VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan kondisi setempat. Sesuai dengan kondisi setempat, dapat dijabarkan bahwa implementasi program promosi Kesehatan harus sesuai dengan karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan. Dari hasil evaluasi implementasi strategi promosi kesehatan di Desa Jebed Selatan, secara garis besar masalah muncul pada PHBS tingkat rumah tangga yaitu masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Berdasarkan masalah tersebut maka Pengkaji mengambil kesimpulan bahwa ada masalah dalam implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat pelaksanaan. Setelah dilakuakn evaluasi masalah yang muncul pada implementasi Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan, antara lain : a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan. b. Masih rendah Tingkat pengetahuan dari petani dan buruh tani akan kesehatan c. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan d. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas e. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga f. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi.
Berpedoman dari masalah tersebut, maka perlu dilakukan perumusan Strategi dan Program Promosi Kesehatan yang sesuai dengan kondisi atau masalah di masyarakat Desa Jebed Selatan melalui forum FGD. Dalam forum FGD (focus group discussion) tersebut dilakukan proses perencanaan promosi kesehatan dengan mengikutsertakan stakeholders yang ada di Desa Jebed Selatan. Forum tersebut dihadiri oleh stakeholders tingkat desa,
83
seperti perwakilan masyarakat Desa Jebed Selatan (tokoh masyarakat dan tokoh agama), bidan desa (Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang) dan kader kesehatan. Dalam forum tersebut, setelah Pengkaji memaparkan hasil evaluasi dan identifikasi masalah di Desa Jebed Selatan kemudian Pengkaji tawarkan ke peserta forum untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh prioritas masalah perencanaan promosi kesehatan.
7.1 Perencanaan Promosi Kesehatan. Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Notoatmodjo 2005). Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat dibutuhkan
dengan
tujuan
supaya
menghasilkan
program
yang
dapat
mengintervensi masalah kesehatan yang sesuai dengan kondisi yang ada, sesuai kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost effective) dan berkesinambungan (sustainable). Di samping itu, dengan melibatkan peserta FGD maka akan menciptakan rasa memiliki sehingga timbul rasa tanggung jawab dan komitmen. Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga pada Peta Sosial dan evaluasi implementasi strategi Promosi Kesehatan di lima tempat kemudian dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun Perencanaan Promosi Kesehatan yang menggunakan kerangka kerja
PRECEDE – PROCEED
(PRECEDE – PROCEED Framework) Kerangka kerja PRECEDE – PROCEED adalah pendekatan yang digunakan untuk kegiatan Perencanaan Promosi Kesehatan yang mengarah pada perubahan perilaku baik individu, keluarga dan masyarakat. Pada kerangka PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program. Kerangka PRECEDE terdiri dari lima fase, yaitu : 1. Fase 1 adalah Diagnosis Sosial 2. Fase 2 adalah Diagnosis Epidemiologis 3. Fase 3 adalah Diagnosis Perilaku dan Lingkungan 4. Fase 4 adalah Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
84
5. Fase 5 adalah Diagnosis Administrasi dan Kebijakan. Sedangkan kerangka PROCEED terdiri dari empat fase, yaitu : 1. Fase 6 adalah Implementasi 2. Fase 7 adalah Proses Evaluasi 3. Fase 8 adalah Dampak dari Evaluasi 4. Fase 9 adalah Evaluasi Outcome Dalam kondisi ini kerangka PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development) digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi Kerangka kerja tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11 Kerangka PRECEDE – PROCEED PRECEDE
Fase 5 Diagnosis Kebijakan & Administrasi
Promosi Kesehatan Pendidikan Kesehatan
Fase 4 Diagnosis Pendidikan & Organisasi
Fase 3 Diagnosis Perilaku & Lingkungan
Fase 2 Diagnosis Epidemiologis
Predisposing factors
Reinforcing factors
Perilaku & Gaya Hidup Sehat
Kebijakan Peraturan Organisasi
Fase 6 Implementasi
PROCEED
Sumber : Notoatmodjo 2005
Fase 1 Diagnosis Sosial
Enabling factors
Fase 7 Proses Evaluasi
Kualitas Hidup
Lingkungan
Fase 8 Evaluasi Dampak
Fase 9 Evaluasi Outcome
85
7.1.1
Fase Diagnosis Sosial (Social Need Assessment) Diagnosis sosial pada fase ini adalah proses mendapatkan karakteristik
masyarakat, persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya. Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga melalui aspirasi tersebut dapat terwujud partisipasi masyarakat. Pada fase diagnosis sosial ini akan merujuk dari hasil PL I yaitu Pemetaan Sosial untuk mendapatkan karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan.
Tabel 10 Karakteristik Masyarakat Desa Jebed Selatan No. 1
Jenis Perekonomian
Karakteristik
Data Pendukung
Sektor Pertanian
Ketersediaan lahan mencapai 73,51 % dari luas wilayah desa. 2 Mata Pencaharian Mayoritas Petani 55,98 % atau 1260 jiwa dari 2251 dan Buruh Tani jiwa mata pencaharian sebagai (homogen) petani (456 jiwa) dan buruh tani (804 jiwa). 3 Tingkat Masih rendah Jumlah penduduk tamat SLTP ke Pendidikan (mayoritas SLTP ke bawah sebesar 58,5 % (1626 jiwa bawah) tamat SLTP dan 325 jiwa tamat SD). 4 Agama Islam 6909 jiwa (99,78 %) dari 6924 jiwa dan banyaknya organisasi lokal (majelis ta’lim/ kelompok pengajian/ yasinan, Ikatan Pemuda Masjid dan perkumpulan kematian) 5 Kepercayaan Masih percaya Masyarakat masih mempercayai adanya “mitos” adanya “mitos” tentang kesehatan terutama “mitos ibu hamil” 6 Kesehatan Rendahnya Hasil dari Pengkajian PHBS tingkat Kesehatan Ibu dan rumah tangga Anak (KIA) dan rendahnya perhatian kepada lansia Sumber : Data Pemetaan Sosial Desa Jebed Selatan, tahun 2006. Berdasarkan hasil diagnosis karakteristik masyarakat Desa Jebed Selatan diatas, dapat di simpulkan bahwa kepercayaan terhadap “mitos” masih sangat kental di masyarakat Desa Jebed Selatan. Adanya “mitos” tersebut sangat didukung dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah. “Mitos”
86
tersebut sangat berdampak pada kesehatan terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Di kalangan masyarakat yang masih mempercayai adanya “mitos ibu hamil”, seperti ibu hamil tidak boleh keluar rumah karena takut kandungannya diganggu oleh mahluk halus sampai dengan “mitos makan berpantang”, yaitu ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi ikan cumi karena takut apabila kulit anaknya hitam padahal kandungan protein dari ikan cumi sangat tinggi yang dibutuhkan untuk perkembangan janin. Contoh “mitos ibu hamil” tersebut ternyata menghambat pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap kesehatan, seperti memeriksakan kehamilannya dan melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dilihat dari mata pencahariannya, masyarakat Desa Jebed Selatan tergolong masyarakat petani dan buruh tani. Karena pendapatan yang tergolong rendah dan belum ada penyuluhan tentang kesehatan kerja bagi petani dan buruh tani, sehingga membuat kebutuhan akan kesehatan belum menjadi prioritas bagi keluarga mereka. Mereka juga berpendapat bahwa untuk mendapatkan akses kesehatan harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Kondisi tersebut sangat dirasakan ibu hamil yang kepala keluarganya bekerja sebagai buruh tani, sehingga tidak ada jalan lain untuk memeriksakan dan melakukan persalinan oleh dukun bayi. Dari diagnosis diatas, peserta FGD menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih rendah yang mengakibatkan masyarakat belum mempercayakan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatannya. Dari sikap dan perilaku masyarakat tersebut, belum bisa mencerminkan
perilaku
sehat.
Berdasarkan
data
diatas,
peserta
FGD
menyimpulkan bahwa kebutuhan yang sangat mendasar di masyarakat Desa Jebed Selatan adalah Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dengan memperoleh pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan masyarakat dapat merubah pola pikirnya dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Dengan mempunyai pola pikir paradigma sehat, maka masyarakat dapat mencegah (preventif) terjadinya penyakit dan dapat meningkatkan kesehatannya secara mandiri tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Jadi dengan meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan maka dengan sendirinya sikap dan perilaku masyarakat akan lebih responsif terhadap kesehatan sehingga
87
kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan terutama di tingkat rumah tangga.
7.1.2
Fase Diagnosis Epidemiologi Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup seseorang dan berdampak positif maupun negatif. Fokus pada fase ini adalah mencari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat. Pada kajian ini yang mendapatkan dampak dari masalah tersebut adalah anggota keluarga pada tingkat rumah tangga. Pada Tabel 11 telah ditunjukkan diagnosis masalah (hasil Peta Sosial), penyebab masalah (hasil evaluasi strategi Promosi Kesehatan) dan kelompok yang terkena masalah (tanggapan peserta FGD)
Tabel 11 Diagnosis Epidemiologi Promosi Kesehatan
No. 1
Masalah (Hasil Peta Sosial)
Kelompok yang terkena masalah (Tanggapan peserta FGD)
Faktor Penyebab (Hasil Evaluasi Strategi Promosi Kesehatan)
Kesehatan Ibu dan 1. Masih rendahnya tingkat Anak (KIA) kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan. 2. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan. 3. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas 4. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga 5. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi.
Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.
1. 2. 3. 4. 5.
Ibu Rumah Tangga Ibu Hamil Bayi Balita Anak
88
7.1.3
Fase Diagnosis Perilaku dan Lingkungan Pada fase ini tujuannya adalah mendiagnosis faktor perilaku dan faktor
lingkungan (fisik dan sosial) dari diagnosis epidemiologi (Tabel 11). Berdasarkan pendapat dari peserta FGD dapat diidentifikasi, sebagai berikut : 1. Faktor Perilaku : a. Masih rendahnya tingkat kepedulian dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang kesehatan. b. Masih rendahnya kreativitas dan inovasi dari petugas Puskesmas c. Kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari petugas Puskesmas, Bidan Desa dan Kader Kesehatan yang diwujudkan melalui kunjungan rutin ke rumah warga d. Tidak adanya pengawasan atau monitoring dari petugas Puskesmas setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi 2. Faktor Lingkungan : Minimnya sarana dan prasarana kesehatan
Kemudian dari hasil diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan tersebut, langkah selanjutnya adalah dari kedua faktor tersebut dibuat urutan berdasarkan rangking kemungkinan untuk diubah. Urutan rangking tersebut sebagai berikut : 1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab. 3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas 4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan
Dari urutan rangking diatas, kemudian peserta FGD menetapkan sasaran untuk rancangan Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut : Sasaran Primer
: Ibu rumah tangga
Sasaran Sekunder : Anggota Keluarga (Ayah dan Anak) Sasaran Tersier
: Petugas Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan
89
Selanjutnya peserta FGD merancang tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai dalam Program Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.
7.1.4
Fase Diagnosis Pendidikan dan Organisasional Pada fase ini merujuk pada faktor pemudah (predisposing factors), faktor
pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Berdasarkan hasil analisis faktor pemudah (predisposing factors) dapat ditetapkan tujuan pembelajaran/ pendidikan yang ingin dicapai, sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan anggota keluarga tentang hidup sehat terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2. Anggota keluarga dapat mempraktekkan dan membudayakan hidup sehat.
Berdasarkan hasil analisis faktor pemungkin dan faktor penguat dapat ditetapkan tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya, yaitu : 1. Meningkatkan pengetahuan tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas Puskesmas, bidan desa dan kader kesehatan tentang pelatihan partisipatif. 2. Melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan agar dapat mengeluarkan kebijakan
yang
responsif
terhadap
kesehatan
terutama
terhadap
pengembangan PHBS tingkat rumah tangga.
7.1.5
Fase Diagnosis Administratif dan Kebijakan Pada fase ini dilakukan analisis terhadap kebijakan, sumber daya dan
peraturan yang berlaku yang nantinya dapat memfasilitasi atau menghambat pelaksanaan Program Promosi Kesehatan. Pada diagnosis administratif dilakukan penilaian, sebagai berikut : 1. Sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan Program Promosi Kesehatan adalah Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tenaga Kesehatan Puskesmas, Bidan Desa, dan Kader Kesehatan/ Ibu-ibu TP-PKK, tetapi yang
90
lebih penting adalah orang yang mempunyai komitmen untuk membuat Desa Jebed Selatan menjadi Desa Sehat. 2. Hambatan dari pelaksana program adalah komitmen mereka terhadap keberlangsungan program dan hambatan dari masyarakat adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah. Pada diagnosis kebijakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program. Dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di masyarakat telah diatur oleh kebijakan Menteri Kesehatan RI dalam bentuk Keputusan Menteri, yaitu : 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1193/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/ MENKES/ SK/ VIII/ 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/ MENKES / SK/ X/ 2004 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010) 4. Kebijakan “Kabupaten Pemalang Sehat 2010” Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah didukung oleh Keputusan Menteri dan pemerintah daerah. Tetapi dalam pelaksanaan di daerah belum mendapatkan dukungan penuh dari kalangan legislatif dan eksikutif Kabupaten Pemalang berupa Peraturan Daerah.
7.2 Rancangan Strategi dan Program Promosi Kesehatan. Setelah mendiagnosis kerangka PRECEDE, langkah selanjutnya peserta FGD mulai merancang Strategi dan Program Promosi Kesehatan. Dari hasil diagnosis faktor perilaku dan faktor lingkungan telah didapat urutan masalah sebagai berikut : 1. Perilaku ibu rumah tangga dan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Perilaku Tenaga Kesehatan Puskesmas/ Bidan Desa/ Kader Kesehatan yang belum melakukan kunjungan ke rumah sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab. 3. Perlunya ide kreatif/ inovasi dan pengawasan dari petugas Puskesmas
91
4. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan.
Tujuan dari Program Promosi Kesehatan, sebagai berikut : 1. Peningkatan pengetahuan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Peningkatan Strata PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan.
Untuk menunjang intervensi prioritas masalah diatas, diusulkan dua Strategi dan Program Promosi Kesehatan, antara lain : 1. Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dengan Program Pelatihan Partisipatif. 2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendidikan Kesehatan Terpadu. Untuk lebih jelasnya kerangka logis Strategi dan Program Pemberdayaan Masyarakat seperti ditunjukkan pada Tabel 12.
92
Tabel 12 Kerangka Kerja Logis Strategi dan Program Promosi Kesehatan di Desa Jebed Selatan No.
Strategi dan Program
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Lokasi Kegiatan
Pihak Terkait
Sumber Dana
Jadwal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Strategi Peningkatan Kapasitas SDM dalam Program Pelatihan Partisipatif
1. Pelatihan Partisipatif bagi Tenaga Kesehatan, Bidan desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TPPKK
1. Meningkatkan ketrampilan dalam Pemberdayaan Masyarakat
2
Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pendidikan Kesehatan Terpadu
1. Revitalisasi Posyandu 2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis Kesehatan 3. Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak.
1. Menghidupkan lagi 1. Kader Kesehatan fungsi Posyandu yang dan anggota TPsesungguhnya (5 meja) PKK Desa Jebed 2. Memberikan Selatan pengetahuan anak-anak 2. Anak-anak di bawah lima tahun tentang kesehatan (terutama bagi dengan metode keluarga miskin) bermain. 3. Ibu Rumah Tangga. 3. Memberikan pengetahuan kepada Ibu rumah tangga tentang arti penting Kesehatan Ibu dan Anak.
Sumber : Hasil Forum FGD, 2007
1. Tenaga Puskesmas 2. Bidan desa 3. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama 4. Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK
Balai Desa 1. Dinas Kesehatan Jebed Selatan Kabupaten Pemalang 2. Unsur Akademisi (Universitas)
APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009
Balai Desa 1. Dinas Kesehatan 1. APBD Jebed Selatan Kabupaten Kabupaten Pemalang Pemalang 2. Penyuluh Tahun Lapangan Anggaran Keluarga 2008-2009 2. Swadaya Berencana (PLKB) 3. Tokoh masyarakat dan tokoh agama 4. Kader kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK 5. LSM yang concern terhadap kesehatan
Awal bulan Juli tahun 2008 – Akhir bulan Juni tahun 2009
Awal bulan Juli tahun 2008 – Akhir bulan Juni tahun 2009
93
7.2.1 Program Pelatihan Partisipatif 1. Latar Belakang Program Upaya ini lebih ditujukan kepada pelaksana program seperti Tenaga Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK agar lebih terampil. 2. Kegiatan program. Pelatihan Partisipatif bagi Tenaga Kesehatan, Bidan desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK 3. Sasaran : Tenaga Kesehatan (Puskesmas), Bidan desa, Tokoh Masyarakat Tokoh Agama, dan Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK 4. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab : a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang b) Unsur Akademisi (Universitas) 5. Lokasi Kegiatan : Desa Jebed Selatan 6. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 – akhir bulan Juni tahun 2009. 7. Sumber Dana : APBD Kabupaten Pemalang Tahun Anggaran 2008-2009 8. Tujuan : meningkatkan ketrampilan pelaksana program dalam melaksanakan Pemberdayaan Masyarakat Strategi dan Program Promosi Kesehatan tersebut tidak berhenti pada peningkatan strata PHBS tingkat rumah tangga saja akan tetapi tetap diupayakan untuk mengintervensi implementasi Promosi Kesehatan di kelima tempat (institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja, rumah tangga dan tempat umum) di Desa Jebed Selatan.
7.2.2 Program Pendidikan Kesehatan Terpadu 1. Latar Belakang Program Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan/ dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (practice). Oleh karena itu, hakekat Promosi Kesehatan ialah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri sesuai dengan sosial budaya setempat. Dari hakekat tersebut, individu dan masyarakat
94
bukanlah objek yang pasif (sasaran), melainkan sebagai subjek (pelaku), sehingga dalam proses pembelajaran tersebut peran pendidikan kesehatan sangat tepat. Pendidikan Kesehatan merupakan bentuk upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku individu dan masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar individu dan masyarakat menyadari dan mengetahui
bagaimana
cara
memelihara
kesehatan
mereka,
bagaimana
menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka. Sehingga tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat. 2. Kegiatan program. Kegiatan dalam Program Kesehatan Terpadu, antara lain : a) Posyandu Walaupun kegiatan ini sudah ada sebelumnya akan tetapi kegiatannya terkesan seadanya dan fungsi dari meja kelima tidak ada (tidak berfungsi). Oleh karena itu dengan adanya revitalisasi dalam program dengan tujuan kelima meja tersebut dapat berfungsi kembali. b) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berbasis Kesehatan Dalam forum FGD, peserta sangat mengharapkan apabila generasi muda dalam hal ini adalah anak-anak yang masih kecil dari awal sudah diberikan pembelajaran tentang kesehatan agar kelak dewasa anak tersebut mampu mempraktekkan hasil pembelajaran tersebut. Mengakomodir keinginan tersebut, kemudian diusulkan kegiatan PAUD yang berbasis kesehatan. Konsepnya tetap tempat bermain hanya saja lebih banyak memberikan informasi tentang kesehatan. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan anak-anak tentang kesehatan dengan metode bermain. c) Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Perlunya kegiatan didasari oleh kondisi nyata masyarakat Desa Jebed Selatan dalam memberikan ASI Eksklusif bagi anaknya dan pemberian asupan makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna0 bagi anaknya sangat rendah. Oleh karena itu perlunya memberikan kesadaran ibu rumah tangga melalui pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tentang arti penting ASI Eksklusif dan gizi bagi anaknya.
95
3. Pihak Terkait/ Penanggung Jawab : a) Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang b) Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) c) Tokoh masyarakat dan tokoh agama d) Kader Kesehatan/ ibu-ibu TP-PKK e) LSM yang concern terhadap kesehatan 4. Lokasi Kegiatan : Balai Desa Jebed Selatan 5. Waktu : awal bulan Juli tahun 2008 – akhir bulan Juni tahun 2009. 6. Sumber Dana : Dana APBD Kabupaten Pemalang tahun anggaran 2008-2009 dan swadaya.