Prosiding Pendidikan Agama Islam
ISSN: 2460-6413
Upaya Pendidikan dalam Menghindari Pluralisme (Analisis Al-Qur’an Surat Al-An’am Ayat 116-117) 1 1
Ahmad Badrudin Taufik
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Bandung e-mail :
[email protected]
Abstrak. Pluralisme agama merupakan hasil dari upaya pemberian suatu landasan teologi bagi Kristiani agar toleransi terhadap agama non-Kristen. Selain itu, hal ini merupakan elemen dalam suatu modernisasi atau liberalisme releguis. Para penganut pluralis dalam beragama menegaskan bahwa semua agama umumnya menewarkan jalan keselamatan bagi umat manusia dan semuanya mengandung kebenaran religius. Pluralisme dalam agama Islam merupakan tantangan tersendiri bagi pemeluk Islam, bentuk pluralisme dalam agama Islam yaitu kebanyakan mausia yang ada dimuka bumi ini yang hanya akan menyesatkan umat muslim, dan juga kaum pluralis hanya berlandaskan kepada sangkaan atau dugaan dan tidak menempatkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum. Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui Bagaimana isi kandungan Al-Qur’an menurut para musaffir. (2) Bagaimana esensi Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 116-117. (3) Bagaimana pendapat Ahli Pendidikan tentang Pluralisme. (4) Paham pluralisme seperti apa yang harus dihindari oleh umat Muslim. (5) Upaya apa yang dapat ditarik dari AlQur’an surat Al-An’am ayat 116-117 dalam menghindari pluralisme. Adapun metode yang digunakan dalam pemecahan permasalahan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif, yaitu suatu upaya untuk mengumpulkan data yang tertuju pada pemecahan yang ada dan timbul pada masa sekarang. Sedangkan teknik penelitiannya menggunakan teknik book survey, yaitu dengan membaca, memahami, menganalisa serta menginterprestasi dan menyusun dari berbagai kitab dan buku. Dengan berdasarkan pendapat para mufassir, kemudian dianalisa dan disimpulkan sebagai alternatif dari pemecahan masalah. Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa isi Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 116-117 bahwa Allah SWT melarang kepada umat muslim untuk tidak mengikuti kebanyakan manusia, karena kebanyakan manusia yang ada dimuka bumi ini akan menyesatkanmu dari jalan Allah SWT. Kebanyakan manusia yang ada dimuka bumi ini hanya berlandaskan kepapa sangkaan atau dugaan semata, tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadits. Allah SWT lebih mengetahui tentang siapa saja orang yang tersesat dari jalan-Nya dan juga siapa saja orang-orang yang mendapatkan pegtunjuk dari Allah SWT. Hasil rangkuman para mufassir menghasilkan beberapa esensi, diataranya agar umat Muslim teguh pendirian dalam kebenaran,tidak mengikuti kebanyakan manusia yang akan menyesatkan dan hanya berlandaskan kepada sangkaan atau dugaan semata, karena Allah SWT maha mengetahui siapa saja orang yang sesat dan diapa saja orang yang mendapatkan petunjuk. Implikasi yang terkandung dalam QS. AlAn’am ayat 116 – 117 adalah : (1) setiap muslim hendaknya kempali kepada ajaran yang benar. (2) setiap muslim hendaknya memperdalam ilmu Al-Qur’an dan Hadits. (3) uswah kepada Rasulullah SAW. Dalam masalah pendidikan, pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat dan sekaligus melaksanakan hal-hal yang ada dalam Al-Qur’an, karena pendidik merupakan sentral figure dalam proses belajar mengajar. Kata Kunci : Plurarisme, Metode Deskriptif, Teknik Book Survey.
A.
Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Ajaran agama Islma yang bersumber dari wahyu Allah SWT (Al-Qur’an) dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada umat manusia adalah mencangkup seluruh kehidupan, baik hubungan antara makhluk dengan Tuhannya (Mahdhah), dan ajaran agama yang mencangkup hubungan antara manusia dengan manusia dan alam sekitar (Ghairul Mahdhah). Al-Qur’an sebagai petunjuk pada jalan yang lurus. petunjuk-petunjuknya bertujuan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umut manusia, selain itu sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalankan tugas sebagai khalifah. AlQur’a, dan hadits menjadi pedoman bagi umat Islam, yang nantinya akan menjadi perbuatan, perkataan dan tingkah laku menjadi lebih baik. 69
70
|
Ahmad Badrudin Taufik, et al.
Al-Qur’an merupakan sumber dari ilmu-ilmu yang ada di dunia, baik yang berhubungan dengan masalah hukum, kesehatan, georafis, astronomis, akidah, tauhid, akhlak dan lain sebagainya. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menyebutkan dalam firman-Nya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Ilmu merupakan sarana bagi manusia untuk memperoleh kesejahteraan dunia dan akhirat, maka mencari ilmu hukumnya wajib. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Menuntut ilmu wajib bagi kaum muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Kewajiabn menuntut ilmu ini tidak untuk sembarang ilmu, tetapi terbatas pada ilmu agama dan ilmu yang menerangkan carabertingkah laku atau bermu’amalah dengan sesama manusia. (Syeikh Az-Zarnuji,2012:4) Ilmu pengetahuan telah maju sedemikian pesatnya, membantu manusia untuk mendapatkan dan memenuhi setiap kebutuhannya. Dengan berkembangnya teknologi juga, membantu dunia pendidikan menjadi lebih praktis dan lebih mudah dalam mencari ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama. Teknologi juga membantu seseorang untuk menggali sebuah informasi, baik informasi yang positif, negatif bahkan berita-berita yang sedang ramai dibicarakan dalam berbagai hal, termasuk pandangan-pandangan orientalis mengenai agama, salah satunya adalah paham Pluralisme. Secara etimologi pluralisme berasal daru pluralitas, artinya kebanyakan, kemajemukan, dan keagamaan. Dalam konteks filsafat agama, istilah pluralisme digunakan sebagai afirmasi atas “kebenaran semua agama”. Pluralisme agama memiliki landasan dari interpretasi beraneka ragam. salah satu landasannya, menurut kaum pluralis adalah agama itu sendiri. Maksudnya, kendati berbagai agama mengajak mansuia agar mentaati dirinya. ( Muhammad Hasan Qaramaliki, 2011:1) 2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana isi kandungan Al-Qur’an menurut para musaffir ? 2. Bagaimana esensi Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 116-117 ? 3. Bagaimana pendapat Ahli Pendidikan tentang Pluralisme ? 4. Paham pluralisme seperti apa yang harus dihindari oleh umat Muslim? 5. Upaya apa yang dapat ditarik dari Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 116-117 dalam menghindari pluralisme ? 3. Kerangka Pemikiran Tantangan Internal yang kita hadapi dewasa ini sebenarnya bukan dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya, akan tetapi tantangan pemikiranlah yang sedang dihadapi saat ini. Sebab persoalan yang ditimbulkan oleh bidang-bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya ternyata bersumber dari pemikiran. Di antara tantangan pemikiran yang paling serius saat ini adalah bidang keagamaan. Keragaman agama dan budaya di dunia ini sangatlah banyak, seperti di Indonesia. Keragaman agama dan budaya perlu dimaknai dalam setiap pelaksanaan ajaran agama yang ada. Pemahaman agama yang utuh dan penghargaan atas perbedaan merupakan kunci untuk menjaga kerukunan antarumat beragama. Dengan realitas banyaknya ras, suku dan agama, maka setiap pluralitas dapat menjadi jembatan kebuntuan komunikasi dari berbagai macam suku, ras dan agama tersebut.
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Upaya Pendidikan Dalam Menghindari Pluralisme (Analisis Al-Qur’an Surat Al-An’am … | 71
Sedangkan tantangan eksternalnya adalah masuknya paham-paham seperti paham liberalisme, sekuralisme, relativisme, pluralisme agama dan lain sebagainya yang masuk dalam keagamaan. Hal ini disebabkan oleh melemahnya daya tahan umat Islam dalam menghadapi gelombang globalisasi dengan segala macam bawaannya. 4. Lafadh dan Tafsir Q.S Al-An’am Ayat 116-117 Ayat yang akan dikaji adalah ayat 116-117 dari Q.S Al-An’am ayat 116117, adapun lafadh dan terjemah Ayat tersebut adalah sebagai berikut :
ِضي ِ ِ وك َع ْن َسبِ ِيل اللَّ ِه إِ ْن يَتَّبِ ُعو َن إِال الظَّ َّن َوإِ ْن ُه ْم إِال َ ُّضل ُ ِ األر ْ َوإ ْن تُط ْع أَ ْكثََر َم ْن ِِف ِ ضل عن سبِيلِ ِه وهو أَعلَم بِالْمهت ِ (117)ين د َ َّ( إِ َّن َرب116)صو َن ُ ََيُْر َ َ ْ ُ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ ُّ َك ُه َو أ َْعلَ ُم َم ْن ي “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Depag RI 2011 : 113) Mufassir menjelaskan mengenai surat Al-An’am ayat 116-117, pada umumnya memiliki kesamaan pendapat. Perbedaannya hanya dari segi bahasa dan istilahnya saja, namun mengandung pendapat yang sama. Didalam QS Al-An-am ayat 116-117 terdapat empat kata yang penting untuk dibahas : Pertama yaitu kata
ِضي وك َ ضُّل ُ ِ األر ْ أَ ْكثََر َم ْن ِِفyang artinya “kebanyakan
manusia yang ada dimuka bumi ini akan menyesatkanmu”. Menurut para mufassir, maksud kalimat tersebut adalah ihwal mayoritas anak adam yang ada dimuka bumi ini adalah sesat, bentuk-bentuk kesesatannya menurut para mufassir adalah tidak beriman kepada Allah SWT, dan mereka tidak menempatkan Allah sebagai penentu hukum dalam masalah meraka seluruhya. Mereka juga tidak menjadikan syariat Allah yang ada dalam Kitab suci-Nya sebagai undang undang mereka seluruhnya. Kedua yaitu kata
الظَّ َّنyang artinya “dugaan”. Para mufassir menjelaskan
yang dimaksud dengan dugaan oleh ayat ini adalah dugaan yang berkaitan dengan akidah keagamaan, seperti keesaan Tuhan, kenabian, dan keniscayaan adanya hari akhiarat, yang kesemuanya merupakan syarat meraih kebahagiaan ukhrawi serta keterhindaran dari kesengsaraan abadi. Contohnya persangkaan mereka bahwa nenek moyang mereka berdiri diatas kebenaran, sehingga kalau mereka mengikuti jejak langkahnya tentulah mereka beroleh petunjuk. Maka sesatlah mereka dengan sebenar-benarnya. Dan tidak ragu lagi bahwa orang sesat yang menentang petunjuk Allah, tidak lain ia hanya menunjukkan orang lain kepada jalannya sendiri. Mereka itulah orang-orang yang sesat dan menyesatkan, karena jalan kebenaran tidak dapat ditempuh dengan sangkaan, taqlid dan hawa nafsu. Ia hanya ditempuh dengan kebenaran, kejujuran dan petunjuk. Ketiga yaitu kata Kata
صو َن ُ ََيُْرbanyak ulama yang memahaminya dalam
arti mengira-ngira atau berbohong. Kata ini pada mulanya berarti dugaan yang lahir dari perasaan dan tanpa dalil yang dapat diterima oleh semua yang berakal.
Pendidikan Agama Islam , Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016
72
|
Ahmad Badrudin Taufik, et al.
Dari sini, kemudian makna tersebut berkembang hingga dipahami dalam arti berbohong. Para mufassir juga menjelaskan Potongan ayat tersebut mengandung makna bahwa sesungguhnya mereka dalam aqidah atau perbuatan, hanyalah mengikuti persangkaan saja, yang didukung oleh keinginan nafsu. Mereka hanyalah mengucapkan kata-kata berdasarkan persangkaan belaka yang menganggap lebih kuat sebagian dari kepercayaan dan perbuatan mereka atas sebagian yang lain, sebagaimana yang diucapkan oleh para pemilik kebun kurma dan anggur dalam menerka buah kurma dan anggur. Yakni, dalam memperkirakan, manakah diantara buah kurma dan anggur itu yang akan keluar dengan hasil yang baik hanya berdasarkan terkaan dan perkiraan belaka, tanpa dapat membuktikan kebenarannya. Bahkan merekapun tidak mempunyai alasan atas apa yang mereka ucapkan itu. Berdasarkan atas alasan tersebut, berarti mereka telah berdusta terhadap Allah dalam menilai sesuatu yang mereka nisbatkan kepada-Nya seperti anggapan bahwa Allah itu mempunyai anak. Juga anggapan bahwa menyembah kepada patung-patung merupakan jalan menuju kepada Allah. Disamping itu, mereka menghalalkan bangkai dan unta bahirah dan lain sebagainya. Keempat yaitu kata
ِ ين َ الْ ُم ْهَتدartinya orang yang mendapat petunjuk, yaitu
orang-orang yang menempuh jalan-Nya yang lurus, yakni yang telah masuk kedalam kelompok orang-orang yang memperoleh petunjuk Allah dan benarbenar telah mantap dalam dirinya petunjuk itu serta telah mengamalkan kandungannya. Mufassir secara umum menjelaskan mengenai tafsiran Q.S. Al-An’am ayat 116-117 seperti yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil rangkumannya sebagai berikut : 1. Ayat 116-117 Surat Al-An’am secara keseluruhan merupakan peringatan dari Allah kepada kaum muslim utuk tidak mengikuti kebanyakan orang yang akan menyesatkan. 2. Allah Ta’ala memberitahukan ihwal mayoritas anak adam yang ada di muka bumi ini kebanyakan dari mereka itu sesat 3. Mayoritas umat manusia yang ada dimuka bumi ini hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka berdusta kepada Allah SWT. 4. Allah yang Maha mengetahui siapa saja orang yang sesat dan orang yang mendapat petunjuk. B.
Landasan Teori Pendidikan Sebagai Upaya Untuk Menghindari Pluralisme
Pendidikan berarti upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam menyampaikan ilmu, dengan tujuan agar berperilaku baik dan bahkan lebih baik. Dengan demikian, pendidikan yang dirujukkan kepada term al-tarbiyah menyangkut pembinaan kepribadian siswa secara integral, sedangkan term al-ta’lim lebih mengarah kepada sisi intelektual, dan term at-ta’dib lebih dirujukkan kepada sisi afektif atau akhlak secara keseluruhan. Majelis Ulama Indonesia melalui fatwanya tanggal 29 Juli 2005 telah menyatakan bahwa paham Pluralisme Agama bertentangan dengan Islam dan haram umat Islam memeluk paham ini. MUI mendefinisikan Pluralisme Agama sebagai suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif, oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Upaya Pendidikan Dalam Menghindari Pluralisme (Analisis Al-Qur’an Surat Al-An’am … | 73
mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan disurga. ( Dr. Anis Malik Thoha : 2005 : 1 ) Pluralisme religius adalah gerakan teologis yang dilandaskan pada etos liberalisme politis dan berasal langsung dari protestanisme liberal. Gerakan ini memicu kemarahan kaum konservatif kristen, dan dari para pemikir pasca modernis yang telah menemukan bahwa pada banyak segi, kritik mereka pada pemikiran modernis sesuai dengan pluralisme religius. Namun demikian kelemahan internal yang lazim terdapat pada liberalisme politis dan pluralisme religius akan sangat nampak ketika dihadapkan dengan pemikiran Islam, karena pemisahan agama dari tatanan sosial didasarkan pada asumsi bahwa pemisahan ini sesuai bagi pengikut semua sekte, padahal itu secara langsung bertentangan dengan cita-cita Islam. Namun demikian bukan berarti tidak ada tempat bagi pluralisme religius semacam itu dalam Islam. Sebaliknya, sebuah contoh bisa dibuat, karena bentuk Pluralisme religius dalam Islam bebas dari gelombang liberalisme dan reduksionisme. (Muhammad Legenhausen, 2002 : 42) Bentuk Pluralitas dalam Islam sesuai dengan QS Al-An’am ayat 116-117 adalah : 1. Kebanyakan manusia itu menyesatkan Dalam Al-Quran istilah sesat digunakan untuk umum bagi orang yang telah keluar dari jalan syariat dan melenceng dari jalan kebenaran. Mereka mencakup pada beberapa golongan: a. Orang-orang musyrik b. Orang-orang yang berbuat dhalim c. Orang-orang yang berbuat maksiat d. Orang-orang yang munafik e. Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu 2. Berdasarkan kepada praduga Agama Islam memerintahkan kepada umatnya untuk menjadikan AlQur’an dan Hadits sebagai landasan hukum, bukan dengan menggunakan persangkaan ataupun dugaan semata yang tidak mempunyai dalil yang kuat. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an mengenai dugaan atau persangkaan belaka, diantaranya : a. Dugaan tidak menghasilkan kebenaran b. Mengikuti orang-orang terdahulu tanpa dilandasi ilmu (hanya mengikuti persangkaan) 3. Orang-orang yag mendapatkan petunjuk Secara bahasa hidayah diambil dari kata “hada-yahdi” yang artinya adalah petunjuk. Secara istilah yang dimaksud hidayah adalah, bahwa manusia diberi petunjuk dan pengetahuan tentang jalan yang benar. Golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk diantanya (diposting oleh fadilarahim : 1 Mei 2010) : a) Orang Muslim yang menyerahkan diri kepada Allah b) Orang yang beriman dan beramal shaleh c) Orang yang berjihad di jalan Allah d) Orang yang beriman dan taat mengikuti Rasulullah e) Orang yang takut kepada Allah f) Orang yang tidak mengikuti hawa nafsu mereka g) Orang yang bertakwa kepada Allah
Pendidikan Agama Islam , Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016
74
C.
|
Ahmad Badrudin Taufik, et al.
Hasil dan Pembahasan Implikasi Pendidikan Sebagai Upaya Menghindari Pluralisme (Analisis AlQur’an Surat Al-An’am Ayat 116-117) 1. Setiap Muslim hendaknya kembali kepada ajaran yang benar. Ajaran yang benar adalah ilmu yang mengajarkan manusia sesuai dengan petunjuk dan perintah dari Allah SWT. Kembali kepada ajaran yang benar berarti mengikuti dan menjalankan sesuatu sesuai dengan kepada ajaran agama, yaitu ajaran yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar dan pedoman hidup umat Muslim. Perkembangan zaman dan teknologi sangat mempengaruhi akan ajaranajaran Islam. Akan tetapi, seorang Muslim harus bisa memanfaatkan teknologi dan perkembangan zaman sebagai cara utuk mempermudah mencari ilmu. Ajaran agama Islam harus bisa memberikan dasar pondasi yang kuat kepada setiap individu Muslim sehingga tidak akan mudah terpengaruh oleh dampak buruk dari perkembangan teknologi. Kembali kepada ajaran yang benar merupakan salahsatu cara yang bisa dilakukan oleh setiap muslim agar tidak terpengaruh oleh munculnya ajaranajaran baru yang bisa menyesatkan umat Muslim, seperti munculnya paham Pluralisme. Paham pluralisme yang hanya berdasarkan kepada sangkaan atau dugaan semata dapat menyebabkan orang yang mempercayai dan meyakininya akan terjerumus kedalam kesesatan. Kembali kepada ajaran yang benar merupakan salah satu cara agar mendapat hidayah dari Allah SWT dan juga agar selalu berada dalam lindunganNya. 2. Setiap Muslim hendaknya memperdalam ilmu Al-Qur’an dan Hadits Ilmu Al-Qur’an dan Hadits merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, karena di dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat banyak ilmu yang harus dipahami dan dipelajari, mengenai ilmu fiqih, akhlak, dan masih banyak ilmuilmu yang lainnya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang sangat terlindungi keasliannya, Al-Qur’an merupakan pedoman utama umat Islam. Sedangkan Hadits merupakan penjelasan dari Al-Qur’an. Sehingga mempelajari keduanya sangatlah penting, agar selalu berada di dalam kebenaran. Al-Qur’an dan Hadits banyak ditafsirkan oleh para mufassir, sehingga akan menghasilkan penafsiran yang berbeda, sehingga diperlukan kepada setiap Muslim untuk mempelajari dari Al-Qur’an dan Hadits. Memperdalam ilmu Al-Qur’an dan Hadits merupakan salah satu cara memperkuat keyakinan atau keimanan seseorang, sehingga tidak akan mudah tergoyahkan oleh adanya paham-paham atau aliran baru yang dapat menyesatkan umat muslim, karena didalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat banyak kebenaran dan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT, sehingga hati seorang Muslim tidak akan ada keraguan kepada Allah SWT 3. Uswah kepada Rasulullah SAW Uswah artinya keteladanan, keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukannya, orang yang diikuti disebut dengan teladan, namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang baik. Di dalam Al-Qur’an kata uswah dilekatkan dengan kata hasannah,
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Upaya Pendidikan Dalam Menghindari Pluralisme (Analisis Al-Qur’an Surat Al-An’am … | 75
sehingga menjadi satu perpaduan bahwa uswatun hasannah adalah teladan yang baik. Sehingga Uswah kepada Rasulullah SAW berarti melakukan segala sesuatu berdasarkan kepada apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dengan melandaskan segala sesuatu kepada Rasulullah SAW akan membawa kepada keselamatan, karena Rasulullah SAW merupakan suri tauladan yang baik. Dalam menentukan hukum atau aturan, jika berlandaskan atau mengacu kepada apa yang dilakukan dan apa yang dilarang oleh Rasulullah SAW akan menjauhkan umat Muslim dari kesesatan ataupun sesuatu yang dapat melemahkan iman seseorang. D.
Kesimpulan 1. Pendapat Para Mufassir tentang QS. Al-An’am ayat 116-117 Mufassir menjelaskan mengenai surat Al-An’am ayat 116-117, pada umumnya memiliki kesamaan pendapat. Perbedaannya hanya dari segi bahasa dan istilahnya saja, namun mengandung pendapat yang sama. Mufassir secara umum menjelaskan mengenai tafsiran Q.S. Al-An’am ayat 116-117 seperti yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil rangkumannya sebagai berikut : 1. Ayat 116-117 Surat Al-An’am secara keseluruhan merupakan peringatan dari Allah kepada kaum muslim utuk tidak mengikuti kebanyakan orang yang akan menyesatkan. 2. Allah Ta’ala memberitahukan ihwal mayoritas anak adam yang ada di muka bumi ini kebanyakan dari mereka itu sesat 3. Mayoritas umat manusia yang ada dimuka bumi ini hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka berdusta kepada Allah SWT. 4. Allah yang Maha mengetahui siapa saja orang yang sesat dan orang yang mendapat petunjuk. 2. Esensi QS. Al-An’am ayat 116-117 1. Teguh keyakinan akan kebenaran 2. Jangan mengikuti kebanyakan manusia yang hanya berdasarkan prasangka atau dugaan semata. 3. Allah SWT yang maha mengetahui siapa saja yang sesat dan siapa saja yang mendapat petunjuk. 3. Pendapat Para Ahli Pendidikan tentang Pluralisme Pendidikan berarti upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam menyampaikan ilmu, dengan tujuan agar berperilaku baik dan bahkan lebih baik. Dengan demikian, pendidikan yang dirujukkan kepada term altarbiyah menyangkut pembinaan kepribadian siswa secara integral, sedangkan term al-ta’lim lebih mengarah kepada sisi intelektual, dan term at-ta’dib lebih dirujukkan kepada sisi afektif atau akhlak secara keseluruhan. Majelis Ulama Indonesia melalui fatwanya tanggal 29 Juli 2005 telah menyatakan bahwa paham Pluralisme Agama bertentangan dengan Islam dan haram umat Islam memeluk paham ini. MUI mendefinisikan Pluralisme Agama sebagai suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif, oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan disurga. ( Dr. Anis Malik Thoha : 2005 : 1 )
Pendidikan Agama Islam , Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016
76
|
Ahmad Badrudin Taufik, et al.
Pluralisme religius adalah gerakan teologis yang dilandaskan pada etos liberalisme politis dan berasal langsung dari protestanisme liberal. Gerakan ini memicu kemarahan kaum konservatif kristen, dan dari para pemikir pasca modernis yang telah menemukan bahwa pada banyak segi, kritik mereka pada pemikiran modernis sesuai dengan pluralisme religius. Namun demikian kelemahan internal yang lazim terdapat pada liberalisme politis dan pluralisme religius akan sangat nampak ketika dihadapkan dengan pemikiran Islam, karena pemisahan agama dari tatanan sosial didasarkan pada asumsi bahwa pemisahan ini sesuai bagi pengikut semua sekte, padahal itu secara langsung bertentangan dengan cita-cita Islam. Namun demikian bukan berarti tidak ada tempat bagi pluralisme religius semacam itu dalam Islam. Sebaliknya, sebuah contoh bisa dibuat, karena bentuk Pluralisme religius dalam Islam bebas dari gelombang liberalisme dan reduksionisme. (Muhammad Legenhausen, 2002 : 42) Bentuk Pluralitas dalam Islam sesuai dengan QS Al-An’am ayat 116-117 adalah : 1. Kebanyakan manusia itu menyesatkan Dalam Al-Quran istilah sesat digunakan untuk umum bagi orang yang telah keluar dari jalan syariat dan melenceng dari jalan kebenaran. Mereka mencakup pada beberapa golongan: a. Orang-orang musyrik b. Orang-orang yang berbuat dhalim c. Orang-orang yang berbuat maksiat d. Orang-orang yang munafik e. Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu 2. Berdasarkan kepada praduga Agama Islam memerintahkan kepada umatnya untuk menjadikan AlQur’an dan Hadits sebagai landasan hukum, bukan dengan menggunakan persangkaan ataupun dugaan semata yang tidak mempunyai dalil yang kuat. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an mengenai dugaan atau persangkaan belaka, diantaranya : a. Dugaan tidak menghasilkan kebenaran b. Mengikuti orang-orang terdahulu tanpa dilandasi ilmu (hanya mengikuti persangkaan) c. Orang-orang yag mendapatkan petunjuk Secara bahasa hidayah diambil dari kata “hada-yahdi” yang artinya adalah petunjuk. Secara istilah yang dimaksud hidayah adalah, bahwa manusia diberi petunjuk dan pengetahuan tentang jalan yang benar. Golongan orangorang yang mendapatkan petunjuk diantanya (diposting oleh fadilarahim : 1 Mei 2010) : a. Orang Muslim yang menyerahkan diri kepada Allah b. Orang yang beriman dan beramal shaleh c. Orang yang berjihad di jalan Allah d. Orang yang beriman dan taat mengikuti Rasulullah e. Orang yang takut kepada Allah f. Orang yang tidak mengikuti hawa nafsu mereka g. Orang yang bertakwa kepada Allah Sikap pendidikan yang dapat diambil dalam menghadapi pluralisme diantaranya :
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Upaya Pendidikan Dalam Menghindari Pluralisme (Analisis Al-Qur’an Surat Al-An’am … | 77
a. Dialog antar umat beragama Dengan dialog, umat beragama mempersiapkan diri untuk melakukan diskusi dengan umat agama lain yang berbeda pandangan tentang kenyataan hidup. Dilaog tersebut dimaksudkan untuk saling mengenal dan saling menimba pengetahuan baru tentang agama mitra dialog. Dialog tersebut dengan sendirinya akan memperkaya wawasan kedua pihak dalam rangka mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan landasan hidup rukun dalam suatu masyarakat. Alwi Shihab (1999 : 40) b. Toleransi beragama toleransi secara etimologi adalah sikap saling mengizinkan dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan dengan syarat syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.( Umar Hasyim, 1979 : 22) 4. Implikasi Pendidikan tentang Upaya Menghindari Pluralisme (Analisis Qur’an Surat Al-An’am Ayat 116-117) 4.1 Setiap Muslim hendaknya kembali kepada ajaran yang benar. Ajaran yang benar adalah ilmu yang mengajarkan manusia sesuai dengan petunjuk dan perintah dari Allah SWT. Kembali kepada ajaran yang benar berarti mengikuti dan menjalankan sesuatu sesuai dengan kepada ajaran agama, yaitu ajaran yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar dan pedoman hidup umat Muslim. 4.2 Setiap Muslim hendaknya memperdalam ilmu Al-Qur’an dan Hadits Ilmu Al-Qur’an dan Hadits merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, karena di dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat banyak ilmu yang harus dipahami dan dipelajari, mengenai ilmu fiqih, akhlak, dan masih banyak ilmu- ilmu yang lainnya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. 4.3 Uswah kepada Rasulullah SAW Uswah kepada Rasulullah SAW berarti melakukan segala sesuatu berdasarkan kepada apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dengan melandaskan segala sesuatu kepada Rasulullah SAW akan membawa kepada keselamatan, karena Rasulullah SAW merupakan suri tauladan yang baik. Daftar Pustaka Asy-Zarnuji, (2009), Terjemah Ta’lim Muta’allim. Surabaya. Mutiara Ilmu Hasan,Muhammad, (2011) Al-Qur’an dan Pluralisme Agama, Jakarta : Sadra Press, Surahmad, Winarno, (1985), Pengantar Pengertian Ilmia. Bandung. Tarsito Legenhausen, Muhammad,( 2002) Satu Agama atau Banyak Agama , Jakarta : PT Lentera Basritama Departemen Agama Republik Indonesia. (2011). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta. Ismail Ibnu Katsir, Abu Fida’ (1999). Tafsir Ibnu Katsir Juz 8 (Terjemahan), Jakarta :
Pendidikan Agama Islam , Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016
78
|
Ahmad Badrudin Taufik, et al.
Gema Insani Al-Maraghi, Ahmad Musthafa : Abu Bakar, Bahrun. (1993). Tafsir Al-Maraghi Juz 8, Semarang : CV Toha Putra. Quthb, Sayyid.(1992). Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Juz 8. Jakarta : Gema Insani Press. Al-Buruswi, Ismail Haqqi : Shihabuddin. (1997). Tafsir Ruhul Bayan Juz 8, Bandung : CV Diponegoro. Shihab, Muhammad Quraish. (2002). Tafsir Al-Misbah Juz 8. Jakarta : Lentera Hati Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasby. (2000). Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur Juz 8. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Syalabi,Ahmad. (1945) Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyat, Kairo : al-Kasyaf An-Nahlawi, Abdurrahman. (1992). Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung : CV. Diponegoro Al-Thoumy Al-Syaibani. Omar Muhammad. (1979). Falasafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang Jalal, Abdul Fatah.(1988). Azaz-azaz Pendidikan Islam, Terj. Harry Noer Ali, Bandung: CV. Diponegoro Coward, harold . (1989). Pluralisme (tantangan bagi agama-agama), Yogyakarta : kanisius Thoha, Anis Malik. (2005). Pluralisme Agama : Haram, Jakarta : Pustaka Kautsar Rasjidi, HM. (1985). Empat Kuliah Agama di Perguruan Tinggi. Jakarta : Bulan Bintang. Shihab, Alwi. (1999). Islam Inklusif. Bandung : Mizan Hasyim, Umar. (1979). Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya : PT Bina Ilmu. Poerwadarminto, W.J.S. (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Daud Ali, Muhammad. (1989). Islam Untuk Disiplin IlmuHukum Sosial dan Politik. Jakarta : Bulan Bintang Abdullah, Maskuri. (2001). Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan. Jakarta : Buku Kompas
Volume 2, No.1, Tahun 2016