Rahmawati et al.: Mutu Benih Jagung di Tingkat Petani dan ….
MUTU BENIH JAGUNG DI TINGKAT PETANI DAN PENANGKAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Rahmawati, Ramlah Arief dan Herman Subagio Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK Kebutuhan benih jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup tinggi, namun ketersediaan benih yang kurang pada saat menanam mendorong beberapa petani untuk menjadi penangkar benih, selain itu terkadang petani menggunakan hasil pertanaman sebelumnya untuk dijadikan benih. Fasilitas yang tersedia di petani maupun penangkar cukup minim dan memberikan pengaruh terhadap mutu benih yang dihasilkan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan melakukan survey ke beberapa lokasi penangkar benih maupun petani setempat dan mengambil sampel benih secara acak pada lokasi tersebut. Benih dengan masa simpan berkisar 1 – 6 bulan diuji di Laboratorium benih dan rumah kaca Balitsereal. Pengamatan dilakukan terhadap kadar air, bobot 1000 butir, daya hantar listrik, biji utuh, retak, pecah, berjamur, berlubang, kotoran, daya berkecambah, kecambah normal kuat, kecepatan tumbuh, panjang akar, jumlah akar sekunder, panjang bibit dan bobot kering kecambah. Hasil pengamatan menunjukkan kadar air benih berkisar 11,3 – 21,1%; bobot 1000 butir 294,1-360,4 g; daya hantar listrik 9,5 – 22,6 µs/cm.g, biji utuh 98,1 – 99,9%; retak 0 – 0,5%; pecah 0 – 0,65%; berjamur 0,1 – 1,3%; berlubang 0 – 0,22%, kotoran 0 – 0,13%; daya berkecambah 92,0 – 99,3%; kecepatan tumbuh 26,3 – 32,3%/etmal; kecambah normal kuat 84,67 – 99,33%; panjang akar primer 12,7 – 16,4 cm; jumlah akar sekunder 4,6 – 5,3; panjang bibit 9,8 – 11,4 cm dan bobot kering kecambah 10,8 – 13,1 g. Dari hasil pengamatan dapat diperkirakan benih tersebut tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena dengan masa simpan hanya 1 bulan (kecuali jagung lokal masa simpan 6 bulan) sudah terdapat kerusakan fisik dan sudah terjadi penurunan mutu walaupun masih tergolong kecil. Kata kunci: Mutu benih, Jagung, Penangkar, NTT.
PENDAHULUAN Sebagian besar masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Petani pada umumnya menanam jagung di lahan sawah dan pekarangan rumahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sebagian untuk dijual.
Kebutuhan benih jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup tinggi,
namun ketersediaan benih yang kurang pada saat menanam mendorong beberapa petani untuk menjadi penangkar benih, selain itu terkadang petani menggunakan hasil pertanaman sebelumnya untuk dijadikan benih.
Dari survey yang dilakukan pada
bulan Mei 2013 peluang pengembangan produksi benih jagung cukup bagus, namun perlu dukungan pemerintah daerah setempat. Penangkar benih harus dibekali dengan teknik produksi benih yang benar sehingga dapat menghasilkan benih yang bermutu. Benih yang bermutu akan 143
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
menghasilkan tanaman yang prima di lapangan dan mutu benih tersebut dapat dilihat dari mutu fisik dan fisiologisnya.
Mutu fisik sangat berpengaruh terhadap mutu
fisiologis benih. Mutu fisik dapat meliputi : daya hantar listrik, bobot 1000 butir, biji retak, pecah, berlubang, berjamur sedangkan mutu fisiologis benih dapat meliputi daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang akar primer, jumlah akar sekunder dan bobot kering kecambah. Keberadaan
petani
sebagai
penangkar
cukup
memprihatinkan
karena
kurangnya sarana untuk produksi benih, walaupun berada di bawah pengawasan Badan Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) setempat. Kurangnya fasilitas yang mendukung seperti : tidak adanya gudang penyimpanan benih, penggunaan kemasan yang tidak kedap udara dan pengeringan benih yang tidak maksimal (kadar air tinggi) yang dapat memicu tumbuhnya jamur dan menyebabkan benih menjadi rusak. Benih dengan mutu rendah akan berdampak buruk terhadap pertanaman di lapangan. Pengujian sampel benih yang diambil dari lokasi penangkaran / petani di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat memberikan informasi mengenai mutu benih yang dihasilkan oleh penangkar / petani sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dilakukan pembinaan atau peluang untuk pengembangan jagung di wilayah tersebut.
METODOLOGI Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Survey dilakukan ke beberapa lokasi pertanaman jagung yang ada di wilayah tersebut.
Sampel benih jagung diperoleh dari beberapa petani/penangkar
yang ada di wilayah tersebut dengan menggunakan metode acak sederhana. Sampel benih jagung yang diperoleh, kemudian diukur kadar air benihnya. Pengamatan mutu fisik dilakukan terhadap bobot 1000 butir, daya hantar listrik, biji utuh, retak, pecah, berjamur, berlubang dan kotoran, sedangkan mutu fisiologis dilakukan dengan pengujian daya berkecambah, kecambah normal kuat, kecepatan tumbuh, panjang akar, jumlah akar sekunder, panjang bibit dan bobot kering kecambah. Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat ukur kadar air model Kett PM-400. Masing-masing sampel dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali kemudian diambil nilai rata-ratanya.
144
Rahmawati et al.: Mutu Benih Jagung di Tingkat Petani dan ….
Bobot 1000 butir Pengamatan bobot 1000 butir dilakukan dengan mengambil secara acak sampel benih, kemudian menghitung benih sejumlah 1000 butir dan selanjutnya ditimbang. Perhitungan dilakukan sebanyak 3 ulangan. Daya Hantar Listrik Daya hantar listrik diamati dengan alat conductivity meter. Benih sebanyak 25 biji diambil secara acak, masing-masing ditimbang kemudian dicuci bersih dan direndam pada air bebas ion selama 24 jam dengan volume air 50 ml di dalam botol gelas, kemudian diukur dengan menggunakan alat conductivity meter. Biji Utuh, Retak, Pecah, Berjamur, Berlubang dan Kotoran Sampel benih diambil secara acak kemudian ditimbang. dilakukan terhadap
biji utuh, berlubang,
Pengamatan
pecah, retak, berjamur dan kotoran.
Selanjutnya biji tersebut masing-masing ditimbang dan diulang sebanyak 3 kali.
Daya Berkecambah Sebanyak 50 butir benih dari setiap ulangan ditanam pada substrat pasir halus. Pengamatan dilakukan pada hari ke tiga, empat dan lima hari setelah tanam. Pengujian daya berkecambah benih juga digunakan untuk substrat indikator kecepatan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh benih Data diperoleh dari substrat pengujian daya berkecambah benih. Setiap kali pengamatan, jumlah persentase kecambah normal dibagi dengan etmal (24 jam). Nilai etmal kumulatif diperoleh dari saat benih ditanam sampai dengan waktu pengamatan. Perhitungan kecepatan tumbuh menggunakan rumus sebagai berikut : ∑ (Xi-Xi-1) KT = Ti KT
= Kecepatan tumbuh (%/etmal)
Xi
= Persentase kecambah normal pada etmal ke i
Ti
= Waktu pengamatan dalam (etmal)
145
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Kecambah Normal Kuat Pengamatan terhadap kecambah normal kuat dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah yang mempunyai jumlah akar sekunder di atas 2. Panjang Akar Primer Pengukuran panjang akar primer dilakukan dengan menggunakan alat pengukur / penggaris. Akar kecambah direntangkan kemudian diukur dari pangkal sampai ke ujung akar. Jumlah Akar Sekunder Perhitungan akar sekunder dilakukan dengan mengambil 10 sampel secara acak kemudian dihitung akar sekunder yang ada pada kecambah tersebut. Panjang Bibit Pengukuran terhadap panjang bibit dilakukan dengan mengambil 10 sampel secara acak kemudian direntangkan dan diukur panjang bibitnya dari pangkal sampai ke ujung daun. Bobot Kering Kecambah Kecambah yang diperoleh pada uji daya tumbuh benih dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selam 3 x 24 jam, setelah itu dimasukkan ke dalam desikator dan setelah dingin kemudian ditimbang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 1, menunjukkan rata-rata kadar air, bobot 1000 butir dan daya hantar listrik benih jagung hasil tangkaran di beberapa lokasi penangkar dan petani di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Rata-rata kadar air benih di atas 11% dan lama
penyimpanan berkisar 1-6 bulan. Bobot 1000 butir berkisar 294,1 – 360,4 g dan daya hantar listrik berkisar 9,5 – 22,6 µs/cm.g. Kadar air benih yang diperoleh cukup tinggi sehingga dapat memicu tumbuhnya jamur. Hasil pengamatan menunjukkan pada sampel benih semua telah terinfeksi jamur, walaupun masih dalam persentase yang rendah. Nilai kadar air benih yang dipersyaratkan adalah maksimal 11%. Menurut Barton dalam Justice dan Bass (1979), kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih, sedangkan 146
menurut
Rahmawati et al.: Mutu Benih Jagung di Tingkat Petani dan ….
Harrington (1972) dan Delouche (1990), ketahanan simpan benih dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kadar air dan suhu. Namun faktor suhu hanya berperan nyata pada kondisi kadar air dimana sel-sel pada benih dapat bermetabolisme (dalam kondisi air aktif yang memungkinkan proses metabolisme dapat berjalan). Nilai daya hantar listrik yang diperoleh menunjukkan sudah terjadi kebocoran membran sel pada beberapa sampel biji jagung (Tabel 1), sedangkan masa simpan benih belum lama (berkisar 1-6 bulan). Kebocoran membran sel juga didukung oleh data persentase biji retak, pecah, berjamur, berlubang dan kotoran yang sudah terdeteksi. Adanya kerusakan biji berpengaruh terhadap peningkatan nilai daya hantar listrik karena terjadi kebocoran membrane sel yang dapat mengeluarkan elektrolit sehingga meningkatkan nilai daya hantar listrik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Matthew dan Powell (2006), bahwa meningkatnya daya hantar listrik disebabkan kebocoran elektrolit karena permeabilitas membrane benih yang meningkat, sedangkan Normah dan Chin (1991), menyatakan nilai daya hantar listrik pada benih merupakan hasil pengukuran kualitas benih secara langsung dan diukur melalui air rendaman benih. Dari hasil pengukuran ini dapat diduga tingkat kerusakan minimumnya. Pada Tabel 2 dan 3 dapat dilihat persentase biji retak rata-rata berkisar 0 – 0,5 %, biji pecah 0 – 0,65%, biji berjamur 0,1 – 1,3%, biji berlubang 0 – 0,22%, kotoran 0 – 0,13% dan biji utuh 98,1 – 99,9%.
Semakin tinggi nilai daya hantar listrik,
kemunduran benih semakin meningkat (Saenong, 1986), sedangkan Copeland dan Mc Donald (2001), menyatakan kondisi biokimia pada benih yang mengalami kemunduran dapat ditunjukkan melalui penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, dan meningkatnya nilai konduktivitas. Penurunan aktivitas enzim merupakan indikasi biokimia yang penting karena akan mengakibatkan benih memiliki viabilitas yang rendah. Tabel 1. Rata-rata kadar air, bobot 1000 butir dan daya hantar listrik jagung hasil tangkaran di beberapa lokasi penangkar / petani di Provinsi NTT.
Varietas/Lokasi Lokal (Putih Kikis)/ Oebobo Lamuru / Nun Kurus Pioneer / Oesao Lamuru / Oesao Lamuru / Oebola Lamuru / Oebobo
Lama Penyimpanan (bulan) 6 1 1 1 1 1
Kadar Air (%)
Bobot 1000 butir (g)
DHL (µs/cm.g)
15,8 13,8 14,3 11,3 21,1 16,2
360,4 341,6 296,3 294,1 303,4 354,3
11,3 20,2 17,4 22,6 10,0 9,5
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
147
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 2. Rata-rata persentase biji utuh, retak dan pecah jagung hasil tangkaran di beberapa lokasi penangkar / petani di Provinsi NTT.
Varietas/Lokasi Lokal (Putih Kikis)/ Oebobo Lamuru / Nun Kurus Pioneer / Oesao Lamuru / Oesao Lamuru / Oebola Lamuru / Oebobo
Lama penyimpanan (Bulan) 6 1 1 1 1 1
Biji utuh (%)
Biji retak (%)
Biji pecah (%)
99,1 99,3 98,1 99,0 99,9 99,7
0 0,2 0,5 0 0,1 0
0 0,03 0,04 0,65 0 0
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Tabel 3. Rata-rata persentase biji berjamur, berlubang dan kotoran jagung hasil tangkaran di beberapa lokasi penangkar / petani di Provinsi NTT.
Varietas/Lokasi
Lama Penyimpanan (bulan)
Biji Berjamur (%)
Biji Berlubang (%)
Kotoran (%)
6 1 1 1 1 1
0,9 0,2 1,3 0,3 0,1 0,2
0,03 0,22 0,03 0 0 0
0,01 0,02 0,02 0,06 0 0,13
Lokal (Putih Kikis)/ Oebobo Lamuru / Nun Kurus Pioneer / Oesao Lamuru / Oesao Lamuru / Oebola Lamuru / Oebobo Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Hasil uji daya berkecambah menunjukkan benih masih dalam kondisi yang baik dengan persentase daya berkecambah yang tumbuh rata-rata berkisar 92,0 – 99,3%. Dilihat dari masa simpan yang belum lama (1 bulan), pengamatan kecepatan tumbuh sudah menunjukkan penurunan mutu fisiologis terutama pada varietas Lamuru yang berasal dari Oesao dengan kecepatan tumbuh sebesar 26,3 %/etmal, sedangkan jagung lokal (putih kikis) yang berasal dari Oebobo dengan masa simpan 6 bulan kecepatan tumbuhnya sebesar 28,6 %/etmal. Sampel uji yang lain masih mempunyai kecepatan tumbuh yang baik di atas 30%/etmal. Dari pengamatan persentase kecambah normal kuat ternyata sampel uji dengan kecepatan tumbuh yang rendah juga mempunyai persentase kecambah normal kuat lebih rendah dibanding sampel uji yang lainnya yaitu 84,67% dan 92,67%, sedangkan sampel uji yang lain rata-rata berkisar 94,00 – 99,33% (Tabel 4). Tabel 4, pada umumnya penurunan mutu benih dipengaruhi oleh kerusakan fisik yang terjadi pada benih tersebut. Faktor penyebab kerusakan fisik disebabkan oleh penanganan benih yang tidak tepat dan ketersediaan sarana produksi benih yang 148
Rahmawati et al.: Mutu Benih Jagung di Tingkat Petani dan ….
tidak memadai, antara lain : cara pengeringan benih yang belum maksimal, tidak menggunakan kemasan yang kedap udara, dan ruangan penyimpanan benih yang tidak memadai. Fasilitas penyimpanan jagung di petani/penangkar di NTT pada umumnya hanya disimpan/diletakkan di rumah, digantung di atas perapian/tungku memasak dan gudang penyimpanan yang tidak memenuhi standar, namun di kecamatan Oebola teknik penyimpanan benihnya sudah cukup maju dengan menggunakan silo plastik yang besar sebagai wadah penyimpanan benih. Silo plastik termasuk wadah penyimpanan yang baik (kedap udara) sehingga dapat menekan laju deteriorasi benih selama penyimpanan, sedangkan kemasan benih yang digunakan pada umumnya karung plastik dan sebagian sudah menggunakan kemasan plastik yang dilaminating agar kedap udara. Pencegahan peningkatan kadar air selama penyimpanan benih diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap air (Justice dan Bass 2002). Pada benih jagung, proses absorbsi (penyerapan) lebih cepat dibanding proses desorbsi (pelepasan) uap air dari benih (Sania Saenong et al. 2009).
Benih
bersifat higroskopis dan kadar airnya selalu berkesimbangan dengan kelembaban nisbi di sekitarnya (Copeland dan McDonald 1985). Oleh karenanya pemilihan kemasan yang kedap udara sangat penting untuk mencegah terjadinya perubahan kadar air benih selama penyimpanan sehingga viabilitas benih dapat dipertahankan. Beberapa model penyimpanan jagung di tingkat petani/penangkar dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Gudang penyimpanan benih di petani penangkar Oesao, NTT 2013 (b) Rumah petani sekaligus tempat penyimpanan benih jagung di Oesao,NTT 2013
149
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Jagung yang digantung di atas perapian di Oebobo, NTT 2013 (b) Silo plastik sebagai wadah penyimpanan di Oebola, NTT 2013
Tabel 4. Rata-rata persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan kecambah normal kuat jagung hasil tangkaran di beberapa lokasi penangkar / petani di Provinsi NTT
Varietas/Lokasi Lokal (Putih Kikis)/ Oebobo Lamuru / Nun Kurus Pioneer / Oesao Lamuru / Oesao Lamuru / Oebola Lamuru / Oebobo
Lama Penyimpanan (bulan) 6 1 1 1 1 1
Daya Berkecambah (%) 92,7 98,0 97,3 92,0 99,3 96,7
Kecepatan Tumbuh (%/etmal) 28,6 30,4 30,5 26,3 32,3 31,1
Kecambah Normal Kuat (%) 92,67 94,67 94,00 84,67 99,33 96,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Pengamatan terhadap panjang akar pada semua sampel uji rata-rata berkisar 12,7 – 16,4 cm, jumlah akar sekunder berkisar 4,6 – 5,3, panjang bibit berkisar 9,8 – 11,4 cm dan bobot kering kecambah berkisar 0,22 – 0,28 g/tan (dapat dilihat pada Tabel 5). Pengamatan terhadap panjang akar primer, jumlah akar sekunder, panjang bibit dan bobot kering kecambah menunjukkan belum terjadi penurunan mutu fisiologis yang besar karena masa simpan benih yang belum lama sehingga penurunan mutu benihnya masih tergolong kecil. Terbentuknya akar primer dan sekunder, panjang bibit serta bobot kecambah yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan dalam biji yang menjadi sumber energi untuk perkecambahan benih tersebut.
Menurut Kuswanto (1996), salah satu definisi benih dikatakan
berkecambah adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula. Pada proses perkecambahan benih bersamaan dengan proses imbibisi 150
Rahmawati et al.: Mutu Benih Jagung di Tingkat Petani dan ….
akan terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya sehingga proses perombakan cadangan makanan yang akan menghasilkan energi ATP dan unsur hara diikuti oleh senyawa protein untuk pembentukan sel-sel baru embrio. Selanjutnya akan diikuti proses diferensiasi sel-sel sehingga terbentuk plumula yang merupakan bakal batang dan daun serta radikula yang merupakan bakal akar. Berdasarkan kondisi benih dengan kadar air yang tinggi dan sudah terdapat kerusakan fisik serta kondisi penyimpanan yang sangat minim diperkirakan benih tersebut tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tabel 5. Rata-rata panjang akar, jumlah akar sekunder, panjang bibit dan bobot kering kecambah jagung hasil tangkaran di beberapa lokasi penangkar / petani di Provinsi NTT
Varietas/Lokasi
Lama Penyimpanan (bulan)
Panjang Akar Primer (cm)
Jumlah Akar Sekunder
Panjang Bibit (cm)
Bobot Kering Kecambah (g/tan)
Lokal (Putih Kikis)/ Oebobo Lamuru / Nun Kurus Pioneer / Oesao Lamuru / Oesao Lamuru / Oebola Lamuru / Oebobo
6 1 1 1 1 1
16,4 12,9 12,7 13,3 15,1 13,0
4,6 5,3 4,6 4,9 5,1 4,6
10,9 9,8 10,1 10,1 11,4 10,5
0,28 0,24 0,22 0,23 0,24 0,27
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
KESIMPULAN
Secara umum hasil uji mutu benih yang diperoleh menunjukkan mutu fisik dan fisiologis yang cukup baik.
Hasil uji menunjukkan kadar air benih berkisar 11,3 – 21,1%; bobot 1000 butir 294,1 -360,4 g; daya hantar listrik 9,5 – 22,6 µs/cm.g, biji utuh 98,1 – 99,9%; retak 0 – 0,5%; pecah 0 – 0,65%; berjamur 0,1 – 1,3%; berlubang 0 – 0,22%, kotoran 0 – 0,13%; daya berkecambah 92,0 – 99,3%; kecepatan tumbuh 26,3 – 32,3%/etmal; kecambah normal kuat 84,67 – 99,33%; panjang akar primer 12,7 – 16,4 cm; jumlah akar sekunder 4,6 – 5,3; panjang bibit 9,8 – 11,4 cm dan bobot kering kecambah 10,8 – 13,1 g.
Dari hasil pengamatan dapat diperkirakan benih tersebut tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena dengan masa simpan hanya 1 bulan (kecuali jagung lokal masa simpan 6 bulan) sudah terdapat kerusakan fisik dan sudah terjadi penurunan mutu walaupun masih tergolong kecil.
151
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
DAFTAR PUSTAKA Copeland, L.O. dan McDonald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Minneapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company. Copeland dan Mc Donald, 2001. http://www.google.co.id. Diakses Tanggal 6 Februari 2012. Delouche, J.C. 1990. Research on seed aging techniques for predicting the relative storability of seeds lots. Seed Science and Technol. 1 : 427 – 452. Harrington, J.F. 1972. Seed storage and longevity. In. T.T. Kozlowski (ed). p.145-245. Seed Biology. Vol. III. Academic Press. Newyork London. Justice, O.L dan L.N. Bass. 1979. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih (Terjemahan). PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm. 219 – 273. Justice dan Bass, 2002. http://www.google.co.id. Diakses Tanggal 6 Februari 2012. Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar teknologi, produksi, dan sertifikasi benih. Andi Offset. Yogyakarta. Matthews, S and A. Powell. 2006. Electrical conductivity vigour test: physiological basis and use. Seed Testing International (ISTA) 131: 32-35. Normah, MN dan HF Chin. 1991. Changes in Germination, Respiration Rate and Leachate Conductivity During Storage of Hevea Seeds. Pertanika 14 (1), 1 - 6. Saenong, S. 1986. Kontribusi Vigor Awal Terhadap Daya Simpan Benih Jagung (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max (L) Merr). Disertasi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Saenong, S. Fauziah, Rahmawati dan Oom Komalasari. 2009. Kualitas Benih Jagung Dari Beberapa Penangkar dan UPBS Balitsereal. Prosiding. Seminar Nasional Serealia. Inovasi Teknologi Serealia Menuju Kemandirian Pangan dan Agroindustri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 2011. ISBN : 978-979-8940-27-9.
152