BUKU 2 : BIDANG MINERAL
II.26
PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Wahyu Widodo dan Kisman Kelompok Penyelidikan Mineral
SARI
”Geologi daerah prospeksi disusun oleh satuan batuan gunungapi andesitik – basaltik, satuan batugamping klastis yang menjemari dengan satuan napal tufaan serta satuan batuan terobosan (diorit, granodiorit). Struktur geologi berarah timurlaut – baratdaya berupa sesar geser dan struktur lipatan dengan kemiringan lapisan yang tidak begitu besar terpotong morfologi.
Indikasi mineralisasi berupa sulfida pirit tersebar pada singkapan batuan terobosan terubah dan pirit, kalkopirit, azurit teramati pada float urat kuarsa berongga dengan kristal vuggy warna coklat teroksidasi sedangkan mineral-mineral pirit, kalkopirit serta butir emas terlihat dari beberapa lokasi pendulangan mineral berat. Gejala ubahan batuan yang teramati di sepanjang lintasan conto tanah adalah ubahan argilik – argilik lanjut dan silisifikasi. Koefisien korelasi tiap unsur menunjukkan adanya kecenderungan hubungan korelasi kuat antara logam dasar (Cu, Pb, Zn) dengan logam mulia (Au, Ag) kesemua unsur-unsur tersebut juga berkorelasi dengan As akan tetapi sangat lemah berkorelasi dengan Sb, ini dapat diperkirakan bahwa kehadiran As (arsenik) sebagai petunjuk mineralisasi logam dasar dan logam mulia di daerah ini. Gabungan antara sebaran anomali unsur-unsur dengan ubahan batuan dan sebaran butir emas, di daerah Kambaratu sedikitnya ada 10 lokasi anomali gabungan yang perlu ditindaklanjuti berdasarkan skala prioritas untuk dilakukan pemetaan geologi rinci dan study geokimia tanah secara sistematis (grid) interval 50 m. Skala prioritas satu dan dua masing-masing pada lokasi H, G, F dan lokasi C, disamping daerahdaerah tersebut mengingat As sebagai fathfinder yang erat dengan Cu maka lokasi B dan I juga perlu diperhitungkan.
”
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
PENDAHULUAN Kegiatan prospeksi mineral logam ini dilatarbekalangi adanya sebaran anomali geokimia sedimen sungai unsur Cu-Au di Kecamatan Pandawai, Au-Pb-Mn di Kecamatan Haharu dan Cu-Pb-Zn-Mn di Kecamatan Tabundung, (DIM, 2001) dan adanya indikasi kandungan Au dalam batuan (BHP Sumba Minerals, 1998) di dalam lingkungan geologi yang sangat mendukung (Gambar 1). Kegiatan prospeksi ini dimaksudkan untuk mengetahui daerah-daerah yang memiliki prospek keterdapatan mineral logam di Kabupaten Sumba Timur sedangkan tujuannya dapat memberikan masukan guna pengembangan mineral logam dan untuk melengkapi Bank Data Sumber Daya Mineral Nasional di Pusat Sumber Daya Geologi serta sebagai dasar didalam penentuan wilayah pertambangan. Beberapa penyelidik telah melakukan kegiatan pemetaan geologi maupun eksplorasi mineral di daerah ini, diantaranya: PT. BHP Sumba Minerals, 1997 telah melakukan kegiatan eksplorasi mineral emas secara regional di P. Sumba, termasuk didalamnya daerah survey tinjau; A.C. Effendi, dkk. Pada tahun 1993 telah melakukan pemetaan geologi sekala 1 : 250.000 lembar Waingapu dan Suprapto, S. J., dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung pada tahun 2001 telah melakukan tinjauan prospek mineralisasi logam dengan pendekatan geokimia sedimen sungai di Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumba
II.26
Timur lokasi prospeksi yang dipilih adalah Kambaratu dan sekitarnya yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Haharu dan Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur (Gambar 2), dengan pertimbangan adanya sebaran batuan gunungapi Formasi Mosu yang telah teridentifikasi mineralisasinya pada tatanan geologi yang sama di Sumba Timur bagian selatan serta adanya sebaran anomali sedimen sungai Au, Mn dan Pb. Pencapaian daerah ini dapat ditempuh dari Jakarta – Kupang – Waingapu atau 3 kali seminggu Jakarta – Waingapu dengan pesawat komersial dan selanjutnya Waingapu – lokasi prospeksi dengan kendaraan roda empat (4 x 4) sampai Kampung Kambaratu dan jalan kaki untuk pelaksanaan surveynya.
Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur secara geografis terletak di bagian paling selatan NKRI, lokasinya diapit oleh Pulau Salura dan Pulau Manggudu di bagian selatan dan Pulau Nuha di bagian timur dan secara astronomis terletak diantara 119° 45’ – 120° 52’ BT dan 9° 16’ – 10° 20’ LS, (http:// nttprov.go.id/ provntt/ index.php? option=com_ content&task= view&id= 81&Itemid=79). Jumlah penduduk di Kabupaten Sumba Timur sampai tahun 2010 sebesar 227.835 jiwa (http://www.bps.go.id/hasilSP2010/ ntt/5302. pdf). Lokasi prospeksi berada di Kecamatan Haharu dan Kecamatan Lewa, jumlah penduduk dari kedua wilayah kecamatan tersebut masing-masing adalah 5.667 jiwa dan 16.044 jiwa http://sumbatimurkab.bps.go.id/index. php?option=com_content&view=article&
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
id=2&Itemid=3 Infrastruktur yang ada di daerah survey khususnya dan Kabupaten Sumba Timur umumnya masih sangat terbatas, yaitu : Sarana perhubungan berupa dermaga laut dan bandara di Waingapu, jalan darat yang menghubungkan antara Waingapu (ibukota kabupaten Sumba Timur) dengan ibukota kecamatan yang cukup bagus sedangkan antara Kecamatan ke Desa perlu ditingkatkan perawatanya. Sarana komunikasi yang ada berupa komunikasi selular dari perusahaan swasta yang cukup bagus dan lancar di daerah prospeksi, umumnya pada lokasi ketinggian hubungan komunikasi dengan daerah lain cukup baik. Sarana penerangan dari perusahaan listrik negara masih bersifat lokal dan terbatas pada daerah sekitar ibukota kecamatan. Berdasarkan peta penunjukan kawasan hutan Provinsi Nusa Tenggara Timur (SK. No. 423/ Kpts-II/ 1999 tanggal 15 Juni 1999 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, sebagian besar daerah prospeksi keberadaannya menempati kawasan APL (Area Penggunaan Lain) dan sebagian kecil berada dalam kawasan hutan produksi terbatas. Kabupaten Sumba Timur beriklim semi arid dengan tiga rejim curah hujan, yaitu : Kawasan utara rata-rata curah hujan 800 - 1.000 mm per tahun, kawasan tengah bagian timur dan selatan rata-rata curah hujan 1.000 – 1.500 mm per tahun dan kawasan tengah bagian barat ratarata curah hujan 1.500 – 2.000 mm per tahun. Dengan tiga rejim tersebut di atas, maka tingkat curah hujan rata-rata per tahun berlangsung 3 – 4 bulan dengan suhu rata-rata minimum 28,8°
C dan maksimum 31,4° C. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan Desember sedangkan kekeringan menurun pada bulan April, puncak kekeringan terjadi pada bulan Agustus dan Oktober. Dengan selesainya kegiatan prospeksi, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bupati Sumba Timur beserta jajarannya yang terkait, Muspika Kecamatan Haharu dan Kecamatan Lewa serta masyarakat setempat yang telah membantu dan kooperatif membantu selama kegiatan prospeksi lapangan berlangsung.
GEOLOGI REGIONAL Stratigrafi regional Pulau Sumba disusun oleh tiga kelompok batuan yaitu kelompok batuan sedimen, kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan (Gambar 3). Kelompok Batuan Sedimen : Kelompok batuan sedimen di Pulau Sumba terdiri dari bermacammacam umur, sedangkan yang paling tua dan tertua di daerah ini berumur Kapur yang dikenal sebagai Formasi Praikajelu (Kp) terdiri dari batupasir grewake berselingan dengan serpih, batulempung, batunapal lanauan dan batupasir lempungan serta konglomerat, kelompok batuan ini diterobos oleh granodiorit dan basal. Kelompok batuan sedimen berumur Eosen yang disusun oleh batupasir grewake sebagian gampingan dengan sisipan hatulanau dan batulempung yang dikenal sebagai Formasi Tanahroong (Tet) yang menjemari dengan Formasi Watopata (Tew).
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Kelompok batuan sedimen berumur Oligosen berupa batugamping terumbu dan kelompok batuan sedimen Miosen yang disusun oleh batugamping dan batulempung Formasi Pamalar (Tmp).
dipengaruhi oleh aktifitas Lempeng Eurasia, India dan Australia yang diawali adanya proses subduksi Mesozoikum antara lempeng samudera Hindia dengan lempeng benua Eurasia membentuk Busur Sunda.
Kelompok batuan sedimen berumur MioPliosen yang terdiri dari batupasir napalan, batupasir tufan, tuf, napal tufan dari Formasi Kananggar (Tmpk) menjemari dengan Formasi Waikabubak (Tmpw).
Kala Miosen akhir perkembangan pergerakan lempeng Australia kearah utara menyebabkan kolisi dengan benua mikro laut banda membentuk Busur Banda, yang terdiri dari busur gunungapi (bagian dalam) dan non-gunungapi (bagian luar) dengan pulau Sumba merupakan bagiannya. Struktur yang berkembang sebagai akibat penunjaman lempeng dengan arah umum NW- SE dan NE - SW yang saling berpasangan dan sejajar dengan busur E - W, sedangkan struktur N - S kemungkinan berupa sesar normal.
Kelompok batuan sedimen termuda berumur Kuarter (Pleistosen - Holosen) masing-masing terdiri dari batugamping terumbu dan lempung, lanau, pasir dan kerikil dikenal sebagai Formasi Kaliangga (Qpk) dan Endapan alluvium (Qa). Kelompok Batuan Gunungapi : Kelompok batuan gunungapi yang terdapat di Pulau Sumba terbentuk pada Paleosen yang disusun oleh lava dan breksi andesit, tuf, basal dan riolit yang dikenal sebagai Formasi Masu dan batuan gunungapi yang terbentuk pada Miosen terdiri dari lava andesit dan breksi gunungapi dan dibeberapa tempat ditemukan adanya kayu terkersikkan Formasi Jawila (Tmj). Kelompok batuan gunungapi yang disebutkan pertama diterobos oleh granit dan granodiorit, kedudukannya tidak selaras di bawah kelompok batuan gunungapi kedua. Kelompok Batuan Terobosan : Merupakan intrusi batuan beku yang terdiri dari granit, granodiorit, diorit, syenit dan andesit berumur Paleogen atau lebih tua menerobos batuan Formasi Praikajelu dan Formasi Masu. Tektonisme yang mengontrol Pulau Sumba
II.26
Mineralisasi di Pulau Sumba tidak seintensif jika dibandingkan dengan busur Banda bagian dalam (busur gunungapi) yang merupakan hasil tektonisme Neogen, mineralisasinya dipengaruhi oleh magmatisme Paleogen membentuk busur gunungapi Sumba - Timor (Carlile, dkk.,1994) sehingga menghasilkan batuan gunungapi andesitik dan intrusi porfiri andesit pada beberapa lokasi dibagian barat daya, tengah dan tenggara Pulau Sumba, daerah survey tinjau termasuk didalamnya (bagian tenggara Pulau Sumba). Indikasi mineralisasi awal ditunjukkan adanya beberapa sebaran kelompok unsur-unsur (multi unsur) seperti misalnya sebaran anomali geokimia sedimen sungai unsur Cu-Au di Kecamatan Pandawai, Au-Pb-Mn di Kecamatan Haharu dan Cu-Pb-Zn-Mn di Kecamatan Tabundung, (DIM, 2001) dan beberapa lokasi
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
single unsur anomali. Indikasi pemineralan dicirikan oleh adanya mineral pirit dan mineral-mineral sulfida lainya (Effendi, 1993) pada batuan andesit dan basal ditemukan di sekitar Gunung Masu dan Malahonan, sedangkan indikasi endapan pasir besi ditemukan di sepanjang pantai Mamboro sampai Tanjung Lenang. Didaerah Tanah Daro (bagian tengah pulau) berkembang alterasi serisit, illit-silika (pilik) dan klorit-epidot-magnetit-kalsit (propilitik) pada pada batuan gunungapi andesitan. Berdasarkan penyelidikan terdahulu di Kabupaten Sumba Timur diketahui keterdapatan beberapa mineral logam antara lain timbal dan pasir besi. Hasil survey tinjau yang dilakukan oleh PT. Lancarjaya Bara Nusantara tahun 2009 menunjukkan indikasi sebagai berikut : Timbal : Cebakan timbal terdapat di daerah Lalindi, Kecamatan Karera yang merupakan bekas tambang timbal yang sudah ditinggalkan. Geologi endapan timbal terdapat pada batuan gunung api andesitan dengan gejala ubahan yang teramati di daerah ini adalah propilitisasi, silisifikasi dan argilitisasi. Sedangkan mineralisasi yang teramati dipermukaan dari sisa-sisa bekas penambangan adalah kuarsa – galena - pirit dan kalkopirit dengan tebal kuarsa - galena berkisar antara 0,2 - 1,0 cm yang mengisi rekahan diantara fragmen batuan. Bladed karbonat-kuarsa dengan struktur menjaring teramati pada sekitar mineralisasi galena. Selain itu mineralisasi yang teramati pada penggalian lokasi bekas penambangan yang tertimbun longsoran memperlihatkan adanya
urat breksi hidrotermal setebal 20 cm dengan kuarsa – galena – pirit – kalkopirit mengisi rekahan diantara fragmen batuan. Tebal rekahan yang terisi kuarsa – galena berkisar antara 0,2 - 2,0 cm. Potensi sumberdaya hipotetik yang masih ada diperkirakan 11.000 ton dengan kadar 22 - 33% Pb. Pasir Besi : Endapan pasir besi terdapat di pantai Tabua, Kecamatan Karera. Keterdapatan endapan pasir besi pada lokasi ini tidak merata baik secara lateral maupun vertikal, luas hamparan endapan pasir pantai sekitar 2,675 ha dengan panjang hamparan pantai sekitar 450 m dan lebar berkisar antara 40 - 60 m. Di permukaan terlihat endapan pasir besi dengan lebar kurang lebih 10 - 20 m yang keberadaannya terlihat tidak merata. Potensi sumberdaya hipotetik konsentrat pasir besi 2.895,54 ton dengan kadar rata-rata Fe total: 48,64 % Selain itu endapan pasir besi ditemukan juga di pantai Melolo-Kayuri, Kecamatan Umalulu. Hamparan endapan aluvial pantai di daerah ini dengan panjang kurang lebih 10 km dan lebar hamparan pasir dari muka laut ke arah darat berkisar antara 40 - 100 m, sehingga luas sebaran endapan pasir pantai sekitar 71,45 ha. Dari lebar pantai tersebut yang terlihat merupakan akumulasi endapan pasir besi di sepanjang pantai hanya selebar antara 5 - 15 m. Potensi sumberdaya hipotetik konsentrat pasir besi di sepanjang pantai Melolo – Kayuri 59.820,27 ton dengan kadar rata-rata Fe total: 52,99 %.
HASIL PROSPEKSI Selama kegiatan prospeksi di lapangan data primer yang didapatkan adalah geologi yang
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
teramati sepanjang lintasan dan data geokimia sedimen sungai, batuan, tanah serta mineral berat. Data terkumpul masing-masing 16 conto sedimen sungai, 14 conto konsentrat dulang, 9 conto batuan dan 225 conto tanah (Gambar 4). Conto geokimia sedimen sungai dan konsentrat dulang diambil pada saat melakukan kegiatan reconaisance untuk penjajakan daerah yang diambil pada sungai orde 3, baik dalam lingkungan batugamping maupun batuan gunungapi. Conto geokimia tanah diambil pada hulu sungai Luku Langela di sekitar Kp. Kambaratu pada lingkungan batuan gunungapi, pengambilannya pada spurs diantara cabang-cabang sungai orde 1 yang diambil pada horizon B dengan interval 50 m antara satu lokasi dengan lainnya.
Geologi Daerah Prospeksi Morfologi di daerah prospeksi umumnya bergelombang dengan undulasi ketinggian tidak menonjol tetapi dinding sungainya berdinding terjal khususnya di daerah sebaran batugamping, kondisi sungai kering sedangkan di daerah sebaran batuan gunungapi kondisi sungai berair dan dinding sungai tidak begitu terjal seperti halnya yang dapat dilihat disikitar Kp. Kambaratu. Geologi daerah prospeksi disusun empat satuan batuan dari tua ke muda adalah satuan batuan gunungapi andesitik – basaltik, satuan batuan terobosan, satuan batugamping klastis dan satuan napal pasiran, (Gambar 5). Satuan batuan gunungapi andesitik – basaltik yang terdiri dari lava, breksi andesit, tufa
II.26
andesit, lava dan breksi basalt, satuan batuan ini di beberapa lokasi telah menunjukkan gejala ubahan silisifikasi dan argilik limonitik. Secara regional satuan batuan ini dapat dikorelasikan dengan Formasi Masu berumur Paleosen (Effendi, A.C., dkk., 1993) yang diterobos oleh batuan diorit – granodioritik. Satuan batugamping klastis, dilapangan umumnya tersingkap pada bagian atas punggungan, satuan ini beselingan bersisipan dengan napal tufaan dan batupasir tufaan. Kearah utara daerah prospeksi satuan batuan ini beangsur-angsur berubah menjadi satuan batuan napal tufaan berselang seling dengan batu pasir tufaan dengan sisipan batugamping. Arah umum sebaran napal tufaan kurang lebih barat timur dan diduga kedua satuan ini saling menjemari di bagian atasnya dan satuan batugamping klastis relatip lebih tua dari satuan batuan napal tufaan. Secara regional kedua satuan batuan ini masing-masing dapat dikorelasikan dengan Formasi Waikabubak dan Formasi Kananggar berumur Mio-Pliosen (Effendi, A.C., dkk., 1993). Struktur geologi yang teramati dengan adanya kelurusan morfologi di daerah prospeksi berarah timur laut – barat daya berupa sesar geser dan struktur lipatan dengan kemiringan lapisan yang tidak begitu besar terpotong morfologi di lingkungan satuan batugamping klastis dan satuan batuan napal tufaan (Foto 1). Indikasi ubahan yang teramati di sepanjang lintasan pengambilan conto tanah secara kasat mata adalah ubahan argilik terdapat setempat, silisifikasi terdapat dibeberapa lokasi dan
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
umumnya teroksidasi.
berukuran VFC – VVFC.
Singkapan batuan terobosan yang tersilisifikasi terlihat pada dasar sungai Luku Langela, secara megaskopis dalam batuan tersebut teramati mineral pirit tersebar sedangkan dari bongkahan float pada lokasi yang sama berupa urat kuarsa berongga dengan kristal vuggy warna coklat teroksidasi terdapat pirit, kalkopirit, azurit (Foto 2) dan pada conto konsentrat dulangnya teramati lebih banyak mineral pirit dan beberapa kalkopirit.
Pengamatan pada lintasan conto tanah yang diambil dari horizon B umumnya berwarna merah atau kuning kemerahan kadang dengan fragmen warna putih abu-abu. Tanah yang berwarna merah menunjukkan tingkat oksidasi yang cukup kuat begitu juga pada bongkahan yang ditemukan berupa silisifikasi warna merah sebagai jasper/ jasperoid tanpa mineralisasi yang tersingkap diantara batugamping.
Pada lokasi conto konsentrat dulang di cabang kanan Sungai Paratambuku yang berhulu di sekitar Bukit Labondu, mineral berat yang teramati terlihat ada dua butir emas dengan ukuran MC berbentuk menyudut - menyudut tanggung, sedangkan pada lereng bukitnya terdapat singkapan urat kuarsa kristal vuggy teroksidasi dan lapisan hitam manganese. Pada lokasi ST 11/22/S/P yang kondisi lingkungan sekitarnya merupakan lembah dengan batuan ubahan argilik (kaolinisasi) berwarna putih, lunak dan banyak fragmen batuan tersilisifikasi. Berdasarkan pengamatan pada bagian atas dari lembah ini tanah yang tersingkap akibat penurunan secara perlahan berwarna kuning kemerahan terdapat banyak fragment kuarsa berbentuk membulat - menyudut tanggung dengan permukaan halus. Dari keadaan fisik fragmen batuan yang ada pada lingkungan terbatas ini diduga merupakan material yang diendapkan dari tempat lain (alluvial) karena dipermukaan bukit rendah ini terdapat berserakan fragmen batuan kuarsa. Sedangkan pada lokasi ini (ST 11/23/ P) dari konsentrat dulang tertangkap dua butiran emas
Pada lintasan tanah antara ST 11/ 126 s/d ST 11/ 131 SL dan ST11/ 231 SL s/d ST11/ 238 SL hampir kesemuanya berupa saprolit yang diduga berasal dari kulit luar pelapukan batuan beku terubah/ tersilisifikasi, (Foto 3, 4) sedangkan antara titik ST11/ 237SL dan ST 11/ 238SL ditemukan urat kuarsa putih susu berongga dengan kristal vuggy sebagian coklat teroksidasi, lebar urat 25 cm rata di permukaan memanjang arah utara – selatan. Dibeberapa lokasi lintasan teramati juga adanya zona argilik teroksidasi berwarna kemerahan seperti yang terlihat pada lokasi antara ST 11/ 63 – 64 SL, (Foto 5).
Mineralisasi Pada sebaran batuan gunungapi andesitik – basaltik di hulu S. Luku Langela yang umumnya mengalami pelapukan dan teroksidasi, dibeberapa tempat menunjukkan adanya gejala ubahan silisifikasi maupun argilitisasi (argilik/ argilik lanjut). Butiran emas ditemukan pada area terdapatnya float urat kuarsa mengandung pirit, kalkopirit
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
(?) dan azurit didalam lingkungan batuan gunungapi.
Analisis Laboratorium Conto batuan yang secara megaskopis terlihat sebagai batuan terobosan yang menunjukkan gejala ubahan, diskripsi petrografi dari sayatan tipis menunjukkan batuan terubah kuat baik pada masa dasar maupun fenokrisnya, disusun oleh relik-relik fenokris didalam masa dasar mikrolit plagioklas, kuarsa, mineral opak dan mineral sekunder, dengan komposisi plagioklas 20 %, karbonat 52 %, kuarsa 5 %, opak 5 %, klorit 10 % dan mineral lempung 8 %. Empat conto batuan, yang secara megaskopis menunjukkan adanya kandungan mineral pirit secara dominan dengan spot kalkopirit, hasil analisis polish section yang teramati adalah mineral pirit dan hydrous iron oxides, sehingga diperkirakan genesa mineralisasinya adalah diawali dengan terbentuknya mineral pirit dan lama kelamaan akan berubah menjadi hydrous iron oxides. Analisis mineralogi butir terhadap 14 conto konsentrat dulang secara umum mineral yang teramati dibawah Mikroskop Stereo Binokuler adalah kuarsa, mineral lempung, ilmenit, magnetit, piroksen, amfibol dan kadang-kadang teramati pirit, garnet, zirkon, hematit sedangkan pada 5 lokasi pendulangan teramati adanya kalkopirit (Foto 6) dan satu lokasi teramati butir emas (Foto 7). Hadirnya mineral garnet didalam mineral butir mengindikasikan bahwa di daerah ini terdapat kontak intrusi dengan batuan samping yang
II.26
relatip lebih tua dari batuan yang mengitrusinya. Disamping mineralisasi pirit juga ada mineralisasi logam dasar (tembaga) dan emas yang ditunjukkan dari kehadiran kalkopirit dan native gold dari pendulangan mineral berat walaupun tidak terlihat didalam batuan. Hasil analisis kimia 16 conto sedimen sungai menunjukkan kadar terendah dan tertinggi dari masing-masing unsur adalah sbb.: 13 s/d 87 ppm Cu, 18 s/d 70 ppm Pb, 12 s/d 73 ppm Zn, < 2 s/d 10 ppb Au, < 0,5 s/d 8 ppm Ag, < 2 s/d 18 ppm As dan < 2 s/d 24 ppm Sb. Hasil analisis kimia 3 conto batuan termineralisasi menunjukkan kandungan 11 s/d 149 ppm Cu, 45 s/d 154 ppm Pb, 14 s/d 67 ppm Zn, 17 s/d 61 ppb Au, 1 s/d 7 ppm Ag, 5 s/d 20 ppm Sb dan 12 s/d 26 ppm As. Pengolahan data statistik terhadap hasil analisis kimia dari 225 conto tanah didapatkan nilai-nilai Mean, Median, Mode, Standard Deviation, Kurtosis, Skewness, Range, Minimum, Maximum, Sum dan Count, (Tabel 1) yang digunakan untuk mendapatkan nilai simpangan baku (anomali) masing-masing unsur serta koefisien korelasi (hubungan) kekerabatan antar unsur, (Tabel 2). Berdasarkan perhitungan statistik dari hasil analisis kimia conto tanah seperti yang telah diuraikan di atas, maka sebaran unsurnya dapat dipisahkan menjadi 4 kelas, yaitu : Kelas I
: Nilai minimum s/d Mean,
Kelas II Deviasi);
: Mean s/d (Mean + Standard
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Kelas III : (Mean + Standard Deviasi s.d. Mean + 2 Standard Deviasi) Kelas IV : (Mean + 2 Standard Deviasi s/d nilai angka maksimum) Nilai simpangan baku (anomali) tiap unsur dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu anomali lemah (kelas III) dan anomali kuat (kelas IV).
Sebaran Anomali masing-masing unsur Sebaran masing-masing unsur conto tanah di daerah Kambaratu, keberadaannya berkelompok antara anomaly kuat dengan anomaly lemah maupun individual dari anomaly kuat dapat diuraikan sbb., (Tabel 2, Gambar 5). Koefisien korelasi tiap unsur menunjukkan kecenderungan hubungan korelasi kuat antara logam dasar (Cu, Pb, Zn) dengan logam mulia (Au, Ag) dengan besaran angka korelasi > 79 %, kesemuanya unsur-unsur tersebut juga berkorelasi dengan As > 74 % tetapi sangat lemah berkorelasi dengan Sb (< 22 %), (Tabel 3). Ini dapat diartikan/ diperkirakan bahwa kehadiran As (arsenik) sebagai petunjuk mineralisasi logam dasar dan logam mulia di daerah ini. Berdasarkan indikasi mineralisasi yang ditemukan berupa float urat kuarsa mengandung mineral sulpida pirit, kalkopirit, azurit dan adanya butiran emas didalam konsentrat dulang, diduga mineralisasinya terbentuk karena proses hidrotermal yang erat hubungannya dengan struktur bukaan yang diisi urat kuarsa didalam lingkungan batuan gunungapi andesitik-basaltik dengan heat source diorit – granodiorit yang menerobosnya.
KESIMPULAN Geologi daerah prospeksi disusun oleh tiga satuan batuan, yaitu satuan batuan gunungapi andesitik – basaltik Formasi Masu berumur Paleosen yang dibeberapa lokasi menunjukkan ubahan silisifikasi, argilic – advance argilic dan oksidasi, Satuan batugamping klastis dan satuan napal tufaan masing-masing Formasi Waikabubak dan Formasi Kananggar berumur Mio-Pliosen (Effendi, AC. Dkk., 1993). Mineralisasi yang terbentuk di daerah ini diduga erat kaitannya dengan terobosan diorit-granodiorit pada batuan gunungapi andesitik-basaltik sehingga mengakibatkan ubahan silisifikasi, argillic – advance argillic. Indikasi mineralisasi di daerah ini ditunjukkan adanya float urat kuarsa mengandung pirit, kalkopirit, azurit dan adanya butiran emas dari hasil pendulangan mineral beratnya sedangkan ubahan batuan yang ditemukan berupa ubahan silisifikasi dan argilitisasi. Endapan yang terbentuk diinterpretasikan sebagai model endapan hasil proses hidrotermal dengan tipe urat yang berkembang didalam kelompok batuan gunungapi andesitik-basaltik. Dari sebaran anomali geokimia unsur-unsur conto tanah yang dihubungkan dengan ubahan batuan dan sebaran butir emas, di daerah Kambaratu sedikitnya ada 10 lokasi anomali gabungan dengan skala prioritas sbb., (Tabel 4, Gambar 5).
SARAN Untuk mengetahui sebaran mineralisasi secara
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
rinci disarankan untuk dilakukan pemetaan geologi rinci dan dilakukan penelitian geokimia tanah secara sistematis dengan grid interval 50 m pada skala prioritas satu dan dua masing-masing pada lokasi H, G, F dan lokasi C, disamping daerah-daerah tersebut mengingat As sebagai fathfinder yang erat dengan Cu maka lokasi B dan I juga perlu diperhitungkan, (Gambar 5).
alisasi logam daerah Sumba Timur, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung
DAFTAR PUSTAKA
http://sumbatimurkab.bps.go.id/index.php option=com_content&view=article&id=2&Item id=3
PT. BHP Sumba Minerals, 1998; Laporan penciutan tahap kedua wilayah Kontrak Karya PT. BHP Sumba Minerals Eksplorasi Emas eksplorasi mineral emas di P. Sumba.
h t t p : / / n t t p r o v. g o . i d / p r o v n t t / i n d e x . php?option=com_content&task=view&id=81&I temid=79 http://www.bps.go.id/hasilSP2010/ ntt/5302. pdf)
Effendi, A.C. dan Apandi, T., 1993; Peta Geologi Lembar Waikabubak dan Waingapu, NTT. PPPG, Bandung. Lancar Jaya Bara Mineral, PT., 2009; Laporan survey tinjau bijih galena dan endapan pasir besi di daerah Kecamatan Karera dan Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Suprapto, S. J., 2001; Tinjauan prospek miner-
II.26
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Foto 1. Kenampakan struktur perlapisan antara batugamping klastis dengan napal dan batupasir tufaan yang terpotong oleh morfologi lereng.
Foto 2. Float urat kuarsa mengandung pirit, kalkopirit, azurit di hulu S. Luku Langela
Foto 3. Bongkah-bongkah batuan tersilisifikasi pada puncak punggungan antara ST 11/ 126 – ST 11/ 131 SL.
Foto 4. Singkapan batuan tersilisifikasi dilokasi ST 11/ 3 R hulu sungai Luku Langela
Foto 5. Zona argilik-argilik lanjut limonitik di punggungan dekat Kp. Kambaratu pada lokasi antara ST 11/ 63 – 64 SL.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Foto 6. Fotomikrograf butiran Piroksen : hujau, transparan, prismatik; Kalkopirit : kuning metalik, kubik dan Ilmenit : hitam, kilap metalik, menyudut tanggung.
Foto 7. Fotomikrograf Emas : kuning metalik khas berwarna emas, pipih, permukaannya halus, berukuran FC – CC; Kalkopirit : kuning, metalik, menyudut tanggung; Kuarsa : tidak berwarna, putih, transparan, kilap kaca; Zirkon : tidak berwarna, transparan, prismatic.
Tabel 1. Hasil perhitungan statistik geokimia tanah dari Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusatenggara Timur. Perhitungan Statistik
II.26
Cu
Pb
Zn
Ag
Au
As
Sb
Mean
39
36
25
2
2
2
7
Median
39
36
25
2
2
2
7
Mode
15
34
11
1
1
1
10
Standard Deviation
49.12
32.91
29.38
1.16
8.57
7.05
3.63
Kurtosis
7.49
86.76
19.47
6.08
12.55
5.01
0.55
Skewness
2.39
8.28
3.26
2.06
3.10
2.35
0.72
Range
320
407
267
7
57
37
19
Minimum
2
17
2
1
1
1
1
Maximum
322
424
269
8
58
38
20
Sum
12348
9412
7529
447
1374
1136
1686
Count
225
225
225
225
225
225
225
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Tabel 2. Sebaran Anomali Unsur No.
Unsur
Lokasi Sebaran Anomali
1
Au
9 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
2
Cu
7 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
3
Pb
7 lokasi sebaran secara individual
4
Zn
4 lokasi sebaran berkelompok
5
Ag
6 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
6
As
9 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
7
Sb
8 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
Tabel 3. Hasil perhitungan koefisien korelasi antar unsur conto tanah dari Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusatenggara Timur Unsur
Sb
Au
Cu
Pb
Zn
Ag
As
Sb
-
0,14
0,20
0,14
0,22
0,19
0,14
Au
0,14
-
0,98
0,85
0,96
0,94
0,94
Cu
0,20
0,98
-
0,82
0,97
0,95
0,96
Pb
0,14
0,85
0,82
-
0,89
0,79
0,74
Zn
0,22
0,96
0,97
0,89
-
0,94
0,90
Ag
0,19
0,94
0,95
0,79
0,94
-
0,90
As
0,14
0,94
0,96
0,74
0,90
0,90
-
Tabel 4. Skala prioritas gabungan sebaran anomali unsur, ubahan batuan dan sebaran butir emas di daerah kambaratu. Lokasi A B C D E F G H I J
Sebaran Anomali Unsur Sil. Arg. Native Nilai Rank Gold Au Cu Pb Zn Ag As Sb 1 1 1 3 4 1
1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1
1
1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 Keterangan: Sil. = silisifikasi; Arg. = Argillik
3 6 4 4 5 6 5 4 3
4 1 3 3 2 1 2 4 4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Gambar 1. Sebaran Anomali Geokimia Sedimen Sungai dengan Latar Belakang Geologi Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. Peta Lokasi Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
II.26
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Gambar 3. Peta Geologi Pulau Sumba (Sumber A.C. Effendi & T. Apandi, 1993)
Gambar 4. Peta Lokasi Pengambilan conto di Kecamatan Haharu dan sekitarnya, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Gambar 5. Peta Komposit Geologi, alterasi, sebaran butir emas dan anomali geokimia conto tanah Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusatenggara Timur
II.26
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011