ANALISIS RESPON PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN RUMAHTANGGA PETANI: SIMULASI PERUBAHAN KEBIJAKAN HARGA
KHAIRIL ANWAR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTJTUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2005
ABSTRAK
KHAIRIL ANWAR. Analisis Respon Produksi dan Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani: Simulasi Perubahan Kebijakan Harga (BAYU KRISNAMURTHI sebagai ketua dan HARIANTO sebagai anggota Komisi Pembimbing)
Pendapatan rumahtangga petani padi yang bersumber dari produksi padi hanya 27.93 persen dari total pendapatan rumahtangga petani. Sementara itu pangsa pengeluaran pangan adalah 70.97 persen. Penelitian ini bertujuan menganalisis: (1) faktor-faktor yang menentukan produksi padi, pendapatan, dan konsumsi pangan rumahtangga, dan (2) dampak perubahan harga input dan output usahatani padi terhadap produksi padi, pendapatan, dan konsumsi pangan rumahtangga petani. Untuk menjawab tujuan tersebut analisis perilaku ekonomi rumahtangga petani menggunakan pendekatan ekonometrika dengan metode 2 SLS (Two Stage Least Squares). Analisis dampak perubahan harga input dan output dilakukan dengan metode simulasi. Hasil analisis faktor determinan perilaku ekonomi rumahtangga petani menunjukkan bahwa luas lahan garapan sangat dipengaruhi oleh modal usaha dan pendapatan usahatani padi tetapi luas lahan garapan tidak responsif terhadap kedua peubah tersebut. Produksi padi dan penggunaan input produksi (tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga, pupuk Urea, pupuk TSP, dan benih padi) sangat dipengaruhi oleh luas lahan garapan. Kecuali penggunaan pupuk TSP, semua penggunaan input produksi tersebut sangat responsif (elastic) terhadap luas lahan garapan. Konsumsi pangan baik dari usahatani maupun dari pasar serta pengeluaran kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan siap dibelanjakan. Pangsa pengeluaran pangan sangat dipengaruhi oleh pangsa pengeluaran non pangan. Pengeluaran pendidikan dipengaruhi oleh jumlah anak bersekolah. Tabungan rumahtangga petani dipengaruhi oleh nilai penjualan padi dan rasio ketergantungan. Hasil simulasi menunjukkan kenaikan harga padi berdampak positif terhadap semua peubah model perilaku ekonomi rumahtangga petani kecuali produktivitas padi dan pangsa pengeluaran pangan. Penurunan harga pupuk berdampak positif terhadap semua peubah model perilaku ekonomi rumahtangga petani kecuali produktivitas padi, penggunaan pupuk TSP, biaya sarana produksi, dan pangsa pengeluaran pangan. Perubahan harga pupuk dan padi sangat kecil pengaruhnya terhadap pangsa pengeluaran pangan. Atau dapat dikatakan perubahan harga input dan output tidak mempengaruhi tarat kesejahteraan rumahtangga petani secara berarti disebabkan pendapatan rumahtangga petani dari padi hanya sepertiga total pendapatan rumahtangga. Oleh karena itu untuk meningkatkan kesejahteraan rumahtangga petani perlu adanya kebijakan komprehensif pengembangan berbagai sektor seperti perdagangan dan industri, khususnya industri kecil dan menengah sebagai sumber pendapatan di luar usahatani padi.
Kata Kunci: Produksi padi, Pendapatan, Konsumsi rumahtangga petani, Kebijakan harga input-output, Kesejahteraan rumahtangga petani
SURATPERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: ANALISIS RESPON PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN RUMAHTANGGA PETANI: SIMULASI PERUBAHAN KEBIJAKAN HARGA merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan Komisi Pembimbing kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Maret 2005
~~.
NRP. P01500016
© Hak cipta milik Khairil Anwar, tahun 2005 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari lnstitut Pertanian Bogar, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
ANALISIS RESPON PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN RUMAHTANGGA PETANI: SIMULASI PERUBAHAN KEBIJAKAN HARGA
KHAIRIL ANWAR
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pad a Program Studi llmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOG OR 2005
Judul Tesis
Analisis Respon Produksi dan Konsumsi Pangan Petani: Simulasi Perubahan Rumahtangga Kebijakan Harga
Nama Mahasiswa
Khairil Anwar
NomorPokok
P01500016
Program Studi
llmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbfng
1·~-~Dr.lr. Bavu Krisnamurthi, MS Ketua
Mengetahui,
2. Ketua Program Studt llmu Ekonomi Pertania
kolah Pascasarjana rtanian Bogor
Dr. tr. Bonar M. Sinaga, MA
Tanggat Ujian: 13 Desember 2004
Tanggal Lulus:
r11 APR 20(!i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahiri
Pada tahun 1984 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas
Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin,
lulus pada tahun 1991. Pada tahun 2000 penulis meneruskan
pendidikan pascasarjana di lnstitut Pertanian Bogar pada Program Studi llmu Ekonomi Pertanian (EPN) dengan bantuan dana dari Proyek Pelatihan dan Pendidikan Aparatur Negara (PPAN), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Penulis bekerja sebagai Kepala Seksi Pemeliharaan Tanaman pada PT. Menara Hutan Buana (MHB) di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada tahun 1996-1997. Sejak tahun 1997 sampai sekarang bekerja di Kantor Pembangunan Masyarakat Desa (sekarang Dinas Kesejahteraan Sosial dan P.emberdayaan Masyarakat) Kal:)upaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Judul tesis ini adalah: Analisis Produksi dan Konsumsi Pangan Rumahtangga Petani: Simulasi Perubahan Kebijakan Harga. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. lr. Bayu Krisnamurthi, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. lr. Harianto. MS selaku anggotanya, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari perumusan masalah, penentuan model analisis, dan penyajian hasil penelitian.
Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Dr. lr. Anny Ratnawati, MS sebagai penguji luar komisi atas masukan, komentar, dan saran demi perbaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. lr. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi llmu Ekonomi Pertanian yang telah banyak memberikan pengajaran dan pendidikan kepada penulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Biro Diklat Renbang OTO-BAPPENAS
dan
Pemimpin
Proyek
PPAN-BAPPENAS,
yang
telah
memberikan bantuan beasiswa pendidikan program Magister Sains. Penulis
mengucapkan
terimakasih
kepada
Pemerintah
Kabupaten
Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan khususnya Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial
dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Kabupaten
Banjar
yang
telah
memberikan izin untuk mengikuti program Magister Sains. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada isteri (Nurul Huda) dan anak-anak (Shafira Evani Rizki Anwar, Muhammad Rizki Rayani Ramadhani, dan Alya Azra Ananda Nuril), ibu mertua, saudara dan keponakan, serta keluarga dan kerabat lainnya di Banjarrnasin dan Banjarbaru, yang telah
memberikan dorongan moril dan materiil serta selalu mendoakan keberhasilan penulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Nurdin dan Sarwani yang membantu penulis dalam pengumpulan data serta rekan-rekan mahasiswa program studi EPN SPs-IPB terutama Angkatan 2000 atas bantuan, saran, dan sumbangan pemikiran untuk perbaikan tesis ini.
Kepada Santy dan Ruby di
Sekretariat Program Studi EPN terimakasih atas bantuan administrasinya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Keluarga Wanhar Saepudin serta rekan sesama penghuni rumah kost (Arif M. Akbar, Syahgiman Siregar, Nanang Sugiharto,
Setyo Yuwono,
dan Bayu
Nuswantara) atas segala
bantuannya. Kepada Kurnia Widiastuty atas dorongan semangat untuk segera menyelesaikan revisi tesis ini diucapkan terimakasih. Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna. Segala saran dan kritik yang konstruktif akan diterima dengan senang hati.
Mudah-
mudahan tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor,
Maret 2005
Penulis
DAFTAR lSI Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xv
I. PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1. Latar Belakang .... .. ....... .. ..... ..... .. ......... .. .. .. .................. ........ ........ ....
1
1.2. Perrnasalahan .................................................................................
2
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................
7
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ ...
7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
9
2.1. Studi. Penawaran dan Produksi Padi ... ...........................................
.9
2.2. Studi Perrnintaan Pangan .... ................ ................ ...........................
12
2.3. Studi Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian ..........................
13
Ill. KERANGKA PEMIKIRAN .... ........ ................ ..........................................
16
3.1. Dasar Pemikiran .. .. ...... .. ........ ..... ... ...... .. ........ ... .... ......... ..... .. ... ...... ..
16
3.2. Dampak Teoritis Kebijakan Harga Terhadap Produksi dan Pendapatan ... ......... ........ ........ ..... ........... .................. .... .......... ... ......
19
3.2.1. Kebijakan Harga Output ......................................................
19
3.2.2. Kebijakan Harga Input ............ ................................ .............
20
3.3. Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian ............................ ...........
21
IV. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................
24
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .... .. ...... ..... ... ........ ........ ........ ....... .......
24
4.2. Jcnis dan Sumber Data .. .. ..... ... ........................ ........ ........ ..............
24
4.3. Metode Pengambilan Contoh .... ........ ....... ... ...... ........ ... .......... ..... .. .
25
4.4. Perumusan Model...........................................................................
26
4.4.1. Produksi Usahatani Padi .....................................................
26
4.4.2. Penggunaan Input Produksi Padi ........................................
28
4.4.3. Biaya Produksi Padi .............................................................
30
4.4.4. Pendapatan Rumahtangga Petani ......................................
31
4.4.5. Pengeluaran Rumahtangga Petani .... ........ ........ ........ .........
33
4.4.6. Surplus Pasar Padi dan Tabungan Rumahtangga Petani ..
35
4.5. ldentifikasi Model dan Analisis Data .................... ...........................
36
4.6. Validasi Model.................................................................................
36
4.7. Simulasi Kebijaksanaan ..................................................................
37
4.8. Definisi Operasional .......... .. ........ ........................ ............................
37
V. KARAKTERISTIK PERTANIAN PADI Dl KABUPATEN BANJAR ......
41
5.1. Keadaan Wilayah ... .... ......... .. .................. .......... .... .................... ......
41
5.2. Keadaan Pertanian Padi .................................................................
42
5.3. Pertanian Lahan Basah .... ........ ........................................ ..............
46
5.3.1. Jenis Persawahan dan Pola Tanam Padi ...........................
46
5.3.2. Teknik Budidaya Tanaman Padi Varietas Lokal .................
49
VI. PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN RUMAHTANGGA PETANI ..
53
6.1. Karakteristik Rumahtangga Petani ... ... ... .......... ........... .. .. .. .. .. ....... ..
53
6.2. Keragaan Usahatani Padi .......... .. ......... ....... ........ ........ ........ ........ ...
54
6.2.1. Penggur:'aan Input Produksi ._...............................................
54
6.2.2. Struktur Biaya dan Pendapatan Rumahtangga Petani .... ...
56
6.2.3. Struktur Pengeluaran dan Tabungan Rumahtangga Petani
58
VII. KINERJA MODEL PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI ..................
60
7 .1. Kinerja Umum Model ............ ........ ... ............. ........... ..................... ..
60
7.2. Produksi Usahatani Padi .................................................................
61
7.2.1. Luas Lahan Garapan ............................................................
61
7.2.2. Respon Produksi Padi ..........................................................
62
7.3. Penggunaan Input Produksi ............................................................
63
7.3.1. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga ...................................
63
7.3.2. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga...........................
65
7.3.3. Nilai Penggunaan Pupuk Urea.............................................
66
7.3.4. Nilai Pcnggunaan Pupuk TSP ..............................................
68
7.3.5. Penggunaan Benih Padi .......................................................
69
7 .4. Biaya Usahatani Padi.... ........ ........ ......... ....... ........ .. ...... ......... .... ... ...
70
7.5. Pendapatan Rumahtangga Petani ..................................................
71
7.6. Pengeluaran Rumahtangga Petani .................................................
71
7.6.1. Konsumsi Padi dari Usahatani .............................................
71
7.6.2. Konsumsi Pangan dari Pasar ...............................................
73
7 .6.3. Pangsa Pengeluaran Pangan.. .. ......... ............... .... .. .. ........ .. .
74
7.6.4. Pe.1geluaran Pendidikan.......................................................
75
706050
7
0 7
0
Pengeluaran Kesehatan oooooooooooooooooooooooooooooooOooooooooooooOoOOOOOOOOO
Tabungan Rumahtangga Petani..
0
0
0
0
00 0
00 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Oo
0
0
0
0
0
00 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
00 0
0
0
0
0
0
76
0
77
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR EKONOMI TERHADAP PERILAKU RUMAHTANGGA PETANiooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo 8010
8.20
Hasil Validasi Model...
000000000
OoooOOOOOO
000000 00000000 0000000000000000
Simulasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani 802010
802020
802030
802040
00000
79
000000000000000000000000000000
81
KenaikanHargaPadiooooooooooooo-.o.ooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO
81
Penurunan Harga Pupuk ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo Peningkatan Upah Tenaga Kerja 0
0
84
0000000000000000000000000000000000000000
Kombinasi Kenaikan Harga Padi dan Upah Tenaga Kerja; o•oooo dan Penurunan Harga Pupuk 00 0
802050
oooooooooooooooo
79
0
0
0
0
0
00 00 0
0
0
0
0
0
0
0
0
000 0000 0
0
00 0
0
0
0
0
87
0
89
Kombinasi Kenaikan Harga Pupuk dan Upah Tenaga Kerja; dan Penurunan Harga Padi
000000000000000000000000000000000000 0
802060
Perluasan Lahan Garapanooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9010
9020
9030
Kesimpulan oooooooOOOo lmplikasi Kebijakan
0
0
000 0000 0
DAFTAR PUSTAKA
000 0000 0
0
0
0
00000000 00000000
00000000 00000000 000 00 00000000000 0
oooooooooooooo
94
000000000000000 00
97
0000000 0000000000000000 00000000 00000000 00
97
99
0000 000000 00 000 00000 0000000 000000000 00000000 0000000000000000 00000000 00000
Saran Penelitian Lanjutan
LAMP IRAN
91
000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00 00 00000000 00000000 00000000 00000000
oooooooooooooooo
00000000 00000 000 0
0000 00000 000 00000000 0000 0000 000000 00 000000000 0000000 00000 0000000000 0
0000000 0
000
oooooooo oooooooo oOooooOO
00
100
1
01
1
05
DAFTAR TABEL Nom or
Halaman
1. luas Kecamatan di Kabupaten Banjar .... ... ........ ... .. ..... .. ..... ..... .. .... ......
41
2. luas lahan Sawah Menurut Jenisnya di Kabupaten Banjar, Tahun 2002 ······································································································· 43 3. luas Tanam dan Panen Padi Sawah di Kabupaten Banjar, Tahun 2002 .... ........................................................ ........ ........ ...............
44
4. Jumlah Rumahtangga Tanar,·•an Pangan di Kabupaten Banjar, Tahun 1993 .... ........................................ ........ .......................................
45
5. Produksi dan Produktivitas Pac!i Sawah di Kabupaten Banjar, Tahun 2002 .......................... .. ........ ..... ... ........ ........ ........................ .......
46
6. Deskripsi Umum Padi Varietas Unggul dan lokal .... ................ ........ ...
48
7. Karakteristik Rumahtangga Petani Contoh, Tahun 2002 .....................
53
8. Tingkat Penggunaan Input Produksi Rumahtangga Petani Contoh, Tahun 2002 .................................... ........ ........ ........ ............... ................
55
9. Struktur Biaya dan Pendapatan Rumahtangga Petani Contoh Per Tahun, Tahun 2002 ............................... ............. ................ ...................
57
10. Struktur Pengeluaran Aktual Rumahtangga Petani Contoh, Tahun 2002 ...........................................................................................
59
11. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan luas lahan Garapan .........
61
12. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Padi .....................
62
13. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga .... .. .. .... ... ..... .. .... ...... .. ..... .... ............... .. .. ..... ......... .......... ...... ....
64
14. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga ... ...... ........... ...... .. .. ........ .. ... ............... .. ................ ....... ..... 65 15. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Nilai Penggunaan Urea ......
67
16. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Nilai Penggunaan TSP .......
68
17. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi Benih Padi .........
69
18. Hasil pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi Padi dari Usahatani .... .. .... ........ .. ...... .............. ... ...... ...................... .......................
72
19. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi Pangan dari Pasar .....................................................................................................
73
20. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pangsa Pengeluaran Pangan ..................................................................................................
74
21. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pendidikan ....
75
22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Kesehatan .....
76
23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Tabungan Keluarga ............
77
24. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani ...........................
80
25. Harga Oasar dan Harga Dasar Pembelian Gabah dan Bera~ yang Diletapkan Pemerintah Tahun 2000 dan 2002 .....................................
82
26. Dampak Kenaikan Harga Padi (15 Persen) Terhadap Peubahpeubah Endogen Moder Penlaku Rumahtangga Petani .... ... ..... ..........
83
27. Perubahan Harga Eceran Pupuk Tahun 2002-2003 ..........................
85
28. Dampak Penurunan Harga Pupuk Urea (17.5 Persen) dan TSP (20 Persen) Terhadap Peubah-peubah Endogen Model Perilaku Rumahtangga Petani .... ........ .... .... ..........•......•..........•.. ...•.•... ... .•...•.... ...
.86
29. Dampak Kenaikan Upah Tenaga Kerja (20 Persen) Terhadap Peubah-peubah Endogen Moder Penlaku Rumahtangga Petani ........
88
30. Dampak Kenaikan Harga Padi (15 Persen) dan Upah Tenaga Kerja (20 Persen); Penurunan Harga Pupuk Urea (17.5 Persen) dan TSP (20 Persen) Terhadap Peubah-peubah Endogen Model Perilaku Rumahtangga Petani ............ ................................................ ................
90
31. Dampak Penurunan Harga Padi (15 Persen); Kenaikan Harga Pupuk Urea (17.5 Persen), TSP (20 Persen), dan Upah Tenaga Kerja (20 Persen) T erhadap Peubah-peubah Endogen Model Perilaku Rumahtangga Petani .... ................ ........ ........ ........................................
92
32. Dampak Kenaikan Luas Lahan Garapan (20 Persen) Terhadap Peubah-peubah Endogen Moder Penlaku Rumahtangga Petani ........
95
DAFTAR GAMBAR Nom or
Halaman
1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional Tahun 2001 ........................
3
2. Pergerakan Harga Beras Indonesia Tahun 2001 dan 2002 ................
4
3. Masalah Perberasan dan Keterkaitannya dengan Perekonomian Rumahtangga Petani ............................................................................
17
4. Respon Penawaran Temadap Perubahan Harga Output....................
19
5. Respon Penawaran Terhadap Perubahan Harga Input.......................
20
6. Keterkaitan Antar Peubah Model Ekonomi Rumahtangga Petani .......
27
7. Jadwal Penanaman Padi Varietas Lokal dan Unggul .... ........ ..............
48
DAFTAR LAMPIRAN Nom or
Halaman
1. Data yang Digunakan dalam Penelitian ............................... .. ............. 106 2. Program Komputer Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani ................................................................................................. 114 3. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani .................... 116 4. Program Komputer Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani .... 129 5. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani .... ....... ............... 132 6.
Hasil Simulasi Kebijakan Kenaikan Harga Padi (15 persen) ............... 137
7. Hasil Simulasi Kebijakan Penurunan Harga Pupuk Urea (17.5 persen) dan TSP (20 persen) .......................................................................... 138 8.
Hasil Simulasi Kenaikan Upah Tenaga Kerja Pertanian (20 persen) .. 139
9.
Hasil Simulasi Kombinasi Kenaikan Harga Padi (15 persen) dan Upah Tenaga Kerja (20 persen); Penurunan Harga Pupuk Urea (17.5 persen) dan TSP (20 persen) .................................................... 140
10. Hasil Simulasi Kombinasi Penurunan Harga Padi (15 persen); Kenaikan Harga Pupuk Urea (17.5 persen}, TSP (20 persen}, dan Upah Tenaga Kerja (20 persen) ......................................................... 141 11. Hasil Simulasi Kenaikan Luas Lahan Garapan (20 persen) ................ 142
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Pangan Dunia (World Food
Summit Five Years Later) di Roma pada bulan Juni 2002 menghasilkan deklarasi yang berjudul Aliansi lntemasional Mengikis Kelaparan (AIIianee
Againts Hunget} yang menegaskan pentingnya pembangunan pertanian dan perdesaan dalam mengikis kelaparan dan kemiskinan. Dalam deklarasi tersebut ditegaskan pula bahwa tanggung jawab perwujudan ketahanan pangan nasional terletak pada pemerintahan negara masing-masing bekerjasama dengan masyarakat madani dan unsur swasta di negara tersebut dengan dukungan masyarakat intemasional. · Perwujudan
ketahanan
pangan tersebut harus
berlandaskan pada upaya peningkatan produktivitas pertanian, perbaikan produksi, dan distribusi pangan (Suryana, 2002). Selaras dengan deklarasi tersebut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 sebagai landasan operasional pembangunan nasional menetapkan
butir-butir
kebijakan
umum
yang
dapat
dijadikan
acuan
pembangunan sektor pertanian di antaranya adalah mengembangkan sistem ketahanan
pangan
kelembagaan, dan
berbasis
b~daya
keragaman
sumberdaya
bahan
pangan,
lokal untuk menjamin tersedianya pangan dan nutrisi
dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani dan nelayan serta peningkatan produksi yang diatur dengan undang-undang. Pemerintah di negara-negara yang sedang berkembang memainkan peranan penting dan berpengaruh besar terhadap sektor pertanian melalui kebijakan-kebijakan seperti pemberian subsidi terhadap petani, pengenaan pajak p~rtanian,
pengendalian harga produk pertanian, pengenaan tarif impor atas
2
produk pertanian asing, pembatasan produksi, subsidi pangan bagi masyarakat urban, dukungan bagi penggunaan pupuk, pembangunan sistem irigasi, penyuluhan pertanian, pengendalian pasar produk pertanian, dan pemberian kredit pertanian yang murah (Stiglitz, 1987).
1.2.
Pennasalahan Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia
dilihat dari tingkat partisipasi konsumsi beras yang lebih dari 97 persen, artinya lebih dari 97 persen rumahtangga bergantung pada beras (Sawit, 2002). Pengeluaran rumahtangga 63 persen digunakan untuk makanan, sekitar 17 persen di antaranya adalah untuk konsumsi padi-padian. Beras menyumbangkan kebutuhan kalori sebesar 56 persen dan protein 49 persen. lndustri perberasan melibatkan 18 juta petani yang sebagian besar adalah petani kecil, serta tenaga kerja yang terlibat dalam penyediaan il•put dan faktor produksi, pengolahan, dan pemasaran (Saifullah, 2002). Karena strategisnya peranan beras dalam kehidupan masyarakat, maka posisi beras dalam kerangka ketahanan pangan menjadi sangat penting. Masalah ketahanan pangan terkait dengan meningkatnya jumlah rakyat miskin. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pertengahan 1997, telah terjadi peningkatan jumlah orang yang kekurangan gizi makro maupun mikro akibat dari pcnurunan pendapatan riil dan bertambahnya jumlah pengangguran (Sawit, 2002).
Tingginya tingkat kemiskinan dan penganggguran telah menyebabkan
menurunnya akses secara ekonomi kelompok miskin untuk menjangkau pangan. Keterjangkauan secara ekonomi ditentukan oleh daya beli masyarakat, yang sangat terkait dengan tingkat pendapatan dan harga pangan. Lebih dari 60 persen penduduk miskin Indonesia berada di perdesaan dan sebagian besar penduduk perdesaan terkait dengan pertanian. Sebagian
3
konsumen pangan yang miskin itu adalah para petani pangan itu sendiri dimana lebih dari 50 persen diantaranya. tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan rumahtangganya dari produksi sendiri (Krisnamurthi, 2002). Selain masalah kemiskinan upaya mempertahankan ketahanan pangan yang tangguh dihadapkan pada masalah ketimpangan antara produksi dan konsumsi beras dalam negeri. Perbandingan produksi dan konsumsi beras nasional tahun 2001 ditunjukkan pada Gambar 1.
Jumlah 6 Outa ton) 5 4
3 2 1
0
-f-'--'=---+--
r·-- .... ·- ---··· ·------ -- ··---· .. ---, !
Bulan
mKONSUMSI I'd PRODUKSI : --------------.1
L--·-····---·- .. ----
Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional Tahun 2001 Sumber : Saifullah (2002)
Ketersediaan beras yanQ bersumber dari produksi dalam negeri cenderung mengalami penurunan terhadap permintaan. Hal ini ditunjukkan oleh produksi beras per kapita yang menurun dan 144.88 kg per kapita pada tahun 1995, 140.25 kg per kapita pada tahun 2000 hingga 133.67 kg per kapita pada tahun 2001 (Saifullah, 2002). Walaupun target produksi tahun 2002 dan 2003 mengalami kenaikan, tapi total konsumsi beras nasional terus naik, tahun 2002 konsumsi mencapai 36.79 juta ton sementara itu produksi hanya 32.50 juta ton.
4
Defisit beras nasional dari sisi produksi disebabkan oleh:
(1)
produktivitas sudah melandai (leveling off), (2) konversi lahan sawah terutama di Pulau Jawa meningkat, (3) subsidi input berkurang, (4) dana investasi, penelitian, dan infrastruktur berkurang, dan (5) faktor alam (kemarau, hama, dll). Sedangkan dari sisi permintaan penyebabnya adalah: (1) jumlah penduduk terus bertambah, (2) pendapatan masyarakat meningkat, (3) kebijakan harga beras murah, dan (4) diversifikasi pangan belum efektif (Mulyana, 1999). Rendahnya kemampuan produksi dalam negeri berakibat peningkatan jumlah beras yang diimpor untuk memenuhi permintaan domestik yang meningkat. Membanjirnya beras impor yang murah menyebabkan harga beras petani tertekan sehingga pendapatan petani mengalami penurunan (Surono,
2002). Gambar 2 menunjukkan pergerakkan harga beras Indonesia pada tahun 2001 dan 2002.
~-Harg~--35oo· ~~t;~=:~~:v:-;-:::::;;-;-;-.;;.~~w:;:::;:;7.~~;~~0:0V~-"'T.7·-;-;·-::l
i(Rp/kg) 3000 ! 2500 2ooo ! 1500 l 1000 i 500 0
I
;o2oo1 - 2002
Bulan
Gambar 2. Pergerakkan Harga Beras Indonesia Tahun 2001 dan 2002 Sumber : Diolah dari data Bulog (2004)
5
Sebelum pembebasan impor beras, kasus harga gabah jatuh hanya terjadi pada waktu panen. Tetapi akibat kebijakan tarif belum mampu mengendaJikan jumlah impor, kasus harga gabah jatuh terjadi cukup tinggi mencapai 48 persen pada tahun 2000 dan 36 persen tahun 2001 (Saifullah, 2002). Pada awal tahun 2002 pemerintah melaksanakan operasi pasar mumi (OPM) dengan menjual beras impor dari Vtetnam pada harga Rp. 2 500 per kg sedangkan beras produk3i petani Indonesia di pasar dijual pada harga Rp. 2 900. Hal ini merugikan petani karena dengan tingkat harga tersebut, harga jual gabah kering panen (GKP) maupun gabah kering giling (GKG) di tingkat petani menjadi sekitar Rp. 1 350 per kg atau sekitar Rp. 169 per kg lebih rendah dari harga dasar gabah yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp. 1 519 per kg (GKG) seperti yang ditetapkan pemerintah melalui lnpres No.9 Tahun 2001 tentang Penetapan Kebijakan Perberasan (Tambunan, 2003). Pada tahun 2002 pemerintah dengan tujuan memberikan insentif guna memberi keuntungan yang layak dan meningkatkan pendapatan petani, menyiapkan kebijakan harga padi dan pupuk serta kebijakan bea masuk beras yang mulai diberlakukan pada Januari 2003. Menurut lnpres No. 9 Tahun 2001 harga dasar pembelian gabah dan beras masing-masing adalah Rp. 1 519 per kg GKG dan Rp. 2 470 per kg beras sedangkan menurut lnpres No.9 Tahun 2002 harga dasar pembelian gabah dan beras pemerintah naik masing-masing menjadi Rp. 1 725 per kg GKG dan Rp. 2 790 per kg beras (Bulog, 2003). Selain
kebijakan insentif dalam bentuk penetapan
harga
dasar
pembelian gabah dan beras, maka untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian
pemerintah
melalui
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor.176/Kpts/Tp.310/3/2003 menetapkan harga eceran tertinggi (HE-a) pupuk
6
bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2003 (Deperindag, 2003). Menurut Keputusan Menteri Pertanian tersebut harga eceran tertinggi (HET) untuk pupuk Urea Rp. 1 150 per kg (HET sebelumnya Rp. 1 275 per kg); pupuk TSP/SP-36 Rp. 1 500 per kg (HET sebelumnya Rp. 1 820 per kg); pupuk NPK Rp. 1 750; dan pupuk ZA Rp. 1 000 (HET sebelumnya Rp. 1 230 per kg) (Deperindag, 2003).
Salah satu pertimbangan mendasar dalam pemberian
kebijakan insentif tersebut adalah karena daya beti petani sudah sangat rendah. Kabupaten Banjar merupakan salah satu sentra produksi padi di Propinsi Kalimantan Selatan.
Di Kabupaten Banjar, pertanian sawah pasang
surut paling luas yaitu 35 407 ha sedangkan lahan sawah irigasi hanya seluas 7 957 ha (BAPPEDA Kab. Banjar, 2003). Pertanian tradisional yaitu tanam sekali setahun menggunakan padi varietas lokal masih dominan. Lahan sawah sekali tanam sepanjang tahun seluas 56 930 ha, sedangkan lahan sawah dengan indeks tanam lebih dari satu hanya seluas 5 135 ha (BAPPEDA Kab. Banjar. 2003). Desa Keliling Benteng Tengah merupakan salah satu desa di Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar. Desa ini berpenduduk 960 orang terdiri dari 346 rumahtangga, 223 rumahtangga di antaranya (64.45 persen) mengandalkan pendapatannya dari pertanian padi baik sebagai pemilik sawah, penyewa, maupun buruh tani. Berdasarkan uraian Jatar belakang dan permasalahan tersebut maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi produksi padi, pendapatan, dan konsumsi rumahtangga petani di daerah penelitian. 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi padi, pendapatan, dan konsumsi rumahtangga petani.
7
3. Bagaimanakah dampak kebijakan harga output dan input terhadap produksi, konsumsi, dan pendapatan rumahtangga petani.
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan Jatar belakang dan permasalahan, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. Kondisi produksi padi, pendapatan, dan konsumsi rumahtangga petani di daerah penelitian. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi, pendapatan, dan konsumsi rumahtangga petani. 3. Dampak kebijakan harga output dan input terhadap produksi, konsumsi, dan pendapatan rumahtangga petani. Penelitian ini diharapkan berguna dan memberikan masukan kepada pengambil
kebijakan
dalam
merumuskan
strategi
pengembangan
dan
pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan dalam hal ini padi di Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan.
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
pada
rumahtangga
petani
yang
mengusahakan padi varietas lokat sebagai komoditas utama (monokultur) di lahail usahataninyc1 untuk mengetahui perilaku ekonotni rumahtangga petani yang meliputi perilaku produksi, penggunaan
tenaga kerja, pendapatan,
konsumsi, dan surplus pasar padi. Model
penelitian
yang
digunakan
adalah
aplikasi
dari
Model
Rumahtangga Pertanian (Agricultural Household Model) yang dibangun oleh
8
Singh
et a/. (1986). Diasumsikan perilaku produksi mempengaruhi keputusan
konsumsi tapi tidak sebaliknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Penawaran dan Produksi Padi
Pengertian fungsi penawaran adalah hubungan antara output dengan harganya, sedangkan fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara output dengan input yang digunakan dalam berproduksi (Cochrane dalam Sawit, 1985). Studi penawaran padi pada umumnya menggunakan data deret waktu
(time series).
Seperti penelitian Timmer (1991) yang menganalisis peranan
kebijaksanaan harga dalam produksi beras di Indonesia tahun 1968-1982. Menurut Timmer (1991) ada dua faktor yang menjelaskan pertumbuhan produksi beras yaitu: pertama, pergeseran ke atas fungsi penawaran beras sebagai hasil teknologi baru, peningkatan jumlah lahan, perluasan irigasi, dan peningkatan pengetahuan petani; kedua, gerak ke atas sepanjang fungsi penawaran karena perbaikan insentif keuangan petani untuk menggunakan input secara lebih intensif. Hasil penelitian Timmer (1991) tersebut antara lain adalah: dengan lahan dan penggunaan pupuk yang konstan, elastisitas harga relatif (rasio harga gabah terhadap harga pupuk) adalah 0.66 tetapi koefisien tersebut tidak signifikan menjelaskan perubahan produksi gabah. Jika harga gabah dan pupuk Urea dispesifikasi secara terpisah, hanya koefisien pupuk Urea yang signifikan dengan elastisitas
harga
sebesar -0.5
menjelaskan jumlah pengg11naan
pupuk.
sedangkan koefisien harga gaball tidak berbeda dari not secara signifikan. Jika digunakan rasio harga gabah terhadap harga Urea maka elastisitas permintaan pupuk adalah -0.66, bersama variabel waktu, rasio harga tersebut mampu menjelaskan 98 persen perubahan penggunaan pupuk (Timmer, 1991 ).
10
lrawan ( 1998) menggunakan data tahun 1978-1993 melakukan penelitian tentang respon penawaran produksi padi ladang dan sawah di Jawa dan luar Jawa.
Model yang dibangun merupakan persamaan tunggal yaitu respon
produktivitas dan respon areal yang diduga dengan metode kuadrat terkecil
(Ordinary Least Squares). Ditemukan olehnya bahwa: pertama, elastisitas penawaran padi sawah dan ladang di Jawa serta luar Jawa adalah inelastis; kedua, produktivitas padi sawah di Jawa tidak dipengaruhi secara nyata oleh harga dan KUT sedangkan di luar Jawa KUT dan lahan irigasi tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas; ketiga, peningkatan produksi padi ladang di Jawa lebih dikarenakan peningkatan luas areal daripada produktivitas. Benu
(1996)
menganalisis
struktur
produksi,
konsumsi,
dan
perdagangan beras di Nusa Tenggara Timur. Model yang dipergunakan merupakan model simultan dengan metode 3 SLS (three stage least squares) dengan data tahun 1969-1993.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa luas
areal panen dipengaruhi harga jagung, curah hujan, dan harga dasar gabah, sedangkan untuk produktivitas dipengaruhi oleh harga gabah, luas areal intensifikasi,
luas
areal
irigasi,
perkembangan
teknologi,
dan
program
intensifikasi.
Hasil analisis simulasi kebijakan menunjukkan bahwa kenaikan
harga dasar gabah, kenaikan harga pupuk, dan kenaikan harga dasar gabah dan pupuk secara bersama-sama merupakan tiga altematif kebijakan yang layak dilakukan, mengingat ketiga
kebijakan
ini dapat mendorong peningkatan
kesejahteraan produsen dan konsumen. Penelitian tentang produksi padi biasanya menggunakan data kerat lintang (cross sections).
Seperti penelitian Pakpahan (1981 ), yang melakukan
analisis fungsi produksi yang didasarkan atas kelas kemampuan lahan (KKL) di daerah aliran sungai (DAS) Cimanuk. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa input usahatani yang memberikan respons terpenting adalah luas lahan garapan
11
dan pupuk organik. Pada KKL yang berbeda respons kedua jenis input tersebut berbeda pula.
Besaran respons (elastisitas) untuk luas lahan garapan adalah
0.75, 0.53, dan 0.24, masing-masing untuk KKL Ill, IV, dan V, sedangkan respons pupuk anorganik pada masing-masing KKL tersebut adalah 0.20, 0.16, dan 0.04. Kalo (1983), melakukan analisis dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas pada usahatani padi di daerah irigasi di lndramayu.
Hasilnya
mer:tunjukkan bahwa pada daerah yang irigasinya terjamin, produksi padi secara nyata dipengaruhi oleh faktor tanah (nilai elastisitas = 0.56) dan saprodi (0.49). Sedangkan pada daerah yang irigasinya tidak terjamin, faktor-faktor tersebut adalah tanah(0.41), saprodi (0.29), dan tenaga kerja (0.23). Selanjutnya
Erwidodo
(1984)
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tingkat hasil usahatani padi sawah di wilayah Perum Otorita Jatiluhur dengan menggunakan jenis fungsi produksi yang sama. Hasilnya, menunjukkan bahwa Juas persil garapan dan tingkat penggunaan pupuk anorganik merupakan faktor yang berpengaruh positif dan nyata terhadap tingkat hasil. Hasil analisis elastisitas memperlihatkan bahwa elastisitas produksi dari tenaga kerja Juar keluarga Jebih besar daripada tenaga kerja dalam keluarga. Pribadi (2002) melakukan analisis produksi dan faktor penentu adopsi teknologi sawit dupa pada usahatani padi di lahan pasang surut Kalimantan Selatan.
Produksi padi diduga dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas
sedangkan faktor penentu adopsi teknologi dianalisis dengan menggunakan model logit.
Hasilnya, produksi padi di lahan pasang surut secara nyata
dipengaruhi oleh Jahan, pupuk, dan tenaga kerja dalam keluarga dengan nilai elastisitas masing-masing 0.80, 0.13, dan 0.67 (Pribadi, 2002).
12
2.2. Studi Pemintaan Pangan
Pennintaan suatu komoditas didefinisikan sebagai seperangkat hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu. Sedangkan pennintaan pasar suatu komoditas adatah penjumlahan dari pennintaan individu terhadap suatu komoditas (Lipsey, 1993).
Pennintaan
merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi oleh banyak variabel (multivariate function). Faktor terpenting yang menentukan pennintaan adalah harga barang
bersangkutan, harga barang lain, pendapatan, dan selera. Beberapa penelitian tentang pennintaan pangan telah dilakukan di Indonesia di antaranya adalah penelitian Kuncoro (1982) yang menganalisis elastisitas pendapatan dari pennintaan beras penduduk Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SUSENAS tahun 1978, dan membagi penduduk Indonesia menurut tiga golongan berdasarkan konsumsi kalori dan 15 daerah, tujuh daerah perdesaan dan delapan daerah kota. Model yang digunakan adalah logaritma kuadratik, dengan pengeluaran total sebagai nilai pendekatan dari pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pennintaan beras kurang elastik terhadap perubahan pendapatan. Elastisitas pennintaan dan elastisitas anggaran belanja beras terhadap pendapatan penduduk perdesaan di
Pulau
Jawa yang
berpendapatan rendah dan sebagian berpendapatan sedang dan tinggi besar dari 0.5, sedangkan golongan lainnya lebih rendah dari 0.5.
lebih
Elastisitas
pendapatan dari permintaan beras penduduk perdesaan lebih tinggi dari penduduk perkotaan.
Semakin tinggi pendapatan penduduk, scmakin rendah
elastisitas pendapatan pennintaan beras. terhadap
Elastisitas anggaran belanja beras
pendapatan lebih tinggi daripada elastisitas pennintaan terhadap
pendapatan.
Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan penduduk
mengakibatkan peningkatan kuantitas dan kualitas beras yang dikonsumsi.
13
Harianto (1994) menganalisis pola konsumsi makanan pada rumahtangga di perkotaan Indonesia (Jakarta) dengan menggunakan model AIDS (Almost
Ideal Demand System) terhadap data Susenas tahun 1984, 1987, dan 1990. Hasilnya, menunjukkan bahwa komoditas pangan secara umum responnya inelastis terhadap perubahan harga sendiri dan elastisitas harga silangnya lebih rendah daripada elastisitas harga sendiri.
Permintaan bahan pangan lebih
sensitif terhadap perubahan harga barang sendiri daripada harga barang lain. Ditemukan . pula olehnya bahwa peningkatan pendapatan konsumen akan mendorong konsumen untuk membeli bahan pangan yang lebih baik kualitasnya. Saw!t (1994) melakukan penelitian dengan menggunakan model yang sama terhadap 241 rumahtangga petani di Jawa Barat dengan tujuan spesifik yaitu menganalisa perbedaan parameter permintaan padi rumahtangga yang diestimasi dengan model konvensional dibandingkan dengan model permintaan rumahtangga (MPR) yang diturunkan dari farm household model.
Hasil
penelitiannya adalah elastisitas permintaan padi terhadap harganya adalah -0.55 bila menggunakan model permintaan rumahtangga (MPR) dan -0.7 4 bila menggunakan
model
permintaan
konvensional.
Efek
positif
terhadap
keuntungan, hanya mampu menutupi sebagian dari efek negatif dari substitusi dan pendapatan (Sawit, 1994).
2.3. Studi Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian Model ekonomi rumahtangga telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian, dan makin berkembang setelah diterbitkannya buku "The Economic
Approach of Human Behaviol' oleh Becker (1965). Teori ini memandang rumahtangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi,
serta
hubungannya
dengan
rumahtangga yang dianalisis secara simultan.
alokasi
waktu
dan
pendapatan
14
Becker (1965) dalam formulasinya menyatakan bahwa ada dua proses dalam perilaku rumahtangga yaitu pertama, proses produksi rumahtangga yang digambarkan oleh fungsi produksi rumahtangga dan kedua, proses konsumsi rumahtangga yang merupakan pemilihan terhadap barang yang dikonsumsi. Dalam analisisnya Becker (1965) lebih menekankan pada alokasi waktu rumahtangga yang di bagi dalam waktu untuk kegiatan bekerja dan waktu santai. Indonesia
Di
beberapa
penelitian
menggunakan
model
ekonomi
rumahtangga telah dilakukan di antaranya adalah penelitian Hardaker et a/. (1985) yang mempelajari dampak perubahan variabel-variabel eksogen secara simultan terhadap perilaku produksi dan konsumsi rumahtangga.
Model
diaplikasikan pada sebuah desa di Jawa Tengah memadukan fungsi CobbDouglas untuk menjelaskan produksi padi rumahtangga dan Sistem Pengeluaran Linear (Unear Expenditure System) untuk menjelaskan perilaku konsumsi rumahtangga. Temuan terpenting dari penelitian ini adalah bahwa produksi padi, surplus pasar padi, penggunaan tenaga kerja, dan upah di perdesaan semuanya mempunyai hubungan yang positif terhadap harga padi. Sawit dan O'brien (1995) melakukan studi terhadap keterkaitan dari keputusan
produksi
dan
konsumsi
rumahtangga
di
perdesaan,
model
rumahtangga pertanian diaplikasikan menggunakan data crossection dari 241 rumahtangga di Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon rumahtangga petani terhadap kebijakan harga output dan input tailaman pangan. Secara
lebih
spesifik
bagaimana
dampak
kebijakan
harga
pangan
mempengaruhi curahan kerja dan pendapatan usahatani dan apa dampaknya terhadap curahan tenaga kerja di luar usahatani. Hasil studi ini menunjukkan, produksi padi rumahtangga sangat sensitif terhadap perubahan harga sendiri, total keuntungan usahatani sangat elastis terhadap harga padi.
Peningkatan
harga beras menyebabkan penurunan konsumsi padi sebaliknya meningkatkan
15
penjualan padi. Studi juga dilakukan untuk mengetahui dampak pengurangan subsidi pupuk terhadap keuntungan usahatani, alokasi tenaga kerja, produksi padi, dan volume padi yang dijual kepada konsumen di perkotaan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kebijakan harga pupuk sangat kecil pengaruhnya terhadap penawaran padi. Hardono (2003) menganalisis dampak perubahan faktor-faktor ekonomi terhadap ketahanan pangan rumahtangga pertanian dengan metode simulasi menggunakan data PATANAS 1999.
Hasil analisis menunjukkan, lt:enaikan
alokasi sumberdaya internal rumahtangga (waktu berburuh dan luas lahan garapan) berdampak positif terhadap ketahanan pangan rumahtangga pertanian. Dampak negatif akibat kenaikan harga-harga input (pupuk dan upah buruh tani) dapat dikompensasi bila kenaikan harga tersebut diikuti kenaikan harga output secara proporsional.
Ill. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Dasar Pemikiran Penelitian ini dilatarbelakangi pennasalahan perberasan nasional yaitu
defisit produksi dan dampak ikutannya. Defisit beras nasional dari sisi produksi disebabkan oleh: (1) produktivitas sudah melandai (leveling off), (2) konversi lahan sawah terutama di Jawa meningkat, (3) subsidi input berkurang, (4) dana investasi, penelitian, infrastruktur berkurang, dan (5) faktor alam (kemarau, hama, dll). Sedangkan dari sisi pennintaan adalah: (1) jumlah penduduk terus bertambah, (2) pendapatan masyarakat meningkat, (3) kebijakan harga beras murah, dan (4) diversifikasi pangan belum efektif (Mulyana, 1999).
Dalam
penelitian ini dampak kebijakan subsidi input dan kebijakan harga output terhadap perekonomian rumahtangga petani akan dianalisis lebih jauh. Gambar 3 menyajikan masalah perberasan nasional dan keterkaitannya dengan perekonomian rumahtangga petani. Kebanyakan studi produksi padi rumahtangga petani terutama bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya dan bagaimana tingkat produksi tersebut menghasilkan pendapatan yang pada akhimya menentukan tingkat konsumsi rumahtangga. Kemampuan rumahtangga meningkatkan produksi
sebagai sumber
pendapatan dan penyP.diaan pangan ditentukan oleh banyak faktor, ekstemal maupun internal. Faktor internal dalam arti bisa dikendalikan oleh rumahtangga di antaranya yang penting adalah luas lahan, bibit, berbagai macam pupuk (seperti Urea, TSP, dan KCI). pestisida, jumlah dan kualitas tenaga kerja, modal, dan penguasaan teknologi.
Sedangkan faktor ekstemal cJalam arti tidak
dipengaruhi keputusan rumahtangga adalah iklim dan kebijakan pemerintah
17
Permasalahan Ekonomi Beras Nasional Produksi meningkat lam bat
Permintaan meningkat lebih cepat Defisit produksi beras
Liberalisasi perdagangan
__.
+
•
Akses pangan RT petani menurun
lmpor beras meningkat
:i
, Kebijakan Perberasan
1. Penetapan harga dasar 2. Subsidi input 3. Tarif impor
+ Pasar input-output
Kegiatan Ekonomi Rumahtangga Petani Curahan tenaga kerja
Produksi padi ~~
+
Input usahatani lainnya: - Ia han - be nih - p•Jpuk - pestisida - dll
Gambar 3.
Konsumsi rumahtangga
-----
Pendapatan dari padi
.._ ~
'---
Kesejahteraan rumahtangga petani
Pendapatan non padi
Permasalahan Beras Nasional dan Keterkaitannya dengan Ekonomi Rumahtangga Petani
18
seperti penyediaan infrastruktur irigasi dan regulasi harga output dan input produksi. Rumahtangga petani sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen pang an
tidak
bisa
dilepaskan
dari
pasar.
lntensitas
ketergantungan
rumahtangga dengan pasar output ditentukan oleh sifat dan karakteristik usahatani rumahtangga tersebut apakah rumahtangga tersebut bersifat subsisten atau komersial. mencukupi
Pada rumahtangga subsisten produksi pertaniannya untuk
keperluan
pangan
rumahtangga
sehingga
ketergantungannya
dengan pasar output rendah. Sebaliknya pada rumahtangga yang lebih berorientasi komersial sebagian besar atau seluruh produksi rumahtangga dijual ke pasar sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada pasar besar pengaruhnya terhadap perekonomian rumahtangga. Pada kenyataannya jarang ditemukan rumahtangga petani yang bersifat subsisten murni maupun komersial penuh karena rumahtangga menjual sebagian hasil produksinya dan sebagian yang lain disisakan untuk keperluan rumahtangga. Karena rumahtangga petani tidak memproduksi semua jenis komoditas yang dipertukannya maka beberapa barang atau jasa harus diperoleh dari Juar rumahtangga (pasar input).
Jika rumahtangga menerapkan teknologi modem
pada usahataninya maka ketergantungannya dengan pasar input produksi lebih besar dibanding dengan rumahtangga dengan usahatani tradisional.
Pada
kenyataannya pertanian sangat tradisional jarang ditemukan karena kebanyakan rumahtangga telah menggunakan sarana l)roduksi modem seperti bennacam pupuk dan pestisida sehingga ketergantungan dengan pasar input produksi tidak dapat dihindari. Keseimbangan pasar input maupun output terbuka terhadap pengaruh dari sumber-sumber perubahan seperti peraturan dan kebijakan baru dari pemerintah.
19
3.2.
Dampak Teoritis Pendapatan
Kebijakan
Harga
Terhadap
Produksi
dan
Secar a teoritis kebijakan harga dapat digunakan dalam mencapai tiga tujuan yaitu: (1) stabilisasi harga hasil-hasil pertanian, (2) meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar tukar (tenn of trade), dan (3) memberi petunjuk dan arah bagi perencanaan jumlah produksi (Mubyarto, 1989). Untuk tujuan kedua tersebut akan dijelaskan bagaimana pengaruh dari perubahan harga input dan output terhadap pendapatan produsen.
3.2.1. Kebijakan Harga Output Pada bagian ini dijelaskan bagaimana dampak kenaikan harga padi terhadap penawaran padi dan pendapatan rumahtangga. Kenaikan harga output suatu komoditas terhadap jumlah output yang ditawarkan dapat dijelaskan secara gratis seperti yang disajikan pada Gambar 4.
Rp AC
0
Gambar 4. Respon penawaran terhadap perubahan harga output
Pada awalnya dengan harga output P 1 ditawarkan sejumlah 0 1 output, penerimaan (revenue) adalah P101 sedangkan pendapatan (profit) adalah P1)01.
(a-
Kenaikan harga output dari P1 menjadi P2 dengan mempertahankan
20
tingkat keuntungan yang maksimum (MC
= P)
mendorong produsen untuk
menambah jumlah output yang ditawarkan dari 0 1 menjadi 0 2, penerimaan produsen sekarang adalah P202 sehingga ada kenaikan penerimaan sebesar P101-P202, dan pendapatan (profit) sekarang adalah (b-P2)02.
3.2.2. Kebijakan Harga Input Pengaruh penurunan harga input produksi terhadap jumlah output yang ditawarkan dapat dijelaskan secara grafis seperti yang disajikan pada Gambar 5.
Rp
p ·······································
02 Output
0
Gambar 5. Respon penawaran terhadap perubahan harga input Pada Gambar 5 terlihat pada awalnya dengan harga output P ditawarkan output sejumlah 01
sehingga penerimaan awal produsen adalah
P01.
Penurunan harga input menyebabkan biaya produksi menurun pula sehingga kurva biaya marginal (penawaran) bergeser ke kanan. Pada harga output yang konstan,
produsen akan menyesuaikan output yang dihasilkannya agar
memperoleh keuntungan maksimum (MC
= P)
yaitu dengan cara menambah
jumlah output yang dihasilkan sehingga penerimaan sekarang adalah P02 atau
21
terjadi kenaikan penerimaan akibat penambahan jumlah output yang ditawarkan sebesar (01-02)P.
3.3.
Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Model ekonomi rumahtangga pertanian lahir dari pemikiran bahwa di
dalam
satu
unit rumahtangga
pertanian terdapat keputusan
yang tidak
terpisahkan antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi, rumahtangga berperilaku sebagai produsen dan pada saat yang sama juga sebagai konsumen. Pemisahan yang tegas antara rumahtangga sebagai konsumen mumi dan sebagai produsen mumi menjadi sulit dilakukan. Pemikiran ini menghasilkan pengembangan model khusus ekonomi rumahtangga pertanian yang berbeda dengan model konvensional yang biasa diterapkan pada perilaku ekonomi perusahaan (the firm). Suatu analisis yang komprehensif dari kegiatan rumahtangga diperlukan untuk membangun sebuah model yang dapat menduga perilaku rumahtangga (Sawit, 1995).
Bagi dan Singh (1974) merumuskan enam kategori perilaku
simultan rumahtangga pertanian yaitu: (1) keputusan produksi, (2) keputusan konsumsi, (3) surplus pasar, (4) keputusan penggunaan tenaga kerja, (5) keputusan investasi, dan (6) keputusan finansial. Pendekatan analisis untuk mempelajari hubungan keterkaitan antar keputusan yang mcncerminkan perilaku rumahtangga pada penelitian ini menggunakan Model Rumahtangga Pertanian (Agricultural Household Model, AHM). Menurut Singh et a/. (1986) rumahtangga pertanian diasumsikan berusaha memaksimumkan fungsi utilitas yang diturunkan dari fungsi konsumsi terhadap komoditas hasil usaha sendiri, konsumsi barang yang dibeli di pasar serta konsumsi waktu santai yang dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
U
= U(Xa. Xm. X1) .............................................................................. (1)
22
dim ana:
Xa Xm X1
= Konsumsi barang yang dihasilkan oleh rumahtangga = Konsumsi barang yang dibeli di pasar = Konsumsi waktu luang
Maksimasi
kepuasan rumahtangga tersebut dibatasi oleh
kendala
produksi (2), waktu (3), dan pendapatan (4):
= Q(L, A) ....................................................................................... (2)
Q
X1 + F = T ................................................................................................ (3) PmXm
= Pa{Q- Xa)- Vt/( L- F) ............................................................... (4)
dimana: Q Pm Pa (Q-Xa)
w L F A
= Jumlah produksi = Harga barang yang dihasilkan pasar = Harga barang yang dihasitkan oleh rumahtangga Surplus produksi untuk dipasarkan = :: Upah pasar = Total input tenaga kerja = Input tenaga kerja rumahtangga = Faktor produksi tetap rumahtangga
Kendala-kendala yang dihadapi rumahtangga tersebut, dalam bentuk tunggalnya adalah sebagai berikut:
PmXm + PaXa + WX, = WT +
1t ................................................................. (5)
dimana: 1t
= PaO (L, A)- WL ................................................................................ (6)
Pada persamaan (5) sisi kiri merupakan pengeluaran total rumahtangga yang dikonsumsi, dan sisi kanannya adalah pengembangan dari konsep pendapatan penuh Becker (1965). Dalam model rumahtangga pertanian optimasi penggunaan input tenaga kerja mempunyai syarat perlu (first order condition), yaitu:
p a(oQ/ol) =
w ......................................................................................... (7)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa penerimaan produksi marjinal dari tenaga kerja sama dengan upah pasar. Selanjutnya dari persamaan (7)
23
diturunkan penggunaan input tenaga kerja (L) sebagai fungsi dart harga output rumahtangga (P8 ), upah pasar (W), dan faktor produksi tetap rumahtangga (A), yaitu:
L* = L*Cr/111. Pa. A) .................................•..•.............................•...........••.... (8)
Hasil substitusi persamaan (8) ke sisi kanan persamaan (5) adalah pendapatan penuh saat keuntungan maksimum (Y*) sebagai berikut : PmXn, + PaXa + WX1 = Y* ......................................................................... (9)
Maksimasi kepuasan dengan kendala persamaan (3) memberikan first order condition sebagai berikut
oUJOXm
= A.Pm ............................................................... (10)
oU/oXa
= A.P
oU/oX1
= A.W8 ............................................................... (12)
PmXm + PaXa + WX1
= Y* ................................................................. (13)
8 ................................................................
(11)
Sehingga dapat diturunkan persamaan konsumsi rumahtangga sebagai berikut:
Xm
= Xm(Pm. Pa. W, Y*) ........................................................... (14)
Xa
= Xa (Pm. Pa. W, Y*) ............................................................ (15)
X1
= X1(Pm. P8 , W, Y*) ............................................................ (16)
Konsumsi barang pasar (Xm), komoditas produksi rumahtangga (Xa), dan waktu
luang
(X1)
dipengaruhi oleh
harga barang pasar,
harga output
rumahtangga, upah pasar, dan pendapatan saat keuntungan maksimum.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tahun 2002/2003, di Desa Keliling Benteng Tengah, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan. Secara administratif di sebelah utara Desa Keliling Benteng Tengah berbatasan dengan Desa Antasan Sutun, di sebelah timur dengan Desa Keliling Benteng Ulu, sebelah selatan dengan Desa PenggaJaman, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gambut. Desa Keliling Benteng T engah berjarak 16 km dari ibukota kecamatan (Martapura), 16.5 km dari ibukota kabupaten (Martapura), dan 29 km dari ibukota propinsi yaitu Banjarmasin. Tengah terdiri dari dua Dusun,
Desa Keliling Benteng
tiga rukun Warga (RW), dan enam Rukun
Tetangga (RT). Di desa ini terdapat 174.5 ha sawah
beririgasi teknis (lrigasi Riam
Kanan), berpenduduk 960 orang terdiri dari 346 rumahtangga, 223 rumahtangga di antaranya (64.45 persen) mengandalkan pendapatannya dari pertanian padi sawah baik sebagai pemilik sawah, penyewa, maupun buruh tani.
4.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data kerat lintang (cross sections) sebagai data primer yang diperolf'h :angsung dari rumahtangga petani padi, dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Di samping data primer, penelitian ini juga memanfaatkan data
sekunder yang bersumber dari berbagai Jembaga seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
Dinas
Pertanian
Tanaman
Pangan,
dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Banjar.
Badan
Perencanaan
25
4.3.
Metoda Pengambilan Contoh
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasar1
pertimbangan
persawahan
beririgasi
teknis
ditemukan
di
Kecamatan Martapura. Pada tahun 2002 di Kecamatan Martapura program lntensifikasi Khusus (insus) pada sawah beririgasi diterapkan di delapan desa. Karena penelitian ini bertujuan
menganalisis
respon
produksi
padi,
permintaan
pupuk
dan
penggunaan tenaga kerja maka beralasan jika pengambilan contoh dilakukan di desa yang melaksanakan program insus tersebut. Dari delapan desa tersebut terpilih secara acak Desa Keliling Benteng Tengah sebagai daerah penelitian studi kasus ini. Berdasarkan survey pendahuluan diketahui bahwa Desa Keliling Benteng Tengah terdiri dari dua Dusun,
tiga rukun Warga (RW), dan enam Rukun
Tetangga (RT). Pada setiap rukun tetangga dilakukan pengumpulan data daftar penduduk yang bekerja sebagai petani beserta alamatnya. Oari daftar petani di setiap rukun tetangga tersebut kemudian diambil secara acak sederhana (simple random sampling) lima orang petani.
Kriteria pemilihan rumahtangga petani
contoh adalah rumahtangga petani pemilik fahan sawah yang menanam padi varietas lokal secara monokultur. Pemilihan
rumahtan~g~
petani contoh dibantu
dalam bentuk informasi oleh petugas Penyuluh lapang Pertanian (PPL), dan pengurus kelompok P3A (Petani Pemakai Air) dikarenakan pada setiap rukun tetangga tersebut tidak tersedia data tentang pola tanam, luas lahan garapan, dan status penguasaan lahan sawah.
26
4.4. Perumusan Model Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku rumahtangga petani padi dalam kegiatan produksi dan konsumsi dianalisis sesuai model ekonometrika. Persamaan model e!
padi,
pendapatan keterkaitan
penggunaan
input
produksi,
biaya
rumahtangga,
dan
pengeluaran
peubah-peubah
yang
dimasukkan
produksi
usahatani,
rumahtangga.
Hubungan
ke
dalam
model
secara
diagramatik dapat disimak pada Gambar 6.
4.4.1. Produksi Usahatani Padi . a. Luas Lahan Garapan Luas lahan garapan dipengaruhi oleh pendapatan dari padi dan modal usaha, persamaan luas lahan garapan dapat dinyatakan sebagai berikut: LAP
= ao + a1PT + azCAPT + U1 ........................................................ (17)
dim ana: LAP = PT = CAPT=
Luas lahan garapan (ha) Pendapatan dari padi (Rp) Modal usahatani (Rp)
Tanda parameter yang diharapkan: a1 dan az > 0 b. Produksi Padi Produksi padi di tingkat rumahtangga dipengaruhi oleh penggunaan pupuk Urea, penggunaan
~upuk
TSP, penggunaan tenaga kerja keluarga,
penggunaan tenaga kerja luar keluarga, dan luas lahan garapan. Persamaan produksi padi dinyatakan sebagai berikut: PRO = bo + b1UREA + bzTSP dim ana:
+~TKO+
b4TKL + bsLAP + U2 ......... (18)
H
Jumlah Urea
I
~
Jumlah TSP
I
1 'Y
....
L...--r===~==~ I . ... lr::--:-:-~hl Biaya t.ke~a r+-------1r--~..
I
1
T.kel)a luar keluarga .......
Upah t.kerja
~~
I
1
Biaya saprodi
N"l · rd·d I al pes I I a
'Y
. .
Biaya total
...·~~
1l
1
... ~
1
.
r
Nllal bemh
•
~
•
1r
t
..
. . Nllal Urea
1
Harga Urea
r
~ r ,...------.
.
l
""
,....__j ~~
Nllal TSP
~
I
Harga TSP
~~====~~~~r~.k=e~.~~ y~--~=e~------------rr=l=.==~-1
Pe~~~~~an
M
~
keluarga
Usiasuami
Total!.
ke~a
11
~r
I II [
~ .. _ .....
isteri Jmlh anak sekolah
Jumlah benih
Produksi padi
Pendapatan dr padi 1
Penerimaan dr padi
... T
II
4-{
PrdkMs padi Modal
I I
Luas lahan
• ~ I~
J
I
I Harga padi
I
r
Rasio ketergantungan .~ Jmlh anggt keluarga
I[
Invest pnddkn
l
,,
r
jI
padi
,r
Padi yang dijual
T Konsumsi padi dr usahatani
l -+ r
Invest SDM
JJ
Tabungan
J
l
Pendapatan rumahtangga
Il
11
Pendapa~n
Pendapatan
non padl
Nilai konsumsi padi dari usahatani
L_j
r -~
+
-..
I
disposible
.I Konsumsi oanaan
..
Pa)akliuran
Konsumsl non oanaan
l-
J
pangan
t
Konsumsi pangan ] dari pasar ·
...
I Pangsa konsumsi
J
1......_ 1.....----
,--...L.T-o-ta-1- -.... pengeluaran rumahtangga
~~
I --~~ ... ~-----------+--+----4------~~~-..... ... ... , ~
.(
II
11 Invest kesehatan
Nilai KCI
Ttl knsms
·~
..._ .....-
l
I
rI
"" ""'"
1
l
~-.
,r
r--------, ...
_ I Pendidikan
I
Biaya lain
,,
t
...
...
Keterangan:
[
) = Peubah Endogen
D
=Peubah Eksogen
Gambar 6. Keterkaitan Antar Peubah Model Ekonomi Rumahtangga Petani 1\)
......
28
PRO = UREA= TSP = TKO = TKl =
Produksi padi (kg) Penggunaan pupuk Urea (kg) Penggunaan pupuk TSP (kg) Penggunaan tenaga kerja keluarga (HOK) Penggunaan tenaga kerja Juar kelttarga (HOK)
Tanda parameter yang diharapkan: b1.
bz. b3, b4, dan bs > 0
c. Produktivitas Padi Produktivitas padi merupakan persamaan identitas secara matematis diformulasikan sebagai produksi padi per luas areal. PPO
= PRO/LAP ................................................................................ (19)
dimana: PPO
=
Produktivitas padi (kg per ha)
4.4.2. Penggunaan Input Produksi Padi Penggunaan input produksi padi terdiri dari persamaan penggunaan tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga, total penggunaan tenaga kerja, nilai penggunaan pupuk Urea, nilai penggunaan pupuk TSP, dan penggunaan benih padi.
a. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Penggunaan tenaga kerja keluarga dipengaruhi oleh upah tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja luar keluarga, dan Juas Jahan
garap~n
dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut: TKO
= Co + c1 UTK + ~TKL + c3LAP + U3 ........................................ (20)
TKO UTK TKL
= Penggunaan tenaga kerja keluarga (HOK) = Upah tenaga kerja (Rp per HOK)
dimana:
= Penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOK)
29
Tanda parameter yang diharapkan: c1 dan c3 > 0;
c.z < 0.
b. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga (upahan} merupakan fungsi dari upah tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja keluarga, dan luas lahan garapan dinyatakan dalam bentuk persamaan: TKL
= do+ d1UTK + d2TKD + d~P + U4 ...................................... (21)
dimana: TKL
= Penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOK)
Tanda parameter yang diharapkan: d 3 > 0; d 1 dan d2 <0.
c. Total Penggunaan Tenaga Kerja Total penggunaan tenaga kerja merupakan penjumlahan dari jumlah penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga dan luar keluarga yang dirumuskan sebagai berikut: TK = TKO + TKL ................................................................................ (22) dim ana: TK = Total penggunaan tenaga kerja (HOK)
d. Nilai Penggunaan Pupuk Urea Nilai penggunaan pupuk Urea merupakan fungsi dari harga relatif (rasio harga padi terhadap harga Urea), harga pupuk TSP. dan luas lahan garapan dinyatakan dalam bentuk persamaan: NUREA
= e 0 + e 1HPD/HUREA + e 2HTSP + e 3LAP + U5
dim ana: NUREA HPD HUREA
= Nilai penggunaan pupuk Urea (Rp)
=
Harga padi (Rp per kg)
= Harga pupuk Urea (Rp per kg)
....•......•..
(23)
30
HTSP
=
Harga pupuk TSP (Rp per kg)
Tanda parameter yang diharapkan: e1, e2, dan~> 0.
e. Nilai Penggunaan Pupuk TSP Nilai penggunaan pupuk TSP merupakan fungsi dari pendapatan siap dibeJanjakan, harga pupuk TSP, dan Juas Jahan garapan, dinyatakan daJam persamaan struktural: NTSP
= f0 + f1 YO+ f~TSP + f3LAP +Us ...................... ,.......... (24)
dim ana: NTSP
YO
= Nilai penggunaan pupuk TSP (Rp) = Pendapatan siap dibefanjakan (Rp)
Tanda parameter yang. diharapkan: f1o f 2 , dan f3 > 0.
f. Penggunaan Benih Padi Penggunaan
benih
padi
merupakan fungsi
dari pendapatan
siap
dibeJanjakan, padi yang dijuaJ, dan Juas Jahan garapan dinyatakan daJam bentuk persamaan strukturaf: K13NH
= go+ g1 YO+ g2PJ + g3LAP + U1 ................................... (25)
dim ana: KBNH PJ
=
Penggunaan benih padi (kg)
= Padi yang dijuar (kg)
Tanda parameter yang diharapkan: g1 dan g2 > 0; g1 < 0.
4.4.2. Biaya Produksi Padi a. Biaya Tenaga Kerja Biaya produksi padi terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi (saprotan), serta biaya Jain-Jain. Biaya tenaga kerja merupakan hasil
31
perkalian antara total tenaga kerja dan upah tenaga kerja, dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: BTK
=
TK * UTK ···································································-· (26)
=
Biaya tenaga kerja (Rp)
dimana: BTK
b. Biaya Sarana Produksi Biaya sarana produksi merupakan jumlah dari nilai penggunaan pupuk Urea, nilai penggunaan pupuk TSP, nilai penggunaan pupuk KCI, nilai penggunaan benih padi, dan nilai penggunaan pestisida dinyatakan dalam persamaan identitas: BSP
= NUREA + NTSP + NKCL + NBNH + NPS .................. (27)
dimana: BSP NKCL NBNH NPS
= Biaya sarana produksi (Rp) =
=
=
Nilai penggunaan pupuk KCI (Rp) Nilai penggunaan benih padi (Rp) Nilar penggunaan pestisida (Rp)
c. Biaya Produksi Usahatani Padi Biaya produksi padi terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi (saprotan) serta biaya lain-lain, dinyatakan dalam bentuk persamaan identitas: BTOT
=
BTK + BSP + BLL .................................................... (28)
= =
Total biaya produksi padi (Rp) Biaya rain-rain (Rp)
dimana: BTOT
Bll
32
4.4.4. Pendapatan Rumahtangga Petani Pendapatan rumahtangga petani padi terdiri dari pendapatan dari usahatani padi, pengusahaan komoditas selain padi dan penerimaan di luar usahatani.
a. Penerimaan dari Padi Penerimaan dari usahatani padi merupakan perkalian antara produksi dan harga padi dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: PU
=
PRO * HPD .................................................................. (29)
=
Penerimaan dari usahatani padi (Rp)
dimana: PU
b. Pendapatan dari Padi Sedangkan pendapatan dari usahatani padi adalah penerimaan dari padi setelah dipotong biaya produksi total dinyatakan dalam persamaan identitas sebagaiberikut: PT
=
PU - BTOT .................................................................. (30)
=
Pendapatan dari usahatani padi (Rp)
dimana: PT
c. Pendapatan Rumahtangga Petani Panctapatan
rumahtangga
petani
merupakan
penjumlahan
dari
pendapatan dari padi, pendapatan dari komoditas lain, dan pendapatan non usahatani (non pertanian), dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: PRT dimana:
= PT + PKL + PNU ..................................................... (31)
33
PRT PKL PNU
= = =
Pendapatan rumahtangga (Rp) Pendapatan komoditan seJain padi (Rp) Pendapatan di luar usahatani (Rp)
d. Pendapatan Siap Dibelanjakan Pendapatan siap dibelanjakan adalah pendapatan rumahtangga setelah dikurangi pajak dan atau iuran yang dikeluarkan rumahtangga petani. YO
= PRT- PJK ................................................................... (32)
dimana: YO PJK
= Pendapatan siap dibelanjakan (Rp) = Pajak/iuran (Rp)
4.4.5. Pengeluaran Rumahtangga Petani Pengeluaran rumahtangga petani terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan, konsumsi non pangan, dan pengeluaran untuk investasi sumberdaya manusia.
a. Konsumsi Padi dari Usahatani Konsumsi padi dari usahatani dipengaruhi oleh pendapatan siap dibelanjakan, jumlah anggota keluarga, dan pengeluaran pendidikan dinyatakan dengan persamaan struktural sebagai berikut: KPSB
=
ho + h1 YO + ~AK + h3INPEO + Ua ............................. (33)
=
Konsumsi padi dari usahatani sendiri (kg) Jumlah anggota keluarga (orang) Pengeluaran pendidikan (Rp)
dimana: KPSB JAK INPED
= =
Tanda parameter dugaan: h1 dan h2 > 0; h3 < 0.
34
b. Total Konsumsi Padi dari Usahatani Total konsumsi padi dari usahatani merupakan penjumlahan dari konsumsi padi dari usahatani (untuk pangan) dan penggunaan benih padi, dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: KPDT
=
KPSB + KBNH ............................................................. (34)
=
Total konsumsi padi dari usahatani (kg)
dim ana: KPDT
c. Konsumsi Pangan dari Pasar Konsumsi pangan dari pasar merupakan fungsi dari pendapatan siap dibelanjakan, jumlah anggota keluarga, dan pengeluaran non pangan dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural sebagai berikut: KPAS
=
i0 + i1YD + i~AK + i3KNP + Ug .................................... (35)
dimana: KPAS KNP
= Konsumsi pangan pasar (Rp) = Pengeluaran non pangan (Rp)
Tanda parameter dugaan: i1 dan
iz > 0; i3 < 0.
d. Pangsa Pengeluaran Pangan Pangsa
pengeluaran
pangan
dipengaruhi
oleh
pendapatan
siap
dibef;:mjakan, pendidikan isteri, dan pangsa pengeluaran non pangan, dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut: PKPG
= jo + j1 YD + hPI + hKNPffP + U1o ................................. (36)
dimana: PKPG PI TP
= Pangsa pengeluaran pangan = Pendidikan isteri (tahun} =
Total pengeluaran rumahtangga (Rp)
Tanda parameter dugaan: j1, j 2 , dan h > o.
35
e. Pengeluaran Pendidikan Pengeluaran pendidikan dipengaruhi oleh pendapatan siap dibelanjakan, pendidikan suami, jumlah anak sekolah, dan tabungan rumahtangga, dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikL>t:
=
INPEO
ko + k1 YO+ k2PS + k3JAS + k..SAVE +U11 .................. (37)
dimana:
= =
Pengeluaran pendidikan (Rp) Pendidkan suami (tahun) Jumlah anak sekolah (orang) = Tabungan rumahtangga (Rp)
INPEO PS JAS SAVE
=
Tanda parameter dugaan: k1. k2, kJ, dank..> 0.
f. Pengeluaran Kesehatan
Pengeluaran kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan siap dibelanjakan, pengeluaran non pangan, dan pengeluaran pendidikan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: INKES
=
lo + l1 YO + hKNP + kJINPEO + U12 .............................. (38)
=
Pengeluaran kesehatan (Rp)
dim ana: INKES
Tanda parameter dugaan: l1 > 0; h dan h < 0.
g. lnvestasi Surnberda~a Manusia untuk
Pengeluaran penjumlahan
dari
investasi
pengeluaran
sumberdaya
pendidikan
dan
manusia
pengeluaran
merupakan kesehatan,
dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: INS OM
=
INPEO + INKES ........................................................... (39)
=
lnvestasi sumberdaya manusia (Rp)
dimana: INSD~.~
36
h. Total Pengeluaran Rumahtangga Petani
Total
pengeluaran
rumahtangga
merupakan
penjumlahan
dari
pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan, dan investasi sumberdaya manusia, dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: TP
= (KPG + KNP) + INSDM ............................................... (40)
dim ana: TP KPG
= Total pengeluaran rumahtangga (Rp) = Konsumsi pangan (Rp)
4.4.6. Surplus Pasar Padi dan Tabungan Rumahtangga Petani a. Surplus Pasar Padi
Surplus pasar padi atau padi yang dijual adalah persamaan identitas yaitu produksi padi dikurangi dengan padi yang dikonsumsi baik untuk benih maupun untuk pangan rumahtangga. Persamaan surplus pasar padi dinyatakan sebagai berikut: PJ
=
PRO- KPDT ............................................................... (41)
= =
Surplus pasar padi (kg) Konsumsf padi usahatani (kg)
dimana: PJ KPSUB
b. Tabungan Rumahtangga Petani
Tabungan rumahtangga petani merupakan fungsi dari pendapatan siap dibelanjakan, nilai penjualan padi, dan rasio ketergantungan dinyatakan dalarP. persamaan struktural sebagai berikut: SAVE dim ana: SAVE NPJ JAKK
= Tabungan rumahtangga petani (Rp) = Nilai penjualan padi ~Rp) = Jumlah angkatan kerja keluarga (orang)
37
4.5. ldentifikasi Model dan Analisis Data Dalam model penelitian ini terdapat 26 peubah endogen yang terdirt dart 13 persamaan struklural dan 13 persamaan identitas. Dart perumusan model diketahui terdapat 32 peubah predetermined dan jumlah peubah datam setiap persamaan maksimum 5 buah.
Menurut Kuotsoyianis (1977) identifikasi
terhadap model dilakukan dengan order condition sebagai bertkut: (K-M)i!:(G-1) .................................................................................... (43) dimana: K M G
= Jumlah seluruh peubah di dalam model
= Jumrah peubah yang dimasukkan daram persamaan = Jumlail persamaan di dalam model
Pada model penelitian ditemukan, K =58, G = 26, dan M = 5, sehingga (K - M) 2: (G - 1) = (58 - 5) > (26 - 1). Berarti semua persamaan daJam model adalah overidentified.
Dengan demikian metode pendugaan yang diterapkan
adalah metode Two Stage Least squares (2SLS).
4.6.
Validasi Model Validasi model menggunakan kriteria statistik Root Mean Squares
Percent Error (RMSPE), U-theil (Theil's Inequality Coefficient). Tujuannya adalah
untuk membandingkan antara data aktual dengan data hasil dugaan untuk semua peubah endogen (Sinaga, 1989).
Nilai RMPSE dan koefisien U-Theil
dapat dirumuskan sebagai berikut:
RMPSE
~ 100* (~)• ~:{
.................................................. (44)
38
u
(-!--) • :L(Pi- Ai) 2 n
~ { (;;) • L(Pi)} { (;;) • L(Ai)'} ................................... (4S)
dimana: n Pi A,
= Jumlah observasi = Nifai pendugaan moder (predicted} = Nilai pengamatan contoh (actual)
Semakin kecil nilai RMPSE dan U, semakin baik penduga modelnya. Nilai U ber1dsar antara 0 dan 1. jika U
= 0,
berarti pendugaan modelnya bagus
sedangkan nilai U = 1 berarti naif.
4.7.
Simulasi Kebijaksanaan
Analisis simulasi kebijaksanaan harga output dan harga input dilakukan untuk melihat dampak perubahan faktor-faktor ekstemal (peubah eksogen) terhadap peubah endogen. Diasumsikan kebijaksanaan pemerintah diarahkan untuk meningkatkan harga dasar padi serta pemberian subsidi pupuk. Penerapan simulasi kebijaksanaannya adalah sebagai berikut: ·1.
Dampak kenaikan harga padi terhadap peubah endogen.
2.
Dampak penurunan harga pupuk terhadap peubah endogen.
3.
Dampak kenaikan upah .tenaga kerja terhadap peubah endogen.
4.
Dampak kenaikan Juas lahan garapan terhadap peubah endogen.
5.
Dampak peningkatan harga padi, penurunan harga pupuk, dan peningkatan upah tenaga kerja terhadap peubah endogen.
6.
Dampak penurunan harga padi, peningkatan harga pupuk, dan peningkatan upah tenaga kerja terhadap peubah endogen.
39
4.8.
Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beriKut: 1.
Analisis respon produksi adalah analisis respon produksi terhadap perubahan penggunaan input produksi yang dilakukan pada usahatani padi varietas lokal yang diusahakan oleh rumahtangga petani pemilik di Desa Keliling Benteng Tengah pada tahun 2002.
2.
Produksi adalah keseluruhan produksi kotor padi selama satu musim tanam, belum dikurangi dengan perhitungan lain, dinyatakan dalam kilogram (kg).
3.
Konsumsi pangan rumahtangga terdiri dari konsumsi padi dari usahatani sendiri dan konsumsi pangan dari pasar selama setahun dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
4.
Rumahtangga pertanian
adalah rumahtangga yang sekurang-kurangnya
satu anggota keluarganya mengusahakan tanaman padi atau palawija. 5.
Tenaga kerja, kuantitas tenaga kerja adalah banyaknya penggunaan tenaga kerja yang dicurahkan untuk menjalankan kegiatan usahatani, dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). Tenaga kerja ini meliputi tenaga kerja keluarga, yaitu tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal selain anggota keluarga.
6.
Pupuk adalah banyaknya kuantitas pupuk yang digunakan dalam satu kali proses produksi, dinyatakan dalam kilogram (kg).
7.
Obat-obatan adalah banyaknya kuantitas obat-obatan tanaman padi (pestisida dan herbisida) yang digunakan dalam satu kali proses produksi padi dinyatakan dalam liter (It).
40
9.
Upah tenaga kerja, meliputi kegiatan untuk penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen. Satuan perhitungan berdasarkan jumlah hari orang kerja dinyatakan dalam Rp per HOK.
10.
Biaya
produksi
adalah
jumlah biaya
yang
dikeluarkan
untuk
menyelenggarakan usahatani, terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya saprotan dan biaya lainnya dinyatakan dalam rupiah (Rp). 11.
Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan
yang diperoleh dari
pengusahaan tanaman padi dan pendapatan di luar usahatani, dinyatakan dalam rupiah (Rp). 12.
Surplus pasar padi adalah banyaknya kuantitas padi yang dapat dijual setelah konsumsi untuk rumahtangga (merupakan selisih produksi padi dan konsumsi padi rumahtangga), dinyatakan dalam kilogram (kg).
V. KARAKTERISTIK PERTANIAN PADI 01 KABUPATEN BANJAR
5.1. Keadaan Wilayah
Kabupaten
Banjar merupakan
salah
satu
kabupaten di
Propinsi
Kalimantan Selatan. Secara geografis terletak antara 2° 49' 55"- 3° 43' 38" pada garis Lintang Selatan dan 114° 30' 20"-115° 35' 37" garis Bujur Timur. Kabupaten ini terdiri dan 12 kecamatan dan 288 desa dengan luas wilayah
4 668.50 km 2 , luas setiap kecamatan seperti yang disajikan pada Tabel1.
Tabel1. Luas Kecamatan di Kabupaten Banjar No.
Kecamatan
I '
I
1. Aluh-aluh
2. Gambut
l
3. 1 Kertak Hanyar 4.
I Sungai Tabuk
'II
Persentase Luas (km 2) 143.90 3.08
I
I
I I
! I
i
129.30 81.30
I
2.77 1.74
147.30
3.16
5.1 Martapura
221.40
6. 1Astambul
216.50
4.64
215.351
4.61
7., Karang lntan
I
4.7 411
I
1 8. 1Aranio
1 166.351
24.98 1
I
1 019.50
21.84
9.
I Sungai Pinang
I
12.171
1 11. 1 Mataraman
I 148.40 I
112.1 Simpang Empat
611.30
13.091
j1o.j Pengaron
567.90
3.18 1
l~.~~-J~-~~~-~ -~-~~~ -- n~--~~6~.5?1 --~00.00! Sumber: BAPPEDA, Kab. Banjar (2003)
Secara administratif, di sebelah utara Kabupaten Banjar berbatasan dengan Kabupaten Tapin, sebelah selatan dengan Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru, sebelah timur dengan Kabupaten Kotabaru dan sebelah barat dengan Kabupaten Barito Kuala dan Kotamadya Banjarmasin.
42
Ketinggian wilayah Kabupaten Banjar berkisar antara 0-1 878 meter dari permukaan laut (dpi). Kedalaman efektif tanah pada umumnya (66.45 persen) lebih dari 90 em, kedalaman 60-90 em meliputi wilayah 18.72 persen dan 30-60 em meliputi wilayah 14.83 persen.
Struktur tanah
di Kabupaten Banjar
didominasi oleh tanah bertekstur halus (77.62 persen), kemudian bertekstur sedang (14.93 persen), dan
bertekstur kasar (5.39 persen).
Jenis tanah di
daerah ini didominasi oleh Komplek Podsolik Merah Kuning (42.86 persen) dan Organosol (28.57 persen). Kendala dalam pemanfaatan tanah Podsolik Merah Kuning dan Organosol untuk usahatani padi sawah adalah sifat kemasaman yang tinggi dari kedua jenis tanah tersebut. Hal ini mengharuskan dilakukannya peneueian tanah sawah seeara terus menerus dengan pembuatan saluransaluran pembuangan air (drainase). Di Kabupaten Banjar musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni hingga September dan musim hujan terjadi pada bulan Desember hingga bulan Maret.
Suhu udara rata-rata berkisar antara 19.4° C pada bulan Mei hingga
37.2° C pada bulan Oktober. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 61 persen pada bulan Agustus hingga 95 persen pada bulan Mei dan November. Rata-rata eurah hujan selama tahun 2002 adalah 151.2 mm, tereridah pada bulan September (5.00 mm) dan tertinggi pada bulan Maret (304.90 mm). Jumlah hari hujan rata-rata adalah 13.6 hari, tertinggi di bulan Maret dan Desember (25 hari) dan terendah pada bulan September (1 hari). Pada tahun
2002 k9eepatan angin yang terjadi rata-rata sebesar 4.5 knots per bulan.
5.2.
Keadaan Pertanian Padi Pertanian mempunyai peran penting dalam perekonomian daerah
Kabupaten Banjar ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Brutto (PDRB). Berdasarkan Jenis Lapangan Usaha,
43
pertanian menyumbang 39.05 persen,
khusus tanaman bahan makanan
menyumbang 24.09 persen PORB Kabupaten Banjar. Kabupaten Banjar merupakan salah satu sentra produksi padi di Propinsi Kalimantan
Selatan
pengembangan
memiliki
pertanian,
lingkungan
khususnya
alamiah
yang
strategis
pertanian tanaman pangan,
untuk karena
memiliki tipe lahan yang lengkap yaitu: lahan irigasi, tadah hujan, pasang surut, lebak, dan polder seperti yang ditampilkan pada Tabel2. Tabel2. Luas Lahan Sawah Menurut Jenisnya di Kabupaten Banjar, Tahun 2002
No. 1.
Jenis Lahan 1
Tanam :2: 2 Kali Setahun {ha)
lrigasi Teknis
2. llrigasi Setengah Tehnis
I I
Tanam Sekali Setahun {ha)
Jumlah {ha)
800
3734
6 706
0
0
0
402
296
698
98
425
523
3.
lrigasi Sederhana PU
4.
lrigasi Non PU
5.
Tadah Hujan
1 610
12 388
15 908
6.
Pasang Surut
2 225
33182
35407
7.
Lebak
0
6 905
6 905
8.
Polder dan lainnya
0
0
0
5135
s6 93o
Jumlah
I 66 147 I
I
Sumber: BAPPEDA, Kab. Sanjar (2003} Menurut jenis penggunaannya lahan sawah pasang surut adalah yang ter1uas yaitu 35 407 ha sedangkan lahan sawah irigasi hanya seluas 7 957 ha (BAPPEDA Kab. Banjar, 2003).
Pertanian tradisional yaitu tanam sekali setahun
menggunakan varietas lokal masih dominan. Lahan sawah sekali tanam sepanjang tahun seluas 56 930 ha, sedangkan lahan sawah dengan indeks tanam lebih dari satu hanya seluas 5 135 ha (BAPPEDA Kab. Banjar, 2003).
44
Luas Kecamatan Martapura hanya 4. 74 persen dari luas wilayah Kabupaten Banjar tetapi merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Banjar yang mempunyai potensi tinggi dalam bidang pertanian khususnya tanaman padi sawah. Tabel3.
No.
Luas Tanam dan Panen Padi Sawah di Kabupaten Banjar, Tahun 2002
Kecamatan
1. Aluh-aluh 2.
Kertak Hanyar
3.
Gambut
4.
Luas Tanam (ha) (persen) 13 729 21.99
Luas Panen (ha) (persen) 13128 21.74
6786
10.87
4214
6.98
10473
16.77
10294
17.04
SungaiTabuk
8478
13.58
8348
13.82
5.
Martapura
7 257
11.62
6582
10.90
6.
Astambul
4990'
7.99
'5528
9.15
7.
Simpang Empat
6 051
9.69
5 810
9.62
8.
Karang Jntan
1 313
2.10
1088
1.80
245
0.39
278
0.46
9. Aranio 10.
Pengaron
826
1.32
2 314
3.83
11.
Sungai Pinang
367
0.59
1 218
2.02
12.
Mataraman
1 925
3.06
1594
2.64
62440
100.00
60396
100.00
Jumlah
Sumber: BAPPEDA, Kab. BanJar (2003)
Kecamatan Aluh-aluh adalah daerah yang paling luas dalam penanaman padi (21.99 perse:1) dan panen padi (21. 74 persen) sPdangkan Kecamatan Martapura pada urutan keempat dalam penanaman padi (11.62 persen) dan panen padi (10.90 persen). Selain indikator luas areal sawah, peran dan kedudukan Kecamatan Martapura sebagai lumbung padi di Kabupaten Banjar ditunjukkan oleh banyaknya rumahtangga yang mengusahakan tanaman padi disajikan Tabel 4.
seperti yang
45
Tabel4.
Jumlah Rumahtangga Tanaman Pangan di Kabupaten Banjar, Tahun 1993 No.
Kecamatan
Jumlah Rumahtangga 7487
Persentase
1.
Alu~aluh
2.
Kertak Hanyar
4 840
8.24
3.
Gambut
3 915
6.67
4.
SungaiTabuk
6273
10.68
5.
Martapura
7 242
12.33
6.
Astambul
7 942
13.53
7,
Simpang Empat
5406
9,21
8.
Karang lntan
3792
6.46
1185
2.02
9. Aranio
12.75
10.
Pengaron
4082
6.95
11.
Sungai Pinang
3299
5.62
12.
Landasan Ulin
1 542
2.63
13.
Banjarbaru
161
0.27
14.
Cempaka
1 550
2.64
58 716
100.00
Jumlah Sumber: BPS Kab. BanJar (1994)
Menurut Sensus Pertanian Tahun 1993 di Kabupaten Banjar terdapat 63 466 rurnahtangga pertanian atau 17.32 persen dari 366 498 rumahtangga pertanian yang ada di Propinsi Kalimantan Selatan. Dari jumlah rumahtangga pertanian itu sebanyak 58 716 adalah rumahtangga tanaman padi dan palawija. Dari Tabel 5 tersebut ter1ihat bahwa rumahtangaa petani padi terkonsentrasi pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Astambul (13.53 persen), Kecamatan Aluh-aluh (12.75 persen), dan Kecamatan Martapura (12.33 persen). Seberapa jauh kontribusi Kecamatan Martapura dalam penyediaan pangan beras di Kabupaten Banjar dapat dilihat dari tingkat produksi dan produktivitas padi seperti yang ditunjukkan Tabel5.
46
Tabel5. Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Banjar, Tahun2002 No.
Kecamatan
Produksi (ton) 4568
Produktivitas (ton/ha) 3.479
1.
Aluh-aluh
2.
Kertak Hanyar
1427
3.385
3.
Gambut
3430
3.332
4.
SungaiTabuk
2806
3.362
5.
Martapura
2236
3.398
6.
Astambul
1889
3.418
7.
Simpang Empat
1 R30
3.150
330
3.031
86
3.083
8. Karang lntan 9.
Aranio
10.
Pengaron
705
3.046
11.
Sungai Pinang
357
2.931
12.
Mataraman
475
2.977
20138
3.334
Jumlah
Sumber: BAPPEDA, Kab. BanJar (2003)
Dari Tabel 5 tertihat bahwa sentra produksi padi Kabupaten Banjar ada pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Aluh-aluh, Gambut, Sungai Tabuk, dan Martapura. Produksi padi Kabupaten Banjar tahun 2002 adalah sebesar 20 138 ton dengan tingkat produktivitas 3.334 ton per hektar sedangkan Kecamatan Martapura menyumbang sebesar 2 236 ton padi ( 11 .1 0 persen ).
Dari segi
produktivitas padi tampak Kecamatan Martapura dengan tingkat produktivitas 3.398 ton per hektar, berada di atas produktivitas padi Kabupaten Banjar.
5.3.
Pertanian Lahan Basah
5.3.1. Jenis Persawahan dan Pola Tanam Padi Persawahan lahan basah yang terdapat di Kabupaten Banjar menurut jenis lahan adalah: (a) Sawah Pasang Surut
(tidal swamp rice culture)
sebagaimana tersirat dari namanya, jenis persawahan ini dilaksanakan pada
47
daerah pasang surut, (b) Sawah Tahun (westmonsoon lowland rice culture), dilakukan pada dataran rendah (lowland area) umumnya merupakan daerah tadah hujan, (c) Sawah Timur (east monsoon rice culture), persawahan ini salah satu bentuk persawahan lebak, dilakukan pada daerah dataran rendah dan cekungan (dataran banjir), sehingga pada musim hujan daerah ini tergenang, dan (d) Sawah Surung, persawahan surung dilakukan pada daerah rawa yang letaknya paling rendah yang oleh penduduk setempat disebut danau. Di Kabupaten Banjar selain persawahan pada lahan pasang surut, tadah hujan, dan lebak juga terdapat persawahan irigasi dengan luasan areal 7 957 ha (BAPPEDA Kab. Banjar, 2003).
Proyek pembangunan lrigasi Riam Kanan
dilakukan secara bertahap sejak tahun 1988 disponsori oleh Sumitomo Foundation (Jepang). Tahap pertama proyek pembangunan irigasi selesai dan mulai beroperasi tahun 1992 meliputi sub area B dengan luas areal potensial 6 202.5 ha lahan yang terairi (Mustaniroh, 2000). Pola tanam yang umumnya di lakukan pada lahan basah ada tiga macam yaitu: (1) menanam padi varietas unggul dilanjutkan dengan penanaman padi varietas lokal, atau disebut juga dengan pola tanam sawit dupa, dan (2) petani hanya menanam padi varietas lokal saja sepanjang tahun, atau disebut juga pola tanam non sawit dupa, dan (3) pola tanam padi varietas unggul-padi unggul. Gambar 8 memperlihatkan jadwal kegiatan penanaman padi vanetas unggul dan lakal di lahan basah. Kegiatan usahatani dimulai pada bulan Oktober saat padi vanetas unggul disemai dan padi varietas lokal diteradak. Padi vanetas unggul ditanam pada bulan November dan panen empat bulan kemudian pada bulan Maret.
Sementara itu padi vanetas lokal hingga bulan Maret tersebut
masih dalam tahap persiapan untuk tanam.
Jika padi vanetas lokal tersebut
ditanam pada bulan Maret maka panen akan dilakukan pada bulan Agustus.
48
/
.
.
.-~-=-~.-,.---~-~-~---"'-'""--=·-,..,...,---=~=-~=-~~-----= . -
-~mai Tanam- Panen Padi Unggl!t',.. /
/
/
/
radak /t."ambS!f( .1' .1'
/" Tanam - Panen Padi Lokal
Lacak
/
.1' /
/
Sept Okt Nop Des Jan Peb
Mart April
Mei
Juni
Juli Agts
Gambar 7. Jadwal Penananam Padi Varietas Lokal dan Unggul Sumber: Noorsyamsi eta/. (1984)
Padi varietas lokal yang umum ditanam dan dikonsumsi rumahtangga petani adalah Siam, Unus, Pandak, dan Adil sedangkan padi varietas unggul adalah IR 64, IR 66, IR 42, dan Cisokan_
Padi varietas unggul dan lokal
mempunyai karakteristik yang berbeda seperti yang dideskripsikan Tabel6.
Tabel6. Deskripsi Umum Padi Varietas Unggul dan Lokal Padi Varietas Lokal
Padi Varietas Unggul
8-10 bulan
4 bulan
Wama beras
Putih-kuning, agak bening
Putih
Tekstur nasi
Pera
Pulen
Rasa nasi
Enak
Kurang
Tinggi
Lebih murah
Mudah
Agak sulit
Lebih sedikit
Banyak
Kurang intensif
lntensif
2.0- 2.5 ton/ha
4.5- 5.5 tonlha
Varia bel Umur
Harga beras . ----
Pemasaran beras Penggunaan input produksi Teknik budidaya Produktivitas ---
----- ---- -- --------
·-
-------~-----
Sumber: Pribadi (2002)
------- --
.
---- ·------· ---------
..
----
49
Rumahtangga
petani
lokal
di
Kabupaten
Banjar
kurang
suka
mengkonsumsi padi unggul karena bertekstur pulen.
5.3.2. Tetmik Budidaya Tanaman Padi Varietas Lokal
a. Pengolahan Tanah Pengertian pengolahan tanah di persawahan lahan basah yang dilakukan oleh petani Banjar, tidak lain merupakan upaya pembersihan lahan dengan jalan pengendalian gulma terutama E/eocharis dulcis yang dominan di lahan rawa (Noor, 1996) sekaligus memperkaya tanah dengan pupuk organik yang berasal dari vegetasi gulma yang membusuk itu.
Pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan peralatan tradisional berupa tajak (sejenis parang bertangkai panjang untuk memotong dan sekaligus memapas tanah setebal 2-5 em) dan atau parang, tergantung pada kondisi
k~dalaman
genangan. Tajak digunakan
bila genangan air di lahan tidak terlalu dalam (5-15 em).
Bila kedalaman
genangan lebih dari 30 em, parang digunakan untuk memotong rumput sampai di permukaan tanah. Rumput-rumput yang telah ditebas itu dibiarkan membusuk.
b. Persemaian Pada lahan di mana permukaan air cukup tinggi, tidak dimungkinkan untuk menyebarkan benih seeara langsung di areal pertanaman.
Untuk
mengatasi hal ini, para petani lahan basah melakukar persemaian (tCinam pindah, transplar.tasi) yang dilakukan tiga kali yaitu taradakan (persemaian 1), ampakan (persemaian II), dan laeakan (persemaian Ill).
Persemaian Taradakan Persemaian dengan eara taradakan (dry bed nursery) paling banyak dilakukan petani.
Persemaian ini dilakukan pada permulaan musim hujan
50
(Oktober-November).
Lahan persemaian dipilih pada daerah yang cukup tinggi
agar tidak terendam
ketika air pasang
datang.
Tanaman taradakan
dipertahankan sampai berumur 35-40 hari. Ampakan Bibit taradakan dipelihara di persemaian selama 40 hari kemudian bibit palaian selama 15 hari.
Sampai tahap ini, air terus meninggi, sehingga bibit
belum bisa ditanam langsung di sawah.
Bibit dari persemaian taradakan atau
palaian itu kemudian dipindahkan (transplantasi) ke bagian lahan yang lain. Bibit yang pertama dipindahkan ini disebut ampakan (first transplanted seedlings), dilakukan antara bulan Desember-Januari.
Alasan untuk pemindahan ini
terutama untuk · meningkatkan kemampuan tumbuh bibit dan mendorong perbanyakan anakan tanaman. Luasan areal persemaian ampakan ini sekitar 20 persen dari luas areal pertanaman yang sesungguhnya.
Pada ampakan ini
tanaman dipertahankan sampai berumur 35-45 hari (Noorsyamsi dan Hidayat, 1974; Noorsyamsi eta/., 1984).
Lacakan Persiapan lahan untuk pemindahan kedua ini mencakup penebasan vegetasi. Vegetasi yang ditebas dibiarkan untuk terdekomposisi dalam air dan setelah itu dipergunakan di lahan sebagai pupuk hijau.
Sepertiga total lahan
yang akan ditanami disiapkan menurut pola berjalur (strips). Persemaian ampakan biasanya dipindahkan pada bulan Januari dan pemindahan yang kedua kali disebut lacakan (second transplanted seedlings). Persemaian lacakan perlu dilakukan mengingat curah hujan yang tinggi sehingga lahan tergenang cukup tinggi, sedangkan keadaan tanaman masih terlalu pendek.
51
Areal lacakan 30 persen dari luas pertanaman sesungguhnya merupakan perluasan dari ampakan. Bibit ditanam dengan jarak 50 em dengan 3-4 bibit per lubang. Bibit lacakan tidak dapat ditanam di lahan utama sampai tanaman mengembangkan anakan yang kuat dan dapat tumbuh dengan memuaskan pada keadaan level air di lahan utama. Lamanya persemaian lacakan biasanya antara 50-70 hari, tergantung banyak bibit yang diperlukan untuk transplantasi terakhir dan kedalaman air di lahan utama. Umur lacakan yang terbaik adalah antara 55-60 hari (apabila lacakan sudah beranak dan batangnya mulai keras). Pemindahan kedua dimaksudkan untuk merangsang perbanyakan anakan demi untuk memperoleh bibit yang cukup untuk pertanaman terakhir dan juga untuk menunggu saat permukaan air yang paling menguntungkan di lahan sawah untuk pertanaman terakhir (Noor eta/., 1991; Noorsyamsi dan Hidayat, 1974).
Penyiapan Lahan untuk Transplantasi Terakhir Sekitar sebulan setelah bibit lacakan ditanam, lahan yang tersisa disiapkan untuk penanaman terakhir.
Peke~aan
ini biasanya dilakukan pada
bulan Februari, mengikuti praktek yang sama sebagaimana untuk transplantasi terdahulu.
c. Penanaman di Lahan Utama Pada bulan Maret-April permukaan air di sawah cukup rendah untuk penanaman terc:khir.
Persemaian lacakan yang kini mempunyai anakan
melimpah digali dan ditanam, setelah bagian atas dan akamya dipangkas.
d. Pemupukan dan Pemeliharaan Pada pertanian lahan basah tradisional kecuali pupuk hijau, tak ada pupuk lain digunakan. Permukaan air relatif tinggi selama pertumbuhan vegetatif dari tanarnan padi dan pengaruh penutupn (shading) dari varietas lokal tinggi
52
dari tanaman padi dan pengaruh penutupan (shading) dari varietas lokal tinggi karena itu populasi gulma relatif sedikit sehingga tidak dilakukan penyiangan gulma (Noorsyamsi eta/., 1984). Tetapi di lokasi penelitian ditemukan bahwa petani tetah melakukan pemupukan walaupun masih di bawah rekomendasi dosis pupuk (untuk padi varietas unggul) yaitu 100-300 kg Urea per ha, 75-125 kg TSP per ha, dan 50 kg KCI per ha (Badan Pengendali Simas, 1977).
e. Panen Panen biasanya dilakukan pada bulan Juli-Agustus dengan memotong tangkai pada dasamya dengan alat ani-ani (ranggaman).
Padi itu kemudian
dikumpulkan dan dirontokkan dengan kaki (mairik atau merapa1).
Dibersihkan
dengan gumbaan, sebuah mesin penampi yang dioperasikan dengan tangan.. Padi kemudian dijemur sebelum disimpan di lumbung kecil (kinda1) atau disimpan di dalam karung-karung plastik dan diletakkan di bagian belakang atau samping rumah. Hasil panen pada umumnya dijual kepada pedagang pengumpul.
VI. PRODUKSI DAN KONSUMSI PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 6.1. Karakteristik Rumahtangga Petani Berdasarkan wawancara terhadap seluruh petani contoh, diperoleh data karakteristik rumahtangga petani di daerah penelitian sebagaimana yang disajikan pada Tabel 7.
Data profil rumahtangga petani contoh terdiri dari:
jumlah anggota keluarga, jumlah angkatan kerja keluarga, usia suami (kepala kelu~rga),
usia isteri (ibu rumahtangga), pendidikan suami, pendidik?l'l isteri,
jumlah anak sekolah, dan rasio ketergantungan.
Tabel7. Karakteristik Rumahtangga Petani Contoh, Tahun 2002 No.
Karakteristik Rumahtangga Petani
1. 2.
Umur suami (tahun)
1
----
46.73
Umur isteri (tahun)
41.40
Pendidikan suami (tahun)
5.77
3.
I
4.
1 Pendidikan
5.
I Jumlah anggota keluarga (orang)
isteri (tahun)
5.97 3.73
6.
IJumlah angkatan kerja (orang)
2.97
7.
1 Jumlah
0.67
8.
I Rasio ketergantungan
anak sekolah (orang)
0.19
Umur kepala rumahtangga berkisar antara 32-62 tahun, umur kepala rumahtangga yang paling banyak ditemukan adalah 45
tahu~
(16.7 persen).
Usia isteri (ibu rumahtangga) berkisar antara 27-55 tahun dan yang paling banyak ditemukan adalah yang berumur 35 tahun (20 persen).
Dalam
hubungannya dengan kelompok umur produktif maka baik suami maupun isteri tersebut sebagian besar termasuk dalam kelompok umur produktif (15--55 tahun).
54
Pendidikan suami berkisar antara
~12
tahun, paling banyak pendidikan
suami yang ditemukan adalah 6 tahun (60 persen) atau telah menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah dasar. Tingkat pendidikan isteri tidak jauh berbeda dengan suami, kisaran pendidikan isteri adalah 2-12 tahun dan yang terbanyak telah menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah dasar (80 persen).
Jika
dibandingkan dengan tingkat pendidikan nasional yaitu 8.33 tahun atau pemah bersekolah di sekolah lanjutan atas maka tingkat pendidikan suami dan isteTi responden masih rendah. Struktur rumahtangga terdiri dari kepala rumahtangga, isteri dan 0-4 orang anak, secara keseluruhan ukuran rumahtangga responden termasuk dalam kategori kecil.
Dari sejumlah anggota keluarga
(2-6 orang) tersebut
tenaga kerja keluarga yang tersedia adalah 2-5 orang sedangkan jumlah anak sekolah dalam rumahtangga berkisar 0-3 orang, hal ini menjelaskan mengapa pengeluaran untuk pendidikan relatif kecil. Rasio ketergantungan relatif rendah (kurang dari satu).
6.2.
Keragaan Usahatani Padi
6.2.1. Penggunaan Input Produksi Tingkat penggunaan input produksi dapat dilihat pada Tabel 8, luas lahan garapan rumahtangga berkisar antara 10-45 borong ( 1 borong
=289 m2)
atau
setara dengan 0.29-1.30 ha. Rata-rata penguasaan lahan rumahtangga di daerah penelitian (0.64 ha) lebih besar daripada rata-rata nasional maupun rata-rata Propinsi Kalimantan Selatan yaitu masing-masing 0.29 ha dan 0.51 ha (BPS, 1994). Penggunaan benih (35.80 kg per ha) lebih tinggi dari yang ditemukan Pribadi (2002) di daerah pasang surut yaitu 23.20 kg per ha. Kecenderungan penggunaan benih yang tinggi karena petani telah memperhitungkan kebutuhan
55
cadangan benih yang digunakan untuk menyulam bibit tanaman yang mati ketika dalam persemaian maupun setelah tanam.
Tabel8. Tingkat Penggunaan Input Produksi Usahatani Rumahtangga Petani Contoh, Tahun 2002
rNo.
Input Produksi
1.
Benih (kg)
2.
Penggunaan pupuk
I I I 3.
4.
Tingkat Penggunaan Aktual Per hektar 22.91 35.80
I - Pupuk Urea (kg) I - Pupuk TSP (kg) I Pupuk KCI {kg) I I Alokasi tenaga kerja I Tenaga kerja ke!uarga (HOK) I Tenaga kerja fuar kefuarga (HOK) I I Total penggunaan tenaga kerja (HOK)
ISawah garapan (ha)
-
-
66.97
104.64
I .r2.531
25.~31
40.52
8.v21
_,
69.871
104.28
60.28
I 203.36 I I -I 94.i9
130.151
0.641
Jika dibandingkan dengan rekomendasi dosis pupuk untuk tanaman padi varitas unggul yaitu 100-300 kg Urea per ha, 75-125 kg TSP per ha, dan 50 kg KCI per ha (Badan Pengendali Simas, 1977) penggunaan pupuk Urea memenuhi rekomendasi yang dianjurkan, namun untuk jenis pupuk TSP dosis yang digunakan masih sangat rendah.
Pupuk KCI jarang digunakan karena petani
tidak terbiasa menggunakan jenis pupuk ini untuk tanaman padi varietas lokal, dcri
seluruh
responden
yang
diwawancarai
53.30
persen
petani
tidak
menggunakannya. Petani yang lain menggunakannya dengan dosis 10-35 kg per ha.
Untuk obat-obatan yang
~eliputi
pestisida dan herbisida. nilai
penggunaannya sebesar Rp 104 915 per ha. Tingkat penggunaan tenaga kerja keluarga tidak berbeda jauh dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga.
Proporsi penggunaan tenaga kerja
56
keluarga adalah 51.28 persen dari total penggunaan tenaga kerja, proporsi ini relatif lebih rendah dari yang ditemukan Hardono (2002) yaitu 65 persen namun Jebih besar dari temuan Pribadi (2002) 43.22 persen.
Tingginya keterlibatan
tenaga kerja luar keluarga (48.72 persen) menunjukkan relatif pentingnya peran usahatani padi terhadap penyerapan tenaga kerja di daerah penelitian. Rumahtangga membuka lapangan kerja bagi buruh tani yang masih memiliki hubungan kekerabatan baik itu keluarga maupun tetangga.
Walaupun
sebenamya tingkat penggunaan tenaga kerja luar keluarga tersebut tidak efisien secara ekonomis karena nilai produksi marginal (tambahan penerimaan setiap penambahan satu satuan input) lebih kecil dari upah tenaga kerja yang dibayarkan rumahtangga.
6.2.2. Struktur Biaya dan Pendapatan Rumahtangga Petani Komposisi biaya usahatani terdiri dari biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Sedangkan pendapatan rumahtangga petani terdiri dari pendapatan dari usahatani padi, pendapatan dari komoditas pertanian selain padi, dan pendapatan di luar pertanian.
Tabel 9 menyajikan struktur
biaya usahatani dan pendapatan rumahtangga. Dari tabel tersebut terlihat bahwa komponen biaya terbesar pada usahatani padi adalah biaya tenaga kerja yang mencapai Rp 1 748 936 atau 85.55 persen dari total biaya.
Hasil penelitian Noorginayuwati eta/.
(1994)
tentang analisis usahatani padi varietas lokal di daerah pasang surut Kalimantan Selatan menunjukkan hal yang sama yaitu 84.30 persen. Besamya biaya tenaga kerja tersebut karena memperhitungkan biaya penggunaan tenaga kerja keluarga padahal penggunaan tenaga kerja keluarga menempati proporsi terbesar dari total penggunaan tenaga kerja.
57
Tabel9.
Struktur Biaya dan Pendapatan Rumahtangga Petani Contoh PerTahun, Tahun 2002
No.
I I I
Uraian
1.
Luas lahan garapan (ha)
2.
Produksi padi (kg)
3.
1
4.
I Biaya usahatani padi (Rp)
Jumlah 0.64
2 315.50 2 836 488.00
Penerimaan dari padi (Rp)
-
- Benin padi (Rp)
28 072.92
- Pupuk Urea (Rp)
100 450.00
- Pupuk TSP (Rp)
57 053.33
- Pupuk KCI (Rp)
17 636.67
- Pestisida (Rp)
67145.50
I - Biaya sarana produksi (Rp} 1-
Biaya tenaga kerja (Rp)
I - Biaya lain~tain (Rp)
i Total biaya usahatani padi (Rp) 5.
270 358.40
I Pendapatan
1 748 936.oo
II
rumahtangga (Rp)
I
25 000.00 2 044 294.00
-
Usahatani padi (Rp)
792193.00
Komoditas lain (Rp)
649 716.70
I Non pertanian (Rp) 1
Totaf non padr (Rp)
J
Total pendapatan rumahtangga (Rp)
1
1 394 483.00
I
2044 200.00
1 2 836 393.00 1
Dengan harga jual padi sebesar Rp 1 225 per kg, keuntungan (profit) dari usahatani padi adalah Rp 792 193 atau Rp 1 237 801 per hektar lahan garapan. Dalam struktur pendapatan rumahtangga, usahatani padi memberikan kontribusi sebesar 27.93 persen, proporsi ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan Suryana dalam Tambunan (2003) bahwa rata-rata pendapatan rumahtangga petani padi yang bersumber dari usahatani padi hanya sekitar 30 persen dari total pendapatan rumahtangga. Adapun sumber penyumbang pendapatan terbesar adalah pendapatan non pertanian dengan pangsa mencapai 49.16 persen.
Struktur pendapatan ini memberi kesan bahwa kegiatan-kegiatan non
58
pertanian seperti industri kecif, perdagangan, atau kegiatan pertanian non padi, merupakan sumber pendapatan yang Jebih penting dibandingkan kegiatan pertanian padi bagi sebagian besar petani padi. Pendapatan tunai (cash income) yang diperoleh dari usahatani setelah panen adalah hasil penjualan padi yang merupakan sumber modal usahatani dan tabungan rumahtangga. Padi yang dijual (market surplus) setelah sejumlah produksi disisakan untuk cadangan pangan dan benih adalah 1357.58 kg atau 58.63 persen dari produksi padi.
Jumlah tersebut lebih tinggi daripada yang
dikemukakan Mears (1982) yaitu 30-40 persen dari jumlah panen keseluruhan. Menurut Mears (1982) proporsi padi yang dipasarkan cenderung meningkat jika tingkat produksi per keluarga petani naik, bagi usahatani yang mempunyai produksi per kapita tinggi banyaknya padi yang dipasarkan mendekati 50 persen. Terkait dengan pemyataan tersebut telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa ukuran rumahtangga di daerah penelitian dapat dikategorikan kecil (3.73 org) sehingga produksi per kapita relatif cukup tinggi yaitu 620.64 kg per kapita, angka ini di atas produksi padi per kapita secara nasional tahun 2001 yaitu 205.65 kg per kapita (Saifullah, 2002).
6.2.3. Struktur Pengeluaran dan Tabungan Rumahtangga Petani Struktur pengeluaran aktual rumahtangga petani terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan dari pasar, konsumsi non pangan, dan investasi sumberdaya manusia yang terd!ri dari pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan.
Yang dimaksud dengan pengeluaran aktual rumahtangga adalah
pengeluaran nyata yang dibayar dengan uang padi dari usahatani sendiri. rumahtangga petani.
tidak termasuk nilai konsumsi
Tabel 10 menyajikan struktur pengeluaran aktual
59
Tabel10. Struktur Pengeluaran Aktual Rumahtangga Petani Contoh, Tahun 2002 1
1.
Konsumsi pangan pasar
Jumlah (Rp) 328 013
2,
Konsumsi non pangan
162 545
32.20
-
-
. - Pengeluaran pendidikan
5 241
1.04
- Pengeluaran kesehatan
8966
1.78
504 765
100.00
No.
Komponen Pengeluaran
3. llnvestasi SDM
4.
Total pengeluaran
Pangsa Pengeluaran loersen) 64.98
Tabel10 menunjukkan bahwa pengeluaran rumahtangga didominasi oleh pengeluaran untuk pangan yang dibeli di pasar (64.98 persen), proporsi konsumsi pangan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Saifullah (2002) bahwa pengeluaran rumahtangga penduduk Indonesia 63 persen digunakan untuk membeli bahan makanan.
Jika konsumsi padi dari
usahatani sendiri dimasukkan sebagai komponen pengeluaran maka pangsa pengeluaran pangan menjadi lebih tinggi yaitu 70.97 persen.
Pangsa
pengeluaran pangan ini nantinya terbukti akan berubah mengikuti naik turunnya pendapatan rumahtangga sesuai dengan Hukum Engel.
VII. KINERJA MODEL PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI
7 .1. Klnerja Umum Model
Kinerja suatu model ekonometrika diukur dengan: (1) koefisien determinasi (R2 ), merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan peubah penjelas untuk menerangkan keragaman peubah endogen, (2) Uji F diperlukan untuk mengetahui pengaruh peubah penjelas secara bersama-sama terhadap peubah endogen, (3) Uji statistik t diperlukan untuk menguji apakah masing-masing peubah penjelas berpengaruh nyat2 secara statistik terhadap peubah endogen, (4) tanda dan besaran parameter dugaan untuk mengetahui bentuk hubungan peubah endogen dengan peubah penjelas, dan (5) nilai elastisitas setiap peubah · penjelas dalam persamaan struktural untuk menjelaskan respon peubah endogen terhadap perubahan peubah penjelas. Pendugaan model ekonometrika pada penelitian ini menghasilkan nilai koefisien determinasi (R2 ) persamaan pad a kisaran 0 .1812-Q. 9686 dan nilai statistik F antara 1.918-365.066, seluruh nilai F tersebut nyata pada tarat a = 1 persen kecuali persamaan pengeluaran pendidikan dan tabungan rumahtangga nyata pada
tarat a = 5 persen dan pengeluaran kesehatan nyata pada tarat a = 15 persen. Tidak semua tanda parameter dugaan dari peubah-peubah penjelas dalam model sesuai harapan.
Pada persamaan produksi padi, parameter penggunaan pupuk
Urea bertanda negatif dan pada persamaan pengeluaran pendidikan, parameter pendapatan siap dibelanjakan bertanda negatif tetapi kedua peubah penjelas tersebut tidak berpengaruh nyata pada tarat a= 20 persen. Hasil uji t menunjukkan beberapa peubah penjelas yang tidak nyata mempengaruhi peubah endogen pada tingkat a antara 0.01-0.20.
Tanda huruf A, 8, C, D, atau a= dicantumkan pada
61
peubah yang berpengaruh nyata sesuai dengan tingkat signifikansi peubah tersebut. Tingkat signifikansi seperti disajikan sebagai keterangan pada Tabel 11 bertaku untuk seluruh persamaan yang diduga dalam model.
7.2.
Produksi Usahatani Padi
7.2.1. Luas La han Garapan
Hasil pendugaan perilaku petani dalam luas lahan garapan disajikan pada Tabel 11. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu pendapatan usahatani padi (PT) dan modal usaha (CAPT) mampu menerangkan 96.43 persen keragaman peubah endogen luas lahan garapan. Sebagian ·yang lain yaitu 3.57 persen
keragaman peubah endogen tersebut
dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model. Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah luas lahan garapan (Prob>F
=0.0001 ).
Tabel11. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Lahan Garapan
I
I
Peubah Penjelas
Nilai Parameter Dugaan
I
I
t-hitung
I
I
Elastisitas
Pendapatan usahatani padi berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap luas lahan garapan dengan nilai elastisitas 0.24 yang berarti jika pendapatan
I
I
62
usahatani padi meningkat satu persen maka rumahtangga petani meresponnya dengan memperluas lahan garapan sebesar 0.24 persen. Modal usaha berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap luas lahan garapan dengan nilai elastisitas 0.69 yang berarti jika modal usaha meningkat satu persen maka rumahtangga petani akan meresponnya dengan memperluas lahan garapan sebesar 0.69 persen.
7.2.2. Respon Produksi Padi Hasil pendugaan persamaan produksi padi disajikan pada Tabel 12. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu penggunaan pupuk Urea (UREA), penggunaan pupuk TSP (TSP), penggunaan tenaga
ke~a
keluarga (TKO), dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKL)
mampu menerangkan 96.86 persen keragaman peubah endogen produksi padi. Sebagian yang lain yaitu
3.14 persen
keragaman peubah endogen tersebut
dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model. Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah produksi padi (Prob>F
=0.0001 ).
Tabel12. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Padi Peubah Penjelas llntersep f\mggunaan pupuk Urea 1 Penggunaan pupuk TSP Penggunaarr t. kerja keluarga Penggunaan t. kerja luar keluarga Luas lahan garapan R? =
1
I 1
I
0.0086
1 1
I
Nilai Parameter Du aan 34.985981 -1.332600 8.591634 3.0026793.584496 2696, 195666 F-h!tung = 147.872A
I 1
t-hitung
Elastisitas
0.3271
1
-o.33o
1
2.14813.1 o~ss5
II
I
1
I
1.2851
~ R91A -·. I
-
o.to
I
I
-I n 7~ II -...
63
Penggunaan pupuk Urea, penggunaan tenaga kerja keluarga dan luar keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Penggunaan pupuk TSP berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi padi dengan nilai elastisitas 0.1 0 yang berarti jika penggunaan pupuk TSP ditingkatkan satu persen maka produksi padi hanya akan meningkat sebesar 0.10 persen. Luas lahan garapan berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap produksi padi dengan nilai elastisitas 0. 74 persen yang berarti jika Ia han garapan diperluas satu persen maka produksi akan meningkat 0.74 persen.
7.3.
Penggunaan Input Produksi
7.3.1. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja keluarga disajikan pada Tabel 13. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu upah tenaga kerja (UTK), penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKL), dan luas lahan garapan (LAP) mampu menerangkan 65.22 persen keragaman peubah endogen. Sebagian yang lain yaitu 34.78 persen keragaman peubah endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model. Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah penggunaan tenaga kerja keluarga (Prob>F
=0.0001 ).
Upah tenaga kerja tiaak berpengaruh nyata terhadap penggunaan tenaga kerja keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga berpengaruh negatif dan sangat nyata terhadap penggunaan tenaga kerja keluarga dengan nilai elastisitas 0.52, yang berarti jika penggunaan tenaga kerja luar keluarga meningkat satu persen
maka penggunaan tenaga kerja keluarga berkurang 0.52 persen.
Penggunaan tenaga kerja keluarga dan luar keluarga sating bersubstitusi dengan
64
besaran satu HOK tenaga tenaga
ke~a
ke~a
luar keluarga dapat digantikan dengan 0.59 HOK
keluarga.
Tabel 13. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Ke~a Keluarga Peubah Penjelas lntersep Upah tenaga kerja Penggunaan t. kerja luar keluarga ·~ luas ldl'rdn garapan ..
1
2
-
t-
=0.6522
t-hitung
Nilai Parameter Dugaan
-0.106 0.512
-3.922965 0.00"1424 -0.5984421 .4~. ,41544
.. .. I I F-hitung= 16.25¥
Elastisitas
-3.33~ . O'l!
~
5.7u~
1
I
I
0.52 ... " .. 30
I I
Luas lahan garapan berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap penggunaan tenaga kerja keluarga dengan nilai elastisitas 1.30 yang berarti jika luas lahan meningkat satu persen maka penggunaan tenaga
ke~a
keluarga akan
meningkat pula sebesar 1.30 persen. Atau jika luas lahan garapan bertambah luas satu hektar maka penggunaan tenaga kerja keluarga pada usahatani padi meningkat sebesar 142.14. HOK.
Penelitian Hardono (2002) juga menunjukkan adanya
hubungan yang positif antara jumlah penggunaan tenaga
ke~a
keluarga dengan luas
lahan garapan. lni berbeda dengan hasil penelitian Nurmanaf (1985) terhadap rumahtangga petani di Desa Rowosari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Menurut Nurmanaf (1985) hubungan negatif tersebut disebabkan rumahtangga yang mempunyai garapan usahatani yang luas secara relatif lebih banyak menggunakan tenaga
ke~a
dari luar rumahtangga sebagai tenaga kerja upahan. Diduga bahwa
petani dengan garapan usahatani yang luas mempunyai altematif kegiatan lain yang dapat memberikan pendapatan per satuan waktu yang lebih tinggi. Pada rumahtangga petani yang mengusahakan padi varietas lokal sepanjang tahun tersedia waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan di luar usahatani
65
padinya. Karena sesudah tanam di sekitar bulan Maret menunggu panen di bulan Agustus, relatif tidak ada kegiatan yang berarti di lahan usahatani. Demikian juga sesudah panen di bulan Agustus, ada waktu istitahat (leisure) dari kerja usahatani hingga waktu tanam periode berikutnya di bulan Oktober.
Sehingga penambahan
penggunaan tenaga kerja keluarga akibat penambahan luas areal garapan tidak membatasi kegiatan di luar usahatani padi.
Selain itu semakin luas lahan garapan
semakin banyak pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi, ini memotivasi petani untuk lebih banyak mencurahkan waktu kerjanya di lahan usahataninya.
7.3.2. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga disajikan pada Tabel 14. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu upah tenaga kerja (UTK), penggunaan tenaga kerja keluarga (TKO), dan luas lahan garapan (LAP) mampu menerangkan 77.02 persen keragaman peubah endogen. Sebagian yang lain yaitu 22.98 persen keragaman peubah endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam modeL Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah penggunaan tenaga kerja luar keluarga (Prob>F
=0.0001 ).
Tabel 14. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga t-hitung
Peubah Penjelas
l
lntersep Upah tenaga kerJa 1 Penggunaan t. kerja keluarga Luas lahan garapan
I
29.047 I -0.001460 1 -0.7694091
1
1
I
.
175.6626~5
0.484 I -0.434 1 -3.131A., 7.9SSA _
Elastisitas
- 1
0.89 1.86
1
I
66
Seperti halnya pada penggunaan tenaga
ke~a
tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan tenaga Penggunaan tenaga
ke~a
terhadap penggunaan tenaga
penggunaan tenaga
ke~a
ke~a
ke~a
luar keluarga.
keluarga berpengaruh negatif dan sangat nyata
ke~a
berarti jika penggunaan tenaga
keluarga, upah tenaga
luar keluarga dengan nilai elastisitas 0.89, yang
ke~a
keluarga ditingkatkan satu persen maka
luar keluarga menurun 0.89 persen.
Atau setiap
penambahan satu HOK keluarga akan mengurangi penggunaan tenaga
ke~a
luar
keluarga sebesar 0. 77 HOK. Seperti halnya pada penggunaan tenaga
ke~a
keluarga, luas lahan garapan
berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap penggunaan tenaga
ke~a
luar
· keluarga dengan nilai elastisitas 1.86 yang berarti jika lahan garapan bertambah luas satu persen maka penggunaan tenaga
ke~a
luar keluarga bertambah pula sebesar
1.86 persen. Atau jika lahan garapan bertambah luas satu hektar maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga bertambah sebesar 175.66 HOK.
7.3.3. Nilai Penggunaan Pupuk Urea Nilai penggunaan pupuk Urea adalah besamya uang yang dikeluarkan petani untuk melakukan pemupukan Urea (perkalian harga pupuk Urea dengan jumlah fisik pupuk Urea).
Ha~il
pendugaan persamaan nilai penggunaan pupuk Urea disajikan
pada Tabel 15. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjeias dalam model yaitu rasio harga padi/harga Urea (HPHU), harga pupuk TSP (HTSP), dan luas lahan garapan (LAP) mampu menerangkan 87.18 persen keragaman peubah endogen.
Sebagian yang lain yaitu 12.82 persen
keragaman peubah
endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam
67
model.
Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata
terhadap peubah nilai penggunaan pupuk Urea (Prob>F = 0.0001 ).
Tabel 15. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Nilai Penggunaan Pupuk Urea Peubah Penjelas lntersep Rasio harga padi/harga Urea Harga pupuk TSP i Luas tahan garapan R;l= 0.8718
I
I
Nilai Parameter Dugaan 1 -428671 1 5004121 -13.496430 i 156898 i I F-hitung = 58.961"'
I
I
t-hitung
-0.000 0.000 -1.824c 13.241A
Elastisitas
0.32 1.00
Rasio harga pupuk padi/harga Urea tidak berpengaruh nyata terhadap nilai penggunaan pupuk Urea. . Harga pupuk TSP berpengaruh negatrf dan nyata terhadap nilai penggunaan pupuk Urea dengan nilai elastisitas 0.32 yang berarti jika harga pupuk TSP naik sebesar satu persen maka nilai penggunaan pupuk Urea mengalami penurunan 0.32 persen. Luas lahan garapan berpengaruh positrf dan sangat nyata terhadap nilai penggunaan pupuk Urea dengan nilai elastisitas 1.00, yang berarti bila lahan garapan bertambah luas satu persen maka penggunaan pupuk Urea meningkat sebesar 1.00 persen. Hasil penelitian Hardono (2002) yang menggunakan data PATANAS tahun 1999 di enam propinsi menunjukkan hal yang sama bahwa elastisitas Juas Jahan garapan terhadap permintaan pupuk Urea adalah 1.02 sedangkan pupuk TSP 1.01. Respon penggunaan pupuk terhadap perubahan luas lahan garapan yang menunjukkan berlakunya pola return to scale menurut Hardono (2002) disebabkan
68
perhitungan penggunaan sarana produksi tersebut selalu didasarkan atas luas lahan garapan.
7.3.4. Nilai Penggunaan Pupuk TSP
Nilai penggunaan pupuk TSP adalah besamya uang yang dikeluarkan petani untuk melakukan pemupukan TSP (perkalian harga pupuk TSP dengan jumlah fisik pupuk TSP). Penggunaan pupuk tidak dihitung dalam jumlah fisik (kilogram) karena tanda parameter yang diperoleh tidak dapat sesuai dengan harapan. Hasil pendugaan persamaan nilai penggunaan pupuk TSP disajikan pada Tabel16. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu pendapatan siap dibelanjakan (YD}, harga ptipuk TSP (HTSP), dan Juas Jahan garapan (LAP) mampu menerangkan 60.66 endogen.
Sebagian yang lain yaitu 39.34 persen
persen keragaman peubah keragaman peubah endogen
tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah Jain yang belum masuk dalam model. Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah nilai penggunaan pupuk TSP (Prob>F
=0.0001).
Tabel 16. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Nilai Penggunaan Pupuk TSP Peubah Penjelas
l
lntersep Pendapatan slap dibelanjakan Harga pupuk TSP luas lahan garapan I R2 = 0.6066
I
Ela~tisitas
t-hitung 1
1
I
-57593 o.o0471o 24.296931 78415 13.364A
I F-hitung =
1
1
I
-2.349 1.139 2.3468 3.652A
1 1
I
0.931 o.a1
I
J
Pendapatan siap dibelanjakan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai penggunaan pupuk TSP. Harga pupuk TSP berpengaruh positif dan nyata terhadap
69
nilai penggunaan pupuk TSP dengan nilai elastisitas 0.93 yang berarti jika harga pupuk TSP meningkat satu persen maka nilai penggunaan pupuk TSP meningkat 0.93 persen. Luas lahan garapan berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap nilai penggunaan pupuk TSP dengan nilai elastisitas 0.81, yang berarti bila luas lahan garapan bertambah satu persen maka nilai penggunaan pupuk TSP meningkat 0.81 persen.
7 .3.5. Penggunaan Benih Padi
Hasil pendugaan persamaan penggunaan benih padi disajikan pada Tabel '17. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu harga padi, jumlah padi yang dijual, dan luas lahan garapan mampu menerangkan 86.91 persen keragaman peubah endogen. Sebagian yang lain yaitu 13.09 persen keragaman peubah endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model.
Secara bersama-sama peubah
penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah penggunaan benih padi (Prob>F = 0.0001 ).
Tabel 17. Hasil Pendugaan Parameter Penggunaan Benih Padi Peubah Penjelas
I I I
lntersep Pendapatan diap dibelanjakan Padi yang dijuat Luas lahan garapan R2 = 0.8691
Pendapatan
siap
Nilai Parameter Dugaan
t-hitung
-7.935467
o.oooooo104 1
I -0.01~21 II 1o.s41,1o ! I F-hitung =57.56-=-3A_
I Elastisitas
-2.6661 0.0881 -·t.791~ I 3.55a
0.54 ~
.. 96
_ L ._ _ _ _- ' - _ ._ _
dibelanjakan
tidak
berpengaruh
nyata
I
____~
terhadap
penggunaan padi untuk benih. Jumlah padi yang dijual berpengaruh negatif d;:m
70
nyata terhadap penggunaan padi untuk benih dengan nilai elastisitas 0.54 yang berarti jika petani memutuskan meningkatkan jumlah padi yang dijual sebesar satu persen maka akan diikuti dengan keputusan untuk mengurangi penggunaan benih sebesar 0.54 persen. Luas lahan garapan berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap penggunaan benih padi dengan nilai elastisitas 1.96, yang berarti bila luas lahan garapan bertambah satu persen maka penggunaan benih juga meningkat sebesar 1.96 persen. Dengan demikian luas lahan garapan merupakan faktor yang paling menentukan keputusan menyisakan sebagian hasil panen padi untuk benih.
7.4.
Biaya Usahatani Padi Biaya usaha tani padi (BTOT) terdiri dari biaya sarana produksi (BSP), biaya
tenaga
ke~a
(BTK), dan biaya lain-lain (BLL). Biaya sarana produksi merupakan
penjumlahan nilai penggunaan pupuk Urea (NUREA), nilai penggunaan pupuk TSP (NTSP), nilai penggunaan pupuk KCI (NKCL), nilai penggunaan benih (NBNH), dan nilai penggunaan pestisida (NPS). Biaya tenaga
ke~a
merupakan hasil perkalian
antara jumlah tenaga kerja (TK) dan upah tenaga kerja (UTK). Di dalam model ekonomi rumahtangga petani, biaya usahatani padi merupakan persamaan identitas sebagaiberikut: BSP
=
NUREA + NTSP + NKCL + NBNH + NPS
NUREA
=
(UREA * HUREA)
NTSP
=
(TSP * HTSP)
NKCL
=
(KCL * HKCL)
71
7.5.
NBNH
=
(KBNH * HPO)
BTK
=
(TK * UTK)
BTOT
=
BSP + BTK + BLL
Pendapatan Rumahtangga Petani Pendapatan rumahtangga petani (PRT) berasal dari pendapatan dari
usahatani padi (PT), pendapatan dari komoditas lain (PKL), dan pendapatan non usahatani (PNU).
Oi dalam model ekonomi rumahtangga petani, pendapatan
rumahtangga merupakan persamaan identitas sebagai berikut:
7 .6.
PU
=
(PRO * HPO)
PT
=
PU -BTOT
PRT
=
PT + PKL + PNU
YO
= PRT-PJK
Pengeluaran Rumahtangga Petani
7 .6.1. Konsumsi Padi dari Usahatani Hasil pendugaan persamaan konsumsi padi dari usahatani disajikan pada Tabel 18. Oari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu pendapatan siap dibelanjakan (YO), jumlah anggota keluarga (JAK), dan
pengeluaran pendidikan (INPEO) mampu
menerangkan 59.78
persen
keragaman peubah endogen. Sebagian yang lain yaitu 40.28 persen keragaman peubah endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model. Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah endogen (Prob>F = 0.0001 ).
72
Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi padi dari usahatani.
Tabel 18. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi Padi dari Usahatani Peubah Penjelas
f j
lntersep Pendapatan siap dibelanjakan Jumlah anggota ketuarga "'en ·~cluaran pencttcttkan R.: = 0.5978
I
!
Nilai Parameter Dugaan 416432 0.256660
28296 -1.283527 F-hftung = 12.884'
t-hitung
Elastisitas
1.7851 5.464A
I
0.402 -1.692°
0.61
o.o7!
I
Pendapatan siap dibelanjakan berpengaruh positif dan sangat nyata mempengaruhi konsumsi padi dari usahatani dengan nilai elastisitas 0.61 persen, yang berarti jika pendapatan siap dibelanjakan meningkat satu persen maka konsumsi padi dari usahatani bertambah 0.61 persen. Menurut Mears (1982) bagian padi yang dipasarkan dinyatakan dalam persen dari produksi cenderung meningkat jika kebutuhan akan uang tunai (cash
income) meningkat untuk membayar buruhtani, uang sekolah, dan pajak. Dengan demikian pada rumahtangga berpendapatan rendah terdapat J...ecenderungan menjual hasil panen Jebih banyak sehingga cadangan padi untuk pangan lebih sedikit.
Sebaliknya pada rumahtangga berpendapatan Jebih tinggi terdapat
kecenderungan untuk Jebih banyak menyisakan bagian dari produksi padinya untuk cadangan pangan rumahtangga. Pengeluaran pendidikan berpengaruh negatif dan nyata terhadap konsumsi padi dari usahatani dengan nilai elastisitas 0.07 yang berarti jika pengeluaran pendidikan meningkat satu persen maka konsumsi padi dari usahatani berkurang 0.07 persen.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mears (1982) di atas bahwa
73
rumahtangga petani lebih banyak menjual padinya (mengurangi cadangan padi untuk pangan) karena membutuhkan uang tunai untuk membayar uang sekolah.
7.6.2. Konsumsi Pangan dari Pasar
Hasil pendugaan persamaan konsumsi pangan dari pasar disajikan pada Tabel 19. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu pendapatan siap dibelanjakan (YD), jumlah anggota keluarga (AK), dan konsumsi non pangan (KNP) mampu menerangkan 73.45 persen keragaman peubah endogen.
Sebagian yang lain yaitu 26.55 persen
keragaman peubah
endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model.
· Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata
terhadap peubah endogen (Prob>F = 0.0001 ). Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi Pangan dari Pasar Peubah Penjelas lntersep Pendapatan slap dibelanjakan
II
' Jum1ah anggota keluarga
Pengeluaran non pangan
1
R2
=0.7345
Nilai Parameter Dugaan
I I
298210 o.2524:2
t-hitung
1
s044.,o I
0.541784 IF-hitung =23.980 I A
Elastisitas
0.529 1.~4c
I
3.ot0:
1
2.441
I
0.18 0.481 0.161
Pendapatan siap dibelanjakan berpengaruh positif dan nyata terhadap konsumsi pangan dari pasar dengan nilai elastisitas 0.18 persen, yang berarti bila pendapatan siap dibelanjakan bertambah satu persen maka konsumsi pangan dari pasar juga bertambah sebesar 0.18 persen. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap konsumsi pangan dari pasar dengan nilai elastisitas 0.48 yang berarti jika jumlah
74
anggota keluarga bertambah satu persen maka konsumsi pangan dari pasar meningkat 0.48 persen. Konsumsi non pangan berpengaruh positif dan nyata terhadap konsumsi pangan dari pasar dengan nilai elastisitas 0.16 yang berarti jika konsumsi non pangan meningkat satu persen maka konsumsi pangan dari pasar meningkat 0.16 persen.
7.6.3. Pangsa Pengeluaran Pangan
Hasil pendugaan persamaan pangsa pengeluaran pangan disajikan pada Tabel20. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu pendapatan siap dibelanjakan (YO), pendidika·n isteri (PI), dan pangsa pengeluaran non pangan (PKNP) mampu menerangkan 84.46 persen keragaman peubah endogen.
Sebagian yang lain yaitu 15.54 persen
keragaman peubah
endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model.
Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata
terhadap peubah endogen (Prob>F
=0.0001).
Tabel20. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pangsa Pengeluaran Pangan Peubah Penjalas lntersep Pendapatan siap dibelanjakan .. 1 Pend1d1kan 1sten I Pangsa pengeluaran non pangan I R2 = 0.8446
I
Nilai Parameter Dugaan 0.958886 -3.399753E-9
t-hitung
Elastisitas
41.721 -0.794
-
-0. tOO
-I
I -11.457A I
0.341
Pendapatan siap dibelanjakan dan pendidikan isteri tidak berpengaruh nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan.
75
Pangsa pengeluaran non pangan berpengaruh negatif dan sangat nyata terhadap pangsa pengeluaran pangan dengan nilai elastisrtas 0.34 yang berarti jika pangsa pengeluaran non pangan meningkat satu persen maka pangsa pengeluaran pangan menurun 0.34 persen.
7 .6.4. Pengeluaran Pendidikan
Hasil pendugaan persamaan pengeluaran pendidikan disajikan pada Tabel 21. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yartu pendapatan siap dibelanjakan (YD), pendidikan suami (PS), jumlah anak bersekolah (JAS) dan tabungan rumahtangga mampu menerangkan 39.39 persen keragaman peubah endogen. Sebagian yang lain yartu 60.61 persen keragaman peubah endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model. Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah endogen dengan taraf nyata a = 5 persen (Prob>F = 0.0212).
Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pendidikan Peubah Penjelas
Nilai Parameter Du aan lntersep 1 -9794.510401 1 1 Pendapatan siap dibelanjakan 1 -0.0002451 1 Pendidikan suami 1 4692.986270 Jumlah anak bersekolah 41458 Tabungan rumahtangga 0.282810 ,._R'-'.2_=--'-0.....:..3588-'-'-'-----------...._I_F_-h_it_ung __ = 11.457 6
I I
I
I I
t-hitung
Elastisitas
-0.2151 -0.014 o.s3~ 1.837 1.2671
I I
Pendapatan siap dibelanjakan, pendidikan suami, dan tabungan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran pendidikan.
76
Jumlah
anak
bersekolah
berpengaruh
positif
dan
nyata
terhadap
pengeluaran pendidikan dengan nilai elastisitas 0.44 persen yang berarti bila jumlah anak bersekolah meningkat satu persen maka pengeluaran pendidikan akan meningkat pula sebesar 0.44 persen. Atau bila jumlah anak bersekolah bertambah satu orang maka pengeluaran pendidikan meningkat Rp 41 458.
7.6.5. Pengeluaran Kesehatan Hasil pendugaan persamaan pengeluaran kesehatan disajikan pada Tabel 22. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu pendapatan siap dibelanjakan (YO), konsumsi non pangan, dan pengeluaran pendidikan hanya mampu menerangkan 19.18 persen keragaman peubah endogen. Sebagian besar yang lain yaitu 80.82 persen keragaman peubah endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model. Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah endogen dengan tarat nyata a= 20 persen (Prob>F = 0.1515).
Tabel22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Kesehatan Peubah Penjelas lntersep Pendapatan siap dibelanjakan 1 Pengeluaran non pangan Pengetuaran pendidrkan R2 =0.1812
I
I
Nilai Parameter Dugaan 77415 0.073347 -0.0~4263 ~
I
0.219325
I F-hitung = 1.918E
t-hitung
1
I
0.950 2.306 8 0 -1.685
Elastisitas
I
0.5621
1.89
1.1~ ~
I
Pengeluaran pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran kesehatan. Pendapatan siap dibelanjakan berpengaruh positif dan nyata terhadap pengeluaran kesehatan dengan nilai elastisitas 1.89 yang berarti bila pendapatan
77
siap dibelanjakan meningkat satu persen maka pengeluaran kesehatan meningkat juga sebesar 1.89 persen. Konsumsi non pangan berpengaruh negatif dan nyata terhadap pengeluaran kesehatan dengan nilai elastisitas 1. 72 yang berarti jika konsumsi non pangan bertambah satu persen maka pengeluaran kesehatan menu run 1. 72 persen.
7.7. Tabungan Rumahtangga Petani Hasil pendugaan persamaan tabungan rumahtangga petani disajikan pada Tabel 23. Dari tabel tersebut dapat disimak bahwa peubah-peubah penjelas dalam model yaitu pendapatan siap dibelanjakan (YO), nilai padi yang dijual (NPJ), dan rasio ketergantungan mampu menerangkan 30.69 persen keragaman peubah endogen.
Sebagian besar yang lain yaitu 69.31 persen
keragaman peubah
endogen tersebut dipengaruhi oleh faktor atau peubah lain yang belum masuk dalam model.
Secara bersama-sama peubah penjelas tersebut berpengaruh nyata
terhadap peubah endogen dengan tarat nyata a= 5 persen (Prob>F = 0.0212).
Tabel23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Tabungan Keluarga Peubah Penjelas
I I
lntersep Pendapatan siap dibelanjakan Nilai penjualan padi Rasto ketergantungan R2 = 0.3069
I I
Nilai Parameter Dugaan -100242 o.o13458 o.o53884
t-hitung
1
I
! F-hitung = 3.838209383' 8
Elastisitas
-1.714 0.765 2.305B
c 2.030
!
-I o.6o I ·ugl
Pendapatan siap dibelanjakan tidak berpengaruh nyata terhadap tabungan rumahtangga.
I
Nilai padi yang dijual berpengaruh positif dan nyata terhadap
tabungan rumahtangga dengan nilai elastisitas 1.19 persen yang berarti jika nilai padi yang dijual meningkat satu persen maka tabungan rumahtangga meningkat
78
1.19 persen.
Rasio ketergantungan berpengaruh positif dan nyata terhadap
tabungan rumahtangga dengan nilai elastisitas 0.60 yang berarti jika jumlah tanggungan keluarga yang tidak
beke~a
bertambah satu persen maka rumahtangga
menyisihkan pendapatannya untuk ditabung sebesar 0.60 persen.
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR EKONOMI TERHADAP PERJLAKU RUMAHTANGGA PETANI
8.1.
Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk mengetahui pengaruh kebijakan harga
output dan input terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani padi. Simulasi dilakukan dengan cara merubah nilai-nilai peubah harga pupuk, upah tenaga kerja, harga padi, serta peubah lainnya seperti luas lahan garapan. Sebelum simulasi, terlebih dulu dilakukan validasi model untuk melihat keeratan dan keragaman nilai dugaan dengan nilai aktual peubah endogen. Pada penelitian ini validasi model perilaku rumahtangga pertanian menggunakan Root Mean Square Percent Error (RMSPE) dan Statistik U-Theil. Hasil validasi
disajikan pada Tabel25. Hasil pendugaan model dianggap layak sebagai basis simulasi apabila nilai RMSPE dan U-Theil semakin kecil.
Nilai RMSPE yang mendekati not
menunjukkan hasil pendugaan model semakin valid untuk simulasi.
Demikian
pula nilai U yang mendekati not menunjukkan pendugaan model sempuma. Sebaliknya, bila nilai U mendekati sat•J maka pendugaan model adalah naif. Pada Tabel 24 terlihat bahwa pada persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKL), pendapatan usahatani padi (PT), padi yang dijual (PJ), pengeluaran kesehatan (INKES). dan investasi sumberdaya manusia (INSDM) nilai RMSPE lebih besar dari 50 persen. pupuk
TSP
(NTSP),
pengeluaran
Pada persamaan nilai penggunaan
pendidikan
(INPED).
dan
tabungan
rumahtangga (SAVE) nilai RMPSE tidak teridentifikasi (.) karena pada satu atau lebih observasi terdapat nilai aktual yang terlalu kecil untuk menghitung persentase kesalahan (percent errol').
80
Tabel24. Hasil Validasi Model Ekonomi Rurnahtangga Petani Kesalahan RMSPE
Peubah Endogen
Bias
Reg
Dist
(UM)
cuRl
(UO)
Luas lahan ga1 apan
14.1298
0.000
0.030
0.970
Produksi padi
13.6940 7.6563
0.000 o.oo1
0.010 o.oss
1 38.8701
o.ooo
o.004
I Produktivitas padi
I
Penggunaan t. kerja keluarga
Penggunaan t. kerja luar keluarga Total penggunaan tenaga kerja
I
5~:~;::
Biaya tenaga kerja
I
8.6745
Nitai penggunaan pupuk Urea
Nilai" penggunaan pupuk TSP Penggunaan benih padi
I Biaya s.an¥'a produksi Biaya prodtJkst padi'
20.043~
0.000
23.96071 10.8923 8.8079'
Pendapatan rumahtangga peWli
15.2433
ts.oou I
Konsumsi padi dari usahatani
23.0650
Konsumsi pangan dari pasar
ITotal pengeluaran rumahtangga
o.043
I o.957
o.1883
f 0. 9681 0. 0.."26 o.ooo o.032 I o.968 t o.o54o I 0. 000 . 0. 03.2
I
I 0.09941 I o.oo1a
15.4720
0.042 o.oo5
0.4861
0.000
1 0.0231
639.4228 .
o.ooo
o.04Z 1 o.958 1 o.o9t4 1
3.1367
o.ooo
o.oo1
o.ooo
o:o04
131.27581
Tabungan rumahtangga lnvestasi sumberdaya manusia
o.o1o 1 o.990 f o.o5n·
0.000 o.ooo
Pengeluaran pendidikan
Pengetuaran kesehatan
0.0&41
. II o. ss3 II u." o300 I l a: ooo I o-.046 o.ooo
I
0.996
0.000 I 0.016 I 0.984 0.0918 1 1 0.000 0.011 0.989 0.0529
96.3684
Pangsa pengeluaran pangan
0.004
1
Pendapatan usahatani padi
Padl yang di}uaf
I 0.05771 I o.o363 II o.996 II o.1384lI 0.990 o.941
10.048 I 0.951 I 0.03891
0.000
· o.ooo
I
I
I o.ooo Io.ooo I1.000 I o.149a I
13.6940
KonSUffiSl pam total
0.0576
0.000 I 0.024 I 0.976 0.1354 1 0.000 0.022 0.978 0.0397 1
Penerimaan usahatani padi
1 Pendapatan siap dibetanjakan
U· Theil
0.000 o.ooo
121.0999 2.33.76. I
o.ooo
I
0.958 o.995
0.9771 0.00231 o.999
1
o.o155 f
0.125
I I 0.875 I 0.4567 I
o.oo1
1 o.999 1 o.4351 1
o.9961 o.4oo1
I o.o91 I o.9o9 I o.3734 I
o.ooo Ir o-001 Ir 0.999 Ir 0.0112 1 .. I
Nilai koefisien U-Theil peubah endogen adalah rendah, yaitu berkisar antara 0.23 persen pada persamaan konsumsi padi total (KPDT) hingga 45.67 persen pada persamaan pengeluaran kesehatan (INKES). Semua nilai koefisien U-Theil lebih kecil dari 50 persen sehingga model dianggap cukup layak dijadikan basis simulasi.
81
8.2.
Simulasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani
8.2.1. Kenaikan Harga Padi
Dalam upaya mengatasi krisis ekonomi pada tahun 1397 dan 1998, pemerintah Indonesia melakukan intervensi pasar (operasi pasar) yang ditujukan untuk menjaga agar harga pangan berada pada tingkat yang rendah dan terjangkau. Mulai Oktober 1997 hingga Juni 1998, operasi pasar BULOG telah diarahkan untuk menjaga agar harga kebutuhan beras berada 50-60 persen dari harga paritas impor (Pranolo dalam Taboret a/., 2000). Tetapi karena kendala biaya, setelah selama beberapa bulan melakukan subsidi, pemerintah akhimya menghentikan upaya menjaga harga pangan murah (di bawah harga impor) ini pad a bulan September dan Oktober 1998. Kebijakan harga padi di era reformasi (masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid) dituangkan dalam bentuk lnstruksi Presiden Republik Indonesia No. 8 Tahun 2000 tentang Penetapan Harga Dasar Gabah Serta Harga Pembelian Gabah dan Beras yang dibertakukan mulai tanggal 1 Januari 2001. Harga dasar dan harga pembelian dalam rangka pengadaan gabah dan beras produksi dalam negeri besamya seperti yang tercantum pada Tabel25. Kemudian pada tahun 2002 dalam rangka meningkatkan pendapatan petani
dan
mengembangkan
ekonomi
perdesaan,
Presiden
Megawati
Soekamoputri mengeluarkan lnstruksi Presiden No. 9 Tahun 2002 tentang Penetapan Kebijakan Perberasan yang mulai dibertakukan tanggal 1 Januari 2003.
Harga dasar peml"lelian gabah dan beras ditetapkan dengan besaran
seperti yang tercantum pada Tabel25. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 25, pada tahun 2003 terjadi kenaikan harga pembelian gabah sebesar 13.56 persen dari harga pembelian gabah sebelumnya.
82
Tabel25. Harga Dasar dan Harga Dasar Pembelian Gabah dan Beras yang Ditetapkan Pemerintah Tahun 2000 dan 2002 -
Vafiabel
lnpres No: 8 Tahun 2000 (Rp/Kg) 1 500
Harga Dasar Pembelian GKG dart Petani 1 519 1 Harga Pembelian GKG oleh BULOG Harga Pembelian 2470 Beras oleh BULOG I --··-Sumber: Data dtolah dan Bulog (2003)
lnpres No: 9 Tahun 2002 (Rp/Kg)
Perubahan (persen)
-
-
I I
1 725
2790
I I
13.56 J
12.96
II
Untuk mengetahui dampak kenaikan harga gabah tersebut terhadap kegiatan ekonomi rumahtangga petani padi maka dalam simulasi pada penelitian ini harga padi diasumsikan meningkat 15 persen.
Hasil simulasi dapat dilihat
pada Tabel26. Dari Tabel 26 terlihat kenaikan harga padi 15 persen direspon petani dengan memper1uas lahan garapan sebesar 19.46 persen. Kenaikan harga padi juga merangsang petani untuk meningkatkan penggunaan input produksi pupuk, penggunaan tenaga kerja, dan penggunaan benih padi sehingga biaya produksi padi meningkat 17.12 persen. Peningkatan penggunaan input produksi bersama dengan per1uasan lahan menghasilkan peningkatan produksi padi 17.93 persen. Proporsi kenaikan penerimaan usahatani padi lebih besar daripada kenaikan biaya produksi sehingga keuntungan (PT) yang diperoleh meningkat tajam sebesar 83.22 persen yang berkontribusi pada peningkatan pendapatan siap dibelanjakan sebesar 24.07 persen. Keputusan berproduksi dan konsumsi rumahtanggc. petani dihubungkan oleh tingkat pendapatan siap dibelanjakan.
Dalam penelitian ini diasumsikan
perilaku produksi padi mempengaruhi konsumsi rumahtangga petani tetapi tidak sebaliknya.
83
Tabel26. Dampak Kenaikan Harga Padi (15 persen) Terhadap Peubahpeubah Endogen Model Perilaku Rumahtangga Pertanian
Peubah Endogen
Nilai Dasar
Unit
Luas lahan garapan
ha
Produksi padi
kg
Produkfivitas padi
kg/ha
Penggunaan t. kerja klrg
SimuJast
0.6381
I
Perubahan
Hasil
unit
0.7623
0.1242
19.46 17.93
3587
4151 -491
69.8397
78.3631
8.52341
12.20
HOK
60.2639
75.529
Totat tenaga kerja
HOK
1-30. 1(}37
1-53.892
Biayi::i tenaga kerja
Rp
1746097
2063312
317215
18.17
Nilai penggunaan pupuk Urea
Rp
100450
119904
19454
19.37
Nilai penggunaan pupuk TSP
I Rp
57053.
69897
23151
2730
3636
HOK
Penggunaan l kelja.luar klrg
I Penggunaan bcnih padi
[kg
I Rp I Rp
1 Biaya sarana produksi
I Biaya produksi padi
I I
I
22.90971 27.3661 21o35o 1 302656
22.51 12844 4.4563 [ 19.45 32306 1 11.95 349521
2041447123909138
Rp
2835511
3845842
Pendapatan usahatani padi
Rp
794064
I 1454874
Pendapatan rumahtangga
Rp
2838264
3499074
660810
Pendapatan siap dibelanjakan
Rp
2744954
3405764
Konsumst padt dan usanatant
I Rp
660810 166533
Konsumsi pangan dari pasar
I Konsumsi padi total I Padi yang di"ual
I
~
Rp
4103470 ' 962.366
kg
1357
1768 [
Pengeluaran pendidikan
7087[
62907 1on39
Pengeluaran kesehatan rumahtangga
I I
66024 r
..
t70646
1 tnvestas1 sumbentdya manus1a
[ Total pengeluaran rumahtangga
I
3936634 957.9097 0.
Rp
7212731
I
l
0.
I
17.12-
1010331 1 35.631 6o-cJ810 f 83.22.
kg
Pangsa pengetuaran pangan
ITabun~n
1-145848 11312431
-1.35
15.2651 1 25.33 23.7883 1-8.28
[ Penesimaan usahatarn padi
I
Persen
I
24.07
1668361
14.541 4.24
I
0.471
4.4563 411
70641 -0.00231
I
23.28
-0.321 3.74
2353,. 48984
45.47
74917 1
88931
13.47
I
'5t3371
3000 0.71
65260 156723 2ZHl83
72640681
51337 1
I
30 .29
I
Peningkatan pendapatan siap dibelanjakan menyebabkan rumahtangga petani memperbesar nilai cadangan pangan (KPSB) sebesar 14.54 persen. Tetapi sebaliknya kenaikan harga padi memicu rumahtangga petani untuk lebih banyak menjual padi sebesar 30.29 persen.
lni menunjukkan kenaikan nilai
cadangan pangan lebih bersumber pada kenaikan harga padi daripada kuantitas
84
fisik padi yang disimpan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin besar pendapatan siap dibelanjakan maka rumahtangga petani cenderung lebih bersifat komersial karena responnya meningkat terhadap signal pasar berupa peningkatan harga jual padi. Kenaikan nilai padi yang dijual (NPJ) merupakan insentif bagi rumahtangga untuk meningkatkan tabungan rumahtangga sebesar 13.47 persen. Peningkatan pendapatan siap dibelanjakan memperbesar anggaran belanja rumahtangga petani.
Total_ pengeluaran rumahtangga meningkat 0.71
persen yang terdiri dari peningkatan belanja pangan dari pasar (KPAS) sebesar 4.24 persen, peningkatan pengeluaran pendidikan sebesar 3.74 persen, dan pengeluaran kesehatan 45.47 persen. Pengeluaran untuk pangan rumahtangga meningkat dengan adanya peningkatan pendapatan siap dibelanjakan tetapi proporsinya
terhadap total
pengeluaran rumahtangga (PKPG) malah mengalami penurunan sebesar 0.32 persen.
Hal ini sesuai dengan hukum Engel bahwa pada saat terjadinya
peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan porsi yang semakin mengecil (Taboret a/., 2000).
8.2.2. Penurunan Harga Pupuk Pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu menetapkan kebijakan penghapusan subsidi pupuk secara bertahap. Pupuk KCI, ZK, dan KN03 sudah sejak tanggal 6 Oktober 1993 tidak mendapatkan subsidi lagi.
Setahun
kemudian tepatnya tanggal 8 Oktober 1994 menyusul penghapusan subsidi pupuk TSP. Terakhir penghapusan subsidi pupuk Urea dilakukan pada tanggal 8 Desember 1998. Kebijakan harga pupuk terbaru dituangkan dalam bentuk Keputusan Menteri Pertanian No. 176/Kptsffp.31 0/3/2003 tanggal 12 Maret 2003 tentang
85
Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2003 dengan besaran seperti yang tercantum pada Tabel 27.
Tabel27.
Perubahan Harga Eceran Pupuk Tahun 2002-2003
Pupuk Urea
Harga Tahun 2002 (Rplkg) 1 1400
Harga Tahun 2003 (Rplkg)2 1150
Pupuk SP-36
1800-2 000
1500
(-6.67)-(-0.25)
-
1000
-
2000-2 500
1750
(-12.50}-(-30.00)
Jenis Pupuk
PupukZA Pupuk NPK
Sumber.
1
Perubahan (persen) -17.85
Hanan Kompas, 13 September 2002 Kepmen Pertanian No. 1761Kpts!Tp.310/3/2003, tangga\12 Maret 2003(Depenndag,2003)
2
Pada penelitian ini
~ngin
diketahui bagaimana dampak penurunan harga
pupuk Urea sebesar 17.50 persen dan penurunan harga pupuk TSP sebesar 20 persen terhadap kegiatan ekonomi rumahtangga yang meliputi keputusan berproduksi,
pendapatan
yang
dapat
dicapai,
dan
kegiatan
konsumsi
rumahtangga petani. Hasil simulasi penerapan subsidi harga pupuk dapat dilihat pada Tabel 28. Dan Tabel 28 terlihat bahwa penurunan harga pupuk Urea dan TSP menyebabkan I.Jiaya sarana produksi menurun 4.25 persen diikuti dengan penurunan total biaya produksi padi sebesar 0.19 persen.
Penurunan biaya
produksi ini merangsang petani untuk melakukan ekstensifikasi usaha dengan cara memperluas lahan garapan sebesar 0.49 persen. Peningkatan
luas
lahan
garapan
bersama
dengan
peningkatan
penggunaan pupuk menyebabkan peningkatan produksi padi sebesar 0.43 persen.
86
Tabel28. Dampak Penurunan Harga Pupuk Urea 17.5 persen dan TSF 20 persen Terhadap Peubah-peubah Endogen Model PerilakL Rumahtangga Pertanian Peubah Endogen
Unit
Luas lahan garapan
ha
Produksi padi
kg
Produktivitas padi
kglha
Penggunaan t. kerja klrg
HOK
Penggunaan t. kerja luar klrg
HOK
TotaJ tenaga kerja
HOK
Biaya tenaga kerja
l I I
I
I
Nilai Dasar
Perubahan Persen Unit
Hasil Simulasi
0.6381
0.6412
2315
2325
3636
3634
10 -2
69.8397
70.0558
0.2161
0.31
60.2639
0.0031
0.49
I
0.43
-0.06
60.6508
0.3869
0.64
130.7066
0.6029
0.46
Rp
I 130.1037 I 1746097
1753738
7641
0.44
Nilai penggunaan pupuk Urea
Rp
100450
116247
15797
15.73
Nilai penggunaan pupuk TSP
Rp
57053
29752
-27301
-47.85
Konsumsi benih padi
kg
22.9097
23.0226
Biaya sarana produksi
Rp
270350
Biaya produksi padi
Rp
I 2041447
Penerimaan usahatani padi
Rp
Pendapatan usahatanr padi
Rp
Pendapatan rumahtangga Pendapatan siap dibelanjakan
I I
I
258854
-4.25
2037592
-3855
-0.19
2848405
12894
0.45
810813
16749
2.11
Rp
I 2835511 I 794064 I 2838264
2855013
16749
0.59
Rp
I 2744954
2761703
16749
0.61
1145848
1150070
3936634
3940863
1357 0.7087
Konsumsi padi dari usahatarn
Rp
Konsumsi pangan dari pasar
Rp
Padi yang dijual
kg
Pangsa pengeluaran pangan
-
Pengeluaran pendidikan
Rp
Pengeluaran kesehatan
Rp
Tabungan rumahtangga
Rp
lnvestasi sumberdaya manusia
Rp
Total pengeluaran
Rp
I I I
.! I I I I
I I
I
I
42221 4229
0.37
1367
10
0.74
0.7086
-1E-04
-0.01
62966
0.09
108980
66024
66249
2251
0.34
170646
171947
I
0.76
7212731
1301 1301
72140321
I
produksi
padi
0.11
591 1241 1
62907 1o7739 1
I
tersebut
pada
pendapatan siap dibelanjakan sebesar 0.61 persen.
akhimya
1.15
0.02
I
--'-------'--- --'--·------'
Peningkatan
0.49
0.11291 -11496
-------'
meningkatkan
Pola perilaku konsumsi
rumahtangga dengan adanya penurunan harga pupuk mirip dengan pola perilaku konsumsi
rumahtangga
akibat
peningkatan
harga
padi,
yaitu
terjadinya
87
peningkatan
pengeluaran
pangan,
kesehatan,
pendidikan,
dan
tabungan
rumahtangga.
8.2.3. Peningkatan Upah Tenaga Kerja Simulasi
faktor
ekstemal
pada
penelitian
ini
dilengkapi
dengan
penyelidikan tentang bagaimana dampak peningkatan upah tenaga pertanian terhadap kegiatan ekonomi rumahtangga petani.
ke~a
Hasil simulasi
kenaikan upah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel29. Kenaikan upah tenaga kerja
menyebabkan penurunan penggunaan
tenaga
ke~a
luar keluarga sebesar 36.35 persen.
tenaga
ke~a
keluarga meningkat hanya sebesar 9.01 persen sehingga total
tenaga
ke~a
Sebaliknya penggunaan
yang digunakan masih mengalami penurunan. Akan tetapi, karena
proporsi penurunan penggunaan tenaga kerja lebih rendah dari proporsi peningkatan upah maka biaya tenaga
ke~a
Karena proporsi peningkatan biaya tenaga
cenderung masih meningkat. ke~a
lebih besar dari pada
penurunan biaya sarana produksi maka biaya produksi padi masih juga meningkat sebesar 3.81 persen. Penurunan
penggunaan
tenaga
ke~a
menyebabkan
pengelolaan
usahatani padi kurang intensif sehingga produksi padi cenderung menurun. Penurunan produksi padi ini bersamaan dengan peningkatan biaya produksi menyebabkan penurunan keuntungan usahatani padi dengan taj1'1m (50 persen) dan ini berarti juga penurunan pendapatan siap dibelanjakan dengan proporsi penurunan lebih kecil yaitu sebesar 14.48 persen.
88
Tabel29. Dampak Kenaikan Upah Tenaga Kerja Pertanian 20 persen T erhadap Peubah-peubah Endogen Model Perilaku Rumahtangga Pertanian Peubah Endogen Luas lahan garapan
I Produksi padi
Nilai Dasar
Unit
Perubahan Unit Persen
Hasil Simulasi
ha
0.6381
0.5634
kg
-0.0747
-11.71
2315
2054
I kglha
3636
3651
Penggunaan t. k. keluarga
HOK
69.8397
76.1535
6.3138
9.04
Penggunaan t. k. luar k.eluarga
HOK
60.2639
38.3575
-21.9064
-36.35
Total tenaga kerja
HOK
130.1037
114.5109
-15.5928
-11.98
Biaya tenaga kerja
Rp
1746097
1843293
97196
5.57
Nilai penggunaan pupuk Urea
Rp
100450
88688
-11762
-11.71
Nilai penggunaan pupuk TSP
Rp
57053
49312
-7741
-13.57
Penggunaan benih
kg
22.9097
20.3504
-2.5593
-11.17
Biaya sarana produksi
Rp
270350
250855
-19495
-7.21
Biaya produksi padi
Rp
2041447
2119148
77701
3.81
Penerimaan usahatani padi
Rp
2835511
2515739
-319772
-11.28
Pendapatan usahatani padi
Rp
794064
396591
-397473
-50.06
Pendapatan rumahtangga
Rp
2838264
2440791
-397473
-14.00
Pendapatan siap dibelanjakan
Rp
2744954
2347481
-397473
-14.48
Konsumsi padi dari usahatani
Rp
1145848
1045649
-100199
-8.74
Konsumsi pangan dari pasar
Rp
3936634
3836283
-100351
-2.55
Konsumsi padi total
kg
957.9097
955.3504
-2.5593
-0.27
Padi yang dijual
kg
1357
1098
-259
-19.09
Pangsa pengeluaran pangan
-
I I
0.7087
o.11
62901
61491 1
I
107739
782751 60675
Produktivitas padi
Pengeluaran pendidikan Pengeluaran kesehatan Tabungan
rumahtang~a
I Rp
I
Rp Rp
66024
lnvestasi sum!Jerdaya mant rsia
Rp
170646
139766
Total pengeluaran
Rp
7212731
7181851
-261 -11.27 151 0.41
I
I
0.18
-1416 1
-2.25
o.oo13
-294641 -27.35 -5349 -8.10 -30880
1
-30880 1
-18.10 -0.43 I
Dampak dari penurunan pendapatan siap dibelanjakan terhadap perilaku konsumsi rumahtangga adalah penurunan cadangan pangan, belanja pangan pasar, jumlah padi yang dijual, pengeluaran pendidikan, pengeluaran kesehatan dengan proporsi terbesar, dan tabungan rumahtangga petani. pengeluaran pangan yang meningkat.
Hanya pangsa
Jika kesejahteraan rumahtangga diukur
89
secara sederhana dengan perubahan nilai pangsa pengeluaran pangan ini maka dapat dikatakan bahwa peningkatan upah tenaga kerja pertanian menurunkan kesejahteraan rumahtangga petani pemilik.
8.2.4. Kombinasi Kenaikan Harga Padi dan Kenaikan Upah Tenaga Kerja; dan Penurunan Harga Pupuk Pada bagian ini disusun skenario dimana kenaikan harga padi, penurunan harga pupuk, dan kenaikan upah tenaga kelja terjadi secara bersamaan.
Dampak simulasi gabungan tersebut terhadap kegiatan ekonomi
rumahtangga dapat dilihat pada Tabel30. Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan penurunan penggunaan tenaga kerja luar keluarga disubstitusi dengan penggunaan tenaga kerja keluarga sehingga tenaga kerja yang digunakan masih meningkat 2.30 persen. Dengan kenaikan upah tenaga kerja 20 persen maka biaya tenaga kerja meningkat 22.60 persen. Penurunan
harga
pupuk
Urea
disertai
peningkatan
harga
padi
menyebabkan harga relatif (rasio harga padi terhadap harga Urea) meningkat mendorong petani untuk meningkatkan penggunaan pupuk sehingga nilai penggunaan pupuk Urea meningkat. Sebaliknya penurunan harga pupuk TSP berarti penurunan nilai penggunaan pupuk TSP.
Dengan kenaikan nilai
penggunaan pupuk Urea dan penurunan nilai penggunc::an pupuk TSP, biaya sarana produksi masih meningkat dengan proporsi yang relatif kecil yaitu 0.43 persen.
90
Tabel30. Dampak Kenaikan Harga Padi (15 persen) Penurunan Harga Pupuk Urea (17.5 persen) dan TSP (20 persen) Serta Kenaikan Upah Tenaga Kerja (20 persen) Terhadap Peubah-peubah En.:togen Model Perilaku Rumahtangga Pertanian Hasil Simulasi
Nilai Dasar
Unit
Peubah Endogen
Perubahan Persen
Unit
Luas lahan garapan
ha
0.6381
0.6604
0.0223
3.49
Produksi padi
kg
2315
2378
63
2.72
Produktivitas padi
kghla
3636
3605
-31
-0.85
Penggunaan t k. klrg
HOK
69.8397
82.8103
12.9706
18.57
Penggunaan t k. luar klrg
HOK
60.2639
50.2797
-9.9842
-16.57
Total tenaga ketja
HOK
130.1037
133.09
2.9863
2.30
Biaya tenaga kerja
Rp
1746097
2140780
394683
22.60
Nilai penggunaan pupuk Urea
Rp
100450
109652
9202
9.16
Nilai penggunaan pupuk TSP
Rp
49017
-8036
-14.09
Penggunaan benih
kg
Biaya sarana produksi
Rp
Biaya produksi padi
Rp
2041447
2437304
395857
19.39
Penerimaan usahatani padi
Rp
2835511
3349996
514485
18.14
Pendapatan usahatani padi
Rp
794064
912692
118628
14.94
Pendapatan rumahtangga
Rp
2838264
2956892
118628
4.18
Pendapatan siap dibelanjakan
Rp
2744954
2863582
118628
4.32
Konsumsi padi dari usahatani
Rp
1145848
1175753
29905
2.61
Konsumsi pangan dari pasar
Rp
3936634
3966584
29950
0.76
Konsurnsi padi total
kg
957.9097
958.8309
0.9212
0.10
Padi yang dijual
kg
1357
1419
62
4.57
Pangsa pengeluaran pangan
-
Pengeluaran pendidikan Pengeluaran kesehatan Tabungan rumahtangga lnvestasi sumberdaya manusia Total pengeluaran
570531 22.9097
I
23.83091 21o35o 1 271523
I
0.9212 1173f
-o.ooos II
4.021 0.43
0.70871
0.7082
Rp
62907
63329
4221
0.67
Rp
107739
116533
87941
8.16
67620
15961
2.42
(p
660241
-0.07
Rp
170646
179862
92161
5.40
Rp
7212731
7221947
92161
0.13
i
Dengan peningkatan penggunaan input produksi pupuk, tenaga kerja, dan lahan garapan produksi padi meningkat 2.72 persen, penerimaan dari pacJi jadi meningkat pula sebesar 18.14 persen.
91
Peningkatan keuntungan dari usahatani padi sebesar 14.94 berarti penambahan pada pendapatan siap dibelanjakan 4.32 persen.
Peningkatan
pendapatan siap dibelanjakan pada akhimya meningkatkan total pengeluaran serta tabungan rumahtangga.
8.2.5. Kombinasi Kenaikan Harga Pupuk dan Upah Tenaga Kerja; dan Penurunan Harga Padi
Pada bagian ini disusun suatu skenario dimana petani lokal menghadapi situasi tidak adanya atau lemahnya kebijakan proteksi dari pemerintah. Diasumsikan pemerintah menerapkan tarif impor pangan yang rendah atau bahkan menghapuskannya sehingga beras impor membanjiri pasar lokal berakibat harga padi petani menjadi turun.
Situasi ini dapat diperparah jika
pemerintah tidak mampu mencegah atau paling tidak mengurangi masuknya beras selundupan.
Pada sisi lain karena keterbatasan anggaran pemerintah
mencabut subsidi input baik pupuk, benih maupun obat-obatan.
Untuk
mengetahui bagaimana dampak dari situasi tersebut terhadap rumahtangga petani maka disimulasikan terjadinya penurunan harga padi, kenaikan harga pupuk, dan upah tenaga kerja. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel31. Naiknya harga pupuk menyebabkan penurunan penggunaan pupuk Urea 28.97 persen dan pupuk TSP 8.86 persen. Sementara itu naiknya upah tenaga kerja menyebabkan rumahtangga mengurangi penggunaan tenaga kerja luar keluarga 51.42 persen sehingga total tenaga kerja yang digunakan menurun 22.86 persen.
92
Tabel31. Dampak Penurunan Harga Padi (15 persen) Kenaikan Harga Pupuk Urea (17.5 persen) dan TSP (20 persen) Serta Kenaikan Upah Tenaga Kerja (20 persen) Terhadap Peubahpeubah Endogen Model Perilaku Rumahtangga Pertanian Peubah Endogen
Unit
Nilai Dasar
Hasil Simulasi
Perubahan Persen
Unit
-0.1486 ! -23.29 -5081 -21.94
Luas lahan garapan
ha
0.6381
0.4895
Produksi pam
kg
2315
1807
Produktivitas padi
kg/ha
3636
3699
63
1.73
Penggunaan l kerja klrg
HOK
69.8397
71.0832
1.2435
1.78
Penggunaan t. kerja luar klrg
HOK
60.2639
29.2768
-30.9871
-51.42
Total tenaga kerja
HOK
130.1037
100.3601
-29.7436
-22.86 .
Biaya tenaga kerja
Rp
1746097
1616457
-129640
-7.42
Nilai penggunaan pupuk Urea
Rp
100450
71352
-29098
-28.97
Nilai penggunaan pupuk TSP
Rp
57053
51999
-5054
-8.86
Penggunaan benih
kg
22.9097
17.6995
-5.2102
-22.74
Biaya sarana produksi
Rp
.270350
236207
Biaya produksi padi
Rp
2041447
1877664
-341431 -12.63 -8.02 -163783
Penerimaan usahatani padi
Rp
2835511
1881161
-954350
-33.66
Pendapatan usahatani padi
Rp
794064
3498
-790566
-99.56
Pendapatan siap dibelanjakan
Rp
2744954
1954388
-790566
-28.80
Konsumsi padi dari usahatani
Rp
1145848
946555
-199293
-17.39
Konsumsi pangan dari pasar
Rp
3936634
3737038
-199596
-5.07
Padi yang dijual
kg
1357
853.9382
-
-37.07
Pangsa pengeluaran pangan
-
0.7087
0.7113
503.0618
0.37
Pengeluaran pendidikan
Rp
62907
60091
0.0026
-4.48
Penegluaran kesehatan
Rp
107739
49136
-2816
-54.39
Tabungan rumahtangga
Rp
66024
55384
-58603
-16.12
lnvestasi sumberdaya manusia
Rp
170646
109227
-10640
-35.99
Total pengeluaran
Rp
7212731
7151312
-61419
-0.85
Di lain pihak penurunan harga padi menyebabkan berkurangnya insentif petani untuk mengusahakan tanaman padi sehingga luas lahan garapan menurun 23.29 persen.
93
Resultante dari penurunan penggunaan pupuk dan tenaga kerja serta berkurangnya luasan lahan yang digarap tersebut adalah penurunan produksi padi 21.94 persen. Berkurangnya produksi disertai penurunan harga padi menyebabkan penerimaan dari padi berkurang 33.66 persen. Disebabkan proporsi penurunan penerimaan (revenue) lebih besar daripada penurunan biaya produksi maka keuntungan (profit) yang didapat petani menurun dengan proporsi yang lebih besar yaitu 99.56 persen. Atau dapat dikatakan usahatani padi sama sekali tidak menguntungkan
lagi.
Hilangnya
pendapatan
dari
padi
menyebabkan
berkurangnya pendapatan siap dibelanjakan hampir sepertiganya (28.80 persen). Rumahtangga mengambil keputusan untuk mengurangi jumlah padi yang dijual disebabkan harga jual padi yang rendah.
Walaupun padi yang ditahan
meningkat jumlahnya tetapi nilai konsumsi padi dari usahatani menurun dengan makin rendahnya harga jual padi. Dengan menurunnya pendapatan rumahtangga melakukan penghematan pengeluaran dengan mengurangi belanja pangan dari pasar sehingga secara keseluruhan pengeluaran pangan rumahtangga juga mengalami penurun. Namun proporsi penurunan pengeluaran pangan lebih kecil daripada penurunan pengeluaran
non
pangan
sehingga
pangsa
pengeluaran pangan
malah
meningkat 0.37 persen. Selain mengurangi pengeluaran konsumsi (pengeluaran pangan dan non pangan) rumahtangga juga melakukan penghematan pada investasi sumberdaya manusia sebesar 35.99 persen. Pengeluaran pendidikan menurun relatif lebih kecil daripada penurunan pengeluaran kesehatan disebabkan pengeluaran pendidikan kesehatan.
lebih
mendapat
prioritas
dibandingkan
dengan
pengeluaran
94
Menghadapi
situasi yang
pendapatan, rumahtangga
tidak menguntungkan
dengan
turunnya
melakukan berbagai tindakan penanggulangan
(coping strategy) diantaranya dengan memanfaatkan tabungan rumahtangga sehingga tabungan rumahtangga tersebut berkurang 16.12 persen.
lnfonnasi
tentang coping stategies (strategi untuk mempertahankan diri dari situasi krisis) menunjukkan bahwa krisis ekonomi telah membuat rumahtangga miskin menarik tabungannya untuk mencegah atau mengatasi menurunnya standar hidup (Tabor eta/., 2000).
8.2.6. Perluasan Lahan Garapan Hasil simulai per1uasan lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 32, biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi masing-rnasing meningkat 18.98 persen dan 11.40 persen sehingga terjadi kenaikan total biaya produksi 17.75 persen. Kenaikan luas lahan garapan bersama dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja dan pupuk meningkatkan produksi padi 18.44 persen. Peningkatan produksi menambah pendapatan dari padi sebesar 20.33 persen. Peningkatan pendapatan siap dibelanjakan 5.88 persen diikuti dengan peningkatan total pengeluaran rumahtangga dan tabungan rumahtangga. Perluasan skala usaha dapat dilakukan dengan cara memperluas hamparan sawah yang diusahakan atau dengan cara meningkatkan indeks tanam.
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa padi varietas lokal
yang ditanam petani berumur relatif lebih panjang (8 hingga 10 bulan) daripada varietas unggul sehingga padi lokal hanya dapat diusahakan sekali dalam setahun.
95
Tabel32. Dampak Kenaikan Luas Lahan Garapan (20 persen) Temadap Peuba~peubah Endogen Model Perilaku Rumahtangga Pertanian
Peubah Endogen
Nilai Dasar
Unit
Hasil Simulasi
Perubahan PerUnit sen
Produksi padi
kg
2315
2742
427.00
16.44
Produktivitas padi
kglha
3636
3591
-45.00
-1.24
Penggunaan l k. klrg
HOK
69.8397
78.6151
8.78
12.57
HOK
60.2639
75.9804
Total tenaga kerja
HOK
130.1037
154.5956
24.49
18.82
Biaya tenaga kerja
Rp
1746097
2077554
331457.00
18.98
Nilai penggunaan pupuk Urea
Rp
100450
120480
20030.00
19.94
Nitai penggunaan pupuk TSP
Rp
57053
67834
10781.00
18.90
Penggunaan benih
kg
22.9097
27.4433
4.53
19.79
Biaya sarana produksi
Rp
270350
301169
30819.00
11.40
Biaya produksi padi
Rp
2041447
2403723
362276.00
17.75
Penerimaan usahatani padi
Rp
2835511
3359255
523744.00
18.47
Pendapatan usahatani padi
Rp
794064
955532
Pendapatan rumahtangga
Rp
2838264
2999732
161468.00
5.69
Pendapatan siap dibelanjakan
Rp
2744954
2906422
161468.00
5.88
Konsumsi padi usahatani
Rp
1145848
1186552
40704.00
3.55
Konsumsi pangan pasar
Rp
3936634
3977400
40766.00
1.04
Konsumsi padi total
kg
957.9097
962.4433
4.53
0.47
Padi yang dijual
kg
1357
1780
423.00
31.17
Pangsa pengeluaran pangan
-
0.7087
0.7081
0.00
-0.08
lnvestasi pendidikan
Rp
62907
63482
575.00
0.91
107739
119708
66024
68197
2173.oo
170646
183190
12544.00
7212731
7225275
12544.00
Penggunaan
t k. Juar kfrg
lnvestasi kesehatan Tabungan rumahtangga
I
Rp Rp
lnvestasi sumberdaya manusia
Rp
Total pengeluaran
Rp
I
15.72 26.08
161468.00 20.33
11969.00 111.11
I
3.29
I
0.17
I 7.35
Peningkatan indeks tanam hanya dapat dilakukan jika petani menerapkan pola tanam sawit dupa yaitu menanam padi varietas lokal dan unggul bersamaan pada lahan yang sama. Tetapi tingkat adopsi pola tanam ini di daerah penelitian rendah disebabkan beberapa faktor yang menjadi kendala.
Hasil penelitian
96
Pribadi (2002) menunjukkan bahwa keputusan mengadopsi teknologi sawitdupa ini dipengaruhi oleh modal usaha, jumlah anggota keluarga,
pendidikan dan
usia kepala keluarga, luas lahan garapan, dan risiko produksi padi varietas unggul. Karena keterbatasan modal usaha, petani dapat memper1uas lahan garapannya dengan cara mengusahakan lahan milik petani yang lain dalam bentuk hubungan sewa lahan atau bagi hasil (menga-aron
=bahasa Banjar).
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan 1. Produktivitas padi varietas lokal di daerah penelitian (persawahan irigasi) Jebih tinggi daripada produktivitasnya di persawahan pasang surut hasil penelitian sebelumnya.
Dengan rata-rata luas lahan garapan kurang dari
satu hektar (0.64 ha), proporsi pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari usahatani padi kurang dari sepertiga (27 .93 persen) total pendapatan rumahtangga petani.
Struktur pendapatan ini memberi kesan bahwa
kegiatan-kegiatan non padi merupakan sumber pendapatan yang lebih penting bagi rumahtangga petani. 2. Sebagian besar (58.63 persen) produksi padi dijual setelah panen ini memberi kesan bahwa rumahtangga petani terdesak untuk mendapatkan cash income sebagai sumber modaJ usaha
penanaman padi periode
berikutnya serta untuk memenuhi sebagian keper1uan hidup sehari-hari. 3. Pengeluaran rumahtangga didominasi oleh pengeluaran untuk pangan yang dibeli di pasar (64.98 persen) sedangkan pengeluaran non pangan hanya sepertiga (32.20 persen) dari total pengeluaran rumahtangga.
Hal ini
menunjukkan bahwa rumahtangga petani masih pada tarat berupaya memenuhi
kebutuhan
yang
mendasar yaitu
makanan
bagi
anggota
keluarganya. 4. Sumber utama pertumbuhan produksi padi
rumahtang~a ~dalc:h
luas lahan
garapan. Tetapi produksi padi tidak responsif (inelastic) terhadap perubahan luas lahan garapan.
Luas lahan garapan sendiri sangat tergantung pada
pendapatan dari padi dan ketersediaan modal usaha tetapi luas lahan garapan tidak responsif terhadap kedua peubah tersebut.
98
5. Penggunaan input produksi yaitu tenaga kerja keluarga dan luar keluarga, pupuk Urea dan TSP, dan benih padi sang at ditentukan oleh luas lahan garapan.
Kecuali penggunaan pupuk TSP, semua penggunaan input
produksi tersebut sangat responsif (elastic) terhadap luas lahan garapan. 6. Konsumsi padi dari usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan siap dibelanjakan. Tetapi konsumsi padi dari usahatani tersebut tidak responsif terhadap perubahan pendapatan siap dibelanjakan.
Sedangkan
ko!Jsumsi pangan dari pasar sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga selain oleh pendapatan siap dibelanjakan dan pengeluaran non pangan. oleh
Pangsa pengeluaran pangan sangat dipengaruhi secara negatif
pangsa
pengeluaran
non
pangan.
lni
menunjukkan
adanya
pertentangan antara keputusan untuk konsumsi pangan dan non pangan karena kendala anggaran atau pendapatan (budget constrain) rumahtangga. 7. Pengeluaran pendidikan dipengaruhi oleh jumlah anak bersekolah dalam keluarga.
Pengeluaran
dibelanjakan
dan
kesehatan
pengeluaran
dipengaruhi
non
pangan.
oleh
pendapatan
Tabungan
siap
rumahtangga
dipengaruhi oleh nilai penjualan padi dan rasio ketergantungan. 8. Kenaikan harga padi berdampak positif terhadap semua peubah model perilaku ekonomi rumahtangga petani kecuali produktivitas padi dan pangsa pengeluaran
pangan.
Dampak
negatif terhadap
produktivitas
padi
disebabkan luas lahan g2rapan lebih responsif terhadap kenaikan harga padi dibandingkan dengan produksi padi.
Atau proporsi kenaikan luas lahan
garapan lebih besar dari pada proporsi kenaikan produksi padi.
Dampak
negatif terhadap pangsa pengeluaran pangan disebabkan kenaikan harga padi
berarti
kenaikan
pendapatan.
Sesuai
Hukum
Engel
kenaikan
pendapatan menyebabkan berkurangnya pangsa pengeluaran pangan.
99
9. Penurunan harga pupuk berdampak positif terhadap semua peubah model perilaku ekonomi rumahtangga petani kecuali produktivitas padi, penggunaan pupuk TSP, biaya sarana produksi, dan pan gsa pengeluaran pangan. Seperti halnya dengan kenaikan harga padi, penurunan harga pupuk menyebabkan pangsa pengeluaran pangan menurun tetapi dengan proporsi penurunan relatif sangat kecil (kurang dari satu persen).
9.2. Jmplikasi Kebijakan 1. Keragaan usahatani padi menunjukkan tingkat penggunaan pupuk TSP dan KCI masih di bawah rekomendasi pemupukan yang optimal. Penggunaan pupuk Urea sudah mencapai titik jenuh sehingga penambahan pemupukan menyebabkan penurunan produksi padi. Selain tidak memenuhi rekomendasi dosis, pemupukan juga dilakukan tidak berimbang, petani hanya melakukan pemupukan Urea, sedikit pupuk TSP, dan hampir tidak ada yang melakukan pemupukan KCI. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas padi perlu adanya penyuluhan dan bimbingan teknis tentang pemupukan optimal ini. 2. Kebijakan penurunan harga pupuk tidak terlalu berpengaruh terhadap
kine~a
usahatani rumahtangga. Sedangkan kebijakan menaikkan harga padi masih merupakan kebijakan strategis khususnya dalam peningkatan luas lahan garapan, produksi padi, dan pendapatan rumahtangga petani sehingga perlu dipertahankan dan dijaga implementasinya di lapangan agar harga yang ditetapkan tersebut benar-benar dapat dinikmati petani. 3. lebih dari 50 persen produksi padi dijual saat panen hal ini diduga salah satu penyebab rendahnya harga padi yang diterima petani dibandingkan harga dasar yang ditetapkan pemerintah. Untuk itu disarankan kepada petani untuk melakukan mekanisme tunda jual dengan memperhatikan penanganan
100
pasca panen sehingga kualitas padi tetap dalam kondisi yang baik saat dijual. Untuk memenuhi keperluan finansial rumahtangga petani disarankan kepada pemerintah dan atau lembaga terkait menyediakan kredit mikro di daerah penelitian ini. 4. Struktur pendapatan rumahtangga petani menunjukkan bahwa pendapatan dari usahatani padi hanya sepertiga dari pendapatan totalnya. Untuk meningkatkan kesejahteraan rumahtangga petani perlu adanya kebijakan komprehensif pengembangan berbagai sektor seperti perdagangan dan jasa, serta industri rumahtangga atau industri kecil menengah sebagai sumber pendapatan di luar usahatani padi.
9.3. Saran Penelitian Lanjutan 1. Memperluas cakupan model dengan mengakomodasi peubah endogen seperti curahan tenaga kerja di luar usahatani padi.
Memisahkan curahan
tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan. 2. Penelitian dapat diperluas dengan cara mengkomparasi perilaku ekonomi rumahtangga
pada
agroekosistem
yang
berbeda
misalnya
antara
rumahtangga persawahan dengan rumahtangga pertanian lahan kering. Atau secara spesifik antara lahan sawah beririgasi dengan non irigasi (pasangsurut, lebak, dan tadah hujan) 3. Memasukkan komoditas pertanian yang lain seperti palawija dan hortikultura. Atau secara lebih sempit antara rumahtangga yang mengusahakan padi varietas lokal sepanjang tahun dengan rumahtangga yang menerapkan pola tanam padi varietas lokal dan unggul (sawit dupa) pada lahan usahataninya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengendali Simas. 1977. Tanaman Pangan, Palawija, dan Sayuran. Badan Pengendali Simas, Departemen Pertanian, Jakarta. [BAPPEDA Kab. Banjar] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar. 2003. Kabupaten Banjar dalam Angka Tahun 2002. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, Martapura. BPS.
1994. Sensus Pertanian Tahun 1993, Kabupaten Banjar. Statistik Kabupaten Banjar, Martapura.
Biro Pusat
Bagi, F.S. and I.J. Singh. 1974. A Microeconomic Model of Farm Decision in a LDC: A Simultaneous Equations Approach. Department Economics and Rural Sociology, The Ohio University, Ohio. Becker, G.S. 1965. The Economic Approach to Human Behavior. University of Chicago Press, Chicago.
The
Benu, F.L. 1996. Analisis Struktur Produksi, Konsumsi, dan Perdagangan Beras di Nusa Tenggara Timur. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogar, Bogar. Bulog. 2003. lnpres No. 9 Tahun 2002 Tentang Penetapan Kebijakan Perberasan. http://www.bulog.go.id/hdg/inpres 9 2002.pdf. Deperindag. 2003. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Pertanian Tahun Anggaran 2003. Sektor http://www.dprin.go.id/2003/03/MENTAN 176 03.htm. Erwidodo. 1984. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Hasil Usahatani Padi Sawah di Wilayah Otorita Jatiluhur. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 3 (1): 44-57. Hardaker, J.B., T.G. MacAuley, M. Soejono and C.K.G. Darkey._ 1985. A Model of Padi Farming Household in Central Java. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 21 (3): 30-50. Hardono, G.S. 2003. Simulasi Dampak Perubahan Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga Pertanian. Jurnal Agro Ekonomi, 21 (1 ): 1-25. Harianto. 1994. An Empirical Analysis of Food Demand in Indonesia: A Cross Sectional Study. Ph.D. Dissertation. Faculty of Science and Technology, LaTrobe University, Bunduora, Victoria.
102
lrawan.
1998. Keberlanjutan Produksi Padi Ladang dan Sawah di Jawa dan Luar Jawa: Studi Respon Penawaran. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor, Bogor.
Kalo, H.T. 1983. Penerimaan Bagian Pendapatan dari Usahatani Padi di Daerah Rentang lndramayu. Jurnal Agro Ekonomi, 3 (1 ): 73-82. Krisnamurthi, B. 2002. Bagi Petani Tarif Saja Tidak Cukup. Harian Kompas, 1 Juli 2002: 1(kolom 2-4). Kuncoro, S.U. 1982. Elastisitas Pendapatan dari Permintaan Beras Penduduk Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 1 (2): 74-102. Kuotsoyianis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. The Macmillan Press Ltd., London. Lipsey, R.G., Douglas D. Purvis and Peter 0. Steiner. 1993. Economics. Tenth Edition. Harper and Row Publisher, New York. Mears, L.A. 1982. Era Baru Perberasan Indonesia. Press, Yogyakarta. Mubyarto. 1989. Jakarta.
Pengantar Ekonomi Pertanian.
Gajah Mada University
Edisi Ill.
Penerbit LP3ES,
Mulyana, A 1998. Keragaan Penawaran dan Permintaan Beras Indonesia dan Prospek Swasembada Menuju Era Perdagangan Bebas: Suatu Analisis Simulasi. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor, Bogor. Mustaniroh, S.A and Slamet Hartono. 2000. Produktivity Analisys of Rice Farming System in Riam Kanan Irrigated Area Banjar, South Kalimantan. Journal of Agricultural Technology, 1 (3): 23-28. Noor, M., A Supriyo, S. Umar dan I. Ar-Riza. 1991. Budidaya Padi di Lahan Gambut. Presiding Seminar Penelitian Sistem Usahatani Lahan Gambut Kalimantan Selatan; Banjarbaru, 20 Pebruari 1991. Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa-SWAMP II. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa Banjarbaru, Banjarbaru.
Noorginayuwati, D.l. Saderi, R. ltjin dan M.Y. Maamun. 1994. Aspek-aspek Sosial Ekonomi Pengembangan Pengelolaan Air di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan. Presiding Pengelolaan Air dan Produktivitas Lahan Rawa Pasang Surut, Pengalaman dari Kalimantan Selatan dan Tengah. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa Banjarbaru, Banjarbaru.
103
Noorsyamsi, H., H. Anwarhan, S. Soelaiman and H.M. Beachell. 1984. Rice Cultivation in The Tidal Swamps of Kalimantan. Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice. International Rice Research Institute, Los Banos. Nurmanaf, A. R. 1985. Usahatani Sebagai Lapangan Pekerjaan dan Sumber Pendapatan Rumahtangga. Jurnal Agro Ekonomi, 4 (1 ): 28-39. Pakpahan, A. 1982. Analisis Fungsi Produksi Usahatani untuk Menunjang Pengembangan Daerah Aliran Sungai Cimanuk. Jurnal Agro Ekonomi, 1 (2): 28-49. Pribadi, Y. 2002. Analisis Produksi dan Faktor Penentu Adopsi Teknologi Sawit Dupa pada lJsahatani Padi di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Penyangga Kebijaksanaan Pasar Hasii-Hasil Saifullah, A. 2002. Pertanian dalam Usaha Menciptakan Ketahanan Pangan. Majalah Pangan Nomor 38/X/Jan /2002. Puslitbang Bulog, Jakarta. Sawit, M.H. and D. O'Brien. 1991. Applying Agricultural Household Theory to The Analysis of Income and Employment: A Preliminary Study for Rural Jawa. Department of Economics, University of Wollongong, Wollongong. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . 1995. Farm Household Responses to Government Policies: Evidence from West Java. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 31 (2): 41-59. Sawit, M.H. 1985. Fungsi Respons dan Fungsi Permintaan Tenaga Kerja. Jurnal Agro Ekonomi, 4 (1 ): 1-6. 1994. Analisis Permintaan Pangan: Bukti Empiris Rumahtangga Pertanian. Jurnal Agro Ekonomi, 13 (2): 49-71.
Teori
2002. Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN): Sebuah Program Perlindungan Sosial. Majalah Pangan Nomor 38/X/Jan /2002. Puslitbang Bulog, Jakarta. Shorten, B. and M.H. Sawit. 1990. Modelling Agriculture Household Behaviour: A Preliminary Application to Indonesia Data. Department of Economics, University of Wollongong, Wollongong. Sinaga, B.M. 1989. Econometric Model of The Indonesian Hardwood Products Industry: A Policy Simulation Analysis. Ph.D. Dissertation. University of The Philippines, Los Banos.
104
Singh, 1., L. Squire and J. Strauss. 1986. Agricultural Household Models: Extension, Applications and Policy. The John Hopkins University Press, Baltimore. Stiglitz, J.E. 1987. Some Theoritical Aspects of Agriculture Policies. World Bank Research Observer, (2): 4~0. Surono, S. 2002. Globalisasi dan Nasib Petani Padi. Majalah Pangan Nomor 38/X/Jan /2002. Puslitbang Bulog, Jakarta. Tabor, S.S., Soekirman dan D. Martianto. 2000. Keterkaitan antara Krisis Ekonomi, Kemiskinan, Ketahanan Pangan, dan Keadaan Gizi. Presiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII; Jakarta, 29 Februari-2 Maret 2000. Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Tambunan, T.T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa lsu Panting. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Timmer, C.P. 1991. Peranan Kebijaksanaan Harga dalam Produksi Beras di Indonesia 1968-1982. Dalam: Sjahrir (Penyunting). Analisis dan Metodologi Ekonomi Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suryana, A. 2002. World Food Summit: Aliansi Mengikis Kelaparan. Kompas, 18 Juni 2002: 15(kolom 1-6).
Harian
LAMP IRAN
106
Lampiran 1. Data yang Digunakan dalam Penelitian
RESP
JAK
JAKK
JAS
US
1 2 3
5 4 3
2 4 3
3 0 0
36 51 52
4
4
2
2
38
5
3
2
1
32
6
3
2
0
7
4
2
2
8 g
3
2
5
5
1 0
35 35 40 60
10
4
3
0
55
11
UI
PS
PI
RKT
LAP
PRO 1980 2585
34
12
6
0.60
0.58
47 47
3 3
6 6
0.00 0.00
0.72 0.86
33 27 30 30 35
6 6 6 6 6 12
0.50 0.33 0.33 0.50 0.33
so
6 6 6 6 3 12
a.aa
0.35 0.58 0.42 0.42 1.15 1.30
1870 1650 1650 4070 4950
50
3
3
0.25
0.29
1100
3405 ~
1320
55 3 2 0.00 0.69 2640 5 4 0 45 40 6 6 0.20 0.29 1100 4 2 2 35 30 3 6 0.50 0.35 1320 3 3 0 45 40 6 6 0.00 0.58 1980 45 6 6 0.25 1.01 3685 4 3 1 52 3 3 0 52 45 6 3 0.00 0.58 1760 4 4 0 45 40 6 6 0.00 0.88 2970 5 5 0 55 48 6 6 0.00 0.43 1650 3 3 0 39 35 6 6 o.oo 0.43 1650 3 3 0 54 50 6 6 0.00 0.58 1980 6 5 0 49 44 6 6 0.17 0.58 2200 -3--3-- -o=----5=-:2=----4:-:8:----------=3:----------=6-------=-o-.o=--o=----o=--.---=5=-=8-----:1-=9-=-8o=----l 3
3
0
62
23 24
3 4
3 3
0 1
45 45
40 35
6 6
6 6
0. 00
0 . 72
o. 25
o. 72
2200 220u
27 28 29 30
3 5
3 3 2 3
0 3 2 1
55 47 40 40
55 35 35 35
6 6 12 6
6 6 12 6
0.00 0.40 0.50 0.25
0.58 1.01 0. 72 0.72
2200 3850 2695 2475
12 13 14 15 16 17
1S 19 20 21
---22---
4 4
Keterangan: RESP = Nomor Respond~n JAK = Jumlah Anggota Keluarga (orang) JAKK = Jumlah Angkatan Kerja Keluarga (orang) JAS = Jumlah Anak Bersekolah (orang) US = Usia Suami ( thn) UI = Usia Isteri (thn} PS = Pendidikan Suami (thn} PI = Pendidikan Isteri (thn) RKT = Rasio Ketergantungan LAP = luas lahan Garapan (ha) PRO = Produksi Padi (kg}
107
Lampiran 1. Lanjutan
RESP
1 2 3 4
5 6
7 8 g
10 11
12 13 14 15 H)
t7 18 19 20 21 --22 23 24 25 26
27 28
~-
29
30
PPO 3413.79 3590.28 4029.07 3771.43 3224.14 3793.10 3928.57 3539.13 3807.69 3793.10 3826.09 3793.10 3771.43 3413.79 3648.51 3034.48 3375.00 3837.21 3837.21 3413.79 3793.10 3413.79 3055.56 4t72.4t 3793.10 3485.15 3793.10 3811 .88 3743.06 3437.50
UREA 60
TSP
75
40 35
lOS
50
36 50 30 30 130 125 20 72 30 36 60 90
12 20 20 15 45 45 10 24 15 12 20 35 20
KCL
90
so
45 60 80
30 15 0 10 20 25 20
20
22.00
10 35 20
10 0 0 35 15 0
11.00 33.00 22.00 33.00 22.00 22.00
60
60
60 75 60 40
90 60 140 65 75
·-
70
40 25
Keterangan: PPO : Produktivitas Padi (kg/ha) UREA : Penggunaan Pupuk Urea (kg) TSP = Penggunaan Pupuk TSP (kg) KCL = Penggunaan Pupuk KCl (kg) KBNH = Penggunaan Benih Padi (kg) NBNH Nilai Penggunaan Benih Padi (Rp} HUREA = Harga Pupuk Urea (Rp/kg) HTSP Harga Pupuk TSP (Rp/kg}
= =
KBMi
20 25 30 0 0 0 0 5 18 0 0 10 0 0 0 0 t5 15 0 0 10 0 1.5
22.00 27.50 22.00 11.00 22.00 11.00 11.00 44.00 66.00 11.00 22.00 11.00 11.00 22.00 38.50 22.00 33.00 11.00 16.50 22.00 22.00 22.00 22.00
NBMf
26950.00 33687.50 26950.00 13475.00 26950.00 13475.00 13475.00 53900.00 80850.00 13475.00 26950.00 13475.00 13475.00 26950.00 47162.50 26950.00 404~.00
13475.00 20212.50 26950.00 26950.00 26950.00 26950.00 26950.00 13475.00 40425.00 26950.00 40425.00 26950.00 26950.00
KJREA
1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500
1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500
HTSP
2200 2200 2200
2200 2200 2200 2200 2200 2200
2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 22CD
22C'O 2200 0 2200 2200 2200
rsoo
2200
1500 1500 1500 1500 1500 1500
2200 2200 2200 2200 22oo~
2200
I
108
Lampiran 1. Lanjutan
RESP
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 t7 1B
19 20 21 22 23 24 25 2.6
27 28 29 30
HKCL 2200
2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200
2200 2200 2200 2200 2200 2200 2200
2200 2.2.00 2200 2200 2200 2200
NUREA
NTSP
90000 112500 157500 54000 75000 45000 45000 195000 187500 30000
88000
108000
45000 54000 90000 135000 90000 t35000 67500 90000 120000 90000 90000 112500 90000 60000 135000 90000 210000 97500 112500
nooo 132000 26400 44000 44000 33000 99000 99000
NKCL
44000 55000 66000
52600 33000 26400 44000 77000 44000
0 0 0 0 11000 39600 0 0 22000 0 0 0 0
22000
66000
33000
66000 33000 0 22000 44000 55000
33000
0 0 22000 0 27500
44000
44000
22000 77000 44000 154000 88000 55000
22000 0 0 77000 33000 0
Ketera.,gan: HKCL ~ Harga Pupuk KCl (Rp/kg) NUR~~ = Nilai Penggunaan Pupuk Urea (Rp) NTSP = Nilai Penggunaan Pupuk TSP (Rp) NKCL = Nilai Penggunaan Pupuk KCl (Rp) NPS = Nilai Penggunaan Pestisida (Rp} = Biaya Sarana Produksi {Rp) BSP = Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (HOK) TKO
NPS
70245 87200 104150 42390 40140 20070 21800 119380 157440 15050
SSP 292245.00 331700.00
TKO
122790.00 159140.00 109070.00 99800.00 424380.00 483540.00 67050.00
77.00 112.00 H7.50 39.00 76.00 37.00 42.00 57.50 138.50 57.50
179065
339865.00
37.50
0 24220 40140 69895 60200 76t25 29760 44640 60200 75260 40140 74740 70240 35120
100000.00 104620.00 174140.00 281895.00 194200.00 St0t25.00 196260.00 167640.00 180200.00 209260.00 174140.00 269740.00 248240.00 139120.00 33432.0.00 184175.00 563320.00 305700.00 242240.48
56.50 47.50 67.50 131.00 58.50
12232!1
50175 122320 87200 74740
459650.00
88.00 5B.50
67.00 83.00 79.00 73.00 79.00 54.00 49.00 88.00 37.50 73.00 40.50 74.00
109
Lampiran 1. Lanjutan
11ESP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 tO 11 12 13 14 15 16 t7 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
TIQ. 30.00 65.00 80.00 24.00 45.00 24.00 28.00 178.00 119.50 5.00 105.00 25.00 20.00 55.00 83.00 45.00 fH.OO
20.00 16.00 49.00 52.00 38.00 54.00 55.00 25.00 122.00 139.50 92.00 99.50 54.00
TK 107.00 177.00 1P7.50 63.00 121.00 61.00 70.00 235.50 258.00 62.50 142.50 81.50 67.50 122.50 214.00 103.50 t49.00 78.50 83.00 132.00 131.00 111.00 133.00 t09.00 74.00 210.00 177.00 165.00 140.00 128.00
UTK
BTK
13300.00 1423100 2456760 13880.00 13750.00 2715625 15000.00 945000 1595385 13185.00 15000.00 915000 1050000 15000.00 14166.67 3336250 14256.67 3678220 937500 15000.00 1781250 12500.00 1039125 12750.00 12790.00 863325 1531250 12500.00 14830.00 3173620 1494540 14440.00 14600.00 2175400 11900.00 934150 12080.00 1002640· 15000.00 1980000 13090.00 1714790 12500.00 ··- -· -· ·,-3sisoo.. ·· 14000.00 1862000 t4000.00 t526000 12500.00 925000 12500.00 2625000 12450.00 2203650 12000.00 1980000 12000.00 1680000 12000.00 1536000
l<:eterangan: TKL : Penggunaan Tenaga Kerja Luar Kl~g {HOK} TK = Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) UTK = Upah Tenaga Kerja Pertanian (r.p/HOK) BTK = Biaya Tenaga Kerja (Rp) BLL = Biaya Lain-lain (Rp) BTOT = Biaya Produksi Padi (Rp} HPD = Harga Padi (Ap/kg)
BLL 50000 40000 50000 0.01 15000 0.01 15000 0.01 65000 25000 50000 25000 25000 0.01 75000 25000 25000 30000
15000 0.01 60000
·····o-:·o-1·-·0.01 O.Ot
0.01 0.01 60000 50000 50000 0.01
BTOT 1765345.00 2828460.00 3225275.00 1067790.01 1769525.01 1024070.01 1164800.00 3760630.01 4226760.00 1029550.00 217111-5.00 1164125.00 992945.00 1705390.01 3530515.00 1713740.00 2510525.00 1160410.00 1185280.00 2160200.01 1984050.00 1561640.01 2131740.01 t774240.0t 1064120.01 2959320.01 2447825.00 2593320.00 2035700.00 1778240.49
tf»D
1225 1225 1225 1225 1225 1225 1225 1225 1225 t225 1225 1225 1225 1225 1225 1225 t225 1225 1225 1225 1225 1225 1225 t225 1225
1225 1225 1225 1225 1225
110
Lampiran 1. Lanjutan
RESP
PU
1
2425500
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
4244625 1617000 2290750 1347500 2021250 4985750 6063750 1347500 3234000 1347500 1617000 2425500 4514125 2156000 3638250 2021250 2021250 2425500 2695000 2425500
~-
31eee2~
2695000
2964500 1347500 4312000 2695000 4716250 3301375 3031875
PT 660155 338H55 1019350 549210 521225 323430 856450 1225120 1836990 317950 1062885 183375 624055 720110 983610 442260 1127725 860840 835970 265300 710950 863860 563260 1190260 283380 1352680 247175 2122930 1265675 1253635
P:~L
185000 3~0000
700000 465000 170000 100000 600000 540000 100000 226000 700000 892500 150000 500000 1050000 400000 430000 1500000 222500 423250 600000 287500 355000 3175000 695000 265000 1210000 2550000 0 649750
... Keterangan: = Penerimaan Usahatani Padi (Rp) PU = Pendapatan Usahatani Padi (Rp) PT PKL = Pendapatan Komoditas Lain (Rp) PNU = Pendapatan Non Usahatani (Rp) PNPD = Pendapatan Non Padi (Rp) PAT ; Pendapatan Rumahtangga (Rp) PJK = Pajak/Iuran (Rp)
PNU 3000000 21eoooo 950000 900000 750000 380000 600000 900000 6900000 0 1800000 2300000 1000000 2800000 400000 0 1300000 800000 1100000 . 2000000 800000 1250000 3250000 750000 1600000 750000 0 500000 1500000 1394500
PNPD 3185000 2510000 1650000 1365000 920000 480000 1200000 1440000 7000000 226000 2500000 3192500 1150000 3300000 1450000 400000 1730000 2300000 1322500 2423250 1400000 1537500 3605000 3925000 2295000 1015000 1210000 3050000 1500000 2044250
PRT 3845155 28481155 2669350 1914210 1441225 803430 2056450 2665120 8836990 543950 3562885 3375875 1774055 4020110 2433610 842260 2857725 3160840 2158470 2688550 2110950 2401360 4168260 5115260 2578380 2367680 1457175 5172930 2765675 3297885
PJK 36000 120000 120000 60000 60000 60000 60000 180000 60000 48000 120000 60000 60000 120000 60000 90000 120000 120000 480GO 90000 54000 120000 120000 180000 120000 120000 60000 120000 120000 93300
111
Lampiran 1. Lanjutan
RESP
YO 3809155 2728155 2549350 1854210 1381225 743430 1996450 2485120 8776990 495950 3442885 .:.315875 1714055 3900110 2373610 752260 2797725 3040840 2110470 2598550 2056950 2281360 4048260 4935260 2458380 2247680 1397175 5052930 2645675 3204585
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30
KPSUB 825 1100 1100 550 660 825 550 1100 2200 660 1100 1100 550 825 605 825 1100 1100 660 825 1320 825 1100 1100 550 1100 770 1100 1100 825
KPSB 1010625 1347500 1347500 673750 808500 1010625 673750 1347500 2695000 808500 1347500 1347500 673750 1010625 741125 1010625 1947500 1347500 808500 1010625 1617000 1010625 1347500 1347500 673750 1347500 943250 1347500 1347500 1010625
Keterangan: YO = Pendapatan Siap Dibelanjakan (Rp) KPSUB = Konsumsi Padi dari Usahatani (kg) KPSB = Nilai Konsumsi Padi dari Usahatani (Rp) PJ = Jumlah Padi yang Dijual (kg) NPJ = Nilai Penjualan Padi (Rp) KPAS Konsumsi Pangan dari Pasar (Rp)
=
NPJ
PJ 693.00 1457.50 2343.00 495.00 858.00 649.00 374.00 2926.00 2684.00 429.00 1518.00 0.00 759.00 803.00 1969.00 583.00 1942.00 539.00 726.00 803.00 418.00 803.00 803.00 1298.00 539.00 2387.00 1298.00 2717.00 1573.00 1188.00
848925.00 1785437.50 2870175.00 606375.00 1051050.00 795025.00 458150.00 3584350.00 3287900.00 525525.00 1859550.00 0.00 929775.00 983675.00 2412025.00 714175.00 1649950.00 660275.00 889350.00 983675.00 512050.00 983675.00 983675.00 1590050.00 660275.00 2924075.00 1590050.00 3328325.00 1926925.00 1455300.00
---
KPAS 4608000 5448000 3600000 2736000 3240000 3864000 3144000 4008000 6768000 3672000 3552000 3892800 3096000 3696000 5160000 4080000 4968000 4992000 2352000 3384000 4392000 3048000 3528000 5496000 2520000 2208000 3240000 5280000 4176000 3936000
-~----
~--~---------
112
Lampiran 1. Lanjutan
RESP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 . 17 18 19 20 21 22 .. -·-· 23 24 25 2.6
27 28 29 30
KPG 5618625 679S!K)O 4947500 3409750 4048500 4874625 3817750 5355500 9463000 4480500 4899500 5240300 3769750 4706625 5901125 5090625 6315500 6339500 3160500 4394625 6009000 4058625 --=4875500 6843500 3193750 3555500 4183250 6627500 5523500 4946625
PKPG 0.64 0.71 0.65 0.78 0.80 0.74 0.75 0.60 0.70 0.75 0,81 0.77 0.69 0.68 0.69 0.72 0.72 0.78 o. 73. 0.67 0.82 0.63 0.72 0.68 0.67 0.63 0.70 o. 71 0.65 0. 70
KNP 2700000 2700000 2580000 810000 900000 1560000 1230000 3360000 3900000 1410000 1080000 1512000 1440000 2160000 2520000 1920000 2400000 1740000 1110000 2040000 1200000 2370000 1824000 2730000 1470000 1980000 1710000 2520000 2700000 1240500
. . . .. Keterangan: KPG = Konsumsi Pangan (Rp) PKPG = Pangsa Pengeluaran Pangan = Konsumsi Non Pangan (Rp) KNP PKNP = Pangsa Pengeluaran Non Pangan INKES = Pengeluaran Kesehatan (Rp) INPED = Pengeluaran Pendidikan {Rp) INS~ = Investasi Sumberdaya Manusia (Rp)
PKNP 0.31 0.28 0.34 0.19 0.18 0.24 0.24 0.38 0.29 0.23 0.18 0.22 0.26 0.31 0.30 0.27 0.27 0.21 0.26. 0.31 0.16 0.37 0.27 0.27 0.31 0.35 0.29 0.27 0.32 0.18
INKES 120000 120000 90000 30000 60000 60000 60000 120000 180000 60000 60000 60000 60000 90000 60000 60000 90000 90000 60000 90000 60000 60000 60000 120000 60000 120000 60000 120000 120000 828000
INPED 300000 0 0 120000 36000 120000 0 120000 0 60000 0 24000 180000 0 60000 0 0 0 0 0 72000 0 0 420000 60000 0 0 72000 180000 63000
INSDU 420000 120000 90000 150000 96000 180000 60000 240000 180000 120000 60000 84000 240000 90000 120000 60000 90000 90000 60000 90000 132000 60000 60000 540000 120000 120000 60000 192000 300000 891000
113
Lampiran 1. Lanjutan
RESP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
TP 8738625.00 91515500.00 7617500.00 4369750.00 5044500.00 6614625.00 5107750.00 8955500.00 13543000.00 6010500.00 6039500.00 6836300.00 5449750.00 6956625.00 8541125.00 7070625.00 8805500.00 8169500.00 4330500.00 6524625.00 7341000.00 6488625.00 6759500.00 10113500.00 4783750.00 5655500.00 5953250.00 9339500.00 8523500.00 7078125.00
CAPT 1653100.00 2496760.00 2765625.00 945000.01 1610385.01 915000.01 1065000.00 3936250.01 3863220.00 992500.00 1951250.00 1124125.00 888325.00 1531250.01 3248620.00 1519540.00 2200400.00 1024150.00 1017640,00 1980000.01 1834790.00 1387500.01 1862000.01 1550000.01 985000.01 2805000.01 2263650.00 2150000.00 2030000.00 1602000.01
SAVE
180000 0 0 0 0 0 0 600000 120000 30000 120000 60000 0 0 0 0 0 60000 0 0 60000 0 0 24000 60000 180000 0 120000 300000 66000
Katerangan: = Jumlah Pengeluaran Rumahtangga (Rp) TP CAPT = Modal Usaha (Rp) SAVE = Tabungan Rumahtangga (Rp)
114
Lampiran 2. Program Komputer Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani PROC SORT ~TA = IRIL_01; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_02; BY RESP; RUN; PROC SORT ~TA = IRIL_03; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_04; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_05; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_06; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_07; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_08; BY RESP; RUN; DATA IRIL_OO; MERGE IRIL_01 IRIL_02 IRIL_03 IRIL_04 IRIL_05 IRIL_06 IRIL_07 IRIL_08 ;BY RESP; PPD TK BTK BSP NUREA NKCL NTSP NBNH BTOT PU PT PAT YO KPDT PJ KPG KNSMS INSDM TP PKPG PKNP PNPD NPJ HPHU CAPT
= PRO/LAP • TKD+TKL = UTK*TK = NUREA+NTSP+NKCL+NBNH+NPS = UREA*HUREA = KCL*HKCL = TSP*HTSP = KBNH*HPD = BTK+BSP+BLL • PRD*HPD = PU-BTOT = PT+PNPD = PRT-PJK "' KPSUB+KBNH = PRD-KPDT = KPSB+KPAS = KPG+KNP .. INPED+ INKES = KNSMS+INSDM = KPG/TP = KNP/TP .e PNU+PKL = PJ*HPD = HPD/HUREA = BTOT+SAVE
115
Lampiran 2. Lanjutan PROC SYSLIN DATA = IRIL_OO 2SLS TITLE'PENDUGAAN PARAMETER MODEL EKONOMI RUMAHTAHGGA PETANI'; ENDOGENOUS
LAP PRO PPD TKO TKL TK BTK UREA TSP KBNH BSP BTOT PU PT PRT YO KPSB KPAS KPDT PJ PKPG INPED INKES SAVE INSDM TP
INSTRUMENTS HPD HUREA HTSP HKCL UTK JAK PJK RKT NKCL BLL UTKLAP JPKLAP PI KNP PKNP MODEL LAP MODEL PAD MODEL TKO MODEL TKL MODEL NUREA MODEL NTSP MODEL KBNH MODEL KPSB MODEL KPAS MODEL PKPG MODEL INPEO MODEL INKES MODEL SAVE IDENTITY KPDT IDENTITY PPD IDENTITY TK IDENTITY BTK IDENTITY BSP IDENTITY BTOT IDENTITY PU IDENTITY PT IDENTITY PRT IDENTITY YO IDENTITY PJ IDENTITY INSDM IDENTITY TP RUN
= = = = = = = =
PT CAPT UREA TSP TKO TKL LAP UTK TKL LAP UTK TKO LAP HPHU HTSP LAP YO HTSP LAP YO PJ LAP YO JAK INPED
= YO = YO = YO
JAK KNP PI PKNP PS. JAS SAVE
= YO
KNP INPED NPJ RKT KPSUB+KBNH PPDtO TKD+TKL BTKTO NUREA+NTSP+NKCL+NBNH+NPS BTK+BSP+BLL PUTO PU-BTOT PT+PNPD
= YO
= = = = ~
=
= = ..
= PRT-PJK = PRD-KPDT = INPED+INKES
= KNSMS+INSDM
116
Lampiran 3. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model: LAP Dependent variable: LAP Luas Lahan Garapan (ha) Analysis of Variance
Source
OF
Model Error C Total
2 27 29
Root MSE Oep Mean
c.v.
Sum of Squares
Mean Square
1.94374 0.07188 2.06762
0.97187 0.00266
0.05160 0.65853 8.08298
A-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
365.066
0.0001
0.9643 0.9617
Parameter Estimates
Variable
OF
INTERCEP PT CAPT
Variable INTERCEP PT CAPT
DF
Parameter Estimate
Standard Error
· T for HO: Parameter=O
Prob > ITI
0.026655 0.000000188 0.000000219
0.024944 3.5056864E-8 1.3454275E-8
1.069 5.351 16.310
0.2947 0.0001 0.0001
Variable Label Intercept Pendapatan Usahatani Padi (Rp) Modal Usaha (Rp)
117
Lampiran 3. Lanjutan
Model: PRO Dependent variable: PRO Produksi Padi (kg} Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
OF
Model Error C Total
5 23538115.400 4707623.0801 24 764061.30683 31835.88778 29 28025717,500
Root MSE Dep Mean
c.v.
178.42614 2315.50000 7.70573
R-Square Adj R-SQ
F Value
Prob>F
147.872
0.0001
0.9686 0.9620
Parameter Estimates Variable
OF
INTERCEP UREA
TSP TKO TKL LAP Variable INTERCEP UREA TSP TKO TKL LAP
OF
Parameter Estimate
Standard Error·
T for HO: Parameter=O
Prob > ITI
34.985981 -1.332600 8.591634 3.002679 3.584496 2696.195666
106.901410 4.033227 3.999001 3.145201 2.789135 692.848504
0.327 -0.330 2.148 0.955 1.285 3.891
0.7463 0. 7440 0.0420 0.3493 0.2110 0.0007
Variable Label Intercept Penggunaan Penggunaan Penggunaan Penggunaan Luas Lahan
Pupuk Urea (kg) Pupuk TSP {kg) Tenaga Kerja Keluarga (HOK) Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) Garapan (ha)
118
Lampiran 3. Lanjutan
Model: TKO Dependent variable: TKO Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (HOK) Analysis of Variance Source
OF
Model Error C Total
26 29
3
Root MSE Oep Mean
c.v.
Sum of Squares
Mean Square
12118.03285 6462.28253 21325.46667 15.76545 69.86667 22.56505
F Value
Prob>F
4039.34428 248.54983
16.252
0.0001
A-Square Adj R-SQ
0.6522 0.6121
Parameter Estimates Variable
OF·
INTEACEP UTK TKL LAP
Variable INTERCEP UTK TKL LAP
OF
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Parai·,leter=O
-3.922965 0.001424 -0.598442 142.141544
37.161349 0.002780 0.179254 24.929718
-0.106 0.512 -3.339 5.702
Variable label Intercept Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) Luas Lahan Garapan (ha)
Prob >
ITI
0.9167 0.6127 0.0026 0.0001
119
lampiran 3. lanjutan
Model: TKL Dependent variable: TKL Penggunaan Tenaga Kerja luar Keluarga (HOK) Analysis of Variance
Source
DF
Model Error C Total
3 26 29
Root MSE Dep Mean
c.v.
Sum of Squares
Square
31661.82749
10553.94250
9446.86t2t
363.34082
Mean Value
Prob>F
29.047
0.0001
F
49558.34167 19.06150 eo.28S33 3.1.61985
A-Square Adj R-SQ
0. 7702 0.7437
Parameter Estimates Variable DF INTERCEP UTK TKO LAP
1 1 1
Parameter Estin1ate
Standard Error
T for HO: Parameter.::O
21.521159 -0.001460 -0.769409 175.662665
44.498993 O.OOS367 0.245746 21.990750
0.484 -0.434 -3..13.1 7.988
Variable DF
Variable Label
INTERCEP UTK TKO LAP
Intercept Tenaga Kerja (Rp/HOK} Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Luas Lahan Garapan (ha)
t 1
Upa~
{HOK)
Prob >
ITI
0.6327 0.6681 0.0043. 0.0001
120
Lamp;ran 3. Lanjutan
Model: Nl.f!EA Dependent variable: NUREA Nilai Penggunaan Pupuk Urea (Rp) Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
3 45209612150 15069870717 26 6645345969.5 255590229.59
29
F Value
Prob>F
58.961
0.0001
58983675000
Root MSE 15987. 18955 Dep Mean 100450.00000 C,V, 1~.S1557
A-Square Adj R-SQ
0.8718 0.8571
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Parameter=G
INTERCEP H?HU
1 1
-428671 580412
-0.000 0.000
HTSP
1
-13-496430
317127357040 388319212702 7.398276 11849
LAP
156898 Variable
Variable
INTERCEP HPHU
HTSP LAP
DF
label
Intercept Rasia Harga Pacti /Harga Urea
Harga Pupuk TSP (Rp/kg} Luas Lahan Garapan (ha}
-LB24
13.241
Prob >
ITI
1.0000 1.0000 0.,0796 0.0001
121
lampiran 3. lanjutan
Model: NTSP Dependent variable: NTSP Nilai Penggunaan Pupuk TSP Analysis of Variance
Source
Sum of Squares
DF
Mean Square
F Value
Prob>F
13.364
0.0001
Model
3
20086145504 6695381834.7
Error
26
t302563"76t7 500986062.2t
C Total
29
33579274667
Root MSE 22382.71794 Dep Mean 57053.33333
c.v.
R·Squa,·e Adj R·SQ
0.6066 0.5612
39.23.1.22
Parameter Estimates
Variable
OF
INTERCEP YO
HTSP
1 1
LAP
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Parameter=O
-57593 0.004710 24.29693.1 78415
24515 0.004134
-2.349 1.139 2.346 3.652
10.357969
21474
Variable Variable
INTERCEP YD HTSP LAP
OF
t
Label
Intercept Pendapatarr Siap Dibalarrjakarr Harga Pupuk TSP {Rp/kg} Luas Lahan Garapan (ha)
(Rp}
Prob >
ITI
0.0267 0.2649 0.0269
0.0012
122
Lampiran 3. Lanjutan
Model: KBNH Dependent variable: KBNH Konsumsi Benih
~adi
{Kg)
Analysis of Variance Source
DF
Model Error C Total
26 29
3
Root MSE Dep Mean
c.v.
Swn of Squares
Mean Square
3240.81937 487.93771 4058.54167 4.33207 22.91667 18.90358
F Value
Prob>F
1080.27312 18.76683
57.563
0.0001
A-Square Adj R-SQ
0.8691 0.8540
Parameter Estimates Variable OF INTERCEP YO
PJ LAP Variable OF INTERCEP YO
PJ LAP
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Parameter=O
-7.935467 0.000000104 -0.010652 70.541710
2.976698 0.000001173 0.005949 19.824957
-2.666 0.088 -1.791 3.558
Variable Label Intercept Pendapatan Siap Dibelanjakan (Rp) Jumlah Padi yang Dijual (kg) Luas Lahan Garapan (ha)
Pro~
>
ITI
0.0130 0.9302 0.0850 0.0015
123
Lampiran 3. Lanjutan
Model: KPSB Dependent variable: KPSB Komrumsi Padi dari Usahatani (Rp) Analysis of Variance Sum
of
Mean Squa-re
Squares
Source
Model
3 3.309607E12 1.1032023E12
EtTOr
26 2.226246Et2 85624a473t2 29 4.6755723E12
C Total
Root MSE 292617.23687 Dep Mean1145375.00000 c.v. 25.54172
A-Square Adj R-SQ
Value
Prob>F
12.884
0.0001
F
0.5978 0.5514
Parameter Estimates
Variable DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Parameter=O
?rob >
IT!
INTERCEP YD
1
416432
233309
1.785
1
0.256660
0.046977
5.464
0.0001
.JAK
t
28296
70359
0.402
0.6909
-1.283527
0.758479
-1.692
0.1026
INPED
Var-iable
OF
INTERCEP
1
YO
1 1
.JAK INPED
Variable label Intercept Perrda-pata-n Sia-p [)faela-njaka-n (Rp} .Jumlah Anggota Keluarga {orang} Pengeluaran Pendidikan (Rp}
0.0860
124
Lampiran 3. Lanjutan
Model: KPAS Dependent" variable: KPAS Konsunrsi Pangan dari. Pasar ( Rp) Analysis of Variance Sum of
Model
Mean Square
F Value
Prob>F
3 2.4806113E13 8.2687042E12
23.716
o.. ooo1
Squares
DF
Sour-ce
26 9.065t485Et2 348659558956 29 3.1863661E13
Error C Total
Root MSE 590474.01209 Dep Mean3936160.00000 c.v. t5.00t27
A-Square Adj R-SQ
0.7324 0.70:t5
Parameter Estimates
Variable
DF
INTERCEP YD
1
JAI(
t
KNP
Variab'le INTERCEP
YD JAK KNP
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Parameter=O
Prob > l"TI
298210 0.252472 504430 0.541784
563929 0.142316
0.529 1.n4
0.6014 0.0878
143709
3.510.
0..0.0.17
0.221971
2.441
0.0218
Variable label
Intercept Pem:tap-atarr Siap- Dibelarrjakan (RpJ 1 Jumlah Anggota Keluarga {orang} Konsumsi Non Pangan (Rp} t
125
Lampiran 3. Lanjutan
Model: PKPG Dependent variable: PKPG Pangsa Pengeluaran Pangan Analysis of Variance
Source
DF
Model Error C Total
2tJ 29
3
Sum of Squares
Mean Square
0.07813 O.Ot4S7
0.00055
0.02604
Value
Prol::r>F
47.115
0.0001
F
0.09176
Root MSE Dep Mean
0.02351 0.70866
c.v.
3.31763.
A-Square Adj R-SQ
0.8446 0.8267
Parameter Estimates
Variable
DF
INTERCEP YD PI PKNP
1 1
Variable
DF
INTEACEP YO PI PKNP
1 t
Parameter Estimate.
Standard Error
T for HO: Parameter=O
0.958886 -3.399753E-9
0.022983 4.2837343E-9
41.721 -0.794
Prob-
:>
111
0.0001 0.4346
-0.000281
0.002821
-0.100
0,9213
-0.892915
0.077939
-11.457
0.0001
Variable label Intercept Pendapatan Siap Dil::relanjakan (RPI Pendidikan Isteri {tahun) Pangsa Pengeluaran Non Pan~an
126
Lampiran 3. Lanjutan
Model: INPED Dependent variable: INPED Pengeluaran ?endidikan {Rp) Analysis of Variance
sum of Squares
Mean Square
F Value'
Proi:T,.F
4 112490228209 28122557052
3.498
0.0212
Source Model Error
25 20t004863004 8040t9455t!. 2 29 282716700000
C Total
Root MSE 89667.13197 Dep ~ean 62900.00000
c.v,
A-Square Adj R-SQ
0.3588 0.2562
142.55506
Parameter Estimates
Variable INTERCEP YD PS JAS SAVE
Variable INTERCEP YD PS JAS SAVE
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Paramet:er=O
1
-9794.510401 -0.000245
45548 0.016955
-0.215 -0.014
1
4692.986270
8809,377384
0.533
0.5989
1
41458 0.282810
22573 0.223248
1.837 1.267
0.0782 0.2169
DF
Variable Label
Intercept Pendapatan Siap Dibelanjakan (Rp) 1 P~ndidikan Suami (tahun} Jumlah Anak Bersekolah (orang) Tabungan Rumahtangga (Rp)
1
. Prob >
ITI
0.8315 0.9886
127
Lampiran 3. Lanjutan
Model: IN<ES Dependent variable: INKES Pengeluaran Kesehatan (Rp} Analysis of Variance Sum of Squares
Mean Square
F Value
Prol:r>F
3 139283125020 46427708340
1.918
0.1515
Source
DF
Model Error C Total
28 t!294432etlfltl9"
24209356387
29 566851200000
Root liSE H:i5593.56152 Dep Mean 107600.00000
c.v.
A-Square Adj R-SQ
0.1812 0.0867
1.44.60368
Parameter Estimates
DF
Parameter Estimate
Standard Error
T for HO: Parameter=O
YD
1
77415 0.073347
81487 0.031806
0.950 2.306
KNP
1
-0.094263.
0.055942
-1.685
0.1040
0.219325
0.390435
0.562
0.5791
Variable INTEACEP
INPED
Variable INTEACEP
YD KNP INPED
DF
Variable label
1 Intercept Pendapatan Siap Dibelanjakan (Rp} Konsumsi Non Pangan {Rp} Pengeluaran Pendidikan (Ap)
t
Prob
.>
ITI
0.3508 0.0293
128
Lampiran 3. Lanjutan
Model: SAVE Dependent variable: SAVE Tabungan
Rumahtangg-~
(Rp)
Analysis of Variance Source
OF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error
3 142361361655 26 321487008481 29 447552000000
47453787218 12364884942
C Total
Root MSE 111197.50421 Dep Mean 66000.00000 c.v. 168..48.1.07
F Value
Pt"'b>F
3.838
0.0212
R-Square
0.3069
Adj R-SQ
0.2269
Parameter Estimates v-ariable INTERCEP YD NPJ RKT
OF
1
Variable OF INTERCEP YD NP.J
RKT
Parameter Estimate
Standard
-100242 0.013458 0,053884 209383
58469 0.017599
Erro~
T for HO: ?arameter=O
0.023331-
103161
Variable Label Intercept Pem:tapatan Siap Diaelanjakan (Rp) Nilai Penjualan Padi (Rp) Rasio Ketergantungan
-1.714 0.765 2.305 2.030
Prob > ITI 0.0983 0.4513 0.-0294
0.0527
129
Lampiran 4. Program Komputer Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani PROC SORT ~TA = IRIL_01; BY RESP; RUN; PROC SORT ~TA = IRIL_02; BY RESP; RUN; PAOC SOOT IJII.TA = IRIL_03; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_04; BY RESP; RUN; PROC SORT ~TA = IRIL_05; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_06; BY RESP; RUN; PROC SORT DATA = IRIL_07; BY RESP; RUN; PROC SffiT IJII.TA = IRIL_OS.; BY RESP; RUN; DATA IRIL_OO; MERGE IRIL_01 IRIL_02 IRIL_03 IRIL_04 IRIL_OS IRIL_06 IRIL_07 IRIL_08; BY RESP; PPO TK BTK BSP NUREA NKCL NTSP NBNH BTOT ptj
PT PAT YO KPDT
P.J KPG KNSMS INSDM TP PKPG PKNP PNPD NP.J HPHU CAPT
= PRO/LAP = TKD+TKL = UTK*TK)
i
= NUREA+NTSP+NKCL+NBNH+NPS = UREA*HUREA = KCL*HKCL
= TSP*HTSP
= KBNH*HPD
= BTK+BSP+BLL = PRD'"HPD
= PU·BTOT
= PT+PNPD = PRT·PJK = KPSUB+KBNH
= PRD·KPDT = KPSB+KPAS = KPG+KNP
= INPED+ INKES
= KNSMS+ INSOU = KPG/TP
= tof>/TP
= PNU+PKL = P.J*HPD = HPD/HUREA = BTOT+SAVE
RtJN
PROC SIMNLIN STATS SIMULATE OUTPREDICT THEIL DATA TITLE' SIMULASI DASAA UNTUK VALIDASI MODEL'
IRIL_OO;
ENDOGENOUS LAP PRO PPO TKO TKL TK BTK NUREA NTSP KBNH BSP BTOT PU PT PRT YO KPSB KPAS KPDT PJ PKPG INPED HIKES SAVE INSDM TP
INSTRUMENTS HPD HUREA HTSP HKCL UTK JAK PJK RKT NKCL BLL UTKLAP JPKLAP PI KNP PKNP
130
Lampiran4. Lanjutan PARM AO At A2
80
at B2
83 84 85
co
0.026655 0.000000188 2.19E-07 34.985983 -1.3326 8.591634 3.002679 3.584496 2696. 195639
C2 C3
-3.922965 0.001424 -0.598442 142.141545
DO D1 D2 03
21.521158 -0.00146 -0.769409 175.662666
C1
EO E1 E2 E3
-5338 544086 -13.49643 156898
FO Ft F2 F3
-57593 0.00471 24.296931 78415
GO
G1 G2 G3
HO H1 H2
H3 IO 11
!2 13
-7.935467 0.000000104 -0.01().652 70.54171 416432 0.25666 28296 ·1.283527 298210 0.252472 504430 0.541784
JO
0.958886
Jt
-3.40E-09
·J2 J3
-2.81E-04 -0.892915
KO
-9794.510401 -0.000245
K1 K2
K3 K4
4692.98627
41458 0.28281
131
lampiran 4. Lanjutan LO
77415
L1 L2
0.073347 ·0.094263
L3
0.219325
MO l'ltt
-100242 0.013458 0.053884
IQ
M3
209383;
LAP
= AO+A1*PT
PRD
=
Tl([) TKL
= CO+Ct*UTK
NUREA
HTSP KBNli
KPSB KPAS PKPG
¥83~TKD
= FO+Ft~YD
~F2*HTSP ~3~LAP
= JO+J1'"YD
+G2*P.J +H2*JAK +I2*JAK +J2•PI +K2*PS +L2*KNP +M2*NPJ
= OO+G1*YO = HO+H1*YD = IO+I1*YD KO+K1"Y0
INKES SAVE
= LO+L1*YD
I
= KPSUB+KBNH
= MO+M1*YD
-1:133*LAP
+H3*INPED +I3*KNP +J3•PKNP +K3*J.AS
+L3*INPED +M3*RKT
= PRO/LAP
= TKD+TKL
= UTK*TK
BSP
= NUREA+NTSP+NKCL +NBNH+NPS
BTOT PU PT
= BTK+BSP+BLL = PRD*HPD = PU-BTOT
PRT
=
YO PJ
= PRD-KPDT
INSDM TP' RANGE RESP
RUN
~84~TKL~85~lAP;
+C2*lKL. -tC3*LAP = 00+01*UTK +D2*TKD +OO*L.AP = EO+E1*HPHU +E2*HTSP +E3*L.AP
lNPEO
PPO TK BTK
+A2*CAPT
80¥81~UREA .S2~TSP
PT+PNPD PRT-PJK INPED+INKES (KPG+l
+K4*SAVE·
132
Lampiran 5. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani SIMULASI DASAR UNTUK VALIDASI MODEL SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Pa~ameters
RANGE Variable Equations number of statements
26 26 54 RESP 26 28
Solution Summary Dataset Option
Dataset
DATA=
li'Ul_OO 26
Variables Solved Solution RANGE RESP First 1 Last 30 Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E·8 Maximum CC 2.2826E-15 Maximum I teratiorTS" 2 Total Iterations 60 Average Iterations 2
Observations Processed Read 30 Solved 30 Variables Solved For: LAP PRO PPD TKO TKL TK BTK NUREA NTSP KBNH BSP BTOT PU PT PRT YD l
If'.lKES SAVE INSOM TP
133
Lampiran 5. Lanjutan Solution Range RESP = 1 To 30 Descriptive Statistics Actual Variable
Nobs
Predicted
N
Mean
Std
Mean
Std
0.2670 983.0085 269.5543. 27.1175 41 .3389 54.3414
0.6382 2315
0.2689 968.0451) 132.3411 18.9314 33.5725 51.4999
LAP
30
30
PRD PPD TKO
30
30
30
30
30 30 30
30 30 30 30 30 30
0.6383 2318 3645 69.8667 60.2833 130.1500 1-748936 100450 57053
TKL
TK B.TK NUREA NTSP
30 30
KBNH BSP
30
30
22.9187
30
30. 30 30 30 30 30 30
270358 2044294 2836488 792193 2836393 2743083 1145375 3936100 957.9167 1358 0.7087 62900 107600 66000 170500 7212585
BTOT PU PT PRT YO
30
30 30 30 30
30 30
KPSB KPAS KPDT PJ PKPG
30
30
30
30
INPED
30
INKES
30
SAVE INSDM
30 30
3() 30 30 30 30 30 30
TP
30
30
30
168646
45099 34028 tt.8300 135718 891578 1204247 462143 1582520 1572922 401530 1048215
336.2223 794.1243 0.0562 98736 139809 124229 175237 1986453
3635
69.8467 60.2763 130.1230 1745967 100428 57054 22.9t33 270337 2041324 2835924 794600 2838800. 2745490 1145983 3936789 957.9133 1357 0.7086 62909 107779 66031 170687 7212772
121162
42241 27747 tt.4447 128459 852614 1185855 387963 1484616 1474749 372493 928735 336.9127 800.4853 0.0523 60298
85940 70915 117379 t984858
134
Lampiran 5. Lanjutan Statistics of Fit Mean
Variable LAP PRO
~
30 30
PPO
30
TKO TKL
30 30
TK BTl<
30 30
NUREA NTSP
30 30 30
l
30
BTOT PU
30 30
?T PR"T
3.0
YO
30
KPSB
30
Kf>AS
30
30
KPOT
30
PJ
30 30
PKPG
INPED
so-
INKES
30
SAVE INSDM
30 30 30
TP
Error
Mean % Mean Abs
Mean Abs %
RMS
RMS%
Error
Error
Error
Error
Error
-0.000139 1.1655 0.0637 11.05742 -0.4000 1.1062: 2:42:.9938 1'r .36494 -9,1612 0,2396 213.3928 6,01075 16.0564 -0.0200 8.8461 27.28125 15.8447 14.4319 35.30464 -0.007025 -0.0270 t.4702 8.6475 6.83735 1.4702 115345 6.8373.5 -2949 3.4089 13204 14.86527 -22.0896 0.4100 13385 1.1894 3.83n 18.98314 -0.003396 1,7026 21764 6.44367 -21-6797 1.0773 107027 5.54932 -2971 1.1062 297667 11.36494 -563.4675 26.6t3t 2407 268396 53.32100 2407 1.9998 268396 10.90484 2.1654 2407 268396 11.37727 3.Hi41 196768 18.46039 608.0310 2:.12:85 4782:70 009.3951 13.06954 -0.003396 -0.0605 3.8377 0.40806 0.4566 -115.2153 240.9283 135.66631 -6.74BE-6 0.0877 0.0151 2.13431 49493 8.62:85 178.5913 36.6408 90440 101.28426 31.0098 70218 187.2198 40.1375 118118 90.99418 187.21913 0.1104 118118 1.68648
0.0796 2:89.0747 264,5959 20.3469 19.1436
14. 1298 13.6940 7,6563 38.8701 52.1714 8.6745 8.6745 20.0435
R-Square
0.9080 0.9105 0,0032 0.4176 0.7782 tt.t294 0.9566 147294 0.9620 18364 0.8285 19379 0.6645 4. 7044 2:3.0007 0.8364 10,8923 0.9434 31760 132979 6.8079 0.9770 354117 13.6940 0.9105 337987 96.3684 D-.4467 337987 15 .243.'3 0.9528 337987 15.9011 0.9522 239979 23.0650 0.6305 549785 15.472:0 0.7154 4.7044 0.4861 0.9998. 286.5728 639.4228 0.8653 0.0220 3.1367 0.8418 80857 Q-.3062: 142279 131.2758 0.0714 102180 0.3001 167439 121 .0999 0.0555 167439 2.3376 0.9927
135
Lampiran 5. Lanjutan Theil Forecast Error Statistics MSE Decomposition Proportions Variable N
LAP
YO KPSB KP-AS
30 30 !lO. 30 30 30 3.0 30 30 30 3.0. 30 30 30 30. 30 30 30
KPOT
30
PJ PKPG INPED INKES SAVE INSDM
30 30 30 30 30 30 30
f'Rf)
PPO TKO TKL TK
BTK NUREA NTSP KBNH BSP
BTOT PU ?T
PRT ·
TP.
MSE
0.00634 83564 70.0.11 413.99687 366.47582 123.86465 2.t6954Et0 337246491 375550920 22.13098 10.0.8672565 1.76835E10 1 . 25399E11 1.14235E11 L14235Ett 1 .14235E11 5.759E10 3.02263Etf 22.130.98 82124 0.0004839 6537887714 2.02432E10 1 .04407E10 2.80357E10 2.80357Ef0
U1
u
0.999 0.1153 0.997 0.1152 0..739 0.0.724 0.844 0.2721 0.841 0.2633 0.937 0.0791 0.902 0.0773. 0.977 0.1673 0.898 0.2930 0.994 0.1831 0..949 0.. 10.53. 0.917 0.0598 0.997 0.1152 0.953 0.3701 0.919 0.10.45 0.918 0.1073 0.986 0.1981 0.954 0.1351 0.979 0.0046 1.000 0.1830 0.969 0.0309 0.782 0.6990 0.861 0.6150 0.737 0.7360 0.885 0.6908 1.000 0.0224
0.0576 0.0577 0.0.363 0.1384 0.1354 0.0397 0.038.9 0.0841 0.1498 0.001& 0..0529 0.0300 0.0577 0.1883 0.0526 0.0540 0.0994 0.067S 0.0023. 0.0914 0.0155 0.4001 0.4567 0.4351 0.3734 0.0112
Cor-r
Bias
Reg
Dist
Var
Covar
(R)
(UM)
(UR)
(UD)
(US)
(UC)
0.954 0.955 0..250. 0.648 0.885 0.979 0.982 0.911 0.815 0.916 0..972 0.989 0.955 0.686 0.977 0.977 0.804 O.S47 1 .000. 0.933 0.918 0.556 0.249 0.548 0.376 0.996
0.000 0.000 0.00.1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.00.0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 {}.000 0.000. 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.030 0.010 0.058 0.004 0.024 0.022 0.04a 0.004 0.000 0.016 0.011 0.046 0.010 0.043 0..0.32 0.032 0.042 0.005 0.023 0.042 0.001 0.004 0.125 0.001 0.091 0.001
0.970 0.990 0..941 0.996 0.976 0.978 0.9St 0.996 1.000 0.984 0..989 0.953 0.990 0.957 0.968 0.968 0.958 0.995 0.977 0.958 0.999 0.996 0.875 0.999 0.909 0.999
0.001 0.000 0.260 0.156 0.159 0.063 0.098. 0.023 0.102 0.006 0. .0.51 0.083 0.003 0.047 0.081 . 0.082 0.014 0.048 0.021 0.000 0.031 0.218 0.139 0.263 0.115 0.000
Inequality Coef
136
Theil Relative Change Forecast Error Statistics Relative Change Variable N
LAP PRO PPO
29 29
TKO TKL
29 29 29
Tl<
29
BTK
29 29 29
NUREA NTSP KBNH BSP
BTOT PU ?T PRT
YO KPSB KPAS KP01"
PJ PKPG INPED
INKES SAVE INSDM
TP
Corr
Bias
Reg
Dist
Var
Covar
(R)
(UM)
(UR)
(tJO)
(US)
(UC)
0.01732 0.984 O.Ot908 0.979 0.00544 0.761 0.13947 0.770 1. 73962 0.989 0.00818 0.992 0.00885 0.991 0.04398 0.973
0.009 O.Ot4 0.008 0.002 0.032 0.012 0.019 0.002
MSE
0.05506 0.02084 0.00578 0.01908 29 0.54163 0.04187 29 29 0.04870 0.06957 29 29 0.02092 29 0.0000267 29 4.35755 29 0.00108 29 29 2.59244 29 2.71276 29 29 0.0005590 29
29 29 29
MSE Decomposition Proportions
0.014 0.977 O.Ot4 0.972 0.001 0.990 0.110 0.888 0.789 0.179 0.002 0.985 0.024 0.95.7 0.015 0.983
Inequality Coef U1
u
0.001
0.990
0.000
0.109 0.000 0.845 0.012 0.048 0.000
0.986 0.883 0.998 0.123 0.976 0.933 0.998
0.1750
0.0875 0.0986 0.6505 0.3646 0.6566 0.3279 0.3320 0.1964 0.1220 0.0615 0.1296 0.0659 0.2237 0.1119
0.96t 0.990 0.994 0.979 0.928 0.992 0.992 0.833 0.905 1.000 1.000 0.952
0.001 0.097 0.003 0.031 0.002 0.024 0.97'> 0.008 0.017 0.004 0.979 0.014 0.014 0.014 0.972 0.000 0.031 0.043 0.926 0.154 0.038 0.298 0.664 0.356 0.041 0.313 0.646 0.370 0.005 0.025 0.970 0.019 0.0(}{} 0.024 0.976 0.00~ 0.000 0 .0."35 0.9155 0.033 0.023 0.948 0.029 0.953 0.001 0.008 0.991 0.004
0.968 0.991 0.969 0.986 0.815 0.606 0.588 0.975 0.996 0.967 0.024 0.994
G-.2803 0.1350 0.1049 0.1968 0.3625 0.1444 0.1458 0.5469 0.4243 0.0107 0.1599 0.3051
o. t37G0.0670 0.0528 0.0986 0.1966 0.0756 0.0765 0.2853 0.2152 0.0054 0.0868 0.1542
0.115
0.009
0.480
0.511
0.009
0.982
L3285
0.6158
0.479 o.gg7
0.003 0.003
0.180 0.003
0.818 0.005
0.013 0.000
0.985 o.gg?
0.9290 0.0705
0.4847 0.0352
0. t968
NOTE: Percent error statistics for 3 variables were set to missing values because an actual value was too close to zero to compute the per·cerrt tJrror at one or· more observations.
137
Lampiran 6. Hasil Simulasi Kebijakan Kenaikan Harga Padi (15 Persen)
Descriptive Statistics Actual Variable LAP
PRO PPO TKO TKL TK BTK NUREA NTSP KBNI'l BSP BTOT PU PT PAT YD KPSB KPAS KPOT PJ PKPG
INPED HIKES SAVE INSOM
TP
Predicted
Nobs
N
Mean
Std
Mean
Std
30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
0.6383 2316 3645 69.8667 60.2833 130.1500 1748936 100450 57053 22.9167 270358 2044294 2836488 792193 2836393 2743083 1145375 3936160 957.9167 1358 0.7087 62900 107600 66000 170500 7212585
0.2670 983.0585 269.5543 27.1175 41.3389 54.3414 768646 45099 34028 11.8300 135718 891578 1204247 462143 1582520 1572922 401530 1048215 336.2223 794.1243 0.0562 98736 139809 124229 175237 1986453
0.7623 2730 3587 78.3631 75.5290 153.8920 2063312 119904 69897 27.3660 302656 2390968 3845842 1454874 3499074 3405764 1312431 4103470 962.3660 1768 0. 7064 65260 156723 74917 221983
0.3197 1139 109.3661 22.2047 39.8871 61.2447 853308 50093 32767 13.1946 141330 997590 1604808 654832 1'653039 1641657 411423 967200 338.0646 962.2040 0.0528 60581 91205 73552 124511 1998411
30
30 30 30 30
30 30 30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30 30 30
7264068
138
Lampiran 7.
Hasil Simulasi Kebijakan Penurunan Harga Pupuk Urea (17.5 persen) dan TSP (20 persen)
Descriptive Statistics Actual Variable LAP
PRO
Nobs 30 30
N 30 30
PPD
30
30
TKO TKL TK BTK NUREA NTSP KBNH
30 30 30 30 30 30 30
30 30 3{} 30 30 30 30 30 30 30
SSP
30
BTOT PU PT PAT YO KPSB KPAS
30 30 30 30
30 30 30
KPDT
30
PJ PKPG INPED INKES SAVE INSDM TP
30 30 30 30 30 30 30
30
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Predicted Mean
Std
Mean
Std
0.6383 2316 3645 69.8667 60.2833 130. t500 1748936 100450 57053 2'2.9167 270358 2044294 2836488 792t93 2836393 2743083 1145375 3936160 957.9167 1358 0.7087 62900 107600 66000 170500 7212585
0.2670 983.0585 269.5543 27.1175 41.3389 54.34t4 768646 45099 34028 11.8300 135718 891578 1204247 462-143 1582520 1572922 401530 1048215 336.2223 794.1243 0.0562 98736 139809 124229 175237 1986453
0.6412 2325 3634 70.0558 60.6508 t3{}. 7006 1753738 116247 29752 23.02'26 258854 2037592 2848405 !H08t3 2855013 2761703 1150070 3940863 958.0226 1367 0.7086 62966 108980 66249 171947 7214032
0.2689 968.4003 131.5412 18.9279 33.5878 5t.51t9 721828 42195 25509 11.4455 128122 852609 1186290 389635 1484861 1474990 372530 928839 336.9152 800.8139 0.0523 60300 85985 70925 117444 1984876
139
Lampiran 8. Hasil Simulasi Kenaikan Upah Tenaga Kerja (20 persen)
Descriptive Statistics Predicted
Actual Variable
Nobs
N
Mean
Std
Mean
Std
LAP
30
PRO PPD TKO TKL TK BTK NUREA NTSP KBNH BSP BTOT PU PT
30
30 30 30 30 30 30
0.6383 2316 3645 69.8667 60.2833 130.1500 1748936 100450 57053 22.9167 270358 2044294 2836488 792193
0.2670 983.0585 269.5543 27.1175 41.3389 54.3414 768646 45099 34028 11.8300 135718 891578 1204247 462143 1582520 1572922 401530 1048215 336.2223 794.1243 0.0562 98736 139809 124229 175237 1986453
0.5634 2054 3651 76.1535 38.3575 114.5109 1843293 88688 49312 20.3504 250855 2119148 2515739 396591 2440791 2347481 1045649 3836283 95.5.3504 1098 0.7100 61491 78275 60675 139766 7181851
0.2384 866.7596 148.5518 17.1519 30.1321 45.6674 766495 37494 24910 10.3912 120939 889627 1061781 263002 1403282 1394481 353965
PRT
YO KPSB KPAS KPDT PJ PKPG INPED INKES SAVE INSDM TP
30 30 30
30 30
30
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30
2836393
2743083 1145375 3936160 957.9167 1358 0.7087 62900 107600 66000 170500 7212585
907703
336.2220 706.9118 0.0520 60172
85710 69432 115784 1976515
140
Lampiran 9.
Hasil Simulasi Kombinasi Kenaikan Harga Padi (15 persen) Penurunan Harga Pupuk Urea (17.5 persen) dan TSP (20 persen) Serta Kenaikan Upah Tenaga Kerja (20 persen)
Descriptive Statistics Actual Variable LAP
PRO PPD TKO TKL TK BTK NUREA NTSP KBNH BSP BTOT PU PT PRT YO KPSB KPAS KPDT PJ PKPG INPED INKES SAVE INSDM
TP
Predicted
Nobs
N
Mean
Std
Mean
Std
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
0.6383 2316 3645 69.8667 60.2833 130.1500 1748936 100450 57053 22.9167 270358 :2044294 2836488 792193 2836393 2743083 1145375 3936160 957.9167 1358 0.7087 62900 107600 66000 170500 7212585
0.2670 983.0585 269.5543 27.1175 41.3389 54.3414 768646 45099 34028 11.8300 135718 891578 1204247 462143 1582520 1572922 401530 1048215 336.2223 794.1243 0.0562 98736 139809 124229 175237 f986453
0.6604 2378 3605 82.8103 50.2797 133.0900 2140780 109652 49017 23.8309 271523 2437304 3349996 912692 2956892 2863582 1175753 3966584 958.8309 1419 0.7082 63329 116533 67620 179862 7221947
0.2780 1000 125.1406 19.5997 35.0579 53.2634 889070 43534 28050 11.7400 130837 1022725 1409216 455372 1517098 1506805 379445 935817 337.1150 831 .2688 0.0524 60390 87438 71444 119556 1986982
30
30 30 30 30
141
Lampiran 10. Hasil Simulasi Kombinasi Penurunan Harga Padi (15 persen) Kenaikan Harga Pupuk Urea (17.5 persen) dan TSP (20 persen) Serta Kenaikan Upah Tenaga Kerja (20 persen)
Descriptive Statistics Actual Variable
Predicted
Nobs
N
Mean
Std
Mean
Std
LAP
30
PRO PPD TKO TKL
30
30 30
0.2670 983.0585 269.5543 27.1175 41.3389 54.3414 768646 45099 34028 11.8300 135718 891578 1204247 462143 1582520 1572922 401530 1048215 336.2223 794.1243 0.0562 98736 139809 124229 175237 1986453
0.4895 1807
0.2082 764.9088 173.3237 15.3234 26.3974 39.8848 672429 33035 23033 9.3762 113462 787489 796461 165881 1333570 1326159 339106 887745 335.5410 614.4078 0.0517 60014 86491 67936 114601 t968477
TK BTK
30
30
30 30
30 30
0.6383 2316 3645 69.8667 60.2833 130.1500 1148936 100450 57053
30
30
22.9t67
30
30 30 30 30 30 30 30
2703'56 2044294 2836488 792193 2836393 2743083 1145375 3936160 957.9167 1358 0.7087 62900 107600 66000 170500 7212585
30 30 30
30
NUREA NTSP KBNH BSP
BTOT PU PT PRT
30 30 30
YO
30 30
KPSB KPAS KPOT PJ PKPG INPED INKES SAVE
30
30 30
INSDM
30 30 30 30 30 30
TP
30
30
30 30 30
30
30 30 30 30 30 30 30 30
3699
71.0832 29.2768 100.3601 1616457 71352 51999 17.6995 236207 1877664 1881161 3498 2047698 1954388 946555 3737038 952.6995 853.9382 0.7113 60091 49136 55384 109227 7151312
142
lampiran 11. Hasil Simulasi Kenaikan luas lahan Garapan {20 persen)
Descriptive Statistics Actual Variable PRO PPD
TKO TKL TK BTX
Nobs 30 30 30 30 30 30
NUREA
30
NTSP KBNH
30 30 30 30 30 30 30
BSP
BTOT PU PT PRT
YO KPSB KPAS KPOT p.J
PKPG INPED
INKES SAVE INSDM
TP
30
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Predicted
N
Mean
Std
Mean
Std
30
2316 3845 69.8667 60.2833 130.1500 1748936 100450 57053 22.9167
983.0585 269.5543 27.1175 41.3389 54.3414 768646 45099 34028 11 .8300 135718 891576 1204247 462143 1582520 1572922 401530 1048215
1135 122.7618 22.5910 39.5959 61 .3445 864804 50342 31898 13.3199
336.222~
2742 3591 78.6151 75.9804 154.5956 2077554 120480 67834 27.4433 301169 2403723 3359255 955532 2999732 2906422 1186552 3977400 962.4433
794.1243 0.0562 98736 139809 124229 175237 1986453
0.7081 63482 119708 68197 183190 7225275
30
30 30 30 30 30 30 30 30
270358
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
2044294 2836488 792193 2836393 2743083 1145375 3936160 957.9167 1358 0.7087 62900 107600 66000 170500 7212585
1780
140977
1006516 1390034 448312 1537603 1527299 384448 938519 338.2527 950.3253 0.0523 60411 89260 71653 121189 1988326