BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Maf’ûl Penelitian tentang
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ
/maf’ulun bihi/ sudah pernah diteliti pada
program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, tetapi dalam objek yang berbeda. Adapun judul yang sudah diteliti adalah: Analisis Kontrastif Maf’ul bih dalam Bahasa Arab dan Obyek Dalam Bahasa Indonesia oleh Amanah (1994), inti hasil penelitian Analisis Kontrastif Maf’ul bih Dalam Bahasa Arab Dan obyek dalam Bahasa Indonesia ini adalah menunjukkan perbedaan maf’ul bih dalam bahasa Arab wajib dibaca nasab atau berbaris fatah sedangkan di dalam bahasa Indonesia tidak mengenal baris atau harkat, persamaannya terkadang suatu kalimat dalam bahasa Indonesia dapat mempunyai objek atau pelengkap penderita yang berupa kata ganti. Dalam sastra Arab juga dijumpai kalimat yang mempunyai maf’ul bih yang berupa kata ganti atau dhamir. Dalam hal ini penulis juga melakukan penelitian terhadap maf’ul bih tetapi lebih memfokuskan pada salah satu surat dalam Al-Qur’an yaitu surat ArRahman. Penelitian terhadap maf’ul bih yang terdapat dalam surat Ar-Rahman diberi judul “Analisis Maf’ul bih pada Surah Ar-rahman”. Dalam bahasa Arab dikenal beberapa bentuk objek selain maf’ul bih. Adapun bentuk objek atau diistilahkan dengan “al-maf’ul” dalam bahasa Arab tersebut adalah (Nu’mah: 2007 dan Fawwal Babti: 1992):
Universitas Sumatera Utara
1.
اﳌﻔﻌﻮل اﳌﻄﻠﻖ/Al-Maf’ulu al-muṭlaqu/ yaitu isim yang dinaṣabkan berbentuk isim maṣdar dari fi’ilnya, berfungsi untuk menegaskan, menguatkan atau menjelaskan jenis dan jumlahnya, contoh:
ﺣﻔﻈﺖ اﻟﺪرس ﺣﻔﻈﺎ /ḥafiẓtu al-darsa ḥifẓan/ “saya sudah betul-betul menghafal pelajaran itu”
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻰ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن:ﺣﻔﻆ /ḥafiẓ: fi’lu al-maḍi mabni ‘ala al-sukûn/ “fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun”
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻢ ﰱ ﳏﻞ رﻓﻊ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ: ت /Tu: fâ’il mabni ‘ala al-ḍammi fi maḥalli raf’in li annahu ḍamîr muttaṣil/ “tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻣﻨﺼﻮب و ﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ:اﻟﺪرس /Al-darsa: mafûl bih manṣûb wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-darsa: maf’ul bih dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”
ﻣﻔﻌﻮل اﳌﻄﻠﻖ ﺗﺄﻛﻴﺪ ﳌﻌﲎ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻨﺼﻮب و ﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة:ﺣﻔﻈﺎ ﰲ آﺧﺮﻩ /ḥifẓan: maf’ûl muṭlaq ta`kîd li ma’na al-fi’li manṣûb wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “hifzhan: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa kata yang berfungsi sebagai pengganti mafûl muṭlaq, di antaranya adalah:
"ﻛﻞ/kullu/ dan ""ﺑﻌﺾ/ba’ḍu/ yang menjadi muḍaf
a. Kata “
kepada maṣdar,
contoh:
إﺣﱰﻣﺘﻪ ﻛﻞ اﻹﺣﱰام /iḥtaramtuhu kulla al-iḥtirâmi/ “saya menghormatinya dengan segala hormat”
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻰ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن: إﺣﱰم /iḥtaram: fi’lu al-maḍi mabni ‘ala al-sukûn/ “ihtaram: fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun”
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻢ ﰱ ﳏﻞ رﻓﻊ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ:ت /tu: fâ’il mabni ‘ala al-ḍammi fi maḥalli raf’in li annahu ḍamîr muttaṣil/ “tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻢ ﰱ ﳏﻞ ﻧﺼﺐ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ:ه /hu: mafûlun bihi mabniyyun ‘ala al-ḍammi fi maḥalli naṣbin li annahu ḍamîrun muttaṣilun/ “hu: maf’ul bih ditetapkan baris akhirnya dhammah pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil”
اﳌﻔﻌﻮل اﳌﻄﻠﻖ ﺗﺄﻛﻴﺪ ﳌﻌﲎ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻨﺼﻮب و ﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ:ﻛﻞ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ
Universitas Sumatera Utara
/kulla: al-mafûlu al-muṭlaqu ta`kîdun li ma’na al-fi’li manṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “kulla: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”
ﻣﻀﺎف إﻟﻴﻪ ﳎﺮور و ﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ:اﻹﺣﱰام /al-iḥtirâmi: muḍafun ilaihi majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-ihtiram: mudhaf ilaih dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya” b. Kata yang bersinonim dengan maṣdar fi’ilnya, contoh:
دﻓﻌﺘﻪ ﺣﻔﺰا /dafa’tuhu ḥafzan/ “saya benar-benar telah membayarnya”
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻰ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن:دﻓﻊ /dafa’: fi’lu al-maḍi mabniyyun ‘ala al-sukûn/ “dafa’: fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun”
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻢ ﰱ ﳏﻞ رﻓﻊ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ:ت /tu: fâ’ilun mabniyyun ‘ala al-ḍammi fi maḥalli raf’in li annahu ḍamîrun muttaṣilun/ “tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﺾ ﰱ ﳏﻞ ﻧﺼﺐ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ: ه
Universitas Sumatera Utara
/hu: mafûlun bihi mabniyyun ‘ala al-ḍammi fi maḥalli naṣbin li annahu ḍamîrun muttaṣilun/ “hu: maf’ul bih ditetapkan baris akhirnya dhammah pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil”
اﳌﻔﻌﻮل اﳌﻄﻠﻖ ﺗﺄﻛﻴﺪ ﳌﻌﲎ اﻟﻔﻌﻞ ﻣﻨﺼﻮب و ﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ:ﺣﻔﺰا ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ /ḥafzan: al-mafûlu al-muṭlaqu ta`kîdun li ma’na al-fi’li manṣûbun wa
‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “ḥafzan: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya” c. Kata yang menunjukkan sifat maṣdar tanpa menyebutkan maṣdarnya. Contoh:
ﺗﺘﻄﻮر اﳊﻴﺎة ﺳﺮﻳﻌﺎ
/tataṭawwaru al-ḥayâtu sarî’an/ “kehidupan
ini berkembang secara cepat”. Kalimat ini pada asalnya adalah
اﳊﻴﺎة ﺗﻄﻮرا ﺳﺮﻳﻌﺎ
/tataṭawwaru
al-ḥayâtu
taṭawwuran
ﺗﺘﻄﻮر sarî’an/
“kehidupan ini berkembang dengan perkembangan yang cepat”. Dalam hal
”ﺗﻄﻮراsebagai mafûl muṭlaq dibuang dan diganti dengan kata
ini kata “
"ﺳﺮﻳﻌﺎdan sekaligus ia dii’rab sebagai pengganti mafûl muṭlaq yang
“
dinaṣabkan dengan harkat fatḥah. d. Kata isim isyarah yang muncul sebelum maṣdar. Contoh:
اﻹﻛﺮام
أﻛﺮﻣﺘﻪ ذﻟﻚ
/akramtuhu żalika al-ikrâma/ “saya memuliakannya dengan
"ذﻟﻚ/żâlika/ adalah isim isyarah
kehormatan itu”. Pada contoh ini kata “
mabniy yang menempati posisi naṣab sebagai mafûl muṭlaq sedangkan kata
Universitas Sumatera Utara
"اﻹﻛﺮام
“
adalah badal (pengganti) untuk isim isyarah dan dinaṣabkan
dengan harkat fatḥah.
e. Kata yang menunjukkan bilangan/jumlah maṣdar. Contoh:
ﻣﺮات
ﻗﺎﺑﻠﺘﻪ ﻋﺪة
/qâbaltuhu ‘iddata marrâtin/ “saya telah menemuinya beberapa
"ﻋﺪة
kali”. Pada kalimat tersebut mafûl muṭlaq ditunjukkan oleh kata “ yang menunjukkan jumlah.
f. Dalam beberapa konteks kalimat, mafûl muṭlaq kadang-kadang tidak diungkapkan bahkan dibuang. Contoh kata kasih” yang berasal dari kata
أﺷﻜﺮك ﺷﻜﺮا
ﺷﻜﺮا
/syukran/: “terima
/asykuruka syukran/: “aku
berterima kasih kepadamu”. 2.
اﳌﻔﻌﻮل ﻷﺟﻠﻪ/al-Maf’ulu li ajlihi/
yaitu isim yang dinaṣabkan yang disebutkan
setelah fi’ilnya untuk menjelaskan sebab terjadinya fi’il tersebut. Contoh:
ﺗﺼﺮف اﳌﻜﺎﻓﺂت ﺗﺸﺠﻴﻌﺎ ﻟﻠﻌﺎﻣﻠﲔ /tuṣarrafu al-mukâfa`âtu tasyjî’an lil ‘âmilîn/ “hadiah itu diberikan untuk memberi semangat kepada para pekerja”.
ﻓﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻢ:ﺗﺼﺮف /tuṣarrafu: fi’lu al-muḍâri’ mabniyyun ‘ala al’ḍammi/ “tuṣarrafu: fi’il muḍari’ ditetapkan baris akhirnya ḍammah”.
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺮﻓﻮع وﻋﻼﻣﺔ رﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ آﺧﺮﻩ:اﳌﻜﺎﻓﺂت
Universitas Sumatera Utara
/al-mukâfa`âtu: fâ’ilun marfû’un wa ‘alâmatu raf’ihi ḍammatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-mukâfa`âtu: fa’il dirafa’kan tanda rafa’nya adalah ḍammah yang jelas di akhirnya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﻷﺟﻠﻪ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ آﺧﺮﻩ:ﺗﺸﺠﻴﻌﺎ /tasyjî’an: maf’ûlu li ajlihi manṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “tasyjî’an: maf’ul li ajlihi dinaṣabkan tanda naṣabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”.
اﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰱ آﺧﺮﻩ، ل ﺣﺮف ﺟﺮ:ﻟﻠﻌﺎﻣﻠﲔ /lil ‘âmilîn: li harfu jarrin, ‘âlamîn majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “lil âmilîn: li adalah huruf jar, ‘âlamîn dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”. Pada dasarnya maf’ûl li ajlihi dii’rab naṣab, tetapi ia boleh juga dijarkan dengan huruf lâm, dan ketika itu ia dii’rab sebagai jar majrur berkaitan dengan pernyataan sebelumnya dan bukan dii’rab sebagai maf’ûl li ajlihi. Contohnya
"ﺗﺸﺠﻴﻊ/tasyjî’/ dalam kalimat berikut ini ﺗﺼﺮف اﳌﻜﺎﻓﺂت ﻟﺘﺸﺠﻴﻊ اﻟﻌﺎﻣﻠﲔ/tuṣarrafu al-mukâfa`âtu litasyjî’i al-‘âmilîn/ “hadiah itu
adalah kata “
diberikan untuk memberi semangat kepada para pekerja”.
ﻓﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻢ:ﺗﺼﺮف /tuṣarrafu: fi’lu al-muḍâri’i mabniyyun ‘ala al’ḍammi/ “tuṣarrafu: fi’il muḍari’ ditetapkan baris akhirnya ḍammah”.
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺮﻓﻮع وﻋﻼﻣﺔ رﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ آﺧﺮﻩ:اﳌﻜﺎﻓﺂت
Universitas Sumatera Utara
/al-mukâfa`âtu: fâ’ilun marfû’un wa ‘alâmatu raf’ihi ḍammatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-mukâfa`âtu: fa’il dirafa’kan tanda rafa’nya adalah ḍammah yang jelas di akhirnya”.
ل ﺣﺮف ﺟﺮ:ل /li: harfu jarrin/ “li: adalah huruf jar”.
ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰱ آﺧﺮﻩ:ﺗﺸﺠﻴﻊ /tasyjî’i: majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “tasyjî’i: majrur (dijarkan) tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”.
ﻣﻀﺎف إﻟﻴﻪ ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰱ آﺧﺮﻩ: اﻟﻌﺎﻣﻠﲔ /al-‘âmilîn: muḍâfun ilaihi majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-âmilîn: muḍâf ilaih dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”. 3.
اﳌﻔﻌﻮل ﻣﻌﻪ
/al-Maf’ûlu ma’ahu/
yaitu isim yang dinaṣabkan, disebutkan
ﺳﺮت واﻟﻨﻴﻞ/sirtu wa alnaila/ “saya berjalan bersamaan dengan aliran sungai nil”. Kata “ "اﻟﻨﻴﻞdalam
setelah huruf “waw” yang bermakna “serta”. Contoh:
kalimat ini adalah maf’ûl ma’ah yang dinaṣabkan dengan harkat fatḥah. 4.
اﳌﻔﻌﻮل ﻓﻴﻪ/al-Maf’ûl fîhi/ yaitu isim yang dinaṣabkan dan disebutkan untuk menjelaskan waktu (disebut juga ẓarf zamân: keterangan waktu) dan tempat (disebut ẓarf makân: keterangan tempat) terjadinya perbuatan. Artinya untuk menjawab pertanyaan “kapan” dan “di mana” sebuah perbuatan terjadi. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
ﺳﺎﻓﺮت اﻟﻄﺎﺋﺮة ﻟﻴﻼ/sâfarati al-ṭâ`iratu lailan/ “pesawat itu terbang di malam hari”. Kata “ "ﻟﻴﻼadalah ẓarf zamân yang dinaṣabkan dengan harkat fatḥah. وﻗﻒ اﻟﻄﺎﻟﺐ أﻣﺎم اﳌﺪرس/waqafa al-ṭâlibu amâma al-mudarrisi/ “siswa itu berdiri di depan guru”. Kata “"أﻣﺎم/amâma/ adalah ẓarf makân yang dinaṣabkan dengan harkat fatḥah. Demikianlah beberapa pembagian objek atau al-maf’ûl dalam bahasa Arab yang penting untuk diketahui. Meskipun semuanya adalah merupakan objek tetapi bentuk kalimat yang diungkapkan dapat membedakan posisi dari maf’ûl itu sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak semua objek atau maf’ûl yang ada dalam sebuah kalimat adalah maf’ûl bih tetapi bisa jadi adalah maf’ûl yang lainnya. 2.2 Pengertian dan Pembagian Maf’ûl Bih Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa yang menjadi objek penelitian penulis adalah maf’ûl bih dalam surat ar-Rahman, maka alangkah baiknya penulis menjelaskan terlebih dahulu tentang maf’ûl bih tersebut. Untuk langkah awal, penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang makna maf’ul bih yang dikemukakan oleh para ahli. Rofiq (2007:85-86) mengatakan bahwa
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ/maf’ulun bihi/ ialah isim
yang dikenai pekerjaan oleh fa’il (objek). Fu’ad Nu’mah dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Sahkholid (Nu’mah: 2007) mengatakan bahwa
ﺑﻪ/maf’ulun
ﻣﻔﻌﻮل
bihi/ adalah isim yang dinaṣabkan yang menunjukkan terjadinya
perbuatan pelaku dan ia tidak merubah bentuk fi’ilnya. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
/Khalaqa al-insāna min ṣalṣālin ka al-fakhkhāri/ “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”. (QS.55: 14)
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻰ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺘﺢ: /Khalaqa: Fi’lu al-māḍi mabniyun a’la al-fatḥi/ “khalaqa: fiil madhi ditetapkan harkat akhirnya fathah”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻣﻨﺼﻮب و ﻋﻼ ﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ: آﺧﺮﻩ /Al-Insāna: Maf’ulun bihi manṣūbun wa ‘alamatu naṣbihi fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/ “al-insāna:”Maf’ul bih manshub dengan tanda harkat fathah di akhirnya”.
ﺣﺮف ﺟﺮ: /Min: Ḥarfu jarrin/”min: huruf jar”.
اﺳﻢ ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ ﻣﺘﻌﻠﻖ ب: ()ﺧﻠﻖ /Ṣalṣālin: Ismun majrūrun wa ‘alamatu jarrihi kasratun fī ākhirihi muta’alliq bi (khalaqa)/ “shalshalin: isim majrur tanda jar-nya harkat kasrah di akhirnya dan berkaitan dengan kata sebelumnya (khalaqa)”.
ﺣﺮف ﺟﺮ:ك /Ka: Ḥarfu jarrin/”ka: huruf jar”.
Universitas Sumatera Utara
اﺳﻢ ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ: (ﻣﺘﻌﻠﻖ ب)ﺻﻠﺼﺎل /Al-Fakhkhari: Ismun majrurun wa’alamatu jarrihi kasratun ẓahiratun fīākhirihi muta’alliq bi (ṣalṣālin)/”al-fakhkhari: isim majrur tanda jar-nya harkat kasrah di akhirnya serta berkaitan dengan kata sebelumnya (shalshalin)”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ/Maf’ulun bihi/dilihat dari segi bentuknya terbagi menjadi tiga, yaitu: 1.
اﺳﻢ ﻇﺎﻫﺮ/Ismun ẓaḥirun/adalah : isim yang jelas harkat akhirnya. Contoh:
/Wa aqîmu al-wazna bi al-qisṭi wa lā tukhsirū al-mîzana/”Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu”. (QS.55: 9)
ﺣﺮف اﻟﻌﻄﻒ: /Wa: Ḥarfu al-‘aṭfi/ “wa: huruf ‘athaf”
ﻓﻌﻞ اﻻﻣﺮ: /Aqīmū: Fi’lu al-amri/ “aqiimuu: fiil amr”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ: اﺧﺮﻩ
Universitas Sumatera Utara
/Al-Wazna: Maf’ulun bihi manṣūbun wa ‘alamatu naṣbihi fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/”al-wazna: maf’ul bih manshub dengan tanda harkat fathah di akhirnya”.
ﺣﺮف ﺟﺮ:ب /Bi: ḥarfu jarrin/”bi: huruf jar”.
اﺳﻢ ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ: /Al-Qisṭi: Ismun Majrūrun wa ‘alamatu jarrihi kasratun ẓāhiratun fī ākhirihi/”alqisthi: isim majrur dengan tanda harkat kasrah di akhirnya”.
ﺣﺮف اﻟﻌﻄﻒ:و /Wa: Ḥarfu al-‘aṭfi/ “wa: huruf ‘athaf”.
ﻻم اﻟﻨﺎﻫﻴﺔ:ﻻ /Lam: Lamu an-nahiyati/”lam: lam yang berarti larangan”.
ﻓﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﳎﺰوم و ﳛﺬف ﻧﻮن ﻷﻧﻪ ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل: اﳋﻤﺴﺔ /Tukhsirū: Fi’lu al-muḍāri’i majzumun wa yahżufu nūnun liannahu min af’ali alkhamsati/“tukhsiru: fiil mudhari’ berharkat sukun dan huruf nun-nya dibuang karena termasuk (fi’il-fi’il yang lima)”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة: ﰲ اﺧﺮﻩ /Al-Mīzana: maf’ulun bihi manṣūbun wa ‘alamatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/”al-mizana: maf’ul bih dengan tanda harkat fathah di akhirnya”.
Universitas Sumatera Utara
2.
اﺳﻢ ﻣﺒﲎ/Ismun Mabniyyun/ adalah: isim yang tetap atau tidak berubah harkat akhirnya. Contoh:
/’Allamahu al-bayâna/ "Mengajarnya pandai berbicara”. (QS.55: 4)
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻰ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺘﺢ: /’Allama: fi’lu al-mâḍî mabnîyyun ‘ala al-fatḥi/ “`allama: fi’il madhi ditetapkan harkat akhirnya fathah”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﻀﻢ ﰲ ﳏﻞ ﻧﺼﺐ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ: /Hu: maf’ulun bihi mabniyyun ‘ala al-ḍammi fî maḥalli naṣbin liannahu ḍamîrun muttaṣilun/ “hu: maf’ul bih ditetapkan harkat akhirnya dhammah pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil (dhamir yang bersambung dengan kata)”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﺛﺎﱐ ﻣﻨﺼﻮب و ﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ
:
ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ /Al-bayâna: maf’ûlun bihi ṡânîyun manṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “al-bayan: maf’ul bih yang kedua dinashabkan dan tanda nashabnya adalah harkat fathah yang jelas di akhirnya” 3.
ﻣﺼﺪر ﻣﺆول/Maṣdarun mua’awwalun/ adalah isim sebagai maf’ul bih yang terletak setelah huruf maṣdariyah ()أن. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
/Yâ maʻsyara al-jinni wa al-insi in istaṭa’tum an tanfużû min aqṭâri al-samâwâati wa al-arḍi fa anfużû, la tanfużûna illâ bisul ṭânin/ “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS.55: 33)
ﺣﺮف اﻟﻨﺪاء:ﻳَﺂ /Yâ: Ḥarfu al-nidâ`/ “ya: huruf nida` (memanggil)”.
ﻣﻨﺎدى ﻣﻀﺎف ﻣﻨﺼﻮب: /Ma’syara’: Munâdâ muḍâfun manṣûbun/ “ma’syara: munada mudhaf yang dinashabkan”.
ﻣﻀﺎف إﻟﻴﻪ: /Al-jinni: muḍâfun ilaihi/ “al-jinni: mudhaf ilaihi”.
ﺣﺮف اﻟﻌﻄﻒ:و /Wa: Ḥarfu al-aṭfi/ “wa: huruf athaf”
ﻣﻌﻄﻮف ﻋﻠﻰ اﳉﻦ ﳎﺮور:
Universitas Sumatera Utara
/Al-Insi: ma’ṭûfun ‘ala al-jinni majrûrun/ “al-insi: ma’thuf terhadap al-jinni dan dijarkan”.
ﺣﺮف ﺷﺮط ﺟﺎزم: /In: ḥarfu syarṭin jâzimun/ “in: huruf syarat yang menjazamkan”.
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻰ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن ﰱ ﳏﻞ ﺟﺰم ﻓﻌﻞ
:
اﻟﺸﺮط /Istaṭa’: fi’lu al-mâḍîy mabnîyyun ‘ala al-sukûni fî maḥalli jazmin fi’lu alsyarṭi/“istatha’: fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun pada tempat jazam menjadi fi’il syarat”.
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن ﰲ ﳏﻞ رﻓﻊ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ: /Tum: fâ’ilun mabnîyyun ‘ala al-sukuni fî maḥalli raf’in li annahu ḍamîrun muttaṣilun/ “tum: fa’il ditetapkan harkat akhirnya sukun pada tempat rafa’ karena ia adalah dhamir muttashil”.
ﻣﺼﺪرﻳﺔ ﻧﺎﺻﺒﺔ: /An : maṣdariyyatun nâṣibatun/ “an: huruf mashdariyyah yang menashabkan”.
ﻓﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﻣﻨﺼﻮب ﲝﺬف اﻟﻨﻮن ﻷﻧﻪ ﻣﻦ: ،اﻷﻓﻌﺎل اﳋﻤﺴﺔ واﻟﻮاو ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن ﰲ ﳏﻞ رﻓﻊ ﻷﻧﻪ ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ اﳌﺼﺪر اﳌﺆول ﰲ ﳏﻞ ﻧﺼﺐ ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ: /Tanfużû: fi’lu al-muḍari’ manṣûbun bi ḥażfi al-nûni li annahu min al-af’ali alkhamsati wa al-wawu fâ’ilun mabniyyun ‘ala al-sukûni fi maḥalli raf’in li annahu ḍamîrun muttaṣilun, an tanfużû: al-maṣdaru al-mu`awwalu fi maḥalli naṣbin
Universitas Sumatera Utara
maf’ûlun bihi/ “tanfudzu: fi’il mudhari’ dinashabkan dengan menghilangkan nunnya karena ia adalah fi’il-fi’il yang lima dan huruf waw adalah fa’il ditetapkan baris akhirnya sukun (mati) pada tempat rafa’ karena ia adalah dhamir muttashil, an tanfudzu: mashdar muawwal pada tempat nashab menjadi maf’ul bih”
ﺣﺮف ﺟﺮ ﻣﺘﻌﻠﻖ ب:
/Min: ḥarfu jarrin muta’allaqun bi tanfużû/ huruf jar muta’allaq (berhubungan) dengan tanfudzu”.
إﺳﻢ ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ ﻣﺘﻌﻠﻖ: ب /aqṭâri: “ismun majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓāhiratun îf âkhirihi muta’allaqun bi tanfużû/ “aqthar: isim yang dijarkan dan tanda jar-nya kasrah yang zahir di akhirnya muta’allaq dengan tanfudzu”
ﻣﻀﺎف إﻟﻴﻪ: /al-samâwâti: muḍâfun ilaihi/ “al-samawat: mudhaf ilaih
ﺣﺮف اﻟﻌﻄﻒ: /waw: ḥarfu al-‘aṭfi/ “waw: huruf ‘athaf”
ﻣﻌﻄﻮف ﻋﻠﻰ:
/al-arḍi: ma’ṭûfun ‘ala al-samâwâti/ “al-ardhi: ma’thuf pada al-samawat
راﺑﻄﺔ ﳉﻮاب اﻟﺸﺮط: /fa: râbiṭatu li jawâbi al-syarṭi/ “fa: pengikat bagi jawab syarat”.
ﻓﻌﻞ اﻷﻣﺮ ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن واﻟﻮاو ﻓﺎﻋﻞ:
Universitas Sumatera Utara
/unfużû: fi’lu al-amri mabniyyun ‘ala al-sukuni wa al-wawu fâ’ilun/ “unfudzu: fi’il amar ditetapkan harkat akhirnya sukun dan waw menjadi fa’il”
ﻧﺎﻓﻴﺔ: /lâ: nâfiyatun/ “la: nafiyah (menidakkan)”
ﻓﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﻣﺮﻓﻮع واﻟﻮاو ﻓﺎﻋﻞ: /tanfużûna: fi’lu al-muḍâri’i marfu’un wa al-wawu fâ’ilun/ “tanfudzuna: fi’il mudhari’ dirafa’kan dan waw menjadi fa’il”
ﻟﻠﺤﺼﺮ: /Illâ: lilḥaṣri/ “illa: untuk hashr
اﻟﺒﺎء ﺣﺮف ﺟﺮ ﻣﺘﻌﻠﻖ: إﺳﻢ ﳎﺮور و ﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ وب ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰲ آﺧﺮﻩ ﻣﺘﻌﻠﻖ ب /bisulṭânin: al-bâ`u ḥarfu jarrin muta’allaqun bi tanfużûna wa sulṭânin ismuun majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓāhiratun fî âkhirihi muta’allaqun bi tanfużûna/ “bisulthanin: ba adalah huruf jar muta’allaq dengan tanfudzuna dan sulthan adalah isim majrur tanda jar-nya adalah kasrah yang jelas di akhirnya muta’allaq dengan tanfudzuna”. Pada dasarnya sesuai tata bahasa Arab, maf’ul bih terletak setelah fa’il. Namun, dalam kasus-kasus tertentu keadaannya bisa berubah di mana maf’ul bih boleh mendahului fa’il dan objeknya lebih dari satu, seperti pada keadaan berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
1. Maf’ûl bih yang boleh mendahului fa’il Contoh:
/Wa al-arḍa waḍa’ahā lil ׳anāmi/“Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk (-Nya)”. (QS.55:10)
ﺣﺮف اﻟﻌﻄﻒ:و /Wa: Ḥarfu al-‘aṭfi/ “wa: huruf athaf”.
)ﻳﻌﲏ ﺿﻤﲑ: ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻳﻘﻊ ﰲ اول اﻟﻜﻠﻤﺔ ﻗﺒﻞ اﻟﻔﺎﻋﻞ: (اﷲ:ﻫﻮ /Al-Arḍa:
Maf’ûlun bihi yaqa’u fī awwali al-kalimati qabla al-fa’il: ya’ni
ḍamīrun (huwa: Allah)/ “al-ardha: maf’ul bih yang terdapat di awal kalimat sebelum fa’il: yaitu dhamir (Allah).
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻲ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺘﺢ:وﺿﻊ /Waḍa’a: Fi’lu al-maḍi mabniyun ‘ala al-fatḥi/ “wada’a: fiil madhi yang ditetapkan harkat akhirnya fathah”.
ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ:ﻫﺎ /Ha: Ḍamīrun muttaṣilun/ “ha: damir muttashil (kata ganti)”.
ﺣﺮف ﺟﺮ:ل /Li: Ḥarfu jarrin/ “li: huruf jar”.
اﺳﻢ ﳎﺮور وﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮة ﻇﺎﻫﺮة ﰲ اﺧﺮﻩ:اﻷﻧﺎم Universitas Sumatera Utara
/Al-Anāmi: Ismun majrûrun wa ‘alāmatu jarrihi fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/ “al-anami: isim majrur yang ditandai dengan harkat kasrah di akhirnya”. 2. Maf’ul Bih yang wajib mendahului fa’il apabila berupa
ﺿﻤﲑ ﻣﻨﻔﺼﻞ
(ḍamirun munfaṣilun) Contoh:
/Fa bi ׳ayyi ׳ā lā׳i rabbikumā tukażżibāni /”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.55:13)
را ﺑﻄﺔ ﳉﻮاب اﻟﺸﺮط:ف /Fa: Rābiṭatun li jawabi al-syarṭi/ “fa: berkaitan dengan jawabi asyarthi”.
ﺣﺮف ﺟﺮ:ب /Bi: Ḥarfu jarrin/”bi: huruf jar”.
اﺳﻢ اﻟﺸﺮط ﺑﻨﺎءﻩ ﺳﻜﻮن ﰲ ﳏﻞ اﻟﺮﻓﻊ و ﻳﻜﻮن ﻣﺒﺘﺪا:اي /Ayyi: Ismu asy-syarṭi binā`uhu sukûnun fī maḥalli ar-raf’i wa yakūnu mubtada’an/ “ayyi: isim syarath ber-harkat sukun tetapi kedudukannya rafa’ sebagai mubtada”.
(ﺿﻤﲑ ﻣﻨﻔﺼﻞ ﺧﱪ ﻣﻦ اﺳﻢ اﻟﺸﺮط )اي: ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ ﻳﻘﻊ ﻗﺒﻞ اﻟﻔﺎﻋﻞ:اﻻء /Ālãī: Maf’ul bih yaqa’u qabla al-fa’ili: ḍamīrun munfaṣilun khabarun min ismi asy-syarthi (ayyi)/ “alaaii: maf’ul bih yang terletak sebelum fa’il: dhamir munfashil khabar dari isim syarath (ayyi).
Universitas Sumatera Utara
اﻟﺘﺎﺑﻊ ﻟﻼﺳﻢ ﳎﺮور و ﻣﻀﺎف:رب /Rabbi: At-tãbi’u lil ismi majrûrun wamuḍāfun/ “rabbi: mengikuti isim majrur yang sebelumnya dan mudhaf”.
ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ و ﻣﻀﺎف اﻟﻴﻪ:ﻛﻤﺎ /Kumā: Ḍamīrun muttaṣilun wamuḍafun ilaihi/ “kumaa: dhamir muttashil (kata ganti) dan mudhafun ilaihi”.
ﻓﻌﻞ اﳌﻀﺎرع ﻣﺮﻓﻮع وﻋﻼﻣﺔ رﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ اﺧﺮﻩ:ﺗﻜﺬﺑﺎن /Tukażżibāni: Fi’lu al-muḍāri’i marfû’un wa ‘alamatu raf’ihi ḍammatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “tukadzdzibaan: fiil mudhari’ marfu’ tanda rafa’-nya harkat dhammah di akhir kata”. 3. Maf’ûl bih dapat lebih dari satu, tergantung fi’ilnya: a. Fi’il menaṣabkan dua maf’ûl bih asalnya mubtada’dan khabar, terbagi tiga: 1.
اﻓﻌﺎل اﻟﻈﻦ/
ﻇﻦ/ẓanna/, ﺧﺎل/khāla, ﺣﺴﺐ/hasiba/, زﻋﻢ/zaʼama/, ﺟﻌﻞ/jaʼala/, ﻫﺐ/haba/. Afʼālu
aẓẓanni/:
Contoh:
ﻇﻨﻨﺖ اﻟﺮﺟﻞ ﻧﺎﺋﻤﺎ/Zanantu ar-rajula nā׳iman/ “Saya kira laki-laki itu tidur”.
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻲ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن:ﻇﻨﻨﺖ /Ẓanantu: Fi’lu al-māḍi mabniyyun ‘ala as-sukûni/ “zhanantu: fiil madhi ditetapkan harkatnya sukun”.
ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ ﻳﻜﻮن ﻓﺎﻋﻞ:ت
Universitas Sumatera Utara
/Tu: ḍamīrun muttaṣilun yakūnu fā’ilun/ “tu: dhamir muttashil (kata ganti) sebagai fa’il”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻻوﱃ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ اﺧﺮﻩ:اﻟﺮﺟﻞ /Ar-Rajula: Maf’ûlun bihi al-ūla manṣubun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fīãkhirihi/
“ar-rajula: maf’ul bih yang pertama
tandanya ber-harkat fathah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻟﺜﺎﱐ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ اﺧﺮﻩ:ﻧﺎﺋﻤﺎ /Nāiman: Maf’ūl bih aṡ-ṡāni manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “naaiman: maf’ul bih yang kedua tandanya berharkat fathah di akhir katanya”. 2.
أﻓﻌﺎل اﻟﻴﻘﲔ/ Af-ʻālu Al-yaqīni/: رأى/ra׳ā/, ﻋﻠﻢ/ʻalima/, وﺟﺪ/wajada/, أﻟﻔﻰ/alfa/, : ﺗﻌﻠﻢ ﲟﻌﲏ ﻋﻠﻢ/ taʻallama bima’na ‘alima/. Contoh:
وﺟﺪ اﻟﺴﺎﺋﺮ اﻟﻄﺮﻳﻖ وﻋﺮا/Wajada as-sā׳iru aṭ-ṭarīqa wa’ran/ “Seorang musafir menemukan jalan yang sukar”.
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻲ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺘﺢ:وﺟﺪ /Wajada: Fi’lu al-māḍi mabniyyun ‘ala al-fatḥi/ “wajada: fiil madhi yang ditetapkan ber-harkat fathah”.
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺮﻓﻮع وﻋﻼﻣﺔ رﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ اﺧﺮﻩ:اﻟﺴﺎﺋﺮ
Universitas Sumatera Utara
/As-Sā’iru: Fā’ilun marfū’un wa ‘alamatu raf’ihi ḍammatun ẓāhiratun fī ākhirihi/”as-sa’iru: fail dengan tanda dhammah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻻوﱃ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:اﻟﻄﺮﻳﻖ /Aṭ-Ṭarīqu:
Maf’ūlun bihi al-ūla manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi
fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/ “ath-thariqu: maf’ul bih pertama dengan tanda fathah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻟﺜﺎﱐ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰲ اﺧﺮﻩ:وﻋﺮا /Wa’ran: maf’ūlun bihi aṡ-ṡani manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “wa’ran: maf’ul bih kedua dengan tanda fathah di akhir katanya”. 3.
أﻓﻌﺎل اﻟﺘﺤﻮﻳﻞ/Afʻālu at-taḥwīl/: ﺻﲑ/ṣayyara/, ﺣﻮل/ḥawwala/, ﺟﻌﻞ /jaʻala/, رد/radda/, اﲣﺬ/ittakhaża/. Contoh: ﺟﻌﻞ اﻟﺴﺎرق اﳋﱪ ﻛﺬﺑﺎ/Jaʻala as-sāriqu al-khabara każiban/ “Pencuri itu memberitakan berita bohong”.
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻲ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺘﺢ:ﺟﻌﻞ /Ja’ala: Fi’lu al-māḍi mabniyyun ‘ala al-fatḥi/ “ja’ala: fiil madhi yang ditetapkan ber-harkat fathah”.
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺮﻓﻮع وﻋﻼﻣﺔ رﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:اﻟﺴﺎرق /As-Sāriqu: Fā’ilun marfû’un wa ‘alāmatu raf’ihi ḍammatun ẓahiratun fī ākhirihi/ “as-sariqu: fail dengan tanda harkat dhammah di akhir katanya”.
Universitas Sumatera Utara
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻻوﱃ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:اﳋﱪ /Al-Khabara: maf’ûlun bihi al-ûla manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhiri/ “al-khabara: maf’ul bih pertama dengan tanda harkat fathah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻟﺜﺎﱐ ﻣﻨﻀﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:ﻛﺬﺑﺎ /Każiban: maf’ûlun bihi aṡ-ṡāni manṣubun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “kadziban: maf’ul bih kedua dengan tanda harkat fathah di akhir katanya”. b. Fi’il menashabkan dua maf’ul bih asalnya bukan mubtada’ dan khabar,
ﻛﺴﺎ/Kasā/, أﻟﺒﺲ/albasa/, أﻋﻄﻰ ﻣﻨﻊ/manaʻa/, ﺳﺄل/sa’ala/, رزق/razaqa/. diantaranya:
/a’ṭā/,
ﻣﻨﺢ/manaḥa/,
Contoh:
أﻋﻄﻰ اﻻﺳﺘﺎذ اﻟﻨﺎﺟﺢ ﺟﺎﺋﺰة/A’ṭā al-ustāżu an-nājiḥa jā `izatan/ “Guru memberikan hadiah kepada juara”.
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻲ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﺘﺢ:أﻋﻄﻰ /A’ṭā: Fi’lu al-māḍi mabniyyun ‘ala al-fatḥi/ “a’tha: fiil madhi yang ditetapkan berharkat fathah”.
ﻓﺎﻋﻞ ﻣﺮﻓﻮع و ﻋﻼﻣﺔ رﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:اﻻﺳﺘﺎذ /Al-Ustāżu: fā’ilun marfû’un wa ‘alāmatu raf’ihi ḍammatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “al-ustadzu: fiil dengan tanda harkat dhammah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻻوﱃ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:اﻟﻨﺎﺟﺢ
Universitas Sumatera Utara
/An-nājiḥa: maf’ûlun bihi al-ûla manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “an-najiha: maf’ul bih yang pertama dengan tanda harkat fathah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻟﺜﺎﱐ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:ﺟﺎﺋﺰة /Jā’izatan: maf’ûlun bihi aṡ-ṡāni manṣûbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “ja’izatan: maf’ul bih yang kedua dengan tanda fathah di akhir katanya”.
ﻧﺒﺄ/naba’a/, ﺣﺪث/hadaṡa/,
c. Fi’il yang menashabkan tiga maf’ul bih, ada tujuh fi’il yaitu:
أﻧﺒﺄ/׳anba`a/, ﺧﱪ/khabara/, أﻋﻠﻢ/aʻalama/, أرى/ara/.
أﺧﱪ/akhbara/,
Contoh:
أﻋﻠﻤﺖ ﻋﻠﻴﺎ اﳋﱪ ﺻﺤﻴﺤﺎ/Aʻlamtu ‘aliyyan al-khabara ṣaḥīḥan/ “Saya mengabarkan kepada Ali berita yang benar”.
ﻓﻌﻞ اﳌﺎﺿﻰ ﻣﺒﲏ ﻋﻠﻰ اﻟﺴﻜﻮن:أﻋﻠﻤﺖ /A’lamtu: Fi’lu al-māḍi mabniyyun ‘ala as-sukûni/ “a’lamtu: fiil madhi yang ditetapkan berharkat sukun”.
ﺿﻤﲑ ﻣﺘﺼﻞ ﻣﺮﻓﻮع ﻻن ﻳﻜﻮن ﻓﺎﻋﻞ:ت /Tu: Ḍamīrun muttaṣilun marfû’un li’an yakûna fā’ilun/ “tu: dhamir muttashil (kata ganti) berharkat dhammah karena kedudukannya sebagai fail”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻻوﱃ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:ﻋﻠﻴﺎ
Universitas Sumatera Utara
/’Aliyyan: maf’ûlun bihi al-ûla manṣûbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “aliyyan: maf’ul bih pertama dengan tanda harkat fathah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻟﺜﺎﱐ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮ:اﳋﱪ /Al-Khabara: maf’ûlun bihi aṡ-ṡāni manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “al-khabara: maf’ul bih kedua dengan tanda harkat fathah di akhir katanya”.
ﻣﻔﻌﻮل ﺑﻪ اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﻨﺼﻮب وﻋﻼﻣﺔ ﻧﺼﺒﻪ ﻓﺘﺤﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﰱ اﺧﺮﻩ:ﺻﺤﻴﺤﺎ /Ṣaḥiḥan: maf’ûlun bihi aṡ-ṡāliṡi manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/ “shahihan: maf’ul bih yang ketiga dengan tanda harkat fathah di akhir katanya”.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sumatera Utara