USAHA POKOK KESEHATAN PUSKESMAS PALARAN PERIODE 25 FEBRUARI 2013 – 20 APRIL 2013
Disusun oleh: Gina Magda Riana Renny Tri Utami Sri Wahyuni Kristanti Andarini Pembimbing : Veronika Hinum, S. KM, MM dr. Wawan Dr. dr. Swandari Paramita, M.Kes
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN PUSKESMAS PALARAN SAMARINDA 2013
1
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
BAB II PROFIL PUSKESMAS PALARAN ........................................................................... 4 2.1 Visi, Misi, Strategi, Nilai dan Motto .................................................................................... 4 2.2 Data Demografi dan Geografi .............................................................................................. 7 2.3 UPK Wajib Puskesmas Palaran ............................................................................................ 12 2.4 UPK Pengembangan Puskesmas Palaran ............................................................................. 43
2
BAB I PENDAHULUAN
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Menurut Depkes RI tahun 1991, Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat & memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut KEPMENKES RI No.128/Menkes/SK II/tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas,Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas diberikan kewenangan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota guna melaksanakan tugas operasional pembangunan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. Tujuan dari Puskesmas secara umum adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan medik dasar individu dan keluarga, serta pelayanan kesehatan masyarakat yang mencakup usaha pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari fungsi Puskesmas ini, jelas peran Puskesmas bukan hanya persoalan teknis medis tetapi juga bagaimana keterampilan sumber daya manusia untuk mampu mengorganisir modal sosial yang ada di masyarakat. Fungsi dan peran Puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil sekalipun, membutuhkan strategi dalam mengorganisir masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri.
3
Ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini karena peranan dan kedudukan Puskesmas di Indonesia sangat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka Puskesmas bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran. Dengan desentralisasi,
diberlakukannya maka
setiap
UU
daerah
Otonomi tingkat
Daerah
I dan
yang
mengutamakan
II memiliki
kesempatan
mengembangkan Puskesmas sesuai Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan sesuai situasi dan kondisi daerah tingkat I dan II. Konsekuensi dari undang-undang tersebut ialah terjadinya perubahan struktur organisasi kesehatan serta tugas pokok yang menunjukkan kepentingan daerah tingkat I dan II yang lebih dominan, hal ini dapat menimbulkan perbedaan penentuan skala prioritas upaya peningkatan pelayanan kesehatan di tiap daerah, dengan catatan setiap kebijakan tetap mengacu pada Renstra Kesehatan Nasional. Disamping itu daerah tingkat II dituntut untuk melakukan akselerasi di semua sektor penunjanng upaya pelayanan kesehatan. Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, serta pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan medik dasar individu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh, meliputi: pelayanan promotif (upaya edukasi peningkatan kesehatan), pelayanan preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Keempat jenis pelayanan dasar tersebut bersifat integratif, baik personal maupun program melalui UPK (Upaya Pokok Kesehatan). Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan setiap kegiatan tertata rapi dan memiliki kejelasan spesifikasi tugas dan sasaran serta hasil masingmasing program. Fungsi Puskesmas tersebut diwujudkan dalam upaya Puskesmas yang terdiri dari Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya kesehatan wajib puskesmas atau Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) terdiri dari 6 kegiatan pokok/Basic Sixyakni (1) Promosi Kesehatan, (2) Kesehatan Lingkungan, (3) Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KIA dan KB), (4) Peningkatan Gizi, (5) Penanggulangan Penyakit Menular/P2M dan (6) Pengobatan Dasar. Sedangkan Upaya
4
Kesehatan Pengembangan yaitu upaya kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan yang ada dan disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan ditetapkan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui perwakilan masyarakat dalam bentuk Badan Penyantun Puskesmas/Konsil Kesehatan Kecamatan. Upaya laboratorium (medis dan kesehatan masyarakat) dan upaya pencatatan-pelaporan tidak termasuk pilihan karena merupakan pelayanan penunjang dari setiap Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas. Adapun perawatan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari berbagai upaya pelayanan yang ada, sehingga diharapkan pelayanan Puskesmas bersifat menyeluruh. Kecamatan Palaran merupakan salah satu kecamatan di Samarinda yang memiliki sebuah puskesmas induk. Puskesmas Palaran ialah Puskesmas pertama yang didirikan di Kalimantan Timur. Saat ini Puskesmas Palaran dilengkapi dengan fasilitas rawat inap sebagai pengembangan Puskesmas Induk Palaran yang telah diresmikan sejak 21 Januari 2004. Puskesmas Palaran berhasil tidak hanya dalam pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan pokok tetapi juga dalam beberapa program pengembangan. UPK sangat penting dalam menunjang keberhasilan peran Puskesmas bagi masyarakat. Oleh karena itu UPK harus diketahui dan dipahami agar peran dan fungsi Puskesmas dapat dilaksanakan dengan baik. Pembuatan makalah ini bertujuan memberikan informasi mengenai UPK Puskesmas, khususnya UPK di Puskesmas Palaran.
5
BAB II PROFIL PUSKESMAS PALARAN
2.1
Visi, Misi, Strategi, Nilai dan Motto
2.1.1 Visi Mewujudkan kecamatan palaran sehat, mandiri dan sejahtera dengan pelayanan kesehatan bermutu, terjangkau dan berkeadilan.
2.1.2 Misi Dalam mencapai visinya, Puskesmas Palaran mempunyai misi, antara lain: a. Mewujudkan masyarakat kecamatan palaran hidup bersih sehat melalui keluarga sehat mandiri. b. Penyelenggaraan puskesmas perawatan melalui manajemen mutu dan akuntanbilitas. c. Memelihara mutu dan kesetaraan pelayanan. d. Menggerakan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan lintas sektor.
2.1.3 Strategi Strategi yang dijalankan oleh Puskesmas Palaran adalah: a. Meningkatkan promosi kesehatan. b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. c. Meningkatkan kesejahteraan pegawai. d. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor. e. Meningkatkan sarana dan prasarana. f. Disiplin dan bekerja sama. g. Meningkatkan kinerja pegawai. h. Menjalin komunikasi yang baik. i. Meningkatkan pelayanan kesehatan puskesmas
6
2.1.4 Nilai Nilai-nilai Puskesmas Palaran adalah ”CINTA PALARAN”, ”5S” dan ”C+U”: a. CINTA PALARAN (Cermat, Iman, Norma, Transparan, Akurat, Profesional, Amanah, Loyalitas, Adil, Ramah tamah, Aman, Nyaman) b. 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun) c. C+U = Care, Comitment, Consistent, Continous, Charity, Competence, dan Unforgetable
2.1.5 Motto Motto Puskesmas Palaran adalah ”Kesehatan Anda Tujuan Kami, Kepuasan Anda Kebanggaan Kami.” Puskesmas Palaran juga mempunyai Kebijakan dan Kesepakatan, yaitu : a. Kebijakan 1. Pelayanan lansia diutamakan a) Pendirian posyandu lansia. b) Mendahulukan pasien lansia. c) Pemeriksaan gula darah gratis satu kali per bulan bagi penderita DM (puskesmas induk). 2. Pelayanan ibu hamil dan menyusui diutamakan a) Pemeriksaan golongan darah gratis bagi setiap ibu hamil (ktp palaran, punya kartu asmara). b) Pemeriksaan
hemoglobin (Hb) yang gratis bagi ibu hamil
(puskesmas induk dan rawat inap). 3. Laboratorium a) Tidak boleh ikut posyandu. b) Membuat register setiap pemeriksaan. c) Register terpisah untuk lansia dan ibu hamil. 4. Minilokakarya per bulan dilakukan setelah awal bulan atau setelah minggu I.
7
5. Minilokakarya triwulan : evaluasi data 3 bulan terakhir, diskusi masalah yang dihadapi dan penentuan solusi. 6. Minilokakarya tahunan : evaluasi kegiatan tahunan, analisa permasalahan, pemilihan strategi solusi. 7. Pembuatan SK petugas pelaksana kegiatan. 8. Setiap kelapangan harus selalu membawa surat tugas. 9. Setiap kegiatan,petugas mempersiapkan kelengkapan administrasi dan menyerahkan kembali ke ruangan pk, map kegiatan terlaksana, mengisi bukti serah terima laporan. b. Kesepakatan 1.
Kerjasama tim selalu dijunjung tinggi.
2.
Konsisten terhadap keputusan bersama.
3.
Reward bagi petugas dengan cakupan program baik dengan mutu baik (absensi baik, tepat waktu, ijin tidak lebih dari 1 kali per bulan).
4.
Ada kasus xeropthalmia, register pemberian vitamin A harus di pantau.
5.
Kantong bumil per wilayah kerja bidan, pusban, puskesmas induk harus di mutahirkan datanya per bulan.
6.
Komitmen terhadap peningkatan mutu melalui penerapan pasien safety.
7.
Rapat harus diselesaikan dan dituntaskan agar pekerjaan yang lain dapat dilaksanakan.
8.
KIA sibuk hari senin dan rabu
9.
Rapat lebih efisiensi dalam artian tepat waktu.
10. Tanggal 1-3 dan 30 tidak boleh rapat karena pembuatan laporan. 11. Rapat tidak harus menunggu Kepala Puskesmas. 12. Jam kerja 7.30 - 14.30 wita. 13. Koordinator program gigi dari drg. Dame Rimaulli, S diganti dengan drg. Komang Ayu Indah Ardhani 14. Koordinator Promkes dari Fauji Triyono diganti dr. Fitria Wulandari kemudian digantikan oleh Nia Purwita SKM 15. Koordinator Malaria oleh Arif Rahman
8
16. Jam 08.00 sudah menuju ke lapangan dan tidak ada di Puskesmas. 17. Jadwal kepanitiaan rapat disusun dalam 1 bulan berturut-turut. 18. Ada yang kordinir pada pembagian jadwal penjaga poli. 19. Pergantian petugas diluar gedung dan di dalam gedung 20. Absen / ijin keluar dari jam kerja dikenakan sanksi / administrasi. 21. Waktu rapat harus serius 22. Kepanitian harus jelas (moderator, notulen, snack, pengingat waktu dll) 23. Minimal rapat dalam 1 minggu dibacakan pada waktu apel 24. Koordinator kelas ibu diganti dari ibu Yunartin menjadi Indra Wahyuni 25. Indra Wahyuni di tetapkan dari Lapangan ke Poli KIA 26. Notulen rapat terdiri dari : Moderator Notulen Pemateri Waktu pelaksanaan Materi yang dibahas Siapa yang diundang resume 27. Apel hari senin diwajibkan SEMUA datang tepat waktu
2.2 KEADAAN UMUM
2.2.1 Gambaran Umum Demografi dan Geografi Kecamatan Palaran adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Samarinda, yang berdasarkan PP No.21 Tahun 1987 terdiri atas 5 Kelurahan, yaitu Kelurahan Rawa Makmur, Bukuan, Simpang Pasir, Bantuas dan Handil Bakti. Batas wilayah Kecamatan Palaran meliputi: a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Mahakam.
b.
Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Mahakam.
9
c.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sanga-Sanga Kabupaten Kutai Kartanegara.
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Samarinda Seberang. Luas wilayah kecamatan Palaran 15.572 Km2 yang dihuni oleh sekitar
46.601 jiwa terdiri dari laki-laki 24.461 jiwa dan perempuan sebanyak 22.140 jiwa yang tersebar di lima kelurahan. Kepadatan penduduk 1.818 Jiwa/km2. Adapun jumlah kepala keluarga sebanyak 13.795 KK dengan adanya peningkatan jumlah RT menjadi 162 RT(Sumber:Monografi Kecamatan Palaran Tahun 2011).
Kecamatan Palaran merupakan salah satu daerah sentra industri yang bergerak di bidang pertambangan dan industri lainnya. Di samping itu, Palaran merupakan area pertanian dan perkebunan yang cukup potensial, ditinjau dari luasnya areal pertanian dan perkebunan. Namun karena berbagai kendala teknis dan kondisi alam, maka potensi tersebut belum tergarap secara optimal. Untuk itu pada masa yang akan datang, diharapkan berbagai potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Di Palaran telah dibangun pelabuhan Peti Kemas, kemudian dilanjutkan dengan Pembangunan Jembatan Mahkota II yang sedang berlangsung. Diharapkan dengan pembangunan sarana tersebut dapat meningkatkan perekonomian di Palaran.
10
U KEL. KP BAQA KEL. SEI KELEDANG
KEL. MASJID
KEL. RAPAK DALAM
S
KEL. H. BARU
PKM Palaran
KEL. SENGKOTEK
KEL. SIMPANG PASIR
KEL. SIMPANG TIGA
KEL. RAWA MAKMUR
KEL. BUKUA N
KEL. LOA JANAN ILIR
KEL. HANDIL BAKTI KEL. BANTUAS
Ket : Skala 1 : 750.000 Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Palaran
2.2.2 Sejarah Singkat berdirinya Palaran Pada mulanya Palaran adalah daerah transmigrasi tahun 1953-1954 yang terpusat di kelurahan Rawa Makmur, kemudian disusul oleh transmigrasi spontan di Kelurahan Bukuan dan Simpang Pasir pada tahun 1970-an kemudian transmigrasi ke daerah Bantuas. Dengan
berjalannya
waktu
dan
berdirinya
Industri,
maka
berkembang pula jumlah penduduk dan menyebar ke seluruh wilayah Palaran. 2.2.3 Sejarah Singkat berdirinya Puskesmas Palaran Pada tahun 1968 di Kecamatan Palaran Kelurahan Rawa Makmur sebelum berdirinya Puskesmas Palaran telah berdiri sebuah Balai Pengobatan Transmigrasi yang terletak di depan Puskesmas Palaran yang sekarang atau berlokasi di TK
Kenari, dua tahun kemudian berdirilah
11
Puskesmas Palaran yaitu pada tahun 1970 dan petugas pertama H.A. Sjahran & Hj.Noor Anisah (1968). Pimpro bangunan Puskesmas Palaran adalah dr. Helmi Jafar dan Pelaksana harian : dr. Widianto. Bentuk awal bangunan Puskesmas Palaran kayu atap sirap dilengkapi bangsal perawatan dengan 20 tempat tidur dan dibiayai oleh UNICEF beroperasi sejak tahun 1972 dan beroperasi lagi sekitar awal tahun 1980-an karena tidak ada biaya operasional. Pada tahun 1992 dilakukan renovasi dibagian belakang menjadi bangunan tembok. Tahun 2002 dikembangkanlah menjadi Puskesmas Unit Rawat Inap Palaran dan selesai dibangun pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2004 rencana pembangunan Puskesmas Unit Rawat Inap Palaran tahap 2 namun baru terealisasi pada tahun 2008. Adapun Nama-nama Pimpinan Puskesmas yang pernah dan sedang bertugas di Puskesmas Palaran adalah sebagai berikut : a. dr. Tumpak Sinaga b. dr. Aida c. dr. Handoyo d. dr. Bambang Indra Aschartca e. dr. Taufik Chalsun f. dr. Madi Heru L g. dr. Hatmoko h. dr. Yetty Semiarti i. dr. Hatmoko j. dr. Hj. Syarifah Rahimah, M.Kes k. dr. Sri Asih l. Veronika Hinum, SKM, MM
2.2.4 Gambaran Umum Sarana Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Palaran saat ini terdiri dari : Puskesmas induk : 1 buah Rawat inap
: 1 unit
Puskesmas pembantu (pusban)
:
7 unit
12
(Pusban Bukuan, Pusban Balik Buaya,
Pusban Bantuas Kota, Pusban
Bantuas Darat, Pusban Handil Bakti, Pusban Gotong Royong dan Pusban Simpang Pasir).
Gambar 2. Puskesmas Palaran
Gambar 3. Puskesmas Palaran (Tampak Depan)
13
Gambar 4. Puskesmas Palaran (Balai Pengobatan)
Gambar 5. Puskesmas Palaran (IGD & Unit Rawat Inap) Jumlah posyandu anak yang ada di Kecamatan Palaran mencapai 38 posyandu yang tersebar di 5 kelurahan, yaitu: 1. Posyandu di Rawa Makmur : 16 buah. 2. Posyandu di Bukuan
: 10 buah.
3. Posyandu di Simpang Pasir
: 4 buah.
4. Posyandu di Handil Bakti
: 5 buah.
5. Posyandu di Bantuas
: 3 buah.
14
Selain itu, terdapat pula fasilitas kesehatan lainnya seperti klinik swasta atau balai pengobatan swasta dan adanya desa siaga di setiap kelurahan, serta Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) di 3 kelurahan, yaitu kelurahan Bantuas, Bukuan dan Handil Bakti.
2.2.3 Data Pegawai Puskesmas Palaran Dokter umum
: 8 orang.
Dokter gigi
: 1 orang.
Ahli kesehatan masyarakat
: 2 orang.
Sanitarian
: 3 orang.
Perawat
: 24 orang.
Bidan
: 24 orang.
Perawat gigi
: 2 orang.
Analis
: 4 orang.
Ahli Gizi
: 3 orang.
Apoteker
: 2 orang.
Asisten apoteker
: 3 orang.
Pembantu Apotik
: 1 orang.
Tata usaha
: 5 orang.
Pekarya Kesehatan
: 3 orang.
Security
: 1 orang.
Wakar
: 1 orang.
Tukang Kebun
: 2 orang.
Cleaning Service
: 12 orang.
Loundry
: 2 orang.
Supir
: 1 orang.
Penjaga Koperasi
: 1 orang.
Total tenaga kerja
: 102 orang.
15
2.3 UPK WAJIB PUSKESMAS PALARAN 2.3.1 Promosi Kesehatan Tujuan UPK promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan merubah paradigma di masyarakat yang semula berparadigma sakit menjadi paradigma sehat. Hasil dari pencapaian kegiatan PENJAMAS bulan Januari – Desember tahun 2012, pencapaian komponen kegiatan upaya promosi kesehatan sekitar 72,67%. Adapun pokok kegiatan UPK Promosi Kesehatan di Puskesmas Palaran :
2.3.1.1 Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Sasaran dari kegiatan ini meliputi rumah tangga, institusi pendidikan (sekolah), institusi sarana kesehatan, institusi TTU (Tempat-Tempat Umum,) dan institusi tempat kerja. Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penyuluhan secara langsung dapat dilakukan dengan mengumpulkan massa pada institusi masing-masing ataupun dilakukan bersamaan dengan kegiatan lainnya, seperti pembinaan / penjaringan kesehatan di institusi pendidikan, posyandu dan sebagainya. Penyuluhan secara tidak langsung dilakukan melalui pembagian pamflet yang berisi tentang informasi kesehatan.
2.3.1.1.1 PHBS rumah tangga PHBS di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar dapat mengetahui, memiliki kemauan dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang semua anggota keluarganya berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu merupakan komposit 7 dari 10 indikator : 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Merupakan tindakan yang dilakukan bidan / nakes lainnya dalam proses lahirnya janin dari kandungan ke dunia luar dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya plasenta.
16
2. Balita diberi ASI eksklusif Merupakan proporsi bayi usia 0-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir. 3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan Merupakan penduduk semua umur yang tercakup berbagai jenis pembiayaan
praupaya
seperti
ASKES,
JAMSOSTEK,
asuransi
perusahaan, dana sehat, kartu sehat dan lain-lain. 4. Tidak merokok adalah penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir. 5. Melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah penduduk 10 tahun ke atas dalam seminggu terakhir melakukan aktivitas fisik sedang atau berat minimal 30 menit setiap hari. 6. Makan sayur dan buah setiap hari adalah penduduk 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 2 porsi sayuran dan 2 porsi buah buahan dalam seminggu terakhir. 7. Tersedia air bersih. Rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang memakai sehari-hari kebutuhan air minum yang, meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah. 8. Tersedianya jamban adalah rumah tangga menggunakan jamban dengan septic tank atau lubang penampungan sebagai pembuangan akhir. 9. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni adalah lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni rumah (2,5 m2 / orang). 10. Lantai rumah bukan dari tanah adalah bagian bawah / dasar / alas suatu ruangan terbuat dari semen, papan dan ubin. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember 2012, untuk program penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah tangga diperoleh hasil sebagai berikut :
17
Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
450 rumah
Target
293 rumah (65 %)
Pencapaian
317 rumah (70,44%)
Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan program tersebut, pada program ini telah mencapai 70,44 %. Adapun salah satu usaha yang dapat dilakukan guna meningkatkan program ini adalah perlu adanya inovasi dalam melakukan kegiatan tersebut, sehingga lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membentuk perilaku sehat dan bersih. Contoh : memberikan penghargaan pada rumah yang telah memenuhi kriteria rumah tangga sehat. 2.3.1.1.2 PHBS institusi pendidikan PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah, yaitu : 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun. 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah. 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat. 4. Olahraga yang teratur dan terukur. 5. Memberantas jentik nyamuk. 6. Tidak merokok di sekolah. 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan. 8. Membuang sampah pada tempatnya. Merupakan penyuluhan kesehatan yang dilakukan di sekolah-sekolah, juga dilakukan pembagian kuesioner pada tiap sekolah. Kemudian dari hasil kuesioner tersebut bisa terlihat masalah tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada sekolah tersebut. 18
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember 2012, untuk program penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada institusi pendidikan diperoleh hasil sebagai berikut : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
75 sekolah
Pencapaian
69 (92%)
Kendala dari program ini adalah waktu yang tidak sesuai dengan pihak sekolah, jumlah petugas yang bertanggung jawab atas program ini masih terbatas dan kurangnya koordinasi antara sesama petugas untuk menjalankan program yang telah ditetapkan bersama.
2.3.1.1.3 PHBS institusi sarana kesehatan PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di institusi kesehatan, yaitu : 1. Menggunakan air bersih. 2. Menggunakan jamban. 3. Membuang sampah pada tempatnya. 4. Tidak merokok di institusi kesehatan. 5. Tidak meludah sembarangan. 6. Memberantas jentik nyamuk. PHBS institusi sarana kesehatan ini dilakukan di 8 sarana kesehatan yang terdiri dari 1 puskesmas induk dan 7 puskesmas pembantu. Kegiatan ini dilakukan melalui pembagian kuesioner pada 8 sarana kesehatan. Kemudian dari hasil kuesioner tersebut bisa terlihat masalah tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada sarana kesehatan tersebut.
19
Berdasarkan data Puskesmas Januari – Desember 2012, untuk program penyuluh perilaku
hidup bersih dan sehat pada institusi sarana
kesehatan diperoleh hasil sebagai berikut: Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
8 lokasi
Pencapaian
8 (100%)
2.3.1.1.4 PHBS tempat-tempat umum PHBS
di
tempat-tempat
umum
merupakan
upaya
untuk
memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar mengtahui, memiliki kemauan dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat - tempat umum yang sehat. Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah / swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di tempat - tempat umum yaitu : 1. Menggunakan air bersih. 2. Menggunakan jamban. 3. Membuang sampah pada tempatnya. 4. Tidak merokok di tempat umum. 5. Tidak meludah sembarangan. 6. Memberantas jentik nyamuk.
Kegiatan ini dilakukan melalui pembagian kuesioner pada tempattempat umum yang tersebar di 5 kelurahan. Kemudian dari hasil kuesioner tersebut bisa terlihat masalah tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada tempat-tempat umum tersebut. PHBS institusi tempat-tempat umum ini dilakukan di lima kelurahan. Tempat umum di Palaran terdiri dari 13 buah masjid / langgar dan gereja, serta pasar sebanyak 3 buah.
20
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember 2012, untuk program penyuluh perilaku hidup bersih dan sehat pada tempat-tempat umum diperoleh hasil sebagai berikut : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
5 lokasi
Pencapaian
5 lokasi (100%)
Kendala yang dihadapi pada program ini adalah sulitnya perijinan untuk mengadakan kegiatan di institusi tersebut, sehingga diharapkan lebih mampu untuk menjalin kerjasama yang baik dengan tempat-tempat umum seperti pasar dan masjid.
2.3.1.1.5 PHBS tempat-tempat kerja PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar
dapat
mengetahui,
memiliki
kemauan
dan
mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat kerja, antara lain : 1. Tidak merokok di tempat kerja. 2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja. 3. Melakukan olahraga secara teratur / aktifitas fisik. 4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil. 5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja. 6. Menggunakan air bersih. 7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar. 8. Membuang sampah pada tempatnya. 9. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
PHBS institusi tempat kerja ditargetkan dilakukan di 10 tempat institusi. Namun, berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember
21
2012, untuk program penyuluh perilaku hidup bersih dan sehat pada tempattempat kerja belum terlaksana. Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
10 institusi
Pencapaian
0 institusi (0%)
Kendala yang dihadapi pada program ini adalah dikarenakan sulitnya perijinan untuk mengadakan kegiatan di institusi tersebut, sehingga perlu adanya kerjasama yang baik dengan tempat-tempat kerja.
2.3.1.2 Bayi mendapat ASI eksklusif ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
ASI
eksklusif.
Berdasarkan data Januari – Desember 2012, untuk program bayi mendapat ASI eksklusif telah terlaksana dengan baik pada bulan Januari - Desember 2012. Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
427 bayi
Target
342 bayi (80%)
Pencapaian
474 bayi (111%)
Kesadaran ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya tergolong baik. Adapun saran pada kegiatan ini antara lain: 1) Perlu dipertahankan keaktifan tenaga kesehatan dan
kader posyandu dalam mengisi tabel pemberian ASI
ekslusif yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). 2) Tetap memberikan informasi tentang pentingnya ASI eksklusif, cara menyusui yang benar dan cara menyimpan ASI baik berupa penyuluhan atau pamflet.
22
2.3.1.3 Mendorong Terbentuknya Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Posyandu merupakan sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat. Posyandu adalah wadah kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat memperoleh pelayananan kesehatan, serta sebagai sarana komunikasi antara masyarakat dan petugas kesehatan tentang masalah kesehatan. Pelayanan terpadu bertujuan memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena bisa mendapatkan pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu memiliki beberapa tingkatan yaitu : 1. Posyandu pratama Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin, serta jumlah kader sangat terbatas, yakni kurang 5 orang. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember 2012, target posyandu pratama sebanyak 6 posyandu
sedangkan jumlah posyandu yang memenuhi kriteria posyandu pratama sebanyak 2 posyandu. 2. Posyandu madya Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatannya masih rendah yakni kurang dari 50%. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari–Desember 2012, target posyandu madya sebanyak 1 posyandu sedangkan jumlah posyandu yang memenuhi kriteria posyandu madya sebanyak 1 posyandu. 3. Posyandu purnama Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan lebih dari 8 kali per tahun dengan jumlah kader 5 orang atau lebih dan cakupan kegiatan lebih dari 50% kecuali cakupan dana sehat. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember 2012, target posyandu purnama
23
sebanyak 29 posyandu dan jumlah posyandu yang memenuhi kriteria posyandu purnama juga sebanyak 29 posyandu. 4. Posyandu mandiri Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan lebih dari 8 kali per tahun dengan jumlah kader sebanyak 5 atau lebih, cakupan kelima kegiatan lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50 % KK. Posyandu mandiri juga sudah memiliki bangunan tetap. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember 2012, target posyandu mandiri sebanyak 2 posyandu sedangkan jumlah posyandu yang memenuhi kriteria posyandu mandiri hanya 1 posyandu saja Bentuk posyandu yaitu posyandu madya, purnama, mandiri dan pratama. Indikator dari masing-masing posyandu ini adalah :
No
Indikator
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
1.
Frekuensi penimbangan
<8
>8
>8
>8
2.
Rerata kader tugas
<5
>5
>5
>5
3.
Cakupan D/S
< 50 %
< 50 %
> 50 %
> 50 %
4.
Cakupan KK
< 50 %
< 50 %
> 50 %
>50 %
5.
Cakupan KB
< 50 %
< 50 %
> 50 %
> 50 %
6.
Cakupan imunisasi
< 50 %
< 50 %
> 50 %
> 50 %
7.
Program tambahan
-
-ln
+
+
8.
Cakupan dana sehat
< 50 %
< 50 %
< 50 %
> 50 %
Berdasarkan data Januari – Desember 2012, untuk program UKBM diperoleh hasil sebagai berikut : Pratama Sasaran Pencapaian
Madya
Purnama
Mandiri
6
1
29
2
2 (31,25%)
1 (100%)
28 (96,55%)
1(64,52%)
24
2.3.1.4 Penyuluhan Napza Program ini dilaksanakan pada bulan Januari - Desember dan mengambil tempat di tiga sekolah di Kecamatan Palaran, yaitu di lakukan di SMKN 11, SMKN 19, dan SMAN 6 dengan diperoleh pencapaian sebesar 100%. 2.3.2 Kesehatan Lingkungan Berdasarkan data PENJAMAS bulan Januari-Desember 2012 cakupannya mencapai 98,18%. Program Kesehatan Lingkungan adalah sebagai berikut : 2.3.2.1 Penyehatan Air Kegiatan berupa inspeksi sanitasi sarana air bersih. Program ini dilaksanakan 2 kali dalam setahun. Pelaksanaan program ini ialah dengan melakukan peninjauan sarana air bersih yang dimiliki warga, lalu membagikan kuisioner untuk menentukan tingkat pencemaran sarana air bersih yang dimiliki warga dan kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penyuluhan. Selain itu pada tempat-tempat yang berpotensial banyak digunakan oleh masyarakat dilakukan pemeriksaan kimia berupa pH dan Fe, serta pemeriksaan bakteriologi untuk mendukung ketercapaian dan ketersediaan sarana air bersih di masyarakat. Pemeriksaan di PDAM dilakukan perbulan. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012 didapatkan data inspeksi sanitasi sarana air bersih : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
165 sarana
Target
132 sarana (80%)
Pencapaian
143 sarana (86,67%)
Dari data tersebut, didapatkan pencapaian sebesar 86,67%. Sejauh ini tidak ada hambatan dalam pelaksanaan program ini, yang perlu ditingkatkan ialah kerja sama antar lintas sektor, seperti tim surveilence untuk mengetahui daerah yang masyarakatnya banyak menderita penyakit yang disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sehat terutama air yang tidak bersih, sehingga daerah
25
tersebut bisa menjadi prioritas untuk lebih diperhatikan dan dilakukan pembinaan mengenai air bersih. 2.3.2.2 Higiene dan sanitasi makanan dan minuman. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan peninjauan tempat pengolahan makanan diikuti pembagian kuisoner dan kemudian ditindak lanjuti dengan melakukan penyuluhan agar tempat pengolahan makanan terjamin aman dan sehat. Kegiatan ini dilakukan 2 kali dalam setahun. Masyarakat juga dianjurkan untuk membuat surat izin layak sehat higiene sanitasi untuk rumah makan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari- Desember 2012 didapatkan data inspeksi sanitasi tempat pengolahan makanan : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
40 sarana
Target
32 sarana (80%)
Pencapaian
46 sarana (115%)
Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan program ini. Adapun saran dari program ini adalah perlu evaluasi terhadap hasil yang diperoleh dari pembagian kuesioner tersebut dengan pihak DKK, sehingga program ini bisa berjalan semaksimal mungkin untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat palaran. Data diatas menunjukkan bahwa program telah terlaksana. Saran untuk kegiatan ini hendaknya pembinaan dilakukan diluar pelaksanaan inspeksi sanitasi, sehingga tempat-tempat pengolahan makanan dapat berjalan dengan memenuhi syarat higiene dan sanitasi. 2.3.2.3 Penyehatan tempat pembuangan sementara dan tempat pembuangan akhir Kegiatan berupa inspeksi sanitasi sarana pembuangan sampah. Kegiatan dilakukan 2 kali per tahun di 2 tempat yaitu Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir. Berdasarkan data Puskesmas bulan
Januari-Desember 2012 diperoleh
sebagai berikut :
26
Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
2 sarana
Pencapaian
3 sarana (150%)
Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti. Namun program yang telah ada perlu dipertahankan dan perlunya kerjasama dengan beberapa bidang terkait seperti Dinas Kebersihan daerah setempat untuk menunjang upaya kesehatan ini. 2.3.2.4 Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan lingkungan dan perumahan yang meliputi pengawasan terhadap jamban, tempat sampah, kandang ternak, dan saluran limbah di setiap KK yang terdaftar. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari-Desember 2012 diperoleh sebagai berikut : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
380 sarana
Target
304 sarana (80%)
Pencapaian
339 sarana (89,21%)
Kegiatan ini dilaksanakan sekali dalam setahun dan sejauh ini tidak ditemui adanya kendala yang berarti. Saran kami, perlu adanya pelatihan mengenai pengolahan sampah dan limbah rumah tangga serta rumah produksi seperti peternak serta melibatkan kerjasama dengan pihak yang dapat terkait dalam pengolahan limbah ini seperti dinas pertanian guna memajukan upaya kesehatan ini. 2.3.2.5 Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, serta memenuhi akses sanitasi dasar, meliputi air, jamban, limbah dan sampah, melaksanakan pengendalian vektor, higiene sanitasi makanan dan minuman, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria persyaratan standar kesehatan. Kegiatan dilakukan sebanyak 2 kali per tahun ditempat-tempat umum, seperti
27
pasar, salon, masjid dan hotel. Kegiatan ini berupa inspeksi sanitasi tempattempat umum dan sanitasi tempat umum yang memenuhi syarat. Berdasarkan data bulan Januari- Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut : Inspeksi sanitasi tempat-tempat umum Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
55 sarana
Target
39 sarana (70%)
Pencapaian
56 sarana (101,82%)
Sanitasi tempat umum yang memenuhi syarat Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
55 sarana
Target
44 sarana (80%)
Pencapaian
50 sarana (90,91%)
Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012 diperoleh dari 55 sarana target, didapatkan pencapaian sebesar 101,82% dari target sasaran per tahun pada inspeksi sanitasi tempat-tempat umum sedangkan sanitasi umum yang memenuhi syarat dari 55 sarana target didapatkan pencapaian sebesar 90,91% dari target sasaran pertahun. Kendala yang dihadapi, antara lain luasnya wilayah cakupan serta sulitnya sarana mencapai daerah-daerah yang jauh sehingga evaluasi tidak berjalan dengan baik disarankan untuk melakukan evaluasi dan kerjasama dengan bidang terkait seperti dinas kebersihan daerah setempat untuk membantu pengawasan, serta pelaksanaan dari upaya tersebut. Selain itu, untuk efisiensi kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat dipertimbangkan untuk menggabungkan kegiatan dengan upaya kesehatan lain seperti promosi kesehatan. 2.3.2.6 Pengamanan tempat pengelolaan pestisida Program ini bertujuan untuk menciptakan tempat pengolahan pestisida yang aman. Kegiatan ini dilaksanakan sekali dalam setahun dengan pada tempat dan 28
pemilik pengolahan pestisida setempat. Adapun kegiatannya, meliputi inspeksi sanitasi tempat pengolahan pestisida dan pembinaan
tempat pengolahan
pestisida Dari data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012 didapatkan pencapaian sebesar 90% dari 10 sasaran per tahun. Namun dalam pelaksanaan program ini disarankan melibatkan kegiatan promosi kesehatan serta pelaksanaannya dilakukan bersamaan kegiatan penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah. 2.3.2.7 Pengendalian vektor Pengendalian vektor adalah kegiatan yang dilaksanakan mulai dari pengukuran dan pengendalian populasi vektor. Pengukuran adalah mengukur angka bebas jentik nyamuk penular (vektor) yang ditemukan di rumah, bangunan, sekolah, kantor, tempat umum, gudang, dan tempat penampungan air lainnya yaitu bak mandi, tempayan dan plastik-plastik, kaleng bekas, ban bekas, dan tempat air lainnya. Pengendalian populasi adalah kegiatan operasional pemberantasan vektor secara kimiawi ataupun biologi berdasarkan dengan data pengukuran yang dilaksanakan. Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari- Desember 2012 diperoleh pencapaian sebesar 60% dari 5 sasaran pertahun dengan target 95%. Kendala utama yang ditemui dalam program ini ialah kurang lengkapnya data alamat yang diperoleh dari data penyakit yang berkaitan sehingga sulit untuk pelacakan tempat potensial secara tepat. Disarankan untuk lebih tersistematisnya pendataan sumber informasi guna penentuan lokasi potensial serta perlunya kerjasama kegiatan ini dilaksanakan bersama promosi kesehatan serta melibatkan tokohtokoh terkemuka di masyarakat guna menunjang upaya kesehatan ini.
2.3.3 Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana 2.3.3.1 Kesehatan Ibu Salah satu program KK ini dilaksanakan melalui pelayanan, oleh petugas kesehatan (bidan) di puskesmas dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala dan terjadwal sehingga dapat diketahui kesehatan ibu serta
29
perkembangan dan kesehatan janin dalam kandungan. Proses yang dilakukan dapat berupa penjadwalan pemeriksaan dan mengevaluasi kunjungan dari ibu hamil, mulai dari kunjungan pertama hingga kunjungan keempat (K1 hingga K4), sehingga hasil yang didapatkan diupayakan sesuai dengan tujuan Setiap data ibu hamil di dimasukkan sesuai dengan bulan taksiran persalinan. Sedangkan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dimasukkan pada kantong resiko tinggi sehingga mendapat perhatian. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan. Pertolongan persalinan dilakukan oleh dokter, bidan atau petugas kesehatan lainnya yang telah memperoleh pelatihan tehnis pertolongan kepada ibu bersalin yang dilakukan sesuai dengan pedoman dan prosedur teknis yang telah ditetapkan. Istilah K1 atau kunjungan pertama ibu hamil pada dasarnya satu paket dengan istilah K4 atau kunjungan keempat ibu hamil. Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal care (ANC) sesuai dengan standar 5T dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali. Standar 5 T yang dimaksud adalah: Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus Pemberian imunisasi TT Pemberian tablet besi Adapun jenis kegiatannya, meliputi :
30
2.3.3.1.1 Pelayanan kesehatan Ibu Hamil (Bumil) sesuai standar untuk kunjungan lengkap Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari – Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut : Sasaran
1174 bumil
Target
1116 bumil (95%)
Pencapaian
1198 bumil (102,04%)
Berdasarkan indikator pencapaian minimal bernilai 95% pertahun dan pada tahun 2012 didapatkan hasil 102,4% maka program ini telah mencapai target.
2.3.3.1.2 Kesenjangan K4-K1 Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut : Perkiraan Target
1174 bumil <118 bumil (<10%)
Pencapaian
279 (23,76%)
Berdasarkan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas, angka drop out pelayanan ANC (K1-K4) sebesar 23,76%. Angka tersebut didapatkan dari penurunan jumlah kunjungan bumil yakni pada K1 sebesar 1477 bumil (125,8%) dibandingkan dengan kunjungan K4 sebesar 1198 bumil (102,04%). Standar pelayanan minimal drop out K4-K1 dalam 1 tahun ialah <10%, jadi angka pencapaian drop out K4-K1 dari Januari - Desember 2012 belum mencapai standar pelayanan minimal.. Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan hal ini, diantaranya; ibu hamil yang tidak melanjutkan kembali kunjungan setelah kunjungan pertama (dari data pelacakkan didapatkan keterangan bahwa ibu hamil tersebut telah berpindah tempat tinggal), atau ibu hamil berpindah tempat dalam melaksanakan ANC (ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan atau ke rumah sakit), beberapa bidan tidak aktif melaporkan sehingga data dari
31
kunjungan pertama hingga keempat kurang, dan beberapa ibu hamil tidak terlacak dikarenakan sebagai pendatang sehingga tidak terdaftar sebagai warga/ penduduk palaran.
2.3.3.1.3. Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai standar Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari-Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut : Sasaran
1122 ibu bersalin
Target
1010 ibu bersalin (90%)
Pencapaian Berdasarkan
949 ibu bersalin (84,58%) standar
pencapaian
minimal
pelayanan
kesehatan
Puskesmas, persalinan oleh tenaga kesehatan dalam 1 tahun ialah 90 %, sedangkan tiap triwulan adalah 22,5%. Sedangkan yang tercapai pada tahun ini sebesar 84,58% maka untuk tahun 2012 masih belum mencapai target yang diharapkan.
2.3.3.1.4 Pelayanan nifas lengkap (ibu dan neonatus) sesuai standar Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari - Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut: Sasaran
1122 ibu bersalin
Target
1010 ibu bersalin (90%)
Pencapaian
879 (78,34%)
Berdasarkan indikator pencapaian minimal, program ini bernilai 90% per tahun, Sedangkan yang tercapai pada tahun ini sebesar 78,34% maka untuk tahun 2012 masih belum mencapai target yang diharapkan.
2.3.3.1.5 Pelayanan dan atau rujukan ibu hamil risiko tinggi / komplikasi Berdasarkan data Puskesmas bulan Januari-Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut :
32
Sasaran
235 bumil
Target
188 bumil (80%)
Pencapaian
209 bumil (89,01 %)
Hasil data diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang berisiko tinggi pada tahun 2012 sebesar 89,01%. Jika dibandingkan angka cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (dalam artian dilakukan rujukan pada ibu hamil risti) secara nasional yaitu 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kasus ibu hamil risti yang diberikan rujukan untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut telah mencapai target dan mungkin telah dideteksi lebih dini. Besarnya angka ini juga menunjukkan tingginya angka ibu hamil dengan risti di wilayah Palaran, sehingga perlu adanya pengawasan dan evaluasi agar jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi tidak bertambah. Juga dibutuhkan kemampuan PONED (Pelayanan Emergensi Dasar)
Obstetrik dan
Neonatal
para tenaga kesehatan yang baik dalam mendeteksi,
penanganan awal, dan rujukan yang tepat pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu dalam masa nifas yang berisiko tinggi. 2.3.3.2 Kesehatan Bayi Tujuan dari program ini adalah mengurangi angka morbiditas dan mortalitas neonatus resiko tinggi/ bayi dengan BBLR. Program ini dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang berkompeten, yang disampaikan melalui penyuluhan kesehatan, PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan pemeriksaan rutin. Penyuluhan kesehatan diberikan melalui kelas ibu, sedangkan pemeriksaan kesehatan dilakukan pada saat setiap kali kunjungan ibu hamil (K1 hingga K4), di mana pada saat itu dapat diberikan materi atau pengetahuan mengenai manfaat menjaga dan memperhatikan asupan gizi pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya BBLR.
2.3.3.2.1 Penanganan dan atau rujukan neonatus risiko tinggi Sasaran
56 bayi
Target
45 bayi (80%)
Pencapaian
11 bayi (19,61 %)
33
2.3.3.2.2 Cakupan BBLR yang ditangani Sasaran
56 bayi
Target
45 bayi (80%)
Pencapaian
26 bayi (46,35 %)
2.3.3.3 Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kesehatan balita dan anak pra sekolah. Jenis kegiatan yang dilakukan diantaranya : pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita dan (untuk kontak pertama) dan pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang anak pra sekolah (untuk kontak pertama) di TK.
2.3.3.3.1 Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita (untuk kontak pertama) Sasaran
6579 balita
Target
5264 balita (90%)
Pencapaian
3320 balita (50,46 %)
2.3.3.3.2 Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang Apras (untuk kontak pertama) di TK Sasaran
732 anak
Target
659 anak (90%)
Pencapaian
638 (87,16 %)
2.3.3.4 Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja Hingga 2012, Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja masih terus dilaksanakan oleh tenaga terlatih, guru UKS maupun dokter kecil. Tempat dilaksanakannya adalah ruang UKS sekolah dengan sasaran adalah anak sekolah
34
dasar. Pelatihan dokter kecil dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan Desember. Sampai saat ini pula tidak ada kendala yang didapatkan sehingga tujuan dalam pelaksanaan program ini masih dapat dicapai.Tujuan dari program ini adalah menyehatkan anak usia sekolah dan remaja.
2.3.3.4.1 Pelayanan kesehatan anak sekolah dasar oleh tenaga kesehatan Sasaran
1161 anak
Pencapaian
1147 (98,79 %)
2.3.3.4.2 Cakupan pelayanan kesehatan remaja Sasaran
2536 anak
Pencapaian
537 (21,18 %)
2.3.3.5 Pelayanan Keluarga Berencana Jenis kegiatan pada program ini antara lain: Akseptor KB aktif di puskesmas (CU), akseptor aktif MKET, akseptor aktif MKET dengan komplikasi, akseptor aktif MKET mengalami kegagalan.
2.3.3.5.1 Akseptor KB aktif di Puskesmas (CU) Berdasarkan data Puskesmas bulan
Januari- Desember 2012,
diperoleh hasil sebaga berikut : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
10508 PUS
Target
7356 PUS (70%)
Pencapaian
8442 (80,34%)
Pencapaian yang diperoleh dari 10508 pasangan usia subur yang menggunakan KB aktif ialah sebesar 8442 (80,34%). Hal ini dikarenakan adanya peningkatan mengenai pemahaman pasangan usia subur tentang pentingnya KB bagi kesehatan obstetri dirinya sendiri maupun perekonomian yang perlu dipersiapkan dalam membesarkan anak mereka.
35
2.3.3.5.2 Akseptor aktif MKET MKET mencakup AKDR, MOW dan MOP merupakan salah satu metode kontrasepsi yang dapat dipilih oleh akseptor KB sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Berdasarkan data bulan Januari- Desember 2012, diperoleh hasil sebaga berikut : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
1330 orang
Pencapaian
1541 (115,86%)
2.3.3.5.3 Akseptor aktif MKET dengan komplikasi Tidak ditemukan akseptor aktif dengan komplikasi. 2.3.3.5.4 Akseptor aktif MKET mengalami kegagalan Tidak ditemukan akseptor aktif yang mengalami kegagalan. 2.3.4 Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya perbaikan gizi memiliki beberapa program kerja yang dilaksanakan dalam wilayah kerjanya dengan koordinator yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pelaporan program yang dijalankan. Program yang dikerjakan merupakan program standar yang ada di tiap puskesmas di Indonesia. Terdapat program unggulan yang dimiliki puskesmas berdasarkan data yang ada di wilayah puskesmas tersebut, antara lain : 2.3.4.1 Pemberian kapsul vitamin A (dosis 200.000 SI) pada Balita 2 kali/Tahun Program ini dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Pemberian vitamin A untuk bayi (6 – 11 bulan) sebanyak 100.000 UI sedangkan untuk balita (1 – 5 tahun) sebanyak 200.000 UI. Pemberian dilakukan di Posyandu, TK dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yang melaksanakan program ini ialah petugas gizi puskesmas, tim posyandu dan kader.
36
Sasaran program ini yaitu bayi (6 – 11 bulan) dan balita (1 – 5 tahun)
Kriteria
Tahun 2012
Sasaran
7648 balita
Target
6884 balita (90%)
Pencapaian
5483 balita (71,69%)
Berdasarkan data Puskesmas tahun 2012 masih belum mencapai target yang diharapkan. Pencapaian tersebut tidak mencapai target dikarenakan kesadaran orang tua pasien yang masih belum maksimal mengenai pentingnya pemberian vitamin A ini, walaupun sosialisasi yang dilakukan baik oleh pihak puskesmas maupun posyandu sudah cukup maksimal. Selain itu, penempatan posyandu yang sudah cukup menyebar lokasinya di palaran juga seharusnya dapat membantu kelancaran pelaksanaan program ini. Walaupun begitu untuk meningkatkan kesadaran para orangtua pasien bisa dilakukan sosialisa atau penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pemberian vitamin A dan bahaya-bahaya apa saja yang dapat muncul akibat kekurangan vitamin A.
2.3.4.2 Pemberian tablet besi (Fe 90) pada ibu hamil Tujuan program ini adalah untuk mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Program ini dilaksanakan sepanjang tahun dan dilakukan bagian KIA di puskesmas pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC). Kegiatan ini selain dilaksanakan dipuskesmas, juga dilakukan di klinik bidan atau bidan-bidan yang menolong persalinan. Puskesmas menyuplai tablet besi kepada para bidan untuk membagikan kepada para ibu hamil yang memeriksakan kandungannya pada mereka. Kriteria FE
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
1174 ibu hamil
Target
1057 ibu hamil (90%)
Pencapaian
1119 ibu hamil (95,32%)
37
Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 pemberian FE diperoleh pencapaian sebesar 95,32 %. Disarankan untuk lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan, dan perlunya dilakukan evaluasi terhadap data pemberian tablet Fe baik yang diberikan di puskesmas maupun di luar puskesmas, selain itu perlunya meningkatkan kerjasama dengan pelayan kesehatan lainnya seperti dokter umum maupun bidan yang disertai pencatatan yang baik.
2.3.4.3 Pemberian PMT pemulihan pada balita gizi buruk Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan gizi balita yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Palaran. Program dilakukan sepanjang tahun selama puskesmas dan posyandu dilaksanakan dimana ibu membawa anaknya ke puskesmas maupun ke posyandu. Kriteria Sasaran
Bulan Januari – Desember Tahun 2012 7 anak
Target
7 anak (100%)
Pencapaian
7 anak
Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 diperoleh 7 anak yang mendapatkan PMT. Program ini pernah dilaksanakan saat awal tahun 2012 oleh PKM Palaran, hanya saja karena terkendala pengadaan bahan dan distribusi PMT dari pemerintah, program ini tidak bisa dilanjutkan. Program ini juga dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan pada akhir tahun 2012 yang diharapkan untuk mengatasi masalah balita gizi buruk. Selain itu, Disarankan untuk memperluas penjaringan dengan melibatkan pelayan kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, dan ahli gizi serta pentingnya kerjasama dengan promosi kesehatan guna memberi penyuluhan tentang pemberian makanan bergizi yang sesuai kadar yang dibutuhkan anak selama tumbuh kembang. Selain itu perlu perhatian lebih dari pemerintah guna kelancaran pengadaan dan distribusi bahan untuk PMT.
38
2.3.4.4 Balita naik berat badannya Program ini bertujan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulannya melalui pengukuran BB balita. Kegiatan ini dilaksanakan sepanjang tahun dimana penjaringan dilakukan selama posyandu. Dikatakan bayi yang naik berat badannya (N) ialah balita yang ditimbang 2 (dua) bulan berturut-turut naik berat badannya dan mengikuti garis pertumbuhan pada KMS.
Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
6579 anak
Target
5264 anak (80%)
Pencapaian
9492 anak (144.28%)
Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 diperoleh pencapaian sebesar 144,28%. Pencapaian sudah lebih dari target, hal ini bisa dikarenakan bertambahnya jumlah pendatang dan tidak terdata dengan baik di Kecamatan Palaran, sehingga perlunya kerjasama yang lebih luas dari pihak-pihak terkait seperti pihak Kecamatan dalam mendata jumlah penduduk. Tidak didapatkan kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, dan diharapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan pelatihan kader yang lebih baik lagi, dan kerjasama yang baik antar pihak kecamatan, kesehatan, dan kadernya.
2.3.4.5 Balita bawah garis merah Program ini bertujuan untuk meningkatkan Status gizi balita di wilayah Palaran. Kegiatan ini dilaksanakan sepanjang tahun dan penjaringan dilakukan selama kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan posyandu. Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Perkiraan
0 balita
Pencapaian
13 balita
39
Berdasarkan data Puskesmas Januari- Desember 2012 diperoleh 13 balita yang ada di bawah garis merah dari target sasaran pertahun yaitu nol. Jumlah ini didapatkan saat penjaringan dan posyandu bulan Februari, Mei, dan Agustus lalu. Balita Bawah Garis Merah adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Selain itu dapat didefinisikan sebagai balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS. Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi. Para orang tua, terutama ibu juga perlu diingatkan bahwa pola asuh anak sangat berperan penting dalam menentukan status gizi balita. Adapun kendala yang dialami sejauh ini diakibatkan berulangnya pendataan pada pasien yang sama dan terputusnya jalur penanganan kasus BGM akibat tidak kontrolnya balita yang telah terdeteksi dengan permasalahan gizi. Disarankan untuk bekerjasama dengan beberapa pihak terkait seperti ahli gizi dan dokter dalam penanganan kasus permasalahan gizi. Dan pentingnya pendataan yang lebih tersistematisasi untuk menghindari pendataan berulang pada pasien yang sama serta perlunya informasi data identitas yang jelas untuk menghindari terputusnya kontrol pada penanganan kasus gizi dan dapat diatasi dengan kunjungan saat posyandu dilaksanakan.
2.3.4.6 Pelayanan konseling gizi di Puskesmas Induk Palaran Program ini merupakan upaya perbaikan gizi, dan Puskesmas Palaran menjalankannya dengan adanya klinik gizi. Klinik ini terbentuk bulan Mei tahun 2007 sebagai pengembangan program kerja Upaya Perbaikan Gizi PKM Palaran. Klinik gizi PKM Palaran dilaksanakan setiap hari senin, rabu, dan jumat. Sasaran klinik konseling gizi antara lain pasien Diabetes melitus, hipertensi, peningkatan asam urat, peningkatan kolesterol, ibu hamil, bayi, balita, serta kondisi lainnya yang memerlukan konseling gizi. Pendataan mencakup nama, usia, alamat, kasus, konseling gizi/uraian/nasehat yang diberikan.
40
Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
134 kunjungan
Pencapaian
167 (124,62%)
Sejauh ini masyarakat sudah mulai mengerti pentingnya konseling gizi sehingga berdampak pada tingginya minat masyarakat. Sebagai sarana untuk memperluas penjaringan kegiatan ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan posyandu baik anak dan lansia selain itu perlu kerjasama pula dengan promosi kesehatan guna menunjang upaya kesehatan ini.
2.3.5 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Program ini bertujuan untuk menurunkan kejadian penyakit menular sampai pada tingkat terendah dan mencegah terjadinya epidemi. Kegiatan P2M di puskesmas palaran meliputi menemukan penderita atau tersangka secara pasif (seperti malaria, ISPA, DBD, Diare, TB, kusta). Selain itu, terdapat Pelayanan Imunisasi dan Pencegahan serta Penanggulangan PMS dan HIV/AIDS, Rabies, Filariasis
dan
Schistozomiasis.
Epidemiologi
surveilance
melakukan
penyelidikan lanjutan kontak dari penderita malaria, TB, dan kusta dan mengetahui peningkatan angka kesakitan terhadap penyakit yang mungkin menimbulkan epidemi secara dini.
2.3.5.1 TB Paru Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB, diperlukan beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara nasional ada 2, yaitu: angka penemuan pasien baru TB BTA positif (CDR – Case Detection Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (SR – Success Rate).
41
Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator nasional tersebut, yaitu: (1). Angka penjaringan suspek, (2). Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya, (3). Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru, (4). Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB, (5). Angka notifikasi kasus (CNR – Case Notification Rate), (6). Angka kesembuhan, (7). Angka konversi dan (8). Angka kesalahan laboratorium. Jenis kegiatan yang dilakukan antara lain pengobatan penderita TB paru (DOTS) BTA positif dan pengobatan penderita TB paru (DOTS) BTA negatif rontgen positif. Berdasarkan data Puskesmas dengan kriteria pengobatan penderita TB paru (DOTS) BTA positif pada bulan Januari-Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut : Kriteria Pengobatan Penderita TB
Bulan Januari– Desember Tahun 2012
Paru (DOTS) BTA Positif Target Sasaran B Pencapaian
123 orang orang (26,82%)
Angka Penemuan Kasus (CDR) 33/123 x 100% = 26,82 % Berdasarkan data PUSKESMAS untuk pasien TB BTA Positif yang sudah menyelesaikan pengobatan pada bulan Januari-Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut : Pasien TB BTA Positif
Bulan Januari– Desember Tahun 2012
yang menyelesaikan Pengobatan Sembuh
12
DO
1
Pindah
1
Angka Keberhasilan Pengobatan (SR) 12/14 x 100% = 96% 42
Berdasarkan data PUSKESMAS untuk kriteria pengobatan penderita TB paru (DOTS) BTA negatif rontgen positif pada bulan Januari-Desember 2012, diperoleh hasil sebagai berikut : Kriteria Pengobatan Penderita
Bulan Januari–Desember Tahun 2012
TB Paru (DOTS) BTA Negatif Rontgen Positif. Target
0 orang
Pencapaian
18
Penemuan kasus TB ini masih dibawah angka standar karena proses penjaringan dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka dilaksanakan hanya pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan, sehingga penemuan kasusnya masih sedikit. Kendala:
Kurangnya
kesadaran
anggota
keluarga
penderita
untuk
memeriksakan diri akibat kontak dengan penderita TB, kurangnya peran serta kader dalam masyarakat dalam sweeping kasus yang dicurigai TB berdasarkan klinis. Saran: Penyuluhan secara aktif kepada masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita atau biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding. Para kader pemberantasan TB di lapangan lebih menggalakkan kegiatan sweeping dan screening pada komunitas-komunitas yang dicurigai berisiko tertular TB.
2.3.5.2 Malaria Kegiatan yang dilakukan yaitu menemukan penderita tersangka malaria yang dilakukan secara pasif melalui kegiatan rutin di unit pelayanan kesehatan berdasarkan
pemeriksaan
secara
klinis,
kemudian
dikonfirmasi
secara
laboratorium untuk memeriksa Plasmodium dalam darah. Target program pemberantasan malaria adalah seluruh penderita malaria baik malaria klinis maupun malaria positif yang ditemukan di Puskesmas Palaran dapat diobati sesuai standar, dimana semua kasus yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium diberikan pegobatan sesuai standar dengan 43
ACT (Artemisinin Combination Therapy) dan sehingga sebagai pengobatan dini dan mencegah terjadinya komplikasi dan menurunkan angka pasien yang dirujuk. Data Penanggulangan penyakit malaria periode Januari – Desember 2012 adalah: No 1
Kegiatan
Perkiraan
Pencapaian
584
133 (22,78%)
0
0
133
20 (15,04%)
0
0
Pemeriksaan Sediaan Darah (SD) pada penderita malaria klinis
2
Penderita malaria klinis yang diobati
3
Penderita malaria positif (+) yang diobati sesuai dengan standar
4
Penderita yang terdeteksi Malaria berat di Puskesmas yang dirujuk ke RS
2.3.5.3 Kusta Kegiatan yang dilakukan pada program ini meliputi penemuan tersangka penderita Kusta PB/MB, mengobati penderita kusta, dan pemeriksaan kontak penderita. No 1
Kegiatan Penemuan tersangka
Target
Pencapaian
0
2
penderita Kusta PB/MB 2
Pengobatan penderita kusta
1
2
3
Pemeriksaan kontak penderita
6
0
Berdasarkan data Puskesmas Januari-Desember 2012 diperoleh pencapaian temuan terhadap tersangka penderita Kusta sebanyak 2 kasus, sedangkan targetnya adalah nol. Penemuan tersangka kusta ini didapatkan ketika pasien berobat ke PKM Palaran pada bulan Juni. Pengobatan terhadap penderita kusta berjumlah dua. Sampai saat ini pemeriksaan terhadap kontak penderita belum bisa dilaksanakan karena kurangnya kesadaran anggota keluarga penderita untuk
44
memeriksakan diri (sweeping dan screening), sehingga tidak diketahui jumlah sebenarnya dari penduduk yang telah tertular TB dan kusta. Saran bagi program ini, Meskipun kasus ini langka diharapkan para kader pemberantasan TB dan kusta di lapangan tetap melakukan kegiatan sweeping dan screening pada komunitas-komunitas yang dicurigai beresiko tertular TB dan kusta.
2.3.5.4 Program Imunisasi Program ini dilaksanakan seminggu tiap bulannya di puskesmas induk dan juga dilaksanakan sekali dalam sebulan di tiap-tiap posyandu. Jika terlaksana dengan baik diharapakan seluruh anak di Kecamatan Palaran mendapatkan imunisasi lengkap. Persiapan yang dilakukan meliputi mempersiapakan perlengkapan dan obat untuk kegiatan vaksin. Selain itu, mempersiapkan materi dan leaflet untuk diberikan pada saat sebelum dilakukan pemberian vaksin. Tujuannya untuk memberikan
vaksinasi serta pengetahuan akan pentingnya imunisasi yang
lengkap, sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Palaran. Tempat pelaksanaan kegiatan dilakukan di Posyandu setempat, sekolah dan rumah kader desa. Dengan demikian tempat pelaksanaan kegiatan tidak lagi menjadi hambatan dalam melaksanakan program ini. Hambatan yang seringtimbul, terutama pada sasaran
anak usia sekolah dasar adalah
ketidakhadiran pada saat pelaksanaan kegiatan. Namun hambatan ini dapat diatasi, dengan dilakukan screening dan sweeping pada anak yang tidak hadir pada kegiatan imunisasi berikutnya. Sehingga hasil yang dicapai diharapkan dapat memuaskan. Data pelayanan imunisasi periode Januari – Desember 2012 adalah: No 1.
Kegiatan Imunisasi DPT 1 pada bayi
Target 1068
Pencapaian 1091 (102,2%)
2.
Drop Out DPT 3 – Campak
1068
35 (3,28%)
3.
Imunisasi HB-1 <7 hari
1068
611 (57,2%)
45
4.
Imunisasi Campak pada bayi
1068
5.
Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD
1223
1018 (95,3%) 1171 (95,7%)
6.
Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 dan 3
2252
2213 (98,2%)
Pelaksanaan Imunisasi DT dan TT pada Sekolah Dasar kelas 1, 2 dan 3 dilaksanakan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah yang jatuh pada bulan November 2012. Selain imunisasi DT dan TT, juga dilaksanakan imunisasi campak pada siswa Sekolah Dasar kelas 1. Rendahnya cakupan angka imunisasi, misalnya imunisasi Hb-1 <7 hari yaitu 57,2% dikarenakan banyak hal. Adapun permasalahan yang mungkin terjadi yaitu pelaksanaan imunisasi di puskesmas terjadwal 1 kali dalam seminggu dan atau satu kali tiap bulan di masing-masing posyandu, sedangkan rentang waktu yang dibutuhkan untuk vaksin Hb-1 hanya 7 hari, jika bayi divaksinasi minggu depannya maka tidak tercatat dalam imunisasi vaksin Hb-1 < 7 hari. Hal ini dikarenakan beberapa kendala seperti jarak yang jauh, jalanan yang rusak, cuaca yang tidak menentu, ibu lupa jadwal imunisasi anaknya, ibu masih dalam masa nifas ataupun dengan hambatan-hambatan lain juga menjadi kendala bagi ibu-ibu untuk membawa anaknya ke Posyandu untuk imunisasi. Beberapa ibu yang membawa anaknya vaksin di rumah sakit di luar Palaran atau ke praktek swasta lainnya yang tidak tercatat sebagai data Puskesmas turut mengurangi cakupan imunisasi. Selain itu, pendatang baru yang tidak tahu mengenai posyandu dan puskesmas sehingga menurunkan angka cakupan imunisasi. Saran:Mengupayakan kerja sama antara puskesmas dengan pihak kecamatan dan atau kelurahan dalam kelancaran pelaksanaan program yang terutama bersifat nasional, yang merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga diharapkan terdapat pembagian tugas yang jelas dan peran serta semua pihak dalam mensukseskan program tersebut. Meningkatkan koordinasi antarposyandu, puskesmas, dengan Dinas Kesehatan, dan disiplin dalam menjalankan program, sehingga memudahkan dalam menjalankan program.
46
Mengadakan kunjungan ke rumah ibu-ibu yang bermasalah dalam membawa anaknya untuk mendapat imunisasi, melakukan pendataan kembali melalui kader di Posyandu untuk menjaring anak yang belum terimunisasi, menanyakan permasalahan yang dihadapinya kemudian berusaha mencari solusi bersama untuk permasalahan tersebut.
2.3.5.5 Diare Jenis kegiatan yang dilakukan, antara lain menemukan kasus diare di puskesmas dan kader, kasus diare ditangani oleh puskesmas dan kader dengan oral dehidrasi. Data periode diare Januari – Desember 2012 adalah : No.
Kegiatan
Target
Pencapaian
Sasaran 1
Menemukan kasus diare di
2469
2515 (101,86%)
2389
1600 (66,97%)
126
142 (112,92%)
puskesmas dan kader 2
Kasus diare ditangani oleh puskesmas dan kader dengan oral dehidrasi
3
Kasus Diare ditangani dengan rehidrasi intravena 3.
Tingginya angka diare ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih dan sehat. Selain itu, dapat pula disebabkan pendataan diare yang masih berdasarkan angka kunjungan sehingga 1 pasien dapat terdata lebih dari 1 kali. Akan tetapi persentase ini menurun dibandingkan dengan kejadian diare pada PENJAMAS tahun 2011. Kurangnya pengetahuan masyarakat dan kader dalam pengenalan tanda penanganan dehidrasi awal apabila terserang diare sebelum mendapatkan oralit, seperti membuat sendiri cairan penganti yang diolah secara mandiri (mencampur gula dan garam dalam larutan air mineral) tampak dari tingginya kasus diare dengan rehidrasi intravena. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan penyuluhan dan peningkatan sumber daya.
47
2.3.5.6 ISPA Kegiatannya meliputi menemukan kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh Puskesmas dan Kader, kemudian jumlah kasus pneumonia dan pneumonia berat yang masih bisa ditangani serta jumlah kasus pneumonia berat atau dengan tanda bahaya ditangani atau dirujuk. Data penemuan kasus pneumonia dan pneumonia berat oleh petugas Puskesmas : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Target Sasaran
658 orang
Pencapaian
56 orang (8,51%)
Target sasaran: 10% dari jumlah balita sehingga ditemukan target 658 orang. Pada tahun 2012 selama bulan Januari – Desember penemuan kasus Pneumonia saja tanpa disertai pneumonia berat sebesar 8.51%. Sehingga hal ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan anaknya dengan gejala gangguan saluran pernapasan sehingga tidak jatuh pada penumonia berat. 2.3.5.7 Demam Berdarah Dengue Kegiatan yang dilakukan adalah dengan menghitung angka bebas jentik.
Data cakupan angka bebas jentik, diperoleh hasil sebagai berikut : Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
95 %
Pencapaian
79,52%
Angka Bebas Jentik = 2306/2900 x 100% = 79, 52%
48
Kendala yang dihadapi dalam pencegahan DBD antara lain lokasi yang sulit dijangkau petugas, sulitnya perekrutan kader yang berjiwa sosial dan kurangnya kerjasama antara pegawai yang bertanggung jawab dalam kegiatan ini. Saran : sosialisasi program 3M+ dan PHBS rumah tangga
2.3.6. Upaya pengobatan dasar Upaya pengobatan dasar bertujuan memberikan pengobatan dan perawatan yang optimal dengan menentukan diagnosis dengan cepat dan tepat (sedini mungkin) yang dilanjutkan dengan pemberian pengobatan yang tepat sehingga dapat mengatasi ketidakmampuan maupun kelainan yang dihadapi serta mengadakan rehabilitasi untuk memperingan penderitaan pasien. a. Alur pelayanan Puskesmas Palaran Alur pelayanan puskesmas Palaran dapat dilihat dari gambar berikut ini: Klinis gizi Klinis sanitasi
LAYANAN Pengunjung pasien
LOKET PENDAFTARAN
APOTIK KASIR
Pengobatan umum Kesehatan ibu dan anak Pengobatan gigi dan mulut Keluarga berencana
P U L A N G
Rujuk ke RS
Pemeriksaan laboratorium Rujuk ke RS
KASUS GAWAT DARURAT
UGD RAWAT INAP
OPNAME
Gambar 2. Alur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Palaran
b. Fasilitas Puskesmas palaran memiliki fasilitas rawat jalan dan rawat inap c. Sasaran Semua pasien yang datang berobat ke Puskesmas Palaran baik yang menggunakan jaminan kartu kesehatan maupun swasta
49
d. Data kunjungan pengobatan Data pemberian pengobatan berdasarkan laporan PENJAMAS Januari – Desember 2012 : No
Kriteria
Perkiraan
Pencapaian
1
Kunjungan rawat jalan umum
14741
58102 (394,16%)
2
Kunjungan rawat jalan
2335
3384 (144,92%)
gigi/mulut
Berdasarkan data diatas diperoleh pencapaian sebesar 394,16% pada kunjungan rawat jalan umum dan 144,92% pada kunjungan rawat jalan gigi / mulut. Oleh karena itu, untuk menunjang upaya kesehatan
disarankan bagi tenaga
kesehatan untuk terus memperbaharui dan menambah ilmu kesehatan dalam bentuk kegiatan ilmiah ataupun presentasi kasus. Dari data kunjungan pengobatan banyak didapatkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Palaran. Di bawah ini adalah tabel 10 penyakit terbanyak kunjungan pasien Januari – Desember 2012 : JANUARI-DESEMBER 2012 NO
PENYAKIT
L
P
NILAI
1
ISPA
4207
5325
9532
2
Gastritis/ Sind. Dispepsia
1965
3613
5578
3
Hipertensi
1801
3509
5310
4
Mialgia
1802
3357
5159
5
Faringitis
2015
2838
4853
6
Non Generatif
1198
1830
3028
7
Diare non spesifik
1326
1318
2644
8
Dermatitis alergi
988
1327
2315
9
Diabetes Mellitus
596
1182
1778
10
Penyakit infektif
943
831
1774
TOTAL
41971
50
Data pemeriksaan laboratorium berdasarkan laporan PENJAMAS bulan JanuariDesember 2012 JANUARI-AGUSTUS 2012 NO
2.4
Kriteria
Perkiraan
Pencapaian
1
Pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil
1174
1867 (159,03%)
2
Pemeriksaan darah trombosit tersangka DBD
1711
1711 (100%)
3
Pemeriksaan darah malaria
133
20 (15,04%)
4
Pemeriksaan test kehamilan
1174
136 (11,58%)
5
Pemeriksaan Sputum TB
1226
423 (34,5%)
6
Pemeriksaan Urine protein pada Ibu Hamil
117
40 (34,07%)
UPK PENGEMBANGAN PUSKESMAS PALARAN Puskesmas Palaran merupakan puskesmas yang berbeda dengan puskesmas lain yang ada di tiap kecamatan di Kota Samarinda karena Puskesmas Palaran memiliki fasilitas rawat inap. Rawat inap merupakan upaya pengembangan Puskesmas Induk Palaran yang dibangun pada tahun 2002 dan rampung pada bulan Desember 2003. Rawat inap diresmikan pada tanggal 21 Januari 2004 dan mulai beroperasi tanggal 23 Maret 2004. Hal ini menjadikan Puskesmas Palaran menjadi Puskesmas plus. Saat ini Puskesmas dengan rawat inap ini memiliki fasilitas UGD dan ruang rawat inap dengan jumlah tempat tidur masing-masing adalah 4 tempat tidur dan 14 tempat tidur.
2.4.1 Puskesmas dengan Unit Rawat Inap 2.4.1.1 BOR puskesmas tempat tidur Kinerja puskesmas rawat inap dinilai dari Bed Occupation Rate (BOR), Average Long Of Stay (AvLOS), Turn Over Internal (TOI), dan Bed Turn Over (BTO). BOR = 88,38 % BOR Ideal : 75 % s/d 85 % Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
80%
Pencapaian
70,7 (88,38%)
51
2.4.1.1 Hari rawat rata-rata (AvLOS) di puskesmas tempat tidur Avlos (Average length of stay) : Rata-rata lama seorang pasien dirawat O : rata-rata TT terisi dalam 1 tahun
D : Pasien dipindahkan (rujuk RS ) + pasien keluar hidup + pasien keluar mati D : 58 + 486 + 1 = 545
Angka Avlos ideal 3-12 Hari Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2011
Sasaran
4 hari
Pencapaian
3 hari (75,00%)
Pencapaian Avlos Puskesmas Rawat Inap Palaran belum memenuhi target yang ditetapkan, akan tetapi angka tersebut sudah memenuhi kriteria Avlos ideal, yaitu 3 - 12 hari.
TOI (turn over interval ) : Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi
Ideal = 1 – 3 hari BTO ( bed turn over ) = tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun
Ideal > 30 kali Pada bulan Januari sampai Desember 2011 jumlah BOR di Puskesmas Palaran
adalah 66,36%, Rata-rata lama seorang pasien dirawat adalah 3 hari, Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi adalah 1 hari, Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam setahun adalah 97 kali. Berdasarkan data tersebut, Tingkat penggunaan tempat tidur di Puskesmas Palaran pada 2011 mendekati ideal dimana nilai BOR yang ideal adalah 75%, Rata-rata lama seorang pasien dirawat ideal yaitu AvLOS ideal 3-12 hari, Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi sudah ideal yaitu TOI ideal 1-3 hari, Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam setahun sudah ideal yaitu BTO ideal > 30 hari. 52
2.4.2 Upaya Kesehatan Usia Lanjut Upaya kesehatan usia lanjut di lakukan dengan di jalankannya suatu program posyandu lansia yang memiliki visi untuk menjaga atau bahkan meningkatkan keadaan para lansia agar tetap sehat baik secara fisik maupun mental. Posyandu lansia ini juga memiliki misi agar kinerja posyandu semakin meningkat diiringi oleh upaya penganekaragaman kegiatan yang dilaksanakan. Posyandu lansia memiliki beberapa program kerja diantaranya pemeriksaan kesehatan untuk menentukkan ada atau tidak adanya kelainan pada lansia seperti gangguan mental emosional, indeks massa tubuh, tekanan darah, maupun penyakit lainnya. Selain itu dilakukan penyuluhan dan pengobatan dasar jika ditemukan kelainan pada lansia tersebut.
2.4.2.1 Pembinaan Kelompok Usia Lanjut sesuai standar Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
5 kelompok
Pencapaian
5 kelompok (100%)
Pembinaan kelompok usia lanjut telah dilakukan pada 5 kelompok dimasingmasing posyandu. Kelompok-kelompok tersebut diantaranya terdapat pada posyandu lansia karya bakti (Kel.Handil Bakti), posyandu lansia melati putih (Kel.Simpang Pasir), posyandu lansia harapan (Kel.Rawa Makmur), posyandu lansia nurul iman (Kel.Rawa Makmur) yang berjalan setiap 1 bulan sekali, dan posyandu lansia gembira (Kel. Bukuan dan Kel.Bantuas) yang berjalan setiap 3 bulan sekali akibat adanya keterbatasan jarak dan waktu tempuh.
2.4.2.2 Pemantauan kesehatan anggota Kelompok Usia Lanjut yang dibina sesuai standar
Kriteria
Bulan Januari – Desember Tahun 2012
Sasaran
316 orang
Pencapaian
316 (100%)
53
Pemantauan kesehatan pada anggota kelompok usia lanjut yang dibina sesuai dengan standard adalah sebanyak 316 orang dari bulan Januari hingga Desember 2012.
2.4.3 Upaya Kesehatan Jiwa Pelayanan gangguan jiwa yang dimaksud adalah pemberian pengobatan kepada setiap pasien yang terdeteksi menderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa meliputi gangguan organik dan fungsional. Usaha peningkatan kesehatan jiwa puskesmas palaran ditunjang dengan kegiatan seperti : (1). Pemberdayaan kelompok masyarakat khusus dalam upaya penemuan dini dan rujukan khusus gangguan jiwa. (2). Penemuan dan penanganan kasus gangguan perilaku, gangguan jiwa, Napza dari rujukan kader dan masyarakat. (3). Penanganan kasus kesehatan jiwa melalui rujukan ke RS / dokter spesialis. (4). Deteksi penanganan kasus jiwa yang datang berobat Pada bulan Januari – Desember 2012 didapatkan tidak didapatkan kasus penanganan kesehatan jiwa melalui rujukan ke RS / dokter spesialis. Pihak Puskesmas memfasilitasi pelayanan dokter spesialis kesehatan jiwa yang bekerjasama dengan RS. Atma Husada Samarinda. Layanan ini resmi dilaksanakan dari pukul 09.00 WITA hingga pukul 12.00 WITA, dimana kunjungan dokter spesialis kesehatan jiwa ini dilaksanakan sekali setiap bulan pada hari Sabtu minggu pertama. Penjaringan pasien didapatkan dari pasien yang berobat ke balai pengobatan Puskesmas Palaran yang terdiagnosa penyakit jiwa, kemudian pasien disarankan untuk kembali berobat sebulan kemudian serta pasien lama RS. Atma Husada yang tinggal di wilayah puskesmas palaran tidak perlu kontrol ke RS. Atma Husada.
2.4.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi dan Mulut Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi dan mulut diwujudkan dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah (1). Pembinaan kesehatan gigi di Taman Kanak-kanak (TK) dan PAUD. (2). Pembinaan kesehatan gigi di Posyandu. (3). Pembinaan dan bimbingan sikat gigi massal di SD/MI. (4). Perawatan kesehatan gigi bagi murid SD/MI.
54
(5). Pencabutan gigi tetap. (6). Penambalan/tumpatan permanen gigi tetap, dimana sebagian besar kegiatan tersebut diatas telah berjalan hingga saat ini.
Data Januari - Desember 2012 untuk UPK ini adalah sebagai berikut : Program
Satuan
Sasaran Pencapaian
Cakupan
Pembinaan kesehatan gigi pada TK &
TK/PAUD
12
5
41,67%
Pembinaan kesehatan gigi di Posyandu
Posyandu
32
18
56,25%
Pembinaan dan bimbingan sikat gigi
SD/MI
10
10
100%
Perawatan kesehatan gigi pada SD / MI
SD/MI
26
21
80,77%
Murid SD/MI mendapat perawatan
Orang
2027
282
13,91%
Orang
2027
957
47,21%
Gigi tetap yang dicabut
Gigi
854
35
4,10%
Gigi tetap yang ditambal permanen
Gigi
854
22
2,257%
PAUD
massal
kesehatan gigi Murid SD/MI mendapat Pemeriksaan kesehatan gigi
Pada UPK pengembangan pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi dan mulut masih ditemukan beberapa kendala diantaranya adalah keterbatasaan jumlah petugas pelaksana sehingga pada beberapa keadaan pencapaian tidak dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.
55
BAB III KESIMPULAN
Puskesmas Palaran merupakan puskesmas induk dengan sasaran populasi yang sangat luas yakni mencakup seluruh masyarakat di Kecamatan Palaran. Dalam pelaksanaannya, puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga, pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang terdiri atas pelayanan medik dasar dengan pendekatan individu dan keluarga, serta pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan fungsi puskesmas, maka dibuatlah program puskesmas yaitu program dasar yang tercermin dalam Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Wajib dan Pengembangan. Puskesmas Palaran dalam menjalankan fungsinya sudah memenuhi enam kegiatan pokok pelayanan kesehatan puskesmas dan memiliki beberapa UPK pengembangan yang masih perlu adanya peningkatan program kerja melalui kerjasama dengan berbagai sektor terkait. Rencana pelaksanaan kegiatan (POA-Plan of Action) dari setiap UPK cukup jelas dengan operasional kegiatan yang mencakup lintas program dan lintas sektoral. Setiap UPK membuat program sesuai bidangnya untuk satu tahun kemudian dilakukan evaluasi pelaksanaan program tiap triwulan sekali untuk mencari kendala yang ada selama pelaksanaan dan menemukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Pada akhir tahun dilakukan evaluasi menyeluruh yaitu Penilaian Kinerja Puskesmas (Penjamas). Hasil evaluasi program kerja puskesmas semester awal tahun 2011 bulan JanuariJuni menunjukkan persentase kemajuan pelaksanaan program kerja dari semua upaya kesehatan sebesar 68,4% dengan persentase tertinggi pada upaya kesehatan lingkungan (109,93%) dan persentase terendah pada upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana (KB) (52,05%). Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum program kerja belum memenuhi target ideal pada semester awal tahun 2011 (50%). Namun ada beberapa persentase yang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2010
yaitu
upaya
pengobatan
(58,83%)
dan
cakupan
imunisasi
56
(20,97%).Sementara ini, ada beberapa program yang belum memiliki data lengkap untuk semester berikutnya, sehingga pencapaian secara keseluruhan dalam kurun waktu satu tahun belum dapat dilakukan penilaian. Kendala umum yang dihadapi terutama pada cakupan wilayah kerja Puskesmas Palaran yang sangat luas dengan keadaan geografis pada beberapa daerah yang masih sukar dijangkau secara rutin dan berkesinambungan. Hal ini disiasati dengan pemberdayaan kader-kader kesehatan lokal yang berasal dari masyarakat di wilayah tersebut. Masalah lain yang kerap muncul adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengikuti program. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan penyuluhan kader dan masyarakat setempat, pendekatan terhadap tokoh masyarakat setempat, serta menggunakan media penyuluhan yang lebih menarik misalnya penggunaan LCD dan proyektor, slide berwarna dan bergambar, leaflet dan stiker, serta pembagian door prize ataupun reward bagi para kader yang aktif. Kendala khusus yang dihadapi adalah banyaknya program yang baru berjalan tengah semester. Selain itu, kendala lain juga berasal dari kurangnya sumber daya manusia untuk beberapa UPK, sumber daya manusia yang masih baru dan kurangnya transfer informasi mengenai program yang dilaksanakan. Diperlukan kerjasama yang lebih baik antara lintas UPK dalam hal pendataan dan bertukar pikiran mengenai program kerja yang ada, sehingga kinerja Puskesmas dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang. Diharapkan pula adanya kerjasama antara puskesmas dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan kesehatan yang bersifat Nasional, misalnya PIN, sehingga terjalin hubungan yang baik dan terdapat pembagian kerja yang jelas, sehingga dapat menunjang kelancaran program.
57