EVALUASI MUTU BENIH JAGUNG DALAM GUDANG PENYIMPANAN BENIH UPBS Rahmawati dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Evaluasi mutu fisik dan fisiologis benih dilakukan terhadap beberapa varietas benih jagung Balitsereal yang disimpan di gudang penyimpanan Unit Perbenihan Benih Sumber (UPBS), untuk mengetahui mutu benih selama berada dalam gudang penyimpanan. Varietas yang diuji adalah Srikandi Kuning-1 yang di simpan pada tahun 2006, 2007 dan 2009. Varietas Gumarang dengan periode simpan 2006, 2007 dan 2010. Bisma dengan periode simpan 2006 dan 2010. Bisma, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1 dan Lamuru dengan periode simpan 2009. Pengujian dilakukan pada bulan April 2011 di Laboratorium Perbenihan dan rumah kaca Balitsereal, Maros. Evaluasi mutu benih dilakukan terhadap mutu fisik dan fisiologis benih. Hasil pengamatan menunjukkan varietas Gumarang dengan periode simpan tahun 2006, 2007 dan 2010 menyebabkan kerusakan fisik dengan biji berlubang 0– 0,1%, biji pecah 0,11–0,34%, biji retak 0–0,1% dan biji berjamur 0,09–0,6%. Varietas Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan 2006, 2007 dan 2009 mempunyai biji berlubang 0–0,16%, biji pecah 0,22–0,71%, biji retak 0– 0,09% dan biji berjamur 0,11–0,31%. Varietas Bisma dengan periode simpan 2006 dan 2010 mempunyai biji berlubang 0%, biji pecah 0,3 –0,73%, biji retak 0,07–0,35% dan biji berjamur 0,04–0,2%. Varietas Bisma, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1 dan Lamuru dengan periode simpan 2009 mempunyai biji berlubang 0–0,52%, biji pecah 0,33–0,64%, biji retak 0–0,11% dan biji berjamur 0–0,81%. Benih jagung varietas Gumarang, Srikandi Kuning-1 dan Bisma dengan periode simpan tahun 2006-2010 memiliki daya berkecambah 88,67–98,67%, kecepatan tumbuh 20,20–28,80 %/etmal, daya hantar listrik 1,35–2,25 µs/cm/g dan panjang akar primer 9,87– 18,68 cm. Bobot 100 butir untuk varietas Gumarang berkisar antara 24,67–27,51 g, Srikandi Kuning-1 berkisar 26,75–29,57 g, dan Bisma 28,28–35,91 g. Kata kunci : Mutu, benih, jagung, dan Penyimpanan PENDAHULUAN Benih jagung jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan mengalami deteriorasi. Untuk menekan terjadinya deteriorasi harus diupayakan disimpan dengan cara-cara tertentu. Cara yang aman untuk menyimpan benih dilakukan dengan mengemas benih menggunakan plastik polietilen pada kadar air yang aman untuk disimpan yaitu 10 -11%. Penyimpanan benih sebaiknya menggunakan suhu rendah agar dapat memperpanjang masa simpan dan dapat menekan penurunan mutu benihnya. 582
Penyimpanan benih di daerah tropis sering mengalami kendala terutama masalah kelembaban yang tinggi dan fluktuasi suhu. Benih bersifat higroskopis dan kadar airnya selalu berkeseimbangan dengan kelembaban nisbi di sekitarnya (Copeland and Mc.Donald vvv 1985). Dengan demikian penyimpanan benih terutama benih ortodoks harus memilih materi kemasan yang dapat mempertahankan agar tidak terjadi perubahan kadar air benih selama penyimpanan. Gudang UPBS (Unit Pengelola Benih Sumber) merupakan gudang yang
Rahmawati dan Ramlah Arief : Evaluasi Mutu Benih Jagung dalam Gudang Penyimpanan Benih UPBS
ditata sedemikian rupa dan dilengkapi dengan alat pendingin ruangan serta rakrak tempat menyimpan benih agar memudahkan benih disimpan secara teratur dan rapih. Kebersihan ruangan gudang selalu dikontrol setiap saat agar ruangan selalu terjamin kebersihannya. Ruangan dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan kelembaban. Benih yang akan disimpan dalam ruangan ini sudah dalam keadaan dikemas dengan kadar air yang rendah. Perolehan benih jagung yang berkualitas harus mengikuti kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria tersebut antara lain, panen pada saat masak fisiologis, pengeringan tongkol hingga kadar air mencapai kisaran 15-16% dan kadar air biji maksimal 11%, seleksi tongkol dengan cara memisahkan tongkol besar dan kecil/inferior atau terserang penyakit dan dilakukan pengemasan dengan menggunakan kemasan yang kedap udara. Benih yang disimpan dalam gudang UPBS cukup banyak sehingga memungkinkan adanya benih yang tersimpan dalam waktu yang cukup lama (bertahun), untuk itu kontrol terhadap mutu benih perlu dilakukan agar menjaga mutu dari benih tersebut. Evaluasi mutu benih dapat dilakukan baik secara fisik maupun fisiologisnya. METODOLOGI Pelaksanaan pengujian Pengujian benih dilakukan pada bulan April 2011 di laboratorium benih Balitsereal dan sampel benih yang diuji berasal dari gudang UPBS. Sampel benih yang diuji berasal dari benih Breeder Seed (BS) yaitu varietas Gumarang dengan periode simpan tahun 2006, 2007 dan 2010, varietas Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan tahun 2006, 2007 dan 2009 sedangkan varietas Bisma dengan periode simpan tahun 2006 dan 2010. Adapun benih Foundation Seed (FS) yang diuji adalah varietas Bisma, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1 dan Lamuru dengan periode simpan tahun 2009. Pengamatan mutu
583
Seminar Nasional Serealia 2011
fisik yang dilakukan adalah persentase biji berlubang, biji pecah, retak dan berjamur. Pengamatan mutu fisik : Sebanyak 500 g biji jagung diambil secara acak. Kemudian diamati biji berlubang, pecah, retak dan berjamur. Selanjutnya biji tersebut ditimbang dan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan mutu fisiologis : Kadar air benih (berdasarkan basis basah) Pengukuran kadar air dilakukan terhadap sampel benih yang diuji, dengan menggunakan alat pengukur kadar air model Kett PM-400 Daya berkecambah Sebanyak 50 butir benih dari setiap ulangan ditanam pada substrat pasir halus. Pengamatan dilakukan pada hari ke tiga, empat dan lima hari setelah tanam. Pengujian daya berkecambah benih juga digunakan untuk substrat indikator kecepatan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh benih Data diperoleh dari substrat pengujian daya berkecambah benih. Setiap kali pengamatan, jumlah persentase kecambah normal dibagi dengan etmal (24 jam). Nilai etmal kumulatif diperoleh dari saat benih ditanam sampai dengan waktu pengamatan. Perhitungan kecepatan tumbuh menggunakan rumus sebagai berikut : ∑ (Xi-Xi-1) KT = Ti KT = Kecepatan tumbuh (%/etmal) Xi = Persentase kecambah normal pada etmal ke i Ti = Waktu pengamatan dalam (etmal)
Daya hantar listrik (DHL) Daya hantar listrik diamati dengan alat conductivity meter. Benih sebanyak 25 biji diambil secara acak, masingmasing ditimbang kemudian dicuci bersih dan direndam pada air bebas ion selama 24 jam dengan volume air 80 ml di dalam botol gelas, kemudian diukur dengan menggunakan alat conductivity meter. Panjang Akar Primer Pengukuran panjang akar primer dilakukan dengan menggunakan alat pengukur / penggaris. Akar kecambah direntangkan kemudian diukur dari pangkal sampai ke ujung akar. Bobot 100 butir Bobot 100 butir dilakukan dengan mengambil sampel benih secara acak, kemudian dihitung 100 biji dan selanjutnya ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian mutu fisik terhadap benih jagung yang disimpan pada gudang penyimpanan benih UPBS Balitsereal menunjukkan telah terjadi kerusakan fisik, sekalipun kerusakannya masih dalam jumlah yang rendah. Adanya kerusakan fisik yang terjadi belum memberikan pengaruh yang buruk terhadap mutu fisiologis benih, sedangkan periode simpannnya sudah cukup lama berkisar 1 – 4 tahun. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1, 2, 3 dan 4. Gambar 1, menunjukkan, varietas Gumarang dengan periode simpan tahun 2006, mempunyai kerusakan fisik berupa biji berlubang sebesar 0,1%, biji pecah 0,34%, biji retak 0,06% dan biji berjamur 0,16%. Gumarang dengan periode simpan tahun 2007 mempunyai biji berlubang sebesar 0,08%, biji pecah 0,20%, biji berjamur 0,09% dan tidak terdapat biji retak. Gumarang dengan periode simpan tahun 2010 mempunyai biji pecah sebesar 0,11%, biji retak 0,1%, 584
biji berjamur 0,6% dan tidak terdapat biji berlubang. Kerusakan fisik terbesar pada varietas Gumarang dengan periode simpan tahun 2006 dan 2007 terutama disebabkan oleh adanya biji pecah, sedangkan pada Gumarang dengan periode simpan tahun 2010 kerusakan fisik utamanya disebabkan adanya biji berjamur. Adanya biji pecah diakibatkan perlakuan pemipilan dan tidak tersortasi dengan baik sedangkan biji berjamur akibat kondisi kemasan yang tidak kedap udara sehingga udara luar dapat masuk membawa oksigen dan kadar air benih dengan kisaran 11,1%-12,1% dapat memicu pertumbuhan jamur. Kandungan oksigen dapat mempercepat laju proses metabolisme biji selama penyimpanan dan sebaliknya apabila kandungan oksigen berkurang maka dapat menghambat terjadinya proses metabolisme biji, sehingga dapat mempertahankan mutu benih tersebut selama penyimpanan. Hasil penelitian Sigit Nugraha et al. 2005, menunjukkan bahwa pada wadah yang kedap udara dimana suplai O2 atau penyerapan O2 dari luar sangat sulit, sehingga untuk respirasi biji maupun mikroorganisme di dalam penyimpanan akan memanfaatkan O2 yang terdapat dalam kemasan tersebut. Apabila wadah yang digunakan tidak kedap udara maka suplai O2 akan berjalan terus dan proses respirasi yang terjadi akan menyebabkan terjadinya pengurangan cadangan makanan pada biji sehingga benih akan mengalami penurunan daya tumbuh. Selama proses respirasi karbohidrat pada benih dirombak menjadi tenaga, air dan karbon dioksida. Sigit Nugraha et al. (2005), mengemukakan hasil penelitian penyimpanan gabahnya bahwa semakin cepat proses respirasi, penurunan karbohidrat benih semakin cepat, sehingga gabah menjadi semakin tidak bernas (mengalami penurunan daya tumbuh). Penggunaan bahan pengemas yang kedap udara akan mempertahankan kualitas benih selama
Rahmawati dan Ramlah Arief : Evaluasi Mutu Benih Jagung dalam Gudang Penyimpanan Benih UPBS
proses penyimpanan, sedangkan penggunaan pengemas dengan bahan yang kurang kedap akan mempercepat proses kerusakan biji. Kerusakan dapat diakibatkan oleh serangan hama gudang dari luar pengemas maupun kerusakan karena naiknya kadar air, sehingga semua jenis mikroorganisme dapat tumbuh di dalam kemasan tersebut. Gambar 2 menunjukkan varietas Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan tahun 2006 mempunyai biji berlubang sebesar 0,13%, biji pecah 0,54%, biji retak 0,09% dan biji berjamur 0,14%. Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan tahun 2007, biji berlubang 0,16%, biji pecah 0,22%, biji retak 0,06% dan biji berjamur 0,11%. Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan tahun 2009, biji pecah 0,71%, biji berjamur 0,31% dan tidak terdapat biji berlubang dan retak. Kerusakan fisik terbesar adalah adanya biji pecah yang terdapat pada semua sampel benih sedangkan kadar air simpan benih berkisar 10,1–10,8%. Pada saat pengolahan benih, pemipilan sebaiknya dilakukan pada kadar air berkisar 15 16%, sedangkan apabila pemipilan dilakukan di bawah kadar air 15% akan menyebabkan terjadi keretakan biji dan jika pemipilan dilakukan di atas kadar air 16% maka biji jagung yang akan dijadikan benih akan mengalami luka / pecah. Tidak jauh berbeda dengan varietas Gumarang dan Srikandi Kuning1, varietas Bisma juga mempunyai kerusakan fisik sekalipun berada dalam jumlah yang cukup kecil. Varietas Bisma dengan periode simpan tahun 2006 mempunyai biji pecah sebesar 0,3%, biji retak 0,07%, dan biji berjamur 0,04%. Bisma dengan periode simpan tahun 2010 mempunyai biji pecah sebesar 0,73%, biji retak 0,35% dan biji berjamur Kuning-1 dan Bisma dengan periode simpan dari tahun 2006 – 2010 menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil pengujian terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, daya hantar listrik dan panjang akar primer menunjukkan biji masih layak untuk dijadikan benih. Kisaran daya 585
Seminar Nasional Serealia 2011
0,2%, sedangkan biji berlubang tidak ditemukan baik pada Bisma dengan periode simpan tahun 2006 dan 2010 (Gambar 3). Pengamatan mutu fisik terhadap beberapa varietas (Bisma, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1 dan Lamuru) dengan periode simpan yang sama (tahun 2009) dapat dilihat pada Gambar 4. Varietas Bisma mempunyai biji berlubang sebesar 0,05%, biji pecah 0,58%, biji retak 0,06% dan biji berjamur 0,3%. Sukmaraga mempunyai biji berlubang sebesar 0,52%, biji pecah 0,33%, biji retak 0,11% dan tidak ditemukan biji berjamur. Srikandi Kuning-1 mempunyai biji pecah sebesar 0,64%, biji retak 0,05%, biji berjamur 0,81% dan tidak ditemukan biji berlubang, sedangkan Lamuru mempunyai biji berlubang sebesar 0,3%, biji pecah 0,48%, biji berjamur 0,28% dan tidak ditemukan adanya biji retak. Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata kerusakan fisik yang terbesar pada varietas Srikandi Kuning-1, namun kerusakannya masih dibawah 1% dan belum memberikan pengaruh yang nyata. Varietas Srikandi Kuning-1 mempunyai bentuk biji yang lonjong (silindris) sehingga lebih sulit dalam proses pengeringan karena mempunyai endosperm yang lebih keras (Deskripsi Varietas Unggul 2011), sehingga dalam proses pemipilan peluang pecah/luka biji lebih besar dibanding varietas yang lain. Hal ini dapat dilihat dari persentase biji pecah yang lebih tinggi dibanding varietas lainnya. Hasil pengamatan mutu fisik pada semua varietas menunjukkan belum memberikan pengaruh negative terhadap mutu fisiologis benih. Ini dapat dilihat dengan nilai daya hantar listrik yang diperoleh cukup rendah (1,35 – 2,25 µs/cm/g). Pengujian mutu fisiologis benih jagung pada varietas Gumarang, Srikandi berkecambah dari varietas Gumarang, Srikandi Kuning-1 dan Bisma dengan periode simpan tahun 2006-2010 berkisar 88,67–98,67%, kecepatan tumbuh 20,20–28,80 %/etmal, daya hantar listrik 1,35–2,25 µs/cm/g dan panjang akar primer 9,87–18,68 cm (dapat dilihat pada Tabel 1). Hasil
pengujian mutu fisiologis menunjukkan penyimpanan dengan menggunakan suhu ruang dengan kisaran 18–21oC dan RH berkisar 50-55% dengan jenis kemasan plastik high density polietilen dengan ketebalan 0,09 mm mampu menekan terjadinya deteriorasi benih sehingga benih yang disimpan masih mempunyai viabilitas yang cukup baik meskipun sudah disimpan dalam jangka waktu yang lama. Mudjisihono et al. (2001) mengungkapkan bahwa jenis kemasan plastik efektif untuk menghambat perubahan kadar air selama penyimpanan. Plastik polietilen sebagai bahan pengemas benih yang bersifat resisten terhadap kelembaban, dapat ditutup rapat dengan sistem perekat panas, mempunyai sifat tahan pecah dan robek. Hasil penelitian Esti Rahayu dan Eny Widajati pada tanaman caisin menunjukkan bahwa plastik polietilen sebagai kemasan yang aman untuk penyimpanan benih caisin dalam kondisi ruang AC dan lemari pendingin (kulkas) karena dapat menjaga kadar air benih dengan baik. Hasil penelitian Saenong et al. (1999) mengatakan bahwa pada kadar air awal 10-11% benih yang disimpan dalam wadah kedap udara pada suhu kamar (28-32oC) masih memiliki daya berkecambah di atas 80% setelah disimpan selama 1 tahun dan hasil penelitian Rahmawati dan Sania Saenong, (2010) menunjukkan bahwa penyimpanan benih jagung varietas Lamuru, Anoman dan Srikandi Kuning-1 yang dikemas dengan plastik polietilen dengan kadar air awal simpan di bawah 11% dan disimpan dalam silo plastik selama 10 bulan masih mempunyai daya berkecambah di atas 85%.
586
Pengamatan terhadap bobot 100 butir menunjukkan adanya perbedaan berat pada bobot biji jagung pada varietas yang sama. Varietas Gumarang dengan periode simpan tahun 2006, 2007 dan 2010 mempunyai bobot 100 butir berkisar 24,67–27,51 g, varietas Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan tahun 2006, 2007 dan 2009 berkisar 26,75–29,57 g dan varietas Bisma dengan periode simpan tahun 2006 dan 2010 bobot 100 butirnya berkisar 28,28-35,91 g. Terjadinya perbedaan berat bobot biji diduga disebabkan oleh pengaruh pemupukan dan pemberian air yang tidak optimal sehingga pembentukan dan perkembangan biji menjadi terhambat. Perkembangan biji jagung sangat membutuhkan serapan hara dan air yang cukup agar biji dapat berkembang dengan baik. Pemberian unsur P dan K, disamping N dapat meningkatkan bobot biji dan membuat benih lebih tahan disimpan (Arief dan Saenong 2003). Hasil penelitian Burhanuddin Rasyid et al. (2010) menyatakan bahwa rendahnya kadar air akan menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara, sedang rendahnya kadar N akan menyebabkan rendahnya bobot tongkol tanaman dan selanjutnya Hakim et al. (1986), mengemukakan bahwa kekurangan unsure nitrogen pada tanaman akan menampakkan gejala warna kuning pada daun, biji mengerut dan bobot buah rendah. Tanaman jagung yang mengalami defisit air, translokasi fotosintat ke biji akan terhambat.
Rahmawati dan Ramlah Arief : Evaluasi Mutu Benih Jagung dalam Gudang Penyimpanan Benih UPBS
Persentase Kerusakan Benih (%)
Gambar 1. Mutu fisik benih jagung varietas Gumarang dengan periode simpan tahun 2006, 2007 dan 2010
0,8 0,6
B. Berlubang B. Pecah B. Retak B. Berjamur
0,4 0,2 0 Gumarang 2006
Gumarang 2007
Gumarang 2010
Varietas
Persentase Kerusakan Benih (%)
Gambar 2. Mutu fisik benih jagung varietas Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan tahun 2006, 2007 dan 2009
0,8 0,6
B. Berlubang B. Pecah B. Retak B. Berjamur
0,4 0,2 0 Srikandi K-1 Srikandi K-1 Srikandi K-1 2006 2007 2009
Varietas
Persentase Kerusakan Benih (%)
Gambar 3. Mutu fisik benih jagung varietas Bisma dengan periode simpan tahun 2006 dan 2010
0,8 0,6
B. Berlubang B. Pecah B. Retak B. Berjamur
0,4
0,2 0 Bisma 2006
Bisma 2010
Varietas
587
Seminar Nasional Serealia 2011
Persentase Kerusakan Benih (%)
Gambar 4. Mutu fisik benih jagung beberapa varietas dengan periode simpan tahun 2009
1 0,8
B. Berlubang
0,6
B. Pecah B. Retak
0,4
B. Berjamur
0,2 0 Bisma
Sukma raga
Srikandi K-1
Lamuru
Varietas
Tabel 1. Mutu fisiologis benih jagung beberapa varietas dengan periode simpan tahun 2006-2010 Varietas
Bobot 100 butir (g)
Daya Berkecambah (%)
Kecepatan Tumbuh (%/etmal)
Daya Hantar Listrik (µs/cm/g)
Gumarang 2006 Gumarang 2007 Gumarang 2010 Srikandi Kuning-1 2006 Srikandi Kuning-1 2007 Srikandi Kuning-1 2009 Bisma 2006 Bisma 2010
27,51 27,06 24,67 29,57 29,19 26,75 35,91 28,28
98,67 97,33 96,67 90,67 98,67 96,67 94,00 88,67
25,26 24,41 26,40 23,27 28,80 28,78 20,20 25,54
2,25 1,88 1,87 1,83 1,65 1,35 1,52 2,12
KESIMPULAN Mutu fisik benih baik biji pecah, retak, berlubang dan berjamur masih di bawah 1%. Kondisi benih tergolong baik. Benih dengan masa simpan 5 tahun (periode simpan 2006) masih mempunyai daya berkecambah di atas 90%. Penggunaan jenis kemasan plastik polietilen dengan ketebalan 0,09 mm dan disimpan pada suhu ruang 18-21oC dengan kelembaban nisbi 50-55% mampu menekan penurunan mutu benih baik secara fisik maupun fisiologis.
588
Panjang Akar Primer (cm) 15,76 15,97 17,97 12,90 15,39 18,68 9,87 14,86
DAFTAR PUSTAKA Arief, R. dan Sania Saenong. 2003. Ketahanan Simpan Benih Jagung (Zea maysL.) Dari Beberapa Takaran dan Waktu Pemupukan Kalium. Jurnal Stigma Vol. XI No.1, 5p. Burhanuddin Rasyid, Solo S.R. Samosir dan Firman Sutomo. 2010. Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim Air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen.
Rahmawati dan Ramlah Arief : Evaluasi Mutu Benih Jagung dalam Gudang Penyimpanan Benih UPBS
Prosiding. Seminar Nasional Serealia. Meningkatkan Peran Penelitian Serealia Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. ISBN : 978-979-8940-29-3. Copeland, L.O., M.B. McDonald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company. Esti Rahayu dan Eny Widajati. 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan Periode Simpan Terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica chinensis L.). Buletin Agronomi (35) (3) hal. 191 – 196. Hakim, N., Yusuf Nyakpa, A.M Lubis, Sutopo, Sail, M.R., Diha, M.A., Go Ban Hong dan Bailey, H.H., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Mudjisihono R, D. Hindiarto, Z dan Noor. 2001. Pengaruh Kemasan Plastik Terhadap Mutu Sawut Kering Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Pertanian. 20 (1) : 55 – 65. Muhammad Yasin, 2011. Deskripsi Varietas Unggul Jagung, Sorgum,
589
Seminar Nasional Serealia 2011
dan Gandum. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Website: www.balitsereal.litbang.deptan.go.i d. Rahmawati dan Sania Saenong, 2010. Mutu Fisiologis Benih pada Beberapa Varietas Jagung Selama Periode Simpan. Prosiding. Seminar Nasional Serealia. Meningkatkan Peran Penelitian Serealia Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. ISBN:978-979-8940-29-3. Saenong., Syafruddin, N. Widiyati dan R. Arief. 1999. Penetapan Cara Pendugaan Daya Simpan Benih Jagung. Teknologi Unggulan, Pemacu Pembangunan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Sigit Nugraha, Sudaryono dan Safaruddin Lubis, 2005. Pengaruh Pengemasan terhadap Kandungan Oksigen (Oxygen Level) dan Perubahan Kualitas Gabah selama Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.