84
VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap dampak perubahan kebijakan PUAP dan raskin, terlebih dulu dilakukan validasi model yakni menganalisis kedekatan nilai prtediksi terhadap nilai aktual variabel endogen (Pindyck dan Rubenfield, 1998). Selisih antara nilai prediksi dengan nilai aktual menunjukan ukuran kesalahan. Dalam penelitian ini digunakan ukuran error (kesalahan) yakni Root Mean Square Persen Error (RMSPE) dan statistik UTheil. Nilai RMSPE yang semakin kecil mengindikasikan bahwa selisih nilai prediksi dengan nilai aktual kecil sehingga model layak untuk dilakukan simulasi. Sedangkan nilai U-Theil yang baik adalah mendekati 0. Berdasarkan hasil validasi diketahui bahwa terdapat 30 % variabel endogen mempunyai nilai RMSPE > 100 dimana hal ini mengindikasikan besarnya simpangan antara nilai prediksi dengan nilai aktual karena tingginya variasi data aktual yang dianalisis seperti yang sering terjadi pada data primer (Handono, 2002).
Namun dari analisis nilai U-Theil dan dekomposisinya,
diketahui bahwa 19 dari 21 persamaan di dalam model memiliki nilai U-Theil < 0,5 %. Hal ini mengindikasikan semakin kecil selisih antara nilai aktual dan nilai prediksi sehingga model layak untuk dilakukan simulasi. Adapun 2 persamaan dengan nilai U-Theil > 0,5 tersebut adalah persamaan TKDK dan PKS yang merupakan 2 persamaan dengan nilai koefisien determinasi < 10%. Hasil dekomposisi nilai U-Theil menunjukan seluruh persamaan memiliki nilai Um mendekati nol artinya tidak terjadi bias spesifikasi dalam model. Adapun jika dianalisis nilai Us, hanya 4 persamaan yakni TKDK, TKLK, TKER dan PKS yang memiliki nilai Us tinggi (> 0,5). Oleh karena 90 % model memilki niali Us mendekati 0, maka kemampuan model menggantikan keragaman variabel aktual cukup besar. Sedangkan nilai Uc menunjukan proporsi kesalahan tidak sistematis , dimana tingginya nilai Uc akan mengindikasi bahwa model mampu menangkap kesalahan-kesalahan tidak sistematis sebagaimana nilai Uc pada sebagian besar persamaan (17 persamaan dari 21 persamaan yang diestimasi) yakni mendekati 1.
85
Hasil analisis persentase kesalahan pada model menunjukan model layak untuk dilakukan simulasi.
Tabel 33. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Variabel
RMSPE
UM
US
UC
U-THEIL
GRPN
35.1421
0
0.43
0.57
0.1242
PRDI
73.0207
0
0.31
0.69
0.2678
JPU
134.3
0
0.5
0.5
0.2715
JPT
63989.7
0
0.48
0.52
0.3378
TKDK
444.1
0
0.58
0.42
0.5551
TKLK
715.8
0
0.67
0.33
0.4827
TKER
309.2
0
0.68
0.32
0.436
TKNP
465
0
0
1
0.3858
168.1
0
0.35
0.65
0.2868
PUTP
70.4332
0
0.03
0.97
0.226
PTP
99.4529
0
0.03
0.97
0.2225
PBNP
264.8
0
0.03
0.97
0.2919
PTRT
58.007
0
0.01
0.99
0.081
PI
87.1997
0
0.4
0.6
0.2804
NPPG
17.2237
0
0.04
0.96
0.0739
PNP
84.7855
0
0.3
0.7
0.2846
PPK
87.2983
0
0.41
0.59
0.2808
PKS
966.2
0
0.76
0.24
0.6618
TAB
997
0
0.19
0.81
0.369
AKE
13.8295
0
0.15
0.85
0.0723
TPRT
39.346
0
0.3
0.7
0.1998
BUT
7.2. Evaluasi Dampak Kebijakan PUAP dan Raskin Simulasi pertama yaitu peningkatan jumlah PUAP 30 % dengan mempertimbangkan jumlah biaya usahatani rata-rata petani sampel. Peningkatan PUAP 30 % akan menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan luas garapan 6,15 % sehingga produksi meningkat 5,52 %. Hal ini diikuti juga dengan peningkatan input-input produksi (pupuk dan tenaga kerja luar keluarga) sebesar 10,49-16,68 %. Peningkatan alokasi tenaga luar keluarga untuk padi akan meningkatkan alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan beburuh non pertanian sebesar 1,3 % sehingga pendapatan berburuh non pertanian meningkat 0,096 %. Namun terjadi penurunan pendapatan rumahtangga sebesar 1,14 %. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan biaya usahatani 10,6 % akibat penggunaan
86
input produksi, sementara petani sampel adalah petani subsisten yang mengkonsumsi hasil usahatani padinya untuk kebutuhan pangan rumahtangga sehingga nilai pendapatan yang diperhitungkan (selisih nilai padi yang dimakan dengan biaya usahatani) menurun 11,62 %. Peningkatan produksi akan mendukung pemenuhan kebutuhan beras rumahtangga petani subsisten sehingga menurunkan nilai pengeluaran pangan 0,79 %. Penurunan nilai pengeluaran pangan memungkinkan anggaran rumahtangga digunakan untuk konsumsi non pangan (meningkat 17,14 %). Untuk pengeluaran investasi
sumberdaya manusia meningkat
0,18 %. Peningkatan
PUAP 30 % akan meningkatkan tabungan sebesar 13,44 %. Terjadi penurunan angka kecukupan energi 0,19 % yang mengindikasikan bahwa peningkatan produksi padi tidak serta merta meningkatkan kecukupan energii jika tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan gizi selain karbohidrat. Simulasi yang kedua adalah peningkatan jumlah pagu raskin 30 % sesuai dengan wacana Bulog pada lokakarya dengan perguruan tinggi pada Januari 2012. Peningkatan raskin 30 % hanya menurunkan nilai pengeluaran pangan sebesar 0,26 % sehingga petani subsisten tetap menutupi kebutuhan berasnya dari produksi sendiri dengan peningkatan produksi meski hanya 0,02 % yang diikuti dengan peningkatan penggunaan input-input produksi pupuk sebesar 0,04 %. Penambahan jumlah pagu raskin 30 % atau 1,5 kg dari pagu raskin sebelumnya tidak merubah luas garapan sehingga tidak terjadi penambahan pada tenaga kerja luar keluarga yang umumnya dibutuhkan dalam pengolahan lahan. Petani juga menambah alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan berburuh non pertanian sebesar 0,05 % sehingga pendapatan berburuh non pertanian meningkat 0,03 %. Namun terjadi penurunan pendapatan total rumahtangga dalam jumlah kecil yakni 0, 00082 % karena dalam proses produksi, terjadi kenaikan biaya usahatani sebesar 0,04 %, sehingga menurunkan pendapatan usahatani diperhitungkan 0,045 % (nilai padi tidak dijual lebih kecil dari peningkatan biaya usahatani). Penurunan pendapatan rumahtangga tersebut diikuti dengan penurunan konsumsi non pangan 0,00016 %, namun terjadi peningkatan pada pengeluaran investasi sumberdaya manusia 0,08 %. Pengeluaran total rumahtangga menurun 0,05 % (akibat penurunan pengeluaran non pangan dan nilai pengeluaran pangan).
87
Namun demikian, rumahtangga tidak mengalokasikan anggaran untuk menabung sehingga tabungan rumahtangga berkurang 0,00424 %. Terjadi penurunan angka kecukupan energi 0,02 %, karena peningkatan pagu raskin 30 % belum sesuai dengan kebutuhan beras riil rumahtangga dan penambahan sumber karbohidrat tersebut tidak diimbangi dengan pemenuhan gizi dari sumber protein tinggi oleh rumahtangga petani. Simulasi ketiga adalah peningkatan PUAP dan raskin secara bersamaan sebesar 30 %. Peningkatan PUAP dan raskin secara bersama-sama akan meningkatkan produksi 5,54 % diikuti dengan peningkatan penggunaan inputinput produksi (pupuk dan alokasi tenaga kerja luar keluarga) sebesar 10-16 %. Alokasi waktu berburuh juga meningkat 1,4 % karena untuk usahatani padi, petani menyewa tenaga kerja luar keluarga. Sehingga pendapatan berburuh meningkat 0,99 %. Sementara biaya usahatani meningkat 10,6% karena terjadi peningkatan penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena petani subsisten mengkonsumsi hasil usahatani padi untuk kebutuhan anggota keluarga, maka biaya usahatani yang meningkat tidak tertutupi dengan nilai padi yang tidak dijual sehingga pendapatan usahatani yang diperhitungkan menurun 11,67 %. Hal ini menurunkan pendapatan total rumahtangga sebesar 1,14 %. Peningkatan produksi padi oleh PUAP dan peningkatan raskin 30 % memperbaiki daya beli pangan rumahtangga petani dengan menurunkan nilai pengeluaran pangan sebesar 1,06 %. Namun hal ini diikuti dengan peningkatan konsumsi non pangan 17,143 %, dan pengeluaran investasi 0,27 % sehingga pengeluaran total rumahtangga meningkat 10,37 %.. Terjadi penurunan angka kecukupan energi sebesar 0,21 % karena perbaikan daya beli hanya terjadi pada pangan utama, sehingga belum memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga. Penurunan nilai pengeluaran pangan meningkatkan jumlah tabungan 13,44 %..
88
Tabel 34. Rekapitulasi Hasil Simulasi Perubahan Kebijakan PUAP dan Raskin Variabel
Dasar
SIM 1
SIM 2
SIM 3
GRPN
0.208
0.2208
6.153846
0.208
0
0.2209
6.201923
PRDI
485.1
511.9
5.524634
485.2
0.020614
512
5.545248
JPU
83.2497
91.9861
10.49421
83.2866
0.044324
92.023
10.53854
JPT
35.2023
41.0755
16.68414
35.2161
0.039202
41.0894
16.72362
TKDK
21.8208
21.6534
-0.76716
21.8201
-0.00321
21.6527
-0.77037
TKLK
148.2
168.8
13.90013
148.2
0
168.9
13.96761
TKER
170
190.4
12
170.1
0.058824
190.5
12.05882
TKNP
177.2
179.6
1.354402
177.3
0.056433
179.7
1.410835
BUT
1021971
1130309
10.60089
1022395
0.041488
1130733
10.64238
PUTP
932029
823691
-11.6239
931605
-0.04549
823267
-11.6694
PTP
996179
887841
-10.8754
995755
-0.04256
887417
-10.9179
PBNP
1065164
1075391
0.960134
1065518
0.033234
1075745
0.993368
PTRT
8539043
8440932
-1.14897
8538973
-0.00082
8440862
-1.14979
PI
1708052
1711198
0.184186
1709505
0.085068
1712651
0.269254
NPPG
2950838
2927368
-0.79537
2942937
-0.26775
2919467
-1.06312
PNP
7537021
8829129
17.14348
7537009
-0.00016
8829117
17.14332
PPK
1646541
1649539
0.182079
1647958
0.086059
1650957
0.268199
PKS
61511.7
61659
0.239467
61546.7
0.0569
61694
0.296366
TAB
3918322
4445212
13.44683
3918156
-0.00424
4445046
13.44259
AKE
58.3036
58.1942
-0.18764
58.2878
-0.0271
58.1784
-0.21474
12195911
13467695
10.42795
12189451
-0.05297
1346125
10.37499
TPRT
Keterangan Tabel 34: Simulasi 1 : Kenaikan pinjaman PUAP 30 % Simulasi 2 : Kenaikan pagu raskin 30 % Simulasi 3 : Kenaikan PUAP dan raskin 30 %