33
PETA SOSIAL KOMUNITAS
Pada Prakek Lapangan I telah dilakukan Pemetaan Sosial di desa Mantaren II dan telah diperoleh sejumlah data dan informasi mengenai kondisi dan permasalahan umum yang dirasakan oleh masyarakat desa Mantaren II. Salah satu permasalahan yang sangat dirasakan oleh masyarakat dan diharapkan akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik yaitu permasalahan kemiskinan. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
Kondisi Geografis dan Potensi Sumber Daya Alam Secara Geografis, Desa Mantaren II terletak sangat strategis karena dilalui dua jalur lalu lintas, yaitu di sebelah timur dilalui jalur lalu lintas darat yang merupakan jalan raya yang menghubungkan antara Kabupaten Kapuas dengan Kabupaten Pulang Pisau dan Ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah yaitu Palangkaraya. Di sebelah barat dilalui jalur lalu lintas air atau sungai Kahayan yang menghubungkan antar Kecamatan di bagian hilir dengan Kecamatan di bagian hulu yaitu Kahayan Hilir dan Kabupaten Pulang Pisau serta Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah Palangkaraya. Kedua jalur lalu lintas tersebut dalam kondisi yang baik dan layak untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana transportasi. Jalur lalu lintas darat atau jalan raya merupakan jalan penghubung antar propinsi. Dengan adanya jalan raya ini sangat memberikan manfaat bagi masyarakat desa Mantaren II maupun masyarakat pada umumnya. Dengan jalan darat ini memberikan kemudahan masyarakat beraktifitas usaha ke luar daerah, di samping itu juga akan memudahkan bagi masyarakat luar untuk masuk ke desa Mantaren II dengan berbagai kepentingan. Di samping dilalui jalan raya, desa Mantaren juga memiliki beberapa jalan desa yang menghubungkan antar RT. Dengan adanya jalan tersebut akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengadakan hubungan atau komunikasi dengan masyarakat lain di desa tersebut.
Kondisi jalan desa
tersebut dalam keadaan baik sehingga dapat dilalui mobil, sepeda motor, maupun sepeda. Oleh karena itu di desa tersebut banyak dijumpai sarana
34
transportasi sepeda motor dan sepeda. Bagi keluarga miskin pada umumnya dalam bepergian menggunakan sepeda atau jalan kaki. Hal ini karena ketidak mampuan memanfaatkan sarana tranportasi darat lainnya seperti jasa ojek atau mobil angkutan umum. Jalur lalu lintas air atau sungai yang melintasi desa Mantaren II sebelah barat adalah sungai Kahayan yang memiliki lebar antara 400 sampai 500 meter. Sungai tersebut merupakan jalur lalu lintas umum yang melintas dan menghubungkan dari muara sungai ke ibu kota Propinsi. Sebagai sarana transportasi jalur sungai ini terdiri dari speed boat, kapal (bus air), alkon, serta kelotok yaitu jenis perahu kecil,
yang merupakan angkutan umum sungai.
Dengan sarana transportasi tersebut dengan mudah masyarakat desa Mantaren II akan keluar bepergian maupun masuknya masyarakat lain ke desa Mantaren II. Bagi masyarakat miskin khususnya, mereka pada umumnya apabila akan bepergian dengan menggunakan sarana transportasi mereka menggunakan bus air atau kelotok karena biaya yang harus dikeluarkan cukup rendah, namun harus bersabar karena dengan kedua jenis kendaraan air tersebut jalannya lamban. Tanah gambut merupakan tanah yang kurang begitu subur untuk lahan pertanian. Di samping tanah yang mengandung gambut tersebut, kondisi tanah juga memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Dalam keadaan tersebut maka untuk dapat manfaatkan sebagai lahan pertanian memerlukan biaya yang tidak sedikit seperti perlu dilakukan penaburan tanah kapur sebelum ditanami guna mengurangi tingkat keasaman. Untuk keperluan itu maka sebagai warga petani harus membeli bahan tersebut. Kemudian juga diperlukan pupuk dan obatobatan pembasmi hama tanaman dan sebagai pembasmi rumput yang harganya sudah tinggi. Bagi masyarakat miskin tentunya mengalami kesulitan dalam mengikuti prkembangan pertanian tersebut. Akibatnya dalam mengelola lahan pertanian tidak dapat secara maksimal. Adapun resiko yang timbul berkaitan dengan pertanian ini antara lain terjadinya kebakaran yang sudah dapat dipastikan akan merusak tanaman. Di samping kondisi tanah gambut, dalam mengelola pertanian juga mengalami kendala masalah pengairan. Karena kondisi tanah pada umumnya diatas permukaan air atau sungai, maka dalam upaya pengairan persawahan hanya mengharapkan pasang surut air sungai. Jika pasang surut air sungai telah
35
melampaui batas normal justeru akan meluap dan menjadi banjir. Jika terjadi luapan air berlebihan maka akan dapat merusak tanaman. Pada umunya dalam usaha pertanian khususnya bercocok tanam padi masyarakat desa Mantaren II hanya mampu sekali dalam setahun. Dengan demikian maka akan sangat menghambat bagi kemajuan ekonomi masyarakat apabila hanya mengharapkan pendapatan dari hasil pertanian. Akibat kondisi tersebut di atas maka kemiskinan masih dijumpai di desa Mantaren II tersebut.
Kondisi Demografis Secara Demografis, desa Mantaren II yang memiliki luas wilayah 1460 ha tersebut terdiri dari delapan RT dan dihuni oleh 1127 penduduk laki-laki, dan 1006 penduduk perempuan , sehingga jumlah seluruh penduduk sebanyak 2133 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 : Jumlah Penduduk desa Mantaren Menurut kelompok umur dan jenis kelamin No
Kelompok Umur (tahun)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
0-4
65
56
121
2
5-9
81
61
142
3
10 – 14
128
113
241
4
15 – 19
125
107
232
5
20 – 24
112
103
215
6
25 – 29
108
94
200
7
30 – 34
99
92
193
8
35 – 39
92
79
171
9
40 – 44
71
67
138
10
45 – 49
64
66
130
11
50 – 54
59
62
121
12
55 – 59
48
44
92
13
60 – 64
42
40
82
65 +
33
22
55
Jumlah
1127
1006
2133
Sumber : Monografi Desa tahun 2005.
36
Tabel tersebut menunjukkan bahwa Penduduk di desa Mantaren II
apabila dilihat dari Usia, maka
tersebut termasuk penduduk muda. Hal ini
karena Jumlah penduduk yang tergolong usia muda menempati posisi yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tua yaitu bahwa penduduk usia tua (45 tahun ke atas ) sebanyak 480 jiwa dan penduduk usia muda yaitu berusia 0 tahun sampai 45 tahun sebanyak 1653 jiwa. Keadaan penduduk yang relatif lebih banyak pada usia muda ini memberikan peluang bahwa secara ketenagakerjaan lebih berpotensi untuk dikembangkan. Apabila digambarkan dalam bentuk Piramida Penduduk, maka keadaan penduduk desa Mantaren II menurut jenis kelamin adalah sebagaimana tampak pada gambar 2.
Laki-laki
Perempuan
65 ke atas 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 14
12 10
8
6
4
2
0
2
4
6
8
10
12 14
Keterangan : Skala 1 : 100 orang. Gambar 2 Piramida Penduduk desa Mantaren II Berdasarkan piramida penduduk di atas terlihat bahwa kelompok umur balita menunjukkan jumlah yang kecil. Kemudian pada kelompok umur Produktif yaitu antara umur 15 – 64 tahun terlihat cukup besar, sedang pada kelompok umur lansia kembali kecil. Dengan demikian desa Mantaren II merupakan desa yang potensial untuk dikembangkan apabila dilihat dari aspek Kependudukan, yaitu karena sebagian besar penduduk berada pada usia produktif.
37
Berdasarkan data di atas, dari jumlah seluruh penduduk sebanyak 2133 jiwa maka jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun sebanyak 1574 jiwa (73,79 %), dan selebihnya sebanyak 559 jiwa (26,20 %) termasuk kelompok umur yang tidak produktif . Penduduk dalam kategori Kelompok Usia Produktif merupakan salah satu potensi yang akan dapat mendukung kemajuan desa apabila dikembangkan. Namun akan menjadi beban tanggungan yang berat jika kondisi tersebut tidak mengalami perubahan yang cenderung maju dan berkembang. Jika digambarkan, maka kondisi Penduduk Usia Produktif dan tidak produktif tersebut adalah seperti gambar 3 . 26%
Produktif Non Produktif
74%
Gambar 3 Penduduk Usia Produktif dan Tidak Produktif Berdasarkan gambar di atas, maka terlihat bahwa rasio beban tanggungan tidak terlalu besar, karena beban rasio merupakan perbandingan jumlah penduduk usia produktif terhadap jumlah penduduk usia non produktif. Namun demikian, dari usia produktif tersebut terdapat pula penduduk yang tergolong kriteria miskin, dengan demikian beban tanggungan akan menjadi lebih besar. Kemiskinan tersebut akhirnya akan menjadi satu permasalahan sosial yang harus mendapat perhatian dari berbagai pihak untuk menanganinya. Hal ini menjadi lebih tampak sejak munculnya krisis moneter tahun 1997. Demikian pula di desa Mantaren II tersebut dari 673 Kepala Keluarga (KK) yang tergolong miskin sebanyak 210 Kepala Keluarga (KK) atau 31,2 % dari jumlah KK. Kondisi
atau perbandingan antara
Keluarga tidak miskin dengan
keluarga miskin tersaji pada gambar 4 :
31%
Kaya dan mampu Miskin
69%
Gambar 4 Keluarga Miskin dan Tidak Miskin
38
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, maka penduduk desa Mantaren II termasuk tingkat pendidikan penduduk masih rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berpendidikan Menengah ke bawah yaitu sebanyak 1625 jiwa sedangkan yang berpendidikan Sekolah lanjutan ke atas sebanyak 208 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5: Jumlah Penduduk dan Persentase menurut Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan
Jumlah Penduduk 1640
76,89
%
1
Tidak/belum sekolah
2
Belum tamat SD
225
10,55
3
Tamat SD
10
0,47
4
Tamat SMP
50
2,34
5
Tamat SLTA
200
9,38
6
Akademi/Diploma/SM
6
0,28
7
Sarjana
2
0,09
Jumlah
2133 Jiwa
100 %
Sumber : Monografi desa tahun 2005. Atas dasar tabel di atas bahwa tingkat pendidikan penduduk masih tergolong rendah, di mana jumlah penduduk yang tidak atau belum sekolah sebanyak 1640 yang merupakan kelompok penduduk usia tua dan balita, telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar
sebesar 225 orang, sedangkan yag
tamat SD sebanyak 10 orang serta tamat SMP sebanyak 50 orang. Tingkat pendidikan penduduk tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman terhadap informasi sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang sebih baik sehingga akan berpengaruh pula terhadap penentuan pola hidup terutama mata pencaharian. Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk merupakan salah satu indikator untuk menilai tingkat pendapatan seseorang. Kondisi kemiskinan dikatakan oleh Sulistiati, dkk (2005) pada umumnya disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yang antara lain : 1. Pendidikan yang rendah dan kurang keterampilan. 2. Terbatasnya pendapatan atau penghasilan. 3. Keterbatasan sumberdaya alam. 4. Kondisi alam (tanah) yang kurang mendukung pertanian. 5. Kurang adanya pembinaan.
39
Atas dasar pendapat tersebut bahwa di desa Mantaren II tersebut, tingkat pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi kondisi kemiskinan yaitu dengan terdapatnya jumlah angka penduduk berpendidikan rendah yaitu belum atau tidak tamat SD sebanyak 225 Jiwa atau 45,6 % dari jum;ah penduduk. Disamping memiliki pendidikan yang rendah, mereka juga kurang memiliki ketarampilan, sehingga sangat sulit untuk mengembangkan potensi dirinya. Jika dilihat dari daya dukung sumber daya alam, desa Mantaren II memiliki luas wilayah 1460 ha yang terbagi menjadi lahan sawah seluas 604 ha, ladang 633 ha, kebun, 97 ha, atau seluas 1334 ha (92,4 %) dari seluruh luas lahan desa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 . Tabel 6: Penggunaan dan Luas Lahan Desa Mantaren II Tahun 2005. No
Penggunaan lahan/Tanah Desa
Luas (ha)
%
1
Sawah
604
42,4
2
Ladang
633
43,4
3
Pekarangan
104
7,1
4
Kebun
97
6,6
5
Lain-lain (Fasilitas umum)
22
1,5
Jumlah
1460
100
Sumber : Monografi Desa Tahun 2005. Berdasarkan tabel di atas, penggunaan lahan atau tanah desa untuk sawah dan ladang merupakan penggunaan paling besar atau paling luas yaitu 633 ha dan 604 ha. Namun demikian hal ini tidak berarti dominan dalam mendukung perekonomian masyarakat. Hal ini disebabkan karena kondisi lahan yang mengandung gambut dan pasang surut, sehingga kurang dapat mengahasilkan untuk produksi pertanian.
Sistem Ekonomi Dalam rangka memenuhi kehidupan sehari-hari penduduk desa Mantaren II, memiliki pola mata pencaharian yang heterogen. Pada umumnya mata pencaharian pokok penduduk desa Mantaren II kurang lebih 85 % sebagai petani. Pola nafkah ganda banyak berlaku di desa tersebut, bahwa di samping bertani, masyarakat petani tersebut juga membuka peluang usaha lain yang
40
dapat meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan keluarganya. Pola nafkah ganda tersebut seperti tukang kayu/batu yang dilaksanakan secara musiman dan hanya jika diperlukan oleh orang lain. Sedangkan usaha seperti tukang ojek, bengkel, pembuatan batu bata, pembuatan batako, usaha industri makanan, penjual sayur keliling, beternak, membuka warung kecil-kecilan dilaksanakan setiap hari. Namun demikian, pola nafkah ganda tersebut kebanyakan dilakukan terbatas di dalam desa tersebut, kecuali pedagang sayur keliling yang yang dilakukan oleh para ibu-ibu dan menjajakan dagangannya sampai ke desa-desa tetangga yang mereka berangkat pada pagi hari dan pada siang hari sudah kembali, sehingga masyarakat di samping bekerja sebagai petani di sawah dapat melakukan usaha sampingan tersebut. Secara rinci , penduduk desa Mantaren II berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 : Penduduk Desa Mantaren II Menurut Mata PencaharianTahun 2005 No
Mata Pencaharian
Jumlah
%
1
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
25
1,7
2
Pensiunan
9
0,6
3
Karyawan Pabrik
2
0,1
4
Pedagang Kelontongan
25
17
5
Pedagang Sayur Keliling
70
4,8
6
Bengkel Sepeda/Motor
5
0,3
7
Jasa Ojek
42
2,9
8
Usaha Kecil Pemb. Batu Bata, Batako, Genteng
22
1,5
9
Usaha Kecil Pembuatan Makanan
13
0,9
10
Petani
1257
85,51
1470
100
Jumlah Sumber : Monografi Desa Tahun 2005.
Tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk sebagai petani merupakan mata pencaharian pokok dan dominan bagi penduduk desa yaitu sebesar 1257 petani dari total penduduk berusia 17 tahun ke atas. Di antar jumlah tersebut sebanyak 210 keluarga tergolong sebagai keluarga miskin. Kemiskinan yang terjadi lebih disebabkan oleh karena faktor alam, yaitu bahwa kondisi lahan sawah dan ladang yang kurang mendukung untuk usaha di bidang pertanian. Produk dari usaha pertanian yang menonjol adalah sayuran, singkong,
41
serta padi. Namun jika dilihat dari hasilnya masih sdangat terbatas karena faktor tanah yang kurang subur sehingga hasilnya juga kurang memuaskan. Seperti padi, sesuai dengan kondisi alam maka selama satu tahun hanya dapat menanam satu kali musim tanam. Desa Mantaren II yang memilki berbagai potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, berbagai jenis mata pencaharian, dan pendidikan masyarakat yang patut untuk dikembangkan dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian berdasarkan hasil kajian ternyata pengelolaan sumber-sumber tersebut belum maksimal sehingga masih terdapatnya keluarga-keluarga yang tergolong miskin. Hal ini karena tidak berdayanya mereka mengelola sumber-sumber yang tersedia di lingkungannya. Bagi mereka yang mampu memanfaatkan sumber dan potensi tersebut dengan baik maka akan membawa pengaruh kepada peningkatan kesejahteraan keluarganya. Dan sebaliknya semakin mereka tidak mampu mengelola potensi dan
sumber
tersebut
maka
akan
semakin
menurun
pula
tingkat
kesejahteraannya. Karena dalam pengelolaan lahan, keterampilan, pendidikan, kesehatan, dan pendapatan yang berbeda-beda, maka tingkat kesejahteraannya akan berbeda pula.
Tahapan keluarga sejahtera tersebut mencerminkan
tingkatan kesejahteraan keluarga yang ada di desa Mantaren II. Berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2006 diperoleh data tingkat atau tahapan keluarga sejahtera sebagaimana tampak pada Tabel 8. Tabel 8 : Tahapan Keluarga Sejahtera Desa Mantaren II Tahun 2005 No
Tahapan Keluarga Sejahtera
1
Keluarga Pra Sejahtera
2
Jumlah KK
Persentase
17
2,53
Keluarga Sejahtera Tahap I
193
28,68
3
Keluarga Sejahtera Tahap II
427
63,45
4
Keluarga Sejahtera Tahap III
28
4,16
5
Keluarga Sejahtera Tahap IIII Plus
8
1,19
Jumlah
673
100
Sumber : Monografi Desa/Pendataan tahun 2005. Tabel di atas menggambarkan bahwa golongan keluarga miskin sebanyak 210 keluarga atau 31,2 % dari673 keluarga yang ada.
Golongan
keluarga miskin tersebut adalah mereka yang termasuk dalam kategori keluarga
42
Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap I. Mereka dikategorikan sebagai keluarga miskin karena secara ekonomi pada umumnya mereka belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Sedangkan keluarga sejahtera tahap II merupakan jumlah terbanyak yaitu sejumlah 427 keluarga atau 63,42 %. Keluarga tersebut dikategorikan sebagai keluarga yang sedang atau menengah secara ekonomi maupun sosialnya. Tahapan keluarga selanjutnya adalah mereka yang tergolong keluarga kaya yaitu terdapat pada tahapan keluarga sejahtera tahap III dan Keluarga sejahtera tahap III Plus. Terdapat sebanyak 36 keluarga atau 5,35 % dari jumlah keluarga yang ada. Mereka adalah keluarga yang mampu atau kaya baik secara ekonomi maupun sosial dalam kegiatankegiatan kemasyarakatan. Apabila digambarkan adalah sebagai berikut : 427
450 400 350 300 250 193 200 150 100 50
28
17
8
0 PRA KS
KS I
KS II
KS III
KS III PLUS
Gambar 5 Tahapan Keluarga Sejahtera Desa Mentaren II
Struktur Komunitas Di desa Mantaren II terdapat beberapa penggolongan atau pelapisan sosial masyarakat yang terdiri sebagai berikut : a. Penggolongan berdasarkan kehormatan atau kedudukan formal. Golongan ini terdiri dari Kepala desa dan perangkatnya,
Kepala
sekolah, Bidan desa dan perawat, dan PPL pertanian. Di antara golongan atau pelapisan sosial tersebut telah terjadi adanya nteraksi dan hubungan kerja yang baik di antara mereka. Bagi masyarakat, dalam memandang atau menghormati mereka pada umumnya didasarkan atas peran dan fungsi
43
mereka di dalam masyarakat. Oleh karena itu secara berurutan, peringkat paling dihormati oleh masyarakat atas peran dan fungsinya dapat dibuat urutan peringkat sebagai berikut : Pertama ; Kepala desa dan perangkatnya. Golongan
ini
dihormati
karena masyarakat desa Mantaren II pada umumnya taat dan patuh kepada pimpinan formal. Di samping itu masyarakat secara umum juga patuh terhadap nilai-nilai dan norma-norma, sedangkan nilai dan norma tersebut dikendalikan oleh kepala desa beserta perangkatnya. Kedua ; Bidan desa dan perawat.
Golongan ini dihormati karena jasa-
jasanya kepada masyarakat dalam bidang kesehatan.Sementara itu ketergantungan masyarakat akan kebutuhan kesehatan sangat tinggi. Ketiga ; Kepala Sekolah. Kepala sekolah sangat dihormati karena jasa mereka yang tidak ternilai harganya. Mereka telah mampu memajukan para generasi muda dalam bidang pendidikan. Tanpa jasa mereka maka pendidikan masyarakat akan menurun dan tidak akan menjadi masyarakat yang maju. Keempat ; PPL Pertanian. Keberadaan PPL pertanian di desa menjadi penting artinya bagi masyarakat karena dengan PPL tersebut masyarakat dapat berkonsultasi dan bertukar pengalaman seputar masalah pertanian yang menjadi mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat. b. Penggolongan berdasarkan karena budaya atau agama. Golongan ini terdiri dari Tokoh agama atau alim ulama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda. Masyarakat menghormati golongan ini karena peran danfungsinya yang sangat besar di dalam kehidupan masyarakat. Secara berurutan, tingkat penghormatan masyarakat sebagai berikut : Pertama ; Tokoh agama atau alim ulama. Mereka paling dihormati oleh masyarakat. Tokoh agama atau para alim ulama tersebut oleh masyarakat dijadikan panutan karena kelebihan pengetahuan yang mereka miliki di bidang agama. Di samping itu mereka juga sangat berperan bagi masyarakat apabila terjadi konflik di antara warga masyarakat. Oleh karena itu tokoh tersebut juga disegani oleh sebagian besar masyarakat. Dengan melalui kegiatan-kegiatan
pengajian
atau
yasinan
para
tokoh
agama
ini
44
menyampaikan ajaran-ajaran agama dimaksudkan untuk dapat dijalankan oleh masyarakat sebagai kontrol dalam kehidupan sehari-hari. Kedua ; Tokoh Masyarakat. Tokoh masyarakat merupakan tokoh yang dituakan dandijadikan sesepuh oleh masyarakat. Tokoh masyarakat ini terdiri dari para pensiunan dan mantan kepala desa. Kepada mereka ini masyarakat biasa mengadu apabila mengalami permasalahan di desa. Di samping itu tokoh ini juga sering dijadikan tempat untuk menimba pengalaman bagi masyarakat. Apabila terjadi permasalahan di desa, tokoh masyarakat ini juga selalu dilibatkan karena pada umumnya para tokoh masyarakat mempunyai pandangan-pandangan yang positif. Oleh karena itu keberadaan tokoh masyarakat di desa menjadi sangat penting . Ketiga ; Tokoh Pemuda. Golongan ini adalah orang-orang yang menjadi penggerak bagi generasi muda. Tokoh pemuda ini dihormati karena perannya yang besar dalam melakukan pembinaan generasi muda. Atas peran mereka ini juga maka di desa Mantaren II dapatditekan tingkat kenakalan remaja. Bahkan dapat membina generasi muda dalam bidang keterampilan usaha dengan mengirimkan para pemuda untuk mengikuti pelatihan ketrampilan. c. Penggolongan berdasarkan pendidikan atau intelektual. Golongan ini merupakan Golongan masyarakat
yang dihormati
masyarakat karena dipandang dan diangap memiliki kelebihan ilmu pengetahuan dibanding dengan masyarakat pada umumnya di desa. Namun demikian bukan berarti di antara mereka terjadi kesenjangan atau adanya jarak antara kelompok tersebut dengan masyarakat. Termasuk dalam golongan ini adalah para guru maupun masyarakat yang memeiliki pendidikan tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari mereka saling berbaur dalam aktifitas sehari-hari baik dalam kegiatan-kegiatan yasinan, gotong royong,dan sebagainya. Oleh karena itu mereka saling berdampingan dan saling dapat mengisi dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. d. Golongan berdasarkan kekayaan. Penggolongan berdasarkan kekayaan ini dapat dibedakan dalam tiga golongan sebagai berikut :
45
Golongan kaya; Golongan masyarakat ini jumlahnya tidak begitubanyak. Mereka bertempat tinggal secara menyebar di pelosok desa. Mereka dikategorikan kaya karena secara ekonomi telah mapan dan bahkan mempunyai kelebihan sehingga mereka mampu dan aktif dalam kegiatankegiatan sosial seperti memberikan sumbangan atau donatur dalam kegiatan pembangunan fasilitas umum seperti tempat ibadah. Golongan ini sangat dihormati oleh sebagian besar masyarakat. Terlebih bagi golongan miskin karena ketergantungan masyarakat miskin terhadap golongan kaya sangat tinggi seperti menjadi buruh . Kelompok kaya atau yang dianggap kaya di desa berkedudukan dan bertempat tinggal secara tersebar di setiap penjuru desa. Mereka dianggap memiliki kekayaan lebih dibanding dengan masyarakat pada umumnya. Dalam kehidupan sehari-harinya mereka hidup bersama-sama dan saling memerlukan satu sama lain. Antara yang kaya dengan yang miskin dalam kehidupan bermasyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama tanpa ada perbedaan antar hak dan kewajiban dalam kehidupan kemasyarakatan. Disamping itu di desa tersebut tidak terjadi penekanan-penekanan tertentu oleh si kaya. Bahkan kegiatan rentinirpun tidak ditemui di desa Mantaren II. Bahkan sikap kegotong royongan dan tolong menolong sangat akrab dengan kehidupan mereka. Golongan menengah; Termasuk dalam golongan ini adalah mereka yang secara ekonomi dalam posisi sedang, namun tingkat ketergantungan kepada golongan kaya cukup kecil. Secara ekonomi mereka dapat dikatan mapan dan mandiri karena telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara normal, namun pada umumnya belum mampu secara rutin memberikan sumbangan atau kegiatan sosial bagi kepentingan umum. Golongan bawah atau miskin; Golongan atau kelompok orang miskin atau kurang mampu di desa Mantaren II tersebut merupakan golongan buruh bagi orang-orang yang dianggap kaya atau mampu. Di samping kriteria tersebut sebagai golongan orang miskin atau keluarga miskin, mereka yang menurut masyarakat tidak mengalami perbaikan ekonomi dalam waktu yang cukup lama, artinya secara ekonomi mereka selalu ketinggalan dengan yang lainnya. Tingkat ketergantungan golongan ini sangat tinggi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jumlah golongan miskin tersebut cukup banyak yaitu mencapai 210 keluarga dari 673 keluarga yang ada.
46
Dalam kehidupan sehari-hari di antara pelapisan masyarakat tersebut tidak menimbulkan adanya kesenjangan yang mencolok dengan masyarakat, sehingga interaksi sosial dapat berjalan dengan lancar sesuai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Kelembagaan dan Organisasi Kelembagaan dipandang sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sekumpulan orang yag memiliki tujuan tertentu dan dapat dipandang pula sebagai Organisasi sosial yang konkrit. Kelembagaan juga dapat diartikan sebagai sistem peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma penting. Oleh karena itu kelembagaan sosial dapat berfungsi sebagai pedoman bagi masyarakat dalam bertindak dan bertingkah laku dalam mempertahankan kehidupan bermasyarakat. Kelembagaan sosial merupakan suatu kompleks atau peraturan-peraturan dan adat-istiadat yag mempertahankan nilai-nilai yag penting (Sukanto, 2000) seperti dikutip Tonny 2005.. Dengan demikian kelembagaan sosial memiliki tujuan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat. Desa Mantaren II sebagi desa yang relatif luas dan berpotensi memiliki berbagai bentuk kelembagaan yang telah tumbuh dan berkembang dengan baik. Lembaga-lembaga tersebut terbagi dalam beberapa sektor atau kepentingannya masing-masing kepentingan. Menurut sektornya kelembagaan dan organisasi yang ada di desa Mantaren II terbagi dalam beberapa sektor komunitas sebagai berikut : Kelembagaan politik yang terdiri dari
Badan Perwakilan Desa (BPD),
beberapa Partai Politik seperti Golongan Karya, PDI P, PKB, PAN, PKS, dan PPP.
Kelembagaan atau organisasi tersebut merupakan kelembagaan yang
berfungsi sebagai penampung aspirasi rakyat sehingga cita-cita atau harapan yang diinginkan dapat tersalurkan. Di samping itu kelembagaan ini juga berfungsi sebagai alat kontrol bagi kinerja pemerintahan desa. Kelembagaan Pemerintah seperti : Pemerintahan Desa, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu, PPL, Pengamat perairan, Sekolah Dasar dan SMP. antara lain : Pemerintahan Desa, Badan Perwakilan Desa (BPD), Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga
(PKK),
Puskesmas
Pembantu,
Poliklinik
Desa
(Polindes), Lembaga Pendidikan TK, SD, SMP. Kelembagaan –kelembagaan ini
47
memiliki fungsi pelayanan kepada masyarakat umum. Di dalam kelembagaan ini terjadi sebuah komunikasi dan interaksi sehingga akan dapat terwujud apa yang diharapkan dari pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan. Berbagai kelembagaan, organisasi, dan kelompok yang ada didesa Mantaren II merupakan fenomena natural yang terdapat di desa yang masih tergolong tradisional dan masih menjunjung tinggi rasa saling menghormati yang tinggi,
kekeluargaan,
kegotong-royongan,
dalam
rangka
menduung
pembangunan desa. Kebersamaan di dalam kelompok atau organisasi menunjukkan adanya proses asosiatif dan sosialisasi di dalam kehidupan masyarakat. Kelembagaan sosial atau kelembagaan kemasyarakatan yang merupakan himpunan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan masyarakat bersifat formal maupun informal, di mana kelembagaan formal merupakan lembagalembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah, dan kelembagaan informal merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk atas inisiatif masyarakat secara bersama-sama sesuai kebutuhan dan kepentingan mereka. Di samping kelembagaan atau organisasi sebagaimana tersebut di atas, di desa Mantaren II terdapat pula kelembagaan sosial lainnya, yang menurut fungsinya
dapat dibedakan menjadi beberapa fungsi kelembagaan yang dapat
dijelaskan sebagai berikut : 1. Fungsi Kerukunan Komunitas. Kelembagaan menurut fungsi kerukunan yang telah terbentuk di desa Mantaren II terdiri dari beberapa kelembagaan seperti Yasinan, Pengajian “Miftakhul Jannah”, Posyandu, dan rukun kematian. Kelembagaan tersebut terbentuk atas dasar kerukunan di antara komunitas di desa. Yasinan; Di desa Mantaren II terdapat beberapa macam Yasinan, yaitu Yasinan bagi kaum perempuan dan yasinan bagi kaum laki-laki. Kelompok yasinan tersebut telah terbentuk pada setiap RT dengan pelaksanaannya setiap minggu sekali. Yasinan Bapak-bapak dilaksanakan pada setiap hari kamis malam yang bertempat secara bergiliran sesuai siapa yang mendapat giliran arisan. Sedangkan Yasinan ibu-ibu dilaksanakan pada hari senin sore hari. Adapun tujuan dari kegiatan yasinan tersebut di samping upaya
meningkatkan
pengetahuan
agama
juga
meningkatkan
rasa
kekeluargaan dan persaudaraan sesama di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
48
Pengajian “Miftakhul Jannah”, merupakan kelembagaan sosial yang bergerak di bidang agama dan ekonomi. Kelembagaan ini terbentuk atas dasar
kesepakatan
masyarakat
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan
kebersamaan antar warga dalam mendalami keagamaan secara lebih luas. Kelompok ini beranggotakan kaum perempuan, dengan kegiatannya di samping pengajian dalam rangka peningkatan pengetahuan agama, juga kegiatan
berbagai macam arisan. Dengan diadakannya arisan tersebut
tujuan utamanya adalah untuk mendidik masyarakat agar mempunyai budaya menabung. Posyandu; merupakan bentuk kelembagaan yang secara struktural telah mengarah ke lembaga formal. Posyandu juga merupakan tempat berkumpulnya masyarakat khususnya para ibu-ibu hamil, dan ibu balita dalam rangka pelayanan kesehatan, penyuluhan, imunisasi. Melalui kegiatan posyandu
ini
masyarakat
banyak
mendapatkan
pengalaman
dan
pengetahuan, serta di antara mereka dapat saling bertukar pikiran, saling meningkatkan rasa persaudaraan. Kegiatan posyandu dilaksanakan setiap bulan sekali, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan posyandu tersebut masyarakat dari berbagai penjuru dapat berkumpul di tempat tersebut. Rukun kematian; Rukun kematian adalah wujud kelembagaan sosial di dalam masyarakat yang mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan sesamanya
dalam
bidang
pengurusan
jenazah
mulai
dari
proses
memandaikan sampai mengantarkan jenazah ke liang lahat. Rukun kematian ini dibentuk
dengan tujuan sebagai peningkatan solidaritas antar warga
dilingkungannya serta membantu meringankan beban bagi keluarga yang ditinggalkan. Dalam perkumpulan ini dana merupakan unsur yang cukup penting guna keperluan kain, tempat penampungan air, dan keperluan lainnya yang berkaitan dengan proses pemakaman jenazah. Oleh karena itu iuran anggota telah dilakukan dalam rangka menghimpun dana. Rukun kematian di desa Mantaren II telah terbentuk sebanyak lima kelompok. Pembentukan ini didasarkan pada lingkungan tempat tinggal, sehingga akan memudahkan dalam kegiatannya. 2. Fungsi kekerabatan. Kelembagaan sosial dilihat dari fungsi kekerabatan yang ada di desa Mantaren II terdiri dari Paguyuban “Ngudi Rahayu”, Perkumpulan kesenian
49
Kuda Lumping, Tayub. Kelembagaan ini dibentuk atas dasar rasa persaudaraan dan kesamaan sosial budaya masyarakat. Paguyuban “Ngudi Rahayu”, adalah bentuk kelembagaan atau organisasi kemasyarakatan yang beranggotakan masyarakat desa Mantaren II. Paguyuban tersebut dibentuk
dengan tujuan untuk mempererat tali
persaudaraan di antara warga yang berasal dari berbagai daerah asal di Jawa. Oleh karena itu dipersatukan dalam bentuk paguyuban “Ngudi Rahayu”. Melalui paguyuban ini pula di antara
anggotanya dapat saling
kenal, menambah tali persaudaraan, menambah keeratan hubungan kekeluargaan. Adapun kegiatan paguyuban tersebut merupakan kegiatan sukarela seperti gotong royong dan
kerja bakti pada umumnya yang
berkaitan dengan pembangunan atau perawatan terhadap fasilitas umum, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Paguyuban tersebut melakukan pertemuan pada setiap tiga bulan sekali guna mempererat tali silaturrahmi, serta membahas rencana kegiatan paguyuban yang akan datang. Bahkan pada menjelang hari-hari besar, paguyuban ini secara sukarela ikut terlibat dalam kegiatan kebersihan kota, seperti pebersihan lingkungan tempat ibadah, pembersihan selokan, dan sebagainya. Perkumpulan kesenian Kuda Lumping. Perkumpulan ini merupakan perkumpulan bagi komunitas yang memiliki kesenangan terhadap kesenian kuda lumping. Perkumpulan kesenian tersebut dibentuk dengan tujuan antara lain untuk mempersatukan masyarakat yang memiliki kegemaran sama yaitu kuda lumping, mempertahankan budaya dan kesenian jawa, memberikan hiburan kepada masyarakat. Melalui perkumpulan kesenian kuda lumping ini maka rasa kekerabatan di antara anggota telah menjadi kekeluargaan yang tinggi. Kegiatan kuda lumping tersebut dilaksanakan biasanya untuk menghibur warga pada peringatan hari-hari besar, atau jika disewa orang yang mempunyai hajatan. Imbalan jasa yang diberikan bukan tujuan utama dari perkumpulan ini, akan tetapi peningkatan rasa kekeluargaan dan tali persahabatan yang mereka harapkan. Perkumpulan kesenian Tayub. Kesenian ini berasal dari Jawa Tiimur. Oleh karena itu keanggotaan perkumpulan Tayub ini sebagian besar masyarakat desa Mantaren II yang berasal dari Jawa Timur. Kesenian ini merupakan kesenian penghibur masyarakat. Pada umumnya keanggotaan Tayub ini adalah warga masyarakat yang telah mencapai umur dewasa.
50
Rasa kekeluargaan dan persaudaraan di dalam perkumpulan in sangat tinggi, sehingga terkesan sangat kompak dalam pelaksanaan kegiatannya. kesenian tayub biasanya ditampilkan apabila diperlukan masyarakat yang sedang mempunyai hajatan seperti sunatan atau perkawinan untuk menghibur para tamu. Tayub ini juga biasanya ditampilkan pada siang sampai malam hari. Karena melalui kesenian Tayub ini dapat mempererat tali persaudaraan, maka di antara perkumpulan Tayub baik yang berada di luar Kabupatenpun selalu diundang apabila di desa Mantaren II sedang menampilkan kesenian Tayub tersebut. Dengan demikian begitu bermaknanya kesenian Tayub digunakan sebagai upaya meningkatkan kekerabatan antar masyarakat. 3. Fungsi Ekonomi. Di samping fungsi kelembagaan di atas, dalam rangka mendukung dan mengembangkan masyarakat telah terbentuk beberapa Kelembagaan ekonomi masyarakat yang meliputi : Tempat Pelayanan (TPSP),
Simpan Pinjam
Arisan lingkungan (arisan sembako), UP2K-PKK, UPPKS,
Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Tempat Pelayanan Simpan Pinjam (TPSP) merupakan lembaga ekonomi rakyatyang bergerak dalam bidang pelayanan simpan pinjam kepada masyarakat. Kelembagaan ini di bentuk oleh masyarakat atas dasar kesepakatan bersama. Sebagai modal kegiatan TPSP berasal dari dana bantuan Pemerintah Propinsi di tambah dengan pengembalian dana IDT. Mengingat dari pada modal atau dana yang ada tersebut tidak dapat dijalankan dengan baik, maka atas kesepakatan bersama dibentuklah lembaga TPSP. Dengan demikian lembaga tersebut merupakan lembaga milik masyarakat yang dikelola oleh pengurus dengan diberikan jasa keuntungan dari hasil bunga pinjaman masyarakat. Namun demikian dalam peminjaman dibatasi jumlahnya mengingat dana yang tersedia juga terbatas. Pada umumnya masyarakat peminjam adalah mereka yang tergolong miskin dengan tujuan peminjaman untuk meningkatkan usaha atau keperluan lainnya. Arisan lingkungan (arisan sembako); adalah bentuk kelembagaan yang bergerak selain kegiatan keagamaan arisan lingkungan ini juga bergerak sebagai fungsi ekonomi. Sebagai kegiatan keagamaan bahwa dalam kegiatan ini terlebih dahulu dilakukan pengajian dalam rangka
51
menambah pengetahuan agama bagi anggotanya. Kegiatan selanjutnya diteruskan dengan kegiatan arisan. Kelembagaan ini beranggotakan para ibu-ibu yang sampai sekarang telah tercacat sejumlah 71 orang sebagai anggota. Adapun kegiata arisan ini terbagi dalam dua macam arisan yaitu arisan sembako dan arisan uang. Arisan sembako dibuka setiap bulan sekali dalambentuk barang seperti gula pasir, teh, dan kopi. Dengan arisan sembako ini ternyata dirasa oleh para anggotanya sangat meringankan beban bagi mereka yang sedang membutuhkan apabila mengadakan hajatan keluarga. Dengan memperoleh arisan ini maka mereka sudahtertolong dalam penyediaan bahan-bahan sebako lainnya. Arisan ini dubuka atas dasar penawaran siapa yang akan memerlukan sembako tersebut. Sedangkan arisan uang terbagi dalam bermacam macam arisan uang yaitu ada arisan lima ribuan, sepuluh ribuan, dan sepuluh ribuan lainnya. Arisan lima ribuan dibuka setiap seminggu sekali pada saat acara diselenggarakan, di mana dari lima ribu rupiah tersebut seribu rupiah untuk konsumsi, seribu rupiah untuk kas perkumpulan dan tiga ribu lainnya untuk yang mendapat arisan. Sedangkan dua arisansepuluh ribuan dibuka setiap bulan sekali, yang diharapkan arisan tersebut dapat menjadi tabungan bagi anggotanya. Dengan demikian, dengan memperoleh arsan tersebut mereka dapat memanfaatkan sebagai penambah modal usaha atau dapat digunakan untuk keperluan lainnya. UP2K-PKK, adalah kelembagaan ekonomi yang dibentuk oleh PKK desa. Kegiatan tersebut berbentuk kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari sepuluh orang ibu-ibu. Adapun modal dalam kegiatan tersebut berasal dari dana bantuan pembangunan desa yang khusus diperuntukkan bagi pembiaan PKK. Adapun kegiatan yang dilaksanakan selama ini berbentuk simpan pinjam bagi anggotanya. UPPKS; merupakan upaya pemerintah melalui BKKBN dalam penanggulangan kemiskinan. UPPKS tersebut merupakan sebuah kelompok yang beranggotakan para kaum perempuan peserta KB dan dalam kategori miskin. Adapun modal usaha tersebut berasaldari pemerintah yang bersifat pinjaman dalam bentuk Takesra dan Kukesra. Tujuan utama dari program ini selain mendidik dalam berusaha juga mendidika untuk menanamkan budaya menabung. UPPKS yang terdapat di desa Mantaren selama ini bergerak dalam bidang pembuatan makandari hasil pewrtanian seperti marning, keripik
52
singkong, keripik pisang, rempeyek dan sebagainya. Dalam usaha tersebut telah menunjukkan hasil yang baik karena dari hasil usaha tersebut telah dapat memasarkan ke luar wailayah. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) keluarga miskin; merupakan kelompok usaha bersama yang anggotanya terdiri dari keluarga-keluarga miskin di desa. KUBE tersebut bergerak dalam bidang pembuatan batu bata. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) pembuatan batu bata bagi keluarga miskin tersebut dibentuk atas dasar dari, oleh, dan untuk masyarakat. KUBE tersebut terbentuk sejak tahun 2001 yaitu sebanyak empat kelompok KUBE yang berlokasi di Rey 5 atau RT 1 desa Mantaren II, di mana dalam setiap kelompok terdiri dari lima sampai tujuh anggota. Sampai sekarang telah tercatat sebanyak 24 orang atau keluarga miskin telah tergabung dalam KUBE Tersebut. Bahwa dengan memperhatikan kondisi kemiskinan yang ada di desa serta melihat peluang usaha ke depan maka Pengurus Karang Taruna dengan berkoordinasi dengan berbagai pihak yang terkait di desa berinisiatif membentuk KUBE tersebut