72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN 7.1. PENYUSUNAN STRATEGI PROGRAM Rancangan strategi program pemberdayaan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) pada tanggal 24 Desember 2007, jam 09.30 WIB s/d 14.00 WIB, bertempat diruang pertemuan kantor koperasi Raksa Jaya Paduraksa. Hadir dalam diskusi dari Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup , Pabrik Gula Sumberharjo, Kaur Pembangungan Kelurahan Paduraksa, Pengurus Koperasi Raksa Jaya dan perwakilan petani tebu sebanyak dua puluh orang. Melalui diskusi yang dipimpin oleh ketua koperasi Raksa Jaya diperoleh saran, masukan serta usulan para peserta diskusi. Memperhatikan analisis ditingkat petani (tabel 6.10), untuk mengatasi permasalahan ditingkat petani diperoleh 4 strategi program diantaranya yaitu : (1) peningkatan produksi (melalui : Perbaikan teknik budidaya tebu) (2) Pemenuhan kebutuhan modal (melalui : Pengajuan permodalan ke lembaga perbankan), (3) Pemenuhan kebutuhan lahan (melalui : Pengembangan tebu di lahan hutan), dan (4) Peningkatan rendement (melalui : Perubahan sampel nira, Tebang tebu layak giling dan Mengefektifkan kinerja Tim pengamat rendement). Untuk
mendukung
terlaksananya
strategi
program
pemberdayaan
ditingkat petani beberapa hal yang dapat dilakukan melalui pengembangan kapasitas kelembagaan KPTR Raksa Jaya Paduraksa dapat dilaksanakan melalui empat strategi program pemberdayaan yang dituangkan dalam bentuk tujuh program kegiatan sebagai berikut : 1. Strategi Pengembangan Jaringan Kerja-sama (Strategi SO), dengan program kegiatan berupa : (1) Kerja-sama dengan PT. Petro Kimia dan P3GI (2) Pelaksanaan Tebang Angkut Mandiri (3) Usulan Kerjasama Pengembangan Tebu di Lahan Hutan 2. Strategi Peningkatan SDM dan Permodalan ( Strategi WO) dengan program kegiatan (1) Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Koperasi (2) Mengajukan Pinjaman Modal Kerja ke Lembaga Perbankan 3. Peningkatan Kerja-sama Dengan Pabrik Gula (Strategi ST) dilakukan dalam bentuk Bimbingan teknik budidaya dan kegiatan Pascapanen.
73 4. Strategi Pengamanan Modal Koperasi (Strategi WT) dilakukan melalui program kegiatan Penarikan Pengembalian Kredit Melalui Jemput Bola.
7.2.
RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN Strategi program pengembangan masyarakat dalam bentuk program
kegiatan yang diperoleh melalui analisis SWOT di atas, merupakan strategi yang terintegrasi satu dengan lainnya. Dari tujuh program kegiatan pemberdayaan, berdasarkan kesepakatan peserta diskusi diambil 4 program kegiatan untuk segera dilaksanakan yaitu : 1) Melakukan Kerjasama Dengan PT. Petrokimia: 2) Tebang Angkut Tebu Secara Mandiri; 3) Usulan Pengembangan Tebu di Lahan Hutan; 4) Pendidikan dan Pelatihan Management Koperasi. Adapun rancangan program kegiatan yang disusun adalah sebagai berikut :
7.2.1. Kerjasama Dengan PT. Petrokimia 1. Latar Belakang Budidaya tebu pada lahan menetap yang dilakukan secara terus menerus menyebabkan ketergantungan tanah pada pupuk buatan sangat tinggi. Kebun tebu lahan kering di Kabupaten Pemalang seluas 591 hektar dan 320 diantaranya berada diwilayah kajian yang merupakan wilayah kerja KPTR Raksa Jaya. Dengan kebutuhan pupuk perhenktar antara 9-10 kuintal, maka kebutuhan pupuk pertahun sebesar 3200 kuintal. Apabila pengadaan pupuk dapat dilakukan oleh koperasi maka koperasi dapat memberikan pelayanan kepada anggota/petani tebu sekaligus memperoleh pemupukan modal dari penerimaan fee pengadaan pupuk. 2. Tujuan 1) Tercukupinya pupuk secara tepat waktu bagi anggota/petani 2) Terbangunnya kerjasama dan usaha baru bagi koperasi. 3. Pelaksana
: Koperasi Raksa Jaya Paduraksa
4. Tempat
: Wilayah Kerja Koperasi Raksa Jaya
5. Waktu
: Tahun 2008
6. Biaya
: Dana Kemitraan Budidaya Tebu (PG. Sumberharjo dan BRI sebagai pendukung
7. Tahap kegiatan 1). Melakukan penghitungan kebutuhan pupuk 2). Mengajukan Surat Penawaran kerjasama kepada PT. Petro Kimia.
74 3). Membuat MoU kerjasama Pengadaan Pupuk dengan PT. Petro Kimia. 8. Evaluasi Evaluasi
dilakukan
khususnya
dalam
untuk
mengetahui
menyangkut
efektifitas
ketepatan
hubungan kerjasama
waktu
pengadaan
dan
pengembalian/pembayaran.
7.2.2. Tebang Angkut Tebu Secara Mandiri 1. Latar Belakang Tebang dan angkut tebu merupakan tahapan pekerjaan dalam usaha tani tebu yang membutuhkan biaya cukup besar. Pada Tahun 2006 biaya tebang dan angkut tebu sebesar Rp. 5.550,- per kuintal tebu. Biaya sebesar itu berlaku untuk seluruh tebu tebangan yang digiling ke pabrik gula, berlaku untuk jarak jauh maupun dekat. Dengan pemberlakuan tarif yang sama, berarti terdapat subsidi silang. Tebu yang dekat mensubsidi biaya angkut tebu-tebu yang letaknya jauh. Sehubungan lokasi kebun tebu petani di kelurahan Paduraksa berada di sekitar pabrik gula, berarti selama ini petani di wilayah Paduraksa telah mensubsidi tebu yang berada lebih jauh. Hal ini berarti pengurangan pendapatan petani tebu. Efisiensi biaya dapat diperoleh dari biaya angkut tebu (lihat keragaan analisa usaha tani tebu tahun 2006), apabila pekerjaan ini bisa dilaksanakan sendiri oleh petani melalui koperasi. Mempertimbangkan fasilitas sarana transportasi,
baik
prasarana
jalan,
jembatan,
alat
tranportasi,
dan
ketersediaan tenaga tebang, serta ketersediaan dana yang dimiliki koperasi, maka pekerjaan tebang dan angkut tebu sangat memungkinkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh petani. 2. Tujuan a. Terselenggaranya pelaksanaan tebang angkut tebu secara mandiri. b. Meningkatkan pendapatan petani melalui efisiensi biaya angkut tebu. c. Mengembangkan usaha koperasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota/petani tebu. 3. Pelaksana
: Koperasi Raksa Jaya Paduraksa
4. Tempat
: Wilayah Kerja Koperasi Raksa Jaya
5. Waktu
: Juni s/d Oktober 2008
6. Biaya
: Koperasi Raksa Jaya (PG. Sumberharjo dan BRI sebagai pendukung)
75 6.
Tahap Pelaksanaan : a. Penyediaan armada angkutan tebu/truk, Langkah yang segera ditempuh yaitu membuat penawaran kerja atau menghubungi kepada perusahaan jasa transportasi yang ada di lingkungan terdekat antara lain CV. Panca yang berkedudukan di Comal, CV. Alwan yang berkedudukan di Kelurahan Pelutan maupun dengan pengusaha jasa transportasi perorangan. Penawaran ini juga berlaku untuk jasa transportasi di luar daerah sepanjang untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang kelancaran pekerjaan tebang dan angkut tebu. b. Pengadaan Tenaga Tebang Mengingat panen tebu dilaksanakan berdasarkan jadwal tebang yang disusun bersama dengan tebu milik pabrik gula, maka untuk menjamin ketepatan jumlah pasokan sesuai dengan kapasitas giling mesin pabrik. Pelaksanaan panen tebu tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh petani pemilik, tetapi dilakukan oleh tenaga tebang profesional yang sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Untuk
itu
Koperasi segera
menghubungi kelompok-kelompok penebang yang ada. c. Tenaga pengamanan Untuk menjamin keamanan proses tebang dan angkut tebu, koperasi dapat menghubungi pemerintah desa setempat untuk menyediakan tenaga keamanan (Hansip Desa), maupun organisasi pemuda yang ada seperti karang taruna dan ormas pemuda lainnya untuk direkrut sebagai tenaga keamanan. d. Mempersiapkan pekerjaan administrasi untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan.
7.2.3. Usulan Pengembangan Tebu Di Lahan Hutan 1. Latar Belakang Keterbatasan pemilikan lahan pada mayoritas petani tebu dan tidak adanya lahan garapan yang mencukupi bagi petani tebu penggarap, menyebabkan usaha tani yang dilakukan belum dapat memberikan penghasilan yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan keluarga. Kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki sebagai petani tebu tidak dapat dikembangkan karena keterbatasan atau ketiadaan lahan garapan. Keterlambatan pasokan
76 tebu yang menyebabkan giling tebu terhenti, berakibat pada in-efisiensi yang harus ditanggung petani tebu. Sebagai akibat dari penjarahan hutan pada kurun waktu 1998 sampai dengan tahun 2001 menyebabkan banyak lahan kosong dalam jumlah yang sangat luas (ratusan hektar) ditambah adanya tebang resmi oleh pihak pengelola (Perhutani). Sehingga terdapat banyak lahan kosong menunggu rencana tata tanam.(RTT). Menurut informasi salah seorang pejabat di Perhutani sirkulasi RTT bisa mencapai tiga tahun lebih. Keberadaan lahan tidur tersebut sementara ini dimanfaatkan oleh pada pesanggem (petani penggarap di lahan hutan) untuk menanam palawija atau dibiarkan kosong. Dengan kondisi tersebut, maka untuk memanfaatkan lahan agar dapat memberikan kontribusi bagi manusia, sudah selayaknya apabila lahan-lahan tersebut dikelola untuk usaha ekonomi produktif sambil menunggu giliran penanaman jati atau tanaman hutan. Salah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, mempunyai fungsi konservasi tanah dan dapat menyesuaikan dengan medan yang ada yaitu tebu. 2. Tujuan a. Membantu pengadaan lahan bagi petani berlahan sempit atau petani penggarap. b. Memenuhi kebutuhan pasokan tebu bagi pabrik gula. c. Terbangunnya hubungan kerja-sama antar instansi/kelembagaan dengan petani. 3. Partisipan
:
a. Dishut dan LH Kabupaten Pemalang (Penanggung-Jawab Kegiatan) b. Perum Perhutani KPH Pemalang c. PG Sumberharjo Pemalang d. Koperasi Raksa Jaya e. Petani tebu 4. Tempat
: Wilayah Kerja Perum Perhutani KPH Pemalang
5. Waktu
: Tahun 2008
6. Biaya
: PG Sumberharjo
7. Tahap Pelaksanaan : a. Tahap mediasi (rapat koordinasi) b. Pembuatan MoU antara Pemda, Perum Perhutani, PG Sumberharjo dan Petani (Koperasi Raksa Jaya)
77 c. Pendataan Lahan d. Pelaksanaan/penanaman tebu e. Kontribusi bagi stakeholders : (a) Perum Perhutani : Dana konservasi lahan (b) PG Sumberharjo : Bahan baku tebu (c) Pemda
: Dana Operasional Tim Teknis
(d) KPTR Raksa Jaya : Pelaksana tebang angkut tebu (e) Petani
: Pemenuhan lahan usaha
8. Evaluasi dan Pengawasan Evaluasi dan pengawasan dilakukan untuk memantau dampak lingkungan sebagai akibat adanya penanaman tebu di lahan hutan, sekaligus untuk menjaga keberlangsungan rencana tata tanam tanaman hutan/tanaman pokok.
7.2.4. Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Koperasi.
1. Latar Belakang Keberadaan koperasi Raksa Jaya selama ini dapat dikatakan cukup berhasil dalam melaksanakan program pemerintah, khususnya dalam penyaluran bantuan dana akselerasi (PMUK) dan dana penyertaan modal (pengadaan pupuk). Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya tunggakan pada petani tebu. Namun keberhasilan sebagai pelaksana program, khususnya dalam pengembalian dapat dicapai karena tata-niaga gula bermuara pada satu pintu yaitu pabrik gula. Sehingga dana petani sebelum diberikan dapat diambil terlebih dahulu untuk mencukupi pembayaran kewajiban pinjaman yang dimiliki petani. Sedangkan kegiatan usaha koperasi selain sebagai pelaksana program cenderung statis/kurang berkembang. Kemampuan koperasi dalam meraih peluang usaha sangat dipengaruhi oleh kemampuan
pengurus sebagai operator jalannya lembaga dalam
menjalankan organisasi yang dikelolanya. Untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya pengurus pada koperasi Raksa Jaya diperlukan adanya proses pembelajaran bagi pengurus mengenai manajement koperasi sehingga diperoleh sumberdaya pengurus yang mampu menyelaraskan perencanaan, pengorganisasian, pengoperasionalan, dan pengendalian semua komponen organisasi secara harmonis untuk dapat memberikan pelayanan yang
78 maksimal bagi anggota. Salah satu bentuk proses pembelajaran yaitu melalui pendidikan dan pelatihan manajemen koperasi. 2. Tujuan 1) Meningkatkan kemampuan pengurus koperasi dalam manajemen atau mengelola koperasi. 2) Terselenggaranya pelayanan koperasi yang lebih baik kepada anggota. 3. Penanggung-jawab : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Pemalang. 4. Tempat
: Gedung Dekopinda Kabupaten Pemalang
5. Waktu
: Tahun 2008
6. Biaya
: APBD Kabupaten Pemalang
7. Tahap Pelaksanaan 1) Persiapan - Rapat persiapan dengan dinas/instansi terkait. - Pembuatan materi terdiri dari : * Administrasi Keuangan, untuk mengetahui tata-cara pengelolaan dan pertanggung-jawaban pengelolaan keuangan. * Permodalan, untuk mengetahui sumber sumber permodalan yang dapat
diraih
dan
cara
untuk
mengakses
permodalan
melalui
pembuatan proposal bantuan atau pinjaman kepada pemilik modal. * Kewirausahaan Koperasi, yaitu untuk menanamkan jiwa wira usaha bagi pengurus koperasi, sehingga diperoleh pengurus koperasi yang berjiwa wira-koperasi yaitu sikap mental positif dalam berusaha secara kooperatif, mampu mengambiul prakarsa inovatif dan berani resiko dengan berpegang pada prinsip identitas koperasi untuk kesejahteraan bersama. * Kemitraan, bertujuan untuk membuka wawasan pengurus dalam membuka dan menjalin kerja-sama dengan pihak luar dengan berlandaskan kemitraan atau kesetaraan dalam usaha khususnya dalam pemenuhan hak dan kewajiban. 2) Pelaksanaan Pelaksanaan direncanakan selama selama dua hari penyampaian materi dan sehari praktek andministrasi keuangan dan latihan pembuatan proposal pengajuan permohonan bantuan modal.
79 Dari keempat program kegiatan prioritas di atas, maka dapat disusun kerangka program kerja pemberdayaan petani tebu di kelurahan Paduraksa sebagaimana pada Tabel 19. Tabel 19
Program Kerja Pemberdayaan Petani Tebu Di Kelurahan Paduraksa Tahun 2008
Strategi
Program Kerja
1. Kerjasama dengan PT Petro Kimia
Keluaran
1.
3. Pengembangan Pengembangan tebu di lahan hutan. Jaringan Kerjasama 1. Pelatihan Management Koperasi.
1. Dinas KLH Terpenuhi nya kebutuhan pupuk petani.
2. Tebang Angkut Tebu Mandiri.
Pihak Terkait/ Penanggung -jawab
Biaya
Jadual
1. APBD
1. Th.2008
2.PG
2. Mei -Okt 2008. 3. Th. 2008
2. Disperindkop 3.
Perum Perhutani
2.Pendapatan 4. PG petani Sumberharjo meningkat. 5. KPTR Raksa Jaya
3.KPTR 4.Th. 2008
6. Petani tebu
Peningkatan SDM dan pemodalan
1. Meningkat nya kemampua n SDM 2. Pelayanan koperasi meningkat
Keempat program kegiatan di atas merupakan program pilihan yang memungkinkan untuk dilaksanakan dan dapat digunakan untuk menunjang dan mendukung aktifitas petani tebu di kelurahan Paduraksa. Tersaelenggaranya program
tersebut
merupakan
kerjasama
seluruh
stakehorders
terutama
keterlibatan dari petani untuk merencanakan kegiatan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.