IV. PETA SOSIAL DESA JEBED SELATAN 4.1 Lokasi Desa Jebed Selatan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Taman dilihat dari topografi terletak pada ketinggian tujuh meter diatas permukaan laut (dpl). Temperatur rata-rata 23o C dengan curah hujan rata-rata setahun 1.788 mm dan memiliki luas wilayah 183,773 hektar yang dilalui oleh satu buah sungai yaitu Sungai Waluh. Desa Jebed Selatan merupakan desa hasil dari pemekaran Desa Jebed yang dibagi menjadi dua wilayah yaitu Desa Jebed Utara dan Desa Jebed Selatan. Penggunaan lahan di Desa Jebed Selatan antara lain digunakan untuk tanah sawah dengan irigasi teknis sebesar 82,95 % atau 152,448 hektar. Untuk tanah kering sebesar 6,98 % atau 12,825 hektar. Tanah milik desa yang didalamnya berupa lapangan olah raga, kantor desa, jalan desa, jalur hijau, pekuburan dan lahan bengkok sebesar 10 % atau 18,5 hektar. Dari data penggunaan lahan dapat disimpulkan bahwa perekonomian Desa Jebed Selatan didukung dari sektor pertanian. Data tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Diagram Penggunaan Lahan di Desa Jebed Selatan 83% Tanah sawah Tanah kering 10%
Tanah milik desa 7%
Sumber : Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa, 2006
Secara geografis wilayah Desa Jebed Selatan berbatasan dengan beberapa wilayah, yang meliputi : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Jebed Utara. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Penggarit. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Saradan. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kejambon.
28 Berdasarkan Orbitasi, jarak Desa Jebed Selatan dengan Ibukota Kecamatan adalah dua kilometer dengan waktu tempuh 15 menit, jarak dengan Ibukota Kabupaten adalah delapan kilometer dengan waktu tempuh 30 menit, jarak dengan Ibukota Propinsi 122 kilometer dengan waktu tempuh empat jam, dan jarak dengan Ibukota Negara adalah 425 kilometer dengan waktu tempuh delapan jam. Jarak yang harus ditempuh masyarakat Desa Jebed Selatan untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan di Puskesmas Jebed adalah empat kilometer dan Rumah Sakit Pemerintah adalah enam kilometer. Dengan kondisi jarak tempuh yang cukup jauh dan minimnya transportasi menuju kedua sarana kesehatan tersebut dapat menjadi hambatan bagi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Jalan yang menghubungkan desa dengan pusat kota Kabupaten Pemalang merupakan jalan kabupaten yang sudah beraspal dengan lebar jalan sekitar tiga meter. Untuk menuju pusat kota dan Rumah Sakit Pemerintah dapat menggunakan jasa angkutan kota yang melewati jalan tersebut. Bagi masyarakat Jebed Selatan yang tidak memiliki kendaraan bermotor untuk menuju Kantor Kecamatan Taman dan Puskesmas Jebed harus berputar dulu menuju kota Pemalang. Desa Jebed Selatan memiliki 1533 Kepala Keluarga (KK) dan wilayahnya terbagi menjadi lima dusun, yaitu Dusun Karang Talun (122 KK), Dusun Silanjar (250 KK), Dusun Gedugan (345 KK), Dusun Karang Sembung (398 KK) dan Dusun Kuwungan (418 KK) selain itu Desa Jebed Selatan juga memiliki 9 (sembilan) RW dan 25 RT. Data tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Diagram Jumlah Kepala Keluarga di Setiap Dusun 418
Dusun Karana Talun Dusun Silanjar
398
Dusun Gedugan 250 345
Dusun Karang Sembung Dusun Kuwungan
Sumber : Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa, 2006
Untuk sarana kesehatan berupa Posyandu sudah tersebar di masing-masing dusun (lima unit posyandu), akan tetapi lokasinya selalu berpindah-pindah dengan bertempat di halaman salah satu warga. Kelima unit Posyandu tersebut dikelola
29 oleh seorang Bidan Desa dan Ibu-Ibu TP-PKK yang merangkap sebagai kader kesehatan. Hanya saja dari hasil pengamatan berpartisipasi, terlihat bahwa kegiatan di posyandu tersebut sangat “ala kadarnya”, jadi anak-anak datang, ditimbang, diberikan makanan tambahan (apabila ada) lalu pulang. Kegiatan tersebut sangat jauh dari konsep posyandu yang sebenarnya, tidak adanya advokasi atau saran-saran yang ditujukan kepada ibu hamil dan ibu yang anaknya mengalami masalah dengan kesehatan atau masalah berat badan yang tidak sesuai dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari kondisi posyandu tersebut berdampak pada minimnya pengetahuan atau pemahaman tentang kesehatan sehingga minat ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di posyandu menjadi berkurang. Kondisi diatas juga diperkuat dengan masih kentalnya ”mitos ibu hamil” di masyarakat. Dari data Puskesmas Jebed tahun 2006 dari 148 ibu bersalin di Desa Jebed Selatan hanya 65,5 % (97 ibu bersalin) yang persalinannya ditolong oleh Bidan Desa, sisanya dilakukan oleh Dukun Bayi. Dukun Bayi di Desa Jebed Selatan berjumlah 4 (empat) orang dan bagi masyarakat Desa Jebed Selatan yang penghasilannya rendah peran Dukun Bayi sangat dibutuhkan sekali dikarenakan dana yang harus dikeluarkan untuk persalinan lebih murah jika dibandiingkan dengan Bidan atau Dokter Spesialis. Prasarana pendidikan formal yang ada di Desa Jebed Selatan masih berada ditingkat TK dan SD saja, yaitu dengan jumlah satu buah gedung TK dengan jumlah tenaga pengajar tiga orang dan dua buah gedung SD dengan tenaga pengajar 12 orang (hanya empat orang yang asli Jebed Selatan). Untuk prasarana pendidikan non formal seperti TPQ (Tempat Pendidikan Al Qur`an) atau Madrasah di masing-masing dusun sudah ada dengan tenaga pengajar dua orang. Dari jumlah penduduk Desa Jebed Selatan sebanyak 6924 orang, 99,78 % atau sebanyak 6909 orang mayoritas memeluk agama Islam, dengan memiliki tempat ibadah berupa Masjid sebanyak dua buah dan Mushola sebanyak 12 buah yang terbagi di masing-masing dusun. Sedangkan yang memeluk agama Kristen dan Katolik masing-masing sebanyak 0,02 % atau dua orang dan yang memeluk agama Hindu hanya satu orang. Energi penerangan bagi rumah tangga pada umumnya bersumber dari tenaga listrik (PLN). Jumlah rumah tangga yang sudah memanfaatkan energi listrik
30 sebanyak 75,46 % atau 1162 KK, sedangkan sisanya 24,54 % atau 378 KK menggunakan lampu minyak (petromak). Air bersih penduduk Desa Jebed Selatan yang bersumber dari sumur gali berjumlah 297 unit yang dimanfaatkan oleh ± 498 KK dan sumur pompa yang berjumlah 357 unit dimanfaatkan oleh ± 746 KK, sehingga dalam pemenuhan air bersih Desa Jebed Selatan belum perlu memanfaatkan air PDAM. Hal tersebut dikarenakan kualitas air masih tergolong bagus dan Desa Jebed Selatan belum bisa mengakses air PDAM. Jadi dapat disimpulkan, bahwa masyarakat Desa Jebed Selatan tidak mengalami kesulitan dalam pemenuhan dan kepemilikan sarana sanitasi dasar yaitu pada persediaan air bersih, sehingga bisa dijadikan sebagai potensi yang dimiliki masyarakat desa dalam meningkatkan kesehatan.
4.2 Struktur Kependudukan Data kependudukan masyarakat Desa Jebed Selatan sampai dengan akhir tahun 2006 sebanyak 6924 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 48,84 % atau 3382 jiwa dan perempuan sebanyak 51,16 % atau 3542 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Dusun Kuwungan yaitu sebanyak 29,46 % atau 2040 jiwa. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
31 Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Desa Jebed Selatan Tahun 2006. No.
Kelompok Umur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 ke atas Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah (jiwa)
Persentase Total
165 259 289 300 284 300 280 262 300 291 376 213 41
208 267 296 302 290 311 294 336 292 307 389 224 48
373 526 585 602 574 611 574 598 592 598 765 437 89
5,39 7,60 8,45 8,69 8,29 8,82 8,29 8,64 8,55 8,64 11,05 6,31 1,28
3382
3542
6924
100
Sumber : Data Statistik Kantor Kecamatan Taman, Desember 2006 Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka jumlah penduduk Desa Jebed Selatan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut : Gambar 6 Piramida Penduduk Desa Jebed Selatan Tahun 2006
60 > 55 – 59 50 – 54 45 – 49 40 – 44 35 – 39 30 – 34 25 – 29 20 – 24 15 – 19 10 – 14 5–9 0–4 -400
-300
-200
-100 Laki-Laki
0
100
200
300
400
Perempuan
Sumber : Data Statistik Kantor Kecamatan Taman, Desember 2006
32 4.2.1 Proporsi Penduduk Umur Muda dan Umur Tua Seperti digambarkan dalam piramida penduduk Desa Jebed Selatan pada tahun 2006 menunjukkan bahwa Desa Jebed Selatan struktur penduduknya berumur transisi dari umur muda dan umur tua. Kondisi tersebut juga terkait dengan Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Pemalang yang hanya 66 tahun untuk penduduk laki-laki dan 68 tahun untuk penduduk perempuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur penduduk di Desa Jebed Selatan tidak bisa dikatakan penduduk tua karena UHHnya tidak tergolong tinggi dan tidak bisa dikatakan penduduk muda karena jumlah penduduk berumur di bawah 15 tahun kurang dari 40 % dari jumlah total penduduk di Desa Jebed Selatan. Dengan struktur penduduk umur transisi menjadikan suatu tantangan ke depan dalam menyediakan fasilitas kesehatan, terutama bagi penduduk yang berumur diatas 56 tahun dan yang sudah lanjut usia (lansia)
4.2.2 Rasio Jenis Kelamin (RJK) Untuk mengetahui perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan banyaknya penduduk perempuan di Desa Jebed Selatan dapat digunakan ukuran Rasio Jenis Kelamin (RJK). Rasio Jenis Kelamin penduduk Desa Jebed Selatan pada akhir tahun 2006 adalah 95,4 berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki. Hal ini berarti menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk perempuan lebih cepat dibandingkan dengan penduduk laki-laki, selain itu dapat juga menunjukkan terjadinya tingkat migrasi yang tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Mayoritas kaum laki-lakinya mempunyai kebiasaan merantau di Jakarta. Bagi ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya merantau harus berpikir keras agar tetap eksis dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) untuk keluarganya. Hal tersebut membuat ibu rumah tangga mengabaikan kondisi kesehatan dirinya dan anak-anaknya. Menjadi suatu tantangan di masa depan dalam meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan sikap dan perilaku yang bertanggungjawab bagi keluarga dan masyarakat tentang kesehatan reproduksi, terutama Kesehatan Ibu dan anak (KIA) sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan gizi seluruh anggota keluarga (khususnya ibu dan anak).
33 4.2.3 Rasio Beban Tanggungan (RBT) Menurut Rusli (2006) besarnya Rasio Beban Tanggungan (dependency ratio) menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk yang digolongkan bukan usia produktif (bukan usia kerja) terhadap jumlah penduduk usia produktif (usia kerja). Rasio Beban Tanggungan penduduk Desa Jebed Selatan adalah 29, yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 29 orang penduduk yang tidak produktif. Hal ini makin memperkuat bahwa Desa Jebed Selatan mempunyai struktur penduduk berumur transisi. Permasalahannya adalah tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan sangat rendah sehingga menyebabkan masih ada yang percaya “mitos” dan “mitos” tersebut dapat menghambat sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat. Dari hasil pengamatan di lapangan, “mitos” yang dapat menghambat terwujudnya hidup sehat seperti, “mitos ibu hamil” yang tidak memperbolehkan Ibu hamil untuk keluar dari rumah apapun kegiatannya sehingga dapat menghambat Ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke Posyandu ataupun ke Tenaga Kesehatan (dokter kandungan atau bidan).
4.2.4 Kepadatan Penduduk Dari luas wilayah 1,8 km2 dan jumlah penduduk yang mencapai 6924 jiwa maka dapat terlihat kepadatan penduduk di Desa Jebed Selatan adalah 3847 jiwa/ Km2, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk Kecamatan Taman yaitu 2526 jiwa/ Km2. Dari kepadatan penduduk diatas, isu-isu yang menjadi tantangan di masa depan kaitannya dengan kesehatan adalah kondisi lingkungan dan tempat tinggal (rumah) yang jauh dari sehat.
4.2.5 Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam menentukan Indeks Mutu Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia selain faktor kesehatan dan ekonomi. Pada hakekatnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik individu maupun sosial. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Jebed Selatan yang terbanyak adalah SLTP. Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan pada Tabel 5.
34 Tabel 5 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Jebed Selatan No. 1 2 3 4 5 6 7
Pendidikan Tamat SD SLTP SLTA D-1 D-2 D-3 S-1
Jumlah
Jumlah
Persentase
325 1626 1251 53 34 21 19
9,7 48,8 37,5 1,5 1 0,6 0,5
3329
100
Sumber : Daftar Potensi Desa, 2006
Dari tingkat pendidikan masyarakat Desa Jebed Selatan mayoritas adalah SLTP ke bawah, maka dapat diasumsikan bahwa masih rendahnya akses masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga nantinya dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan.
4.2.6 Angkatan Kerja Jumlah penduduk merupakan potensi dari jumlah angkatan kerja, tetapi tidak semua penduduk termasuk dalam potensi angkatan kerja. Secara Internasional dipakai usia 15-64 tahun sebagai batasan usia angkatan kerja. Data angkatan kerja Desa Jebed Selatan dirinci menurut umur seperti ditunjukkan pada Tabel 6
Tabel 6 Data Angkatan Kerja Dirinci Menurut Umur Tahun 2006. No.
Umur
Penganggur
Angkatan Bekerja
Angkatan Setengah Penganggur
Angkatan Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 60 60 +
36 66 67 75 84 113 47 120 160 195
242 200 329 556 225 153 151 150 116 129
120 123 125 245 123 78 77 86 65 55
362 323 454 801 348 231 228 236 181 184
Jumlah
963
2251
1097
3348 (4+5)
Sumber : Data Statistik Kantor Kecamatan Taman, Desember 2006.
35 Berdasarkan data angkatan kerja diatas, jumlah angka penganggur hanya 28,76 % atau 963 orang dari jumlah angka angkatan kerja. Berdasarkan jumlah Reit Pengangguran dari 100 penduduk angkatan kerja Desa Jebed Selatan ada 29 orang yang menganggur. Walaupun Persentase penduduk yang masuk kategori pengangguran/ tidak bekerja tergolong kecil, akan tetapi asumsi Pengkaji, kelompok tersebut rawan terhadap masalah baik itu masalah kriminalitas ataupun masalah kesehatan. Oleh karena itu, harus disediakan wadah kegiatan yang nantinya dapat bermanfaat.
4.3 Aspek Perekonomian Mata pencaharian penduduk Desa Jebed Selatan bersifat heterogen, seperti ditunjukkan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Jebed Selatan Tahun 2006. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Mata Pencaharian Buruh Tani Buruh Swasta/ Pabrik Petani Pedagang PNS TNI/Polri Penjahit Montir Sopir Kontraktor/ Konsultan Tukang Kayu Tukang Batu Peternak Guru Swasta Tukang Becak Pengrajin/ home industri Jumlah
Jumlah (jiwa)
Persentase
804 331 456 159 25 5 8 2 31 2 102 292 9 3 12 10
35,72 14,70 20,26 7,06 1,11 0,22 0.36 0,08 1,38 0,08 4,53 12,97 0,40 0,13 0,53 0,44
2251
100
Sumber : Daftar Potensi Desa Jebed Selatan, 2006
Melihat Tabel 7, sebenarnya mata pencahariannya bersifat heterogen, akan tetapi melihat masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani dan petani lebih
36 dominan (buruh tani sebanyak 804 orang atau sekitar 35,72 % dan petani yaitu 456 orang atau sekitar 20,26 %) menjadikan mata pencaharian tersebut lebih bersifat homogen. Hal tersebut juga dipengaruhi ketersediaan lahan sawah (seluas 152,448 hektar atau sekitar 82,95 % dari luas wilayah desa yaitu 183,773 hektar) yang mendominasi wilayah Desa Jebed Selatan. Dalam hal ini, kaitan mata pencaharian dengan program Promosi Kesehatan adalah penerapan strategi Promosi Kesehatan pada tempat kerja yang ada di Desa Jebed Selatan. Dengan tersedianya lahan sawah yang mencapai 82,95 % dari luas wilayah desa dan banyaknya mata pencaharian petani dan buruh tani yang ada di desa tersebut, maka penerapan strategi Promosi Kesehatan lebih diutamakan pada tempat kerja yang ada di sawah dan ladang.
4.4 Struktur Komunitas Struktur sosial pada suatu komunitas dapat ditinjau dari beberapa aspek : 1. Pelapisan Sosial. Ada dua cara terbentuknya pelapisan sosial dalam masyarakat, yaitu : pertama, pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya dan kedua, pelapisan sosial yang terjadi dengan sengaja, akan tetapi kedua cara tersebut terbentuk karena untuk mengejar suatu tujuan bersama. Di Desa Jebed Selatan pelapisan sosial penduduk dapat dilihat berdasarkan fisik, seperti : bangunan perumahan dan jenis mata pencaharian, maupun non fisik, seperti : alasan pembentukan kelompok (kelompok tani, kelompok pengajian, kelompok paguyuban rukun kematian). Berikut pengkaji uraikan pelapisan sosial di Desa Jebed Selatan berdasarkan pembentukan kelompok. a) Kelompok Tani, kelompok ini mempunyai tempat tersendiri dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti ketika berembug masalah air, hasil panen, mau membeli pupuk dan obat, mulai menggarap sawah dan sebagainya. Kelompok ini masih sangat eksis keberadaan/ kegiatannya di Desa Jebed Selatan, sehingga apabila mereka akan menjual padinya, para spekulan/pembeli padi tidak mudah menentukan harga tanpa melalui persetujuan para kelompok tani.
37 b) Kelompok Pengajian, kelompok ini sangat dominan kegiatannya di masyarakat, manakala ada kegiatan kerohanian, orang meninggal, hajatan/ selamatan orang meninggal dan kegiatan rutin yang bernuansa keagamaan (Islam). Kelompok ini mempunyai kepengurusan di tiap dusun, sehingga sangat mengakar program-programnya bahkan karena mayoritas dari jumlah penduduk Desa Jebed Selatan sebanyak 6924 orang, 99,78 % atau sebanyak 6919 orang mayoritas memeluk agama Islam maka hampir setiap ada kegiatan dan hajatan apapun di masyarakat selalu melibatkan kelompok ini seperti pengajian, membaca Al-Qur’an, yasinan dan tahlilan bersama. c) Kelompok Paguyuban Rukun Kematian, kelompok ini sangat besar andilnya apabila ada salah satu anggota masyarakat yang meninggal. Sebab hampir semua masyarakat Desa Jebed Selatan selalu membutuhkan kerja sama dengan kelompok tersebut dan sudah tiap dusun sudah mempunyai kelompok tersebut. 2. Unsur Utama Pelapisan Sosial dan Sumber Kepemimpinan Pelapisan sosial terjadi karena adanya penghargaan terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu di Desa Jebed Selatan dicirikan pada : a) Kekayaan yang dimiliki; b) Pekerjaan/ jabatan; c) Pendidikan formal yang ditempuh; d) Keaktifan dalam kegiatan keagamaan/ kemasyarakatan. Dalam kehidupan masyarakat di Desa Jebed Selatan mereka yang menjadi PNS/TNI/Polri, perangkat desa, orang-orang kaya dan pengurus organisasi lokal/ kelembagaan desa serta para ustadz pengelola masjid, pada umumnya mereka menempati lapisan paling tinggi. Kelompok ini pada umumnya menempati level diatas maupun di depan baik dalam pengambilan kebijakan maupun posisi duduk ketika ada pertemuan. Peran kelompok ini masih dominan dalam berbagai kegiatan di Desa Jebed Selatan. Berdasarkan hasil dari pengamatan dan wawancara dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Jebed Selatan memberikan dukungan dan kepercayaan
38 penuh bagi pemimpin yang telah memiliki kepedulian terhadap masalahmasalah yang ada di dalam masyarakat. Kepemimpinan formal baik kepala desa, tokoh agama, perangkat desa dan PNS masih menjadi simbol karismatik. 3. Jejaring Sosial dalam Komunitas dan diluar Komunitas. Dalam membuat kebijakan dan program yang melibatkan berbagai pihak yang berbeda-beda kepentingannya dan mungkin juga berbeda-beda dalam tingkatan pengambilan keputusannya sehingga memerlukan mekanisme yang tepat. Salah satu mekanisme yang memiliki fleksibilitas dan sekaligus menjamin efisiensi adalah melalui pembentukan jejaring (networking) dengan berbagai pihak. Menurut Tonny dalam Titik dan Yusman (2006), jejaring ini kemudian dibangun berlandaskan prinsip-prinsip kesetaraan, transparansi, kejujuran, integrasi dan dedikasi untuk mencapai tujuan bersama. Jejaring yang terbentuk dapat bersifat horizontal maupun vertikal. Jjejaring sosial yang bersifat horinzontal adalah hubungan kerjasama yang dilakukan dalam komunitas, dalam hal ini adalah hubungan kerjasama antar kelompok tani dan antar kelompok pengajian. Sedangkan jejaring sosial yang bersifat vertikal adalah hubungan kerjasama yang dilakukan diluar komunitas, dalam hal ini adalah hubungan kerjasama dengan pengusaha konveksi di Kabupaten tetangga dalam membuka lapangan pekerjaan. Dalam pelayanan masyarakat jejaring yang ada yaitu horizontal yang terbentuk antara masyarakat dan bidan desa/ kader kesehatan.
4.5 Organisasi dan Kelembagaan Dari hasil pantauan di lapangan dan hasil wawancara dengan tokoh salah satu kelompok, dapat diketahui bahwa organisasi lokal di Desa Jebed Selatan memiliki karakteristik sebagai berikut 1) Bentuk Kelembagaan Lokal Kelembagaan yang didirikan oleh masyarakat setempat pada lingkup wilayah tertentu (RT, RW, Dusun, kampung, desa/kelurahan) cukup bervariasi, seperti majelis ta’lim/ kelompok pengajian/ kelompok yasinan, paguyuban warga/ kelompok
dasawisma/
perkumpulan
arisan,
ikatan
pemuda
perkumpulan kematian, kelompok kesenian, perkumpulan olah raga.
masjid,
39 Adapun cara pembentukan organisasi ada dua. Pertama, berdiri secara alamiah berdasarkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, seperti majelis ta’lim/ kelompok pengajian/ kelompok yasinan, kelompok dasawisma/ perkumpulan arisan, kelompok karawitan. Organisasi ini
cenderung
bisa
beradaptasi
dengan
kemampuan
lokal,
dengan
mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya lokal, tradisi serta sumberdaya lokal. Kedua, perkumpulan yang pembentukannya diprakarsai oleh pemerintah. Organisasi ini merupakan kepanjangan tangan pemerintah kepada masyarakat, seperti Karang Taruna, PKK dan Posyandu. 2) Kegiatan Kelembagaan Lokal Pengamatan terhadap kegiatan kelembagaan lokal ini perlu dilakukan, dalam upaya mengidentifikasi bidang-bidang apa saja yang telah dilaksanakan oleh kelembagaan lokal, dan seberapa besar aktivitas di bidang kesejahteraan sosial menjadi perhatian kelembagaan lokal. Dengan pengetahuan mengenai jenis kegiatan, dapat diketahui besarnya kontribusi kelembagaan lokal tersebut di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang kesejahteraan sosial. Kegiatan kelembagaan lokal di Desa Jebed Selatan cukup bervariasi sesuai dengan tujuannya. Dari informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, kegiatan kelembagaan lokal dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok. a) Kegiatan dalam upaya memperkuat lembaga adat/ kebudayaan, yang meliputi mengurus tata cara pernikahan sesuai adat dan pelaksanaan kegiatan sunatan. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelembagaan lokal tersebut di atas
menggambarkan,
bahwa
kegiatan
kelembagaan
lokal
telah
menjangkau permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan manusia dalam lingkup kebudayaan lokal. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk memelihara nilai sosial budaya sebagai potensi lokal. b) Pengembangan kegiatan olah raga dan kesenian, seperti : rebana/ qosidah, karawitan dan sepak bola. Kesenian dan olah raga perlu dipahami sebagai bagian dari kebudayaan bangsa. Oleh karena itu, komitmen terhadap pembangunan masyarakat
40 tidak dapat mengabaikan kesenian dan olah raga yang dikembangkan oleh masyarakat lokal. c) Kegiatan keagamaan, seperti pengajian/ yasinan, peringatan Hari Besar Agama, pengumpulan dan penyembelihan hewan qurban, sunatan masal, pengelolaan
Taman
Pendidikan
Al
Qur’an
dan
pengurusan
kematian/jenazah. Kegiatan keagamaan terkait dengan persoalan mental atau moral. Dari sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi di bidang keagamaan tersebut, menunjukkan bahwa aspek moral menjadi perhatian sebagian besar organisasi lokal. Organisasi lokal tersebut memiliki kegiatan keagamaan yang menjangkau berbagai kebutuhan masyarakat, baik sebagai individu maupun kolektivitas. d) Kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, seperti pengrajin kue, pertukangan, usaha menjahit dan bengkel. Kegiatan ini menggambarkan bahwa organisasi lokal di samping melaksanakan
kegiatan
di
bidang
sosial
dan
keagamaan,
juga
melaksanakan kegiatan di bidang ekonomi. Dilihat dari jenis-jenis kegiatannya, pada umumnya kegiatan ekonomis ini berpihak pada ekonomi kerakyatan.
4.6 Sumberdaya Lokal Menurut Rusli (1996) ada beberapa faktor penting yang sangat berhubungan dengan daya dukung (carrying capacity), yaitu natural resources (iklim dan lingkungan), teknologi dan organisasi/kelembagaan. Berdasarkan faktor-faktor di atas, hubungan antara masyarakat Desa Jebed Selatan dengan lingkungannya sangat erat. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar mata pencaharian yang ada di Desa Jebed Selatan adalah petani dan buruh tani, jadi dapat dilihat bagaimana natural resources (iklim dan lingkungan) mampu mendukung kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat secara terus menerus. Selain itu pengkaji juga melihat adanya hubungan saling menguntungkan (mutualisme) antara lingkungan dengan masyarakat, jadi dalam hal ini bukan hanya lingkungan saja yang memberikan dukungan kepada masyarakat desa tetapi sebaliknya
41 masyarakat
desa
juga
memberikan
dukungannya
dengan
melestarikan
lingkungannya melalui kelembagaan lokal dalam hal ini adalah kelompok tani. Dengan kearifan lokalnya kelompok tani tersebut berusaha membatasi teknologiteknologi pertanian yang nantinya mempunyai dampak yang buruk bagi ketahanan lingkungan. Sumberdaya lokal yang dimiliki oleh Desa Jebed Selatan adalah : 1) Lahan. Lahan adalah sumberdaya yang paling dapat dikontrol oleh komunitas, selain itu lahan juga sangat potensial untuk menggerakkan vitalitas ekonomi komunitas. Di pedesaan lahan adalah asset produktif yang sangat penting untuk mempertahankan mata pencaharian. Akses dalam lahan penting bagi kesejahteraan rumah tangga, pertumbuhan ekonomi dan bagi penurunan kemiskinan secara berkelanjutan. Desa Jebed Selatan memiliki luas wilayah 183,773 Ha sedangkan dalam penggunaan lahannya antara lain untuk tanah sawah dengan irigasi teknis sebesar 82,95 % atau 152,448 hektar dan untuk tanah kering sebesar 6,98 % atau 12,825 hektar. Berdasar luas penguasaan lahan, rata-rata petani di Desa Jebed Selatan dapat digolongkan sebagai petani lapisan menengah karena kepemilikan lahannya antara 0,25 hektar – 0,5 hektar. Tetapi bagi penduduk yang memiliki luas lahan > 1 hektar lebih banyak mempekerjakan buruh tani. Air juga merupakan sumberdaya lokal yang penting. Di Desa Jebed Selatan sendiri terdapat 2 aliran sungai, yaitu sungai Elon dan sungai Songot yang kondisinya tidak tercemar oleh limbah pabrik atau rumah tangga, hanya saja sungai Elon kondisi airnya keruh. Aliran irigasi di Desa Jebed Selatan memiliki 2 buah pintu air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lahan sawah sehingga mampu menopang kehidupan para petani sawah. 2) Tenaga Kerja. Dalam mewujudkan keberhasilan suatu pembangunan salah satu modalnya adalah tersedianya tenaga kerja yang terampil. Bukan hanya terampil tetapi tenaga kerja tersebut harus mempunyai kemampuan dalam pendidikan. Permasalahannya di Desa Jebed Selatan sangat susah mendapatkan tenaga kerja yang kualitas pendidikannya tinggi dan mempunyai ketrampilan. Hal tersebut diperkuat dari data tingkat pendidikan, yang menyatakan bahwa
42 masyarakat Desa Jebed Selatan yang masuk usia angkatan kerja (15 – 64 tahun) tingkat pendidikannya masih tergolong rendah (SLTP ke bawah). Hambatan tersebut yang membuat sebagian besar masyarakat Desa Jebed Selatan yang masuk usia angkatan kerja masih bertumpu pada sektor pertanian. Mereka adalah buruh tani dan petani, yang sebagian besar merupakan golongan tenaga kerja tak terampil atau semi terampil dalam arti yang memiliki pendidikan rendah.
4.7 Masalah Sosial Berdasarkan informasi dari beberapa pihak dan berdasarkan data sekunder, dapat diperoleh adanya beberapa masalah sosial yang ada di Desa Jebed Selatan, sebagai berikut. 1) Keluarga Miskin. Desa Jebed Selatan mempunyai jumlah keluarga miskin berdasarkan data dari penerima bantuan Raskin sebanyak 1482 KK yang tersebar : Dusun Karang Talun : 108 KK, Dusun Silanjar : 244 KK, Dusun Gedugan : 329 KK, Dusun Karang Sembung : 389 KK dan Dusun Kuwungan : 412 KK. Melihat masih tingginya jumlah keluarga miskin di Desa Jebed Selatan, isu-isu yang dapat diangkat adalah status kesehatan dan kondisi tempat tinggal keluarga miskin tersebut. Data keluarga miskin seperti ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Jumlah Keluarga Miskin Tiap Dusun 500 Dusun Karang Talun
400
Dusun S ilanjar 300 Dusun Gedugan 200 Dusun Karang S embung 100
Dusun Kuwungan
0 Keluarga Miskin
Sumber : Daftar Isian Potensi Desa, 2006.
43 2) Penyandang Cacat. Berdasarkan Daftar Isian Potensi Desa untuk penyandang cacat yang ada di Desa Jebed Selatan, sebagai berikut : a) cacat netra
: dua orang
b) cacat rungu dan wicara : sepuluh orang c) cacat mental
: dua orang
d) lumpuh
: satu orang
Berdasarkan data di atas, menjadi suatu tanggung jawab bersama untuk memberikan perhatian khusus melalui keluarga dan masyarakat sekitar serta memberikan wadah apresiasi tersendiri agar penyandang cacat bisa mengekspresikan keinginannya dan mengembangkan kreativitasnya.
4.8 Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga Untuk mengetahui sikap dan perilaku masyarakat Desa Jebed Selatan terhadap kesehatan maka diperlukan kajian PHBS di tingkat rumah tangga. Pada pengkajian PHBS di tingkat rumah tangga dilakukan identifikasi terhadap 16 indikator tentang sikap dan perilaku kesehatan. Dari hasil pengkajian PHBS tingkat rumah tangga didapat jumlah responden sebanyak 50 responden. Dalam kajian ini yang dijadikan sebagai responden adalah anggota rumah tangga/ Kepala Keluarga (KK). Jumlah responden tersebut dipilih dengan pertimbangan dapat memberikan data yang lebih lengkap dan valid. Dalam menentukan jumlah responden dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf redundancy (data sudah jenuh dan responden tidak bisa memberikan informasi yang baru). Penentuan tersebut juga menjadi pertimbangan Pengkaji, penambahan responden akan dihentikan manakala datanya sudah jenuh dan sudah tidak variatif Berikut hasil pengkajian PHBS tingkat rumah tangga : 1. Rumah Tangga Bebas Asap Rokok/ Tidak Merokok. Rumah tangga bebas asap rokok didefinisikan anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama satu bulan terakhir. Berdasarkan definisi tersebut, rumah tangga yang bebas dari asap rokok di Desa Jebed Selatan baru
44 mencapai 10 % atau lima responden. Belum ada target untuk pencapaian rumah tangga bebas asap rokok, akan tetapi bila dibandingkan dengan target rumah tangga sehat secara nasional sebesar 65 %. Maka pencapaian rumah tangga bebas asap rokok masih sangat rendah. 2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang dipersyaratkan adalah dilakukan oleh Bidan dan Dokter Kandungan. Dari 50 responden, anggota keluarga yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan hanya tujuh responden atau hanya 14 %. Capaian tersebut masih di bawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten Pemalang 2010 sebesar 90 %. 3. ASI Eksklusif. ASI Eksklusif di definisikan bahwa bayi hanya diberi ASI (Air Susu Ibu) saja sejak usia 0-6 bulan. Dari 50 responden hanya tujuh responden yang pernah memberikan ASI kepada bayinya selama enam bulan atau hanya 14 %. Capaian hasil tersebut masih jauh di bawah target SPM Kabupaten Pemalang 2010 sebesar 80 %. 4. Rumah Tangga Bebas Miras/ Narkoba. Anggota keluarga yang tidak menyalahgunakan atau tidak memakai minuman keras dan narkoba. Berdasarkan kondisi di lapangan keluarga yang bebas dari penyalahgunaan dan pemakaian minuman keras saja sudah mencapai 92 % atau 46 responden. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah. 5. Penimbangan Balita. Balita yang ditimbang di sarana pelayanan kesehatan seperti Posyandu minimal delapan kali setahun. Capaian indikator tersebut hanya 11 responden atau 22 %. Apabila dibandingkan dengan target SPM 2010 sebesar 80 % berarti indikator tersebut belum tercapai. 6. Gizi Keluarga Anggota rumah tangga yang mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang. Berdasarkan hasil kajian responden yang memenuhi syarat diatas hanya 20 responden atau 40 % saja.
45 Apabila dibandingkan dengan Program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) sebesar 80 %, capain tersebut belum tercapai. 7. Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Rumah tangga yang menjadi peserta JPK (Askes, Jamsostek dan JPKMM). Jumlah rumah tangga yang sudah menjadi peserta JPK sebanyak 30 responden atau 60 %. Capaian tersebut sudah sesuai dengan target SPM 2010 sebesar 60%. 8. Anggota rumah tangga mencuci tangan dengan sabun. Maksud dari indikator ini adalah anggota rumah tangga yang selalu mencuci tangannya dengan sabun dan air sebelum makan dan setelah buang air besar. Rumah tangga yang mempunyai kebiasaan tersebut sudah mencapai 25 responden atau 50 %. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah 9. Menggosok Gigi Anggota rumah tangga yang menggosok giginya minimal dua kali sehari sebelum tidur dan sesudah makan. Rumah tangga yang sudah mempunyai kebiasaan tersebut mencapai 33 responden atau 66%. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah 10. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Anggota rumah tangga yang rutin memberantas sarang nyamuk minimal seminggu sekali atau rumahnya bebas jentik nyamuk. Rumah tangga yang bebas jentik nyamuk mencapai 28 responden atau sebesar 56 %. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah 11. Jamban Sehat. Jamban yang kondisinya selalu bersih dan rutin dibersihkan seminggu sekali dengan buangan akhirnya menuju septitank yang selalu tertutup. Rumah tangga yang sudah memenuhi kriteria tersebut baru mencapai 25 responden atau sebesar 50 %. Capaian tersebut masih jauh dari target nasional 2010 sebesar 88 %.
46 12. Air Bersih. Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari (minum, masak, mandi dan mencuci). Rumah tangga yang sudah memenuhi kriteria tersebut sudah mencapai 40 responden atau sebesar 80 %. Capaian tersebut sudah mencapai target nasional 2010 sebesar 80 %. 13. Tempat sampah. Capaian rumah tangga yang memiliki dan membuang sampah pada tempatnya sebanyak 24 responden atau sebesar 48 %. Capaian tersebut masih dibawah target nasional 2010 sebesar 85 %. 14. Kepadatan Penghuni. Indikator ini di definisikan sebagai rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m2 per orang). Berdasarkan definisi tersebut jumlah rumah tangga yang memenuhi kriteria sebanyak 37 responden atau 74%. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah 15. Lantai Rumah Anggota rumah tangga yang menempati rumah dengan lantai kedap air (plester, tegel, keramik, kayu) bukan lantai tanah. Capaian indikator tersebut sebanyak 31 responden atau sebesar 62 %. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah 16. Olah raga Anggota keluarga yang berumur 10 tahun ke atas rutin melakukan aktivitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari. Capain pada indikator ini sebanyak 39 responden atau sebesar 78%. Untuk indikator ini tidak terdapat angka target pembanding baik secara nasional maupun daerah
Untuk lebih jelas melihat hasil pengkajian dan urutan peringkat indikator PHBS tingkat rumah tangga di Desa Jebed Selatan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.
47 Gambar 8 Hasil Pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga di Desa Jebed Selatan Berdasarkan Urutan Masalah Tidak Memakai Miras/ Narkoba Air Bersih Olah Raga Kepadatan Penghuni Kebiasaan Gosok Gigi Lantai Rumah JPK Pemberantasan sarang nyamuk Kebiasaan Cuci Tangan Jamban Sehat Tempat Sampah Pemenuhan Gizi Keluarga Timbang Balita Persalinan oleh Nakes Pemberian ASI Eksklusif Tidak Merokok 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Capaian Indikator
Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.
Dari seluruh rumah tangga yang menjadi responden dapat menggambarkan strata rumah tangga sehat dengan melihat hasil pengkajian PHBS tingkat rumah tangga. Berdasarkan rumus yang sudah ditetapkan oleh Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, sebagai berikut : 1. Rumah Tangga Sehat Pratama, adalah rumah tangga yang memenuhi 0-5 indikator dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini sebesar 8 %. 2. Rumah Tangga Sehat Madya, adalah rumah tangga yang memenuhi 6-10 indikator dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini sebesar 72 %. 3. Rumah Tangga Sehat Utama, adalah rumah tangga yang memenuhi 11-15 indikator dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini sebesar 20 %. 4. Rumah Tangga Sehat Paripurna, adalah rumah tangga yang memenuhi secara keseluruhan dari 16 indikator. Capaian di Desa Jebed Selatan pada strata ini sebesar 0 %.
48 Untuk mengetahui pencapaian rumah tangga sehat yang skalanya makro (minimal Desa), maka yang dihitung adalah jumlah rumah tangga sehat utama dan rumah tangga sehat paripurna, sehingga berdasarkan rumus tersebut maka Pencapaian rumah tangga sehat di Desa Jebed Selatan sebesar 20 % dan hanya masuk kategori Strata Sehat Pratama. Apabila dibandingkan dengan target rumah tangga sehat tahun 2010 (SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Pemalang 2010) sebesar 65%, pencapaian rumah tangga sehat di Desa Jebed Selatan masih jauh dari target. Diagram pencapaian rumah tangga sehat seperti ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9 Pencapaian Rumah Tangga Sehat di Desa Jebed Selatan. 80 60 40 20 0
Persentase Rumah Tangga Sehat
Sehat Pratama
8
Sehat Madya
72
Sehat Utama
20
Sehat Paripurna
0
Sumber : Pengkaji, diolah, 2008.
4.9 Ikhtisar Perekonomian di Desa Jebed Selatan didukung oleh sektor pertanian. Ketersediaan lahan sawah yang mencapai 82,95 % dari luas wilayah desa tersebut secara otomatis dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam menyerap tenaga kerja dan sumber penghidupan masyarakat. Lahan dianggap sebagai asset produktif yang sangat penting untuk mempertahankan mata pencaharian. Oleh karena itu, 55,98 % (1260 jiwa) masyarakatnya bekerja sebagai buruh tani dan petani, sehingga dapat dikatakan mata pencahatian masyarakat Desa Jebed Selatan lebih bersifat homogen.
49 Hanya saja permasalahan yang muncul di Desa Jebed Selatan adalah masih rendahnya kualitas pendidikan dan terbatasnya akses pelayanan publik (pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan). Pernyataan tersebut dibuktikan dengan masih rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Desa Jebed Selatan yang sebagian besar adalah SLTP ke bawah (1951 jiwa atau 58,5 %). Keterbatasan mengakses pelayanan publik seperti pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan bagi masyarakat yang mata pencahariannya sebagai buruh tani, petani, tukang batu, tukang kayu dan tukang becak. Semakin mahalnya biaya pendidikan menjadikan keluarga tersebut harus memprioritaskan kebutuhan pangan dibandingkan harus mendapatkan pendidikan yang berkualitas bagi anaknya. Untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan gratis, bagi keluarga miskin masih menjadi kendala, dikarenakan minimnya transportasi dan jarak tempuh yang cukup jauh (menuju Puskesmas Jebed menempuh jarak empat kilometer dan menuju Rumah Sakit Pemerintah menempuh jarak enam kilometer). Kondisi tersebut diatas dapat mempengaruhi sikap dan perilaku hidup sehat di masyarakat Desa Jebed Selatan. Untuk mengetahui sikap dan perilaku hidup sehat masyarakat Desa Jebed Selatan, maka dilakukan pengkajian PHBS Tingkat Rumah Tangga. Dari hasil pengkajian tersebut telah teridentifikasi bahwa mayoritas masyarakat Desa Jebed Selatan terutama ibu rumah tangga dan ibu hamil tingkat pengetahuannya terhadap Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih rendah.