VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU
6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan, bila mampu menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi (economic growth) wilayah dari Tahun ke Tahun. Indikator makroekonomi biasanya mempergunakan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu alat ukur untuk mengukur kemajuan atau tingkat keberhasilan
pembangunan suatu
wilayah. Dalam menganalis sektor-sektor ekonomi wilayah terhadap perubahan struktur ekonominya, diperlukan faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan sehingga
dapat diketahui kondisi transformasi aktivitas ekonomi wilayah
tersebut. Menurut
kerangka pemikiran Rostow
(1956)
oleh Chenery et.al
(1962), dan Sulistyaningsih (1997), dikatakan ada perbedaan di antara kedua ahli ekonomi ini. Rostow berupaya mendefinisikan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi sebagai perubahan absolut, sedangkan Chenery mendefinisikan sumbersumber pertumbuhan ekonomi sebagai nilai deviasi pertumbuhan proposional setiap sektor. Untuk analisis sektor-sektor ekonomi wilayah Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan digunakan indikator agregat makroekonomi dengan mempergunakan sumber data dari Biro Pusat Statistik (BPS) berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data-data yang dianalisis dalam penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Maluku, Kota dan Kabupaten sebagai pelengkap analisis sektor-sektor unggulan di Provinsi Maluku.
148
Analisis
dan
pembahasan
pada
sub
bab
penelitian
ini,
mengelompokkan PDRB Provinsi Maluku ke dalam 9 sektor, digunakan sebagai sumber data
analisis dan pembahasan sektor-sektor unggulan Provinsi (I-O),
untuk analisis Input-Output (I-O) pada sub berikutnya dipergunakan data pada tabel (I-O) updating
Provinsi Maluku Tahun 2007 yang
dikelompokkan
kedalam 60 sektor ekonomi wilayah. Pada bagian ini analisis diarahkan untuk menguraikan mengenai struktur penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap barang dan jasa yang dilakukan di Provinsi Maluku. Selanjutnya penelitian dari hasil analisis (I-O), berupa sektor-sektor dominan dalam permintaan output, struktur output dan struktur nilai tambah (added value) baik menurut lapangan usaha (sektor) maupun kompenen beserta struktur permintaan akhir. Dari hasil pengolahan data-data tersebut, akan dilakukan kajian tentang daya penyebaran dan derajat kepekaan (backward and forward linkage). Dengan demikian
hasil analisis penelitian
yang dilakukan
akan mampu menjawab
perkembangan perekonomian Provinsi Maluku (Kota/Kabupaten) terhadap sektorsektor unggulan yang mengalami perubahan selama periode pengukuran. Perkembangang perekonomian
suatu daerah/wilayah biasanya dapat
dilihat dari perubahan yang terjadi pada penemuan serta penetapan sektor-sektor unggulan dan mempengaruhi
pergeseran struktur perekonomian wilayahnya.
Dengan adanya perubahan struktur perekonomian tersebut, maka suatu wilayah mampu menunjukkan
besarnya kontribusi dari setiap sektor unggulan yang
mengidentifikasikan bahwa wilayah tersebut mengalami perkembangan sesuai arah kebijakan pembangunan untuk masa kini maupun dimasa datang. Oleh sebab itu indikator perkembangan perekonomian harus mampu menggambarkan
149
seberapa besar kekuatan ekonomi wilayah yang sesuai dengan potensi atau kapasitas wilayahnya sehingga setiap perubahan struktur ekonomi mampu memperlihatkan adanya kemajuan didalam pengambilan kebijakan pembangunan.
6.2
Struktur Perekonomian Provinsi Maluku Dalam Kajian Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) dilakukan dengan menggunakan Tabel
(I-O) Provinsi Maluku 2007. Data-data pada tabel tersebut merupakan sumber data yang bersifat lengkap dan komprehensif sehingga dapat dilihat seberapa besar ketergantungan antarsektor dan beberapa analisis lainnya pada suatu sistem perekonomian wilayah. Hasil analisis berikutnya dapat diketahui melalui kajian analisis secara umum keadaan perekonomian Provinsi Maluku yang diuraikan pada sub bab berikutnya.
6.2.1. Strukutur Permintaan dan Penawaran Tabel
Input-output
seperti yang telah dijelaskan pada
sub bab
terdahulu merupakan salah satu instrumen sumber data yang digunakan sebagai bahan analisis ekonomi. Dengan demikian tabel Input-Output dapat digunakan untuk mengkaji struktur permintaan dan penawaran barang dan jasa di Provinsi Maluku. Terminologi tabel (I-O) biasanya membedakan permintaan menurut permintaan antara (intermediate demand) dan permintaan akhir (final demand). Permintaan antara merupakan permintaan
sektor produksi guna memenuhi
kebutuhan produksi sedangkan permintaan akhir merupakan permintaan akan barang yang digunakan sebagai konsumsi akhir domestik dan konsumen diluar wilayah Provinsi Maluku. Sedangkan penawaran terhadap barang dan jasa
150
terdiri dari
produksi domestik (output domestic) dan impor yang berasal dari
wilayah lain maupun luar negeri. BPS Provinsi Maluku (2007) menunjukkan permintaan terhadap barang dan jasa Provinsi Maluku sebesar Rp. 9.08 triliun. Sebagian besar dari nilai total permintaan sebesar 60.07 persen merupakan permintaan oleh konsumen akhir domestik sedangkan 19.65 persen atau sekitar Rp. 1.79 triliun digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen diluar wilayah Provinsi Maluku atau di ekspor. Sedangkan permintaan sektor-sektor produksi untuk memenuhi kegiatan produksi di Provinsi Maluku sebesar 20.46 persen atau sebesar Rp. 1.86 triliun. Untuk memenuhi
permintaan
barang
dan jasa
diperoleh
dari
produksi
domestik sebesar 80.91 persen atau sebesar Rp. 7.3 triliun dan sebesar 19.09 persen harus diimpor dari luar wilayah Provinsi Maluku. Sebagai gambaran terhadap struktur permintaan dan penawaran Provinsi Maluku dapat ditampilkan sektor-sektor ekonomi yang diklasifikasikan kedalam 60 sektor ekonomi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Struktur Permintaan dan Penawaran Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Maluku, Tahun 2007 (Juta Rupiah) Permintaan Kode
Uraian Sektor
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
2 Padi Jagung Ubi Kayu Ubi-Ubian Lainnya Kacang-kacangan Sayuran Dataran Tinggi Sayuran Dataran Rendah Jeruk Pisang Buah-buahan Lainnya Pertanian tanaman pangan lainnya Kelapa Cengkih Kakao Pala Kopi Perkebunan lainnya Peternakan Kayu Gelondongan Hasil hutan lainnya Perikanan Pertambangan
Antara 3 19461 4170 16935 2566 2023 572 1052 451 2667 8841 3797 40539 7537 3220 5448 724 1000 10608 144430 7639 66434 656
Akhir Domestik
Ekspor
Jumlah Permintaan
4
5
6
2997 6 377 157 650 44745 19842 28008 43043 18976 40782 45334 36677 105331 18999 16403 22074 4927 16213 70132 7723 11497 360829 6009
24 1985 17589 13 450 1478 7 209 781 1681 37 124 187 605 15466 33158 428 521 0 1243 344 740706 14951
22482 12532 192174 47324 22315 30058 44102 19636 44230 55856 40511 145994 214141 35089 60680 6079 17734 80740 153396 19480 1167969 21616
Penawaran Output Domestik 7 22482 7178 192174 47 324 21 565 30 058 44 047 19263 44230 50899 22207 145994 214141 35089 60680 6079 17558 76154 111806 19480 1167713 21616
Impor
Jumlah Penawaran
8
9
0 5 354 0 0 750 0 55 373 0 957 18304 0 0 0 0 0 176 4586 41590 0 256 0
22482 12532 192174 47324 2315 30058 44102 19636 44230 55856 40511 145994 214141 35089 60680 6079 17734 80740 153396 19480 1 167969 21616
151
152
1 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
2 Penggalian Industri Pengilangan minyak bumi Industri Penggilingan padi Industri tepung terigu Industri minyak hewan dan nabati Industri biskuit roti dan sejenisnya Industri Gula Industri makanan dan minuman lainnya Industri kain tenun Industri tekstil bahan dari kulit dan alas kaki Industri kayu lapis Industri penggergajinan kayu Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri Kerang-kerangan Industri kertas dan barang cetakan Industri pupuk kimia dan barang dari karet Industri semen dan bahan galian bukan logam Industri lainnya Listrik Air bersih Bangunan Pedagang besar eceran Hotel Restoran dan rumah makan
3 15131 253788 47008 5404 13060 14396 2645 75057 5591
4 15222 4809 329786 20067 84743 44695 129520 155480 1507
5 2258 0 17194 0 9543 171 83 13206 98
6 32611 258597 393988 25471 107346 59262 132248 243743 7196
7 32611 0 44634 0 73940 57921 522 43314 1854
8
9
0 258597 349354 25471 33406 1341 131726 200429 5342
32611 258597 393988 25471 107346 59262 132248 243743 7196
4845 10224 66126
84152 29968 32808
14554 159066 129355
103551 199258 228289
286 198373 228269
103265 885 20
103551 199258 228289
7297 4937 41546 85752
20084 474 25546 18559
12669 129 0 4275
40050 5540 67092 108586
39964 5540 3182 44409
86 0 63910 64177
40050 5540 67092 108586
35605 91842 16194 1837 50567 363873 12277 25224
6205 229274 42493 2304 200569 922693 28860 31313
374 2614 0 0 0 302598 1281 644
42184 323730 58687 4141 251136 1589164 42418 57181
1743 10166 58687 4135 251136 1589164 35577 56618
40441 313564 0 6 0 0 6841 563
42184 323730 58687 4141 251136 1589164 42418 57181
1 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
2
5 30727 37641 18703 8023 294 203 12 0 5
6 205720 238816 220652 44210 54954 81694 58266 205138 47236
7 205383 237998 219686 43833 54934 81114 58074 205138 3372
337 818 966 377 20 580 192 0 43864
9 205720 238816 220652 44210 54954 81694 58266 205138 47236
21490 915678 0 14835 86202 30 3419 16876 152 1051 29492 43 304 -292 0 1841498 5455330 1784745 Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
937168 101067 20447 30586 12 9081573
937168 101067 4093 29875 0 7341517
0 0 16354 711 12 1740056
937168 101067 20447 30586 12 9081573
Angkutan darat Angkutan Air Angkutan udara Jasa penunggang angkutan Komunikasi Bank Lembaga keuangan non-bank Sewa bangunan Jasa perusahaan Pemerintahan umum dan pertahanan keamanan Jasa sosial kemanusiaan Jasa hiburan dan rekreasi Jasa perorangan dan rumah tangga Lainnya yang tidak jelas batasanya Jumlah
3 33191 41824 45191 10325 22985 10260 9991 13444 12192
4 141802 159351 156758 25862 31675 71231 48263 191694 35039
8
153
154
Tabel 14. Struktur Permintaan dan Penawaran Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Maluku, Tahun 2007 (Persen) Permintaan No
Uraian Sektor Antara
1
2 1
Padi
2
Jagung
3
Ubi Kayu
4
3
Akhir Domestik 4
19461
2997
Jumlah Ekspor
Permintaan
5
6
Penawaran
Persen Permintaan
Output Domestik
24
7
8
22482
0.25
Jumlah
Persen
Impor
Penawaran
Penawaran
9
10
11
22482
0
22482
0.25
4170
6377
1985
12532
0.14
7178
5354
12532
0.14
16935
157641
17598
192174
2.12
192174
0
192174
2.12
Ubi-Ubian Lainnya
2566
44745
13
47324
0.52
47324
0
47324
0.52
5
Kacang-kacangan
2023
19842
450
22315
0.25
21565
750
22315
0.25
6
Sayuran Dataran Tinggi
572
28008
1478
30058
0.33
30058
0
30058
0.33
7
Sayuran Dataran Rendah
1052
43043
7
44102
0.49
44047
55
44102
0.49
8
Jeruk
451
18976
209
19636
0.22
19263
373
19636
0.22
9
Pisang
2667
40782
781
44230
0.49
44230
0
44230
0.49
10
Buah-buahan Lainnya
8841
45334
1681
55856
0.62
50899
4957
55856
0.62
11
Pertanian tanaman pangan lainnya
3797
36677
37
40511
0.45
22207
18304
40511
0.45
12
Kelapa
40539
105331
124
145994
1.61
145994
0
145994
1.61
13
Cengkih
7537
18999
187605
214141
2.36
214141
0
214141
2.36
14
Kakao
3220
16403
15466
35089
0.39
35089
0
35089
0.39
15
Pala
5446
22076
33158
60680
0.67
60680
0
60680
0.67
16
Kopi
724
4927
428
6079
0.07
6079
0
6079
0.07
17
Perkebunan lainnya
1000
16213
521
17734
0.20
17558
176
17734
0.20
18
Peternakan
10608
70132
0
80740
0.89
76154
4586
80740
0.89
19
Kayu Gelondongan
144430
7723
1243
153396
1.69
111806
41590
153396
1.69
20
Hasil hutan lainnya
21
Perikanan
7639
11497
344
19480
0.21
19480
0
19480
0.21
66434
360829
740706
1167969
12.86
1167713
256
1167969
12.86
1
2
22
Pertambangan
23
Penggalian
24
Industri Pengilangan minyak bumi
25
Industri Penggilingan padi
26
Industri tepung terigu
27
3
4
5
6
7
8
9
10
11
656
6009
14951
21616
0.24
21616
0
21616
0.24
15131
15222
2258
32611
0.36
32611
0
32611
0.36
253788
4809
0
258597
2.85
0
258597
258597
2.85
47008
329786
17194
393988
4.34
44634
349354
393988
4.34
5404
20067
0
25471
0.28
0
25471
25471
0.28
Industri minyak hewan dan nabati
13060
84743
9543
107346
1.18
73940
33406
107346
1.18
28
Industri biskuit roti dan sejenisnya
14396
44695
171
59262
0.65
57921
1341
59262
0.65
29
Industri Gula
2645
129520
83
132248
1.46
522
131726
132248
1.46
75057
155480
13206
243743
2.68
43314
200429
243743
2.68
5591
1507
98
7196
0.08
1854
5342
7196
0.08
4845
84152
14554
103551
1.14
286
103265
103551
1.14
30 31 32
Industri makanan dan minuman lainnya Industri kain tenun Industri tekstil bahan dari kulit dan alas kaki
33
Industri kayu lapis
10224
29968
159066
199258
2.19
198373
885
199258
2.19
34
Industri penggergajinan kayu
66126
32808
129355
228289
2.51
228269
20
228289
2.51
hasil hutan lainnya
7297
19084
13669
40050
0.44
39964
86
40050
0.44
36
Industri Kerang-kerangan
4937
474
129
5540
0.06
5540
0
5540
0.06
37
Industri kertas dan barang cetakan
41546
25546
0
67092
0.74
3182
63910
67092
0.74
85752
18559
4275
108586
1.20
44409
64177
108586
1.20
35605
6205
374
42184
0.46
1743
40441
42184
0.46
35
38
39
Industri barang lain dari kayu dan
Industri pupuk kimia dan barang dari karet Industri semen dan bahan galian bukan logam
40
Industri lainnya
91842
229274
2614
323730
3.56
10166
313564
323730
3.56
41
Listrik
16194
42493
0
58687
0.65
58687
0
58687
0.65
42
Air bersih
1837
2304
0
4141
0.05
4135
6
4141
0.05
155
156
1
2
43
Bangunan
44
Pedagang besar eceran
45 46
3
4
5
6
7
8
9
10
11
50567
200569
0
251136
2.77
251136
0
251136
2.77
363873
922693
302598
1589164
17.50
1589164
0
1589164
17.50
Hotel
12277
28860
1281
42418
0.47
35577
6841
42418
0.47
Restoran dan rumah makan
25224
31313
644
57181
0.63
56618
563
57181
0.63
47
Angkutan darat
33191
141802
30727
205720
2.27
205383
337
205720
2.27
48
Angkutan Air
41824
159351
37641
238816
2.63
237998
818
238816
2.63
49
Angkutan udara
45191
156758
18703
220652
2.43
219686
966
220652
2.43
50
Jasa penunggang angkutan
10325
25862
8023
44210
0.49
43833
377
44210
0.49
51
Komunikasi
22985
31675
294
54954
0.61
54934
20
54954
0.61
52
Bank
10260
71231
203
81694
0.90
81114
580
81694
0.90
53
Lembaga keuangan non-bank
9991
48263
12
58266
0.64
58074
192
58266
0.64
54
Sewa bangunan
13444
191694
0
205138
2.26
205138
0
205138
2.26
55
Jasa perusahaan
12192
35041
5
47238
0.52
3374
43864
47238
0.52
21490
915678
0
937168
10.32
937168
0
937168
10.32
56
Pemerintahan umum dan pertahanan keamanan
57
Jasa sosial kemanusiaan
14835
86202
30
101067
1.11
101067
0
101067
1.11
58
Jasa hiburan dan rekreasi
3419
16876
152
20447
0.23
4093
16354
20447
0.23
59
Jasa perorangan dan rumah tangga
1051
29492
43
30586
0.34
29875
711
30586
0.34
60
Lainnya yang tidak jelas batasanya
304
-292
0
12
0.00
0
12
12
0.00
1841498
5454330
1785745
9081573
100
7341517
1740056
9081573
100.00
Jumlah
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
157
Berdasarkan gambaran struktur di atas dari sisi penawaran terlihat kelompok sektor pertanian mampu berperan cukup besar dengan menawarkan dari produksi domestiknya sebesar 96.8 persen yaitu sebesar Rp.2.36 triliun sedangkan 3.1 persen merupakan
produksi yang mampu disediakan dari luar Provinsi
Maluku. Untuk memenuhi permintaan antara dari jumlah penawaran dialokasikan sebesar 14.9 persen terhadap konsumsi
domestik
dialokasikan sebesar 43.7
persen dan 41.8 persen merupakan sisa dari alokasi yang disediakan bagi kegiatan ekspor. Ketergantungan Provinsi Maluku terhadap produk-produk pertanian dengan wilayah luar lainnya bila dilihat dari sisi komposisi penawaran masih sangat rendah, hal ini dimungkinkan karena pemenuhan permintaan di dalam wilayahnya sebagian besar dapat dipenuhi/dihasilkan sendiri. Bila dilihat dari sisi komposisi permintaan produk-produk pertanian umumnya secara merata dapat memenuhi konsumsi domestik dan ekspor serta memenuhi permintaan terhadap proses kelanjutan kegiatan produksi selanjutnya. Sektor pertanian sub sektor perikanan merupakan sektor terunggul atau unggulan
mengingat sektor ini
merupakan sektor yang paling dominan karena mampu memenuhi sebagian besar permintaan/memenuhi kebutuhan permintaan domestik dan sebagian kecil digunakan sebagai input industri bahan makanan. Dengan demikian dapat dilihat dari ketergantungan Provinsi Maluku terhadap berbagai kegiatan ekonomi wilayah,
teridentifikasi bahwa kegiatan produksi yang dilakukan
dengan
mempergunakan bahan baku dari sektor pertanian hanya sekitar 15 persen. Hal ini berarti kegiatan produksi menggunakan sedikit bahan baku yang berasal dari
158
wilayahnya sendiri dan sebagian besar untuk memenuhi permintaan di luar wilayah Provinsi Maluku. Sektor lainnya yang turut mempengaruhi
perekonomian Provinsi
Maluku selain sektor pertanian adalah sektor industri pengolahan. Sektor ini mampu menghasilkan barang-barang hasil industri dalam perekonomian wilayah sekitar 2.34 triliun rupiah. Sektor industri pengolahan mampu memenuhi kebutuhan permintaan konsumsi domestik sebesar Rp.1.21 triliun atau sekitar 51.90 persen dan untuk memenuhi kebutuhan di sektor-sektor produksi sebesar 0.76 triliun rupiah atau sekitar 32.61 persen sisanya sebesar 0.36 triliun rupiah atau sekitar 15.49 persen guna memenuhi permintaan ekspor. Impor yang dilakukan guna memenuhi permintaan domestik berupa barang dan jasa sebesar Rp.1.59 triliun atau sekitar 67.86 persen diperoleh dari luar wilayah Provinsi Maluku sedangkan sisanya sebesar Rp. 0.75 tiliun atau sekitar 32.14 persen merupakan hasil produksi domestik. Bila diidentifikasi dari besarnya nilai impor diatas maka dapat dikatakan bahwa Provinsi Maluku diindikasikan masih menggantungkan kebutuhan domestiknya yang cukup besar terhadap sektor industri pengolahan dari wilayah lain di luar wilayah Provinsi Maluku. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang cukup berperan dalam kegiatan perekonomian wilayah. Sektor ini berada di kegiatan ekonomi wilayah nomor tiga berdasarkan struktur permintaan dan penawaran, oleh sebab itu sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat dikatakan merupakan salah satu sektor yang harus menjadi perhatian di Provinsi Maluku. Dengan jumlah permintaan sebesar Rp.1.68 triliun ternyata sektor ini mampu memenuhi kebutuhan permintaan domestik sebesar Rp. 0.98 triliun atau sekitar 58.20 persen
159
sedangkan sisanya berupa permintaan dari luar wilayah ini sebesar Rp. 0.07 triliun atau sekitar 0.44 persen, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini mampu memenuhi permintaan domestik. Namun bila dilihat dari sisi struktur penawaran sektor perdagangan, hotel dan restoran sama dengan sektor lainnya seperti: sektor listrik,gas dan air, pertambangan dan penggalian, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan serta sektor jasa-jasa masih merupakan sektor-sektor penawarannya
yang memiliki berasal
dari
kesamaan aktivitas
distribusi
kegiatan
yang sebagian
ekonomi
domestik.
besar Bila
diidentifikasi selanjutnya maka dapat dikatakan bahwa baik dari sisi struktur permintaan maupun penawaran sektor-sektor ini sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan produksi dan konsumsi domestik.
6.2.2. Struktur Output dan Nilai Tambah Bruto Output sering diartikan sebagai nilai produksi barang ataupun jasa yang dihasilkan dari sektor-sektor ekonomi suatu wilayah (daerah). Dengan menelaah besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor maka dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang mampu memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan output secara keseluruhan di Provinsi Maluku. Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Nilai tambah bruto di setiap sektor biasanya ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dengan demikian suatu sektor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar dan tergantung dari seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan oleh sektor tersebut.
160
Berdasarkan pengertiannya diatas maka output sektor ekonomi tabel I-O Provinsi Maluku yang diklasifikasikan kedalam 60 sektor ekonomi diperoleh 10 sektor output terbesar seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output Provinsi Maluku, Tahun 2007 Kontribusi No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp) (%) 1 44 Perdagangan besar dan eceran 1.439.867 19.61 2 21 Perikanan 1.167.714 15.91 Pemerintahan Umum dan 12.77 3 56 937.169 Pertahanan 4 43 Bangunan 251.137 3.42 5 48 Angkutan Air 238.196 3.24 6 34 Industri Penggergajian Kayu 228.269 3.11 7 49 Angkutan Udara 219.691 2.99 8 13 Cengkih 214.141 2.92 9 47 Angkutan Darat 206.382 2.81 10 54 Sewa Bangunan 205.137 2.79 Lainnya 2.233.845.08 30.43 Jumlah 7.341.548.08 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating 2007. Data Diolah
Berdasarkan Tabel 15 terlihat beberapa sektor ekonomi yang cukup dominan dalam penciptaan output di Provinsi Maluku. Sektor-sektor ekonomi dominan tersebut
meliputi 3 sektor seperti terlihat pada besarnya kontribusi
sektor-sektor tersebut antara lain: (1) Sektor perdagangan besar dan eceran dengan output sebesar Rp.1.58 triliun atau sekitar 21.64 persen. (2) Sektor perikanan dengan output sebesar Rp. 1.16 triliun atau sekitar 15.91 peresen. (3) Sektor pemerintahan umum dan pertahanan sebesar Rp. 0.94 triliun atau sekitar 12.77 persen. Bila dilihat dari kontribusi ketiga sektor dominan tersebut, sektorsektor ini mampu menciptakan output sebesar 50.32 persen dari struktur output sektor lainnya. Dengan demikian dapat diidentifikasikan bahwa ketiga sektor
161
(sektor perdagangan dan eceran, perikanan, pemerintahan umum dan pertahanan) merupakan leading sector dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku. Beberapa sektor
ekonomi
yang memiliki peringkat output
dalam
kelompok 10 sektor dominan dengan kontribusinya kurang dari 10 persen antara lain: (1) Sektor bangunan dengan output 3.42 persen (2) Sektor angkutan air 3.24 persen
(3) Sektor industri penggergajian kayu 3.11 persen (4) Sektor
angkutan udara 2.99 persen (5) Sektor perkebunan (cengkih) 2.92 persen (6) Sektor angkutan darat 2.80 persen dan (7) Sektor sewa bangunan sekitar 2.79 persen.
Bila dilihat dari besarnya kontribusi ketujuh sektor dominan dengan
kontribusi kurang dari 10 persen dalam struktur output Provinsi Maluku, dapat dikatakan bahwa sektor angkutan air, angkutan udara, perkebunan (cengkih), angkutan darat, belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Untuk itu sudah selayaknya sektor-sektor tersebut
dijadikan sebagai basis
pengembangan sektor unggulan wilayah kepulauan yang heterogen baik dari sisi geografis, ekonomi, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sosial budaya dalam rangka pengembangan ekonomi kawasan yang berbasis potensi lokal wilayah di Provinsi Maluku. Berdasarkan Tabel 16 nilai tambah bruto sebagai balas jasa terhadap faktor produksi
yang tercipta
karena adanya kegiatan produksi maka nilai
tambah di tiap-tiap sektor tentunya
ditentukan oleh besarnya output (nilai
produksi) yang dihasilkan. Ketiga sektor ekonomi dominan berdasarkan penciptaan nilai tambah bruto antara lain: (1) Sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp.1.24 triliun atau sekitar 22.54 persen (2) Sektor perikanan sebesar Rp. 0.9 triliun atau sekitar 16.40 persen (3) Sektor pemerintahan umum
162
dan pertahanan sebesar Rp. 0.8 triliun atau sekitar 15.19 persen. Bila dilihat dari penciptaan peringkat output dan nilai tambah maka terlihat ketiga sektor ini berperan sangat dominan
sebagai pencipta output terbesar dan nilai tambah
terbesar di Provinsi Maluku. Tabel 16. Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Bruto Provinsi Maluku, Tahun 2007 Kontribusi Nilai (Juta No Kode Uraian Sektor Rp) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
44 21 56 3 13 54 47 48 49 12
Perdagangan besar dan eceran Perikanan Pemerintahan umum dan pertahanan Ubi kayu Cengkih Sewa bangunan Angkutan darat Angkutan air Angkutan udara Kelapa Lainnya Jumlah
1.090.154 902.204 835.498 181.755 170.270 161.294 154.110 143.136 141.396 137.255 1.582.960
19.82
5.500.032
100.00
16.40 15.19 3.30 3.10 2.93 2.80 2.60 2.57 2.50 28.78
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sesuai dengan Tabel 16 dapat dirinci nilai tambah bruto berdasarkan 10 sektor terbesar dalam penciptaan nilai tambah bruto di Provinsi Maluku. Dari kesepuluh sektor terbesar tersebut teridentifikasi 3 sektor paling dominan dalam penciptaan nilai tambah bruto mampu menciptakan perannya sekitar 54.13 persen atau sebesar Rp. 2 97 triliun terhadap seluruh nilai tambah bruto yang terbentuk di Provinsi Maluku. Selain ketiga sektor dominan diatas terdapat 7 sektor lainnya yang termasuk kedalam sektor dominan yaitu: (1) Sektor tanaman pangan (ubi kayu) 3.30 persen (2) Sektor perkebunan 3.10 persen (cengkih) (3) Sektor sewa bangunan 2.93 persen (4) Sektor angkutan darat 2.78 persen (5) Sektor angkutan air 2.60 persen (6) Sektor angkutan udara 2.57 persen (7) Sektor
163
perkebunan
(kelapa)
2.50
persen,
ketujuh
sektor
ini
menciptakan
kontribusi/perannya secara keseluruhan sekitar 27.9 persen dari nilai tambah bruto Provinsi Maluku. Secara umum dapat digambarkan struktur nilai tambah bruto dalam Tabel I-O Provinsi Maluku Tahun 2007 dengan 3 pendekatan yaitu: (1) Menurut produksi (sektor ekonomi) (2) Pendapatan dan (3) Pengeluaran (konsumsi). Berdasarkan struktur perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 terlihat sektor
ekonomi
yang berpengaruh terhadap perekonomian wilayah.
9
Dari
kesembilan sektor ekonomi wilayah ini terlihat adanya beberapa sektor yang sangat dominan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku. Sektor-sektor dominan tersebut antara lain: sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp. 1 97 triliun atau sekitar 29.89 persen, diikuti oleh sektor sektor jasa-jasa sebesar Rp. 1. 30 triliun sekitar 24.69 persen dan sebesar perdagangan besar dan eceran Rp. 0.93 triliun sekitar 23.45 persen. Perkembangan yang cukup menonjol karena sektor-sektor tersebut berkontribusi terhadap struktur
perekonomian Provinsi Maluku dibawah 10
persen. Bila melihat grafik struktur PDRB menurut sektor Ekonomi (persen) terlihat bahwa sektor pertambangan, listrik, gas dan air bersih kontribusinya sekitar 0.76 – 0.79 persen. Dengan demikian dapat dikatakan kedua sektor tersebut merupakan sektor yang kontribusinya paling rendah dari ketujuh sektor lainnya. Untuk itu diperlukan berbagai kebijakan pemerintah daerah didalam mengembangkan atau mempercepat peningkatan sektor-sektor tersebut sesuai kebutuhan dan potensi yang ada guna percepatan pembangunan wilayah.
164
Komponen pendapatan berdasarkan nilai tambah bruto (PDRB) menunjukkan sebagian besar nilai tambah tersebut bersumber dari komponen surplus usaha. Dimana nilai surplus usaha dalam perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 mencapai Rp. 3.23 triliun atau sekitar
59.0 persen. Sedangkan
komponen upah dan gaji termasuk komponen yang cukup besar sekitar Rp. 1.65 triliun atau 30.0 persen dari keseluruhan nilai tambah dihasilkan di Provinsi Maluku. Komponen lainnya seperti penyusutan dan pajak tak langsung masing4–7
masing memberikan nilai tambah yang tidak terlalu besar hanya sekitar persen saja dari keseluruhan nilai tambah di wilayah ini. Tabel 17. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Pendapatan (juta rupiah) Provinsi Maluku, Tahun 2007 No
Kode
Komponen
1 1 2 3 4
2 201 202 203 204
3 Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak tak langsung PDRB
Nilai (Rp) 4 1.657.215.67 3.231.462.93 362.477.43 248.876.17 5.500.032.21
Persen (%) 5 30.13 58.75 6.59 4.52
100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sesuai Tabel 17 dapat dikatakan bahwa, komponen upah dan gaji relatif masih rendah bila dibandingkan dengan surplus usaha. Ukuran masih rendah terhadap komponen upah dan gaji karena komponen ini merupakan salahsatu ukuran yang memperlihatkan komponen nilai tambah yang diterima secara langsung dan dibawa pulang oleh pekerja serta dapat dinikmati oleh masyarakat. Walaupun demikian dapat dikatakan surplus usaha merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerimaan pengusaha untuk digunakan sebagai modal usaha atau disimpan dalam bentuk laba yang ditahan di dalam perusahaan tersebut.
165
Sehingga bila upah dan gaji merupakan komponen yang menjadi perhatian pemerintah daerah maka kebijakan penetapan UMP perlu memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi nilai tambah struktur ekonomi Provinsi Maluku. Dengan demikian komponen upah dan gaji serta surplus usaha bagi pekerja dan pengusaha dapat memberikan nilai tambah secara langsung yang dapat dinikmati baik oleh pekerja dan laba bagi pengusaha demi pengembangan ekonomi wilayah kedepan.
6.2.3. Struktur Permintaan Akhir Pada tabel Input-Output permintaan akhir atau pendapatan suatu wilayah ditentukan oleh beberapa komponen. Komponen-komponen
tersebut
pada
dasarnya memenuhi persamaan Y = C + I + G + ( X – M ), komponen Y adalah pendapatan (dalam konteks tabel I-O sama dengan PDRB dari sisi penggunaan atau total nilai tambah), C adalah konsumsi rumah tangga, G adalah konsumsi pemerintah sedangkan ( X - M ) adalah ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa, jumlah komponen permintaan akhir dikurangi dengan impor akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang bersumber dari kegiatan faktor produksi domestik atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut penggunaannya. Pentingnya komponen
permintaan akhir
maka perkembangan
komponen ekspor dan pembentukan modal tetap bruto harus menjadi perhatian pemerintah daerah. Hal ini
menjadi penting karena
komponen ekspor
merupakan salah satu sumber devisa dan komponen pembentukan modal tetap bruto merupakan salah satu komponen peningkatan
kapasitas produksi
yang berkaitan langsung
dengan
atau pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
166
Komponen-komponen ini harus menjadi tujuan utama pemerintah daerah bila ingin meningkatkan kemampuan sektor-sektor unggulannya dan pengusaha di daerah mau mengkonsolidasi surplus usahanya terhadap potensi dari sektor-sektor unggulan daerah. Peningkatan permintaan terhadap ekspor dan penciptaan pembentukan modal tetap akibat dari surplus usaha yang tidak ditransfer keluar wilayah ini akan semakin meningkatkan dan memacu perkembangan wilayah serta meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan pendapatan regional Provinsi Maluku. Untuk melihat komposisi nilai tambah bruto menurut komponen pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Pengeluaran Provinsi Maluku, Tahun 2007 No
Kode
1 2 3 4 5 6 7
301 302 303 304 305 309 409
Komponen
Nilai
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Jumlah Permintaan Impor PDRB
4.051.445.24 901.171.37 325.461.25 177.263.76 1.784.745.79 7.240.087.41 1.740.054.31 5.500.033.41
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Struktur nilai tambah bruto menurut komponen pengeluaran (konsumsi) Provinsi Maluku Tahun 2007 seperti terlihat pada Tabel 18 ternyata penyumbang terbesar dalam pembentukan aktivitas perekonomian di wilayah Provinsi Maluku adalah
komponen konsumsi rumahtangga (301) yakni sebesar 55.96 persen.
Selain komponen konsumsi rumahtangga
beberapa komponen lain yang
berpengaruh dalam pembentukan perekonomian daerah antara lain: komponen
167
ekpor barang dan jasa sekitar 24.65 persen, konsumsi pemerintah sebesar 12.45 persen, pembentukkan modal tetap bruto sebesar 4.50 persen dan perubahan stok sekitar 2.45 persen. Dari komponen-komponen diatas Provinsi Maluku harus menutupi kekurangan dari persediaan domestik. Oleh sebab itu dibutuhkan besarnya impor sekitar 24.03 persen, bila dilihat dari neraca perdagangan Tahun 2007 terlihat bahwa Provinsi Maluku mengalami surplus perdagangan sebesar 44.69 miliar rupiah yaitu selisih dari nilai ekspor dan impor.
6.3. Analisis Pengganda Analisis angka pengganda (multiplier analysis) merupakan salah satu jenis analisis yang umum dilakukan untuk menilai perubahan terhadap varibelvariabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir dalam suatu struktur perekonomian. Perubahan variabel eksogen (permintaan akhir) suatu sektor dalam analisis angka pengganda meliputi tiga variabel yang menjadi perhatian utama antara lain: angka pengganda penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Dalam analisis angka pengganda biasanya digunakan dua tipe pengganda seperti: pengganda tipe I (Type I) dan pengganda tipe II (Type II).
6.3.1. Angka Pengganda Output Analisis sebagai nilai total
angka pengganda output secara sederhana dapat dikatakan dari output atau produksi
yang dihasilkan oleh sistem
perekonomian suatu wilayah guna memenuhi atau akibat dari adanya perubahan satu unit permintaan akhir suatu sektor. Hasil perhitungan angka pengganda output untuk 60 sektor ekonomi maka ditentukan 10 sektor yang memiliki nilai
168
angka pengganda output terbesar dalam perekonomian wilayah Provinsi Maluku. Seperti terlihat pada Tabel 19 angka pengganda output dibawah ini memperlihatkan bahwa beberapa sektor yang memiliki nilai pengganda output tipe I terbesar. Tabel 19. Sepuluh Sektor Pengganda Output terbesar Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku, Tahun 2007 No
Kode
1
35
2 3 4 5 6 7 8 9 10
43 33 34 28 31 40 30 37 25
Uraian Sektor Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya Bangunan Industri kayu lapis Industri penggergajian kayu Industri roti, biskuit dan sejenisnya Industri kain tenun Industri lainnya Industri makanan dan minuman lainnya Industri kertas dan barang cetakan Industri penggilingan padi
Nilai 2.0403 1.9565 1.8862 1.8311 1.6962 1.6314 1.6309 1.6121 1.5537 1.5377
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sektor-sektor
yang memiliki angka pengganda output terbesar di
Provinsi Maluku sesuai Tabel 19 menunjukkan bahwa sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya (35) memiliki nilai pengganda output tertinggi yaitu sebesar 2.0403 berada pada peringkat pertama. Angka pengganda dari sektor ini menggambarkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output pada semua sektor ekonomi sebesar 2.0403 satuan Dapat dikatakan juga bahwa nilai pengganda output sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 2.0403 mengandung arti bahwa jika terjadi kenaikan pada permintaan akhir terhadap sektor ini sebesar
169
satu juta rupiah maka akan meningkatkan output dari seluruh sektor dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku sebesar Rp. 2.0403 juta. Sektor lain yang berada pada peringkat sepuluh besar yang memiliki angka pengganda output terbesar yaitu: sektor bangunan (43), industri kayu lapis (33), industri penggergajian kayu (34), industri roti, biskuit dan sejenisnya (28), industri kain tenun (31), industri lainnya (40), industri makanan dan minuman lainnya (30),
industri kertas dan barang cetakan (37) dan industri
penggilingan padi (25). Nilai dari angka pengganda output pada sepuluh sektor ekonomi terbesar mengandung arti yang sama dengan sektor yang berada pada peringkat satu yaitu bila terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor yang tersebut sebesar satu juta rupiah maka output seluruh sektor perekonomian
Provinsi Maluku
dalam
hanya mampu meningkat sebesar nilai
pengganda output dari sektor tersebut. Kebijakan pemerintah daerah biasanya menjadikan ukuran pertumbuhan ekonomi
sebagai keberhasilan pembangunan dengan menggunakan kriteria
angka pengganda output sebagai salah satu kriteria penilaian kebijakannya.
6.3.2. Pengganda Pendapatan Secara langsung efek yang dihitung dari koefisien input belum dapat menggambarkan suatu hasil dari angka pengganda sebagai dasar di dalam pembuatan suatu rencana atau keputusan perencanaan pengembangan sektoral. Hal ini berkaitan dengan koefisien input yang dihasilkan
belum mampu
memberikan gambaran pengaruh suatu sektor terhadap perekonomian wilayah secara keseluruhan. Dengan demikian pemotretan efek langsung yang dihitung
170
dari hasil analisis tabel Input-Output adalah hasil analisis pengganda (multiplier) yang diturunkan dari tabel matriks invers Leontief. Dari hasil perhitungan angka pengganda ditampilkan pada Tabel 20 terlihat
pendapatan
seperti yang
beberapa sektor yang dapat memberikan
efek langsung secara maksimal terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di wilayah Provinsi Maluku. Berikut ini dapat ditampilkan sepuluh sektor pengganda pendapatan terbesar menurut sektor ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007 seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 20. Sepuluh Sektor Pengganda Pendapatan Terbesar Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku, Tahun 2007 No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
43 35 33 34 25 54 28 31 29 30
Uraian Sektor Bangunan Industri barang lain dari kayu dan hasil lainnya Industri kayu lapis Industri Penggergajian kayu Industri penggilingan padi sewa bangunan Industri minyak hewan dan nabati Industri kain tenun Industri gula Industri makanan dan minuman lainnya
Nilai 3.0279 2.3251 2.1812 2.1081 1.8046 1.8004 1.7871 1.7770 1.7171 1.7093
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sektor-sektor yang memberikan efek maksimal terhadap pendapatan masyarakat
berdasarkan perhitungan
angka pengganda pendapatan terbesar
adalah: sektor bangunan (43) sebesar 2.5481 nilai ini memberi arti bahwa bila nilai pengganda pendapatan sektor bangunan sebesar 2.5481 maka sektor tersebut akan menyebabkan pembentukan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan sektor bangunan tersebut. Begitupun terhadap kesembilan sektor lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 20. Sektor-sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar mengindikasikan bahwa,
171
peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada orang yang bekerja di sektor tersebut akan menyebabkan pembentukkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan di sektor tersebut. Sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan terhadap angka pengganda pendapatan menurut sektor ekonomi Provinsi Maluku terlihat beberapa sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar. Sektor-sektor yang termasuk sepuluh sektor terbesar adalah: sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya (35), industri kayu lapis (33), industri penggergajian kayu (34), industri penggilingan padi (25), sewa bangunan (54), industri kain tenun (31), industri makanan dan minuman lainnya (30), industri roti, biskuit dan sejenisnya (28) dan sektor industri minyak hewan dan nabati (27). Sektor-sektor ekonomi Provinsi
Maluku
yang
memiliki
nilai
pengganda
pendapatan
terbesar
menunjukkan bahwa bila terjadi peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada sektor-sektor tersebut akan berdampak
pada peningkatan pendapatan
masyarakat sebesar angka pengganda pendapatan pada sektor tersebut. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan berbagai kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayah tentunya memiliki tujuan akhir dari proses pembangunan yang dilakukannya. Untuk itu bila pemerintah daerah ingin mencapai tujuan atau sasaran target yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan masyarakat maka pemerintah daerah Provinsi Maluku harus mendorong peningkatan setiap sektor sesuai dengan nilai pengganda pendapatan seperti pada Tabel 20. Sebagai pelaku lapangan (stakeholder) masyarakat dapat mengalokasikan setiap satuan pendapatan
yang diperoleh
dibelanjakan
yang memiliki nilai pengganda
kepada output
sektor-sektor
supaya dapat
172
pendapatan terbesar. Dengan demikian bila pengganda pendapatan mejadi sasaran atau target
maka pemerintah daerah harus mengoptimalkan peningkatan
pendapatan terhadap perekonomian wilayah di Provinsi Maluku.
6.3.3. Pengganda Tenaga Kerja Sektoral Pengganda tenaga kerja sektoral merupakan analisis yang di gunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kebutuhan tenaga kerja sektoral dalam perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan angka pengganda tenaga kerja tipe I maka kebutuhan tenaga kerja Provinsi Maluku pada masing-masing sektor dapat di lihat pada Tabel 21. Tabel 21. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sepuluh Sektor Pengganda Tenaga Kerja Sektoral Terbesar Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku, Tahun 2007 Kode Uraian Sektor Nilai 44 Perdagangan besar dan eceran 16.5893 34 Industri penggergajian kayu 14.7396 54 Sewa bangunan 14.7065 33 Industri kayu lapis 12.7934 49 Angkutan udara 5.5557 28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya 4.9105 30 Industri makanan dan minuman lainnya 4.1120 57 Jasa sosial kemanusiaan 3.6553 25 Industri penggilingan padi 3.4125 Industri barang lain dari kayu dan hasil 35 3.0219 hutan lainnya
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Tabel 21 di atas memperlihatkan bahwa kebutuhan tenaga kerja sektoral dari ke sepuluh sektor pengganda tenaga kerja sektoral terbesar
di Provinsi
Maluku masih di dominasi oleh sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan
oleh sektor-sektor tersebut. Sektor
perdagangan besar dan eceran merupakan sektor yang mempunyai nilai pengganda tenaga kerja terbesar yaitu sebesar 26.0317 yang mengandung arti sektor tersebut akan menciptakan lapangan kerja untuk 26.0317 orang (26 orang)
173
tenaga kerja di semua sektor ekonomi bila output sektor pedagang besar eceran meningkat sebesar satu juta rupiah. Sektor-sektor lain yang berperan besar dalam menciptakan tenaga kerja pada sektor ekonomi Provinsi Maluku seperti terlihat pada tabel di atas adalah sektor Industri penggergajian kayu mampu menciptakan kebutuhan tenaga kerja sebesar 17 orang, industri kayu lapis sebesar 16 orang, sewa bangunan sebesar 16 orang, angkutan udara sebesar 9 orang, industri roti, biskuit dan sejenisnya sebesar 6 orang, Industri makanan dan minuman lainnya sebesar 4 orang, Jasa sosial kemanusiaan sebesar 4 orang, industri penggilingan padi sebesar 4 orang dan sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 3 orang. Sektor-sektor yang dipengaruhi oleh ke sepuluh sektor terbesar di atas pada dasarnya merupakan sektor yang sama dalam memperoleh efek penciptaan tenaga kerja. Oleh karena itu
sektor-sektor yang menciptakan
penambahan
tenaga kerja atau peningkatan kesempatan kerja seluruh sektor ekonomi perlu menjadi perhatian pemerintah Provinsi Maluku dengan tidak meninggalkan tujuan menciptakan sektor-sektor unggulan yang berbasis potensi atau kapasitas wilayah kepulauan.
6.4.
Keterkaitan Antarsektor Analisis keterkaitan antarsektor (intersectoral linkage
analysis)
merupakan salah satu analisis umum yang digunakan dengan model input-output. Analisis ini pada dasarnya melihat dampak terhadap output dari suatu kenyataan bahwa, pada dasarnya sektor-sektor dalam struktur perekonomian wilayah saling berpengaruh satu
dengan lainnya
(pengaruh-mempengaruhi).
Keterkaitan
antarsektor dapat berupa keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan
174
ke belakang (backward linkage). Keterkaitan ke depan merupakan hubungan sektor dengan penjualan
barang jadi sedangkan keterkaitan ke belakang
merupakan keterkaitan hubungan dengan bahan mentah atau bahan baku. Indeks keterkaitan ke depan (forward linkage) mengindikasikan bahwa sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran sektor lebih besar dari satu, mengindikasikan sektor tersebut memiliki daya penyebaran di atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Begitu pula mengenai indeks keterkaitan ke belakang (backward linkage) mengandung pengertian yang sama dengan indeks keterkaitan ke depan yang mengindikasikan bahwa, bila indeks keterkaitan ke belakang memiliki nilai lebih besar satu mengindikasikan sektor tersebut memiliki derajat kepekaan di atas derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan. Daryanto (2010), mendefenisikan keterkaitan antarsektor merupakan hubungan saling ketergantungan antar sektor satu dengan lainnya, dimana output dari suatu sektor produksi merupakan input bagi sektor produksi lainnya begitu pula sebaliknya. Keterkaitan hubungan antar sektor ini mengakibatkan perubahan output
suatu sektor produksi akan mempengaruhi
pula output
dari sektor
produksi yang lain. Keterkaitan antarsektor dirinci sebagai berikut, (1) keterkaitan langsung ke depan (2) keterkaitan langsung ke belakang (3) daya sebar ke depan (4) daya sebar ke belakang. Dengan demikian menurut Jhingan (1993) dikatakan bahwa, pemerintah daerah (pembuat kebijakan) dapat menyusun dan menentukan suatu rencana yang sesuai dengan analisis keterkaitan antarsektor berdasarkan pengaruh dari suatu perubahan pada satu sektor terhadap sektor lainnya dalam struktur perekonomian wilayah.
175
6.4.1. Keterkaitan ke Depan dan Penyebaran ke Depan Berdasarkan klasifikasi 60 sektor ekonomi Provinsi Maluku, terlihat 10 sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke depan (forward linkage) diatas ratarata sektor lainnya dan indeks penyebaran ke depannya seperti terlihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sepuluh Sektor Tingkat Keterkaitan ke Depan Tertinggi dengan Tingkat Penyebarannya Provinsi Maluku, Tahun 2007 Kaitan ke Depan 1. Perdagangan besar dan eceran 2.5302 44 2. Industri pengilangan minyak bumi 2.4422 24 3. Kayu gelondongan 2.3962 19 4. Industri semen dan bahan galian bukan logam 2.2711 39 5. Padi 2.2355 1 6. Industri kerang-kerangan 2.0655 36 7. Industri pupuk kimia dan barang dari karet 1.9076 38 8. Industri kertas dan barang cetakan 1.8402 37 9. Air bersih 1.6708 42 10. Industri kain tenun 1.3305 31 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah No
Kode
Sektor
Penyebaran ke Depan 0.6010 0.5682 1.2094 1.4348 1.6785 0.8953 1.2137 0.9185 0.7785 0.9135
Sektor-sektor yang termasuk dalam kategori 10 besar sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke depan tertinggi adalah sektor perdagangan besar dan eceran (44) yaitu sebesar 2.5302 dengan indeks tingkat penyebaran ke depan sebesar 0.6010, hal ini mengidikasikan bahwa sektor perdagangan besar dan eceran memperlihatkan adanya peningkatan output di sektornya. Dengan demikian dapat dikatakan peningkatan output dari sektor pedagang besar dan eceran dapat mencapai nilai sebesar 2.5302 kali lipat dibandingkan dengan ratarata peningkatan output di sektor lain apabila seluruh sektor ekonomi masingmasing mengalami kenaikan permintaan akhir sebesar 1 unit. Bila melihat indeks penyebaran ke depan dari sektor pedagang besar dan eceran yang menunjukkan nilai sebesar 0.6010 maka dapat diindikasikan bahwa sektor ini mempengaruhi
176
penciptaan terhadap output sektor-sektor ekonomi di Provinsi Maluku dimana penciptaan output sektor-sektor ekonomi tersebut tergantung secara merata pada sektor pedagang besar dan eceran. Sektor lain yang memiliki indeks keterkaitan ke depan tertinggi namun mempunyai nilai indeks penyebaran ke depan terendah antara lain, sektor industri pengilangan minyak bumi (24), industri kerang-kerangan (36), industri kertas dan barang cetakan (37), air bersih (42) dan industri kain tenun (31). Sektor-sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke depan tertinggi dan indeks penyebaran ke depan terendah seperti sektor-sektor di atas menunjukkan bahwa, sektor-sektor tersebut mengalami peningkatan output sebesar indeks
keterkaitan ke depan
dibandingkan dengan rata-rata peningkatan output di sektor lain apabila seluruh sektor ekonomi masing-masing mengalami kenaikan permintaan akhir sebesar 1 unit. Namun dengan indeks penyebaran ke depan yang rendah sektor-sektor ini mengindikasikan bahwa penciptaan output dari sektor-sektor ekonomi lainnya di Provinsi Maluku secara merata tergantung
pada sektor-sektor seperti, sektor
industri pengilangan minyak bumi, industri kerang-kerangan, industri kertas dan barang cetakan, air bersih dan industri kain tenun. Sektor-sektor ekonomi lainnya yang memiliki indeks keterkaitan ke depan tertinggi maupun indeks penyebaran ke depan tertinggi diatas rata-rata yakni lebih besar dari satu seperti, sektor kayu gelondongan (19), industri semen dan bahan galian bukan logam (39), padi (1), industri pupuk kimia dan barang dari karet (38). Dengan demikian sektor-sektor yang memiliki indeks penyebaran ke depan tertinggi diatas rata-rata yakni lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa
177
sektor-sektor tersebut cukup memiliki daya penyebaran secara keseluruhan terhadap sektor-sektor ekonomi Provinsi Maluku. Pada Tabel 23 terlihat 10 sektor tingkat penyebaran ke depan tertinggi dengan tingkat keterkaitan ke depannya sebagai berikut: Tabel 23. Sepuluh Sektor Tingkat Penyebaran ke Depan Tertinggi dengan Tingkat Keterkaitan ke Depannya Provinsi Maluku, Tahun 2007 Kaitan ke Depan 1. Cengkih 0.1014 13 2. Padi 2.2355 1 3. Sayuran dataran rendah 0.0721 7 4. Perikanan 0.1635 21 5. Industri semen dan bahan galian bukan logam 2.2711 39 6. Kakao 0.2740 14 7. Industri makanan dan minuman lainnya 0.8254 30 8. Industri roti, biskuit dan sejenisnya 0.6444 28 9. Jeruk 0.0699 8 10. Jagung 0.0926 2 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah No
Kode
Sektor
Penyebaran ke Depan 1.7673 1.6785 1.6326 1.4657 1.4348 1.3708 1.3384 1.3298 1.2825 1.2815
Berdasarkan Tabel 23 terlihat ada 2 sektor yang memiliki tingkat penyebaran ke depan tertinggi atau indeks penyebaran ke depan tertinggi dan tingkat kaitan ke depan tertinggi yakni diatas rata-rata lebih besar dari satu. Ke dua sektor tersebut yaitu sektor padi (1), industri semen dan bahan galian bukan logam (39). Ke sepuluh sektor dengan tingkat penyebaran yang tinggi seperti pada Tabel 23 memperlihatkan bahwa sektor-sektor tersebut menunjukkan kebutuhan masukkan antara sektor-sektor tersebut dapak memberikan dampak peningkatan keluaran di atas rata-rata terhadap sektor lainnya. Dengan kata lain ke sepuluh sektor ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi pertumbuhan perekonomian wilayah Provinsi Maluku secara keseluruhan. Sektor padi dan industri semen dan bahan galian bukan logam selain memiliki daya penyebaran yang cukup tinggi dan keterkaitan ke depan yang cukup besar maka
178
dapat dikatakan bahwa sektor-sektor ini mengindikasikan keluaran ke dua sektor ini mempunyai pengaruh yang lebih besar dari sektor-sektor lain
yang
menggunakan keluaran kedua sektor tersebut sebagai masukkan dibandingkan keluaran sektor lainnya.
6.4.2. Keterkaitan ke Belakang dan Penyebaran ke Belakang Indeks keterkaitan ke belakang (backward linkage) memiliki pengertian yang sama dengan indeks keterkaitan ke depan (forward linkage). Bila indeks keterkaitan ke belakang
memiliki nilai lebih besar dari satu berarti
derajat
kepekaan sektor tersebut diatas derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan. Dengan mengukur indeks keterkaitan dan indeks penyebaran maka dapat diketahui keragaman ketergantungan antar sektor, indeks penyebaran
yang
tinggi pada suatu sektor berarti sektor tersebut hanya bergantung pada satu atau beberapa sektor saja. Tabel 24. Sepuluh Sektor Tingkat Keterkaitan ke Belakang Tertinggi dengan Tingkat Penyebarannya Provinsi Maluku , Tahun 2007 No
Kode
Sektor
Kaitan ke Belakang
Industri barang lain dari kayu dan hasil 3.0650 hutan lainnya 2. Industri kayu lapis 2.8358 33 3. Industri penggergajian kayu 2.7930 34 4. Bangunan 2.7718 43 5. Industri roti, biskuit dan sejenisnya 2.3732 28 6. Industri makanan dan minuman lainnya 2.0874 30 7. Industri kerang-kerangan 2.0398 36 8. Industri gula 2.0290 29 9. Industri kain tenun 2.0198 31 10. Industri minyak hewan dan nabati 1.9783 27 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah 1.
35
Penyebaran ke Belakang 0.7311 0.9860 1.0849 0.7400 0.5510 0.8164 1.8600 1.0695 1.0229 1.7922
179
Sedangkan
bila indeks penyebaran
mengindikasikan
suatu sektor rendah maka hal ini
bahwa sektor tersebut
tegantung secara merata terhadap
seluruh sektor perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sektor-sektor yang memiliki tingkat keterkaitan ke belakang tertinggi dapat dilihat pada Tabel 24 hasil analisis keterkaitan ke belakang ini memperlihatkan sektor-sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke belakang tertinggi seperti, sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya (35), industri kayu lapis (33), industri penggergajian kayu (34), bangunan (43), industri roti, biskuit dan sejenisnya (28), industri makanan dan minuman lainnya (30) serta industri kerang-kerangan (36), industri gula (29) dan industri kain tenun (31) ke sembilan sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke belakang diatas rata-rata lebih besar dari satu yakni diatas dua. Dari kesepuluh sektor tersebut di atas yang memiliki nilai indeks penyebaran rendah yakni di bawah satu adalah, industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya (35), industri kayu lapis (33),
bangunan (43),
industri
roti,
biskuit dan
sejenisnya (28), industri makanan dan minuman lainnya (30). Dengan memiliki nilai indeks penyebaran ke belakang yang rendah mengindikasikan bahwa ke lima sektor tersebut dengan indeks penyebaran rendah sekitar 0.5510 – 0.9680, tetapi memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi yakni diatas rata-rata maka sektor-sektor tersebut mampu mendorong peningkatan output seluruh sektor perekonomian wilayah Provinsi Maluku di atas rata-rata sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata kemampuan
sektor ekonomi lainnya. Tetapi
dengan indeks penyebaran ke belakang yang rendah dari ke lima sektor tersebut
180
menunjukkan bahwa sektor-sektor ini masih sangat tergantung secara merata terhadap seluruh sektor ekonomi dalam perekonomian wilayah Provinsi Maluku. Sektor lain yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang di atas rata-rata lebih besar dari satu adalah, sektor industri minyak hewan dan nabat (27), industri penggilingan padi (25), industri tekstil bahan dari kulit dan alas kaki (32) dan industri kertas dan barang cetakan (37). Keempat sektor ini termasuk sektor-sektor yang mampu mendorong peningkatan output seluruh sektor perekonomian wilayah. Sepuluh sektor ekonomi yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang tertinggi ternyata ada lima sektor yang memiliki indeks penyebaran ke belakang diatas satu yakni, sektor industri penggergajian kayu (34), industri kerangkerangan (36), industri gula (29), industri kain tenun (31), industri minyak hewan dan nabati (27). Dengan memiliki nilai indeks penyebaran ke belakang dan indeks keterkaitan ke belakang yang tinggi dapat diartikan bahwa kenaikan permintaan pada ke lima sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap kenaikan output perekonomian wilayah di Provinsi Maluku. Untuk itu sektor-sektor ini perlu menjadi perhatian dari pemerintah daerah dalam meningkatkan perannya apalagi sektor yang merupakan sektor potensial di daerah Maluku. Sektor potensial itu antara lain sektor industri kerang-kerangan (36) dan industri kain tenun (31). Untuk melihat sektor-sektor ekonomi Provinsi Maluku yang memiliki tingkat penyebaran ke belakang tertinggi dengan tingkat keterkaitannya dapat ditampilkan pada Tabel 25.
181
Tabel 25. Sepuluh Sektor Tingkat Penyebaran ke Belakang Tertinggi dengan Tingkat Keterkaitan ke Belakangnya Provinsi Maluku, Tahun 2007 Kaitan ke Penyebaran ke Belakang Belakang 1. Industri kerang-kerangan 2.0398 1.8600 36 2. Industri minyak hewan dan nabati 1.9783 1.7922 27 3. Buah-buahan lainnya 0.2329 1.7819 10 4. Pisang 0.2075 1.7743 9 5. Pala 0.2723 1.7646 15 6. Industri penggilingan padi 1.9391 1.7470 25 7. Kelapa 0.2389 1.6565 12 8. Ubi kayu 0.2163 1.5115 3 9. Kakao 0.3945 1.4955 14 10. Kacang-kacangan 0.2297 1.4278 5 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah No
Kode
Sektor
Sesuai tabel diatas terlihat sepuluh sektor dengan tingkat penyebaran ke belakang tertinggi, tetapi ada tiga sektor yang memiliki tingkat penyebaran dan keterkaitan ke belakang yang tinggi berbeda dengan ke tujuh sektor lainnya sektor-sektor tersebut yaitu, sektor industri kerang-kerangan (36), industri minyak hewan dan nabati (27) dan industri penggilingan padi (25). Sektor-sektor yang memiliki tingkat penyebaran ke belakang tertinggi namun memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang rendah adalah, sektor buah-buahan (10), pisang (9), pala (15), kelapa (12), ubi kayu (3), kakao (14), dan kacang-kacangan (5). Sektorsektor yang memiliki tingkat penyebaran tertinggi tetapi memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang rendah biasanya di indentifikasikan sebagai sektor yang kenaikan
permintaannya
kurang
berpengaruh
terhadap
kenaikan
output
perekonomian wilayah Provinsi Maluku. Sebagai wilayah kepulauan dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah tentunya sektor-sektor yang memiliki tingkat penyebaran tertinggi ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah, apalagi sektor-sektor tersebut merupakan sektor-sektor local spesific. Kelima sektor dengan tingkat penyebaran ke belakang tertinggi ini sejak jaman penjajahan
182
merupakan sektor unggulan wilayah dengan demikian pemerintah daerah harus mampu mengelola sumberdaya alam potensial (local spesific) tersebut menjadi sektor unggulan di wilayah kepulauan Provinsi Maluku.