Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
UPAYA PENYEDIAAN BENIH DASAR JAGUNG KOMPOSIT MELALUI PEMBINAAN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT PETANI Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Pengembangan teknologi produksi benih jagung berbasis kelompok tani telah dilaksanakan di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dan di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan pada tahun 2004-2007. Tujuh petani binaan dengan luas hamparan 3,32 ha dipilih untuk diberikan pembekalan teknologi produksi benih mulai dari aspek budi daya sampai penanganan hasil. Sarana produksi berupai benih, pupuk dan biaya pemeliharaan (biaya tanam, penyiangan, pembubunan dan pemanenan) diberikan sebagai bantuan natura, tetapi petani harus mengembalikan benih yang dihasilkan dengan proporsi 30% untuk Balitsereal dan 70% untuk petani. Petani binaan di Lombok Timur menghasilkan 22 ton jagung tongkol kering panen dengan kadar air 26% - 29%. Benih yang dapat dihasilkan adalah 10,5 ton pada kadar air 12%. Hasil jagung varietas Lamuru dari luas areal 0,54 ha setara dengan 4,62 t/ha, dijual pada harga Rp.1.150/kg dengan pendapatan sebesar Rp.5.313.000. Nilai produksi tersebut masih dikurangi dengan biaya saprodi pupuk Rp.864.500, pestisida Rp.200.000 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp.300.000 dengan biaya Rp. 3.272.000. Keuntungan yang diperoleh petani mencapai Rp.2.041.000. Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 0.62. Petani umumnya mudah memahami dan mempraktekkan di lapangan. Di kabupaten Soppeng, penangkaran dilakukan pada sawah irigasi sesudah padi seluas 0,7 ha. Teknologi produksi benih dari aspek budi daya, dan penanganan hasil serta sarana produksi berupa benih, pupuk, pestisida, pemeliharaan (biaya tanam, penyiangan, pembumbunan dan pemanenan) diberikan gratis dengan nilai Rp.4 juta. Di lokasi ini bobot tongkol basah pada ubinan 10 m x 10 m rata-rata 77 kg. Dari luas areal 0,7 ha diperoleh jagung 1.150 kg, sedang sortirannya 1.850 kg. Benih dijual dengan harga Rp.5000/kg, sedang jagung sortiran dijual dengan harga Rp.1850/kg kepada pedagang pengumpul dan petani di sekitar areal pengembangan. Kata Kunci : Jagung, benih, pembinaan penangkar, kelompok tani
PENDAHULUAN Dalam upaya peningkatan produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan, Badan Litbang Pertanian telah melepas enam varietas jagung bersari bebas dengan potensi hasil 7,0 – 9,0 t/ha. Varietas tersebut antara lain Lamuru dan Sukmaraga. Pada ekspose di beberapa lokasi seperti di Blora (Jawa Tengah), Takalar (Sul-Sel) dan Gorontalo, varietas-varietas tersebut ternyata diminati, tetapi belum dikenal oleh umumnya petani. Pengujian di beberapa lokasi membuktikan bahwa varietas Lamuru toleran kekeringan sementara varietas Sukmaraga toleran masam. Kendala pengembangan varietas tersebut adalah tidak tersedianya benih dalam jumlah yang cukup dengan harga terjangkau. Kondisi ini menyebabkan beberapa petani terpaksa membeli benih jagung hibrida dengan harga yang mahal dan sebagian lagi menanam benih hibrida generasi F2, F3 atau bahkan F4 yang tentu saja berproduktivitas rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka pada tahun 2004 Balitsereal telah melakukan pembinaan penangkaran benih berbasis komunitas petani untuk dapat mensuplai 11
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
kebutuhan benih bermutu di sekitar wilayah penangkaran. Pembinaan dilaksanakan di Balai Benih Utama (BBU) Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, Balai Benih Induk (BBI) Propinsi Nusa Tenggara Barat, dan di Lebbae Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan. Benih jagung yang digunakan dalam penangkaran benih adalah jenis bersari bebas varietas Lamuru dan Srikandi Kuning. Inovasi Teknologi Teknologi anjuran dibagi ke dalam dua tahapan, yakni teknologi budidaya untuk produksi benih dan teknologi penanganan benih (Tabel 1). Teknologi budi daya jagung terdiri dari beberapa tahap yakni penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, dan roughing, sedangkan teknologi penanganan benih menyangkut aspek pemanenan dan prosesing benih. Penyiapan lahan. Sebelum penanaman, lahan disemprot dengan herbisida Basmilang, 6 hari sebelum tanam dan Gramoxon 2 hari sebelum tanam. Gulma yang telah kering dibakar tanpa pembakaran, lalu dilakukan penanaman. Penanaman. Lahan diairi terlebih dahulu minimal 6 jam sebelum tanam agar penugalan dapat dilakukan semudah mungkin. Tanah ditugal pada kedalaman 10 cm dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm pada kepadatan satu biji/lubang atau 75 cm x 40 cm pada kepadatan dua biji/lubang. Pada 14 hari setelah tanam dilakukan penjarangan dengan kepadatan satu tanaman/lubang. Benih diberi perlakuan metalaksil (Ridomil) untuk mencegah terjadinya infestasi penyakit bulai dan benih juga dicampur dengan carbofuran untuk proteksi awal dari serangan hama pertumbuhan seperti jangkrik, semut, dan belalang daun. Pemupukan. Pupuk diaplikasikan dengan dosis anjuran masing-masing urea 300 kg, SP36 150 kg, KCL 100 kg, dan ZA 50 kg/ha. Sepertiga urea + seluruh P dan K diberikan pada saat tanaman berumur 0-7 HST. Sisa pupuk urea + ZA diberikan pada umur 30-35 HST. Pemupukan I dilakukan dengan cara menugal pada jarak 7 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm, sedang pemupukan II pada jarak 15 cm dari tanaman juga dengan kedalaman 10 cm. Pemeliharaan. Pemeliharaan dimaksudkan untuk menghindari persaingan tanaman dengan gulma. Upaya ini dilakukan dengan penyemprotan herbisida pascatumbuh dan pembumbunan pada saat setelah selesai pemupukan II. Pemeliharaan selanjutnya dilakukan dengan menjaga tanaman dari gangguan hama dan penyakit tanaman, dengan memonitor secara kontinu kondisi OPT di lapangan. Monitoring khusus difokuskan pada penyakit bulai. Roughing. Roughing dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang menyimpang dari kondisi genotipe yang semestinya. Panduan yang digunakan dalam roughing tanaman adalah warna batang, warna daun, tinggi tongkol, tinggi batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai yang menyimpang dan tanaman yang terinfeksi penyakit segera dibuang. Pemanenan. Sebelum panen, tanaman yang sudah tua dipangkas pucuknya, tepat di atas tongkol, dan selanjutnya dibiarkan di lapangan sekitar 10 hari. Hal ini dilakukan agar kadar air tongkol panen dapat turun di bawah 30% sehingga tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk menurunkan kadar air tongkol layak giling yang dianjurkan berkisar antara 16-17%. Pengupasan tongkol dilakukan di lapangan kemudian dikemas dalam karung plastik untuk selanjutnya dilakukan penjemuran. Prosesing. Prosesing benih dilakukan secara bertahap. Pertama, penjemuran untuk memperoleh kadar air layak giling. Kedua tongkol digiling pada kadar air 16-17% dan 12
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
dijemur beberapa hari sampai kadar airnya mencapai 12%. Ketiga, penyortiran menggunakan grader untuk memisahkan butir kotoran dan biji bakal benih. Keempat, hasil sortiran dipisah dengan bakal benih kemudian dikemas dalam karung untuk selanjutnya disimpan dalam gudang penyimpanan. Benih dalam karung penyimpanan dijaga agar tidak bersentuhan langsung dengan lantai gudang, untuk menghindari terjadinya kerusakan benih akibat kelembaban lantai. Pengemasan. Pengemasan/pengepakan dilakukan setelah benih lolos uji mutu dari BPSB setempat. Benih dikemas apabila kadar airnya sudah mencapai minimal 12% dan bahkan bila memungkinkan pada kadar air 10%. Hal ini untuk menjaga agar benih tetap vigor selama penyimpanan. Penyimpanan. Benih yang telah dikemas segera disimpan pada tempat yang kering. Penyimpanan untuk jangka waktu yang lama sebaiknya benih dicampur dengan bahan nabati seperti abu atau arang. Untuk menghindari serangan hama gudang, benih diproteksi fumigan.
13
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
Tabel 1. Inovasi teknologi budidaya jagung untuk menghasilkan benih pokok (SS) di Lombok Timur No 1.
Jenis Teknologi Penyiapan lahan
Metoda/Pelaksanaan Disemprot dengan herbisida Basmilang atau Round Up dan Gramoxon Ditugal sedalam 10 cm
Keterangan Basmilang/Round Up diberikan 6 hari sebelum tanam, Gramoxon 2 hari sebelum tanam
2.
Penanaman
Jarak tanam 75 cm x 25 cm, 2-3 biji/lubang, benih dicampur carbofuran dan di metalaksil
Sebelum ditugal lahan diberikan air secukupnya Diperjarang menjadi 1 tanaman pada 14 hari setelah tanam
3.
Pemupukan
Urea 300 kg, SP36 150 kg, KCL 100 kg dan ZA 50 kg. Sepertiga Urea + seluruh P dan K diberikan pada saat tanaman berumur 0-7 hst. Sisa pupuk Urea + ZA diberikan pada umur 30-35 hst
Diaplikasi pada jarak 7 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm Diaplikasi pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm
4.
Pemeliharaan
Disemprot dengan herbisida dan dibumbun pada saat pemupukan II. Dijaga dari gangguan hama dan penyakit
Diaplikasi pada saat tanaman bermur 30-35 hst Dilakukan monitoring rutin pada pertanaman terutama dari infestasi bulai dan penggerek batang/tongkol
5.
Roughing
Warna batang, daun, tinggi tongkol, tinggi batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai yang menyimpang dibuang, tanaman yang terinfeksi penyakit juga dubuang.
Roughing tanaman dilakukan sebelum tanaman berbunga
6.
Pemanenan
Pada umur 100 hari tanaman dipangkas bagian tasnya dan dibiarkan dilapangan sekitar 5-10 hari.
Untuk menurunkan kadar air tongkol saat panen
7.
Prosesing
Tongkol kering panen dijemur beberapa hari hingga kadar airnya berkisar antara 16-17%, kemudian tongkol dipipil dengan mesin pemipil. Benih pipilan di sortasi dan digrading sesuai ukuran yang diinginkan dan dijemur hingga kadar air 12 % untuk selanjutnya digudangkan
Untuk memenuhi standar tongkol layak pipil
Pengemasan/pengepakan dilakukan setelah benih lolos uji mutu dan kualitas dari BPSB setempat
Dikemas pada kadar air minimal 12%, dan disarankan pada k.a.10%
Disimpan pada tempat yang kering dan tidak lembab, tidak langsung menyentuh lantai.
Untuk menghindari serangga hama gudang dapat ditreatment dengan bahan nabati seperti abu, atau arang
8.
Pengemasan
9.
Penyimpanan
Dipisahkan dari butiran kotor dan mencegah adanya kontaminasi jamur aflatoksin
14
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
KINERJA BINAAN Lombok Timur Penangkaran pada tahun 2004 menunjukkan bahwa produksi tongkol 22 ton kering panen dengan kadar air berkisar antara 26-29%. Dari jumlah tersebut dihasilkan benih sebanyak 10,5 ton pada kadar air 12%. Analisis usahatani varietas Lamuru di Kecamatan Sambelia menunjukkan luas garapan rata-rata dari petani binaan 0,54 ha dengan hasil 4,62 t/ha. Hasil jagung tersebut dijual dengan harga Rp.1.150/kg dengan nilai sebesar Rp.5.313.000/ha. Angka ini dikurangi dengan a) biaya pupuk Rp.470.622, b) biaya pestisida Rp.188.460 dan c) biaya tenaga kerja Rp.162.000, dengan total biaya sarana produksi dan tenaga kerja selama satu musim tanam Rp.820.460. Keuntungan yang diperoleh petani adalah Rp.5.313.000 - Rp.820.460 = Rp.4.492.540. Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 5.47. Artinya, usahatani jagung Lamuru menguntungkan sehingga prospektif dikembangkan. Dalam analisis prosesing jagung menjadi benih, dihitung setiap 100 kg jagung gelondongan dengan rendemen 35% kering panen pada kadar air 29%. Harga jual benih dan sortirannya dihitung sebagai penerimaan, sedangkan pengeluaran terdiri atas 12 variabel yaitu : harga jagung gelondongan, harga karung, ongkos giling, biaya saromil, ongkos saromil dan pengemasan, biaya uji laboratorium, biaya pemeriksaan lapangan, biaya pelabelan/harga label, biaya pemasaran/promosi, dan biaya pestisida. Pendapatan bersih dari prosesing pascapanen jagung menjadi benih dihitung dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya pengeluaran. Penerimaan adalah Rp. 128.450 sedang biaya pengeluaran Rp.111.300. Selisih dari penerimaan dengan pengeluaran merupakan pendapatan bersih yang besarnya adalah Rp.17.150. Hasil analisis menunjukkan bahwa nisbah keuntungan dan biaya pengeluaran menunjukkan angka 1,15. Artinya, prosesing jagung menjadi benih menguntungkan. Pengamatan terhadap aspek pemasaran, hasil sortiran dari prosesing benih di Sambelia dijual dalam bentuk jagung konsumsi dan dipasarkan dengan harga Rp.1.150/kg. Pemasaran biji jagung hasil sortiran maupun jagung konsumsi yang bukan hasil sortiran tidak mengalami kesulitan, karena di Sambelia banyak pedagang pengumpul yang siap menampung hasil jagung petani dengan harga yang bervariasi antara Rp.65.000-Rp.70.000 per kuintal untuk jagung kupasan tongkol panen, dan Rp.1.000-Rp.1.150/kg untuk jagung pipil. Pedagang pengumpul tingkat desa membawa jagung ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan yang akan memproses semua jagung tongkol panen menjadi jagung pipil untuk selanjutnya dibawa ke propinsi atau langsung dibawa ke Bali atau Surabaya. Pemasaran benih jagung yang dihasilkan oleh penangkar di Sambelia juga tidak mengalami kesulitan. Dari 10,5 ton benih dari petani binaan, 4,4 ton diantaranya dibeli oleh pedagang benih di Lombok Timur dan 4 ton dibeli oleh Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Timur untuk pengembangan jagung lebih lanjut. Sisanya dijual langsung kepada individu petani. Petani binaan menaruh perhatian besar terhadap pengembangan benih Lamuru. Pada tahap sosialisasi dan pelatihan, petani mampu menerapkan bimbingan teknologi dengan baik. Aspek lain yang menggembirakan adalah kemauan petani untuk senantiasa mendiskusikan masalah yang dihadapi di lapangan, misalnya masalah air dan gangguan OPT. Kebutuhan pupuk untuk setiap petani penangkar diberikan sesuai rekomendasi dan ditimbang bersama pelaksana teknis lapangan menurut petunjuk yang diberikan oleh penaggungjawab lokasi serta diawasi oleh penyuluh senior yang secara sukarela melibatkan diri dalam pengembangan jagung. Ada komitmen antara Balitsereal dengan petani binaan di Sambelia, yaitu Balitsereal menyediakan teknologi, sarana produksi (pupuk, obat-obatan), dan biaya 15
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
pemeliharaan tanaman yang besarnya ditetapkan Rp.300.000/ha. Dari rata-rata luas garapan 0,54 ha maka petani mendapat bantuan Rp.820.460, tetapi mereka berkewajiban membayar dengan cara mengembalikan sebagian benih yang diperoleh kepada Balitsereal dengan pembagian 70% (petani): 30% Balitsereal. Jagung sortiran disepakati menjadi milik petani. Pada tahap akhir pelaksanaan program, yakni pada waktu petani telah selesai panen, Balitsereal tidak mampu mengakomodasi keinginan petani untuk membantu penanganan proses pascapanen jagung sampai menjadi benih, karena tidak mempunyai dana yang cukup untuk (biaya angkut hasil panen dari lokasi ke BBU, biaya prosesing, penjemuran, pemipilan, pembeliaan karung panen, dan biaya lain yang diperlukan dalam pascapanen). Akibatnya, petani menjual hasil panen dalam bentuk tongkol kepada pengusaha setempat dengan harga Rp.70.000/kwintal, lebih tinggi dibanding harga pasar gelondongan saat itu yang hanya Rp.63.000-65.000/kwintal. Artinya petani tidak memperoleh pendapatan dalam bentuk hasil penjualan benih. Konsekuensinya, kewajiban petani mengembalikan dana bantuan 30% menjadi gugur. Upaya perbaikan sistem produksi dan distribusi benih bermutu varietas unggul jagung bersari bebas di sekitar wilayah pengembangan mutlak diperlukan, dengan cara membina penangkar di pedesaan, yang berbasis pada kelompok tani. Cara ini akan memudahkan petani mengakses benih yang baik dan bermutu yang akan berdampak terhadap percepatan penyebaran varietas unggul baru jagung. Agar kegiatan ini dapat berjalan baik dan sinambung, maka pembinaan staf yang menjadi mitra kerja seperti BPTP, Diperta, dan BPSB mutlak diperlukan. Pembinaan tersebut difokuskan pada upaya peningkatan keterampilan implementasi teknologi produksi benih jagung dan sistem distribusinya, sehingga mereka diharapkan dapat membina penangkar-penangkar benih jagung di daerah masing-masing. Pengembangan penangkaran benih pada tahun II (2005), partisipasi BBU sangat besar, bertanggung jawab terhadap pengadaan benih, sementara BBI, baru pada tahun 2005 diikutkan sebagai mitra dalam rangka pembinaan penangkar benih di Lombok Timur. Potensi lahan yang cocok untuk pengembangan jagung di daerah ini sekitar 25.000 ha. Setelah pembinaan penangkar berjalan dua tahun, harga benih jagung di tingkat petani berkisar antara Rp.5.000-10.000/kg.
16
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
Tabel 2. Analisis usahatani jagung varietas Lamuru pada pembinaan penangkar benih berbasis kelompok tani. Uraian Luas garapan (ha) Produksi (t/ha) Nilai Produksi (Rp/ha) Biaya Saprodi (Rp) - Benih Urea SP36 KCl ZA Pestisida (insektisida/herbisida/fungisida Tenaga kerja (penyiapan lahan, tanam, bumbun. penyiangan, pemupukan, panen, angkut) Total biaya (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) B/C ratio Keterangan : Benih Urea SP36 KCL ZA Herbisida Furadan Harga pipilan Biaya tenaga kerja
Nilai 1.50 10.10 10.500.000 600.000 321.080 270.000 150.000 160.500 85.000 162.000 2.297.000 3.883.580 1.70
20 kg/ha (Rp.20.000/kg) 300 kg/ha (Rp.1070/kg) 150 kg/ha (Rp.1800/kg) 100 kg/ha (Rp. 2000/kg) 50 kg/ha (Rp. 1070/kg) Rp.45.000/liter Rp.10.000/kg Rp. 1.050,-/kg Rp.300.000,-/ha
Tabel 3. Analisis usahatani jagung varietas Lamuru di Kesik Kecamatan Masbagik (Balai Benih Induk) Uraian Luas garapan (ha) Produksi (t/ha) Nilai Produksi (Rp/ha) Biaya Saprodi (Rp) - Benih Urea SP36 KCl ZA Pestisida (insektisida/herbisida/fungisida) Tenaga kerja (penyiapan lahan, tanam, bumbun. penyiangan, pemupukan, panen, angkut) Total biaya (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) B/C ratio
Nilai 0.40 3.05 3.202.500 160.000 128.000 108.000 80.000 21.400 34.000 120.000 651.400 2.551.100 3.91
Keterangan :
Benih 20 kg/ha (Rp.20.000/kg) Urea 300 kg/ha (Rp.1070/kg) SP36 150 kg/ha (Rp.1800/kg) KCL 100 kg/ha (Rp. 2000/kg) ZA 50 kg/ha (Rp. 1070/kg) Herbisida Rp.45.000/liter Furadan Rp.10.000/kg Harga pipilan Rp. 1.050,-/kg Biaya tenaga kerja Rp.300.000,-/ha
17
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
Tabel 4. Analisis usahatani jagung varietas Srikandi Kuning di Kesik Kecamatan Masbagik (Balai Benih Induk) Uraian Luas garapan (ha) Produksi (t/ha) Nilai Produksi (Rp/ha) Biaya Saprodi (Rp) - Benih Urea SP36 KCl ZA Pestisida (insektisida/herbisida/fungisida) Tenaga kerja (penyiapan lahan, tanam, bumbun. penyiangan, pemupukan, panen, angkut) Total biaya (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) B/C ratio Keterangan :
Nilai 0.60 3.94 4.137.000 240.000 192.600 162.000 120.000 32.100 51.000 180.000 977.700 3.159.300 3.2
Benih 20 kg/ha (Rp.20.000/kg) Urea 300 kg/ha (Rp.1070/kg) SP36 150 kg/ha (Rp.1800/kg) KCL 100 kg/ha (Rp. 2000/kg) ZA 50 kg/ha (Rp. 1070/kg) Herbisida Rp.45.000/liter Furadan Rp.10.000/kg Harga pipilan Rp. 1.050,-/kg Biaya tenaga kerja Rp.300.000,-/ha
Tabel 5. Analisis prosesing jagung menjadi benih per 100 kg gelondongan rendemen 35%, kering panen pada kadar air 29% Uraian Penerimaan Harga jual benih 35 Kg @ Rp. 3.500 Harga jagung hasil sortir 7 Kg @ Rp.1.050 Biaya Pengeluaran Harga jagung gelondongan 100 Kg @ Rp. 700 Harga karung @ Rp. 20,- x 35 Kg benih Ongkos giling 35 Kg x Rp. 215 Biaya saromil 35 Kg x Rp. 520 Ongkos saromil dan pengemasan 35 Kg x Rp. 100 Harga kemasan kantong plastik berlogo 35 kg x Rp. 160 Biaya uji laboratorium (BPSB) 35 Kg x Rp. 10 Biaya pemeriksaan lapangan (BPSB) 35 Kg x Rp. 25 Biaya pelabelan/harga label (BPSB) 35 Kg x Rp. 20 Biaya pemasaran/promosi 35 Kg x Rp. 25 Biaya lain-lain 35 Kg x Rp. 75 Harga insektan (protoksin) 35 Kg x Rp. 10 Jumlah
Nilai (Rp) 122.500 7.350
70.000 700 7.525 18.200 3.500 5.600 350 875 700 875 2.625 350 111.300
Pendapatan Bersih = Penerimaan – Pengeluaran = Rp. 129.850 – Rp. 111.300 = Rp. 18.550,-
18
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
Kabupaten Soppeng Dari luasan areal 0,7 ha diperoleh hasil benih jagung sebanyak 1.150 kg, sedang sortirannya 1.850 kg. Benih dijual secara eceran dengan harga Rp.5.000/kg sedang jagung sortiran/konsumsi dijual dengan harga Rp.1.850/kg kepada pedagang pengumpul dan petani di sekitar areal pengembangan. Nilai jual benih adalah Rp.5.750.000, sedangkan jagung hasil sortiran Rp.3.422.500. Biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani tersebut adalah untuk pengolahan, tanam, pemupukan, pemeliharaan, biaya pembelian pestisida dan herbisida, biaya panen, biaya angkutan dan biaya lain yang besarnya maksimal Rp. 4.000.000, merupakan bantuan yang diberikan oleh Balitsereal. Keuntungan yang diperoleh adalah nilai hasil panen dikurangi dengan biaya pengeluaran (Rp.9.122.500-Rp.4.000.000) yakni menjadi Rp.5.122.500. Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 2.28. Artinya, usahatani benih jagung benih varietas Lamuru sangat menguntungkan dan prospektif dikembangkan (Tabel 8). Tabel 8. Analisis usahatani jagung varietas lamuru pada pembinaan penangkar benih di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Uraian Luas garapan (ha) Produksi (t/ha) - Benih - Sortiran Nilai hasil (Rp/ha) - Benih - Sortiran Biaya produksi (Rp): biaya tanam, pupuk, pestisida, herbisida, biaya panen, angkutan, tenaga kerja dll. Keuntungan (Rp/ha) B/C ratio
Nilai 0.70 1,15 1,85 5.700.000 4.422.500 4.000.000 5.122.500 2.28
Keterangan : - Harga jual benih Rp.5.000/kg - Harga jual sortiran Rp.1.850/kg Biji hasil sortiran dari prosesing benih dijual dalam bentuk jagung konsumsi dan dipasarkan dengan harga Rp.1.850/kg. Pemasaran biji jagung hasil sortiran maupun bukan hasil sortiran tidak mengalami kesulitan. Karena terdapat banyak pedagang pengumpul di tingkat desa yang siap menampung hasil panen petani dengan menawarkan harga relatif tinggi. Pedagang pengumpul desa, lalu membawa ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan yang akan memproses semua jagung tongkol panen menjadi jagung pipil untuk selanjutnya di bawa ke kota. Pemasaran benih jagung yang dihasilkan oleh penangkar binaan di Lebbae juga tidak mengalami kesulitan. Benih dijual dengan harga eceran Rp.5000/kg. Semua benih dan hasil sortiran habis terjual dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Sejak awal pengembangan jagung Lamuru nampak bahwa perhatian dan keinginan petani koperator begitu besar. Aspek lain yang menggembirakan adalah kemauan petani koperator untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi di lapangan, misalnya masalah air dan gangguan OPT walaupun sangat rendah. Kebutuhan pupuk petani diberikan sesuai kebutuhan. 19
Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009
ISBN :978-979-8940-27-9
KESIMPULAN Hasil jagung Lamuru yang diperoleh petani binaan di Lombok Timur setara dengan 6,73 t/ha pada kadar air 14%. Dari jumlah tersebut, benih yang dihasilkan 6,01 t/ha benih pada kadar air 12%, selebihnya adalah biji sortiran. Hasil Srikandi Kuning rata-rata 3,94 t/ha pada kadar 15%. Di Kabupaten Soppeng, benih jagung yang dihasilkan dari luasan areal 0,7 ha ratarata 1.150 kg, dari sortirannya 1.850 kg. Benih dijual dengan harga Rp.5.000/kg sedang jagung sortiran/konsumsi dijual pada harga Rp.1.850/kg. Total pendapatan yang diperoleh adalah Rp.5.700.000 dari benih dan Rp.3.422.500 dari sortiran sehingga kumulatifnya Rp.9.122.500. Keuntungan yang diperoleh adalah nilai produksi dikurangi dengan biaya sarana produksi (Rp.9.122.500 - Rp.4.000.000) = Rp.5.122.500. Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 2,28. Artinya, bahwa usahatani jagung varietas Lamuru untuk perbenihan sangat menguntungkan dan prospektif untuk dikembangkan. DAFTAR PUSTAKA Faisal Wahab.2004. Pengujian dan sertifikasi benih jagung. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Firdaus K, Arifuddin, dan M.Yasin HG.2002. Metoda pendugaan hasil jagung. Berita Puslitbangtan no.24 Novemvem 2002. Firmansyah, I.U., Sinuseng, Y, R.Arief, S.Singgih dan Suwardi.2004. Teknologi prosesing jagung dan sorgum. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Made J.Mejaya, Marsum M.Dahlan, dan Oman Suherman.2004.Teknologi produksi benih jagung unggul hibrida. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Oman Suherman dan Made Mejaya. 2004. Teknologi produksi benih sumber jagung bersari bebas. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Syafruddin, Af.Fadhly., dan M.Akil. 2004. Budidaya jagung untuk produksi benih. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Subandi.2004. Program penelitian benih serealia. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Wakman,W.2004. Teknologi pengendalian hama penyakit jagung di lapangan dan di gudang. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004.
20