MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pengujian mutu benih hasil tangkaran dilakukan terhadap beberapa varietas yang berasal dari Kabupaten Bulukumba dan Wajo serta perusahaan benih swasta. Survey dilakukan pada bulan Juli 2011 dan mengambil sampel benih di beberapa lokasi penangkaran maupun perusahaan swasta. Sampel benih tersebut adalah varietas Lamuru, Gumarang, Bisma, Anoman, Srikandi Putih, dan hibrida swasta dengan masa simpan 1-8 bulan. Pengamatan mutu benih dilakukan terhadap mutu fisik dan fisiologis. di rumah kaca dan laboratorium benih Balitsereal. Hasil pengamatan menunjukkan mutu fisik benih untuk semua varietas masih baik dengan biji berlubang, retak, pecah, berjamur, dan kotoran masing-masing di bawah 1%, kecuali varietas Gumarang dari Kabupaten Bulukumba dengan biji retak sebesar 1,32%. Kadar air benih berkisar 11,37 – 13,87%. Daya berkecambah berkisar 88 – 99,33%, kecepatan tumbuh 24,60 – 31,63 %/etmal, panjang akar primer 11,53 – 15,23 cm, jumlah akar sekunder 4,33 – 6 dan daya hantar listrik 10,54 – 19,48 µs/cm/g, jagung hibrida swasta yang berasal dari Kabupaten Wajo tidak menunjukkan satu pun benihnya yang tumbuh. Hal ini diduga pengaruh pemberian metalaksil dengan cara yang tidak tepat sehingga menyebabkan kematian biji. Hasil pengamatan menunjukkan nilai daya hantar listrik 42,60 µs/cm/g. Kata kunci : Benih, jagung.
PENDAHULUAN Di Provinsi Sulawesi Selatan terutama Kabupaten Bulukumba dan Wajo terdapat beberapa penangkar yang memproduksi benih sendiri untuk kemudian dipasarkan dan sekaligus membantu kebutuhan benih petani setempat. Produksi benih yang dilakukan oleh penangkar tersebut berada dalam pengawasan Badan Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB). Beberapa varietas yang ditangkarkan adalah Lamuru, Gumarang, Bisma, Anoman dan Srikandi Putih. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para penangkar adalah mutu benih yang cepat mengalami penurunan mutu, sedangkan masa simpan dari benih tersebut belum terlalu lama. Hasil survey yang dilakukan di beberapa lokasi penangkaran ditemukan adanya fasilitas yang kurang mendukung dalam melakukan pengolahan benih. Beberapa alat yang sudah tidak layak pakai, gedung dan ruang penyimpanan 566
yang kotor dan cara pengemasan yang tidak kedap udara menjadi faktor pemicu dan memberikan pengaruh terhadap kerusakan benih. Mutu benih yang rendah akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertanaman di lapangan dan memberikan hasil yang rendah. Mutu benih yang baik sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang optimal di lapangan sehingga dapat memberikan hasil yang tinggi pada saat panen. Pada acara pertemuan “Sosialisasi Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan di Dua Wilayah”, dinyatakan bahwa benih bermutu berpengaruh pada produksi dan produktivitas mutu hasil dan nilai ekonomi produksi. Dengan digulirkannya program-program pengembangan komoditas, kebutuhan potensial benih bermutu cukup besar. Oleh karena itu upaya pengawasan perlu terus ditingkatkan dan dimantapkan untuk mengantisipasi kebutuhan yang semakin meningkat. Pengawasan dan pengujian
Rahmawati dan I.U. Firmansyah : Mutu Benih Hasil Tangkaran di Kabupaten Bulukumba dan Wajo, Sulawesi Selatan
mutu benih merupakan suatu tindakan yang dapat menjadi sarana untuk mengawal benih sehingga mutu yang dimiliki dapat sampai pada tingkat pertanaman pekebun. Dalam kegiatan pengawasan mutu benih dituntut unsur pelaksana kompeten dan memiliki kemampuan teknis (managerial skill keilmuan) (Admin 2011). Pengujian mutu benih perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan benih sehingga hasil pengujian dapat menjadi informasi untuk peningkatan perbaikan mutu benih di tingkat petani penangkar. Luluk Prihastuti E. et al. (2012), menyatakan bahwa status mutu fisiologis benih awal yang baik maka akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik di lapang, dan memberikan mutu akhir setelah pertanaman. Panen yang dihasilkan akan memberikan mutu benih yang baik. METODOLOGI Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara survey pada bulan Juli 2011 di beberapa lokasi penangkaran jagung dan perusahaan swasta yang ada di Kabupaten Wajo (Desa Tallo Tenrung, Kecamatan Sabang paru) dan Bulukumba (Desa Tanah Harapan, Kecamatan Rilau Ale). Pengambilan sampel jagung dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana. Pengamatan biji jagung dilakukan terhadap mutu fisik dan fisiologisnya. Pelaksanaan pengujian dilakukan di rumah kaca dan laboratorium benih Balitsereal Maros. Pengamatan mutu fisik : Sampel benih diambil secara acak kemudian ditimbang. Pengamatan dilakukan terhadap biji berlubang, pecah, retak, berjamur dan kotoran. Selanjutnya biji tersebut ditimbang dan diulang sebanyak 3 kali.
567
Seminar Nasional Serealia 2011
Pengamatan mutu fisiologis : Kadar air benih (berdasarkan basis basah) Pengukuran kadar air dilakukan terhadap sampel benih yang diuji, dengan menggunakan alat pengukur kadar air model Kett PM-400 Daya berkecambah Sebanyak 50 butir benih dari setiap ulangan ditanam pada substrat pasir halus. Pengamatan dilakukan pada hari ke tiga, empat dan lima hari setelah tanam. Pengujian daya berkecambah benih juga digunakan untuk substrat indikator kecepatan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh benih Data diperoleh dari substrat pengujian daya berkecambah benih. Setiap kali pengamatan, jumlah persentase kecambah normal dibagi dengan etmal (24 jam). Nilai etmal kumulatif diperoleh dari saat benih ditanam sampai dengan waktu pengamatan. Perhitungan kecepatan tumbuh menggunakan rumus sebagai berikut. : ∑ (Xi-Xi-1) KT = Ti KT = Kecepatan tumbuh (%/etmal) Xi = Persentase kecambah normal pada etmal ke i Ti = Waktu pengamatan dalam (etmal) Daya hantar listrik (DHL) Daya hantar listrik diamati dengan alat conductivity meter. Benih sebanyak 25 biji diambil secara acak, masingmasing ditimbang kemudian dicuci bersih dan direndam pada air bebas ion selama 24 jam dengan volume air 80 ml di dalam botol gelas, kemudian diukur dengan menggunakan alat conductivity meter. Panjang Akar Primer Pengukuran panjang akar primer dilakukan dengan menggunakan alat pengukur / penggaris. Akar kecambah direntangkan kemudian diukur dari pangkal sampai ke ujung akar.
Jumlah Akar Sekunder Perhitungan akar sekunder dilakukan dengan menghitung banyaknya akar sekunder yang ada pada tiap kecambah. Bobot 100 butir Bobot 100 butir dilakukan dengan mengambil sampel benih secara acak, kemudian dihitung 100 biji dan selanjutnya ditimbang. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Hasil pengamatan terhadap kadar air benih pada semua sampel benih yang diperoleh dari petani penangkar dan perusahaan benih swasta yang ada di kabupaten Bulukumba dan Wajo berkisar 11,37 – 13,87% (dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2). Kadar air tersebut cukup tinggi, sedangkan nilai kadar air yang disarankan untuk benih adalah maksimal 11%. Tingginya kadar air dipengaruhi oleh pengeringan yang kurang baik (kadar air awal sudah tinggi) dan penggunaan kemasan yang tidak kedap udara (dapat dilihat pada Gambar 3). Pencegahan peningkatan kadar air selama penyimpanan benih diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air (Justice dan Bass 2002). Benih yang telah selesai dikeringkan dengan kadar air yang sesuai untuk penyimpanan, harus segera
dikemas pada wadah yang kedap udara agar selalu mencapai keseimbangan kadar air dengan kelembaban relative (RH) di sekitarnya. Waktu yang diperlukan benih jagung untuk mencapai kadar air keseimbangan dipengaruhi oleh kondisi RH lingkungan. Pada benih jagung, proses absorbsi (penyerapan) lebih cepat dibanding proses desorbsi (pelepasan) uap air dari benih (Sania Saenong et al. 2009). Kadar air yang tinggi akan mempercepat penurunan viabilitas benih selama periode simpan. Kadar air berpengaruh terhadap metabolisme jaringan biji yang menyebabkan timbulnya panas secara spontan, mengakibatkan kehilangan bahan padat dan kerusakan daya tumbuhnya (Gristh, 1975). Hasil penelitian Rahmawati dan Sania Saenong, (2008), menunjukkan bahwa kadar air 9–10% pada penyimpanan benih varietas Srikandi Kuning-1 dengan periode simpan 1 tahun masih mempunyai daya berkecambah di atas 90% dengan menggunakan kemasan yang kedap udara. Sedangkan hasil penelitian Saenong et al. (1999), menunjukkan penyimpanan benih dengan kadar air yang lebih rendah (8%) pada suhu kamar (28-32oC), mutu benih dapat bertahan sampai 16 bulan, pada kadar air 10% sampai 14 bulan dan kadar air 12% hanya dapat bertahan hingga 10 bulan.
Gambar 1. Kadar air benih beberapa varietas jagung hasil tangkaran di kabupaten Bulukumba
Kadar Air (%)
14 13,5 13
12,5 12 Lamuru
Gumarang
Bisma
Hibrida Swasta
Varietas
568
Rahmawati dan I.U. Firmansyah : Mutu Benih Hasil Tangkaran di Kabupaten Bulukumba dan Wajo, Sulawesi Selatan
Gambar 2. Kadar air benih beberapa varietas jagung hasil tangkaran di kabupaten Wajo
Kadar Air (%)
14 13 12 11 10 Gumarang
Anoman
Srikandi Putih Hibrida swasta
Varietas
Mutu Fisik Benih
Mutu Fisiologis Benih
Pengamatan mutu fisik benih dilakukan dengan menghitung persentase biji berlubang, retak, pecah, berjamur dan adanya kotoran. Hasil pengamatan menunjukkan menunjukkan kerusakan fisik yang cukup rendah dengan persentase kerusakan (biji berlubang, retak, pecah, berjamur dan kotoran) pada umumnya di bawah 1%, kecuali pada varietas Gumarang asal kabupaten Bulukumba dengan biji retak sebesar 1,317% (Tabel 1). Kerusakan biji berupa biji pecah dan retak biasanya diakibatkan perlakuan pemipilan dengan menggunakan mesin pemipil dan dilakukan tidak pada kadar air yang tepat. Jagung yang akan dipipil sebaiknya pada kadar air 15-16%. Jika kadar air di bawah 15% akan mengakibatkan keretakan pada biji dan apabila pemipilan dilakukan pada kadar air di atas 16% maka biji jagung akan mengalami luka. Bentuk biji jagung yang pipih lebih mudah mengalami kerusakan biji dibanding yang berbentuk lonjong. Varietas Lamuru mempunyai bentuk biji yang lebih pipih dan kadar air benih yang cukup tinggi (di atas 13%) sehingga sangat mudah mengalami kerusakan fisik dan memberi peluang tumbuhnya jamur. Dalam periode simpan yang lama dapat menyebabkan menurunnya viabilitas benih.
Hasil analisis mutu fisiologis benih menunjukkan pada benih yang berasal dari Kabupaten Bulukumba (khususnya tingkat penangkar bukan perusahaan swasta) telah terjadi penurunan mutu fisiologis, walaupun persentase daya berkecambahnya masih bagus. Penurunan mutu ini diperlihatkan terutama pada varietas Gumarang dari Kabupaten Bulukumba yang mempunyai daya berkecambah sebesar 88% dan kecepatan tumbuhnya 24,60 %/etmal sedangkan periode simpan benihnya belum lama sekitar 3 bulan. Penurunan mutu juga diperlihatkan pada benih varietas Anoman yang berasal dari Kabupaten Wajo dengan masa simpan 1 bulan, namun sudah mengalami penurunan daya berkecambah sebesar 94% dan kecepatan tumbuhnya 28,80 %/etmal. Demikian pula hasil pengamatan terhadap daya hantar listrik untuk semua benih baik yang berasal dari Kabupaten Bulukumba maupun Wajo menunjukkan nilai yang cukup tinggi, sedangkan masa simpan benih tersebut belum lama (1-5 bulan). Adanya kerusakan fisik pada biji memberikan pengaruh terhadap peningkatan daya hantar listrik. Kondisi biokimia pada benih yang mengalami kemunduran dapat ditunjukkan melalui penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, dan meningkatnya nilai konduktivitas. Penurunan aktivitas enzim merupakan indikasi biokimia yang penting karena akan mengakibatkan
569
Seminar Nasional Serealia 2011
benih memiliki viabilitas yang rendah (Copeland dan Mc Donald 2001). Secara keseluruhan benih-benih tersebut, baik yang berasal dari Kabupaten Bulukumba dan Wajo kecuali benih hibrida swasta dari Kabupaten Wajo masih mempunyai mutu fisiologis yang baik dengan persentase daya berkecambah yang tinggi rata-rata berkisar 88 – 99,33%, kecepatan tumbuh 24,60 – 31,63 %/etmal, panjang akar primer 11,53 – 15,23 cm, jumlah akar sekunder 4,33 – 6 dan daya hantar listrik 10,54 – 19,48 µs/cm/g. Hasil pengujian benih hibrida swasta yang berasal dari kabupaten Wajo, menunjukkan tidak satupun benih yang dapat tumbuh dan mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu sebesar 42,60 µs/cm/g. Nilai daya hantar listrik yang tinggi menunjukkan telah terjadi kerusakan membran sel atau matinya sel yang dapat mengeluarkan elektolit yang tinggi, sehingga menyebabkan meningkatnya daya hantar listrik. Semakin tinggi nilai daya hantar listrik, kemunduran benih semakin meningkat (Saenong 1986), sedangkan menurut Normah dan Chin (1991) nilai daya hantar listrik pada benih merupakan hasil pengukuran kualitas benih secara langsung dan diukur melalui air rendaman benih. Dari hasil pengukuran ini dapat diduga tingkat kerusakan minimumnya. Pemberian metalaksil diduga menjadi penyebab kematian benih. Hasil
penelitian Wasmo Wakman dan M. Said Kontong (2004), menunjukkan semakin tinggi volume air pelarut ridomil dari 7,5 –50 ml per kg benih jagung, semakin tinggi pula persentase benih yang tidak tumbuh atau semakin menurun daya berkecambahnya. Semakin tinggi air pelarut diberikan pada waktu mencampur ridomil dengan benih jagung, semakin lama air di permukaan benih mongering. Hal ini menyebabkan semakin banyak larutan ridomil terserap masuk ke dalam jaringan biji termasuk lembaga. Menurunnya daya berkecambah pada pemberian air pelarut yang lebih tinggi karena ridomil yang meresap pada biji khususnya lembaga akan lebih banyak yang bersifat toksik. Semakin tinggi air pelarut semakin banyak dan makin dalam ridomil terserap, sehingga makin tinggi tingkat kematian biji. Benih dengan masa simpan yang rendah akan mempunyai viabilitas dan vigor yang tinggi karena masih mempunyai cadangan makanan yang besar untuk mendukung pertumbuhannya. Selama proses penyimpanan benih melakukan proses respirasi. Karbohidrat dari benih dirombak menjadi tenaga, air dan karbon dioksida. Semakin cepat proses respirasi, penurunan karbohidrat benih semakin cepat, sehingga benih menjadi semakin tidak bernas (mengalami penurunan daya tumbuh) (Sigit Nugraha et al. 2005).
Tabel 1. Rata-rata mutu fisik benih hasil tangkaran di Kabupaten Bulukumba dan Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Lama Biji Biji Biji pecah Biji penyimpanan berlubang retak (%) berjamur (bulan) (%) (%) (%) Kabupaten Bulukumba (Desa Tanah Harapan, Kecamatan Rilau Ale) Lamuru 5 0,093 0,993 0,985 Gumarang 3 0,531 1,317 0,058 0,069 Bisma 1 0,317 0,746 0,279 Hibrida swasta 8 0,776 0,202 0,079 Kabupaten Wajo (Desa Tallo Tenrung, Kecamatan Sabang paru) Gumarang 1 0,165 0,185 Anoman 1 0,773 0,363 Srikandi Putih 1 0,732 0,522 Hibrida swasta 7 0,036 0,380 0,360 0,480 Sumber : Data primer setelah diolah, 2011 Varietas
570
Kotoran (%) 0,218 0,010 0,199 0,013 0,040 0,003 0,013 0,019
Rahmawati dan I.U. Firmansyah : Mutu Benih Hasil Tangkaran di Kabupaten Bulukumba dan Wajo, Sulawesi Selatan
Tabel 2. Rata-rata mutu fisiologis benih hasil tangkaran di Kabupaten Bulukumba dan Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Bobot 100 butir (g)
Varietas
Daya berkecambah (%)
Kecepatan tumbuh (%/etmal)
Panjang akar primer (cm)
Jumlah akar sekunder
Kabupaten Bulukumba (Desa Tanah Harapan, Kecamatan Rilau Ale) 34.56 95,33 26,20 14,27 6,00 26,18 88,00 24,60 11,53 5,67 25,68 98,67 27,43 13,37 5,67 26,97 90,00 26,10 15,23 5,33 Kabupaten Wajo (Desa Tallo Tenrung, Kecamatan Sabang paru) Gumarang 26,58 99,33 31,63 13,10 5,33 Anoman 29,25 94,67 28,80 12,30 4,33 Srikandi Putih 32,24 98,00 29,47 14,10 5,33 Hibrida swasta 28,82 0 0 0 0 Sumber : Data primer setelah diolah, 2011 Lamuru Gumarang Bisma Hibrida swasta
KESIMPULAN Benih yang diperoleh (termasuk benih hibrida swasta) masih mempunyai mutu fisik dan fisiologis yang baik dengan masa simpan belum terlalu lama (1 – 8 bulan). Kadar air benih cukup tinggi, di atas 11%, sehingga memungkinkan terjadinya kemunduran benih lebih cepat. Benih hibrida swasta yang berasal dari Kabupaten Wajo mengalami kematian. Diduga cara pemberian metalaksil yang tidak tepat dapat mengakibatkan kematian biji. Perlu adanya pembinaan dan pengawasan agar mutu benih dapat lebih terjamin. DAFTAR PUSTAKA Admin. 2011. Sosialisasi Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan Di Dua Wilayah. http://www.google.co.id. Diakses Tanggal 30 Januari 2012. Copeland dan Mc Donald, 2001. http://www.google.co.id. Diakses Tanggal 6 Februari 2012. Gristh, D.H. 1975. Rice. Fifth Edition. Lengman Group Limited London. Justice dan Bass, http://www.google.co.id. Tanggal 6 Februari 2012.
571
Seminar Nasional Serealia 2011
2002. Diakses
Daya hantar listrik (µs/cm/g ) 11,23 18,60 15,25 19,48 14,76 15,64 10,54 42,60
Luluk Prihastuti Ekowahyuni, Baran Wirawan dan Wahyu Aji Prabowo. 2012. Hubungan Mutu Fisiologis Benih di Laboratorium dan di Lapangan. http://www.google.co.id. Diakses tanggal 30 Januari 2012. Normah, MN dan HF Chin. 1991. Changes in Germination, Respiration Rate and Leachate Conductivity During Storage of Hevea Seeds. Pertanika 14 (1), 1 6. Rahmawati dan Sania Saenong. 2008. Pengaruh Sortasi Biji Terhadap Mutu Benih Jagung. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan. Inovasi Teknologi Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Saenong, S. 1986. Kontribusi Vigor Awal Terhadap Daya Simpan Benih Jagung (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max (L) Merr). Disertasi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Saenong, S. Syafruddin, N. Widiyati dan R. Arief. 1999. Penetapan Cara Pendugaan Daya Simpan Benih Jagung. Teknologi Unggulan, Pemacu Pembangunan Pertanian Vol. 2. Badan Litbang Pertanian.
Saenong, S. Fauziah, Rahmawati dan Oom Komalasari. 2009. Kualitas Benih Jagung Dari Beberapa Penangkar dan UPBS Balitsereal. Prosiding. Seminar Nasional Serealia. Inovasi Teknologi Serealia Menuju Kemandirian Pangan dan Agroindustri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 2011. ISBN : 978-979-8940-27-9. Sigit Nugraha, Sudaryono dan Safaruddin Lubis. 2005. Pengaruh Pengemasan terhadap Kandungan Oksigen (Oxygen Level) dan Perubahan Kualitas Gabah selama
572
Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Wasmo Wakman dan Said Kontong. 2004. Pengaruh Volume Air Pensuspensi Fungisida Metalaksil pada Perlakuan Benih Jagung Terhadap Daya Kecambah. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Volume 9. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia. ISSN : 1410 – 8259.
Rahmawati dan I.U. Firmansyah : Mutu Benih Hasil Tangkaran di Kabupaten Bulukumba dan Wajo, Sulawesi Selatan