PRODUKSI BENIH DASAR UNTUK PEMBINAAN JARINGAN KERJA KABUPATEN SOPPENG
BEBERAPA INSTANSI DI
M.Sudjak Saenong dan IGP.Sarasutha Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian pengembangan teknologi produksi benih dasar tahun 2007 dalam rangka pembinaan penangkar benih jagung untuk pembinaan jatringan kerja beberapa instansi di Kabupaten Soppeng telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Benih Utama Lebbae, Kecamatan Liliriaja yang berlangsung dari bulan Mei sampai dengan September 2007. Penangkaran dilakukan pada hamparan sawah irigasi sesudah padi dengan luas hamparan 0,7 ha. Pembekalan teknologi produksi benih mulai dari aspek teknologi budidaya sampai dengan teknologi penanganan hasil. Sarana produksi berupa benih, pupuk, pestisida, pemeliharaan (biaya tanam, penyiangan, pembumbunan dan pemanenan) diberikan secara gratis yang nilainya Rp.4 juta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total produksi tongkol basah dari ubinan 10 x 10 cm rata-rata adalah 77 kg, dari luas ubinan tersebut jumlang tongkol yang dihasilkan rata-rata adalah 446 tongkol sedang jumlah batang rata-rata adalah 271 batang. Dari luasan areal 0.7 ha diperoleh jagung sebanyak 1150 kg, sedang sortirannya sebanyak 1850 kg. Benih dijual ecer dengan harga Rp.5000,-/kg sedang jagung sortiran/konsumsi dijual pada harga Rp.1850,-/kg yang dibeli oleh pedagang pengumpul dan petani yang berada disekitar areal pengembangan. Kata kunci : Benih, produksi, jaringan kerja, pembinaan dan Kabupaten Soppeng PENDAHULUAN Program pengembangan dan pengadaan jagung nasional yang dikumandangkan pemerintah dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan nasional dan pakan. Untuk maksud tersebut di atas Badan Litbang Pertanian telah melepas 9 varietas jagung hibrida dan 6 verietas jagung bersari bebas dengan potensi hasil antara 7.0-9.0t/ha. Varietas-varietas tersebut antara lain Lamuru dan Sukmaraga. Pada ekspose di beberapa lokasi seperti di Blora(Jawa Tengah), Takalar(Sul-Sel) dan Gorontalo, penampilan varietas-varietas tersebut ternyata sangat diminati petani sebagai pengguna (Subandi, 2004). Agar pengembangan varietas-varietas tersebut dapat dicapai sesuai target dan realisasi program, maka pada tahun 2007 telah dilaksanakan penelitian pengembangan teknologi produksi benih dalam rangka pembinaan penangkar benih jagung dan pembinaan jaringan kerja beberapa instansi di Kabupaten Soppeng yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Benih Utama Kecamatan Liliriaja. Penangkaran dilakukan pada hamparan sawah irigasi sesudah padi dengan luas hamparan 0,7 ha. Pembekalan teknologi produksi benih mulai dari aspek teknologi budidaya sampai dengan teknologi penanganan hasil. Sarana produksi berupa benih, pupuk dan biaya pemeliharaan (biaya tanam, penyiangan, pembumbunan dan pemanenan) diberikan sebagai bantuan tunai dan natura.
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Lebbae Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng dari bulan Mei sampai dengan September 2007. Benih jagung ditanam pada lahan petani dengan luas hamparan 0,7 ha di atas lahan irigasi Balai Benih Utama (BBU). Tanggal tanam adalah 1 mei 2007 dengan jadwal pemupukan adalah pupuk I (10 mei 2007) dan pupuk II (1 juni 2007). Perlakukan dan Pemupukan Benih yang digunakan dalam penangkaran Benih Sumber (BS) adalah jagung varietas unggul bersari bebas (VBB) varietas Lamuru. Benih Sumber (BS) ditanam dalam petak terisolasi dengan isolasi jarak minimum 300 m. Jumlah benih yang dibutuhkan adalah 25 kg/ha. Tanaman di pupuk dengan pupuk anorganik dengan takaran 300 kg Urea, 150 kg SP36, 100 kg KCL dan 50 kg ZA dan penggunaan saprodi lain seperti metalaksil, carbofuran dan pestisida lain seperti herbisida tanaman. Variabel-variabel yang diamati antara lain ; berat ubinan rata, jumlah tongkol dalam luasan ubinan, jumlah batang dalam luasan ubinan, kadar air waktu panen dan 7 hsp (hari setelah panen), panjang tongkol dan diameter tongkol, cekaman biotik dan abiotik, analisa usahatani (budidaya jagung), penanganan pasca panen, dan pemasaran hasil. Pengamatan OPT Jagung Pengambilan data OPT dilakukan dengan metoda patroli pada hamparan petani binaan. Sebanyak 10% dari luas areal yang dipatroli diamati gangguan OPTnya pada ubinan 10 x 10 cm secara random dengan 4 ulangan. Hama dan penyakit utama yang nampak diamati dan secara kualitatif dicatat dan dilaporkan ke penanggungjawab lokasi. Jenis varietas yang ditanam serta perlakukan budidaya lainnya seperti jenis pupuk, dosis pemupukan, waktu aplikasi pupuk, jenis pestisida/herbisida yang digunakan serta performansi hasil yang dicapai ditingkat petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Operasionalisasi Kegiatan Di Lapang Sosialisasi / Pelatihan Sosialisasi dan pelatihan dimaksudkan untuk memberi pembekalan dan pemahanan kepada petani binaan tentang tujuan penelitian, metodologi yang digunakan serta teknologi yang akan diterapkan. Pelatihan dipandu oleh instruktur senior dengan dari Balitsereal. Materi pelatihan terdiri dari teknologi budidaya jagung secara umum, dilanjutkan dengan fokus pada roughing tanaman untuk memperoleh keseragaman tanaman, kemudian materi ditambah lagi dengan materi yang menyangkut aspek pemuliaan tanaman antara lain teknologi persilangan tanaman yang mencakup teknik persilangan halfsib (modifikasi erturo) untuk mendapatkan kemurnian kualitas benih yang ditangkar. Cara ini dilakukan agar generasi F1nya memiliki genotipe dan fenotipe yang sama dengan tanaman induknya. Teknik kondomisasi calon betina, teknik mendapat calon jantan dan mendapatkan tepung sari yang baik, dan teknik menampung serta menumpahkan tepung sari pada calon betina juga menjadi topik pembelajaran dalam pelatihan/sosialisasi program. Penerapan Teknologi Anjuran Penerapan teknologi anjuran di lapangan dibagi dalam 2 tahapan yakni penerapan teknologi budaya tanaman jagung untuk produksi benih dan teknologi penangan benih (Lampiran 1). Teknologi budidaya jagung terdiri dari beberapa tahap yakni penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemupukan dan roughing, sedangkan teknologi penanganan benih menyangkut aspek pemanenan dan prosessing benih (Lampiran 2). Rekor Kualitatif Cekaman Biotik dan Abiotik Kondisi cekaman biotik dan abiotik tanaman nampak bahwa pada plot Amma Gafur (petani binaan) untuk cekaman biotik terdapat serangan kutu daun dengan derajat serangan sangat rendah tersebar secara spot-spot terutama pada tanaman pinggir. Tanaman yang terserang daunnya agak mengering dengan permukaan daun dipoenuhi embun jelaga. Pada plot yang sama untuk cekaman
abiotik dicatat sebahagian besar daun tanaman terlihat agak menguning disebabkan tanaman mengalami stres kekurangan air. Pada plot tersebut hanya memperoleh 4 kali pengairan yang semestinya 8 kali/semester. Pada plot Amma Esa cekaman abiotik tanaman tercatat pada beberpa pertanaman yang kurang mendapat cahaya matahari yang cukup akibat sebahagian tanaman nampak kerdil namun sebahagian lagi mengalami pertumbuhan etiolasi. Pada plot yang terdapat pada lahan BBU tercata sebahagian tanaman terutama yang berdekatan dengan pengairan agak kerdil sebagai akibat stres kegenangan air yang terjadi oleh adanya limpahan air dari saluran tersier induk irigasi desa, sedangkan pada pertanaman yang berdekatan dengan perumahan banyak tanaman yang tidak tunbuh disebabkan karena pada awal pertumbuhan banyak benihnya yang dimakan ayam (Tabel 1). Tabel 1. Kondisi kualitatif cekaman biotik dan abiotik pada areal BBU Lebbae, Kecamatan Liliriaja Kab. Soppeng Kualitas Cekaman No. Abiotik Biotik (OPT) 1. Terdapat serangan belalang pada Terjadi kegenangan pada awal pertanaman ( 7 hst) dengan beberapa petak dengan coverage derajat serangan tinggi dengan areanya mencapai 30%. lokasi agak menyebar kesemua lokasi pertanaman. 2.
Terdapat serangan ayam sehari setelah benih dimasukkan ke lubang tanam (benih dimakan ayam). Serangan ayam terjadi pada lokasi yang dekat dengan jalanan.
Beberapa tanaman terutama pada lokasi yang terkena naungan nampak agak kerdil tetapi sebahagian lagi mengalami pertumbuhan etiolasi
Berat Ubinan, Hasil Benih dan Sortiran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat ubinan rata-rata dari 3 ulangan pada luasan 10x10m adalah 77 kg, jumlah tomgkol rata-rata yang dicatat sebanyak 446 buah sedang jumlah batang yang dicatat adalah 271 batang. Pengamatan kadar air menunjukkan bahwa kadar air pada saat panen adalah 29.2% sedang pada 7 hsp tercatat rata-rata 24.2%. Panjang tongkol dan doameter tongkol rata-rata juga diamati masing adalah 18.5 cm (panjang tongkol) dan 15.6 cm (diameter tongkol tongkol). Pengamatan indikator produksi dari luasan areal 0.7 ha dilakaukan pada ubinan 10x10cm dan dipeoleh hasil benih jagung sebanyak 1150 kg, sedang sortirannya sebanyak 1850 kg. Benih dijual ecer dengan harga Rp.5000,-/kg sedang jagung sortiran/konsumsi dijual pada harga Rp.1850,-/kg yang dibeli oleh pedagang pengumpul dan petani yang berada disekitar areal pengembangan. Berat benih tersebut merupakan berat yang dihasilkan dari sortasi biji dari berat panen tiap plot petani yang ditimbang pada kadar air masing-masing 12%. Produksi hasil aktual dihitung dengan rumus yang dirujuk dari Cymmit (Subandi et al.,1982) dalam Firdaus et al., (2002) sebagai berikut: Y = (10.000/LP) x (100 – ka)/85) x BP x 0.8 dimana : Y = Hasil (ka.15%) kg/ha LP = Luas Panen Ka = Kadar air saat panen, % BP = Berat kupasan basah (kg) pada luasan LP 0.8 = Konstanta persentase isi (%) Analisa Usahatani Budidaya Jagung Benih Hasil analisa usahatani budidaya jagung varietas Lamuru di Kecamatan Liliriaja(lebbae) nampak bahwa luas garapan rata-rata dari petani binaan 0.7 ha dapat menghasilkan produksi benih sebanyak 1150 kg (1,15 t/ha). Hasil produksi tersebut dijual pada harga Rp.5000,-/kg dengan total nilai produksi
sebesar Rp.5.750.000,-. , sedangkan hasil sortirannya sebanyak 1850 kg (1,85 t/ha) yang dijual pada harga Rp.1850,-/kg didapatkan nilai penjualan Rp.3.422.500,-. Biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani tersebut adalah biaya pengolahan, tanam, pemupukan, pemeliharaan, biaya pembelian pestisida dan herbisida, biaya panen, biaya angkutan dan biaya-biaya lain yang besarnya dipatok sebesar maksimal Rp. 4.000.000,- yang merupakan bantuan cuma-cuma yang diberikan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Maros. Total pendapatan yang diperoleh adalah Rp.5.700.000,- (dari benih) dan Rp.3.422.500,- (dari sortiran) sehingga komulatifnya berjumlah Rp.9.122.500,-. Jadi keuntungan yang diperoleh adalah nilai produksi total dikurangi dengan biaya pengeluaran (Rp.9.122.500,- - Rp.4.000.000,-) = Rp.5.122.500,Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 2.28. Ini artinya bahwa usahatani jagung benih varietas Lamuru sangat menguntungkan dan prospektif untuk dikembangkan (Lampiran 3).
Prosesing, Penyimpanan dan Pengemasan Hasil panen yang ada di wilayah binaan dikumpulkan dipelataran jemur milik Balai Benih Utama Lebbae.Tongkol kupasan dari lokasi dijemur dilantai tembok kemudian diratakan agar setiap tongkol mempunyai peluang yang sama untuk mendapat penyinaran matahari. Setiap 4 jam tongkol kupasan dibolak-balik agar pemanasan biji dapat merata pada seluruh tongkol. Penjemuran dilakukan selama 3 hari berturut-turut sampai kadar air pada tongkol kupasan mencapai kadar air yang layak untuk dipipil. Pemipilan dengan mesin dilakukan apabila kadar air kupasan tongkol berkisar antara 16 – 17 %. Hal ini dilakukan untuk menghindari retaknya biji waktu proses pemipilan berlangsung sebagai akibat oleh tingginya kadar air. Biji hasil pipilan mesin dijemur selama beberapa hari untuk menurunkan kadar air dari 16-17% menjadi 12%, kemudian dilakukan sortasi dan grading dengan menggunakan alat grader yang dipasang secara manual pada mesin pemipil. Pekerjaan ini dilakukan untuk memisahkan antara biji bakal benih dan biji yang berkwalitas untuk konsumsi. Setelah kadar air benih dapat dicapai 12% maka benih dikemas dalam karung plastik untuk selanjutnya disimpan pada gudang yang tersedia. Benih diusahakan agar tidak menyentuh lantai untuk menghindari kelembaban lantai yang akan berpengaruh terhadap kualitas dan vigoritas benih. Benih yang lembab akan cepat rusak, mudah diinfeksi oleh kumbang bubuk karena melunaknya lapisan kulit ari biji dan bahkan dapat merangsang tumbuhnya jamur aflatoxin yang sangat berbahaya bila terkonsumsi baik oleh ternak maupun oleh manusia. Pemasaran Hasil Pemasaran Jagung Konsumsi Biji hasil sortiran dari prosesing benih yang ada di Lebbae dijual dalam bentuk jagung konsumsi dan dipasarkan dengan harga Rp.1..850,-/Kg. Pemasaran dari biji jagung hasil sortiran maupun jagung konsumsi yang bukan hasil sortiran tidak mengalami kesulitan. Hal ini karena di Kecamatan Liliriaja sangat banyak pedagang pengumpul di tingkat desa dan dusun yang siap menampung hasil produksi petani dengan menawarkan harga yang tinggi. Pedagang pengumpul desa tersebut, lalu membawa ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan yang akan memproses semua jagung tongkol panen menjadi jagung pipil untuk selanjutnya di bawa ke kota. Pemasaran Jagung Benih Pemasaran jagung benih yang dihasilkan dari pembinaan penangkar yang ada di Lebbae juga tidak mengalami kesulitan yang berarti. Yang ada disekiatar wialayah pengembangan (kecamatan yang disekitarnya) dan dijual pada harga eceran Rp.5000,-/kg. Semua benih dan hasil sortiran habis terjual dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Partisipasi Petani Binaan Terhadap Aspek Teknologi yang Diperkenalkan Sejak awal pertama kali rencana pengembangan benih Lamuru nampak bahwa perhatian dan keinginan koperator begitu besar. Hal ini lebih lanjut terlihat ketika pilot pengembangan sementara berjalan, bimbingan dan petunjuk yang diberikan baik dari penaggungjawab lokasi maupun pelaksana
teknis lapangan cukup mendapat perhatian yang serius dari koperator. Aspek lain yang menggembirakan adalah kemauan koperator untuk senantiasa mendiskusikan masalah yang dihadapi di lapangan misalnya masalah air, gangguan OPT walaupun itu sangat kecil sekali (kualitas gangguannya sangat rendah). Kebutuhan pupuk tiap areal plot petani di lapangan diberikan sesuai dan ditimbang bersama pelaksana teknis lapangan menurut petunjuk yang diberikan oleh penaggungjawab lokasi
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa total produksi tongkol basah dari ubinan 10 x 10 cm ratarata adalah 77 kg, dari luas ubinan tersebut jumlang tongkol yang dihasilkan rata-rata adalah 446 tongkol sedang jumlah batang rata-rata adalah 271 batang. Dari luasan areal 0.7 ha diperoleh jagung sebanyak 1150 kg, sedang sortirannya sebanyak 1850 kg. Benih dijual ecer dengan harga Rp.5000,-/kg sedang jagung sortiran/konsumsi dijual pada harga Rp.1850,-/kg yang dibeli oleh pedagang pengumpul dan petani yang berada disekitar areal pengembangan. Total pendapatan yang diperoleh adalah Rp.5.700..000,- (dari benih) dan Rp.3.422.500,- (dari sortiran) sehingga komulatifnya berjumlah Rp.9.122.500,-. Jadi keuntungan yang diperoleh adalah nilai produksi total dikurangi dengan biaya pengeluaran (Rp.9.122.500,- - Rp.4.000.000,-) = Rp.5.122.500,Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 2.28. Ini artinya bahwa usahatani jagung benih varietas Lamuru sangat menguntungkan dan prospektif untuk dikembangkan. DAFTAR PUSTAKA Faisal Wahab.2004. Pengujian dan sertifikasi benih jagung. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Firdaus K, Arifuddin, dan M.Yasin HG. 2002. Metoda pendugaan hasil jagung. Berita Puslitbangtan no.24 Novembem 2002. Firmansyah, I.U., Sinuseng, Y, R.Arief, S.Singgih dan Suwardi. 2004. Teknologi prosesing jagung dan sorgum. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Made J.Mejaya, Marsum M.Dahlan, dan Oman Suherman. 2004.Teknologi produksi benih jagung unggul hibrida. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Oman Suherman dan Made Mejaya. 2004. Teknologi produksi benih sumber jagung bersari bebas. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Syafruddin, Af.Fadhly., dan M.Akil. 2004. Budidaya jagung untuk produksi benih. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Subandi. .2004. Program penelitian benih serealia. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Wakman,W. 2004. Teknologi pengendalian hama penyakit jagung di lapangan dan di gudang. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004.