SKRIPSI STUDI ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13, SURAT AL-ISRA’ AYAT 23-25, SURAT AL-AHZAB AYAT 21)
Disusun Oleh: Nama
: Hanif Arif Setiyadi
NIM
: 131310000401
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA 2015
i
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 3 (tiga) eksemplar Hal
: Sekripsi Sdr. Hanif Arif Setiyadi Kepada yang terhormat wakil rektor UNISNU JEPARA
Assalamualaikum wr.wb Setelah membaca, mengoreksi, dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi Saudara:
Nama
: Hanif Arif Setiyadi
NIM
: 131310000401
Judul
: Studi Analisis Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Surat Al-Isra’ Ayat 23-25 dan Surat Al-Ahzab Ayat 21)
Maka, skripsi ini sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosah sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Unisnu Jepara. Oleh karena itu, dimohon agar mahasiswa yang bersangkutan dalam waktu dekat ini dapat segera dipanggil dalam sidang munaqosah untuk mempertanggungjawabkan skripsinya. Demikianlah nota persetujuan pembimbing kami sampaikan atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih. Wassalamualaikum wr.wb
Jepara,
Agustus 2015
Pembimbing,
Dr. Sa’dullah Assaidi, M.Ag.
ii
MOTTO
Artinya
: “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS AlInsyirah Ayat 5-6)
iii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tuaku (Ibunda Siti Aminah dan Ayahanda Tito) yang senantiasa sabar dan tiada hentinya mendoakan dan memberikan dukungannya. 2. Paman dan bibi (Dasiman dan Suyatmi) yang setia memberiku motivasi dan arahan, baik secara moral maupun material dan memberikan dukungan penuh untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Guru yang saya hormati (KH. M. Hudun Abdul Ghani) terima kasih atas ilmu yang diberikan dan tiada henti-hentinya memberikan pengajaran tentang memaknai hidup yang sesungguahnya. 4. Sahabat-sahabat yang memberikan dukungan, bantuan, dan motivasi atas terselesaikannya skripsi ini. 5. Serta teman-teman Unisnu Jepara terutama kelas A7 Regular 2 senasib seperjuangan, semoga kita mendapatkan ilmu yang barokah dan manfaat bagi agama, masyarakat serta bangsa Indonesia. Amin.
iv
ABSTRAK
Hanif Arif Setiyadi (NIM. 131310000401) Studi Analisis Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Surat Al-Isra’ Ayat 23-25, Surat Al-Ahzab Ayat 21). Penelitian dilakukan untuk mengetahui tentang konsep pendidikan akhlak dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Surat Al-Isra’ Ayat 23-25, dan Surat Al-Ahzab Ayat 21 serta fungsi pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an dan analisisnya terhadap ayat tersebut. Akhlak yang mulia merupakan cermin kepribadian seseorang, selain itu akhlak mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi. Penilaian baik buruknya seseorang sangat ditentukan melalui akhlaknya. Untuk membentuk pribadi yang mulia, hendaknya penanaman akhlak terhadap anak dilakukan mulai sejak dini, karena pembentukannya akan lebih mudah dibanding setelah anak tersebut dewasa. Surat Al-Hujurat Ayat 11-13, Surat Al-Isra’ Ayat 23-25, dan Surat Al-Ahzab Ayat 21 membahas tentang penciptaan suasana yang harmonis diantara lingkungan masyarakat dan bersikap lemah lembut, bermusyawarah serta menghindari terjadinya permusuhan. Sehingga akan tercipta pribadi yang santun sesuai dalam tuntunana Al-Qur’an. Untuk memproleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini digunakan metode kepustakaan (Library Research) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kualitatif. Metode pembahasan tafsir dalam skripsi ini, digunakan metode tahlili yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufasir dalam menjelaskan kandungan ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang mau ditafsirkan, menjelaskan makna lafadz yang terdapat didalamnya, menjelaskan munasabah ayat dan menjelaskan isi kandungan ayat. Setelah penulis memperoleh rujukan yang relevan, kemudian data tersebut disusun, dianalisa, sehingga memperoleh kesimpulan.
v
PRAKATA Assalamu’alaikum, Wr. Wb Puji syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah SWT berikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun masih banyak kekurangan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada ushwah kita, Nabiyullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada : 1.
Bapak Dr. Sa’dullah Assaidi, M.Ag. Pembimbing penulisan Proposal dan Skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, dan senantiasa meluangkan waktu ditengah kesibukan untuk membimbing skripsi.
2.
Seluruh Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat.
3.
Seluruh karyawan Prodi PAI, terima kasih atas segala pelayanan dan bantuannya selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dan kelemahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jepara, 10 April 2015 Penulis,
Hanif Arif Setiyadi
vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING ....................................................................................
ii
MOTTO ............................................................................................................
iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
PRAKATA .......................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Penegasan Istilah ......................................................................
10
C. Rumusan Masalah .....................................................................
11
D. Tujuan Penelitian ......................................................................
12
E. Kajian Pustakan ........................................................................
12
F. Metodologi Penelitian ...............................................................
14
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Konsep Pendidikan ...................................................................
18
1. Pengertian Pendidikan .......................................................
18
2. Tujuan Pendidikan .............................................................
20
B. Konsep Akhlak .........................................................................
23
1. Pengertian Akhlak .............................................................
23
2. Sumber Akhlak ..................................................................
23
a. Hadist ...........................................................................
24
b. Al-Qur’an .....................................................................
24
3. Fungsi Akhlak ....................................................................
25
4. Macam-macam Akhlak ......................................................
25
a. Akhlak Terpuji .............................................................
25
b. Akhlak Tercela .............................................................
26
C. Konsep Pendidikan Akhlak ......................................................
28
vii
1. Pengertian Pendidikan Akhlak ..........................................
28
2. Tujuan Pendidikan Akhlak ................................................
28
3. Metode Pendidikan Akhlak ...............................................
28
BAB III TAFSIR TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK QS ALHUJURAT AYAT 11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS ALAHZAB AYAT 21 A. Tafsir QS Al-Hujurat Ayat 11-13 .............................................
31
1. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Hujurat Ayat 11-13 .........
31
2. Pengertian Secara Umum ..................................................
32
3. Arti Kosa Kata QS Al-Hujurat Ayat 11-13 .......................
34
4. Asbabun Nuzul QS Al-Hujurat Ayat 11-13 ......................
35
5. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Hujurat Ayat 11-13 tentang Pendidikan Akhlak .....................................
36
B. Tafsir QS Al-Isra Ayat 23-25 ...................................................
37
1. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Isra Ayat 23-25 ................
37
2. Pengertian Secara Umum ..................................................
38
3. Arti Kosa Kata QS Al-Isra Ayat 23-25 .............................
41
4. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Isra Ayat 2325 tentang Pendidikan Akhlak ...........................................
41
C. Tafsir QS Al-Ahzab Ayat 21 ....................................................
45
1. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Ahzab Ayat 21 .................
45
2. Pengertian Secara Umum ..................................................
45
3. Arti Kosa Kata QS Al-Ahzab Ayat 21 ..............................
47
4. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Ahzab Ayat 21 tentang Pendidikan Akhlak ...........................................
48
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK DALAM QS ALHUJURAT AYAT 11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS ALAHZAB AYAT 21 A. Fungsi Pendidikan Akhlak ........................................................
49
B. Analisis Pendidikan Akhlak .....................................................
50
viii
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ...............................................................................
55
B. Saran .........................................................................................
57
C. Penutup .....................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an Al Karim adalah kitab yang oleh Rasulullah dinyatakan sebagai Ma’dzubatullah (Hidangan Illahi) Hidangan ini membantu manusia untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang islam dan merupakan pelita bagi umat islam dalam menghadapi berbagai perssoalan hidup (Shihab, 2002 : 9). Kitab suci ini memperkenalkan dirinya sebagai Huddan Li-Annas (petunjuk bagi seluruh umat manusia), sekaligus menantang manusia dan jin untuk menyusun semacam Al-Qur’an. dari sini, kitab suci Al-Qur,an berfungsi sebagai Mukjizat, yakni bukti kebenaran dan sekaligus kebenaran itu sendiri. Abad XV yang lalu, ayat-ayat Allah itu diturunkan kepada nabi Muhammad. “tidak ada seorangpun dalam 1500 tahun ini yang telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu serta berani dan yang demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dibaca oleh Nabi Muhammad SAW, yakni Al-Qur’an. “demikian orientalis Gibb berkomentar (Shihab, 2002 : 9) Bahasanya yang demikian mempesona, redaksinya yang demikian teliti dan mutiara pesan-pesan yang demikian agung, telah mengantar kalbu masyarakat yang ditemuinya berdecak kagum, walaupun nalar sebagian
1
2
mereka menolaknya. Nah, terhadap yang menolak itu, Al-Qur’an tampil sebagai mukjizat sedang fungsinya sebagai huddan linnasi ditujukan kepada seluruh umat manusia, namun yang mengfungsikannya dengan baik hanyalah orang-orang yang bertakwa:
Artinya: “alif laam miim, itulah (Al-Qur’an) kitab yang sempurna, tiada keraguan didalamnya, dia adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa” (QS. Al Baqarah : 1-2) Masyarakat islam dewasa ini pun mengagumi Al-Qur’an. Tetapi, sebagaian kita hanya berhenti dalam pesona bacaan ketika dilantunkan, seakan-akan kitab suci ini diturunkan hanya untuk dibaca. Memang, wahyu pertama memerintahkan membaca iqra’ bismi rabbika, bahkan kata iqra’ diulanginya dua kali, tetapi ia mengandung makna telitilah, dalamilah, karena dengan penelitian dan pedalaman itu manusia dapat meraih kebahagiaan sebanyak mungkin.
Artinya: “Kitab (Al Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayat-Nya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran” (QS. Shaad : 29) Bacaan hendaknya disertai dengan kesadaran akan keagungan AlQur’an, pemahaman dan penghayatan yang disertai dengan Tadzakkur dan Tadabbur. Al-Qur’an mengecam mereka yang tidak menggunakan akal dan
3
kalbunya untuk berfikir dan menghayati pesan-pesan Al-Qur’an, mereka itu dinilai telah terkunci hatinya.
Artinya: “Maka tidakkah mereka menghayati Al Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci?” (QS. Muhammad : 24). Al-Qur’an menjelaskan bahwa dihari kemudian nanti Rasulullah akan mengadu kepada Allah.
Artinya: “Dan Rasul (Muhammad) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran ini diabaikan.” (QS. AlFurqon : 30). Menurut Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziah banyak hal yang dicakup oleh Mahjuroh antara lain: 1. Tidak tekun mendengarkannya 2. Tidak mengindahkan halal dan haramnya walau dipercaya dan dibaca 3. Tidak menjadikkannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut 4. Prinsip-prinsip ajaran agama dan perinciannya. 5. Tidak berupaya memikirkan dan memahami apa yang dikehendaki oleh Allah yang menurunkannya. 6. Tidak menjadikannya sebagai obat bagi semua penyakit-penyakit kejiwaan.
4
Semua yang disebut di atas tercakup dalam pengaduan nabi. Tentu saja, kita tidak ingin termasuk dalam kelompok yang diadukan nabi itu. Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang yang tidak memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kendati demikian, kita harus mengakui bahwa tidak jarang orang yang berminat mengenalnya menghadapi kendala yang tidak mudah diatasi seperti keterbatasan dari segi waktu atau ilmu dasar maupun kelangkaan buku rujukan yang sesuai yakni sesuai dari segi cakupan informasi, yang jelas dan cukup, tetapi tidak berkepanjangan. Adalah kewajiban para ulama’ untuk memperkenalkan Al-Qur’an dan menyuguhkan pesan-pesannya sesuai dengan kebutuhan dan harapan itu. Memang, para pakar Al-Qur’an telah berhasil melahirkan sekian banyak metode dan cara menghidangkan pesan-pesan Al-Qur’an. Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamai metode tematik. Metode tematik dinilai dapat menghidangkan pandangan dan pesan Al-Qur’an secara mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang dibicarakannya. Dengan demikian, kesulitan atau harapan yang dikemukakan pada awal uraian, belum juga terselesaikan, memang telah lahir upaya upaya yang dilakukan oleh para pakar, katakanlah seperti Fazlurahman dalam bukunya Tema-Tema Pokok Al-Qur’an. Namun apa yang mereka kemukakan masih sangat singkat dan dalam bahasa asing sehingga belum memuaskan mereka yang dahaga. Al-Qur’an memiliki 3 aspek 1) akidah 2) syari’ah 3) dakwah. Pencapaian ketiga pokok ini diusahakan oleh Al-Qur’an melalui 4 cara:
5
1.
Perintah memerhatikan alam raya
2.
Perintah mengamati dan pertumbuhan manusia
3.
Kisah-kisah
4.
Janji serta ancaman duniawi atau ukhrawi. Pendidikan akhlak salah satu bagian dari pendidikan agama karena itu
kebutuhan penilaian dalam mengamati akhlak adalah ajaran agama. Adapun yang menjadi sasaran pendidikan akhlak ini adalah bentuk batin, sikap dan tingkah laku atau perbuatan seseorang dalam hubungannya dengan sesama manusia lainnya (berinteraksi sosial). Pendidikan akhlak membentuk sikap batin seseorang. Pembentukan ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik buruk serta melatih dan membiasakan perbuatan baik dan memberi sugesti agar mau berbuat sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pendidikan akhlak merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi normanorma atau tingkah lakunya. Maka tugas kita sebagai anak bangsa untuk meneruskan perjuangan. Nabi Muhammad dalam menyempurnakan akhlak di negeri ini. Seperti halnya tertuang pada hadist:
Artinya: “Sesunguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Imam Bukhori) (Bukhori, Adabul Mufrod, hlm : 227)
6
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pendidikan akhlak yaitu suatu proses atau usaha secara sadar untuk mengembangkan potensi anak didik dalam hati seseorang yang akan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga mempunyai dasar dan tujuan yang hendak dicapai baik dalam lembaga sekolah, keluarga maupun masyarakat. Mengingat pentingnya pendidikan akhaq bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan nilainilai tersebut secara intensif. Pendidikan akhlak berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya menetukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau dipelajari secara bahasa arab sebelum islam datang maka akan ditemukan suatu gambaran dari sebuah peradaban yang sangat rusak dalam hal akhlak dan tatanan hukumnya seperti pembunuhan, perzinahan, dan penyembahan patung-patung yang tak berdaya. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai akhlak yang terkandung dalam Al-Quran. Selain Al-Quran, hadis nabi dapat digunakan sebagai rujukan mengingat salah satu fungsi hadis adalah menjelaskan kandungan ayat yang terdapat didalamnya. Penulis melihat, bahwa surat Al-Hujurat ayat 11-13 memiliki makna tentang pendidikan akhlak yang sangat dalam, yaitu berisi tentang ajaran bahwa manusia agar senantiasa menjunjung kehormatan kaum muslimin, berperasangka buruk, dan mencari-cari kesalahan orang lain. Adapun ayat tersebut sebagai berikut:
7
Artinya: (11) Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olok lebih baik dari wanita yang mengolok-olok dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.
8
(12) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (13) Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. AlHujurat : 11-13) Sedangkan dalam surat Al-Isra’ ayat 23-25 memiliki kandungan bahwa kita diperintahkan hanya kepada Allah kita menyembah, berbuat kebaikan kepada orang tua, larangan untuk berkata kasar kepada orang tua. Ayat tersebut antara lain:
9
Artinya: (23) Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (24) Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (25) Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang yang bertobat. (QS. Al-Isra’ : 23-25)
Dan sedangkan dalam surat Al-Ahzab ayat 21 menerangkan bahwa tentang pentingnya bersikap lemah lembut dan santun terhadap sesama. Pesan akhlak yang begitu kuat terlihat dalam ayat ini. Agar semua umat manusia (Islam) agar mencontoh perbuatan dan tingkah laku yang ada pada diri nabi Muhammad SAW.
Artinya: (21) Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)
10
Oleh karena itu, ayat-ayat tersebut sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan rujukan dan pedoman bagi umat muslim dalam rangka pembelajaran, pembentukan serta pembinaan akhlak yang mulia. Dengan berbagai alasan diatas, maka penulis tertarik untuk menggali, membahas, dan mendalami lebih jauh tentang ayat tersebut sebagai judul skripsi.
B. Penegasan Istilah Adapun hal-hal yang perlu ditegaskan sebagai berikut: 1.
Pendidikan Pendidikan yang dimaksud pada tulisan ini adalah pendidikan islam, pendidikan islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam, menuju terbetuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. (Ahmad D. Marimba, 2007)
2.
Akhlak Akhlak adalah suatu istilah bentuk batin yang tertanam dalam jiwa yang mendorong ia berbuat (bertingkah laku), bukan karena sesuatu pemikiran dan bukan karena pertimbangan.
3.
QS. Al-Hujurat ayat 11-13, QS. Al-Isra’ ayat 23-25, dan QS. Al-Ahzab ayat 21. a. Surat Al-Isra’ Surat ini terdiri dari 111 ayat. Surat Al-Isra’ berarti “Perjalanan di malam hari”. Surat ini menurut mayoritas ulama’
11
turun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Dengan demikian, surat ini termasuk surat Makkiyah. b. Surat Al-Ahzab Surat ini terdiri dari 73 ayat. Surat Al-Ahzab berarti golongan yang bersekutu, karena dalam surat ini ada beberapa ayat yang menceritakan tentang terjadinya perang ahzab. Surat Al-Ahzab termasuk golongan madaniyah. Surat ini turun pada akhir 7 Hijriyah. c. Surat Al-Hujurat Surat ini terdiri dari 17 ayat. Surat ini berarti kamar-kamar. Surat Al-Hujurat termasuk dalam surat Madaniyah. Disisi lain pada ayat 13 Surat Al-Hujurat di awali dengan kata “Ya Aiyuhannas” dan bisa dijadikan sebagai ciri-ciri ayat yang turun sesudah nabi Muhammad hijrah ke kota Madinah (periode Madaniyah).
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dan penegasan istilah yang dikemukakan penulis di atas, maka masalah pokok yang menjadi fokus penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang terkandung dalam QS. Al-Hujurat ayat 11-13?
2.
Bagaimana pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang terkandung dalam QS. Al-Isro’ ayat 23-25 ?
12
3.
Bagaimana pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an yang terkandung dalam QS. Al-Ahzab ayat 21 ?
4.
Bagaimana relevansi konsepsi QS. Al-Hujurat ayat 11-13, QS. Al-Isro’ ayat 23-25, dan QS. Al-Ahzab ayat 21.
D. Tujuan Penelitian Penulisan skripsi ini untuk menganalisis konsepsi Al-Qur’an tentang pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an. Adapun tujuan skripsi ini adalah: 1.
Untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung dalam QS. AlHujurat ayat 11-13.
2.
Untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung QS. AL-Isro’ ayat 23-25
3.
Untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung dalam QS. ALAhzab ayat 21.
4.
Untuk mengetahui relevansi konsepsi Al-Qur’an (QS. Al-Hujurat ayat 11-13, QS. Al-Isro’ ayat 23-25 dan QS. Al-Ahzab ayat 21) dengan pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an.
E. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan perbandingan penelitian yang ada baik mengenai kekurangan dan kelebihan sebelumnya. Disamping itu kajian pustaka ini juga ikut andil dalam rangka mendapatkan informasi dalam
13
pembuatan skripsi ini. Untuk menghindari terjadinya kesamaan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk kitab, buku, skripsi dan dalam bentuk lainnya, maka penulis akan memaparkan buku dan skripsi yang sudah ada sebagai perbandingan dalam mengupas permasalahan tersebut sehingga muncul penemuan baru. Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustofa Al-Maraghi yang berisi tentang ajaran-ajaran akhlak yang berkaitan dengan surat Al-Hujurat ayat 1113 dan surat Al-Isro’ ayat 23-25 yaitu akhlak pada Allah, Orang tua, dan akhlak terhadap sesama. Buku yang berjudul Akhlak Mulia karya Ali Abdul Halim Mahmud yang didalamnya berisi tentang pendidikan akhlak sebagai landasan terpenting dalam kehidupan. Dalam bukunya tersebut juga dijelaskan tentang tujuan pendidikan akhlak islam juga pendidikan akhlak dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam buku ini menjelaskan tentang bahwa tujuan utama pendidikan akhlak dalam islam ialah agar manusia berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantar manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Ali Abdul Halim Mahmud, 2004 : 159) Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran. Tafsir Jalalain karya Jalaluddin Abdul Rohman bin Abi Bakar Assuyuthi yang berisi tentang penafsiran yang berhubungan dengan
14
pendidikan akhlak yang berkaitan dengan surat Al-Ahzab ayat 21 yaitu berisi tentang perilaku Nabi Muhammad SAW yang mempunyai akhlak mulia yang patut kita contoh dan kita amalkan untuk menjadi insan yang kamil. Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab yang berisi tentang ajaranajaran akhlak yang berkaitan dengan surat Al-Hujurat ayat 11-13, surat AlIsra’ ayat 23-25 dan surat Al-Ahzab ayat 21 yaitu toleransi antar umat beragama dalam semua urusan, mencintai semua orang tanpa membedakan status sosial (kasta), mengaplikasikan perkataan, perbuatan yang ada pada diri Rasulullah untuk mencapai derajat yang mulia.
F. Metodologi Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis penelitian studi kepustakaan (Library Reasearch). Kegiatan penelitian ini diwajibkan
dalam
penelitian
akademik
yang
tujuan
akhirnya
mengembangkan aspek teoretis maupun manfaat praktis (Khoiri, 2012:115). Oleh karena itu, peneliti menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan (Library Reasearch) ini untuk mendapatkan data. 2.
Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip (Moleong, 2004) Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
15
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Kegunaan metode kualitatif: a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. c. Metode ini, lebih peka dan menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
3.
Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010:308). Data yang ada dalam penelitian ini adalah data kepustakaan (Library Research) data yang merupakan teori-teori dari para ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. Data diperoleh dengan cara peneliti meneliti dari beberapa sumber buku. Peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data-data dengan pengetahuan langsung dari sumber-sumber buku yang ada. Data pustaka sendiri bersifat siap pakai. Peneliti tidak kemana-mana kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia
16
diperpustakan. Ibarat orang belajar naik sepeda, orang tidak perlu membaca artikel atau buku tentang bagaimana teori naik sepeda, begitupula halnya dengan riset pustaka. Untuk melakukan riset pustaka, orang tidak perlu menguasai ilmu perpustakaan. Satu-satunya untuk belajar menggunakannya, perpustakaan dengan tepat ialah langsung menggunakannya. Meskipun demikian, peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu mengenal seluk beluk kepustakaan. Adapun data perpustakaan bersifat sekunder artinya bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti berhadapan dengan info statis: tetap artinya kapanpun ia datang dan pergi data tersebut tidak akan berubah karena ia sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka, gambar, rekam tape, atau film). 4.
Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan akan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diberikan kepada orang lain.
17
Dalam menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian adalah menggunakan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Tehnik triangulasi dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya atau dari beberapa sumber data yan berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis. Triangulasi adalah cara yang terbaik
untuk
menghilangkan
perbedaan-perbedaan
konstruksi
kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai, metode dan teori.
18
BAB II LANDASAN TEORETIS
G. Konsep Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Istilah pendidikan dalam hal ini yaitu mengenai pendidikan islam. Pendidikan islam dalam konteks ini pada umumnya mengacu pada terminologi al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut terminologi yang populer digunakan dalam praktek pendidikan islam adalah al-tarbiyah, sedangkan terminologi al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Secara bahasa tarbiyah berasal dari kata “Rabba” yang artinya mendidik,dan kata ini sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad. (Zakiah Daradjut, 2008 : 25) Menurut UU No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keperluan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Hasbullah, 2011 : 4) Dalam Kamus
Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam
19
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Poerwa Darminta, 1996 : 263) Sedangkan pengertian pendidikan didefinisikan menurut para ahli sebagai berikut: a. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Poerwa Darminta, 1996 : 263) b. Menurut Al-Ghazali Pendidikan yaitu proses memanusiakan manusia sejak masa kelahirannya
sampai
akhir
hayatnya
melalui
berbagai
ilmu
pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pembelajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna. (Abidin Ibnu Rusn, 2009 : 56) Dengan
memperhatikan
beberapa
definisi
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan sebagai proses untuk mencapai kedewasaan/kepribadian utama. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak
20
melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal, non formal dan informal. (Ahmad Tafsir, 2000 : 6) 2. Tujuan Pendidikan Untuk melihat posisi pemitraan tokoh-tokoh tentang tujuan pendidikan dalam perspektif islam, maka akan penulis bahas tentang pandangan dari tokoh-tokoh tentang tujuan pendidikan antara lain: a. Prof. Dr. H. Djuwad Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan bagi seseorang adalah merupakan suatu integritas antara tujuan, materi, alat dan upaya pendidikan kemudahan bagi seorang anak tidak dapat dipisahkan. Namun dalam mencoba mencampurkan tujuan pendidikan agama bagi seseorang antara lain agar seorang anak dapat mengenal suasana kehidupan religius di masyarakat, agar mampu menghafalkan kata-kata religius di masyarakat, agar anak dapat menggunakan bacaan dan doa dalam situasi yang tepat, dan agar anak mampu menyebutkan nama-nama nabi dan rasul. (Ahmad Tafsir, 2000 : 94) b. Adapun menurut Dr. M. Fadlil Aljamaly bahwa tujuan pendidikan dalam Al-Quran ialah: 1) Mengajarkan manusia akan perannya diantara sesama makhluk Allah dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidupnya. 2) Mengenalkan manusia dengan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
21
3) Mengenalkan manusia akan semesta ini, dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut. (Abidin Ibnu Rusn, 2009 : 134) c. Menurut Prof. M. Athiyah Alubraisy menyimpulkan ada lima tujuan pendidikan islam: 1) Membantu pembentukan akhlak mulia 2) Mempersiapkan bekal untuk dunia dan akhirat 3) Membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani 4) Menumbuhkan ruh ilmiah sehingga menghindarkan manusia mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri 5) Menyiapkan murid agar mempunyai kemampuan tertentu, sehingga dapat melakukan tugas dunia dengan baik, atau singkatnya persiapan mencari rizqi. Menurut penulis tujuan tersebut bersifat umum, tujuan pendidikan dalam Al-Quran adalah pendidikan haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah, dan kesempurnaan insani, mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu tujuan dunia dan akhirat (Abidin Ibnu Rusn, 2009 : 57) Berbagai nash Al-Quran menyiratkan tujuan pendidikan islam antara lain terdapat dalam QS Al-A’ruf ayat 96, QS Al-Imron ayat 103 dan QS Al-Mujadalah ayat 11, dan masih banyak lagi.
22
Artinya: jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, mereka kami siksa disebabkan perbuatannya. (QS Al-A’ruf : 96) (Departemen Agama RI, 1982 : 989)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan islam. (QS Al-Imron : 102) (Departemen Agama RI, 1982 : 657)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
23
pengetahuan beberapa derajad dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Mujadalah : 11) (Departemen Agama RI, 1982 : 978) H. Konsep Akhlak 1. Pengertian Akhlak Akhlak dalam A-Quran adalah perilaku yang mencerminkan sikap terpuji yang tertanam dalam jiwa sesuai dengan apa yang ada di dalam AlQuran (Ahuddin Nata, 2011 : 8) Inti dari pengertian tersebut adalah bahwa manusia dituntut untuk senantiasa berakhlak mulia agar tercipta hubungan yang baik dan akan menjadikan seseorang saling menghormati dan menghargai. Diantaranya yang pertama yaitu: akhlak terhadap Allah adalah diterapkan dengan cara kita sebagai hambanya dan menempatkannya sebagai dzat yang maha adil kodrat serta satu-satunya dzat yang kita pertuhan. Yang kedua yaitu akhlak terhadap manusia meliputi: berbakti kepada orang tua, menaati ulil amri, menghargai teman sejawat, menyantuni yang lemah. Yang ketiga yaitu akhlak terhadap lingkungan contohnya binatang dan tumbuhan. 2. Sumber Akhlak Sumber bagi seorang muslim adalah berdasarkan Al-Quran dan AlHadist. Akhlak yang bersumber dari akidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti manusia, karena hanya inilah yang akan mengantarkan mereka mendapat ridlo Allah dan akan membawa mereka
24
mendapatkan balasan kebaikan dari Allah. Berikut ini penulis akan memaparkan sumber akhlak dari Al-Quran dan AlHadist sebagai berikut: a. Hadist
Artinya: kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesuatu yang tersirat dihatimu sedang kamu tidak menyukainya jika dilihat orang lain. (HR Muslim) (Muhammad bin Ali Assyafi’i, 2000:207)
Artinya: sesungguhnya aku (Muhammad) diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. (HR Muslim) (Bukhori, Adabul Mufrod, hlm:273)
b. Al-Qur’an
Artinya: sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzah : 21)
25
Artinya: seluruh (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan butuhlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dijalannya dan dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Annahl : 125)
3. Fungsi Akhlak Adapun fungsi akhlak sebagai berikut: a. Memperkuat dan menyempurnakan agama b. Mempermudah perhitungan amal di akhirat c. Menghilangkan kesulitan d. Selamat hidup di dunia dan akhirat (Ahuddin Nata, 2011 : 173) e. Menjadikan manusia sebagai insan kamil
4. Macam-macam Akhlak a. Akhlak Terpuji Adapun jenis-jenis akhlak terpuji itu adalah sebagai berikut: 1) Al-Amanah (Dapat dipercaya) Sesuatu yang dipercaya kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia, atau lain yang dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak.
26
2) Al-Alifah (yang disenangi) Orang yang bijaksana tentulah dapat menyelami segala unsur yang hidup ditengah masyarakat, menaruh perhatian pada segenap situasi yang senantiasa mengikuti setiap fakta dan keadaan yang penuh dengan aneka perubahan. Pandai mendudukkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya, bijaksana dalam sikap, perkataan dan perbuatan, niscaya pribadi akan disenangi oleh anggota masyarakat dalam pergaulan sehari-hari. 3) Al-Afwu (Pemaaf) Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu pada diri kita karena khilaf atau salah, maka patutlah disikapi dengan sikap yang lemah lembut sebagai rahmat Allah terhadapnya, maafkanlah kekhilafannya dan janganlah mendendamnya, serta mohonlah ampun kepada Allah untuknya, semoga dia menyadari akan tingkahlakunya dan bertaubat, lalu berlaku baik dimasa depan dan akhirhayatnya. 4) Anie Satun (Manis Muka) Menghadapi sikap orang yang menjemukkan, mendengar berita fitnah yang memburukkan nama baik, dan harus disambut semuanya itu dengan senyuman dan manis muka. (M. Yatimin Abdullah, 2007 : 12) b. Akhlak Tercela Adapun jenis-jenis akhlak tercela itu adalah sebagai berikut:
27
1) Aniaya (Egois) Manusia tidaklah hidup menyendiri, akan tetapi hidup bermasyarakat, yakin bahwa hasil kita menanam kebaikan di masyarakat nanti kita akan menuainya. Tetapi jika dampak yang kita timbulkan itu buruk, maka masyarakat akan mederita dan terkena dampaknya akibat keegoisan kita. 2) Al-Baghyu (Melacur) Malacur dikecam masyarakat, baik laki-laki maupun wanita. Walaupun mereka beralasan faktor ekonomi, mencari kesenangan hidup, memuaskan hasrat seksualitas pada jalan yang salah, jelas dilaknat oleh Allah. 3) Al-Bukhlu (Kikir) Kikir adalah sifat yang tercela dan sangat dibenci Alllah, karena Allah memerintahkan kita untuk berbagi terhadap sesama dan tidak untuk kita sendiri. 4) Al-Kadzab (Pendusta) Maksudnya
sikap
yang
mengada-ada
sesuatu
yang
seharusnya tidak ada, dengan maksud merendahkan seseorang. Kadang ia sendiri yang sengaja mendusta, dikatakannya orang lain sebagai pelaku. Orang seperti ini tidak dipercaya orang lain. Di dunia akan memperoleh derita, dan di akhirat ia akan menerima dosa. (M. Yatimin Abdullah, 2007 : 15)
28
I. Konsep Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak adalah suatu cara mendidik manusia (anak) menjadi orang yang memiliki kepribadian, budi pekerti, atau usaha yang dilakukan untuk membina kualitas budi pekerti dalam hubungannya manusia dengan sesamanya, manusia dengan Tuhan dan bahkan manusia dengan alam semesta. Pendidikan akhlak merupakan latihan membangkitkan nafsu rububiyah (ketuhanan) dan meredam nafsu syaithoniyah dikenalkan atau dilatih mengenal perilaku yang mulia;seperti jujur, rendah hati dan sebagainya. Dan dikenalkan perilaku yang tercela seperti dusta, takabur, khianat dan sebagainya (Jauhari Muhtar, 2008 : 16) 2. Tujuan Pendidikan Akhlak Dilihat dari berbagai definisi tentang pendidikan akhlak di atas akar dasar pendidikan itu sendiri adalah tauhid, maka tujuan utama pendidikan akhlak adalah agar manusia dalam kebenaran dan senantiasa di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah. Itulah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. 3. Metode Pendidikan Akhlak Untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki diperlukan adanya suatu metode atau cara. Demikian halnya dengan usaha menanamkan pendidikan akhlak agar berhasil sebagaimana yang diharapkan. Diperlukan
29
proses melalui metode tertentu seperti yang dianjurkan agama islam. Adapun metode-metode itu sebagai berikut: a. Pendidikan dengan Keteladanan Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang saling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak didalam moral, spiritual dan sosial. b. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan Melakukan suatu perbuatan atau keterampilan tertentu secara konsisten dan terus menerus untuk waktu yang lama. Sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar dikuasai dan diterimanya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam psikolog, proses pembiasaan tersebut disebut conditionind, sebagai contoh perilaku sholat yaitu dengan mengontrol gerakan-gerakan sholat anak, melatih bacaan sholat yang benar, serta melatih untuk menahan diri dari sesuatu yang membatalkan sholat. Tanamkan cara-cara sholat yang benar, baik dalam gerakan maupun bacaan. c. Pendidian dengan Nasehat Metode lain yang penting dalam pendidikan pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual, dan sosial anak adalah pendidikan dengan memberi nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan anak-anak pada hakekat sesuatu, dan mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam.
30
d. Pendidikan dengan Memberikan Perhatian Yang dimaksud pendidikan dengan memberi perhatian adalah mencurahkan,
memperhatikan
dan
senantiasa
memantau
perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan dengan hasil ilmiahnya. e. Pendidikan dengan Memberi Hukuman Merupakan cara yang terakhir, ini berarti bahwa terdapat caracara lain dalam memeperbaiki dan mendidik. Pendidik hendaknya bijaksana dalam menggunakan cara hukuman yang sesuai, tidak bertentangan dengan kecerdasan anak dan pendidikannya. Dismping itu hendaknya tidak menggunakan hukuman kecuali setelah menggunakan cara-cara lain. (Abdullah Nasih Ulwan, 2000 : 123)
31
BAB III TAFSIR TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK QS AL-HUJURAT AYAT 11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS AL-AHZAB AYAT 21
J. Tafsir QS Al-Hujurat Ayat 11-13 3. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Hujurat Ayat 11-13
32
Artinya: (11) Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olok lebih baik dari wanita yang mengolok-olok dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.
33
(12) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (13) Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS AlHujurat ayat 11-13)
4. Pengertian Secara Umum Setelah Allah SWT menyebutkan apa yang patut dilakukan oleh seorangg mukmin terhadap Allah ta’ala maupun terhadap nabi SAW dan terhadap orang yan tidak mematuhi Allah dan Nabi-Nya, Dan bermaksiat kepada-Nya yaitu orang fasik, maka Allah menerangkan pula apa yang patut dilakukan oleh seograngg mukmin terhadap mukmin lainnya. Dan barang siapa yang tidak bertaubat setelah ia melakukan perbuatan itu, maka ia berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan dosa besar. (Al Maraghi, Ahmad Mustofa, 199:hlm 221) Allah menyebutkan bahwa tidak sepatutnya seorang mukmin mengolok-olok orang mukmin lainya atau mengejeknya dalam celaan ataupun hinaan, dan tidak patut pula memberinya gelar yang menyakitkan hati, alangkah buruknya perbuatan itu. Dan barang siapa yang tidak
34
bertaubat setelah ia melakukan perbuatan seperti itu, maka berarti ia berbuat buruk terhadap dirinya sendiri dan melakukan dosa besar. Ayat diatas memberikan petunjuk tentang beberapa hal yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum, yakni kelompok pria, mengolok-olok kaum kelompok pria yang lain karena hal tersebut dapat menimbulkan pertikaian walau yang diolok-olok kaum yang lemah apalagi boleh jadi yang\ diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolokolok melakukan kesalahan yang berganda. Pertama mengolok-olok dan yang kedua yang diolok-olok lebih dari mereka; dan jangan pula wanitawanita, yakni mengolok-olok terhadap wanita lain karena akan menimbulkan keretakan hubungan antara mereka, apalagi boleh jadi mereka, yakni wanita yang diperolok-olokkan itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah kamu mengejek siapapun secara sembunyi-sembunyi dengan ucapan, perbuatan, atau isyarat karena ejekan itu akan menimpa dirimu sendiri maka janganlah kamu mengejek-ejek atau memanggil dengan gelar yang dinilai buruk oleh yang kamu panggil. (M Quraish shihab,2006:hlm 605). Selanjutnya dalam ayat ke-12 mengisahkan tentang etika hubungan tersebut dilanjutkan dengan larangan saling berburuk sangka, menghindari mencari-cari kesalahan orang lain, membicarakan keburukan orang lain. Agar terhindar dari perbuatan tersebut seseorang hendaknya meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
35
Dalam ayat ke-13 ini Allah SWT menyebutkan sesuatu yang mendukung perintah untuk menghidari tersebut yaitu bahwa sesungguhnya manusia itu berasal dari satu ayah dan satu ibu yaitu nabi adam dan ibu hawa. Menurut konsep ilahiyyah, perbedaan warna kulit, suku dan bangsa adalah bertujuan untuk saling mengenal. Perbedaan itu tidak dimaksudkan untuk bertentangan atau unggul-unggulan satu sama lain, namun justru perbedaan itu dimaksudkan untuk saling tolongmenolong, saling gotong royong dalam kepentingan bersama. 5. Arti Kosa Kata QS Al-Hujurat Ayat 11-13 a.
: Nama dan Kemashuran
b.
: Janganlah kamu mencela dirimu sendiri
c.
: Janganlah saling mengejek dan memanggil dengan gelar yang buruk
d.
: Jangan mengolok-olok
e.
: Menjauhkan
6. Asbabun Nuzul QS Al-Hujurat Ayat 11-13 Asbabun nuzul ayat 11 ini dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ada seorang laki-laki yang mempunyai banyak nama. Dia dipanggil dengan nama tertentu agar orang tua itu tidak senang dengan panggilan itu.
36
(HR dalam Kitab Sunan Empat dari Abi Jubair Ibnu Dhuhak menurut Imam Tirmidzi, Hadist Hasan) (Mahali,A Mujab,2002:hlm 769) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nama gelaran zaman jahiliyah sangat banyak. Ketika Nabi Muhammad SAW memanggil seseorang dengan gelarnya, ada orang yang memberitahu kepada Nabi Muhammad SAW bahwa gelar itu tidak disukainya, maka turunlah ayat 11 ini yang melarang memanggil orang dengan gelar yang tidak disukainya. (HR Al-Hakim dan lainnya dari Abi Jabir Ibnu Dhuhak) (ibid:hlm 769) Dalam ayat 12 sebab diturunkannya, ada suatu riwayat ditemukan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan salman Al-Farisi. Apabila selesai makan, dia segera tidur dan mendengkur, pada waktu itu yang menggunjingkan perbuatan itu, maka turunlah ayat 12 ini. Dan melarang seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang. (HR Ibnu Mudzir dari Ibnu Juraij) (Ibid:hlm 770) Untuk ayat 13 ini, dalam satu riwayat dikemukakan bahwa ketika fathu mekkah, maka bilal naik ke atas ka’bah untuk mengumandangkan adzan. Melihat ini, maka ada beberapa orang yang berkata: “Apakah pantas budak hitam seperti dia mengumandangkan adzan diatas ka’bah?” maka berkatalah yang lainnya “Sekiranya Allah membenci orang lain pasti Allah akan menggantikanya”.(ibid) 7. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Hujurat Ayat 11-13 tentang Pendidikan Akhlak
37
Didalamnya membahas tentang akhlak kepada sesama muslim khususnya. Ayat ini dapat dijadikan pedoman agar terjadi kehidupan yang selaras, harmonis, tentram dan damai. Sebagai makhluk sosial tentunya tidak ingin merasa terganggu oleh manusia lainnya, oleh sebab itu disinilah arti pentingnya bagaimana memahami agar hak (kekuatan diri) tidak terganggu sehingga terciptanya kehidupan yang harmonis. Nilai-nilai yang terdapat dalam QS Al-Hujurat ayat 11-13 tentang pendidikan akhlak meliputi: a. Menjunjung tinggi kehormatan kaum muslim b. Bertaubat c. Mempunyai sifat positif thinking d. Saling mengenal satu sama lain (ta’aruf) e. Pendidikan egaliter (persamaan derajat)
38
K. Tafsir QS Al-Isra Ayat 23-25 5. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Isra Ayat 23-25
Artinya: (23) Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (24) Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (25) Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang yang bertobat. (QS Al-Isra ayat 23-25)
39
6. Pengertian Secara Umum Setelah Allah menerangkan bahwa manusia itu ada 2 golongan : segolongan amalnya menghendaki dunia saja, akibatnya mereka mendapatkan siksa dan nasib yang buruk, dan segolongan yang lain, itulah yang berhak mendapatkan ridho-Nya dan mendapatkan pahala dari-Nya. Begitu pula Allah telah mempersyaratkan untuk memperoleh keridhoan dan pahala seperti itu, hendaknya orang beramal demi akhirat, dan hendaknya mereka beriman. Maka, tidak mengherankan, pada ayat ini Allah menguraikan secara rinci baik sesame manusia akan mnimbulkan rasa suka dan cinta diantara mereka. Dan itulah yang menjadi tujuan agama dalam rangka memperbaiki keadaan individu maupun masyarakat. Bahwasanya tidak ada karunia yang sampai kepada manusia yang lebih banyak dibanding karunia Allah yang diberikan kepadanya, kemudia karunia dua orang tua. Oleh karena itu, Allah memulai dengan memerintahkan supaya bersyukur atas nikmatnya, kemudian dilanjutkan dengan seruhan agar bersyukur atas karunia kedua orang tua yang kemudian Allah menerangkan lebih jelas pernuatan baik, apa yang wajib dilakukan kepada kedua orang tua. Apabila kedua orang tua atau salah seorang diantaranya berada disisimu hingga mencapai keadaan lemah, tidak berdaya dan tetap berada disisimu pada akhir umurnya, maka kamu wajib memberikan belas kasih saying terhadap keduanya. Kamu harus memperlakukan kepada keduanya sebagaimana orang bersyukur terhadap
40
orang
yang
memberi
karunia
kepadanya.
(Al
Maraghi,Ahmad
Mustofa,1993:hlm 56) Dalam tafsir misbah disebutkan bahwa ayat ini menuntun agar apa yang disampaikan kepada orang tua bukan saja benar dan tepat, bukan saja juga yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam suatu masyarakat, tetapi juga harus yang terbaik dan termulia, dan kalaupun seandainya orangtua melakukan “kesalahan” terhadap anak, kesalahan itu harus dianggap tidak ada atau dimanfaatkan ( dalam arti dianggap tidak pernah ada dan terhapus dengan sendirinya) karena tidak ada orang tua yang bermaksud buruk terhadap anaknya. Ayat ke-24 masih lanjutan tuntunan bakti kepada ibu bapak. Tuntunan kali ini melebihi dalam peringkatnya dengan tuntunan yang lalu. Ayat ke-24 ini memerintahkan anak bahwa dan rendahkanlah dirimu terhadap merka berdua didorong oleh rahmat dan kasih saying kepada keduanya, bukan karena takut atau malu dicela orang bilang tidak menghormatinya dan
ucapkanlah yakni berdo’a yang tulus:”wwahai
Tuhanku, yang memelihara dan mendidik aku antara lain dengan menanamkan kasih pada ibu bapakku, kasihanilah mereka keduanya disebabkan karena atau sebagaimana mereka berdua telah melimpahkan kasih kepadaku Antara lain dengan mendidikku waktu kecil. (M Quraish Shihab,2006:hlm 56) Ayat
diatas
memberikan
tuntunan
kepada
anak
dengan
menyebutkan tahap demi tahap secara berjenjang keatas. Ia dimulai
41
dengan janganlah engkau mengatakan kepada kedauannya perkataan “ah”, yakni jangan menampakkan kejemuan dan kejengkelan serta ketidak sopanan kepadanya. Lalu, disusun dengan tuntunan mengucapkan katakata yang mulia. Ini lebih tinggi tingkatannya daripada tuntunan pertama karena
ia
mengandung
pesan
menampakkan
penghormatan
dan
pengagungan melalui ucapan-ucapan. Meningkatkan lagi dengan perintah untuk berperilaku yang menggambarkan kasi sayang sekaligus kerendahan dihadapan orang tua itu. Perilaku yang lahir dari rasa kasih sayang, yang menjadikan mata sang anak tidak lepas dari orang tuanya, yakni selalu memperhatiakan dan memenuhi keinginan mereka berdua. Akhirnya, sang anak dituntun untuk mendo’akan orang tua sambil mengingat jasa-jasa mereka, lebih-lebih waktu sang anak masih kecil dan tidak berdaya. Kini, kalau orang tuapun telah mencapai usia lanjut dan tidak berdaya, sang anakpun suatu ketika pernah mengalami ketidak bedayaan yang lebih besar daripada yang dialami orang tuanya. (Ibid:hlm 70) Selanjutnya meningkatkan lagi dengan perintah utuk berperilaku yang menggambarkan kasih saying sekaligus kerendahan diahadapan kedua orang tua. Perilaku yang lahir dari kasih yang menjadiakan mata sang anak itu tidak lepsa dari orang tuanya. Yakni selalu memperhatikan dan memenuhi keinginan mereka berdua. Akhirnya sang anak dituntun mendo’akan mendo’kan orang tua, sambil mengingat jasa-jasa meeka, lebih-lebih ketika sang anak masih kecil dan tidak berdaya dan sana anak
42
pun pernah mengalami ketidak berdayaan yang lebih besar daripada yang sedang dialami oleh orang tuanya. 7. Arti Kosa Kata QS Al-Isra Ayat 23-25 a.
: Yang matang (Berumur lanjut)
b.
: Menghardik/membentuk
c.
: Dan rendahkanlah
d.
: Belas kasihan
e.
: Kecil
8. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Isra Ayat 23-25 tentang Pendidikan Akhlak Surat Al-Isra ayat 23 menjelaskan tentang “berbicara kepada orang tua dengan berbahasa yang sopan dan lemah lembut”. Dengan gamblang Allah menyuruh anak untuk senantiasa menghormati orangtua ketika anak berbicara dengan orang tuanya, hendaknya sepatah katapun jangan menyakiti hati mereka, baik dari segi kandungan ucapan adalah seperti membantah dan menolak. Adapun yang dimaksud dengan tata Bahasa adalah seperti tutur kata yang kasar dan jelas. Termasuk didalam akhlak berbicara dengan orang tua adalah menggunakan tingkatan Bahasa yang halus, bukan Bahasa yang dipakai kepada teman sejawat. Karena dalam ayat diatas dijelaskan, anak diwajibkan mengucapkan tutur kata yang mulia. Tingkatan Bahasa yang
43
digunakan untuk berbicara kepada orang tua yang dihormati. Seperti orang tua, kepala desa, dan guru. Karena itu sudah sehrusnya sang anak menggunakan tingkatan kromo inggil ketika berinteraksi dengan orang tua. Jika dalam tingkat kebahasaan saja Al-Qur’an memberikan perhatian yang benar, tentunya tekanan pada Bahasapun demikian. Seorang anak dilarang membentak, menghardik, dan memaki orang tuanya. Jangan membentak dan mengucapkan kata “ah” saja dilarang keras dalam Al-Qur’an. Karena itu, sang anak harus betul-betul berbicara dengan baik dan lemah lembut kepada orang tuanya baik dari segi kandungan ucapan maupn tata Bahasa yang digunakan. Dalam surat Al Isra ayat 24, Allah mengingatkan anak supaya bertindak terpuji dalam bergaul dengan orang tua, misalnya ketika sang anak dihadapan orang tuanya, hendaknya ia merendahkan tubuhnya ketika ia berjalan bersama mereka, hendaknya posisinya diatur sedemikian rupa. Ia tidak boleh mendahului langkah mereka walaupun langkah mereka lamban, ia harus berada dibelakangnya sungguh kurang sopan bila sang anak mendahului langkah orang tuanya. Surat Al Isra ayat 24 ini didepan menjadi adil yang kuat mengenai kewajiban anak untuk mendo’akan orang tuanya. Diantara do’a yang dipanjatkan adalah semoga Allah menyayangi keduanya sebagaimana mereka menyayangi pada waktu kecil. Salah satu kemuliaan anak didunia dan akhirat adalah kalau mendapatkan restu dan ridho orang tua, orang tua akan sangat senang dan ridho jika sang anak mendo’akan tanpa
44
dimintapun, mereka akan mendo’akan keselamatan dan kebahagiaan sang anak di dunia dan diakhirat. Do’a orang tua sangat mustajab, Rasulullah SAW pernah bersabda : “ada 4 macam do’a yang dikabulkan oleh Allah (mustajab) do’a seorang pemimpin yang adil, do’a seorang yang mendo’akan saudara yang jauh, do’a seseorang yang teraniaya, dan do’a orang tua kepada anaknya (HR. Abu nu’ain) (Al Ghozali, 2006:hlm 257) Dalam surat Al Isra ayat 25 Thohir Ibnu Asy syur menulis bahwa karena tuntunan ayat-ayat yang lalu harus didasari oleh keihlasan, yang pada gilirannya seorang dapat melaksanakan tuntunan-tuntunan itu secara sempurna, Allah menekankan bahwa Dia mengetahui apa yang terbentuk dihati seseorang. Dapat juga dikatakan dan hubungan ini yang lebih baik tuntunan ayat-ayat menyangkut ibu bapak yang dikemukakan diatas, boleh jadi mencemaskan sementara anak yang sesekali karena satu dan lain hal berbuat sebaliknya. Untuk menghidarkan kecemasan itu, ayat ini menegaskan bahwa : Tuhan kamu lebih mengetahui segala apa yang ada dalam hati kamu, termasuk sikap dan upaya kamu menghormati orang tua kamu. Allah akan mempertimbangkan dan memperhitungkannya”, jika kamu orang-orang saleh, yakni selalu berusaha patuh dan hormat kepada mereka dan hati kamu memang benar-benar hormat dan tulus, maka sesekali kamu terlanjur sehingga berbuat kesalahan atau menyinggung persaan mereka mohonlah maaf kepada mereka niscaya Allah memaafkan kamu karena sesungguhnya Dia bagi orang-orang yang bertaubat Maha
45
Pengampun. Kata awwabin terambil dari kata aba-ya’ubu yakni kembali. Al-awwabin adalah orang-orang yang kembali melakukan kebaikan serta memperbaiki diri setelah ia pergi menjauh dari tuntunan Allah dengan kedurhakaannya. Menjelaskan isi kandungan dalam QS Al-Isra 23-25 tentang pendidikan akhlak sebagai berikut: a. Berbicaralah dengan orang tua menggunakan bahasa yang sopan dan lemah lembut b. Jangan membentak dan mengucapkan kata “ah” kepada orang tua c. Berhati-hatilah dalam bertindak dan mengambil keputusan d. Mendoakan kedua orang tua dengan sebaik-bainkya doa
46
L. Tafsir QS Al-Ahzab Ayat 21 4. Lafadz dan Terjemahan QS Al-Ahzab Ayat 21
Artinya: (21) Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah. (QS Al-Ahzab ayat 21)
5. Pengertian Secara Umum Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam kaum munafik dan orangorang yang lemah imannya ini ayat diatas mengarah kepada orang-orang beriman, memuji sikap mereka yag meneadani sikap Nabi SAW. Ayat diatas mengatakan: sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi kamu, yakni bagi orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat kasih saying Allah dan kebahagian hari kiamat serta teladan bagi mereka yang berdzikir mengingat kepada Allah dan menyebut-nyebut nama-Nya dengan banyak, baik dalam suasana susah maupun senang. Bias juga ayat ini masih merupakan kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk islam, tetapi tidak mencerminka ajaran islam. Kecaman itu dikesankan oleh kata “laqad” seakan-akan ayat itu
47
menyatakan: “ kamu telah melakukan aneka kedurhakaan padahal sesungguhnya ditengah kamu semua ada Nabi Muhammad SAW yang mestinya kamu teladani” Kata Uswah berarti teladan. Pakar tafsir Az-Zamakhsyari, ketika menafsirkan ayat diatas mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri rasul itu. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat peratama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama’. Ayat ini, walau berbicara dalam konteks perang khandaq, ia mencakup kewajiban meneladani beliau walau diluar konteks tersebut. Karena Allah telah mempersiapkan tokoh agung ini untuk menjadi teladan bagi semua manusia. Pakar tafsir dan hokum Al Qurtubi mengemukakan bahwa dalam soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal keduniaan maka ia merupakan anjuran. Abbas
Mahmud
dalam
bukunya
“Abqariyat
Muhammad“
menjelaskan: ada 4 yaitu tipe manusia, pemikir, pekerja, seniman, yang jiwanya larut dalam ibadah jarang ditemukan satu pribadi yang berkumpul dalam dirinya dan dalam tingkat yang tertinngi dua dari kecenderungan dari tipe tersebut dan mustahil keempatnya berkumpul pada diri seseorang. Namun, yang mempelajari pribadi Muhammad akan menemukan bahwa keempatnya akan bergambung peringkatnya
yang tertinggi pada
48
kepribadian beliau. Berkumpulnya keempat tipe manusia itu dalam diri rasul dimaksudkan agar seluruh manusia meneladani sifat-sifat rasul (Muhammad). Imam Al Qarafi merupakan ulama’ pertama yang menegaskan pemilahan-pemilahan yang terperinci menyangkut sikap nabi Muhammad. Menurutnya junjungan kita dapat berperann sebagai rasul, mukhti, hakim agung dan pemimpin masyarakat dan dapat juga sebagai manusia yabg memiliki kekhususan-kekhususan yang membedakanbeliau dari manusiamanusia lain, seagaimana perbedaan seorang dengan lainnya.
6. Arti Kosa Kata QS Al-Ahzab Ayat 21 a.
: Milik seseorang
b.
: Mengharap
c.
: Suri tauladan
d.
: Ada
e.
: Baik, bagus
49
7. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam QS Al-Ahzab Ayat 21 tentang Pendidikan Akhlak Nilai yang terkandung dalam QS Al-Ahzab ayat 21 adalah sebagai berikut: a. Sesungguhnya pada diri Nabi Muhammad SAW terdapat suri tauladan yang baik dan patut kita contoh b. Bagi orang-orang yang senantiasa mengharapkan kasih sayang Allah hendaknya mereka banyak mengingat Allah (dzikir) dimanapun mereka berada.
50
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK DALAM QS AL-HUJURAT AYAT 11-13, QS AL-ISRA AYAT 23-25 DAN QS AL-AHZAB AYAT 21
M. Fungsi Pendidikan Akhlak Fungsi pendidikan akhlak yang terdapat dalam Al-Quran terutama yang terdapat dalam QS Al-Hujurat ayat 11-13, QS Al-Isra ayat 23-25 dan QS Al-Ahzab ayat 21 tidak jauh berbeda dengan fungsi pendidikan akhlak dalam islam pada umumnya. Adapun fungsi fungsi pendidikan akhlak dalam islam antara lain: (Abdul Hakim Mahmud, 2004 : 166) 1. Mengetahui cara yang benar dalam berinteraksi dengan orang-orang disekitar, seperti istri, anak, saudara, kerabat, teman dan tetangga. 2. Mendapatkan interaksi istimewa yang dengannya seseorang menjadi peka dan peduli terhadap kegelisahan-kegelisahan yang terjadi dalam masyarakat. 3. Akan terjaga kesucian diri, baik jiwa maupun raganya. 4. Dengan meninggalkan perilaku amoral berarti tidak memberi ruang gerak kepada semua perbuatan buruk lagi tercela. 5. Suatu lingkungan yang masyarakatnya menghias diri mereka dengan akhlak mulia dan menjaga diri dari sifat-sifat tercela, niscaya lingkungan mereka akan mampu menjadi unsur positif dalam proses pendidikan anak-anak mereka.
51
6. Dengan bersenjatakan akhlak terpuji, dengan menjauhkan diri dari perilaku tercela, maka seseorang dapat melaksanakan tugasnya yaitu berdakwah dan menagakkan amar ma’ruf nahi munkar serta jihad fisabilillah. N. Analisis Pendidikan Akhlak Manusia sebagaimana ditegaskan dalam islam sebagai agama paripurna tidak akan memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kecuali jika menyambah Allah semata. Dengan hanya menyembah Allah, maka tujuan penciptaan manusia akan tercapai. Mendidik seseorang dengan nilai-nilai akhlak adalah menjadikannya mempunyai akhlak terpuji dan menjauhkannya dari akhlak tercela. Inilah yang diajarkan islam untuk menjamin stabilitas masyarakat, sehingga seorang individu dapat hidup dengan aman dan tentram. Disamping itu, jika setiap individu dalam satu masyarakat bermoral baik dan menjauhi perilaku yang buruk, maka mereka akan dapat hidup bersama dengan penuh kedamaian dan ketentraman. Mereka akan saling ridho dan saling percaya. Ketika seorang ridho terhadap dirinya sendiri yaitu ketika ia mempunyai akhlak terpuji dan jauh dari perilaku tercela, ia akan mencintai semua hal yang positif dan ia pun selalu berharap kepada orang lain untuk dapat melakukan hal-hal yang positif juga. Berkaitan dengan hal yang disebutkan dalam QS Al-Hujurat ayat 1113 yang menjelaskan tentang hal yang menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimin, bertaubat, pendidikan husnudzan (berprasangka baik), saling
52
mengenal satu sama lain dalam berinteraksi sosial dan berlomba-lomba untuk meraih kemuliaan yang abadi dalam masalah beramal soleh dan berbuat kebaikan. Dalam QS Al-Isra ayat 23-25 ini lebih menekankan tentang konsep birrul walidain yang mana kita harus patuh kepada kedua orang tua dan tidak berkata kasar terhadap keduanya. Selain itu, kita diwajibkan untuk mendoakan dan memohonkan ampunannya kepada Allah. Sedangkan dalam QS Al-Ahzab ayat 21 ini menetapkan tentang konsep pendidikan akhlak yang mulia yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW sebagai paras yang utama dan suri tauladan yang baik bagi umat islam. Dari ketiga surat diatas, dapat kita pahami bahwa pendidikan akhlak tersebut terdapat dalam ruang lingkup pendidikan akhlak terhadap Allah, pendidikan akhlak terhadap kedua orang tua dan pendidikan akhlak terhadap semua makhluk hidup. Sehingga sangatlah penting pendidikan akhlak diutamakan sejak dini untuk mencapai kebahagiaan baik dari dunia maupun kebahagiaan akhirat. Pendidikan akhlak juga dapat mempengaruhi perkembangan suatu negara. Hal ini dapat terlihat melalui pemerintahan yang para pemimpinnya memegang teguh hukum islam dan mempraktekkan etika-etikanya dalam menjalankan
roda
pemerintahan.
Jika
pemimpin
itu
menjalankan
pemerintahan dengan tetap berpegang teguh pada hukum islam dan nilai-nilai akhlak dan berlaku adil, maka roda pemerintahan akan berjalan dengan baik. Akan tetapi jika mereka tidak berpegang teguh pada semua hal itu, maka yang
53
ada hanyalah ketidakadilan terhadap rakyat, berlaku semena-mena dan negara itu tidak akan berkembang menjadi negara yang maju dan tertinggal dari negara-negara lain. Jadi, pendidikan zaman sekarang hendaknya tidak hanya fokus pada peningkatan mutu ilmu dan keterampilan saja, melainkan juga harus memperhatikan segi akhlak dan moral yang bersumber dari agama islam. Berbicara tentang pendidikan, tidak hanya berbicara tentang ilmu dan keterampilan akan tetapi juga menyangkut soal akhlak. Contoh lain adalah remaja yang mabuk-mabukan, pecandu obat terlarang, perzinaan, pelanggaran terhadap keormatan dan membudayanya perkataan kotor dan cacian, penyimpangan moral ini semakin hari semakin bertambah dan malah buka menurun atau berkurang. Perintah yang berkurang di masyarakat erat kaitannya dengan keberhasilan pendidikan. Betapa banyak lembaga-lembaga pendidikan baik secara formal ataupun non formal, dalam pendidikan luar sekolah semakin hari tumbuh berkembang majelis-majelis ta’lim, bagaikan jamur dimusim hujan akan tetapi, semua itu belum mampu memecahkan solusi terbaik untuk pembinaan generasi yang lebih baik. Pendidikan akhlak juga dapat mempengaruhi berkembangnya suatu Negara. Hal ini dapat terlihat melalui pemerintahan yan para pimpinannya menjalankan hokum islam dan memperaktekkan etika-etika islam dalm menjalankan pemerintahannya. Jika pemimpin itu menjalankan pemerintahan dengan tetap berpegang teguh pada hokum islam dan nilai-nila akhlak dan
54
berlaku adil, maka roda pemerintahan akan berjalan dengan baik, tetapi bila mereka tetap berpegang teguh pada semua itu maka yang ada hanyalah ketidak adilan terhadap rakyatnya. Dan Negara itu tidak berkembang menjadi Negara yang maju tetapi tertinggal dari Negara lain. Relevansi pendidikan akhlak terhadap perkembangan pendidikan zaman sekarang, dapat terlihat dalam penerapan pendidikan akhlak itu sendiri. Individu atau masyarakat yang berinteraksi dengan yang lain didalam lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat. Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat menunjukan iman yang dimilikinya dan menerapkan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari dalam pendidikan akhlak, aktualisasi nilai-nilai islam perlu dipandang sebagai suatu persoalan yang penting dalam usaha penanaman idiologis islam sebagai pandangan hidup. Namun dalam usaha aktualisasi nilai-nilai moral islam memerlukan proses yang lama, agar penanaman tersebut buakn sekedar dalam formalitas namun telah masuk dalam dataran praktis. Untuk itu, perlulah kiranya menghubungkan factor penting kebiasaan, memperhatikan potensi anak didik, juga memerlukan bentuk-bentuk dan metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan anak didiknya. Bentuk pendidikan akhlak ada
yang secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung yaitu cara-cara tertentu yang ditujukan langsung kepada pembentukan akhlak, Antara lain : teladan, nasehat, latihan, dan hadiah. Sementara pendidikan akhlak yang tidak langsung yaitu cara-cara
55
tertentu yang bersifat pencegaha dan penekanan, Antara lain : koreksi dan pengawasan, larangan, hukuman dan sebagainya. Dari bentuk-bentuk pendidikan akhlak ini diharapkan nilai-nilai islam (akhlak) dapat menjadi kepribadian anak didik artinya bukan hanya bersifat formal dalam ucapan dan teori belaka akan tetapi sampai pada tingkat pelaksanaan dalam kehidupan. Dengan demikian muncul persoalan-persoalan baru, yaitu hilangnya salah satu atau berbagai standar nilai kemanusiaan dan meningkatnya angka kriminalitas yang didasari atau tidak, bahwa efek samping kejadian dan peristiwa tersebut telah berpengaruh terhadap perkembangan akhlak (moral). Persoalan tersebut tidak lepas dari persoalan pendidikan yang kurang memperhatikan kepada pendidikan akhlak.
56
BAB V KESIMPULAN
O. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan uraian pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 7. Pendidikan Akhlak dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11-13 adalah sebagai berikut: a. Pendidikan akhlak yang menjunjung tinggi kehormatan sesama muslim. b. Pendidikan akhlak untuk menghindari sifat-sifat yang tercela seperti mengolok-olok, saling mencela, memanggil dengan gelar yang buruk, berperasangka buruk, mencari kesalahan orang lain, dan menyebutkan sesuatu keburukan orang lain. c. Pendidikan sosial kemasyarakatan yang meliputi hubungan antara sesama manusia dan hubungan antara sesama muslim. 8. Pendidikan Akhlak dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 23-25 adalah sebagai berikut: a. Berbicara kepada orang tua dengan bahasa yang sopan dan lemah lembut. b. Merendakhan tubuh dihadapan orang tua dengan penuh kasih sayang.
57
c. Mendoakan kedua orang tua dan memohonkan ampunan kepada Allah. d. Berhati-hati dalam melangkah, karena langkah kita selalu diawasi oleh Allah. 9. Pendidikan Akhlak dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 adalah sebagai berikut: a. Mencontoh perbuatan Nabi Muhammad SAW dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Barang siapa yang mengharapkan dirinya berada di sisi Allah, maka berpegang teguhlah kepada Allah dan datangnya hari kiamat. 10. Relevansi konsep pendidikan akhlak dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11-13, surat Al-Isra ayat 23-25 dan surat Al-Ahzab ayat 21 dalam konteks pendidikan akhlak pada masa sekarang. Relevansi
pendidikan
akhlak
terhadap
perkembangan
pendidikan zaman sekarang, dapat terlihat dalam penerapan pendidikan akhlak itu sendiri, individu atau masyarakat yang berinteraksi dengan yang lain di dalam lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat. Konsep
akhlak
adalah
bagaimana
seseorang
dapat
menunjukkan iman iman yang dimilikinya dan menerapkan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari dalam pendidikan akhlak. Konsep nilai-nilai islam perlu dipandang sebagai suatu persoalan pandangan hidup. Namun demikian dalam usaha konsep nilai-nilai moral islam memerlukan proses yang lama, agar penanaman
58
tersebut bukan sekedar formalitas namun telah masuk dalam dataran praktis. Untuk itu, perlulah kiranya menghubungkan faktor penting kebiasaan, memperhatikan potensi anak didik, juga memerlukan bentuk-bentuk dan metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan anak didiknya. P. Saran Pendidikan islam merupakan pendidikan yang tidak hanya menerapkan sisi kognitif saja, lebih dari itu adalah aspek sikap (afektif). Oleh karenanya
perlu
adanya
usaha
untuk
memotifasi
dan
mendukung
pembentukan pribadi muslim yang tangguh (pemeluk agama yang taat) dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Al-Hadist. Tercapainya pendidikan islam tersebut sangat tergantung kepada tekad, semangat dan kinerja para pendidik agama islam itu sendiri. Karena hanya tekad dan semangat yang kuatlah akan menunjang serta mendorong tercapainya hasil yang sempurna. Hal itu tentu harus disadari oleh kemampuan-kemampuan dasar sebagai pekerja profesional. Sehingga secara terpadu dapat mewujudkan tujuan pendidikan islam seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka penanaman nilai-nilai akhlak harus diterapkan dengan menggunakan metode yang tepat. Metodemetode tersebut diantaranya adalah metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, perhatian, dan memberikan hukuman. Peranan orang tua sebagai pendidik utama tidak kalah pentingnya dalam mewujudkan proses belajar mengajar dengan baik. Oleh karena itu,
59
perhatian keluarga terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Quran termasuk memahami kandungannya harus ditanamkan sejak dini, walaupun dalam takaran yang sangat sederhana. Sehingga nilai-nilai Al-Quran dan pesanpesan yang ada didalamnya dapat terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Q. Penutup Syukur alhamdulillah atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yaitu penulisan skripsi sebagai syarat meraih gelar sarjana program strata 1 dalam bidang Tarbiyah dan Ilmu Keguruan pada Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini baik dari isi atau pembahassannya sangat sederhana, banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna membangun kesempurnaan skripsi ini. Demikian penulis maaf atas segala kekurangan dan kesalahan serta penulis berdoa pada Allah SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Amin.
60
DAFTAR PUSTAKA Abidin Ibnu Rusn. 2009. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Ahmad D. Marimba. 2007. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Ahmad Tafsir. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Ahuddin Nata. 2011. Akhlak dalam Al-Qur’an. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. 1993. Semarang: CV. Toha Putra
Terjemahan Tafsir Al-Maraghi.
Ali Asyari bin Muhammad. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Ali Muhammad bin Hasyiyah Abi Jumroh. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Ali Zainuddin. 2006. Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafica Alim Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda karya. Arifin, Muzayyiz. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bukhori. 2003. Adabul Mufrod. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Departemen Agama RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahan. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fuat Ihsan. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rhineka Cipta. Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta Jauhari Muhtar. 2008. Pendidikan Akhlak dalam Islam. Jakarta: Rhineka Cipta Khoiri, Nor. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jepara: Institut Islam Nahdhotul Ulama. Komaruddin, dkk. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
61
M. Yatim Abdullah. 2007. Study Ahlaq dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta: Amzah Mahmud, Ali Abdullah. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press. Moleong, Lexi J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasihulwan, Abdullah. 2000. Tarbiyatul Aulad. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nazir, Muh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Poerwa Darminta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara Shihab, M. Quraisy. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Shihab, M. Quraisy. 2007. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT. Mizan Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Syafei, Rahmat. 2003. Aqidah Akhlak dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia. Ubbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Ulwan, Abdul Nasih. 2000. Tarbiyatul Aulad. Jakarta: Gema Insani Press Yunus, Mahmud. 2004. Tafsir Al-Quran Karim. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Zakiah Daradjut. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rhineka Cipta.
62