PETA SOSIAL KOMUNITAS Keadaan Wilayah Lingkungan RW 10 merupakan wilayah administrasi Kelurahan Cempaka Baru. Batas-batas lingkungan yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan RW 09, di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Utan Panjang, dan di sebelah timur berbatasan dengan RW 07. Dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Cempaka Baru, RW 10 merupakan lingkungan percontohan. Pada lomba kebersihan lingkungan tingkat kelurahan seKotamadya, RW 10 mendapat Juara I1 dalam lomba kebersihan lingkungan. Kelurahan Cempaka Baru memiliki posisi strategis karena jalur transportasi menuju berbagai arah di kota Jakarta melintas. Keadaan ini memberi kemudahan bagi warga sekitar untuk melakukan mobilitas ke berbagai tempat tujuan di kota Jakarta.
Pemukiman penduduk relatif cukup padat dengan jarak rumah saling berdekatan. Sarana jalan berupa "gang sempit" Cjalan kecil yang bisa dilalui kendaraan roda dua) dengan saluran got di sisi kiri dan kanan jalan. Lahan pekarangan rumah cukup sempit bagi warga untuk menanam tanaman hias. Cara yang digunakan dalam menata pekarangan rurnah dan lingkungan sekitar adalah melakukan penanaman bunga dengan menggunakan wadah pot sebagai media tanarn. Pemerintah kelurahan menggerakan masyarakat melalui program menanam tanama obat keluarga di setiap pekarangan rumah warga. Luas wilayah RW 10 adalah 10,86 Ha dan sebagian besar lahan (8,56 Ha atau 78,82 persen) digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk. Kondisi perurnahanan warga berdasarkan kondisi fisik adalah bentuk rurnah permanen sebanyak 395 buah dan rumah semi permanen sebanyak 33 buah. Sarana umum yang tersedia antara lain masjid, musholah, lapangan bulu tangkis. Daya dukung penggunaan lahan yang semakin sempit mengakibatkan harga jual tanah di kota menjadi sangat mahal. Semakin sempit dan mahalnya harga tanah di Jakarta berimplikasi pada kecenderungan masyarakat mencari alternatif tempat tinggal ke pinggiran kota seperti di daerah Bogor, Tanggerang dan Bekasi (Botabek).
Demografi dan Kependudukan
Jumlah penduduk RW 10 Cempaka Baru sebanyak 2.346 jiwa yaitu lakilaki sebanyak 1.134 jiwa atau 48,33 porsen dan perempuan sebanyak 1.212 jiwa atau 5 1,66 persen. Jurnlah kepala keluarga sebanyak 451 KK. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak 78 jiwa atau hanya 0,3 persen dibandingkan dengan jurnlah penduduk laki-laki. Berdasarkan karakteristik umur dan jenis kelamin jurnlah penduduk di lingkungan R W 10 dapat dilihat pada Tabel 3: Tabel 3. Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan umur dan jenis kelamin Tahun 2005. No
Kelompok Umur
Perempuan
Laki-Laki
Jumiah
1
0-4
68
73
174
2
5-9
64
73
119
3
10- 14
73
81
154
4
15-19
82
92
174
5
20-24
101
114
215
6
25-29
113
118
23 1
7
30-34
110
114
224
8
35-39
112
109
22 1
9
40-44
111
119
230
10
45-49
93
99
192
11
50-54
80
88
168
12
55-59
48
55
103
13
60-64
49
46
95
14
65+
30
31
61
1.134
1.212
2346
Jumlah
Sumber : Laporan Kependudukan R W 10 Tahun 2005. Pada Tabel 3 terlihat jumlah penduduk kelompok urnur balita (0 sampai 4
tahun) sebanyak 174 jiwa dan penduduk umur produktif (25 sampai 29 tahun) sebanyak 23 1 jiwa. Kelompok umur balita dan umur produktif merupakan sasaran pelayanan Posyandu. Kelompok urnur tua 60 tahun keatas sebanyak 156 jiwa
merupakan penduduk lanjut usia. Selain umur balita, yang termasuk pemanfaat Posyandu adalah penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia yang menjadi sasaran pelayanan psoyandu terdiri dari lanjut usia potensial dan tidak potensial. Permasaiahan yang sering dihadapi oleh para lanjut usia adalah masalah fisik, ekonomi dan sosial psikologis. Bila digambarkan bentuk piramida penduduk menurut umur dan jenis kelarnin terlihat pada Gambar 2 : Gambar 2 : Piramida Penduduk RW 10
Perempuan
Pada Garnbar 2 terlihat bentuk pirarnida penduduk melebar pada kelompok umur 15 sarnpai 54 tahun sebagai kelompok umur usia bekerja. Hal ini menunjukan jurnlah angkatan kerja cukup tinggi. Kelompok umur 0 sarnpai 4 tahun dan 5 sampai 9 tahun cenderung tidak mengalami perubahan ha1 ini menunjukan perkembangan penduduk dari tingkat kelahiran tidak terlalu banyak.
Sedangkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dari semua kelompok umur tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh. Karakteristik penduduk dapat juga diiihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki. Melalui tingkat pendidikan dapat diketahui indikator indeks mutu hidup masyarakat. Bila dilihat dari tingkat pendidikan maka karakteristik penduduk RW 10 dapat dilihat pada Tabel 4:
Tabel 4. Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan pendidikan Tabun 2005.
No
I
Tingkat Pendidikan
1
I
Laki-laki Jumlah
Persen
I Jumlah I
Perempuan Jumlah
(%I
Persen
Total
(%)
1
Tidak Tamat SD
49
6
57
8
106
2
TamatSD
83
11
80
10
163
3
Tamat SLTP
156
21
149
20
305
4
Tamat SLTA
375
49
381
51
756
5
Tarnat Sarjana
95
13
86
11
181
758
100
753
100
1511
Jumlah
Sumber : Laporan Kependudukan RW 10 Tahun 2005 Berdasarkan pendidikan dapat dilihat jumlah penduduk yang tamat SLTA adalah sebanyak 756 orang yaitu laki-laki sebanyak 375 orang atau 49 persen dan perempuan sebanyak 38 1 orang atau 5 1 persen. Perbandingan jurnlah penduduk laki-laki dan perempuan yang tarnat pendidikan SLTA hanya selisih enam orang. Keadaan tersebut menunjukkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama. Dilihat dari banyaknya jumlah penduduk yang tarnat pada tingkat SLTP ke atas sebanyak 1242 jiwa Penduduk yang tarnat SD dan tidak tamat menunjukan jumlah paling sedikit yaitu sebanyak 269 orang. Penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi sebagai sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakan pembangunan di lingkungannya.
Mata Pencaharian Karakteristik penduduk dapat juga dilihat dari jenis mata pencahariannya. Berdasarkan jenis pekejaan yang dimiliki maka mata pencaharian penduduk RW 10 dapat dibilang cukup heterogen. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 :
Tabel 5. Jumlah penduduk RW 10 Kelurahan Cempaka Baru berdasarkan mata pencaharian Tahun 2005.
Persen
Jumlah
Mata Pencaharian
(%)
Pegawai Negeri Sipil
I
115
I
1
22
TNVPOLRI I
I
2
1
32
1
13
1
5
I
129
Buruh I
I
Tukang Ojek
56
Pedagang
67
7
Pensiunan
63
6
Supir
27
3
Lain-Lain
Jumlah
I
I
I
315
Swasta
12
I
201 995
1
*O 100
I
Sumber : Laporan Kependudukan RW 10 Tahun 2005 Berdasarkan jenis mata pencaharian sebagian besar penduduk bekerja di sektor swasta yaitu sebanyak 315 orang atau 32 persen. Banyaknya jumlah penduduk yang bekerja di sektor swasta karena lapangan pekerjaan di sektor swasta cenderung lebih luas kesempatannya. Pegawai Negeri Sipil sebanyak 115 orang atau 12 persen dan TNIPOLRI sebanyak 22 orang. Penduduk yang mata pencahariannya sebagai buruh sebanyak 129 orang atau 13 persen. Pekejaan sebagai buruh merupakan mata pencaharian yang tidak menetap. Tingkat penghasilan yang diperoleh tergantung pada ada atau tidaknya borongan pekejaan.
Dilihat dari jenis mata pencaharian, bagi lanjut usia yang dulu bekerja sebagai buruh saat ini mereka sudah tidak berdaya lagi melakukan pekerjaan buruh sehingga diusia tuanya cenderung hidup dalarn kekurangan ekonomi yang menyebabkan mereka menjadi terlantar. Jenis mata pencaharian sebagai buruh tersebut antara lain : tukang bangunan, tukang cuci, pembantu rumah tangga, tukang tambal ban, tukang sarnpah. Bekerja sebagai tukang ojek sebanyak 56 orang yaitu kebanyakan dari mereka adalah warga yang terkena korban PHK dan kelompok pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau mengojek sebagai pekerjaan sampingan. Keberadaan tukang ojek cukup penting bagi warga karena transportasi ojek merupakan sarana angkutan menuju jalanan utama angkutan bis umum yang letaknya sekitar 1 km. Jumlah Pensiunan pegawai dan TNVPOLRI sebanyak 63 orang. Mereka merupakan warga yang sudah menetap sejak lama di lingkungan RW 10. Warga pensiunan adalah penduduk yang tergolong sebagai lanjut usia potensial. Mata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 67 orang seperti penjual makanan dan jajanan di pasar, dagang bakso, dagang sayur keliling, warung kecil. Sistem tata niaga input bergantung pada aktifitas pasar dengan sistem jual beli, yaitu melalui pasar tradisionai. Masyarakat juga mendapatkan segala keperluan dengan mudah di supermarket yang lokasinya tidak jauh dan mudah terjangkau. Keterkaitan penduduk dengan sumberdaya lokal sangat kecil. Sebagai daerah kota , tanah yang ada umumnya dipergunakan untuk tempat tinggal dan sebagian untuk tempat usaha. Daya tarik kota juga berpengaruh terhadap pendatang untuk bekerja. keberadaan warga pendatang yang bekerja di kota memberi keunhmgan ekonomi bagi sebagian warga yang menyediakan rumah kontrakan atau tempat kost dan usaha warungan.
Struktur Komunitas Pelapisan Sosial
Setiap masyarakat tentu ada gejala bahwa orang yang dipandang/( dan mengannggap dirinya sendiri) mempunyai kedudukan tertentu, cenderung untuk bergaul lebih banyak dengan orang-orang yang memiliki kedudukan yang sama, sehingga terbentuk lapisan-lapisan sosial. Selain itu pelapisan sosial juga dapat disebabkan karena keahlian seseorang, senioritas, keaslian, hubungan kekerabatan dengan tokoh masyarakat, pengaruh dan kekuasaan, pangka dan kekayaan. Struktur masyarakat penduduk di RW 10 cukup beragam karena terdiri dari berbagai suku dari daerah ( Jawa, Larnpung, Sumatra, Sulawesi) sebagai
masyarakat pendatang. Selain itu masyarakat pendatang apabila digali potensinya seperti membentuk kelompok-kelompok yang berasal dari satu daerah dapat menjadi potensi sosial yang memperkuat kerukunan dan kebersamaan dengan asal satu daerah. Kelompok kerukunan sosial semacam ini sangat penting dalam sistem sosial masyarakat kota karena kecenderungan nilai kekerabatan, kebersamaan dan semangat gotong royong semakin memudar. Pelapisan sosial di RW 10 berkembang didasarkan pada
pengakuan
masyarakat. Pelapisan sosial dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Lapisan sosial pertama adalah lapisan sosial yang memegang kedudukan
Lurah dan Ketua RWIRT. Pada lapisan ini suara dan ajakan mereka sangat besar pengaruhnya dalam memberikan persetujuan terhadap suatu program. Peran mereka terlihat pada saat pertemuan antar warga d m pertemuan dengan pengurus institusi lokal. Tokoh formal dan informal adalah mereka yang memiliki status sosial lebih tinggi baik dari tingkat pendidikan, status pekerjaanljabatan, kepemilikan materi dan unsur penokohan yang disegani. 2. Lapisan sosial kedua ialah mereka anggota masyarakat yang mempunyai kemarnpuan dalam bidang keagamaan seperti ustadz, guru ngaji, pengurus dewan keluarga masjid (DKM) dan guru. Suara kelompok ini sangat berpengaruh di lingkungan dalarn menentukan hal-ha1 yang berkaitan dengan
keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Kegiatan mereka adalah aktifitas pengajian, majelis ta'lim, serta perayaan hari keagamaan.
3. Lapisan sosial ketiga, ialah orang-orang dalarn masyarakat yang masuk dalam kelompok pegawai dan wirausaha. Kelompok lapisan ini keberadaannya diakui karena mempunyai kehidupan ekonomi yang lebih baik dari anggota masyarakat laimya. Kelompok ini biasanya sebagai pendukung setiap kegiatan yang di prakarsai oleh lapisan pertarna. 4. Lapisan sosial keempat ialah kelompok masyarakat biasa seperti buruh cuci,
pembantu nunah tangga, tukang, pedagang kecil serta masyarakat urnurn kebanyakan. Kontribusi mereka sangat terbatas dalam memprakarsai kegiatankegiatan yang ada dan cenderung sebagai subyek kegiatan dan pelaksana kegiatan. Jejaring Sosial dalam Komunitas
Bentuk hubungan kejasama antara warga secara horisontal diwujudkan dalam kegiatan perkumpulan seperti kelompok arisan, kumpulan pengajian, kelompok kerukunan warga, keja bhakti, forum pertemuan warga. Kegiatan sosial tersebut dilakukan dalam rangka menjalin kerukunan dan kebersamaan warga serta menjalin kejasama dalam mengembangkan kegiatan sosial kemasyarakatan. Bentuk hubungan masyarakat lainnya yaitu dalam bentuk kegiatan kerja bhakti mengadakan kebersihan lingkungan. Kegiatan ini masih cukup berjalan dengan baik meskipun masing-masing memiliki kesibukan tetapi minimal setiap satu bulan sekali dilakukan kegiatan gotong royong tersebut. Secara vertikal pola hubungan Masyarakat dilakukan antar pengurus R T R W dan pengurus organisasi lokal lainnya. Melalui kepengurusan di RTIRW berbagai permasalahan warga yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dimusyawarahkan bersama-sarna. Pengurus RW melalui wakilnya di dewan kelurahan akan menyarnpaikan inspirasi warga di tingkat kelurahan. Hubungan dengan Masyarakat lw juga dilakukan dengan lingkungan RW lainnya seperti dalarn kegiatan perlombaan pada peringatan hari kemerdekaan.
Kelembagaan Sosial
Berdasarkan fungsi dan tujuannya kelembagaan yang ada di lingkungan
RW 10 Kelurahan Cempaka Baru adalah : 1. Kelembagaan kekerabataddomestik, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam
kehidupan kekerabatan seperti kelompok kerukunan warga sebagai lembaga kerukunan yang dibentuk secara informal oleh warga. Kegiatan kelompok tersebut adalah mengadakan pertemuan untuk membahas berbagai persoalan sosial kemasyarakatan. Kelompok kekerabatan antara lain kelompok kerukunan warga (KKW) bertujuan untuk membantu warga yang terkena musibah kematian dengan memberikan sumbangan tenaga atau materi secukupnya guna meringankan beban moril dan materil bagi keluarga yang ditimpa musibah. Fungsi kelembagaan kekerabatan cukup bermanfaat dalam membantu mengatasi persoalan yang dihadapi warga. 2. Kelembagaan ekonomi yaitu berupa usaha simpan pinjam dalam kegiatan kelompok arisan ibu-ibu PICK dan pengurus Posyandu, pasar tradisional, jasa wartel, warungan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Bagi warga yang kurang mampu keberadaan lembaga simpan pinjam cukup membantu untuk mengatasi kondisi ekonomi yang sifatnya mendesak seperti untuk kebutuhan biaya sekolah, kebutuhan hari raya dan kebutuhan domestik lainnya. Melalui kegiatan arisan selain manfaat ekonomi dapat menjalin interaksi sosial warga baik
secara formal maupun informal yang
menurnbuhkan keakraban dan kerukunan anta. warga. Keberadaan pasar tradisional masih sangat penting dalam memenuhi kebutuhan domestik rurnah tangga. 3. Kelembagaan pendidikan yaitu untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan
kepada warga masyarakat. Kelembagaan pendidikan tersebut antara lain pendidikan formal seperti sekolah dasar negeri, lembaga pendidikan informal seperti lembaga pendidikan keterampilan belajar masyarakat (PKBM), kelompok pengajian tarnan pendidikan alqur'an (TPA). Kegiatan pengajian cukup penting bagi pendidikan keagarnaan anak-anak. Melalui tarnan pendidikan alqur'an warga dapat menitipkan anak mereka untuk belajar
pendidikan
dasar
keagamaan.
Sedangkan lembaga
pendidikan
dan
keterampilan belajar masyarakat dapat dimanfaat oleh masyarakat untuk memperoleh bimbingan keterampilan seperti kursus menjahit, elektronik dan kegiatan belajar masyarakat. 4. Kelembagaan keagamaan yaitu kelembagaan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan warga dalam hubungannya dengan Tuhan. Lembaga keagamaan tersebut antara lain kelompok majelis ta'lim, DKM- Masjid Al-Huda. Kelembagaan ini turut mendukung kegiatan Posyandu dalarn memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia dalam mengisi dan mendalarni pengetahuan keagamaan, menerima sumbangan, sedekah dan arnal yang dikeluarkan oleh warga sebagai dana sosial untuk membatu kelompok masyarakat yang membutuhkan. Bantuan sosial biasanya diberikan kepada warga miskin seperti santunan untuk anak yatim piatu, lanjut usia terlantar. Penggalangan dana dari donatur melalui kelembagaan majelis ta'lim cukup efektif dalarn membantu kelancaran kegiatan pelayanan Posyandu.
5. Kelembagaan politikl demokrasi yaitu untuk memenuhi hak untuk menyampaikan aspirasi secara demokratis. Pada tingkat lokal di RW
10
kelembagaan poli tik lokal seperti lembaga RT/RW, Perwakilan di Dewan Kelurahan (Dekel). Melalui kelembagaan RTRW warga dapat menyampaikan segala keluhan dan permasalahan yang dihadapi. Peranan kepengurusan RTRW dalam mengorganisir warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayana sosial cukup penting. Pengaruh kepemimpinan dan penokohan dapat menjadi kekuatan yang mempengaruhi keikutsertaan warga dalam kegiatan sosial. 6. Kelembagaan Somatik yaitu kelembagaan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan jasmani antara lain kelompok senarn jantung sehat, penanaman tumbuhan apotik hidup oleh kelompok PKK dan Posyandu, kegiatan olah raga bulu tangkis oleh kelompok masyarakat atau olah raga sepak bola. Kelompok senam jantung sehat bermanfaat bagi warga dalarn menjaga kebugaran jasmani terutarna bagi warga yang usianya mencapai 40 tahun ke atas. Kegiatan senarn dapat pula dimanfaatkan oleh pengurus Posyandu untuk mengajak para lanjut usia mengikuti senarn jantung sehat.
Kelembagaan yang berkembang di dalam masyarakat memiliki nilai manfaat bagi dinarnika kehidupan sosial. Melalui lembaga yang ada warga dapat memenuhi berbagai kebutuhan sosialnya. Misalkan pada lembaga keagamaan terlihat masih kuat yaitu adanya kelompok-kelompok pengajian yang dibentuk oleh warga melalui majelis ta'lim dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan wadah silaturahmi sesama warga. Sedangkan lembaga kekerabatan seperti hubungan kerjasarna dalarn kegiatan gotong royong masih terlihat pada kegiatan kerja bhakti seperti membersihkan lingkungan setiap satu bulan sekali dikoordinasi oleh pengurus RTIRW. Kegiatan sosial lainnya yang cukup menarik adalah adanya pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dikembangkan oleh Posyandu. Proses sosialisasi dalam masyarakat yaitu pola pengasuhan dan sistem kekerabatan sebagian masyarakat masih baik. Sistem kekerabatan masih terlihat meskipun struktur masyarakat kota tetapi hubungan antara warga masih ada kebersarnaan seperti saling berkunjung pada saat sakit, membantu tetangga yang mendapatkan musibah kematian seperti sumbangan tenaga atau materi.
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pelaksanaannya Posyandu selalu berkoordinasi dengan petugas dari puskesmas dan petugas penyuluh lapangan keluarga berencana kecamatan. Tahapan perkembangan kegiatan Posyandu diawali dengan kegiatan pos penimbangan balita, pos keluarga berencana, pos gizi, pos imunisasi sebagai keterpaduan dalam memberikan pelayanan. Semua kegiatan tersebut memiliki sasaran yang sama kemudian pada tahun 1984 diintegrasikan kedalam kegiatan Posyandu berdasarkan instruksi bersarna Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN.
Sejak dicanangkan tahun1984 Posyandu mengalami perturnbuhan pesat. Tahun 1985 jurnlah Posyandu di Indonesia bejumlah 25.000 buah, tahun 1990 dengan dikeluarkannya Inrnendagri Nomor 9 tahun 1990 tentang peningkatan mutu Posyandu, yang meminta kepada seluruh Kepala Daerah untuk meningkatkan mutu pengelolaan Posyandu melalui pengefektifan fungsi Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD) dengan
mengkoordinasikan dan
menumbuhkan peran serta aktif masyarakat dalarn pembangunan kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan Posyandu selalu didukung oleh petugas dari puskesmas seperti tenaga bidan atau dokter untuk melayani kesehatan ibu harnil yaitu pemeriksaaan tensi darah, bantuan bubur bayi instan. Sedangkan pelayanan keluarga berencana dibantu oleh petugas dari penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB) kecamatan berupa bantuan pi1 kontrasepsi, vitamin dan obat-obatan lainnya. Pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kehamilan, pelayanan medis lainnya yang memerlukan tenaga bidan atau dokter tetap didukung dari puskesmas. Pelayanan lainnya seperti penimbangan bayi, pemberian makanan tambahan, pemeriksaan tumbuh kembang anak dan kegiatan administrasi dalarn penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan dilakukan oleh Posyandu.
Latar belakang perkembangan Posyandu di RW 10 pada awalnya merintis kegiatan berupa taman balita yaitu suatu kegiatan pelayanan pengasuhan tempat bermain bagi anak-anak balita. Setelah itu dengan adanya program pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang dicanangkan oleh pemerintah maka dibentuklah kepengurusan kelompok Posyandu oleh kader PKK RW dengan kegiatan melayani kesehatan ibu hamil dan bdita.