P R O S I D I N G | 125 ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG Farah Ainun Jamil1, Pudji Purwanti2, Riski Agung Lestariadi2 1Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk Indonesia yang selalu mengalami kenaikan yang cukup tinggi setiap tahunnya, bila tidak disertai dengan kenaikan produksi pangan, maka bangsa Indonesia akan menghadapi persoalan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan penduduknya dimasa datang. Hal ini dikarenakan ketersediaan pangan yang semakin berkurang akibat kebutuhan pangan yang meningkat seiring dengan meningkatan jumlah penduduk. Permasalahan cukup serius yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kerawanan pangan. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras sebagai bahan makanan pokok yang sangat tinggi, namun tidak diimbangi oleh kemampuan produksi dalam negeri inilah yang menimbulkan kekhawatiran terhadap kerawanan pangan (Hanani dkk, 2008). Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman pangan (diversifikasi) dan kondisi gizi masyarakat adalah dengan analisis tingkat diversifikasi pangan dengan menggunakan indeks Entropy dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang meliputi Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP). Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah (1) Mendiskripsikan karakteristik sisial ekonomi petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang., (2) Menganalisis besar pendapatan petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, (3) Menganalisis Angka Kecukupan Energi (AKE), Angka Kecukupan Protein (AKP) petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, (4) Menganalisis tingkat diversifikasi pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus, dimana anggota populasi akan diambil secara keseluruhan sebagai sampel. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi dari rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan, menganalisis besarnya hasil panen yang dikonsumsi rumah tangga, menganalisis nilai AKE dan AKP, serta menganalisis diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga (IE).
P R O S I D I N G | 126 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Mina Mendong Umur Petani Mina Mendong dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Umur Petani Mina Mendong Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa masih banyak Petani Mina Mendong yang berada pada umur produktif dengan mayoritas Petani Mina Mendong berada pada umur 54 hingga 61, sedangkan untuk minoritas yaitu pada umur 62 hingga 69 tahun. Tingkat pendidikan petani mina mendong relatif rendah, terlihat dengan tingginya jumlah petani mina mendong yang hanya tamatan SD yaitu sebanyak 18 jiwa atau sebesar 60%. Tingkat pendidikan petani mina mendong dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tingkat Pendidikan Petani Mina Mendong Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Tingkat pendidikan formal ibu rumah tangga akan mempengaruhi tingkat diversifikasi konsumsi pangan rumah tangganya. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu rumah tangga, maka semakin tinggi pula tingkat diversifikasi konsumsi pangannya (Asmara, dkk, 2009). Tingkat pendidikan ibu rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 3.
P R O S I D I N G | 127
Gambar 3. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga Sumber : Data Primer, 2014 (Diolah)
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa pendidikan ibu rumah tangga sebagian besar adalah tamatan SD yaitu sebanyak 16 jiwa atau sebesar 53,33%. Sedangkan untuk ibu rumah tangga tamatan D-1 hanya sebanyak 1 jiwa atau sebesar 3,3%. Rendahnya tingkat pendidikan ibu rumah tangga ini akan berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam memenuhi nutrisi dan gizi serta tingkat diversivikasi pangan rumah tangganya. Keragaman pekerjaan rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Keragaman Pekerjaan Rumah Tangga Petani Mina Mendong Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan diagram di diatas, diketahui bahwa sebanyak 17 rumah tangga memiliki 2 jenis pekerjaan, umumnya mereka memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh atau pedagang. Sedangkan sebanyak 8 rumah tangga hanya memiliki 1 pekerjaan atau sumber pendapatan yaitu hanya berasal dari hasil mina mendong. Hal ini akan sangat rentan mengingat mereka tidak lagi memiliki sumber pendapatan tambahan lain guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan Rumah Tangga Petani Mina Mendong Gambar 4. Total pendapatan petani mina mendong didapatkan dari hasil penjualan ikan, tanaman mendong, dan lain – lain, seperti petani sayur, buruh, penjual maupun peternak. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas petani minamendong memiliki pendapatan antara 7 juta hingga 14,9 juta sebanyak 11 orang dengan persentase sebesar 36,6% dengan minoritas antara 39 juta hingga 46,9 juta sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 3,03%.
P R O S I D I N G | 128
Gambar 4. Pendapatan Rumah Tangga Petani Mina Mendong Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah) Kontribusi hasil henjualan mendong dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penjualan hasil mendong berpengaruh cukup besar pada pendapatan petani mina mendong. Mayoritas sebanyak 57 hingga 69,9 persen dari hasil penjualan mendong berkontribusi terhadap pendapatan petani mendong Sedangkan sebanyak 5 rumah tangga hanya berkontribusi sebanyak 15 hingga 17,9 persen dari hasil penjualan mendong terhadap pendapatan petani mendong dengan jumlah. Rata – rata hasil penjualan mendong berkontribusi sebesar 42,5% terhadap pendapatan petani minamendong.
Gambar 5. Kontribusi Hasil Henjualan Mendong Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Kontribusi hasil penjualan mina terhadap total pendapatan dapat dilihat pada Gambar 6.
P R O S I D I N G | 129
Gambar 6. Kontribusi Hasil Henjualan Mendong Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa kontribusi paling besar sebanyak 34% - 41,9% dengan jumlah rumah tangga sebanyak 6 rumah tangga, sedangkan kontribusi yang diberikan mina paling sedikit yaitu kisaran 2% - 9,9% dengan jumlah rumah tangga sebanyak 4 rumah tangga, dan rata-rata kontribusi yang diberikan yaitu sebesar 23,1%. Perbedaan kontribusi pendapatan yang diberikan dari hasil mina dipengaruhi dari perbedaan lahan yang digunakan dan perbedaan jumlah ikan yang ada pada kolam masing-masing petani.
Gambar 7. Hasil Panen Ikan yang DIjual Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan gambar diatas, deketahui mayoritas petani mina mendong yang ada di Desa Blayu dan Desa Wajak menjual hasil ikan dengan kisaran 60-160 kg setiap kali produksi, sedangakan untuk petani yang menjual hasil panennya dengan kisaran 361-460 kg setiap kali produksi hanya 1 jiwa. Rata-rata hasil produksi ikan yang dijual adalah 204,2 kg setiap kali produksinya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih sangat sedikit petani mina mendong yang mampu memproduksi ikan lebih dari 360 kg setiap kali produksinya dengan sistem mina mendong. Jumlah ikan yang dikonsumsi umumnya bervariasi dan cenderung berubah-ubah setiap produksinya (Gambar 8). Dari data yang diperoleh diketahui mayoritas sebanyak 16 rumah tangga mengkonsumsi 4-6 kg ikan hasil panen. Sedangkan rumah tangga yang mengonsumsi hasil panen sebanyak >12 kg hanya 1 rumah tangga sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah tangga petani mina mendong belum
P R O S I D I N G | 130 mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada guna memenuhi kebutuhan gizi rumah tangganya. Rata-rata konsumsi ikan hasil panen adalah 5,57 kg setiap kali produksinya.
Gambar 8. Hasil Panen Ikan yang Dikonsumsi Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Berdasarkan data di bawah diketahui bahwa kontribusi yang diberikan dari pekerjaan tambahan terhadap pendapatan petani mina mendong paling sedikit kisaran 0%19,9% dengan jumlah rumah tangga sebanyak 11 rumah tangga dan kontribusi paling besar sebanyak 80%-99,9% dengan jumlah rumah tangga sebanyak 3 rumah tangga. Sehingga diperoleh rata-rata kontribusi yang diberikan sebesar 35,1%. Perbedaan kontribusi pendapatan yang diberikan dari pekerjaan lain dipengaruhi dari perbedaan pekerjaan saampingan masing-masing petani.
Gambar 9. Kontribusi Pendapatan Lain Sumber : Data Primer, 2015 (Diolah)
Jenis konsumsi pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak dapat dikatakan belum bergizi. Distribusi jenis konsumsi pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak dapat dilihat pada Tabel 1.
P R O S I D I N G | 131 Tabel 1. Distribusi Jenis Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Mina Mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang No.
Jenis Pangan
Jumlah Rumah Tangga
Rata-rata/Kapita (g)
1
Nasi
30
540,7166667
2
Tempe
21
54,11904762
3
Tahu
17
170,0882353
4
Ikan
16
98,625
5
Daging
4
360
6
Telur
10
64,7
7
Sayur
30
136,7766667
8
Buah
12
373,8333333
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
Berdasarkan distribusi jenis konsumsi pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak diketahui bahwa konsumsi terbesar adalah nasi, dimana rata-rata jumlah konsumsi nasi mencapai 540,7 g per kapita per harinya. Jumlah konsumsi lauk nabati tergolong besar, hampir sebagian besar rumah tangga petani mina mendong mengkonsumsi lauk nabati seperti tempe dan tahu setiap harinya. Hal ini disebabkan kebiasaan konsumsi (food habit) masyarakat yang menjadikan nasi atau beras sebagai makanan pokok utama, serta mengkonsumsi dalam jumlah yang tinggi. Jumlah konsumsi lauk yang berasal dari hewani seperti ikan, daging, maupun telur masih tergolong sangat rendah. Rendahnya konsumsi pangan hewani disebabkan tingginya harga daging sapi dan ayam. Sebagai petani mina mendong yang memiliki usaha di bidang budidaya ikan, diketahui bahwa rata-rata konsumsi ikan per kapita hanya sebesar 98,6 g sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan energi maupun kebutuhan protein setiap harinya. Setiap rumah tangga petani mina mendong telah mengkonsumsi sayur, sedangkan untuk konsumsi buah masih dalam jumlah yang kurang. Sayuran dan buah-buahan yang biasanya dikonsumsi tidak berasal dari pembelian namun mencari di kebun atau mengambil dipekarangan serta pemberian tetangga. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2013 menetapkan patokan Angka Kecukupan Energi (AKE) rata-rata tingkat konsumsi sebesar 2.150 Kkal/kapita/hari. Hasil perhitungan menggunakan software NutriSurvey 2007 didapatkan nilai Angka Kecukupan Energi terendah yaitu sebesar 842,7 Kkal/kapita/hari dan nilai Angka Kecukupan Energi tertinggi sebesar 2194,7 Kkal/kapita/hari, sehingga didapatkan rata-rata nilai Angka Kecukupan Energi sebesar 1350,32 Kkal/kapita/hari. Hasil tersebut dapat diketahui bahwa kuantitas pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak belum tercapai. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2013 yaitu sebesar 57 gram/kapita/hari. Hasil perhitungan menggunakan software NutriSurvey 2007 didapatkan nilai Angka Kecukupan Protein terendah yaitu sebesar 22,6 gram/kapita/hari dan nilai Angka Kecukupan Protein tertinggi sebesar 89,9 gram/kapita/hari, sehingga didapatkan atarata Angka Kecukupan Protein (AKP) yaitu sebesar 45,53 gram/kapita/hari. Hal ini menunjukkan kuantitas pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa
P R O S I D I N G | 132 Wajak belum tercapai. Proporsi protein yang belum beragam dan seimbang menjadikan kuantitas pangan belum dapat tercapai. Hasil perhitungan nilai Indeks Entropy per rumah tangga di Desa Blayu dan Desa Wajak dapat diketahui bahwa nilai Indeks Entropy terendah adalah 71,73 g atau sebesar 0,39 (39%) yang menunjukkan tingkat diversivikasi pangan yang paling rendah diantara rumah tangga petani mina mendong lain yang ada di Desa Blayu dan Desa Wajak, dan nilai Indeks Entropy yang paling tinggi adalah 157,36 g atau sebesar 1,207 (120,7%) yang menunjukkan tingkat diversifikasi pangan paling tinggi diantara rumah tangga petani mina mendong lain yang ada di Desa Blayu dan Desa Wajak. Nilai rata-rata Indeks Entropy adalah 97,21 g atau sebesar 0,672 (67,2%). Dari nilai ini dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi protein, lemak, dan karbohidrat masih belum terdiversifikasi dengan baik. Tingginya konsumsi nasi dan pangan nabati disebabkan kebiasaan masyarakan dalam mengkonsumsi makanan, selain itu pendapatan berpengaruh penting dalam pemilihan jenis pangan yang dikonsumsi rumah tangga petani mina mendong. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan yang diterima tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, karena umumnya jumlah anggota rumah tangga di Desa Blayu dan Desa Wajak tergolong banyak, sehingga kebutuhan rumah tangga pun semakin tinggi. Hal ini yang menyebabkan rumah tangga terbiasa untuk mengkonsumsi makanan yang murah meski tidak memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Sebagai petani mina mendong yang memiliki usaha di bidang budidaya ikan, diketahui bahwa rata-rata konsumsi ikan per kapita masih sangat rendah. Hal ini sangat disayangkan karena seharusnya petani mina mendong dapat memanfaatkan usaha budidaya ikan guna menopang kebutuhan gizi rumah tangga seharihari. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Angka Kecukupan Energi, Angka Kecukupan Protein, dan Tingkat Diversifikasi Konsumsi Pangan, dapat diketahui bahwa kuantitas dan kualitas pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak masih rendah. Kecamatan Wajak merupakan sentra penghasil jagung di Kabupaten Malang dikarenakan produksi dan luas lahannya terbesar, dengan luas sebesar 85 ha dan produksi mencapai 15.336 ton/ha (Data Profil Desa Wajak, 2015). Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang dapat digunakan sebagai pengganti beras, namun kenyataannya masyarakat di Desa Blayu mapun Desa Wajak belum memanfaatkannya. Hal ini terjadi karena minimnya informasi dan program tentang sosialisasi pemanfaatan pangan lokal sebagai pengganti beras. Justru bantuan pemerintah berupa program raskin yang meningkat menandakan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras semakin tinggi. Pendidikan formal ibu rumah tangga juga mempengaruhi tingkat diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga, semakin rendah tingkat pendidikan ibu rumah tangga, maka tingkat diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga juga semakin rendah, karena kurangnya pengetahuan mengenai pola menu seimbang yang telah dikembangan menjadi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Tanpa pengetahuan yang baik, umumnya rumah tangga hanya mengkonsumsi pangan nabati yang nilai kandungan energi dan proteinnya rendah dan tidak mampu memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang ada.
P R O S I D I N G | 133
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang dapat disimpulkan sebagai berikut ; (1) Mayoritas petani mina mendong berumur 54-61 tahun dengan tingkat pendidikan relatif rendah, yaitu hanya tamatan SD. Pendidikan ibu rumah tangga sebagian besar adalah tamatan SD. Keragaman pekerjaan rumah tangga petani mina mendong mayoritas memiliki 2 jenis pekerjaan, (2) Pendapatan rumah tangga petani mina mendong terdiri dari pendapatan yang berasal dari penjualan mendong, pendapatan yang berasal dari penjualan mina (ikan), dan pendapatan lainnya atau tambahan. Mayoritas petani mina mendong memiliki pendapatan antara 7 juta hingga 14,9 juta. (3) Hasil perhitungan menggunakan software NutriSurvey 2007 didapatkan nilai Angka Kecukupan Energi terendah yaitu sebesar 842,7 Kkal/kapita/hari dan nilai Angka Kecukupan Energi rata-rata sebesar 1350,32 Kkal/kapita/hari. Nilai Angka Kecukupan Protein rata-rata yaitu sebesar 45,53 gram/kapita/hari yang menunjukkan masih rendahnya kuantitas pangan rumah tangga petani mina mendong di Desa Blayu dan Desa Wajak belum tercapai, (4)Hasil perhitungan nilai Indeks Entropy per rumah tangga di Desa Blayu dan Desa Wajak dapat diketahui bahwa nilai Indeks Entropy rata-rata sebesar 0,672 (67,2%), sehingga dikatakan tingkat konsumsi protein, lemak, dan karbohidrat masih belum terdiversifikasi dengan baik. REFERENSI Anugerah, Gema I. 2012. Diversifikasi Konsumsi Pangan Rumah Tangga Pedesaan di Desa Sukolilo Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Fakultas Pertanian Universitas Abdurachman Saleh Situbondo. Asmara dkk. 2009. Pengaruh Faktor Ekonomi Dan Non Ekonomi Terhadap Diversifikasi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan (Studi Kasus di Dusun Klagen, Desa Kepuh Kembeng, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang). AGRISE Volume IX No. 1 Bulan Januari 2009 ISSN: 1412-1425 Hanani, dkk. 2008. Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Dalam Memntapkan Ketahanan Pangan Masyarakat Pedesaan. Jurnal AGRISE Volume VIII No.1. ISSN: 14121425.