USLUB AL-QUR’AN Drs. H. AMINULLAH, MA Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Arab Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Bahasa Arab pertama sekali dikenal sebagai bahasa orang-orang di Jazirah Semenanjung Arabia, kemudian setelah datangnya Agama Islam dikenal pula sebagai bahasa agama sebab Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslimin itu dituliskan dalam bahas Arab yang sangat indah susunan dan rangkaian kalimatnya. Bahasa Arab juga dikenal sebagai bahasa Ilmu Pengetahuan sebab begitu banyak ilmu pengetahuan di masa perkembangan Islam yang dituliskan dalam bahasa ini, lalu ditahapan perkembangan selanjutnya bahasa Arab telah menjadi bahasa Dunia, karena tidak hanya digunakan oleh sekelompok masyarakat Arab atau pemeluk Islam saja, tetapi telah diakui sebagai bahasa komunikasi di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Dilihat dari segi penggunaannya maka bahasa Arab ini terbagi dua yaitu : Bahasa ‘Ammiyah (bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi), berasal dari bahasa daerah di Jazirah Arabiya tidak terikat pada tata bahasa. Kedua bahasa Fushah yaitu bahasa Resmi, contohnya bahasa Al-Qur’an dan AlHadits, untuk karangan ilmiah, kitab-kitab, surat menyurat dan komunikasi resmi lainnya. Bahasa Fushah (resmi) ini mempunyai tingkat kesulitan tersendiri karena terikat erat dengan peraturan kebahasaan di antaranya ilmu nahwu (qawa’id) dan ilmu balagah semantik Arab. Ilmu bahasa Al-Qur’an, tetap dianggap sebagai ilmu yang tersulit untuk dicerna, sebab ilmu ini akan menterkaitkan antara komponen-komponen ilmu bahasa Arab yang lainnya. Namun jika dipelajari dengan penghayatan yang tinggi serta dihubungkan pula kepada kegunaan dari sisi ilmu-ilmu agama jelas akan mendatangkan kenikmatan tersendiri dan dapat memperkaya dan mempertajam mata batin manusia, sehingga menimbulkan dampak kehidupan yang baik sehingga dapat mengusir kejenuhan untuk mempelajarinya. Perlu sekali bagi kita (terutama umat Islam) untuk mengetahui secara singkat tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan segala yang terkandung di dalamnya. Dengan tekun dan bantuan potensi serta analisa yang luas kita kerahkan segalanya demi bakti terhadap kitab yang mulia ini, baik via tangan guru besar terkemuka, atau para sarjana intelek yang tangguh, yang telah menghabiskan usianya untuk membela peninggalan yang mulia ini .
2002 digitized by USU digital library
1
Suatu peninggalan yang menyimpan berbagai macam simpanan berharga seajak daru turunnya hingga masa kita sekarang ini. Al-Qur’an sendiri sebagai samudra yang luas, menyimpan banyak permata dan mutiara. Untuk menyelami dan mengikisnya, tidak cukup hanya dengan bekal potensi yang telah dikerahkan sejak zaman dahulu hingga sekarang. Berapa banyak pujangga ahli falsafah dan bakaghah, penya’ir dan ahli hikmah yang telah menggali keindahan dan keistimewaan Al-Qur’an. 1.2. Pembatasan Masalah Pembahasan mengenai uslub Al-Qur’an ini sangat luas dan sukar jika diuraikan secara terperinci dan mendetail sekali. Uslub Al-Qur’an ini tidak bisa terlepas dari ilmu tata bahasa Arab dan jelas pertaliannya dengan ilmu-ilmu agama Dari sekian banyak masalah yang dapat diulas maka penulis membatasinya pada bentuk uslub Al-Qur’an . Keterkaitannya dengan ilmu nahwu dan saraf serta manfaatnya dalam menterjemahkan bahasa Al-Qur’an ini akhirnya berguna sekali dalam menetapkan hukum-hukum Islam. 1.3.Tujuan Pembahasan Selain dari pengembana tugas Tri Darma Perguruan Tinggi, penulis juga mempunyai tujuan khusus di antaranya : 1. Mengungkapkan keterkaian uslub Al-Qur’an 2. Memperkenalkan uslub Al-Qur’an secara umum 3. Menambah hazanah ilmu Pengetahuan Mahasiswa Program Studi Bahasa Arab khususnya dan para pencinta bahasa Arab umumnya tentang salah satu dari sisi Al-Qur’an. 1.2Metode Pembahasan Metode yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah metode Deskriptif Analisis, yaitu mengkaji referensi yang berkaitan dengan judul makalah ini baik dari Al-Qur’an dan sumber yang berbahasa Arab, kemudian disusun ulang berdasarkan analisis yang cermat sehingga berbentuk makalah.
2002 digitized by USU digital library
2
II. ARTI AL-QUR’AN Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan oleh Dr. Subhi Al Salih “bacaan“, asal katanya Qara’a. Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an“dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17 dan 18 surat Al-Qiyamah :
ﻓﺎذا ﻗـﺮأﻧـﻪ ﻓﺎﺗـﺒـﻊ ﻗـﺮأﻧـﻪ- ان ﻋـﻠﻴـﻨﺎ ﺟﻤـﻌـﻪ و ﻗـﺮأﻧـﻪ /Inna ‘alayna jam’hu wa qur’anahu. Faiza qara’nahu fa t-tabi’ qur’anahu/ “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu), itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu) jika kamu membacanya , hendaklah kamu ikuti bacaannya.” (Al-Qiyamah : 17-18). Kemudian dipakai kata Qur’an itu untuk Al-Qur’an yang dikenal sekarang ini Adapun defenisi Al-Qur’an adalah : “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.” Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan pada nabi-nabi selain nabi Muhammad saw, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada nagi Musa as, atau Injilyang diturunkan kepada nabi Isa as. Demikian pula kalam Allah yang diturunkan pada nabi Muhammad saw yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinakan Al-Qur’an.
2002 digitized by USU digital library
3
III. CARA-CARA AL-QUR’AN DIWAHYUKAN Nabi Muhammad saw. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacammacam cara dan keadaan, di antaranya : 1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini nabi Muhammad saw. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan : “Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku,” (Q. S. 42 : 51) 2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad saw. berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu. 3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng, cara inilah yang amat berat dirasakan oleh nabi Muhammad saw. Kadang-kadang pada ke-ningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musimdingin yang sangat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendaraiunta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Sabit : “Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Aku lihat Rasulullah saw. ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, baru-lah beliau kembali seperti biasa. 4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad saw. tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no.2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al-Qur’an surat An-Najmi ayat 13 dan 14.
وﻝـﻘﺪ رأﻩ ﻧــــﺰﻝـﺔ أﺧــﺮى – ﻋـﻨﺪ ﺳـﺪرة اﻝـﻤـﻨﺘﻬﻰ /wa laqad raahu nazlatan ukhra. ‘inda sidrati l-muntaha/ “Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada lain(kedua) ketika (ia berada) di Sidratul Muntaha.”
2002 digitized by USU digital library
kali
yang
4
IV. KANDUNGAN AL-QUR’AN Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak diturunkan hanya untuk suatu umat atau untuk suatu abad, tetapi untuk semua umat manusia dan untuk sepanjang masa, karena itu luas ajaran-ajarannya adalah sam dengan luasnya umat manusia. Ajaran-ajaran begitu luas serta dutujukan kepada umat manusia dari peri kehidupan yang bagaimanapun kepada kepada kaum yang masih keadaan primitif, maupun kepada orang atau kaum yang teal mencapai peradaban dan kebudayaan yang tinggi, bagi seorang pertapa, orang yang tidak begitu mengindahkan harta, maupun bagi seorang usahawan, orang yang kaya maupun orang yang miskin, yang pandai maupun yang bodoh, pokoknya untuk seluruh golongan masyarakat, meliputi segala lapangan kegiatan manusia. Islam menghendaki agar sifa-sifat yang ditanamkan pada manusia dipertunjukkan dengan syarat, yaitu sifat-sifat itu hendaknya diterapkan pada waktu-waktu yang tertentu. Dikehendakinya sifat memberi maaf, tetapi sebaliknya dikehendaki pula supaya kejahatan dihukum dengan hukuman yang setimpal. Sifat suka memberi maaf jangan sampai menggampangkan timbulnya kejahatan. Ia menghendaki agar manusia itu jujur dan berani menerangkan yang benar, sekalipun perkataan yang benar itu akan membawa ia dalam kesulitan. Ia menghendaki agar manusia itu selalu berbuat baik, sekalipun terhadap orang yang pernah berbuat jahat terhadapnya. Selanjutnya Al-Qur’an mengajarkan supaya manusia tetap suci, tetapi tidak dengan jalan dikebiri. Manusia harus berbakti kepada Tuhan, tetapi jangan menjadi rahib. Manusia harus berendah hati, tetapi jangan melupakan harga diri. Manusia dapat menggunakan hak-haknya, tetapi tetapi dengan tidak menggunakan hakhak orang lain. Manusia diwajibkan mendakwah agama, tetapi dengan cara bijaksana. Demikianlah sekedar contoh-contoh ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam surat Al-Baqarah ayat 2 – 4 ditegaskan bahwa : Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya.
2002 digitized by USU digital library
5
V. USLUB AL-QUR’AN 5.1
Pengertian Uslub
Kata uslub adalah bahasa Arab yang apabila diterjemahkan artinya : jalan, cara, sistem atau metode. Adapun pengertiannya (uslub) dalam bahasa Arab, ialah makna yang terdapat dalam suatu bentuk susunan lafaz-lafaz (kalimat) agar lebih mudah mencapai tujuan yang dimaksud pada diri pendengar atau pembaca. Uslub ini terbagi kepada tiga, yaitu : 1. Uslub ‘Ilmi (metode keilmuan) 2. Uslub Adabi (metode kesusastraan) dan 3. Uslub Khitabi (metode percakapan). Ketiga macam uslub sebagaimana disebutkan di atas itu tujuannya sama, yaitu agar para pembaca atau pendengar, dapat menangkap dengan mudah makna yang dikandung di dalamnya, walaupun terdapat pembedaan di dalam penggunaan kata atau kalimat atau gaya bahasanya. 5.2.
Uslub Al-Qur’an
Berbicara tentang uslub Al-Qur’an, berarti kita akan membahas tentang metode-metode Al-Qur’an sebagai wahyu Allah swt. Dalam menyampaikan hidayahnya-Nya kepada seluruh umat manusia. Pembahasan ini sangat luas, oleh sebab itu hendaknya kita mengenalnya terlebih dahulu pengertian umumnya. Di antaranya ada yang mengemukakan :
أﺳـﻠـﻮب اﻝـﻘـﺮﺁن ﻡﻈـﻬـﺮ ﻏـﺮﻱـﺐ ﻻﻋـﺠـﺎزﻩ اﻝـﻤﺴﺘـﻤـﺮ /Uslubu l-qur’ani muzharun gharibu l-lii’jazihi l-mustamir(i)/ “Uslub Al-Qur’an, ialah : sumber kekaguman karena kandungan ke- mukjizatannya yang berlangsung terus menerus.” Untuk lebih dapat dengan uslub-uslub lain.
menggambarkannya, marilah kita bandingkan
5.2.1 Uslub Al-Qur’an Dengan Al-Hadits Uslub Al-Qur’an tidak serupa dengan uslub Hadits. Dalam uslub Hadits tampak jelas merupakan bahasa percakapan dan pelajaran, baik bentuk maupun sistemnya. Misalnya tentang persaudaraan antar umat Islam. Firman Allah swt. :
اﻧـﻤﺎ اﻝـﻤﺆﻡﻨـﻮن اﺧـﻮة ﻓﺄﺻـﻠﺤﻮا ﺏـﻴﻦ أﺧـﻮﻱـﻜﻢ واﺗـﻘــﻮاﻝﻠـــﻪ ﻝـﻌﻠـﻜﻢ ﺗـﺮﺡﻤـﻮن
/innama l-mukminuna ikhwatu f-faslihu bayna akhawaykum wa t-taqu l-laha la’allakum turhamun (a)/
2002 digitized by USU digital library
6
“Sesunggunhya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damai-kanlah antara kedua saudaramu dan taqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” Q.Al-Hujarat : 10) Rasulullah saw bersabda :
اﻝـﻤﺴـﻠﻢ أﺧـﻮ اﻝـﻤﺴـﻠﻢ ﻻﻱـﻈﻠـﻤﻪ وﻻ ﻱـﺴﻠﻤﻪ /Al-muslimu akhu l-muslimi la yazlimuhu wa la yuslimuhu/ “Orang Islam itu saudara orang Islam tidak (boleh) menganiayanya dan tidak (boleh) membiarkan (musuh) untuk mengganggunya.” Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim. Dalam persaudaraan umum Allah berfiman :
dia
ﻱﺂءﻱـﻬﺎ اﻝﻨـﺎس اﻧﺎ ﺧﻠـﻘﻨﺎآﻢ ﻡﻦ ذآـﺮ وأﻧـﺜﻰ وﺟـﻌﻠـﻨﺎآـﻢ ﺷـﻌـﻮﺏﺎ وﻗﺒﺂﺋﻞ ﻝـﺘﻌـﺎرﻓـﻮﺁ ان أآـﺮﻡـﻜﻢ ﻋـﻨﺪ اﻝﻠــﻪ أﺗـﻘﺎآـﻢ /Ya ayyuha n-nasu inna khalaqnakum min zakari w-wa unsa wa ja’alnakum syu’uba w-wa qabaila lita’arafu inna akramakum ‘inda llahi atqakum/ “Wahai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan berqabilah-qabilah agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang pa-ling taqwa.” Q. Al-Hujarat : 13. Dari satu riwayat disebutkan bahwa tatkala Rasulullah berada di Mina pada hari Tasyriq, dari atas untanya beliau bersabda :
أﻱـﻬﺎ اﻝـﻨﺎس ان رﺏـﻜﻢ واﺡـﺪ و ان أﺏﺎآـﻢ واﺡـﺪ آـﻠﻜـﻢ ﻵدم و ﺁدم ﻡـﻦ ﺗـﺮاب ﻻ ﻓـﻀـﻞ ﻝـﻌـﺮﺏﻲ ﻋـﻠﻲ ﻋـﺠﻤـﻲ وﻻ ﻝـﻌـﺠﻤﻲ ﻋـﻠﻲ ﻋـﺮﺏـﻲ وﻻ ﻻﺡـﻤـﺮ ﻋـﻠﻲ أﺳﻮد وﻻ ﻻﺳـﻮد ﻋـﻠﻲ أﺡـﻤـﺮ اﻻ ﺏﺎﻝـﺘﻘـﻮى
/Ayyuha n-nasu inna rabbakum wahidu w-wainna abakum wahidu kkullukum liadama wa adamu min turabi l-la fadla li’arabiyyi ‘ala ‘ajamiyyi wa la li’ajamiyyin ‘ala ‘arabiyyi w-wala liahmara ‘ala aswada wa la liaswada ‘ala ahmara illa bi t-taqwa/ “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu itu Esa dan bapak kamu itu satu (seorang). Kamu sekalian dari Adam (diciptakan) dari tanah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang selain Arab dan sebaliknya, juga tidak merah atas yang hitam dan sebaliknya, kecuali dengan taqwa.” Hadits, Riwayat : Tabrani.
Apabila kita perhatikan dua macam uslub di atas tampak nyata terdapat perbedaan-perbedaan. Walaupun demikian, keistimewaan uslub hadits memiliki sifat jawami’ulk kalim ; yaitu susunan yang mengandung
2002 digitized by USU digital library
7
hikamt, fasih dan mencakup makna yang dimaksud serta menggugah fikir dan rasa. Demikian sekedar mengenal perbedaan antara uslub Al-Qur’an dengan uslub Hadits. Apabila ingin benar-benar menikmati keindahan uslubuslub itu, memerlukan pendalaman Ilmu Bayan, Ilmu Ma’ani dan Ilmu Badi’ (Ilmu Balaghah). 5.2.2 Uslub Al-Qur’an Dan Uslub Bahasa Arab Uslub Al-Qur’an berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab, baik sistem maupun susunannya, untuk ini cukuplah bagi kita pernyataan Dr. taha Husin, salah seorang pujangga Arab abad kedua puluh , dalam bukunya “Hadits syi’ri wa n-nasri” halaman 20, sebagai berikut : “Sesungguhnya Al-Qur’an itu bukan prosa, sebagaimana juga bukan sya’ir. Itulah Al-Qur’an, yang tidak mungkin dinamakan selain namanya. Bukan syi’ir ini jelas karena tidak terikat dengan aturan-aturan yang khusus, tidak terdapat di lainnya…. Pernyataan ini menunjukkan bahwa uslub Al-Qur’an berbeda dengan uslub-uslub yang diadakan dan disusun oleh manusia. Agar kita lebih dapat menikmati dan merenungkannya tentang uslub Al-Qur’an, perhatikanlah ayat-ayat berikut ini Diriwayatkan bahwa Raulullah saw. membacakan beberapa ayat AlQur’an kepada Utbah bin Abi Rabi’ah pada hari kedatangan utusan orangorang Quraisy yang menawarkan kepada beliau kekuasaan, harta benda dan kedudukan. Tawaran itu diajukan kepada beliau meninggalkan dakwah mengajak umat agar bertauhid kepada Allah swt. Ayat yang beliau baca itu ialah :
ﺡـﻢ * ﺗـﻨـﺰﻱـﻞ ﻡـﻦ اﻝـﺮﺡـﻤﻦ اﻝـﺮﺡـﻴـﻢ * آـﺘﺎب ﻓـﺼـﻠـﺖ ﺁﻱﺎﺗــﻪ ﻗـﺮﺁن ﻋـﺮﺏـﻴﺎ ﻝـﻘـﻮم ﻱـﻌـﻠـﻤـﻮن* ﺏـﺸـﻴـﺮا وﻧـﺬﻱـﺮا وﻗـﺎﻝـﻮا ﻗـﻠـﻮﺏﻨـﺎ ﻓﻲ أآـﻨـﺔ ﻡـﻤﺎ ﺗﺪﻋــﻮﻧﺎ اﻝــﻴﻪ وﻓـﻲ ﺁذاﻧـﻨﺎ وﻗـﺮ وﻡـﻦ ﺏـﻴﻨـﻨﺎ وﺏﻴـﻨـﻚ ﺡـﺠـﺎب ﻓﺄﻡـﻞ اﻧـﻨـﺎ ﻋـﺎﻡـﻠــﻮن* ﻗــﻞ اﻧـﻤﺂ اﻧﺎ ﺏـﺸــﺮ ﻡـﺜـﻠـﻜﻢ ﻱـﻮﺡـﻰ اﻝـﻲ اﻧــﻤﺂ اﻝـﻬــﻜﻢ اﻝــﻪ واﺡــﺪ ﻓﺎﺳـﺘـﻘـﻤــﻮﺁ اﻝــﻴﻪ واﺳــﺘﻐـﻔــﺮوﻩ *ووﻱـﻞ ﻝﻠـﻤــﺸـﺮآــﻴﻦ /Ha mim. Tanzilu m-mina r-rahmani r-rahim. Kitabu f-fussilat ayatuhu qur’anan ‘arabiyya l-lqawmi y-ya’qiluna. Basyiran w-wanazira w-wa qulubuna fi akinnati m-mimma tad’una ilayhi wa fi azanina waqru w-wami b-baynina wa baynika hijabu f-fa’mal inana ‘amiluna. Qul innama ana basyaru m-mislukum yuha ilayya innama ilahukum lihu w-wa hidu f-fastabiqu ilaihi wastaghfiruhu wawaylu l-lilmusyrikin(a)/ “Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Ha Mim diturunkan dari Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, bacaan dalam bahasa Arab’ untuk
2002 digitized by USU digital library
8
kaum yang (ingin) mengetahui. Yang membawa berita gembira dan ancaman, tetapi kebanyakan mereka berpaling, mereka tidak mau mendengarkan. Mereka itu berkata : Hati kami tertutup, dari apa yang kamu seru kami padanya, juga di telinga kami ada sumbatnya dan antara kami dan kamu ada batas pemisah, karena itu bekerjalah, sesungguhnya kami akan bekerja (pula). Katakanlah : Aku tidak lain, melainkan manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu sekalian itu adalah Tuhan Yang maha Esa, karena itu tetaplah di jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mintalah ampun kepada-Nya dan celakalah orang-orang yang musyrik.” Q. Fussilat : 1-6. Perhatikanlah, susunan dan bentuk kalimat ayat-ayat di atas terhadap ajakan orang-orang musyrik kepada Rasul pada masa itu, dan bagaimana pula apabila hal tersebut terjadi pada masa sekarang ini. 5.3 Uslub Al-Qur’an Yang Menentang Tentang tantangan di dalam Al-Qur’an , banyak terdapat diberbagai gubahan dan uslub-uslub yang bermacam-macam, yang dapat menggemparkan bangsa Arab dan menggiring mereka ke medan impianimpian maya. Uslub-uslub yang indah perasaan mereka menggerogoti diri mereka, dan menguasai hati-hati mereka, karena sihirnya dan keindahan serta keelokannya. Mereka teal ditantang untuk mendatangkan yang serupa dengan AlQur’an, namun mereka tidak mampu dan lari terbirit-birit. Padahal mereka ahli filsafah dan retorika. Lalu dikurangi kesepuluh surat yang serupa, tapi mereka menjadi berpecah-belah dan lari kacau-balau. Mereka tidak mampu untuk mendatangkan yang serupa dengan yang sepuluh surat tersebut. Kemudia dikurangi lagi kepada yang lebih mudah sampai satu surat saja. Namun masih saja belum ada yang mau tampil ke pusara arena. Maka sebagai keputusan terakhir, Al-Qur’an mencantumkan mereka sebagai pihak yang lemah dan kalah. Dan tetaplah mukjizat nabi Muhammad saw, seorang nabi yang ummi, bahwa Al-Qur’an datangnya dari Allah Tuhan sekalian alam :
ﻧـﺰل ﺏـﻪ اﻝـﺮوح اﻻﻡــﻴﻦ ﻋـﻠﻲ ﻗﻠﺒـﻚ.واﻧـﻪ ﻝـﺘﻨـﺰﻱـﻞ رب اﻝـﻌـﺎﻝـﻤــﻴﻦ ﻝـﺘﻜـﻮن ﻡﻦ اﻝـﻤﻨـﺬرﻱــﻦ ﺏﻠـﺴﺎن ﻋـﺮﺏﻲ ﻡﺒـﻴـﻦ
/wa innahu latanzilu rabbi l-‘alamina. Nazala bihi r-ruhu l-aminu ‘ala qalbika litakuna mina l-munzirina bilisanin ‘arabiyyi m-mubin(a)/ “Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa oleh Ar-ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) saw agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dan dengan bahasa Arab yang jelas.” Q. S. Asy-syura : 192 –195.
2002 digitized by USU digital library
9
Dan Maha Benar Allah seraya berfirman :
ﻗـﻞ ﻧـﺰﻝـﻪ روح اﻝـﻘﺪوس ﻡﻦ رﺏـﻚ ﺏﺎﻝﺤـﻖ ﻝـﻴﺜـﺒـﺖ اﻝـﺬﻱـﻦ ﺁﻡــﻨﻮا وهﺪى وﺏـﺸـﺮى ﻝﻠـﻤﺴﻠـﻤﻴﻦ /qul nqzzqlqhu ruhu l-qudusi mi r-rabbika bi l-haqqi liyustabbita llazina amanu wa huda w-wa busyra li l-muslimin/ “Katakanlah : Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman , dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” Q.S. An.nahl : 102. 5.4 Jenis-jenis Uslub Al-Qur’an Dalam buku-buku ilmu tafsir kita menjumpai beberapa pembahasan yang apabila kita teliti pembahasan tersebut dapat digolongkan pada pembicaraan tentang uslub. Karena itu pembahasan uslub-uslub Al-Qur’an ini meliputi : a. Amtsalu l-Qur’an (perumpamaan dalam Al-qur’an) b. Jadadu l-Qur’an (pembantahan dalam Al-qur’an) c. Aqsamu l-Qur’an (sumpah-sumpah dalam Al-qur’an) d. Qasasu l-Qur’an (kisah-kisah dalam Al-Qur’an) e. Balaghatu l-Qur’an . Uslub Aqsamu l-Qur’an (sumpah-sumpah dalam Al-qur’an) sudah pernah diteliti oleh penulis pada tahun 1998. Adapun Uslub Amtsalu l-Qur’an (perumpamaan dalam Al-qur’an) sudah Penulis teliti juga pada tahun ini (2001).
KESIMPULAN Untuk mengakhiri tulisan karya ilmiah ini dapatlah diberikan beberapa ke – simpulan yang berdasarkan kepada uraian-uraian terdahulu dengan maksud agar lebih mudah dipahami, juga merupakan inti dari penelitian ini, yaitu: 1. Al-qur’an merupakan mukjizat yang diturunkan pada nabi Muhammad Saw. 2. Al-qur’an merupakan tantangan universal, yaity Al-qur’an secara Keseluruhan, baik dari segi hukum-hukumnya, kehebatannya, balaghahnya dan keterangannya. Al-qur’an yang merupakannya tantangan khusus, yaitu tantangan untuk mendatangkan yang serupa dengan salah satu surat Al-qur’an, walaupun surat itu yang paling pendek, seperti surat Al-kautsar. 3. Uslub Al-qur’an beda dengan uslub Hadits dan uslub bahasa Arab. 4. Al-qur’an mempunyai lima jenis dalam bentuk uslubnya.
2002 digitized by USU digital library
10