298 0,0032 0,0014 0,0125 0,0104 0,0000 0,0038
31 0,0003 0,0002 0,0003 0,0004 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0005 0,0000 0,0004 0,0013 0,0007 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001 0,0013 0,0000 0,0034 0,0005 0,0036 0,0019 0,0006 0,0040 0,0205 0,0242 0,0000 0,0044
32 0,0007 0,0005 0,0014 0,0012 0,0000 0,0000 0,0003 0,0000 0,0003 0,0000 0,0006 0,0031 0,0007 0,0003 0,0000 0,0004 0,0003 0,0021 0,0000 0,0035 0,0002 0,0225 0,0038 0,0018 0,0037 0,0226 0,0143 0,0000 0,0107
33 0,0007 0,0004 0,0005 0,0009 0,0006 0,0025 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0028 0,0020 0,0003 0,0001 0,0000 0,0191 0,0026 0,0000 0,0053 0,0002 0,0050 0,0025 0,0015 0,0004 0,0050 0,0013 0,0000 0,0006
34 0,0040 0,0008 0,0054 0,0065 0,0002 0,0001 0,0350 0,0000 0,0004 0,0000 0,0004 0,0209 0,0006 0,0002 0,0001 0,0001 0,0011 0,0016 0,0000 0,0036 0,0003 0,0064 0,0035 0,0016 0,0006 0,0057 0,0223 0,0000 0,0026
35 0,0003 0,0002 0,0002 0,0004 0,0000 0,0000 0,0001 0,0010 0,0000 0,0000 0,0059 0,0011 0,0001 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0009 0,0000 0,0006 0,0001 0,0029 0,0007 0,0007 0,0002 0,0014 0,0002 0,0000 0,0008
36 0,0003 0,0002 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0001 0,0009 0,0000 0,0001 0,0024 0,0011 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0001 0,0013 0,0000 0,0024 0,0001 0,0017 0,0012 0,0003 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0003
37 0,0011 0,0006 0,0004 0,0019 0,0000 0,0000 0,0005 0,0001 0,0000 0,0000 0,0011 0,0050 0,0013 0,0088 0,0000 0,0003 0,0001 0,0037 0,0000 0,0302 0,0029 0,0021 0,0004 0,0010 0,0098 0,0041 0,0003 0,0000 0,0014
38 0,0015 0,0009 0,0010 0,0023 0,0001 0,0011 0,0007 0,0001 0,0000 0,0020 0,0028 0,0061 0,0007 0,0003 0,0000 0,0001 0,0054 0,0032 0,0000 0,0061 0,0003 0,0136 0,0067 0,0402 0,0099 0,0665 0,0010 0,0001 0,0200
39 0,0019 0,0011 0,0025 0,0024 0,0001 0,0001 0,0007 0,0000 0,0000 0,0001 0,0011 0,0087 0,0017 0,0027 0,0000 0,0007 0,0007 0,0103 0,0000 0,0034 0,0011 0,0395 0,0044 0,0023 0,0008 0,0076 0,0005 0,0000 0,0018
40 0,0348 0,0112 0,0031 0,0714 0,0011 0,0000 0,0188 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,1657 0,0002 0,0006 0,0000 0,0001 0,0001 0,0017 0,0000 0,0012 0,0005 0,0035 0,0005 0,0002 0,0001 0,0006 0,0001 0,0000 0,0005
72 Lampiran 9 (lanjutan) Sektor 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 190
21 0,0017 0,0000 0,0021 0,0000 0,0001 0,0064 0,0005 0,0002 0,0059 0,0696 0,0003 0,0078 0,0002 0,0169 -0,001 0,0006 0,0207 0,0031 0,0178 0,0025 0,0028 0,0001 0,0052 0,0012 0,0007 0,0011 0,0039 0,0003 0,0014 1,3352
22 0,0022 0,0001 0,0024 0,0002 0,0002 0,0142 0,0010 0,0003 0,0075 0,0793 0,0004 0,0094 0,0002 0,0222 -0,003 0,0008 0,0231 0,0043 0,0100 0,0084 0,0021 0,0001 0,0064 0,0023 0,0008 0,0006 0,0008 0,0000 0,0043 1,4041
23 0,0035 0,0001 0,0014 0,0000 0,0010 0,0197 0,0013 0,0002 0,0031 0,0440 0,0002 0,0040 0,0002 0,0101 -0,003 0,0003 0,0136 0,0040 0,0106 0,0044 0,0010 0,0000 0,0070 0,0008 0,0006 0,0003 0,0008 0,0000 0,0044 1,2419
24 0,0024 0,0001 0,0009 0,0000 0,0009 0,0441 0,0030 0,0005 0,0080 0,0294 0,0004 0,0053 0,0004 0,0121 -0,003 0,0010 0,0070 0,0031 0,0112 0,0041 0,0012 0,0000 0,0035 0,0013 0,0004 0,0011 0,0010 0,0000 0,0018 1,1746
25 0,0050 0,0000 0,0028 0,0000 0,0001 0,2312 0,0155 0,0007 0,0094 0,0593 0,0006 0,0097 0,0013 0,0227 -0,004 0,0015 0,0176 0,0039 0,0101 0,0051 0,0018 0,0001 0,0070 0,0038 0,0009 0,0009 0,0017 0,0000 0,0423 1,4762
26 0,0048 0,0003 0,0025 0,0000 0,0004 0,1344 0,0090 0,0014 0,0079 0,0708 0,0022 0,0194 0,0009 0,0263 -0,004 0,0023 0,0223 0,0155 0,0085 0,0060 0,0018 0,0001 0,0204 0,0038 0,0013 0,0006 0,0016 0,0000 0,0124 1,5087
27 0,0013 0,0000 0,0019 0,0000 0,0001 0,0035 0,0002 0,0001 0,0035 0,0632 0,0002 0,0028 0,0002 0,0117 -0,001 0,0003 0,0182 0,0025 0,0052 0,0012 0,0009 0,0000 0,0045 0,0006 0,0005 0,0003 0,0043 0,0000 0,0015 1,1569
28 0,0055 0,0001 0,0021 0,0000 0,0007 0,0811 0,0055 0,0028 0,0142 0,0626 0,0004 0,0152 0,0007 0,0295 -0,004 0,0013 0,0192 0,0070 0,0194 0,0177 0,0030 0,0001 0,0052 0,0054 0,0011 0,0005 0,0025 0,0000 0,0075 1,5391
29 0,0109 0,0001 0,0024 0,0000 0,0013 0,0330 0,0022 0,0102 0,0097 0,0755 0,0004 0,0077 0,0003 0,0194 -0,003 0,0011 0,0177 0,0043 0,0129 0,0056 0,0017 0,0001 0,0110 0,0067 0,0011 0,0008 0,0008 0,0000 0,0045 1,4126
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
30 1,2764 0,0004 0,0041 0,0001 0,0016 0,0274 0,0020 0,0010 0,0101 0,1378 0,0006 0,0077 0,0004 0,0380 -0,005 0,0011 0,0373 0,0083 0,0222 0,0055 0,0042 0,0001 0,0109 0,0062 0,0014 0,0009 0,0009 0,0001 0,0043 1,7084
31 0,0300 1,0093 0,0016 0,0000 0,0008 0,0128 0,0009 0,0010 0,0056 0,0524 0,0005 0,0036 0,0005 0,0178 -0,001 0,0008 0,0133 0,0030 0,0085 0,0034 0,0023 0,0001 0,0066 0,0014 0,0006 0,0020 0,0007 0,0000 0,0029 1,2503
32 0,0312 0,0001 1,1282 0,0000 0,0006 0,0235 0,0016 0,0023 0,0074 0,0934 0,0009 0,0098 0,0005 0,0235 -0,002 0,0009 0,0283 0,0047 0,0134 0,0067 0,0031 0,0004 0,0073 0,0040 0,0010 0,0023 0,0035 0,0001 0,0020 1,4937
33 0,0025 0,0001 0,0018 1,0600 0,0007 0,0301 0,0020 0,0003 0,0037 0,0590 0,0002 0,0084 0,0002 0,0262 -0,004 0,0012 0,0165 0,0040 0,0202 0,0097 0,0017 0,0001 0,0049 0,0045 0,0009 0,0005 0,0007 0,0008 0,0034 1,3159
34 0,0109 0,0001 0,0047 0,0002 1,0109 0,0160 0,0011 0,0006 0,0033 0,0461 0,0004 0,0032 0,0003 0,0147 -0,003 0,0005 0,0140 0,0026 0,0067 0,0037 0,0011 0,0000 0,0040 0,0011 0,0005 0,0004 0,0009 0,0000 0,0015 1,2708
35 0,0161 0,0001 0,0017 0,0000 0,0002 1,1754 0,0118 0,0003 0,0151 0,0572 0,0003 0,0029 0,0002 0,0124 -0,001 0,0003 0,0175 0,0024 0,0078 0,0046 0,0026 0,0001 0,0053 0,0038 0,0007 0,0004 0,0011 0,0000 0,0010 1,3585
36 0,0014 0,0000 0,0010 0,0000 0,0002 0,0401 1,0027 0,0002 0,0033 0,0336 0,0002 0,0032 0,0001 0,0095 -0,001 0,0008 0,0100 0,0021 0,0107 0,0065 0,0018 0,0001 0,0042 0,0025 0,0006 0,0033 0,0013 0,0000 0,0009 1,1527
37 0,0041 0,0002 0,0012 0,0003 0,0004 0,1217 0,0082 1,0814 0,0212 0,0356 0,0014 0,0176 0,0001 0,0134 -0,002 0,0017 0,0118 0,0039 0,0127 0,0085 0,0029 0,0001 0,0099 0,0066 0,0010 0,0004 0,0033 0,0000 0,0014 1,4467
38 0,0188 0,0005 0,0029 0,0000 0,0011 0,0173 0,0012 0,0043 1,0084 0,0868 0,0015 0,0199 0,0004 0,0244 -0,002 0,0008 0,0279 0,0047 0,0254 0,0082 0,0070 0,0001 0,0101 0,0111 0,0016 0,0031 0,0070 0,0000 0,0043 1,4894
39 0,0199 0,0001 0,0249 0,0003 0,0010 0,0380 0,0026 0,0013 0,0389 1,0810 0,0020 0,0208 0,0005 0,0421 -0,002 0,0027 0,0215 0,0036 0,0499 0,0158 0,0087 0,0003 0,0741 0,0060 0,0042 0,0020 0,0027 0,0001 0,0082 1,5683
40 0,0016 0,0000 0,0023 0,0001 0,0001 0,0042 0,0003 0,0002 0,0038 0,0747 1,0002 0,0038 0,0002 0,0146 -0,001 0,0004 0,0229 0,0032 0,0066 0,0017 0,0012 0,0001 0,0053 0,0009 0,0023 0,0005 0,0004 0,0000 0,0011 1,4678
73 Lampiran 9 (lanjutan) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
41 0,0468 0,0180 0,0039 0,0924 0,0015 0,0000 0,0212 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,1902 0,0003 0,0007 0,0000 0,0001 0,0001 0,0019 0,0000 0,0014 0,0005 0,0042 0,0006 0,0003 0,0001 0,0007 0,0001 0,0000 0,0004
42 0,0045 0,0007 0,0008 0,0022 0,0001 0,0002 0,0008 0,0001 0,0000 0,0002 0,0027 0,0251 0,0005 0,0002 0,0000 0,0001 0,0007 0,0030 0,0001 0,0015 0,0017 0,0050 0,0013 0,0054 0,0013 0,0089 0,0006 0,0000 0,0038
43 0,0012 0,0008 0,0020 0,0013 0,0001 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0037 0,0056 0,0008 0,0023 0,0000 0,0003 0,0002 0,0045 0,0000 0,0024 0,0012 0,0304 0,0022 0,0010 0,0004 0,0031 0,0003 0,0000 0,0119
44 0,0286 0,0031 0,0031 0,0102 0,0007 0,0000 0,0068 0,0000 0,0000 0,0000 0,0034 0,1583 0,0003 0,0007 0,0000 0,0003 0,0002 0,0025 0,0000 0,0014 0,0008 0,0051 0,0008 0,0009 0,0003 0,0021 0,0004 0,0000 0,0023
45 0,0141 0,0006 0,0017 0,0064 0,0003 0,0000 0,0037 0,0000 0,0000 0,0000 0,0041 0,0802 0,0003 0,0006 0,0000 0,0001 0,0001 0,0020 0,0000 0,0011 0,0009 0,0043 0,0008 0,0006 0,0003 0,0017 0,0005 0,0000 0,0011
46 0,0039 0,0012 0,0020 0,0057 0,0001 0,0000 0,0014 0,0000 0,0000 0,0000 0,0059 0,0178 0,0004 0,0009 0,0000 0,0001 0,0001 0,0019 0,0000 0,0016 0,0003 0,0281 0,0008 0,0007 0,0003 0,0020 0,0004 0,0000 0,0009
47 0,0014 0,0004 0,0006 0,0010 0,0001 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0003 0,0008 0,0076 0,0006 0,0034 0,0000 0,0001 0,0008 0,0031 0,0000 0,0015 0,0003 0,0076 0,0015 0,0052 0,0013 0,0088 0,0002 0,0000 0,0031
48 0,0030 0,0005 0,0005 0,0014 0,0001 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,0000 0,0005 0,0167 0,0002 0,0002 0,0000 0,0002 0,0001 0,0313 0,0000 0,0036 0,0002 0,0026 0,0020 0,0011 0,0003 0,0018 0,0002 0,0000 0,0015
49 0,0003 0,0001 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0015 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0019 0,0000 0,0003 0,0001 0,0004 0,0006 0,0003 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0015
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
50 0,0005 0,0003 0,0002 0,0007 0,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,0023 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0031 0,0000 0,0005 0,0002 0,0019 0,0006 0,0003 0,0001 0,0006 0,0001 0,0000 0,0007
51 0,0010 0,0003 0,0002 0,0015 0,0000 0,0000 0,0004 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0044 0,0001 0,0001 0,0000 0,0000 0,0000 0,0049 0,0000 0,0005 0,0002 0,0012 0,0007 0,0002 0,0001 0,0004 0,0000 0,0000 0,0010
52 0,0008 0,0001 0,0002 0,0004 0,0000 0,0001 0,0002 0,0000 0,0000 0,0002 0,0003 0,0045 0,0001 0,0003 0,0000 0,0003 0,0005 0,0014 0,0000 0,0006 0,0000 0,0016 0,0006 0,0033 0,0008 0,0055 0,0001 0,0000 0,0017
53 0,0019 0,0011 0,0006 0,0024 0,0001 0,0000 0,0008 0,0000 0,0000 0,0000 0,0006 0,0086 0,0006 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0055 0,0001 0,0020 0,0017 0,0054 0,0007 0,0008 0,0002 0,0015 0,0001 0,0000 0,0024
54 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
55 0,0010 0,0026 0,0004 0,0011 0,0000 0,0001 0,0005 0,0000 0,0000 0,0001 0,0006 0,0040 0,0006 0,0012 0,0000 0,0004 0,0003 0,0333 0,0035 0,0082 0,0015 0,0033 0,0018 0,0015 0,0004 0,0025 0,0003 0,0000 0,0035
56 0,0365 0,0539 0,0036 0,0416 0,0011 0,0000 0,0229 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,1714 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0020 0,0000 0,0017 0,0068 0,0045 0,0007 0,0003 0,0001 0,0008 0,0001 0,0000 0,0009
57 0,0831 0,0724 0,0028 0,0143 0,0019 0,0000 0,0029 0,0000 0,0000 0,0000 0,0003 0,1434 0,0002 0,0003 0,0000 0,0001 0,0001 0,0016 0,0000 0,0022 0,0002 0,0040 0,0005 0,0002 0,0001 0,0007 0,0001 0,0000 0,0005
58 0,0096 0,0121 0,0061 0,0037 0,0003 0,0001 0,0044 0,0000 0,0000 0,0000 0,0004 0,0396 0,0010 0,0026 0,0000 0,0006 0,0001 0,0016 0,0000 0,0032 0,0030 0,0410 0,0045 0,0010 0,0005 0,0057 0,0005 0,0000 0,0009
180 1,7927 1,2462 1,2369 1,5914 1,1157 1,0152 1,2245 1,0061 1,0280 1,0060 1,0804 2,8524 1,2502 1,0596 1,0178 1,0151 1,0474 1,5842 1,0041 1,5209 1,0594 1,4435 1,1234 1,1028 1,1304 1,2898 1,2718 1,0007 1,1693
74 Lampiran 9 (lanjutan) Sektor 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 190
41 0,0019 0,0000 0,0027 0,0001 0,0001 0,0043 0,0003 0,0002 0,0042 0,0901 0,0002 1,0034 0,0002 0,0175 -0,001 0,0005 0,0274 0,0038 0,0056 0,0020 0,0013 0,0001 0,0065 0,0009 0,0008 0,0003 0,0003 0,0000 0,0013 1,5602
42 0,0071 0,0001 0,0357 0,0004 0,0007 0,0923 0,0074 0,0010 0,1204 0,0657 0,0010 0,0092 1,0009 0,0134 -0,001 0,0005 0,0202 0,0061 0,0253 0,0042 0,0057 0,0003 0,0055 0,0051 0,0033 0,0132 0,0067 0,0000 0,0028 1,5245
43 0,0075 0,0000 0,0079 0,0001 0,0008 0,0157 0,0011 0,0008 0,0166 0,3021 0,0010 0,0094 0,0003 1,0242 -0,001 0,0046 0,0157 0,0080 0,0340 0,0068 0,0085 0,0006 0,0264 0,0042 0,0037 0,0015 0,0013 0,0000 0,0282 1,6057
44 0,0036 0,0000 0,0219 0,0001 0,0016 0,0135 0,0011 0,0009 0,0188 0,0935 0,0011 0,0089 0,0003 0,0174 0,996 0,0006 0,0267 0,0629 0,0179 0,0039 0,0101 0,0003 0,0072 0,0038 0,0025 0,0013 0,0008 0,0000 0,0024 1,5516
45 0,0044 0,0000 0,0305 0,0001 0,0017 0,0128 0,0010 0,0027 0,0107 0,0777 0,0004 0,0038 0,0002 0,0141 -0,001 1,0102 0,0208 0,0392 0,0200 0,0037 0,0088 0,0001 0,0071 0,0042 0,0014 0,0017 0,0009 0,0000 0,0022 1,4044
46 0,0069 0,0000 0,0292 0,0001 0,0003 0,0095 0,0007 0,0010 0,0153 0,0729 0,0020 0,0557 0,0003 0,0133 -0,001 0,0005 1,0831 0,0872 0,0297 0,0054 0,0204 0,0005 0,0069 0,0078 0,0117 0,0046 0,0014 0,0001 0,0021 1,5443
47 0,0118 0,0001 0,0016 0,0002 0,0008 0,0356 0,0025 0,0023 0,1285 0,0496 0,0009 0,0054 0,0009 0,0089 -0,003 0,0015 0,0125 1,0366 0,0759 0,0032 0,0108 0,0001 0,0060 0,0078 0,0015 0,0019 0,0032 0,0001 0,0042 1,4618
48 0,0169 0,0001 0,0012 0,0002 0,0005 0,0219 0,0015 0,0008 0,0215 0,0389 0,0005 0,0055 0,0003 0,0106 -0,001 0,0004 0,0114 0,0017 1,0965 0,0056 0,0051 0,0004 0,0069 0,0049 0,0066 0,0066 0,0026 0,0010 0,0035 1,3411
49 0,0018 0,0000 0,0002 0,0001 0,0002 0,0043 0,0003 0,0001 0,0046 0,0072 0,0002 0,0014 0,0000 0,0023 0,000 0,0001 0,0026 0,0003 0,0145 1,0257 0,0057 0,0002 0,0025 0,0015 0,0143 0,0020 0,0004 0,0000 0,0006 1,1011
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
50 0,0022 0,0000 0,0010 0,0000 0,0006 0,0082 0,0006 0,0003 0,0054 0,0318 0,0012 0,0049 0,0003 0,0192 0,000 0,0002 0,0082 0,0011 0,0253 0,0214 1,0245 0,0013 0,0057 0,0118 0,0098 0,0098 0,0029 0,0000 0,0032 1,2133
51 0,0024 0,0000 0,0007 0,0001 0,0004 0,0080 0,0006 0,0002 0,0033 0,0231 0,0026 0,0130 0,0001 0,0047 0,000 0,0002 0,0043 0,0018 0,0255 0,0164 0,0148 1,0062 0,0057 0,0034 0,0224 0,0040 0,0005 0,0001 0,0022 1,1838
52 0,0018 0,0000 0,0005 0,0000 0,0002 0,0025 0,0002 0,0004 0,0825 0,0150 0,0003 0,0020 0,0000 0,0043 0,000 0,0001 0,0054 0,0008 0,0080 0,0042 0,0009 0,0000 1,0028 0,0021 0,0282 0,0003 0,0011 0,0000 0,0011 1,1884
53 0,0044 0,0008 0,0030 0,0002 0,0011 0,0216 0,0015 0,0006 0,0149 0,0801 0,0018 0,0187 0,0003 0,0132 -0,001 0,0012 0,0330 0,0037 0,0484 0,0070 0,0044 0,0018 0,0241 1,0045 0,0497 0,0191 0,0093 0,0001 0,0126 1,4179
54 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000
55 0,0091 0,0000 0,0016 0,0007 0,0076 0,0161 0,0011 0,0010 0,0311 0,0518 0,0008 0,0077 0,0004 0,0137 -0,001 0,0008 0,0124 0,0019 0,0854 0,0059 0,0031 0,0001 0,0138 0,0041 0,0112 1,0503 0,0018 0,0001 0,0035 1,4088
56 0,0023 0,0000 0,0030 0,0001 0,0002 0,0047 0,0003 0,0002 0,0051 0,0972 0,0003 0,0037 0,0002 0,0188 -0,001 0,0005 0,0296 0,0041 0,0069 0,0021 0,0016 0,0001 0,0071 0,0011 0,0014 0,0013 1,0011 0,0000 0,0015 1,5428
57 0,0018 0,0000 0,0026 0,0001 0,0001 0,0037 0,0003 0,0001 0,0042 0,0860 0,0002 0,0032 0,0002 0,0167 -0,001 0,0005 0,0262 0,0036 0,0053 0,0017 0,0013 0,0001 0,0061 0,0008 0,0006 0,0003 0,0003 1,0000 0,0012 1,4976
58 0,0195 0,0001 0,0255 0,0003 0,0004 0,0201 0,0014 0,0007 0,0083 0,0608 0,0009 0,0058 0,0002 0,0132 -0,002 0,0004 0,0170 0,0025 0,0168 0,0029 0,0015 0,0001 0,0328 0,0022 0,0028 0,0006 0,0016 0,0000 1,0021 1,3814
180 1,5949 1,0151 1,3943 1,0711 1,0466 2,6167 1,1094 1,1270 1,9265 4,6304 1,0348 1,4403 1,0178 1,9511 0,890 1,0550 2,0334 1,4200 1,9902 1,3362 1,2241 1,0158 1,4799 1,1713 1,2049 1,1507 1,0968 1,0046 1,2279 78,5631
75 Lampiran 10Multiplier output klasifikasi 58 sektor
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
76 Lampiran 11Multiplier pendapatan klasifikasi 58 sektor
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
77 Lampiran 12Multiplier tenaga kerja klasifikasi 58 sektor
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Banten 2010, klasifikasi 58 sektor (diolah)
78 Lampiran 13Anggaran belanja pemerintah Provinsi Banten menurut urusan tahun 2010-2013 Urusan Pendidikan Kesehatan Pekerjaan Umum Perumahan Penataan Ruang Perencanaan Pembangunan Perhubungan Lingkungan Hidup Pertanahan Kependudukan dan Catatan Sipil Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Sosial Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Penanaman Modal Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Pemerintahan Umum Kepegawaian Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Statistik Kearsipan Komunikasi dan Informatika Ketahanan Pangan Perpustakaan Pertanian Kehutanan Energi dan Sumberdaya Mineral Pariwisata Kelautan dan Perikanan Perdagangan Perindustrian Transmigrasi Total Belanja Sumber: DJPK, 2013
Anggaran belanja (Rp juta) 2010 2011 2012 2013 165482 194108 222814 278448 203800 229235 228645 382492 520369 643943 908366 1438181 0 0 0 8600 0 0 0 0 20666 24101 28450 45444 21626 29741 30892 25615 8294 10093 12699 14237 0 0 0 0 0 0 0 700 12313 16464 16144 11827 0 0 0 350 14212 12781 9262 11573 12569 12731 18719
23478 18965 12956 11931 18725 12551 31516
24516 19917 12949 12369 21161 16792 35065
63447 20299 14015 15150 14350 14339 17961
1323089 0 0 0 0 0 7164 8206 30879 17614 51709 0 14710 0 13500 0 2511267
2031648 0 0 0 0 0 8964 9495 37717 18820 56311 0 26238 0 18297 0 3485295
2360736 0 0 0 0 0 7746 10418 41628 18766 58910 0 24849 0 20242 0 4134075
3473492 0 4300 12491 849 7228 8473 8546 59140 14159 57719 7770 14090 2512 14541 1237 6052003
79
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Mei 1992 dari ayah Togar Situmorang (alm) dan ibu Maria Linda Sitanggang. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh BEM FEM dan PMK, yaitu The 10th Economic Contest, Natal Civitas Akademik IPB, Kebaktian Awal Tahun Ajaran PMK IPB, Keakraban PMK, dan Retreat Kopelkhu. Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis yaitu Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) DIKTI 2013 bidang penelitian dan PKM DIKTI 2014 bidang pengabdian masyarakat.