perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA PEMKAB KARANGANYAR DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN JATEN)
OLEH : NURI SEPTIANA N D 0108089 SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
JURUSAN ILMU ADMINSTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Drs. Sukadi, M.Si NIP. 19470820 197603 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari
: Kamis
Tanggal
: 28 Juni 2012
Panitia Penguji
:
1.
Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si ………………… ) NIP. 19531009 198003 2 003
2. Drs. Suryatmojo, M.Si NIP. 19530812 198601 1 001
3.
( Ketua
( ………………… ) Sekretaris
Drs. Sukadi, M.Si ………………… ) NIP. 19470820 197603 1 001
( Penguji
Mengetahui, Dekan
Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan kepada: ♥ Kedua orang tuaku tercinta untuk kasih sayang, doa, nasehat, dan dukungan yang tidak pernah habis diberikan… ♥ Adekku tersayang Veny Arsita Sari yang selalu memberikan doa dan dukungan walaupun jarak diantara kita cukup jauh ♥ Seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan mewarnai hari- hariku ♥ Harizka Pradana Putra… yang selalu memberi dukungan, doa, perhatian, dan motivasi ♥ Sahabat-sahabatku :Niken, Erika, Anggun, Nury, Dwix, serta teman-teman angkatan 2008 khususnya AN A yang selalu menemani dan mendukungku selama ini.. ♥ Almamaterku Administrasi Negara 2008 UNS. ♥ Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Pemkab Karanganyar dalam Pengentasan Kemiskinan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan” ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, mengarahkan dan memberi dorongan hingga tersusunnya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Ali, M.Si selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini. 3. Prof. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 5. Segenap dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi. 6. Dra. Suwarni, M.M selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Pemberdayan Masyarakat Bappeda Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak Sugeng, SE selaku Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi kelancaran skripsi ini. 8. Anggota BKM dan KSM Desa Ngringo dan Desa Sroyo yang banyak memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
ABSTRAK ......................................................................................................
xii
ABSTRACT ....................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B.
Rumusan Masalah .............................................................................
11
C.
Tujuan Penelitian ..............................................................................
12
D.
Manfaat Penelitian ............................................................................
13
BAB II LANDASAN TEORI A.
Kemiskinan .......................................................................................
14
B.
Pemberdayaan ....................................................................................
20
C.
PNPM Mandiri Perkotaan ..................................................................
26
D.
Kerangka Pikir ..................................................................................
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Jenis Penelitian ..................................................................................
38
B.
Lokasi Penelitian ...............................................................................
39
C.
Sumber Data ......................................................................................
39
D.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................
41
E.
Teknik Penentuan Informan ...............................................................
42
F.
Validasi Data .....................................................................................
43
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
G.
digilib.uns.ac.id
Teknik Analisis Data..........................................................................
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Lokasi Penelitian ..............................................................
47
B.
Upaya Pemkab Karanganyar dalam Pengentasan Kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotan ...................................................................
50
C.
PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Jaten......................................
68
D.
Pengembangan Institusi Lokal ...........................................................
73
E.
Faktor Pendukung dalam Pengentasan Kemiskinan melalui PNPM . Mandiri Perkotaan .............................................................................
F.
98
Faktor Penghambat dalam Pengentasan Kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotan ............................................................................... 102
G.
Peningkatan Pendapatan Masyarakat ................................................. 106
H.
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat ............................................ 110
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan .......................................................................................
113
B.
Saran .................................................................................................
116
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Lokasi Dampingan PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar ............................................................................
5
Tabel 1.2
Kelompok sasaran dan penerima manfaat BLM .....................
6
Tabel 1.3
Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan .........................
7
Tabel 1.4
Daftar Lokasi dan Alokasi Dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan T.A 2011 ................................................................
10
Tabel 4.1
Penduduk dan Tenaga Kerja ....................................................
49
Tabel 4.2
Struktur Organisasi BKM ........................................................
79
Tabel 4.3
Kegiatan Lingkungan PNPM Mandiri Perkotaan Desa Sroyo.
92
Tabel 4.4
Kegiatan Sosial PNPM Mandiri Perkotaan Desa Sroyo ..........
92
Tabel 4.5
Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Desa Sroyo ...............................................................................
Tabel 4.6
Tabel 4.7
93
Kegiatan Lingkungan PNPM Mandiri Perkotaan Desa Ngringo ....................................................................................
93
Kegiatan Sosial PNPM Mandiri Perkotaan Desa Ngringo ......
93
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran ....................................................
37
Gambar 3.1
Model Analisis Interaktif .........................................................
46
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BKM PNPM Mandiri Perkotaan .............
70
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nuri Septiana Nursari. D0108089. Upaya Pemkab Karanganyar Dalam Pengentasan Kemiskinan Melalui PNPM Mandiri Perkotaan (Studi Kasus Kecamatan Jaten). Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012. Program Pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan salah satunya yaitu melalui PNPM Mandiri Perkotaan. Kecamatan Jaten termasuk salah satu wilayah yang menjadi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini menarik disimak karena bisa dikatakan Kecamatan Jaten merupakan daerah urban yang pada umumnya dihuni oleh penduduk kota yang seharusnya penduduk kota mempunyai mindset atau pola pikir yang berbeda dengan penduduk perdesaan mereka lebih memiliki kemajuan dalam bidang teknologi maupun pekerjaan. Akan tetapi masyarakat perkotaan pada umumnya lebih bersifat individual mementingkan diri sendiri dan tidak mempunyai sikap ketidakpedulian, hal inilah yang sebenarnya menjadi penyebab akar persoalan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui upaya Pemkab Karanganyar dalam Pengentasan Kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan (Studi Kasus Kecamatan Jaten), (2) Mengetahui faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat dalam pengentasan kemiskinan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Validitas data dengan triangulasi data. Teknik analisis data dengan reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian dapat diketahui, bahwa Upaya Pemkab Karanganyar dalam pengentasan kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotaan meliputi: Upaya Pemkab Karanganyar menerapkan kegiatan pembangunan partisipatif atau Pembangunan berbasis masyarakat, Upaya-upaya peningkatan kapasitas Pemkab Karanganyar dalam mengelola Program penanggulangan Kemiskinan yang berupa Pelatihan Perencanaan Partisipatif, Upaya peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengendalian Sistem Informasi Manajemen PNPM Mandiri Perkotaan, Upaya Pemkab Karanganyar meningkatkan kapasitas pengelolaan pengaduan masyarakat (PPM). Wujud pemberdayaan masyarakat melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan adalah (1) Pengembangan Institusi lokal: Pembentukan BKM, Perumusan PJM Pronangkis dan Pembentukan KSM. Berdasarkan penelitian juga diketahui ada hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengentasan kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan ini, yaitu: Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerima program PNPM Mandiri Perkotaan, Hambatan Sosialisasi dan Pembentukan BKM serta hambatan dalam pembentukan KSM.
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Nuri Septiana Nursari. D0108089. The Karanganyar Regency Government’s Attempt of Alleviating Poverty through Urban Independent Community Empowerment National Program (A Case Study on Jaten Subdistrict). Thesis. State Administration Department. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2012. The governmental program in the attempt of alleviating poverty, among other, is through Urban Independent Community Empowerment National Program (PNPM Mandiri Perkotaan) . Cork district includes one of the PNPM Mandiri targeted urban areas, this is interesting because it can be sais to be listened to Jaten is an urban district that’s is generally inhabited by the urban population of the city should have a mindset het is different from their more rural residents have advances in technology adb jobs . However, the urban community in general are more selfish individual abd do not have an attitude of indifference, this is real root cause of the problem proverty. The study aiming: (1) to find out the Karanganyar Regency Government’s Attempt of Alleviating Poverty through Urban Independent Community Empowerment National Program (A Case Study on Jaten Subdistrict, (2) to find out the factors supporting and inhibiting the poverty alleviation. The research method used in this research was a descriptive qualitative research method. The research was taken place in Jaten Subdistrict of Karanganyar Regency. The data source used in this research was obtained from interview with informant, and archive or document relevant to the research. Techniques of collecting data used were interview, observation and documentation. The sampling technique used was purposive sampling and snowball sampling. The data validation was done using data triangulation. Technique of analyzing data used was data reduction, data display and conclusion drawing. The result of research indicated that the Karanganyar Regency Government’s Attempt of Alleviating Poverty through Urban Independent Community Empowerment National Program: the Karanganyar Regency Government’s attempt of applying the participatory development activity/community-based development, the attempts of improving the Karanganyar Regency Government’s capacity in managing the poverty coping program constituting Participatory Planning Training, that of improving the capacity of managing and controlling the Urban Independent Community Empowerment National Program information management system, that of improving the capacity of managing the society’s grievances (PPM). The manifestations of community empowerment through Urban Independent Community Empowerment National Program were (1) Local Institution Development: BKM establishment, PJM Formulation (Pronangkis), and KSM establishment. Based on the result of research, it could found also the obstacles occurring in alleviating the poverty through this Urban Independent Community Empowerment National Program including: the community’s less awareness of accepting the Urban Independent Community Empowerment National Program.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada
Pembukaan
UUD
1945
mengamanatkan
bahwa
untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
dan
ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, hal tersebut menunjukkan bahwa faktor kesejahteraan
masyarakat
merupakan
prioritas
didirikannya
Negara
Indonesia. Sejalan dengan upaya bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk ikut berpatisipasi dalam upaya penghapusan kemiskinan yang merupakan tantangan global terbesar yang dihadapi dunia dewasa ini. Hal tersebut telah disepakati pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York tahun 2000 yang menetapkan upaya mengurangi separuh dari kemiskinan di dunia sebagai Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals) yang harus dicapai pada tahun 2015. Tujuan tersebut dilaksanakan melalui 8 jalur sasaran yang meliputi : - Memberantas kemiskinan dan kelaparan - Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
- Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan - Menurunkan angka kematian anak - Meningkatkan kesehatan ibu - Memperbaiki tingkat kesehatan penduduk dunia - Menjamin kelestarian lingkungan hidup - Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Terkait dengan hal tersebut, maka upaya menurunkan kemiskinan telah diluncurkan oleh pemerintah pusat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sehingga tumpang tindih kegiatan pemerintah dapat dihindari dan akhirnya dampak pengeluaran pemerintah terhadap penurunan kemiskinan dapat dimaksimalkan. Dalam program PNPM seperti yang telah dimulai beberapa tahun terakhir, Pemerintah Pusat melakukan kemitraan dengan Pemerintah Daerah. Pola yang serupa akan ditingkatkan lagi dalam tahun 2008. Harapannya disamping memperbaiki proses perencanaan daerah (bottom up planning), program kemitraan ini akan memberikan saluran yang terarah bagi pemerintah daerah. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) adalah program pemerintah untuk pengentasan kemiskinan dan penurunan tingkat pengangguran yang berbasis pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilatarbelakangi bahwa masih terdapat kesenjangan
antara
pencapaian
dan
sasaran
dalam
meningkatkan
kesejahteraan rakyat, yaitu angka kemiskinan dan pengangguran yang masih cukup besar. PNPM Mandiri diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Indeks Pembangunan Manusia dan pencapaian sasaran
Millenium
Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015. Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan dan penurunan tingkat pengangguran adalah dengan meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Program ini adalah merupakan tindak lanjut dari apa yang telah disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia pada Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 2006 dan telah diluncurkan secara resmi oleh Presiden pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. PNPM Mandiri merupakan integrasi dan perluasan program-program penanggulangan kemiskinan yang berbasis masyarakat yang sudah dan sedang berjalan. Integrasi dilakukan dengan menggabungkan program yang telah terbukti efektif, pada tahun 2007 melalui Program Pengembangan Kecamatan di wilayah perdesaan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal PMD ( Pemberdayaan Masyarakat Desa) Depdagri dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di wilayah perkotaan yang dikelola oleh Ditjen Cipta Karya Departemen PU. Selanjutnya, pada tahun-tahun berikutnya
akan
ditingkatkan
ke
seluruh
program
penanggulangan
kemiskinan yang berbasis masyarakat. Sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, PNPM Mandiri Perkotaan melakukan intervensi melalui proses pembelajaran masyarakat melalui penyadaran kritis agar bisa mengatasi permasalahan kemiskinan sampai pada akarnya. Artinya inti dari intervensi PNPM Mandiri Perkotaan adalah membangun manusia yang mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
sikap mental positif sesuai dengan nilai- nilai luhur kemanusiaan dan membongkar paradigma- paradigma yang merugikan lingkungan. Untuk menjamin
terlembagannya
penanggulangan
nilai-
kemiskinan
nilai
dilakukan
kemanusian melalui
dalam
proses
pengorganisasiam
masyarakat, karenanya dibutuhkan motor penggerak atau pemimpinpemimpin yang mempunyai sikap mental positif. Artinya pemimpin tersebut haruslah merupakan representasi dari nilai- nilai kemanusian, sehingga keputusan yang menyangkut kepentingan publik dilandasi oleh keadilan. PNPM Mandiri Perkotaan mengawali proses ini melalui pembangunan BKM ( Badan Keswadayaan Masyarakat ) / LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat ). BKM dan LKM merupakan lembaga kolektif
organisasi
masyarakat warga yang terdiri dari pribadi- pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria nilai- nilai kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili himpunan warga dalam berbagai kepentingan. Dengan demikian BKM/ LKM merupakan alternatif pilhan bagi warga masyarakat, sebagai lembaga yang menjadi motor penggerak dalam penanggulangan kemiskinan seperti yang dibutuhkan oleh masyarakat. Proses pembelajaran masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan dilakukan melalui praktek langsung dilapangan oleh masyarakat sendiri dengan melaksanakan apa yang sudah direncanakan di dalam PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penaggulangan Kemiskinan). Dalam praktek ini masyarakat diberikan stimulan dana yang dinamakan Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ). Harapan melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
pembelajaran ini adalah masyarakat secara bertahap belajar menumbuh kembangakan keberdayaan dalam tiga aspek, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi atau dapat disebut juga pembangunan TRIDAYA agar mandiri dalam menanggulangi persoalan kemisikinan dan mampu memberikan kontribusi pada peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) serta pencapaian MDGs (Millenium Development Goals) Pelaksanaan kegiatan PNPM MP untuk wilayah Karanganyar banyak mengalami perkembangan khususnya wilayah pendampingan. Laporan ini merupakan Gambaran rangkaian kegiatan PNPM MP yang dilakukan di Wilayah kerja Kordinator Kabupaten Karanganyar yang merupakan bagian dari KMW (Konsultan Manajemen Wilayah ) Jawa Tengah dengan lokasi sasaran meliputi 5 Kecamatan dan 51 Desa Kelurahan. okasi Dampingan PNPM MP Kab.Karangayar
" $
# " "
! ! !
Daftar Rincian Lokasi dan Alokasi dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan T.A. 2011 ditetapkan BLM PNPM Mandiri Perkotaan tahun 2011 diperuntukan untuk : 1. BLM Reguler yakni BLM untuk desa/kelurahan yang memiliki angka kemiskinan lebih dari 25 % yakni sebanyak 8 desa/kelurahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
2. BLM Lanjutan yakni untuk memenuhi kekurangan BLM tahun 2009/2010 yang masih menyisakan BLM tahap 2 dan BLM tahap 3 yakni di Kecamatan Colomadu dan Kecamatan Jaten. Kelompok sasaran dan penerima manfaat BLM Kelompok sasaran
BantuanTeknik/Pendampingan Bantuan Dana BLM
Masyarakat
1.Masyarakat warga kelurahan Warga peserta
PNPM
kelurahan
Mandiri yang miskin menurut
Perkotaan.
kriteria
2.LKM/Lembaga
setempat
KeswadayaanMasyarakat.
disepakati
3.KSM/Kelompok
kemiskinan yang warga,
swadaya termasuk yang telah
masyarakat.
lama
miskin,
yang
penghasilannya menjadi tidak berarti karena inflasi, yang kehilangan
sumber
penghasilan
Penerima manfaat langsung dari dana BLM yang disediakan melalui PNPM Mandiri Perkotaam adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaaan swadaya berorientasi IPM –MDGs. Bantuan pendampingan ini diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dan operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat untuk menanggulangi
kemiskinan
di
kelurahan
masing-
masing.
Proses
pendampingan ini sekurang- kurangnya harus menghasilkan : 1. Masyarakat yang peduli dengan kemiskinan dan pelestarian limgkungan serta mampu mengaktualisasi dirinya sebagai bagian dari upaya penanggulangan kemiskinan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif dan akuntabel.
Tujuan dari pemanfaatan dana BLM ( Bantuan Langsung Masyarakat) adalah 1. Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui kegiatan- kegiatan di bidang sarana dan prasarana dasar lingkungan. 2. Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui kegiatan- kegiatan bidang social. 3. Menumbuhkembangkan pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui kegiatan- kegiatan bidang ekonomi. 4. Tumbuhnya rasa kebersamaan (munculnya kepedulian dan solidaritas social masyarakat kelurahan/desa tersebut. 5. Tumbuhnya rasa kepemilikan yang besar terhadap program melalui kegiatan- kegiatan yang dilaksanakannya serta membangkitkan potensu swadaya masyarakat baik berupa materi, tenaga maupun pikiran. Besarnya dana
BLM tiap kelurahan ditentukan berdasarkan jumlah
penduduk di kelurahan lokasi PNPM Mandiri Perkotaan, seperti pada tabel berikut ini : Tabel 1.3 Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan Kategori Lokasi
Katagori Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
< 3000 %-tase KK miskin > 10 % (0- 1x BLM) %-tase KK miskin > 10% (2x BLM ) %-tase KK miskin < 10 % Mekanisme Pencairan Dana BLM
(jiwa) 3000-10000
>10000
150 jt 200 jt 350 jt 100 jt 150 jt 200 jt Jumlah KK miskin < 50 kk,BLM = 50 jt Jumlah KK miskin > 50 kk,BLM =100 jt Dilakukan 3 tahap, yakni : Tahap 1 = 30% Tahap 2 = 50 % dan Tahap 3 = 20 %
Sumber : Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Terkait dengan program PNPM Mandiri, Kecamatan Jaten termasuk salah satu wilayah yang menjadi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan sejak tahun 2004. Dasar pertimbangannya bahwa sebanyak 1.875 warga Kecamatan Jaten termasuk kategori warga miskin berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) pada akhir 2011. Hal ini menarik untuk disimak Kecamatan Jaten termasuk daerah urban yang pada umumnya dihuni oleh penduduk kota, yang seharusnya penduduk kota mempunyai mindset atau pola pikir yang berbeda dengan penduduk pedesaan, karena bisa dikatakan penduduk kota memiliki pola pikir yang lebih modern dimana mereka mempunyai kemajuan dalam bidang teknologi maupun pekerjaan. Akan tetapi aspek kehidupan pekerjaan, ekonomi, sosial dan politiknya biasanya lebih kompleks dibanding degan masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan pada umumnya lebih bersifat individual mementingkan diri sendiri atau golongan dan tidak mempunyai sikap ketidakpedulian. Hal inilah yang sebenarnya menjadi penyebab akar persoalan kemiskinan, dengan kepedulian sikap mau berbagi dan tidak mementingkan diri sendiri menjadi landasan untuk membangun kebersamaan (solidaritas sosial) yang menjadi kontrol landasan dari terciptanya ikatan- ikatan yang didasarkan saling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
percaya (modal sosial). Dilihat dari program pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan yang dulu bernama P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) kecamatan Jaten termasuk kecamatan yang menerima dana BLM lebih awal ( 2004) dibanding kecamatan yang berada pada Kabupaten Karanganyar, dimana seharusnya program tersebut dapat mengatasi kemiskinan lebih awal dibanding kecamatan lain akan tetapi kemiskinan masih menghinggapi penduduk kecamatan tersebut. Asisten Koordinator Kota Bidang Pemberdayaan Masyarakat PNPM-MP Karanganyar, menjelaskan data warga miskin itu memang diperoleh langsung dari Bappeda Kabupaten Karanganyar. Mengenai penyebab tingginya angka kemiskinan banyak penyebabnya. Antara lain kurang meratanya kesempatan pendidikan, kesehatan maupun kesempatan kerja. Rendahnya pengembangan industri kecil maupun industri menengah sebagai salah satu indikasi rendahnya kemandirian serta daya saing ekonomi juga menjadi penyebab. PNPM Mandiri perkotaan sebagai kelanjutan P2KP memahami bahwa kemiskinan adalah akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat utamanya para pimpinan yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai- nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan RI Nomor : SE- 2354/ MK.02 tentang perubahan APBN tahun 2009 disebutkan bahwa anggaran untuk program PNPM Mandiri senilai Rp.191,3 M. Anggaran untuk mengentaskan kemiskinan ini patut direspons positif oleh pelaksana program yaitu pemrintah daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Anggaran ini wajib dikawal agar tujuan dari Program PNPM Mandiri dengan anggaran yang cukup banyak tersebut dapat tepat sasaran. Melalui PNPM, pemerintah pusat berusaha membantu pemrintah daerah. Beberapa isu stategis lokal mengenai kemiskinan itu antara lain masih tingginya keluarga prasejahtera. Terkait kesinambungan program pengentasan kemiskinan, pada tahun 2011 Kecamatan Jaten melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan mendapatkan dana senilai Rp.1,3 M
commit to user
11
Tabel 1.4 Daftar Lokasi dan Alokasi Dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan T.A 2011 PAGU BARU 2010 NAMA KECAMATAN JATEN JATEN JATEN JATEN JATEN JATEN JATEN JATEN
NAMA KELURAHAN SURUHKALANG JATI JATEN DAGEN NGRINGO JETIS SROYO BRUJUL
JML KEL 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah Sumber : BAPPEDA Kabupaten Karanganyar :
8
PRIA 2363 3080 6170 2380 11521 2283 3967 2441
WANITA 2303 3145 6850 2447 11259 2405 4020 2681
34.205 35.110
PDDK 4666 6225 13020 4827 22780 4688 7987 5122
KK 1498 1529 3842 1258 6112 1454 2356 1531
KKMis 227 145 192 162 294 272 315 268
69.315 19.580 1.875
%Miskin 15.15% 9.48% 5.00% 12.88% 4.81% 18.71% 13.37% 17.50%
96.9 %
BLM 150.000.000 150.000.000 200.000.000 150.000.000 200.000.000 150.000.000 150.000.000 150.000.000
1.3000.000.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Dari tabel diatas dapat dijelaskan, Kecamatan Jaten menerima anggaran sebesar 1,1 M dari anggaran tersebut PEMKAB Karanganyar mengalokasikan dana tersebut pada tiap-tiap Kecamatan untuk disalurkan pada setiap kelurahan/desa melalui BLM (Bantuan Langsung Masyarakat). Misalnya saja pada Kelurahan Jaten, penduduk Kelurahan Jaten berjumlah 13.020 orang dengan KK (Kartu Keluarga) 3.842 dan KK miskin sejumlah 192 dengan prosentase kemiskinan sebesar 5.00%. Sesuai dengan Distribusi alokasi dana BLM per kelurahan yang ditetapkan oleh Ditjen Cipta Karya Pekerjaan Umum ( DPU), dimana
pada
Kelurahan
Jaten
berhak
menerima
dan
BLM
sebesar
Rp.200.000.000,Pengentasan kemiskinan sekarang bukan hanya tujuan daerah melainkan juga program nasional. Oleh sebab itu dalam pelaksanaannya harus berkesinambungan. Terkait dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul : Upaya PEMKAB Karanganyar dalam Pengentasan Kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan ( Studi Kasus di Kecamatan Jaten )
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah upaya PEMKAB Karanganyar dalam pengentasan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan? 2. Faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam pengentasan kemiskinan ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis dalam mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Operasional : a. Untuk mengetahui upaya Pemkab Karanganyar dalam pengentasan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan. b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pengentasan kemiskinan. 2. Tujuan Fungsional: a. Untuk mengetahui sejauh mana program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan. 3. Tujuan Individual : a. Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini mencakup aspek teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah khasanah pengetahuan tentang program PNPM Mandiri serta menjadi sumber bahan kajian dan pertimbangan bagi penelitian sejenis. 2.
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program PNPM Mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kemiskinan 1. Pengertian Kemiskinan Kata kemiskinan berasal dari kata miskin yang dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai situasi penduduk atau sebagian besar penduduk yang hanya dapat memenuhi makan, pakaian dan perumahan yang sangata diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan mimimum.(Depdikbud,1998 : 94) Menurut Gunawan Sumodiningrat mendefinisikan kemiskinan sebagai : “Kemiskinan merupakan maslah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek social,ekonomi,budaya dan aspek lannya. Kemiskinan ditandai oleh keterisolasian, keterbelakangan dan pengangguran yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan antar daerah, antar sector dan antar golongan penduduk. Kemiskinan timbul karena ada sebagian daerah yang belum sepenuhnya tertangani, ada sebagian sector yang harus menampung tenaga secara berlebih dengan tingkat produktifitas yang rendah, dan ada pula sebagian masyarakat yang belum ikut dalam proses pembangunan sehingga tidak menikmati hasilnya secara memadai.” (Sumodiningrat, 1998:26)
Sedangkan L.dyson mengatakan bahwa: “Pada masa lalu, orang miskin dianggap sebagai orang yang malas bekerja.Kemiskinan yang dialami oleh seseorang adalah akibat kemalasannya. Rajin pangkal pandai hemat pangkal kaya,demikian kata peribahasa. Sementara orang berpendapat kemiskinan itu adalah sumber kejahatan dan kemaksiatan, tetapi di lain pihak ada juga yang mengatakan bahwa selain sumber berbagai hal yang jelek- jelek toh kemiskinan itu ada fungsinya. Misalnya saja;
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
kejahatan memberikan kesibukan pada para penegak hukum; para pengemis yang digolongkan sebagi orang miskin berfungsi mengorek tempat- tempat sampah yang kotor dan mencari bendabenda yang kiranya masih bermanfaat agar dapat diolah kembali. Dari hasil pekerjaan mereka sering timbul mata rantai perdagangan barang- barang bekas,hal inilah yang disebut dengan hubungan fungsional.”( Bagong Suyanto,1995: 3) Sedangkan Merphin Panjaitan (2000:7) mengatakan bahwa “kemiskinan adalah sebagai suatu standard tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan naluri pada sejumlah orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang berlaku pada masyarakat”. Parsudi Suparlan mengemukakan kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya denga usia kemanusian itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia, walaupun seringkali tidak disadari kehadirannya sebagai masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka itu merasakan dan menjalani sendiri bagaimana hidup dalam kemiskinan. Walaupun demikian belum tentu mereka itu sadar akan kemiskinan yang mereka jalani. Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh setiap orang. Secara singkat kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standard tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Sesuai dengan penelitian Rena Ravinder (2007:65-77) tentang kemiskinan di Daerah Afrika yaitu : ”The provety problem is chronic in the Horn of Africa. Majority of the people in the region are suffering from this problem.There are numerous factors that cause proverty in the region.The challenge of proverty reduction in the Horn should therefore address the proverty reduction at national, provincial and local levels.” (“Masalah kemiskinan sangat kronis di Afrika. Mayoritas rakyat diwilayah ini menderita karena masalah ini. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan di wilayah ini. Tantangan pengurangan kemiskinan dalam keadaan yang kritis karena harus membahas pengurangan kemiskinan di tingkat nasional,provinsi, dan tingkat daerah”).
Secara
umum
kemiskinan
seringkali
diartikan
sebagai
keterbelakangan, ketidakberdayaan atau ketidakmampuan seseorang untuk menyelenggarakan hidupnya sampai suatau taraf yang dianggap layak. Ciri- ciri masyarakat miskin menurut BPS yaitu : a. Luas lantai < 8 m2 b. Lantai rumah terbuat dari tanah/bambu/kayu/ c. Dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok tanpa plester. d. Tidak mempunyai fasilitas buang air. e. Sumber penerangan rumah bukan listrik. f. Sumber air minum berasal dari sumur atau sungai. g. Bahan bakar untuk memasak sehari- hari adalah kayu/arang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam satu kali dalam seminggu atau tidak pernah. i. Hanya dapat membeli pakaian baru sebanyak satu kali dalam setahun/tidak pernah. j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali sehari. k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas. l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adala pertanian dengan luas 0,5 Ha, buruh tani, buruh bangunan, nelayan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan per bulan < Rp. 600.000,m. Pendidikan kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD. n. Tidak mempunyai tabungan/ barang yang
mudah dijual minimal
Rp.500.000,- seperti :sepeda motor, emas dll. 2. Jenis- jenis kemiskinan Menurut Dewata (1995:31-32), kemiskinan umumnya diukur dari beberapa hal yaitu: a. Berdasarkan tingkat pendapatan yaitu: 1) Kemiskinan absolute Seseorang dikatakan miskin secara absolut, apabila tingkat pendapatannya
dibawah
garis
kemiskinan
atau
sejumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. 2) kemiskinan relative.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Sedangkan kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan antara kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan sudah diatas garis kemiskinan. Sehingga sebenarnya tidak termasuk miskin, tetapi masih lebih miskin dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. b. Berdasarkan penyebabnya yaitu: 1) kemiskinan natural (alamiah) Kemiskinan natural adalah keadaan miskin, karena dari asalnya memang miskin. Kelompok masyarakat ini miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya pembangunan lainnya, sehingga mereka tidak dapat ikut serta dalam pembangunan, kemiskinan natural ada di setiap negara yang sedang membangun. 2) kemiskinan structural Kemiskinan baik yang relative maupun yang absolute dikenal dengan kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural juga dikenal dengan kemiskinan yang disebabkan hasil pembangunan yang belum seimbang. 3) kemiskinan cultural. Sedangkan kemiskinan kultural mengacu pada konsep hidup seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup kebiasaan hidup dan budayanya, dimana meraka sudah merasa berkecukupan dan merasa tidak kekurangan. Kelompok masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
ini tidak mudah diajak berpartisipasi, menolak untuk diajak berpartisipasi, menolak untuk mengikuti perkembangan dan tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran dipakai umum. 3. Faktor Penyebab Kemiskinan a. Faktor eksternal atau berada diluar jangkauan individu. Faktor ini secara kongkrit lebih bersifat hambatan kelembagaan atau struktur yang memang bisa menghambat seseorang untuk meraih kesempatankesempatannya. Adanya kemiskinan jenis ini bukan karena seseorang itu malas atau tidak mampu bekerja. b. Faktor internal yang berasal dari diri seseorang atau lingkungannya. Kemiskinan ini sebagai akibat dari nilai-nilai dan kebudayaan yang dianut oleh sekelompok masyarakat. Jadi tidak bermula pada struktur social tetapi karateristik orang- orang miskin itu sendiri.
Orang
menjadi miskin karena ia tidak mau bekerja keras, boros dan tidak mempunyai rencana, kurang memiliki jiwa wiraswasta, fatalis, dan tidak
mempunyai
kemiskinan
itu
hasrat
muncul
berprestasi. karena
Menurut
sekelompok
Lewis
masyrakat
bahwa tidak
mempunyai daya juang dan kemampuan untuk memikirkan masa depan (Effendi, 1995: 251).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
B. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan. Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder,
yaitu
kecenderungan
yang
menekankan
pada
proses
memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Sesuai dengan penelitian Ma’rof Redzuan (2009 : 173) tentang pemberdayaan yaitu : ”Another concept of community development is empowerment. In fact, as has been mentioned earlier, one of the important goals of community development is empowering the people and improves
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
thequality of their lives. Thus, it’s important to note about the empowerment.At the core of the concept of empowerment is the idea of power. The possibility of empowerment depends on two things. First, empowerment requires that power can change. If power cannot change, if it is inherent in positions or people, then empowerment is not possible, nor is empowerment conceivable in any meaningful way. In other words, if power can change, then empowerment is possible. Second, the concept of empowerment depends upon the idea that power can expand.” ("Konsep lain dari pengembangan masyarakat adalah pemberdayaan. Bahkan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,salah satu tujuan penting dari pengembangan masyarakat adalah memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, penting untuk dicatat tentang pemberdayaan.Pada intinya konsep dari pemberdayaan adalah gagasan kekuasaan. Kemungkinan pemberdayaan tergantung pada dua hal. Pertama, pemberdayaan membutuhkan daya yang dapat berubah. jika daya tidak bisa berubah, dan sudah melekat dalam posisi atau orang, maka pemberdayaan tidak mungkin terjadi, dan tidak dibayangkan dengan cara yang berarti. Dengan kata lain, jika daya dapat berubah,maka pemberdayaan adalah mungkin.Kedua, konsep pemberdayaan tergantung pada ide kekuasaan secara luas) Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai berikut (Totok, 2010:59) : a. Struktural,
pemberdayaan
merupakan
upaya
pembebasan,
transformasi structural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang operesif. b. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu’rule of the game’tertentu. c. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek-praktek dan struktur yang elitis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
d. Post-Strukturalis,
pemberdayaan
merupakan
upaya
mengubah
diskursus serta menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial. Hakikat dari konseptualisasi empowerment berpusat pada manusia dan kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif, struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan sebagai upaya membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata dunia di dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab. Menurut Arbi Sanit dkk hal-hal mendasar dan penting yang peril diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat antara lain: a. Pengembangan dikembangkan
organisasi dan
atau
berfungsi
kelompok dalam
masyarakat
mendinamisasi
yang
kegiatan
masyarakat. b. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok atau organisasi masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam masyarakat. c. Kemampuan kelompok masyarakat dalam mengakses sumber-sumber lain yang dapat mendukung pegembangan kegiatan. d. Jaminan atas hak-hak masyarakat dalam mengelola sumber daya local. e. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis manjerial kelompokkelompok masyarakat sehingga berbagai masalah tehnis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik. f. Terpenuhinya kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka serta mampu menjamin kebutuhan hidup mereka serta mampu menjamin kelestarian daya dukung lingkungan bagi pembangunan. (Sanit dkk,-:54)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2. Prinsip Pemberdayaan Beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial (Suharto, 1997:216-217) a. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif, karena pekerja social dan masyarakat harus bekerjasama sebagi partner. b. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai actor atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan. c. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan. d. Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup, khusunya pengalaman yang diberikan perasaan mampu kepada masyarakat. e. Solusi-solusi, yang berasal dari situasi khusus, harus beragam dan menghargai keberagaman yang berasal dari factor-faktor yang berada pada situasi masalah tersebut. f. Jaringan-jaringan social informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi penurunan ketengangan dan meningkatkan kompetensi seta kemampuan mengendalikan seseorang. g. Masyarakat harus berpartispasi dalam pemberdayaan mereka sendiri: tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan oleh merka sendiri. h. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan, karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
i. Pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif. j. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif, permasalahan selalu memiliki beragam solusi. k. Pemberdayaan
dicapai
melalui
struktur-struktur
personal
dan
pembangunan ekonomi secara parararel 3. Strategi Pemberdayaan Dalam konteks pekerjaan social pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setingg) : mikro, mezzo, dan makro. a. Aras Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing tau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya, Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas ( task centered approach). b. Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompik sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya dilakukan sebagai strategi dalam meningkatakan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan maslah yang dihadapinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
c. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar (large-system strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada system
lingkungan
perencanaan
yang
social,
lebih
kampanye,
luas. aksi
Perumusan
kebijakan,
social,
lobbying,
pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagi orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. (Suharto, 2005: 66-67) 4. Tahapan Pemberdayaan Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses belajar. Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Montagu & Matson (Suprijatna, 2000) yang mengusulkan konsep The Good Community and Competency yang meliputi sembilan konsep komunitas yang baik dan empat komponen kompetensi masyarakat. The Good Community and Competency itu adalah: a. setiap anggota masyarakat berinteraksi satu sama lain berdasarkan hubungan pribadi atau kelompok;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
b. komunitas memiliki kebebasan atau otonomi, yaitu memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mengurus kepentingannya sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab; c. memiliki vialibilitas yaitu kemampuan memecahkan masalah sendiri; d. distribusi kekuasaan secara adil dan merata sehingga setiap orang mempunyai berkesempatan dan bebas memiliki serta menyatakan kehendaknya; e. kesempatan setiap anggota masyarakat untuk berpartsipasi aktif untuk kepentingan bersama; f. komunitas memberi makna kepada anggota; g. adanya heterogenitas/beda pendapat; h. pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat mungkin kepada yang berkepentingan; dan i. adanya konflik dan manajemen konflik.
C. PNMP Mandiri Perkotaan-P2KP 1. Pengertian PNMP Mandiri Perkotaan-P2KP Pendekatan pemberdayaan masyarakat selama ini telah banyak diupayakan melalui berbagai pembangunan sektoral maupun regional. Namun karena dilakukan secara parsial dan tidak berkelanjutan, efektivitasnya terutama untuk penanggulangan kemiskinan dipandang masih belum optimal. Untuk itu, melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan diharapkan dapat terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi, serta berbagai mekanisme
dan
prosedur
pembangunan
berbasis
pemberdayaan
masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien. PNPM Mandiri Perkotaan adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan programprogram penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.( Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008:3) 2. Tujuan PNPM Mandiri Tujuan PNPM Mandiri mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Adapun tujuan khususnya adalah: a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan akuntabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor). d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. e. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat (Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008: 11) 3. Prinsip PNPM Mandiri Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri. Nilai-nilai dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri. Prinsip-prinsip itu meliputi: a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya. b. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. c. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya. d. Berorientasi
pada
masyarakat
miskin. Semua kegiatan yang
dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung. e. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong
.
f. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan. g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
h. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung- gugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif. i. Prioritas.
Pemerintah
dan
masyarakat
harus
memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan. k. Keberlanjutan.
Setiap
mempertimbangkan
pengambilan
kepentingan
keputusan
peningkatan
harus
kesejahteraan
masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. l. Sederhana.
Semua
aturan,
mekanisme
dan
prosedur
dalam
pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat (Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008: 12-13) 4. Sasaran PNPM Mandiri Sasaran pelaksanaan PNPM Mandiri adalah sebagai berikut : a. Terbangunnya kelembagaan masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif, dan akuntabel serta berlandaskan pada nilai-nilai luhur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat; b. Tersedianya (PJM Pronangkis) sebagai wadah sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakatnya. c. Meningkatnya akses dan pelayanan kebutuhan dasar bagi warga miskin perkotaan menuju capaian sasaran IPM-MDG’s (Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008: 14). 5. Strategi Pelaksanaan Strategi PNPM Mandiri terdiri atas: a. Strategi Dasar 1) Mengintensifkan
upaya-upaya
pemberdayaan
untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. 2) Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk
bersama-
sama
mewujudkan
keberdayaan
dan
kemandirian masyarakat. 3) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan sektoral,
pembangunan
kewilayahan,
dan
pembangunan
partisipatif (Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008: 12). b. Strategi Operasional 1) Mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya secara sinergis. 2) Menguatkan peran pemerintah kota/kabupaten sebagai pengelola program- program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya; 3) Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar, dan akuntabel. 4) Mengoptimalkan peran sektor dalam pelayanan dan kegiatan pembangunan secara terpadu di tingkat komunitas. 5) Meningkatkan kemampuan pembelajaran di masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensinya serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. 6) Menerapkan konsep pembangunan partisipatif secara konsisten dan dinamis serta berkelanjutan (Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2008: 12). Terkait
dengan
strategi
tersebut
maka
untuk
menunjang
keberhasilan PNPM Mandiri maka dilakukan upaya melembagakan Pola Pembangunan partisipatif yang Pro-poor dan berkeadilan, melalui : Pembangunan lembaga masyarakat (BKM) yang representatif, akuntabel, dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan; Perencanaan Partisipatif dalam menyusun PJMPronangkis berbasis IPM-MDGs. Selanjutnya menyediakan BLM secara transparan untuk mendanai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan membuka kesempatan kerja,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
melalui : Pembangunan ekonomi lokal, Pembangunan sarana / prasarana lingkungan dan Pembangunan SDM (pelatihan-pelatihan). 6. Output Program Memahami persoalan kemiskinan tidak semata pada gejalanya yang multidimensi, melainkan pada akar kemiskinan, yaitu perilaku dan sikap masyarakat yang tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hal ini, PNPM-P2KP tidak hanya mewujudkan masyarakat yang mandiri, tetapi juga mengarah pada pencapaian masyarakat yang madani. Sehingga, PNPM-P2KP merupakan suatu proses transformasi sosial dari masyarakat yang tidak berdaya menuju masyarakat berdaya, kemudian dari masyarakat yang mandiri ke masyarakat yang madani. Pendekatan yang
dilakukan
dalam
PNPM-P2KP
tidak
hanya
membangun
kelembagaan masyarakat dan kemitraan dengan pemda, melainkan proses pembelajaran masyarakat secara utuh terhadap beberapa pendekatan yang telah ditetapkan dalam PNPM-P2KP. Hal tersebut dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong dan menyiapkan masyarakat agar mampu menanggulangi akar kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan output program dari PNPM Mandiri Perkotaan itu sendiri adalah: a. Terbangunnya BKM-BKM sebagai lembaga masyarakat yang mengakar dan representatif yang mampu menyelenggarakan program penanggulangan kemiskinan berbasis pencapaian peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM-MDGs) di wilayahnya masing-masing;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
b. Kesejahteraan masyarakat meningkat dengan pelaksanaan PJM Pronangkis berbasis Tridaya dan Peningkatan Kinerja IPM-MDGs c. Pemerintah Daerah bersama masyarakat berhasil mensinergikan dan harmonisasi program Penanggulangan kemiskinan dalam rangka meningkatkan IPM-MDG’s di wilayahnya. PNPM sebagai kebijakan nasional yang berupaya mensinergiskan program-program yang sudah ada dan yang akan diluncurkan. Dengan penekanan kepada mewujudkan peran pemerintah daerah dan instansi lainnya secara nyata, dan senantiasa memacu model pembangunan partisipatif, serta memperkuat kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat dalam penanggulangan kemiskinan. Kemudian, mewujudkan semakin efektifnya capaian manfaat program kepada masyarakat sasaran (khususnya masyarakat miskin), dan terwujudnya PJM Pronangkis yang berbasis Indeks Pembangunan Manusia-Milenium Development Goals.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
KERANGKA PIKIR Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks karena, kemiskinan menyangkut segala sendi kehidupan kehidupan dalam masyarakat. Fakta dilapangan mengatakan kemiskinan dapat terjadi dikarenakan oleh banyak faktor diantaranya adalah ; rendahnya sumber daya manusia yang ada di masyarakat, pendidikan yang tidak memadai dan kurang berpihak kepada masyarakat miskin, pengangguran sempitnya lapangan kerja, penghasilan dan Upah Minimum Kerja yang rendah, Lingkungan rumah yang tidak layak huni, serta pudarnya solidaritas sosial di masyarakat. Dalam pengentasan kemiskinan di wilayah Karanganyar. Pemkab Karanganyar berupaya mengentaskan kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan yaitu dengan mempunyai peran untuk melaksanakan desentralisasi dimana Pemkab bersama masyarakat mempunyai kewenangan mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan sesuai dengan kapasitasnya yaitu dengan mengupayakan pembangunan partisipatif ( pembangunan berbasis masyarakat), selain itu Pemkab juga melakukan pelatihan dalam perencanaan patisipatif, serta meningkatkan kapasitas pengelolaan dan pengendalian Sistem Informasi Manajemen PNPM Perkotaan. Upaya dari Pemkab Karanganyar Pembangunan partisipatif ini harus didukung dengan programprogram pemberdayaan masyarakat salah satunya dengan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan. Akan tetapi Upaya Pemkab Karanganyar dalam pengentasan kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan juga terdapat factor-factor penghambat maupun pendukung. Faktor pendukung diantaranya adalah adanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
orang baik serta dukungan masyarakat maupun stakeholders sedangkan factor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat serta hambatan- hambatan sosialisasi program maupun pembentukan kelembagaan. Upaya yang dilakukan untuk membangun masyarakat miskin yang mandiri dan dapat mengatasi kemiskinan, salah satunya dengan cara pemberian bantuan dana BLM bagi masyarakat miskin untuk kegiatan ekonomi, sosial maupun lingkungan Dengan konsep pemberdayaan masyarakat miskin melalui PNPM Mandiri Perkotaan ini, menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama proyek mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan. Pembentukan institusi lokal yaitu BKM dan KSM ini juga dibentuk atas inisiatif masyarakat sendiri sehingga dengan begitu akan timbul sikap kemandiriian dan kesatuan ras kebersamaan antar kelompok. Dengan demikian, masyarakat akan merasakan kemudahankemudahan setelah mendapatkan bantuan dana BLM ini sehingga dapat meningkatakan kesejahteraannya. PNPM Mandiri Perkotaan sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, melakukan pendampingan proses pembelajaran masyarakat melalui penyadaran kritis agar dapat memecahkan masalah sendiri. Proses perubahan yang diharapkan terjadi adalah dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya dan pada suatu saat akan menjadi masyarakat madani.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Kemiskinan -
Rendahnya Sumber Daya Manusia
-
Pendidikan yang tidak berpihak kepada masyarakat miskin
-
Pengagguran dan sempitnya lapangan kerja
-
Pudarnya Solidaritas masyarakat
-
Lingkungan Rumah yang Tidak layak huni
Upaya Pemkab Karanganyar melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan -
Pembangunan Partisipatif dengan evaluasi dan monitoring
Faktor –faktor pendukung dalam pengentasan kemiskinan - Daya Dukung Masyarakat - Adanya orang peduli terhadap kaum miskin
program -
Perencanaan Partisipatif
-
Meningkatkan Kapasitas pengelolaan dan Pengedalian SIM pada PNPM Mandiri
Faktor –faktor penghambat pengentasan kemiskinan
Perkotaan -
-Sosialisasi program pada media elektronik
Program PNPM Mandiri Perkotaan - Pemberdayaan masyarakat melalui dana BLM - Pembentukan BKM - Pembentukan KSM Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
commit to user
-
Kuranganya kesadaran masyarakat akan adanya PNPM Perkotaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Di dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjang proses penyelidikan suatu permasalahan yang akan dibahas. Penelitian merupakan kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis atau obyektif (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 803). Pengertian metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. (Winarno Surahman, 2004: 131) Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan pengertian metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan masalah yang ada dengan cara mengumpulkan,
menyusun,
serta
menginterpretasikan
data-data
guna
menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian sangat menentukan dalam suatu penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh metode penelitiannya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yakni merupakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang tepat dan utuh tentang suatu gejala. Penelitian deskriptif ini biasanya ditempuh dengan cara memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada. Mula-mula data disusun
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
dan dikumpulkan, dijelaskan kemudian dianalisis. Dimana didalamnya juga terdapat data-data, kata-kata dan gambar (data kualitatif) maupun data angkaangka (data kuantitatif). Ditinjau dari metodenya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Seperti yang disampaikan oleh H.B.Sutopo (2002: 35) yaitu dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angka-angka atau frekuensi.
B. Lokasi Penelitian Penelitian
ini
mengambil
lokasi
di
Pemerintah
Kabupaten
Karanganyar dalam hal ini Bappeda Kabupaten Karanganyar melalui Konsultan
Manajemen
Wilayah/
Korkot PNPM Mandiri
Perkotaan
Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan bahwa Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam hal ini Bappeda Kabupaten Karanganyar melalui Konsultan Manajemen Wilayah PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar merupakan pihak yang memiliki wewenang secara teknis mengurusi dan sebagai pelaksana kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Karanganyar.
C. Sumber Data Lofland
dan
Lofland
dalam
Lexy
J.
Moleong
(2007:157)
mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti arsip,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
dokumen, dan lain-lain. Data yang dikumpulkan terutama merupakan data pokok yaitu data yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti, namun demi kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti maka akan dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari orang-orang yang berhubungan dengan obyek penelitian (informan). Dalam penelitian ini, yang menjadi data primer adalah informasi yang diperoleh dari narasumber. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber disini memiliki posisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberi tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (Sutopo, 2002:50). 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder yang dipakai adalah sumber tertulis seperti arsip, peraturan perundangundangan, dan dokumen-dokumen yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
a. Arsip, surat, dokumen yang berkaitan dengan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan b. Keputusan
Bupati
Karanganyar
Nomor
050/
207
tentang
Pembentukan Tim Koordinasi dan Tim Pelaksana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan c. Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 050/ 211 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Komunitas
Belajar
Perkotaan
Program
Penanggulanggan Kemiskinan di Perkotaan d. Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 050/ 210 Tahun 2012 tentang Penunjukan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan e. SPPB ( Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan) / Pencairan Dana BLM
D. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing teknik tersebut saling melengkapi satu sama lain.
Dalam penelitian
ini,
penulis
menggunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data, yaitu: 1. Wawancara Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Peneliti bertanya langsung kepada responden dalam bentuk wawancara mendalam dengan menggunakan kerangka atau daftar pertanyaan sebagai pedoman mengenai apa yang akan ditanyakan supaya lebih terarah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2010 : 157). 2. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan cara pencatatan dokumen, yaitu informasi yang berupa artikel-artikel, laporan studi yang relevan dengan obyek penelitian, maupun arsip-arsip yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti sebagai bahan acuan. Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Sutopo, 2002:54). Peneliti mengumpulkan dan memahmi data-data yang diperoleh dari dokumen dan arsip sebagai pendukung dan pelengkap data penelitian yang ada di Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar.
E. Teknik Penentuan Informan Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, maka pengambilan sampel lebih selektif dan dengan menggunakan berbagai pertimbangan teoritis, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris dan pertimbangan lain. Oleh karena itu, cara penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara purposive sampling, dimana data dicari dengan bersumber pada orang-orang yang mengetahui permasalahannya. Menurut Sugiyono (2010: 96) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
dengan pertimbangan tertentu. Sampel ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi. Dimana, peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi dan diharapkan mengetahui permasalahan secara mendetail. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan atau narasumber adalah: 1. Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar. 2. Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda Kabupaten Karanganyar. 3. Fasilitator Kecamatan Jaten. 4. BKM Desa Ngringo 5. BKM Desa Sroyo. 6. KSM Desa Ngringo dan KSM Desa Sroyo
F. Validitas Data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Validitas ini merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian (Sutopo, 2002 : 77-78). Validitas data menunjukkan sejauh mana kualitas data dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, untuk mendapatkan validitas data dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah triangulasi. Teknik triangulasi data, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
yang lain di luar data itu untuk keperluan yang lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam hal ini untuk mendapatkan suatu data, tidak hanya diambil dari satu sumber melainkan dari beberapa sumber yang memahami permasalahan dengan maksud untuk mengecek kebenaran data tersebut.
G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis interaktif yaitu model analisis yang memerlukan tiga komponen. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sutopo 2002:91), ketiga komponen tersebut meliputi: 1. Reduksi data Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan (Sutopo, 2002:91-92). Proses ini berlangsung terus selama pelaksanaan riset yang dimulai bahkan sebelum pengumpulan data dilakukan. Reduksi dimulai sewaktu peneliti memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang
digunakan.
Selama
pengumpulan data
berlangsung, reduksi data dapat berupa membuat ringkasan, mengkode, memusatkan tema, membuat batas permasalahan, dan menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung sampai penelitian berakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
2. Sajian data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan (Sutopo, 2002:92). Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung narasinya (Sutopo, 2002:92-93). Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan melihat apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengajarkan suatu analisis ataupun tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut. Penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisi kualitatif yang valid. 3. Penarikan simpulan/ verifikasi Dari awal pengumpulan data, peneliti harus mengerti tentang arti data yang diperoleh dan mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin terjadi, alur sebab-akibat, dan proposisi, pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan dapat dipercaya (Sutopo, 2002:93). Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Dalam model analisis interaktif, ketiga komponen analisis data tersebut berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data sebagai satu siklus yang berlangsung sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Model Analisa Interaktif (H. B. Sutopo, 2002: 96) Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian 1.
Keadaan Geografis a.
Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan kabupaten Sragen di sebelah utara, Propinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Wonogiri dan Sukaharjo di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat. Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 1100 40’’-1100 70’’ Bujur Timur dan 70 28’’ - 70 46’’ Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220-310.
b. Curah Hujan Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2009 adalah 84 hari dengan rata-rata curah 1.151 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret dan terendah pada Bulan Juli. c.
Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 Ha
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
d. Batas-batas Wilayah Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan
: Kabupaten Wonogiri Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat
: Kota Surakarta Kabupaten Boyolali
e.
Letak Daerah Kabupaten Karanganyar terletak antara : 1100 40’ - 1100 70’ Bujur Timur dan 70 28’ - 70 46’ Lintang Selatan
f.
Ketinggian Daerah Ketinggian rata-rata Kabupaten Karanganyar 511 m diatas permukaan laut
2.
Penduduk dan Tenaga Kerja Jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan regritasi tahun 2010 sebesar 815.101 jiwa, yang terdiri dari laki-aki 402.868 jiwa dan perempuan 412.233 jiwa. Dibandingkan tahun 2001, maka terdapat pertambahan
penduduk
sebanyak
11.070
jiwa
atau
mengalami
pertumbuhan sebesar 1,38 %. Perincian penduduk pada tiga kecamatan yang paling banyak dan paling kecil penduduknya adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tabel 4.1 No
Kecamatan
Tiga Kecamatan Dengan Penduduk Terbanyak a. Karanganyar b. Jaten c. Gondangrejo 2 Tiga Kecamatan Dengan Penduduk Terbanyak a. Jenawi b. Ngargoyoso c. Kerjo Sumber : BPS Karanganyar, 2010
Jumlah
Prosentase
70.672 69.315 62.064
8,67 8,14 7,61
26.656 33.574 36.378
3,27 4,12 4,46
1
Dilihat dari golongan umur lima tahunan, maka penduduk Kabupaten Karanganyar masih menyerupai piramida. Penduduk 4 golongan pertama (0-24) menunjukkan adanya kenaikan tetapi golongan selanjutnya (25 dan seterusnya) menunjukkan adanya penurunan. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, rumah tangga juga bertambah. Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 195.761 rumah tangga atau mengalami pertumbuhan 2,59 % dari tahun 2001. Rata-rata banyaknya anggota rumah tangga cenderung turun, dimana pada tahun 2001 sebesar 4,16 jiwa/rumah tangga. Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 kepadatan penduduk Kabupaten
Karanganyar
mencapai
1.053
jiwa/Km2.
Disisi
lain
persebaran penduduk masih belum merata. Kepadatan penduduk di daerah perkotaan secara umum lebih tinggi adalah Kecamatan Colomadu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
yaitu 3.301 jiwa/Km2, dan yang paling rendah adalah Kecamatan Jenawi, yaitu 475 jiwa/Km2. Batas Wilayah, Letak Daerah dan Ketinggian Daerah Kabupaten Karanganyar a.
Batas-batas Wilayah Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan
: Kabupaten Wonogiri Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat
: Kota Surakarta Kabupaten Boyolali
b.
Letak Daerah Kabupaten Karanganyar terletak antara : 1100 40’ - 1100 70’ Bujur Timur dan 70 28’ - 70 46’ Lintang Selatan
c.
Ketinggian Daerah Ketinggian rata-rata Kabupaten Karanganyar 511 m diatas permukaan laut.
B. Upaya PEMKAB Karanganyar dalam Pengentasan Kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat dirancang sebagai gerakan bersama yang terpadu dalam penanggulangan kemiskinan, melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
proses pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakan memerlukan keterlibatan berbagai pihak antara lain ; pemerintah, kelompok dunia usaha, kelompok lalin, dan masyarkat luas. Semua pihak diharapkan dapat menjalankan peran dan tanggungjawabnya dengan baik dalam memampukan masyarakat sebagai pelaku utama PNPM. Perangkat pemerintah khususnya pemerintah daerah didorong untuk mampu mengalihkan peran dari pelaksana menjadi pemampu, dari peran birokrasi menjadi fasilitator atau pendamping warga, dan selalu berorientasi pada masyarakat dengan mengedepankan prakarsa masyarakat. Secara khusus perangkat pemrintah dituntut agar mampu berperan sebagai katalis pembangunan
untuk
mendorong
terjadinya
transformasi
dan
bukan
transplantasi. Melalui peran Pemerintah Daerah yang lebih aktif dan Intensif sebagai pelaksana PNPM – Perkotaan. Maka akan lebih mendorong proses pembelajaran pemrintah daerah dalam hal memahami pendekatan, subtansi konsep dan proses pelaksanaan program penangulangan kemiskinan dengan pola PNPM- Perkotaan, sekaligus juga menjadi sarana upaya membangun pengentasan kemiskinan antara masyarakat serta pemerintah daerah sesuai dengan prinsip dan nilai PNPM- Mandiri Perkotaan. Adapun upaya Pemkab Karanganyar dalam pengentasan kemiskinan adalah sebagai berikut : 1. Pemkab Karanganyar menerapkan kegiatan pembangunan berbasis masyarakat (pembangunan partisipatif), khususnya dalam pengentasan kemiskinan di wilayah Kabupaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Pengertian pembangunan partisipatif itu sendiri adalah sebuah proses penyusunan rencana yang melibatkan seluruh pihak / stakeholders, baik pemerintah, masyarakat, maupun LSM , serta pihak- pihak lain yang berkepentingan dalam proses pembangunan . Seperti yang dikatakan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda, mengatakan bahwa : “Yang dinamakan pembangunan partisipatif berkelanjutan yaitu, pembangunan itu akan berlangsung efektif dan efisien dan tepat sasaran apabila pembangunan itu didukung dan mensinergikan potensi dari tiga pilar yaitu : masyarakat yang dalam hal ini warga miskin, pemerintah, dan kelompok peduli terhadap pengentasan kemiskinan. Jadi PNPM Mandiri Perkotaan ini menggunakan pembangunan partisipatif yang berkelanjutan.” ( Wawancara, 27 Juni 2012)
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan untuk mengoptimalisasikan sinergi berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi hingga pemanfaatan dan pemeliharaan pada wilayah Kabupaten Karanganyar. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda menagatakan bahwa : “Pembangunan partisipatif merupakan pembangunan yang perencanaanya, pelaksanaanya,pemanfaatanya,pemeliharaaanya, dan pengembanganya seluruhnya dilakukakan oleh masyarakat, yang dalam PNPM Mandiri Perkotaan didampingi oleh fasilitator bersama korkot,untuk Pemda itu memfasilitasi dari segi anggaran” ( Wawancara, 27 Juni 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku Korkot PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar, mengatakan bahwa : “Pelaksanaan pembangunan partisipatif PNPM Mandiri Perkotaan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengembangannya semua dilakukan oleh masyarakat, untuk Pemda itu hanya memfasilitasi dari segi anggaran dan melakukan evaluasi serta monitoring program, dimana dalam segi anggaran Pemda memberikan dana sharing untuk pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perkotaan” ( Wawancara, 29 Juni 2012) Melalui
pembelajaran
pembangunan
partisipatif,
Pemkab
Karanganyar diharapkan akan mampu merevisi berbagai kebijakan dan program pengentasan kemiskinan sesuai dengan kondisi dan dinamika masyarakat setempat. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku Korkot PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar : “Disamping melakukan monitoring dan evaluasi Pemkab Karanganyar juga membuat kebijakan yang mendukung program ini diantaranya adalah ; membantu dana operasional BKM, jadi di Kabupaten Karanganyar tiap BKM mendapatkan dana sekitar 4 jutaan, dan yang kedua adalah Pemkab Karanganyar membuat kebijakan- kebijakan yang sinergis dari Pemkab itu ada program, misalnya saja kaitanya dengan kesehatan ada penyuluhanpenyuluhan, nah kegiatan itu ada pada PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan) dan kegiatan tersebut dapat dilaksanakan, dan saling bersinergis. (Wawancara, 29 Juni 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Warni selaku Kepala Sub
Bidang
Pemerintahan,
Kependudukan,
Tenaga
Kerja
dan
Pemberdayaan Masyarakat Bappeda, mengatakan bahwa : “ Kebijakan- kebijakan yang dilakukan Pemkab Karanganyar guna mendukung Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan diantaranya adalah dengan menyediakan anggaran pendampingan dana BLM, menyediakan dana BOP ( Biaya Operasional) untuk tiap BKM, serta membentuk Tim Koordinasi, hal ini sangat bermanfaat sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
tanpa ada pemerintah PNPM Mandiri Pekotaan tidak dapat berjalan dengan baik.” ( Wawancara, 27 Juni 2012) Berdasarkan
pernyataan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
pelaksanaan kegiatan pembangunan partisipatif PNPM Madiri Perkotaan merupakan proses pembangunan oleh, dari, dan untuk masyarakat, masyarakat bukan hanya sebagai obyek pembangunan akan tetapi menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan karena dalam hal ini masalah yang ingin dipecahkan merupakan masalah masyarakat terutama masyarakat miskin dan yang paling tahu kebutuhan masyarakat adalah masyarakat sendiri, maka dari itu masyarakat berkewajiban untuk mensukseskan pembangunan dengan memberikan berbagai dukungan. Stakeholders dalam pembangunan partisipatif perlu dilibatkan, karena partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat akan lebih mempercayai program kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan apabila mereka dilibatkan dalam persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk program kegiatan tersebut dan mempunyai rasa memiliki program kegiaatan tersebut. Jadi dalam pelaksanaan pembangunan partisipatif PNPM Mandiri Perkotaan Pemkab Karanganyar
hanya sebagai fasilitator dalam segi
anggaran, penanggungjawab program yang diwujudkan dalam bentuk Tim Koordinasi, melakukan evaluasi dan monitoring program, disamping itu Pemkab juga membuat kebijakan- kebijakan guna mendukung PNPM Mandiri Perkotaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
2. Pemkab Karanganyar melakukan berbagai kegiatan peningkatan kapasitas, upaya-upaya peningkatan kapasitas
Pemkab Karanganyar dalam
mengelola program penanggulangan kemiskinan antara lain : a. Pelatihan/coaching perencanaan partisipatif. Pelatihan/coaching ini akan dilakukan untuk peningkatan kapasitas Pemkab mengenai perencanaan patisipatif yang berbasis community based development. Termasuk mengembangkan dan melembagakan trainer-trainer dari unsur Pemda melalui TOT ( Training of Trainer) khusus aparat Pemda serta penguatan kapasitas KBP
(Komunitas
Belajar
Perkotaan)
dan
Tim
Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TPKP-D). Dalam melaksanakan proses pelatihan perencanaan partispatif Pemkab Karanganyar berupaya membangun dan memfungsikan TKPK – Daerah. Kunci utama dari upaya penanggulangan kemiskinan dan pembangunan tingkat kota/ kabupaten adalah terbangun serta melembanganya jaringan komunikasi, koordinasi dan kerjasama antara ketiga pilar pembangunan setempat yaitu pemerintah kota/ kabupaten, masyarakat dan kelompok peduli (LSM, Swasta, Perguruan Tinggi, Ulama, Pers, dll). Salah satu upaya strategis yang dapat mendorong pada terwujudnya forum di tingkat kota/ kabupaten tersebut adalah mendorong proses penguatan serta peningkatan kapasitas peran dan fungsi dari Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPK –D).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Dalam hal ini, TKPK- D selain didorong untuk mampu mengapresiasi dan mengakomodasi aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam rangka terciptanya pada pembangunan partisipatif pada wilayah Karanganyar ( participatory development), juga diharapkan mampu merumuskan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) dan Pronangkis di wilayah Karanganyar secara transparan, partispatif, demokratis, akuntabel sebagai pelaksanaan kebijakan maupun kegiatan- kegiatan pengentasan
kemiskinan
di
wilayah
kabupaten
Karanganyar.
Kedudukan, peran dan fungsi TKPK- D seperti tersebut hanya dapat dicapai apabila TKPK- D benar- benar mengakar, terbuka, berpihak kepada masyarakat miskin ( Pro Poor) dan dikelola dengan menerpakan prinsip pengelolaan pelayanan public yang baik ( good governance). Tidak mungkin TKPK- D mampu mengakar dan diakui memiliki peran dan fungsi yang memadai apabila TKPK- D dimaksud tidak lebih hanya merupakan forum yang tidak inklusif, instan, formalitas, birokratis, administratis serta mekanitis. Oleh karena itu, perlu didorong agar proses kerja TKPK-D dapat benar- benar dilandasi nilai- nilai universal kemanusiaan serta prinsip- prinsip universal kemasyarakatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar mengatakan bahwa : “Kedudukan peran dan fungsi TKPK-D haruslah benar- benar mengakar dan terbuka yang dalam hal ini berpihak kepada masyarakat miskin dan dalam pengelolaanya harus menerapkan prinsip- prinsip pegelolaan pelayanan public yang baik.” ( Wawancara, 29 Juni 2012)
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda mengatakan bahwa :
“Dalam merumuskan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) dan Pronangkis di wilayah Karanganyar TPKP-D haruslah lebih transparan, partispatif, demokratis, akuntabel sebagai pelaksanaan kebijakan maupun kegiatan- kegiatan pengentasan kemiskinan dan benar-benar berpihak kepada masyarakat miskin, karena konsep dari PNPM Mandiri Perkotaan itu sendiri adalah membangkitkan nilainilai luhur serta prinsip- prinsip universal kemasyarakatan.” (Wawancara, 27 Juni 2012)
Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedudukan, fungsi dan peran TKPK- D sangatlah penting dalam proses perencanaan partispatif PNPM Mandiri Perkotaan, dimana dalam merumuskan kebijakan haruslah pro poor atau berpihak kepada masyarakat miskin dan secara transparan, partispatif, demokratis, akuntabel sebagai pelaksanaan kebijakan maupun kegiatan- kegiatan pengentasan kemiskinan di wilayah kabupaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
TKPK- D sebagai penggerak Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), proses membangun memperkuat, dan memumbuhkembangkan TKPK- D secara organik dengan dilandasi, kebutuhan serta kepentingan bersama, semua pihak wilayah Kabupaten Karanganyar dapat diwujudkan dengan memperkuat peran seta fungsi TKPK- D sebagai pusat pembelajaran ( learning center) masalah- maslah kemiskinan dan penanggulanganya. Sehingga salah satu peran TKPKD yang perlu didorong selain merumuskan dokumen SPK- D dan Pronangkis Kabupaten Karanganyar adalah sebagi motor penggerak KBP (Komunitas Belajar Perkotaan). Melalui PNPM- Perkotaan, peran serta fungsi learning center TKPK- D secara konkret akan dilakukan dengan mendorong KBP untuk memantau dan terlibat secara langsung dengan proses pembelajaran prinsip- prinsip dan nilai PNPM Mandiri Perkotaan serta penumbuhan kesadaran kritis masyarakat yang belangsung di tingkat kelurahan, kajian lapang, refleksi kebijakan, kunjungan lapang, dialog dengan masyarakat, dll. Pelaksanakan strategi pendampingan untuk mengedepankan peran daerah dan penguatan TKPK- D setempat akan difasilitasi KMW (Konsultan Manajemen Wilayah, khusunya koordinator kota, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
diharapakan
dapat
dilaksanakan
parsial
dengan
kegiatan
pengembangan masyarakat yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator. 3. Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengendalian Sistem Informasi Manajemen ( SIM) PNPM Mandiri Perkotaan. Peningkatan kapasitas SIM berbasis website di tingkat Kabupaten Karanganyar ini bertujuan agar Pemkab dapat mengelola, mengendalikan serta memantau seluruh perkembangan kegiatan PNPM
Mandiri
Perkotaan di wilayahnya secara transparan dan akuntabel. Untuk meningkatkan peran Pemkab dalam membangun SIM ini perlu disiapkan sumber daya yang secara khusus menangani SIM. Seperti yang dikatakan oleh
Ibu
Suwarni
selaku
Kepala
Sub
Bidang
Pemerintahan,
Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda, mengatakan bahwa : “ Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengendalian SIM memang perlu disiapkan sumberdaya, kita memang sekarang sistemnya sudah memakai SIM, jadi menerima informasi baik dari pusat maupun provinsi itu, wiss lewat website atau email, ada dua jalur sih sebetulnya; mekanisme yang birokratis lewat prosedur pemerintah, dan secara langsung lewat website atau email, itu memang untuk mempercepat mekanismenya.” ( Wawancara, 27 Juni 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sugeng Korkot PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar, mengatakan bahwa : “Di Pemkab Karanganyar ada SIM namanya E- Mon yaitu elektronik monitoring, ya jadi dalam hal ini Pemkab sudah menggunakan website atau email dalam menerima informasi, itu yang mengerjakan Sat- Ker dan kebetulan Sat-Ker nya ada di PU ( Pekerjaan Umum). Jadi disana menginput data dari seluruh BKM di Kabupaten Karanganyar, besaranya berapa, untuk kegiatan apa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
saja, dan itu di break down lagi per KSM, disamping menginput itu mencatat juga hasil swadaya masyarakat, foto- foto kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dari 0 %, 50 % sampai 100 %, selain itu juga membuat GPS jadi itu data dimasukan, dikirim, diinput,dimasukan web,sehingga dari pusat bisa melihat seluruh kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Karaganyar melalui Sat- Ker.” ( Wawancara, 29 Juni 2012) Dengan adanya SIM ini diharapkan pelaksanaan aliran dana pada tiap- tiap BKM dapat berjalan secara transparan dan akuntabel yaitu dengan sistem mentransfer dana ke rekening tiap-tiap BKM dan masing- masing BKM membuat SPPB ( Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda, mengatakan bahwa : “Pelaksanaan aliran dana PNPM Mandiri Perkotaan sangatlah transparan, dana PNPM Mandiri Perkotaan langsung di transfer ke masing- masing BKM dan bisa dijamin sampai sasaran karena hal itu akan tertuang pada SPPB ( Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan) mengenai pencairan dana BLM karena SIM juga berfungsi sebagai pengendali BLM.” ( Wawancara, 27 Juli 2012)
Sistem Informasi Manajemen juga berfungsi sebagai laporan bulanan atau Quick Status ( Qs) laporan tiap minggu hal ini untuk menetapkan criteria untuk kinerja memuaskan dan kinerja minimal yang transparan dan mudah diukur oleh UPK, Program Management Unit dan PNPM Mandiri Perkotaan. Indikator utama untuk melihat kinerja pinjaman dana bergulir yang dijalankan mencapai criteria memuaskan; peminjam berisiko ( LAR) < 10%, Pinjaman beresiko (
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
PAR) < 10%, Ratio pendapatan biaya ( Ccr) > 125% dan hasil investasi ( Rol) > 10% Hal ini seperti yang dikemukakan oleh oleh Bapak Sugeng Korkot
PNPM
Mandiri
Perkotaan
Kabupaten
Karanganyar,
mengatakan bahwa : “Sistem Informasi Manajemen juga bisa digunakan untuk membuat laporan tiap bulan atau bahkan tiap minggu ( Qs), dimana dalam hal ini untuk menetapkan kinerja memuaskan dan kinerja minimal pinjaman dana bergulir yang transparan dengan menggunakan Indeks LAR, PAR, Ccr, dan Rol. Dimana ditandai dengan warna hijau yang berarti menujunkan kinerja yang bagus, kuning memadai sedangkan merah tidak baik.” ( Wawancara, 27 Juli 2012) Jadi dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengendalian SIM sangat diperlukan oleh Pemkab Karanganyar karena dengan menggunakan SIM mekanisme penerimaan informasi lebih cepat dan semua kegiataan PNPM Mandiri Perkotaan dapat berjalan secara transparan akuntabel , serta dengan adanya Sistem Informasi Manajemen ini segala bentuk tindak penyimpangan dapat diminalisir. Dalam peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengedalian SIM (Sistem Informasi Manajemen) PNPM Mandiri Perkotaan Pemkab Karanganyar membuat manajemen pengaduan diantaranya adalah : a. Pembentukan pengeloalaan pengaduan masyarakat (PPM) Konsultan Manajemen Pusat ( KMP) wajib membangun dan memfasilitasi jaringan pengelolaan pengaduan masyarakat ( PPM) di semua wilayah kerja, pusat, daerah dan masyarakat komunitas,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
yang masing- masing bekerja secara independen dalam suatu jejaring
pengaduan
masyarakat.
Untuk
itu,
KMP
wajib
bekerjasama dengan semua pihak peduli termasuk para pemangku kepentingan ( stakeholders) baik pemerintah maupun non pemerintah dalam rangka membangun simpul- simpul jaringan pengaduan masyarakat di tiap wilayah kerja PNPM Mandiri Perkotaan (pusat, daerah, dan masyarakat ). Simpul- simpul jaringan tersebut diharapkan akan membentuk PPM- PPM dan akan tetap berfungsi secara berkelanjutan, sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam mengawal pembangunan. b. Penyampaian dan penerimaan pengaduan serta keluhan Pengaduan dan keluhan dapat berasal dari perorangan atau kelompok masyarakat . Untuk memudahakan penyampaian pengaduan, maka pengaduan dapat disampaikan ke unit pengaduan masyarakat (UPM) terdekat. Penyampaian dapat dilakukan berbagai cara : lisan, surat kotak pos, fax, telepon bebas pulsa, sms, email dan sebagainya. Walaupun pada tiap tingkatan pelaku program dikembangkan unit pengaduan, akan tetapi yang paling strategis adalah memusatkan pengelolaan pengaduan di tingkat masyarakat atau LKM, hal ini untuk menjamin kesinambungan program setelah program selesai. Pencatatan pengaduan dan keluhan pada tiap UPM ( Unit Pengaduan Masyarakat) harus dilakukan pada saat penerimaan. Hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
ini dilakukan untuk memudahkan pelaporan dan penanganan penyelesaian pengaduan. Untuk memudahkan penaganan perlu dikembangkan klasifikasi maslah yang bersifat standard an terkait dengan Sistem Informasi Manajemen ( SIM). Sebagai contoh jenis pengaduan dapat dikelompokan dalam kategori : penyimpangan dana, intervensi negative, perubahan kebijakan, kode etik, force majeur dan lainnya. c. Penyelesaian pengaduan Pada menandakan
dasarnya
adanya
pengaduan
dari
masyarakat
ketidakpuaasan dan sengketa antara masyarakat
dengan pelaku program baik itu sengketa horizontal maupun vertical. Artinya penyelesaiaan pengaduan juga mengacu pada proses penyelesaian sengketa. Sebetulnya yang paling baik adalah penyelesaain sengketa dengan cara musyawarah dan mufakat. Namun kenyataannya upaya penyelesaian sengketa dengan cara ini tidak selalu terjadi dengan mudah, sehingga diperlukan campur tangan pihak ketiga. Untuk itu berbagai cara lain yang juga dapat dipakai untuk penyelesaain pengaduan adalah melalui arbitase dan hukum. d. Penyelesaiaan secara hukum Proses penyelesaain secara hukum untuk pengaduan tentang ketidakpuasan maupun sengketa antara masyarakat dengan pelaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
program, baik itu sengketa horizontal maupun vertical, dapat dilakukan dalam hal : 1) Sengketa
tidak
dapat
didamaikan
melalui
mekanisme
penanganan pengaduan yang disiapkan di PNPM Mandiri Perkotaan Pada dasarnya penanganan pengaduan dilakukan melalui proses Investigasi. Konfirmasi, rekomendasi, informasi. Hasil investigasi yang dilakukan oleh UPM harus dikonfirmasikan kepada pihak terkait yang tepat. Selajutbya dari hasil konfirmasi, UPM membuat re3komendasi kepada pihak yang berwenang menagani masalahnya. Untuk PNPM Mandiri Perkotaan, maka LKM
adalah
lembaga
yang
paling
banyak
mendapatkan
rekomendasi untuk menyelesaikan masalahnya. 4. Pemkab Karanganyar meningkatkan kapasitas pengelolaan pengaduan masyarakat ( PPM). Pemkab harus membangun media pengaduan masyarakat untuk menampung berbagai keluhan masyarakat. Tujuannya adalah agar terbangun kontrol sosial warga dalam memonitor seluruh pelaksanaan kegiatan sehingga segala bentuk penyimpangan dapat dikurangi serta diantisipasi
lebih
dini
oleh
Pemkab
dan
masyarakat
sendiri.
Pengembangan PPM ini tidak cukup hanya dibangun/dikembangkan akan tetapi yang lebih strategis adalah mengembangkan PPM pada tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
masyarakat kelurahan yang dimotori LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Pengaduan pada dasarnya merupakan aspirasi, keluhan ataupun ketidakpuasan
terhadap
implementasi
PNPM
Mandiri
Perkotaan.
Pengaduan dapat disampaikan dalam bentuk lisan maupun tertulis, baik ke dalam pelaku PNPM Mandiri Perkotaan, media masa dll. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sugeng selaku Korkot PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar mengatakan bahwa : “ Terkait dengan pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM menyangkut aspirasi, keluhan atau ketidakpuasan program PNPM Mandiri Perkotaan yang semuanya dikelola oleh PPM. Dan ini PPM selain Pemkab juga punya, masing- masing BKM juga punya disitu terdapat kotak pengaduaanya, jadi masyarakat bisa langsung ke BKM atau korkot, atau ke Pemda. Pengaduan tersebut tujuannya adalah dalam rangka fungsi kontrol masyarakat terhadap Pelaksanaan PNPM, jadi kalau ada permasalahan,penyimpangan dari pegaduan tersebut segera ditindaklanjuti untuk diluruskan.( Wawancara, 29 Juni 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Suwarni Kepala Sub Bidang
Pemerintahan,
Kependudukan,
Tenaga
Kerja,
dan
Pemberdayaan Masyarakat Bappeda, mengatakan bahwa : “Dalam pengembangan PPM ini tidak cukup hanya dibangun/dikembangkan akan tetapi yang lebih strategis adalah mengembangkan PPM pada tingkat masyarakat kelurahan yang dimotori LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat), sehingga dengan adanya Pengelolaan Pengaduan Masyarakat atau PPM masyarakat bisa melaporkan permasalahan atau penyimpangan yang ada pada tingkat yang paling basis yaitu BKM, Faskel, Korkot, atau langsung ke Pemda untuk segera ditindak lanjuti.” (Wawancara, 27 Juni 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Sistem penanganan pengaduan di PNPM Mandiri Perkotaan di dasarkan pada prinsip sebagai berikut : a. Kemudahan, Pengaduan kepada siapapun dan darimanapun harus mudah untuk disampaikan. Untukn itu pengadu dapat menyampaikan pengaduan baik pada PPM ( Pengelolaan Pengaduan Masyarakat) temapat keberedaan pengadu maupun kepada PPM yang ada di seluruh tingkat, dengan menggunakan media- media yang diinginkan. Media pengaduan dapat berupa lisan, tertulis, telepon, sms, website dan media lain yang dapat dipergunakan. Demikian juga keberadan PPM di seluruh tingkatan harus diketahui oleh masyarkat dan pihak- pihak yang berkepentingan. b. Cepat, Tepat dan Tanggap, Pengaduan sedapat mungkin dapat di selesaikan di setiap tingkat PPM asal pengadu. Hal ini dimaksudkan agar penanganan pengaduan dapat ditangani dengan cepat, tepat dan menguntungkan semua pihak. Disamping itu apabila pengaduan dapat diselesaikan di setiap PPM bersangkutan, dapat menjadi media pembelajaran dan pemberdayaan bagi seluruh pihak di level bersangkutan. Namun demikian, apabila pengaduan tersebut tidak dapat dikelola oleh PPM bersangkutan karena keterbatasan otoritas penaganan di tingkat PPM yang bersangkutan, maka pengaduan harus segera disampaikan pada PPM di tingkat yang lebih tinggi. Untuk mekanisme dan prosedur penaganan pengaduan harus jelas dan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
di implementasikan di seluruh tingkatan. Apabila PPM tingkat kelurahan/ desa tidak mampu untuk menangani pengaduan, maka secepat mungkin sampaikan kepada PPM di tingkat yang lebih tinggi dan saterusnya. c. PPM ditingkat yang lebih tinggi harus segera menangani pengaduan yang berasal dari PPM bawahnya dan segera menyampaikan informasi penaganan serta hasil pengaduan kepada pengadu dan pihak lain yang berkepentingan. d. Penyampaian informasi kemajuan/ status penanganan pengaduan, kepada pengadu atau pihak lain yang berkepentingan atau sangat penting dilakukan. Hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ( atau kegiatan pembangunan lainnya), pelaku PNPM Mandiri perkotaan maupun keberadaan PPM sendiri. Untuk itu peningkatan pengaduan haruslah tuntas dan memberikan jawaban yang tepat atas persoalan/ masalah yang diadukan. Berdasarkan pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan PPM sangatlah diharuskan dengan adanya PPM ini masyarakat dan Pemkab sama-sama bisa mengontrol dan memonitor seluruh kegiatan dari PNPM Mandiri Perkotaan itu sendiri sehingga segala bentuk permasalahan dan penyimpangan di masyarakat dapat segera diatasi dengan cepat karena prinsip dari penanganan pengaduan tersebut adalah kemudahan, cepat tepat dan tanggap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Upaya lain yang dilakukan oleh Pemkab Karanganyar dalam hal sosialisasi mengenai PNPM Mandiri Perkotaan yaitu dengan cara melakukan sosialisasi melalui radio, atau talk show. Pada radio Pemkab Karanganyar menggunakan Radio Swiba yang dijadwalkan tiap hari Rabu dan menggunakan media televise yaitu melalui TATV Solo. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda, mengatakan bahwa : “Dukungan atau upaya yang dilakukan oleh Pemkab Karanganyar dalam pelaksanaan sosialisasi PNPM Mandiri Perkotaan yaitu dengan melalui Radio Swiba yang dijadwalkan tiap hari Rabu dan media Televisi yaitu melalui TATV, selain itu Pemkab Karanganyar juga mempersiapkan strategi alih kelola, karena tidak selamanya PNPM Mandiri Perkotaan disuplai oleh anggaran APBN secara terus menerus.” ( Wawancara., 27 Juli 2012)
C. PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Jaten PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk memecahkan masalah kemiskinan yang merupakan pengembangan dari P2KP ( Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) untuk kecamatan Jaten sendiri dimulai sejak tahun pertama yaitu 2005 yang dulu bernama P2KP dan sekarang berubah menjadi PNPM Mandiri Perkotaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
1. Badan Keswadayaan Masyarakat PNPM
Mandiri
Perkotaan
di
Kecamatan
Jaten
dalam
pelaksanaannya mempunyai suatu organisasi yang bernama BKM ( Badan Keswadayaan Masyarakat) adalah lembaga pimpinan kolektif dari himpunan warga masyarakat setempat ( Kelurahan) yang anggotaanggotanya dipilih berdasarkan criteria kemanusiaan bukan perwakilan golongan sehingga memungkinkan berperan serta penuh sebagai pemimpin masyarakat. BKM bertindak dalam memfasilitasi peran serta atau partisipasi yang tumbuh dari bawah. Anggota BKM berjumlah 13 orang yang merupakan perwakilan dari tiap RW per desa. BKM juga memiliki wewenang dalam pembentukan unit- unit (UP) yang akan berperan sebagai kaki tangan BKM. Unit- unit pengelola tersebut antara lain Unit Pengelola Lingkungan ( UPL), Unit Pengelola Sosial ( UPS), Unit Pengelola Ekonomi ( UPK). Dalam proses kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan ini tiap- tiap BKM mendapat ( Biaya Operasional Pelaksanaan) sebesar 5% dari dana alokasi PNPM Mandiri Perkotaan. BOP ini digunakan untuk biaya kesektariatan, administrasi, konsumsi untuk rapat, serta komunikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi BKM dapat dilihat pada bagan dibawah ini : Gambar 4. 1 BKM Sekretariat
UPS
UPL
UPK
KSM/ Panitia
KSM/ Panitia
KSM
LKM
Sumber : Korkot PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar Keterangan : : Garis perintah : Garis Fasiltiasi : Garis Kemitraan Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Jaten, BKM membentuk unit- unit pengelola yaitu UPS, UPL, dan UPK. Anggota- anggota BKM tidak diperkenakan merangkap menjadi pengelola dari unit - unit tersebut. Unit- unit pengelola tersebut dipimpin oleh seorang manajer dan staff sesuai kebutuhan yang dipilih tiap RW. Kecamatan Jaten sendiri terdiri dari 8 desa yaitu; Desa Brujul, Desa Dagen, Desa Jaten, Desa Jati, Desa Jetis, Desa Ngringo, Desa Sroyo, dan Desa Suruhkalang. Untuk pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Kecamatan Jaten secara umum pelaksanaannya bagus akan tetapi pelaksanaanya perlu dievalusasi lagi mengenai sasaranya. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Bapak Sugeng selaku Korkot PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar mengatakan bahwa : “ Secara Umum pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Jaten bagus, akan tetapi pelaksanaanya perlu dievaluasi lagi mengenai ketepatan sasaranya. Pada Kecamatan Jaten sendiri terdapat 2 desa yang pelaksanaanya PNPM Mandiri Perkotaanya mendapat predikat baik dan buruk yang paling baik yaitu Desa Sroyo dan yang paling buruk adalah Desa Ngringo untuk tahun 2011.” ( Wawancara, 24 Mei 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Suwardi selaku Koordinator BKM Ngringo mengatakan bahwa : “ Untuk tahun 2011 sampai sekarang ini Ngringgo memang mendapat rapor merah dari Korkot hal ini terjadi karena pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Ngringo untuk saat ini sangatlah buruk hal ini terjadi pada anggota BKM sendiri yang kurang aktif serta masyarakat yang heterogen yang kurang memahami inti dari PNPM Mandiri Perkotaan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pengembalian kegiatan ekolir serta notabenya masyarakat perkotaan yang masih sangat inividualis.” ( Wawancara, 5 Juli 2012) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Jaten secara umum sudah bagus, akan tetapi mengenai ketepatan sasaranya masih dievalusi. Dalam hal ini Desa Ngringo mendapatkan penilaian yang sangat buruk dari Korkot sedangkan Desa Sroyo mendapatkan predikat terbaik dalam pelaknaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Jaten, untuk itu peneliti tertarik untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
meneliti dua desa yang berada di Kecamatan Jaten ini yaitu Desa Sroyo dan Desa Ngringo. Pemberdayaan masyarakat miskin melalui program PNPM Mandiri Perkotaan. Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang selalu dihadapi oleh setiap negara termasuk Indonesia. Kemiskinan akan selalu ada, maka dari itu berbagai upaya untuk menanggulanginya selalu dilakukan pemerintah untuk menekan jumlahnya. PNPM- P2KP merupakan program pemberdayaan masyarakat unutk memecahkan masalah kemiskinan yang merupakan pengembangan dari P2KP ( Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ). Pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan sudah saatnya mendapat perhatian khusus, karena pembangunan dari dalam diri masyarakat miskin itu sendiri yang sebenarnya diperlukan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Maksudnya, yaitu membangun potensi- potensi yang ada di dalam diri masyarakat dengan menggunakan strategi dan pendekatan yang efektif sehingga menimbulkan kepercayaan diri dan membangkitkan kekuatan baru untuk bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran diri masyarakat tehadap
nilai-
nilai
universal
kemanusian,
nilai-
nilai
sosial
kemasyarakatan dan prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan kokoh membangun masyarakat mandiri dan sejahtera. Wujud pemberdayan masyarakat melalui program PNPM Mandiri Perkotaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
adalah pemberian dana BLM yang digunakan untuk kegiatan sosial, lingkungan, dan ekolir atau kegiatan pemberian pinjaman dana bergulir untuk modal usaha produktif di Kecamatan Jaten, yang semuanya diserahkan kepada masyarakat, jadi masyarakat inisiatif untuk membentuk KSM, menyusun proposal, serta membentuk BKM dan memanfaatkan dan tersebut sebaik- baiknya. Pembahasan mengenai pelaksanaan PNPM- P2KP di Kecamatan Jaten dibagi menjadi empat bagian : a. Pertama, pembahasan mengenai pengembangan institusi local. b. Kedua, pembahasan mengenai kegiatan- kegiatan pemberdayaan yang dilakukan. c. Ketiga, pembahasan mengenai factor- factor pendukung dalam pengentasan kemiskinan. d. Keempat, pembahasan mengenai factor- factor penghambat dalam pengentasan kemiskinan.
D. Pengembangan Institusi Lokal 1. Pembentukan BKM BKM adalah lembaga pimpinan kolektif yang representative, mengakar dan dapat dipercaya oleh masyarakat dalam mengemban amanah untuk pengentasan kemiskinan di wilayahnya. BKM merupakan sebuah organisasi yang mengelola PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan. Pengurus BKM merupakan pemegang amanah dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
mengelola kegiatan sehari hari khususnya di bidang organisasi, manajemen, keuangan dengan di damping fasilitator kelurahan ( faskel) dan kader masyarakat atau ( relawan ) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, khusunya kepada KSM- KSM. BKM ini juga merupakan wadah organisasi untuk melakukan penggodokan atau aspirasi yang muncul dalam masyarakat yang merupakan pelaku utam PNPM Mandiri Perkotaan, jadi BKM memanage program- program yang merupakan aspirasi dari bawah. Dalam
hal
ini
pembentukan
BKM
dilaksanakan
melalui
serangkaian proses kegiatan yang berlandaskan pada kesadaran kritis masyarakat bahwa BKM sebagai organisasi warga masyarakat yang terbentuk berdasarkanpada kesepakatan- kesepakatan bersama yang diputuskan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Tujuan utama terbentuknya BKM adalah
melakukan suatu pemberdayaan
masyarakat miskin agar mengerti dan paham mengenai berorganisasi, dan bisa mengubah pola pikir
yang apatis menjadi kritis sehingga bisa
mengkritisi atas segala kebijakan yang dijalankan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ibu Lena ( Faskel Kecamatan Jaten) bahwa : “ BKM ini mempunyai tujuan utama melakukan pemberdayaan masyarakat miskin, supaya mereka tahu bagaimana berorganisasi dan mengubah pola pikir apatis menjadi pola pikir kritis sehingga bisa mengkritisi setiap program yang dijalankan “ ( wawancara 19 Juni 2012 )
Terbentuknya BKM di seluruh Kecamatan Jaten semuanya diawali dengan proses sosialisasi melalui pertemuan- pertemuan baik tingkat desa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
maupun tingkat dusun yang dilakukan oleh faskel, relawan, dan dibantu oleh aparat pemerintah desa. Hal tersebut bertujuan supaya PNPM Mandiri Perkotaan dikenal oleh masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Kato selaku Koordinator BKM Desa Sroyo bahwa : “ Berdirinya BKM ini diawali dengan proses sosialisasi melalui pertemuan- pertemuan tingkat desa maupun dusun hal ini bertujaan agar PNPM Mandiri Perkotaan ini dipahami dan diketahui oleh masyarakat luas “ ( wawancara, 1 Juni 2012 ) Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Suwardi selaku Koordinator BKM Ngringo bahwa : “Awal mula dari berdirinya BKM itu diawali dengan proses sosilisasi melalui pertemuan- pertemuan tingkat basis masyarakat sampai pertemuan tingkat desa hal ini dilakukan supaya masyarakat luas paham dan mengetahui inti dari Program PNPM Mandiri Perkotaan yang bagus tetapi cukup rumit.” ( Wawancara, 5 Juli 2012) Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses awal berdirinya BKM itu adalah sosialisasi kepada masyarakat luas agar masyarakat mengetahui dan memahami PNPM Mandiri Perkotaan ini yang bisa dikatakan program yang sangat bagus akan tetapi mempunyai alur dan prosedur yang cukup rumit. Untuk pertemuan di tingkat desa, faskel bersama relawan memberikan sosialisasi melalui diskusi kelompok terarah mengenai organisasi masyarakat dan perlunya lembaga atau institusi kepemimpinan kolektif yang mengakar, dari sini mulai dikenalkan mengenai BKM. Berangkat dari pertemuan tingkat desa tersebut, kemudian dilakukan serangkaian rembug warga mulai dari tingkat RT, RW, atau dusun yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
ada di seluruh Kecamatan Jaten. Dari hasil pertemuan- pertemuan di tingkat RT dan RW itu. Kemudian di ambil kesepakatan tentang perlunya BKM sebagai intitusi local untuk mewakili masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan. Setelah disepakati untuk membentuk BKM, kemudian dilakukan secara berjenjang dari tingkat RT, RW ( dusun ) dan kelurahan. Dari tiap RT mengirimkan 5-7 orang terpilih yang memenuhi kriteria yang telah disepakati oleh masyarakat itu sendiri. Setelah itu, dari perwakilan warga RT yang terpilih tyersebut kemudian dikumpulkan unutk dipilih di tingkat RW ( Dusun). Pada Kecamatan Jaten kesepakatan jumlah perwakilan warga RW yang nantinya akan maju ke tingkat kelurahan pada tiap- tiap desa adalah 23 orang. Kemudian dilakukan pemilihan dengan cara menuliskan nama- nama tersebut di atas kertas secara rahasia dan tertutup, tanpa kampanye dan tanpa upaya mempengaruhi atau rekayasa untuk memilih orang tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk member peluang bagi masyarakat, khususya masyarakat miskin untuk menentukan pilihanya secara bebas berdasarkan criteria yang telah ditetapkan masyarakat itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Ibu Lena ( Faskel Kecamatan Jaten ) bahwa : “ Anggota BKM dipilih secara rahasia, tanpa pencalonan, tanpa kampanye, dan tanpa usaha untuk mempengaruhi untuk memilih orang tertentu. Hal ini bertujuan supaya masyarakat bisa menentukan dan memilih calonnya sendiri sesuai criteria yang mereka inginkan” ( Wawancara 19 Juni 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Setelah melalui proses pemilihan akhirnya terpilih 13 anggota BKM yang nantinya akan melakukan kegiatan pelaksanaan dan pengelolan PNPM Mandiri Perkotaan ini. BKM ini terbentuk pada tanggal 12 Desember 2005. Dari 13 anggota BKM terpilih ini 50 % diantaranya merupakan relawan yang sebelumnya telah ikut membantu faskel dalam sosialiasi PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Ibu Warih ( Manager UPK BKM desa Sroyo ) bahwa : “Hampir 50% dari keseluruhan anggota yang terpilih tersebut sebelumnya adalah relawan, saya dulunya juga mantan relawan, dan juga ikut membantu faskel dalam sosialiasi dan pendampingan masyarakat dalam PNPM- P2KP ini “ ( Wawancara 1 Juni 2012 )
Setelah BKM terbentuk, maka anggota- anggota BKM yang terpilih berkumpul untuk memilih koordinator dan sekretaris . Koordinator tersebut bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan setiap pertemuanpertemuan dengan anggota- anggota BKM
lainnya untuk membahas
kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan nantinya. Meskipun anggotaanggota BKM tersebut merupakan perwakilan dari tiap- tiap RW atau dusun, tetapi dalam tugasnya setiap keputusan yang diambil oleh mereka harus mewakili masyarakat secara keseluruhan. Pertemuan- pertemuan awal yang dilakukan oleh BKM mempunyai angenda yaitu melakukan penjadwalan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kegiatan Tridaya ( Sosial, Lingkungan,
dan Ekonomi).
Pertemuan rutin tersebut dilakukan setiap minggu, bahkan di awal- awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
BKM terbentuk pertemuan rutin dilakukan sampai 2 atau 3 kali dalam seminggu. Sebagai pelaksana kegiatan dan keputusan yang telah ditetapkan oleh BKM untuk mempertahankan kelanjutan proses belajar masyarakat. BKM membentuk unit- unit pelaksana kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yang terdiri dar Unit Pengelola Lingkungan ( UPL), Unit Pengelola Sosial ( UPS) , dan Unit Pengelola Keuangan ( UPK) . Koordinator tiap- tiap unit tersebut akan dipimpin oleh seorang manajer. Untuk menduduki jabatan di tiap- tiap unit tersebut melakukan rekruitmen, dengan mekanisme pembentukan sebagai berikut : a. Rapat anggota BKM untuk mendapatkan kriteria b. Sosialisasi hasil keputusan rapat anggota BKM tentang kriteria dan syarat-syarat calon personil. c. Seleksi administrative. d. Seleksi teknis pada seluruh calon e. Penetapan UPL, UPS, dan UPK oleh BKM. f. Sosialiasasi kepada masyarakat kelurahan atau desa tentang namanama personil UPK, UPS, dan UPK Setelah melalui tahapan pembentukan dengan seleksi tersebut akhirnya terpilih 3 orang untuk menjabat sebagai manajer tiap- tiap unit pengelola, sehingga kepenggurusan BKM desa Sroyo adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Tabel 4.2 Struktur Organisasi BKM Desa Sroyo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama L/P Pendidikan Drs. SUKATTO L Sarjana NURHIDAYATI S.Ag P Sarjana MENIK S L SLTA ATIK KOMSIAWATI SE P Sarjana INDAH HARTINI P D3 SABAROH L SLTA SUWARNO L SLTA SUNARTO L SLTA KRT PURWADI HS.SE L Sarjana
10 11 12 13
ADMIN SRI SURYANTO SPd. MUZAINI Sag. FREDI
Jabatan Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
1 2 3 4
L D3 L S1 L S1 L SLTP UNIT PELAKSANA SRI RAHAYUNINGSIH L SLTA WARIH PRATIWI P SLTA MULYONO L SLTA SUKIRMAN L SLTA
Alamat Sroyo 03/9 Karangasem Ngledok Sroyo 04/ 9 Sroyo 06/10 Dalon Beluk Bantar Grumbul sawit Dalon Sroyo Kasak Tundungan
Sekretaris UPK UPS UPL
Sroyo 03/9 Kasak Beluk Dalon
1 2
JAYADI SE TATAG SUBAGYO
K. KBK K.Relawan
Kasak Sroyo
L L
SI SLTA
Peran BKM dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagi berikut : Pertama, sebagai pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan dan sekaligus sebagai pengelola dana PNPM Mandiri Perkotaan dengan membentuk unit pengelolanya (UPK, UPL, UPS ) Kedua, sebagai penilai dan pemberi persetujan atau permohonan dana bantuan untuk kegiatan usaha.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Ketiga, mengkoordinasikan rencana- rencana baik dalam kegiatankegiatan usaha ekonomi maupun rencana- rencana dalam usaha perbaikan sarana dan prasarana lingkungan yang menunjang kegiatan ekonomi produktif, serta juga kegiatan social kemanusiaan. Keempat, memberikan bimbingan dan pendampingan kepada kelompok- kelompok swadaya masyarakat ( KSM) yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak Kato Koordinator BKM Desa Sroyo bahwa : “BKM mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Perkotaan ini, BKM bertugas untuk membantu meningkatkan usaha KSM melalui berbagai bimbingan, pelatihan, pendampingan kepada masyarakat untuk membangun potensi diri yang ada melalui nilai- nilai kemanusiaan serta kesatuan sosial agar dapat mandiri dan berdaya. BKM ini dibentuk untuk mengelola dana pinjaman bergulir serta menilai permohonan pinjaman dari KSM” ( Wawancara 3 Juni 2012) Hal ini sesuai degan yang disampaikan oleh Bapak Suwardi selaku Koordinator BKM Desa Ngringo mengatakan bahwa : “Peran BKM yang terpenting itu adalah memberdayakan masyarakat, supaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan permasyarakatan, ya lingkungan, ya ekonomi, ya sosial. Jadi kita itu membangun terjun ke masyarakat ayo berdaya- berdaya, karena fungsi PNPM Mandiri itu sebenarnya adalah menangani orang miskin, orang kaya tidak boleh ikut dalam penerima manfaat dari dana PNPM.” ( Wawancara, 5 Juli 2012) Dari peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa BKM sangat berperan
penting
dalam
proses
pemberdayaan
masyarakat,
agar
masyarakat dapat berpartisipasi baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, maupun lingkungan untuk mengatasi segala permasalahan kemiskinan pada tiap desa nya masing- masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Terkait dengan peran tersebut BKM mempunyai tanggungjawab yang besar antara lain : Pertama, melakukan koordinasi dan pemantauan kegiatan dan organisasi kerja KSM dalam pembangunan usaha ekonomi produktif. Kedua, menyusun dan menetapkan kegiatan- kegiatan KSM yang diprioritaskan
pendanaanya
dan
mengajukan
kepada
PJOK
(Penanggungjawab Operasioanal Kegiatan di tingkat Kecamatan. Ketiga,
mengkaji
dan
menyetujui
permintaan
dana
untuk
mengembangkan usaha ekonomi produktif. Keempat , mengelola dana PNPM Mandiri Perkotaan melalui unitunit pengelolaanya ( UPL, UPS, dan UPK) Kelima, menjamin keterbukaan ( transparansi) dalam penggunaan dana serta meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggungjawab pihak yang berkepentingan. Keenam, menyadarkan dan mendorong peran serta kaum perempuan dan generasi muda dalam pelaksanaan suatu program. Ketujuh, membantu (mamfasilitasi) jejaring ( networking) kerjasama dengan berbagai potensi yang ada di luar lingkungan masyarakat setempat. Badan Keswadayaan Masyrakat ( BKM) merupakan organisasi yang berdiri sendiri. Artinya, keberadaannya tidak dipengaruhi dan tidak dicampuri oleh aparat pemerintah pada tiap- tiap desa di kecamatan Jaten. BKM merupakan organisasi yang mengelola PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan. Dalam usaha melaksanakan kegiatan mengelola PNPM
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Mandiri Perkotaan ini, semuanya diserahkan kepada BKM. Keterlibatan pihak aparat pemerintah desa hanya sebatas pada penempatan kantor yang berada di Balai desa pada masing- masing desa dan pemberian ijin kegiatan yang akan dilaksanakan oleh BKM. Hal tersebut dikemukakan oleh Bapak Suwardi selaku Koordinator BKM desa Ngringo, bahwa : “Dalam usaha melaksanakan kegiatan mengelola PNPM Mandiri Perkotaan ini, semuanya diserahkan kepada BKM Desa Ngringo. Keterlibatan pihak aparat pemerintah desa hanya sebatas pada penempatan kantor yang berada pada Balai Desa Ngringo dan pemberian ijin kegiatan yang akan dilaksanakan oleh BKM” ( Wawancara 5 Juli 2012 ) Untuk kegiatan pinjaman dana bergulir ekonomi produktif, pengelolaanya diserahkan kepada UPK ( Unit Pengelola Keuangan). UPK ini mempunyai tanggungjawab yaitu : pertama, melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM. Kedua, mengendalikan kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh KSM ekonomi. Ketiga, melakukan pengelolaan keuangan pinjaman dan bergulir untuk KSM, mengurus administrasi keuangan. Keempat menjalin kemitraan ( channeling) dengan pihak- pihak yang membantu keuangan UPK. Unit Pengelolaan Keuangan juga bertanggungjawab memfasilitasi kegiatan pelatihan ketrampilan kepada para warga masyarakat yang dimaksud
untuk
menigkatkan
ketrampilan
dan
usahanya
untuk
meningkatkan pendapatan. Pelatihan ketrampilan yang diselenggarakan oleh UPK BKM ini diikuti oleh beberapa peserta yang dilaksanakan selama 7 hari dengan materi
pelatihan seperti ketrampilan menjahit,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
border, aneka home industry, bengkel, elektro, dan pembuatan biogas dari kotoran ternak. 2. Merumuskan PJM Pronagkis ( Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan ) PJM Pronangkis adalah suatu hasil dari proses perencanaan partisipatif dengan perspektif waktu 3 tahun dari suatu program penangulangan kemiskinan di suatu kelurahan. PJM Pronangkis ini kemudian dijabarkan menjadi Ren- Ta ( Rencana Tahunan ) yang merupakan rencana investasi tahunan dalam upaya penanggulangan kemiskinan pada tiap- tiap kelurahan di Kecamatan Jaten. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar bahwa : “Dalam merumuskan PJM Pronagkis tiap- tiap desa atau kelurahan diwajibkan membuat Ren- Ta atau Rencana Tahunan yang disahkan oleh RWT ( Rembug Warga Tahunan) dan di dalam Ren-Ta tersebut terdapat kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yaitu kegiatan sosial, lingkungan maupun ekonomi.” ( Wawancara, 24 Mei 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Kato selaku Koordinator BKM Desa Sroyo mengatakan bahwa : “PJM Pronangkis merupakan suatu hasil dari proses perencanaan partisipasif dimana dalam perencanaan partisipatif ini terdiri dari beberapa perpaduan antara perencanaan dari atas yang pada dasarnya merupakan keputusan kaum elit dan perencanaan dari bawah yang mewakili aspirasi masyarakat umum, dan kemudian setelah tersusun dijabarkan menjadi Ren-Ta dan disahkan oleh RWT.” ( Wawancara, 25 Mei 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perumusan PJM
Pronangkis
(
Perencanaan
Jangka
Menengah
Program
Penanggulangan Kemiskinan) merupakan suatu hasil dari proses perencanaan partisipatif dan di dalam merumuskan PJM Pronangkis tiaptiap desa diwajibkan membuat Ren-Ta yang merupakan rencana investasi tahunan dalam upaya penanggulangan kemiskinan pada tiap- tiap kelurahan di Kecamatan Jaten. Ren- Ta ini juga harus dilakukan secara partispartif dan dievaluasi setiap tahun, sedangkan PJM Pronangkis dievaluasi setiap 3 tahun sekali. PJM dan Ren- ta Pronangkis bersifat “Open Menu” , sehingga sesuai kebutuhan masyarakat ( hasil pemetaan swadaya, dengan sumber dana berasal dari swadaya masyarakat, dukungan Pemda, bantuan Pemerintah Pusat, akses chanelling program serta donator lainnya. BLM PNPM Mandiri Perkotaan hanyalah salah satu dana stimulant yang mendukung sebagian kecil kegiatan masyarakat dalam PJM dan Renta Pronangkis. PJM pronangkis harus disusun secara partisipatif oleh TIP ( Tim Inti Perencana) yang dibentuk oleh LKM, terdiri dari unsur LKM, relawan, warga peduli dan secara interaktif dilakukan konsultasi kepada pemerintah setempat dan masyarakat luas ( public) melalui berbagai media. PJM dapat terdiri dari inverstasi pembangunan prasarana yang telah dilakukan langsung oleh LKM dengan membentuk panitia pembangunan, atau kegiatan pembangunan prasarana skala kecil yang dapat diusulkan oleh kelompok masyarakat dan termasuk dalam sektor prasarana yang memang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
diprioritaskan, kegiatan pinjaman bergulir yang nantinya akan menjadi landasan untuk dikembangkan menjadi kredit mikro, atau kegiatan sosial untuk membantu warga yang benar-benar tidak mampu, meskipun demikian kegiatan sosial ini harus sudah direncanakan keberlanjutannya. Penyediaan stimulant dana BLM ini, dimaksudkan agar masyarakat secara nyata dapat belajar melaksanakan dan mengelola apa yang sudah direncanakan. Pembelajaran dalam hal ini lebih dititikberatkan pada upaya memberi kesempatan masyarakat belajar menangani berbagai persoalan yang ada secara untuh dari pengembangan gagasan, identifikasi persoalan, perencanaan pemecahan persoalan sampai dengan pelaksanaan dengan tetap berorientasi ke tujuan jangka panjang dan menumbuhkan kesadaran kritis bahwa kebutuhan untuk penanggulangan kemiskinan tidak hanya kebutuhan modal dana semata, melainkan juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan social, lingkungan fisik (hidup) serta ekonomi. PNPM Mandiri Perkotaan menganut asas “ Open Menu “, tetapi masyarakat perlu menyadari bahwa tidak mungkin kebutuhan orang miskin hanya pada satu aspek semata dan mengabaikan aspek lainnya. Masyarakat dapat melengkapi sebagian besar kebutuhan dan kegiatan lainnya melalui swadaya masyarakat sendiri dengan akses chanelling program keberbagai pihak terkait. Proses pembelajaran lainnya dalam pemanfaatan BLM PNPM Mandiri Perkotaan adalah menumbuhkembangkan dan melembagakan modal social sehingga terwujud solidaritas social dan kesatuan social. Hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
ini diatur dengan cara bahwa dana BLM tidak dapat diakses oleh individu, melainkan melalui kelompok, baik panitia yang bersifat ad- hoc maupun KSM yang lebih bersifat permanen. Ketentuan pemanfaatan kelompok ini berlaku pada seluruh jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, baik kegiatan prasarana lingkungan, dana pengembangan social maupun pengembangan ekonomi masyarakat dan peningkatan kapasitas institusi masyarakat. Akhirnya, masyarakat dalam pengelolaan dana BLM ini juga diharapkan
mampu mengimplementasikan secara nyata niali- nilai
universal kemanusiaan seperti kejujuran, tanpa pamrih, kerelawanan, serta prinsip-
prinsip
universal
kemasyarakatan
dan
pembangunan
berkelanjutan. Ketiga nilai- nilai yang melandasi PNPM Mandiri Perkotaan di tiap tahapan kegiatan, diyakini akan mampu mendorong prose tranformasi social masyarakat kelurahan sasaran ke arah yang lebih baik, lebih jujur, lebih berpihak kepada masyarakat miskin, lebih transparan, akuntabel, lebih adil, lebih partispatif dan lebih memiliki peluang untuk kontribusi nyata dalam memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin di wilayah Kecamatan Jaten. 3. Pembentukan KSM KSM merupakan kelompok swadaya masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat sendiri untuk mendapatkan dana bantuan PNPM Mandiri Perkotaan. Dana bantuan tersebut dimaksudkan bagi masyarakat yang ingin membentuk usaha maupun mengembangkan usaha yang telah dijalankan. Jadi, dana PNPM Mandiri Perkotaan tersebut bukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
dimaksudkan untuk konsumsi masyarakat karena jika digunakan untuk konsumsi akan cepat habis dan tidak berguna. Dalam penyusunan proposal pengajuan dan tersebut juga harus disebutkan jenis usaha yang akan dijalankan maupun usaha apa saja yang selama ini sudah dijalankan. Seperti penuturan Bapak Kato selaku Koordinator BKM Desa Sroyo bahwa : “Dana pinjaman bergulir dimaksudkan untuk membantu masyarakat yang ingin mengembangkan usaha yang telah ada maupun yang ingin membentuk usaha baru. Syarat mendapatkan pinjaman dan bergulir yaitu mereka harus bergabung dengan KSM terlebih dahulu, kemudian mereka mengajukan proposal dengan mencantumkan jenis usaha yang akan dijalankan maupun yang sudah berjalan” ( Wawancara, 25 Mei 2012) Hal tersebut sesuai dengan penuturan Bapak Rosyid ( Ketua KSM Sedap Malam Desa Sroyo ) bahwa : “Untuk mendapatkan pinjaman dan bergulir masyarakat memang diwajibkan untuk bergabung dengan KSM, maka dari itu setelah mendapat sosialisasi dari faskel kami warga RT 02 RW X, membentuk KSM Sido Makmur. Setelah bergabung dengan KSM kami menkonsultasikan proposal pinjaman dana bergulir kepada BKM dengan cara mencantumkan jenis usaha yang telah ada maupun usaha yang akan dijalankan” ( Wawancara, 3 Juni 2012 ) Dalam ketentuan pembentukan KSM bahwa jumlah anggota tiap KSM minimal adalah 5 orang dan maksimal adalah 15 orang dan harus terdaftar dalam KK miskin yang telah didata melalui pemetaan sosial yang dilakukan oleh pengurus PNPM Mandiri Perkotaan. Namun di lapangan ada beberapa KSM yang anggotanya tidak terdaftar di dalam KK miskin. Mereka ini bertugas untuk membantu administrasi KSM dalam penyusunan proposal mereka tidak boleh mengajukan pinjaman dana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
bergulir, jadi pinjaman dana bergulir ini hanya boleh diterima oleh masyarakat yang telah terdaftar di dalam KK miskin saja. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Warih Manager UPK Desa Sroyo bahwa : “Yang berhak menerima bantuan pinjaman dan bergulir hanyalah penduduk yang telah terdaftar di dalam KK miskin, anggota KSM yang tidak terdaftar hanyalah sebagai relawan saja mereka bertugas membantu KSM dalam hal ini administrasi seperti pembuatan proposal serta memberikan penjelasan tentang PNPM Mandiri Perkotaan” ( Wawancara, 6 Juni 2012) Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Tugiman selaku Manager UPK Desa Ngringo : “Pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan hanya ditujukan oleh warga yang benar- benar miskin yang terdaftar di dalam KK miskin dan masuk dalam PS atau pemetaan swadaya, orang-orang kaya tidak boleh menikmati dana ini.” ( Wawancara, 5 Juli 2012) Dari beberapa penyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam memperoleh dana PNPM Mandiri Perkotaan baik itu kegiatan lingkungan, sosial maupun ekonomi harus sesuai prosedur yaitu dengan mengajukan proposal terlebih dahulu dan untuk kegiatan sosial serta ekolir penerima manfaatnya harus benar- benar terdaftar dalam KK miskin yang telah didata melalui pemetaan swadaya. Beberapa relawan yang bergabung dalam KSM dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa saling peduli diantara warga masyarakat sehingga permasalahan kemiskinan menjadi permasalahan yang dipecahkan bersama oleh berbagai pihak, baik itu kelompok miskin maupun non miskin. Selain itu relawan diharapkan bisa membangun dan menerapkan nilai-nilai kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam kegiatan KSM. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
sesuai dengan nilai dan prisip dasar KSM yaitu; keterbukaan, keadilan, kesetaraan dan kepedulian. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ini ada panduan umum tenntang pembentukan KSM yaitu pertama masyarakat diberi penyuluhan tentang PNPM Mandiri Perkotaan dan juga pembentukan KSM. Dalam penyuluhan ini dijelaskan bahwa dalam KSM hendaknya tidak sekedar membentuk kelompok untuk meminjam uang tetapi juga harus diadakan evaluasi tentang usaha yang telah dijalankan serta melihat hasil yang telah dicapai. Selain itu juga diharapkan antar anggota KSM ada komunikasi
untuk saling tukar informasi tentang masalah yang
dihadapi sehingga bisa dikonsultasikan kepada BKM dan UPK . Namun tidak semua KSM benar- benar tahu tentang pembentukan KSM, ada KSM yang setelah mendapat pinjaman mereka tidak pernah melakukan pertemuan lagi. Hal ini disebabkan dana tersebut digunakan secara perorangan tidak dimanfaatkan untuk usaha kelompok. Jadi yang memanfaatkan dana tersebut diserahkan kepada masing- masing anggota. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Sri Yayuk ( Ketua KSM Sedap Malam) bahwa : “ KSM Melati tidak pernah melakukan pertemuan lagi. Hal ini disebabkan dana tersebut digunakan secara perorangan tidak dimanfaatkan untuk usaha kelompok. Jadi yang memanfaatkan dana tersebut diserahkan kepada masing- masing anggota ( Wawancara, 3 Juni 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Menaggapi hal tersebut Ibu Warih ( Manager UPK Desa Sroyo) bahwa : “Memang ada beberapa KSM yang tidak mengadakan pertemuan lagi, tetapi dalam hal pembayaran mereka tetap lancar dan teratur. Saya sendiri pada waktu sosialisasi tentang pembentukan KSM mengalami kesulitan dalam menanamkan pola pikir kritis dan mandiri kepada mereka, tetapi mereka juga tidak bisa disalahkan, yang penting mereka dapat merasakan manfaat pinjaman dana bergulir ini “ ( Wawancara, 6 Juni 2012) Sedangkan untuk pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan ini yang diberikan kepada KSM bukan merupakan bantuan yang bersifat dana hibah atau gratis. Pinjaman dana bergulir ini harus dikembalikan kepada UPK beserta bunga yang dibebankan, untuk kemudian dikembangkan sebagai persediaan dana agar jangkauan pelayanan pinjaman kepada KSM makin meluas. Akan tetapi di Desa Ngringo kegiatan ekolir pada saat ini mengalami kemacetan hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk pengembalian dana tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Suwardi selaku Koordinator BKM Ngringo bahwa : “Terus terang saja kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan Desa Ngringo untuk saat ini memang mempunyai rapor merah, terutama pada kegiatan pinjaman dana bergulir, kesadaran masyarakat sangat rendah sekali dalam pengembalian dana pinjaman dana bergulir, padahal kita sudah berupaya untuk menagih dana memberikan surat teguran akan tetapi mereka tidak menghiraukan kalau sudah seperti ini yang repot kita sendiri BKM.” ( Wawancara, 5 Juli 2012) Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Tugiman selaku Manajer UPK Desa Ngringo mengatakan bahwa : “Kegiatan pinjaman dana bergulir untuk Desa Ngringo saat ini memang sedang kacau balau, banyak masyarakat yang tidak mau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
mengembalikan dana tersebut mereka berangapan bahwa uang tersebut uangn negara jadi tidak perlu untuk dikembalikan, padahal inti dari Program PNPM Mandiri Perkotaan itu sendiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.” (Wawancara, 5 Juli 2012) Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pinjaman dana bergulir ini adalah pelunasan dari KSM peminjam sebelumnya yang dijadikan sebagi sumber pinjaman untuk dijadikan
sebagai sumber
pinjaman untuk dipinjamkan kepada KSM yang lain. Sehingga nantinya dana PNPM Mandiri Perkotaan ini dapat dikembangkan secara kontinyu dan berlanjut, sehingga dana ini harus dikelola dengan baik tidak seperti yang terjadi pada Desa Ngringo yang kurang sadar dalam pengembalian pinjaman dana bergulir. Pertama kali dana pinjaman bergulir turun batas maksimal bagi tiap anggota KSM adalah Rp. 500.000,- sedang batas pinjaman untuk tahap berikutnya adalah Rp. 2.000.000,- . Hal ini dimaksudkan sebagai proses pembelajaran bagi masyarakat sekaligus memperkuat orientasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan, yaitu masyrakat miskin. Untuk ikut serta dalam kegiatan pinjaman dana bergulir ini setiap KSM harus mempunyai syarat- syarat yang ditentukan oleh BKM serta UPK syarat tersebut antara lain : a. KSM yang boleh ikut dalam kegiatan pinjaman dana bergulir adalahn KSM yang terdaftar dan mempunyai nomor induk. b. Setiap KSM terdiri dari 5 orang dan maksimal 15 orang . c. Mengajukan proposal usulan pinjaman ke secretariat BKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
d. Proposal Pinjaman diserahkan ke UPK dengan persetujuan BKM. e. Besar bunga pinjaman 1% per bulan. f. Jangka waktu pinjaman 10 bulan. g. Pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan, dibayarkan antara tanggal 1- 10. h. Pencairan dana ditentukan kepada ketua, secretariat, dan bendahara KSM. i. KSM yang menunggak dikenakan setegah bunga. Alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan Desa Sroyo adalah sebesar Rp. 120.000.000.- dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4.3 BLM PNPM-MP - APB : Rp. 32.000.000 No Jenis Kegiatan 1 Jalan Beton
Nama KSM Sroyo Cerah
2 3 4 5
Talud Batu Belah Kanten Cerah Jalan Beton Ngabean Cerah Jalan Beton Dalon Cerah BOP JUMLAH Sumber : BKM Desa Sroyo
Lokasi Sroyo RW 10 Kanten Ngabean Dalon
Dana BLM 9.500.000 7.000.000 8.000.000 6.000.000 1.500.000 32.000.000
Tabel 4.4 Laba UPK : Rp. 8.500 000 No 1
Jenis Kegiatan Nama KSM Talud Batu Karangasem Belah Cerah Sumber : BKM Desa Sroyo
commit to user
Lokasi Dana BLM Karangasem 8.500.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Tabel 4.5 Dana Paket : Rp. 50.000.000 No Jenis Kegiatan Nama KSM 1 Jalan Beton Marga Makmur Sumber : BKM Desa Sroyo
Lokasi Bantar
Dana BLM 50.000.000
Tabel 4.6 Kegiatan Sosial
No
Uraian
Jumlah Barang
Harga Satuan
Penerima Manfaat
A. JENIS USAHA 1 Tambal Ban Terlampir Terlampir Sugiyono 2 Bubut Kayu Terlampir Terlampir Untanto S 3 Barang Bekas Terlampir Terlampir Winduro 4 Burung Parkit Terlampir Terlampir Sarjiono Jumlah A B PAPAN NAMA C DOKUMENTASI DAN PELAPORAN D BIAYA PERTEMUAN JUMLAH A+B+C+D = PEMBULATAN =
BLM-P2KP (Rp)
Jumlah Harga Swadaya (Rp)
2,490,000,00 2,750,000,00 2,200,000,00 2,300,000,00
300,000,00 330,000,00 245,000,00 440,000,00
80,000,00 100,000,00 80,000,00 10,000,000,00
35,000,00 50,000,00 1,400,000,00
JUMLAH (Rp) 2,790,000,00 3,080,000,00 2,445,000,00 2,740,000,00 11,055,000,00 115,000,00 100,000,00 130,000,00 11,400,000,00
Tabel 4.7 PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN Volume Komponen Pembiayaa No n Ekonomi Rencana Realisasi Bergulir 1 2
SEDAP MALAM ANGGUR
JUMLAH
Rencana BLM P2KP
Realisasi
Pembiayaan Kegiatan (Rp) BLM Jumlah Swadaya Swadaya P2KP
Ket Jumlah
5
5
5.000.000 1.500.000
6.500.000
5.000.000 2.500.000
6.500.000
5
5
5.000.000 1.500.000
6.500.000
5.000.000 1.500.000
6.500.000
10.000.000 3.000.000
13.000.000
commit to user
9.150.000 3.000.000 13.000.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Dari beberapa tabel diatas dapat dijelaskan bahwa alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan Desa Sroyo sebesar Rp. 120.000.000,-. Pengaloksian
dana
BLM
untuk
kegiatan
lingkungan
sebesar
Rp.32.000.000,- pada tahun 2011 UPK Desa Ngringo mendapatkan laba sekitar Rp. 8.500.000,- dana tersebut juga dialokasikan untuk kegiatan lingkungan pembuatan jalan beton, karena pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Desa Sroyo mendapat predikat Desa terbaik pada Kecamatan Jaten maka Desa ini berhak menerima Dana Paket BLM dari Pusat sebesar Rp. 50.000.000,- dan dana tersebut juga dialokasikan unutk kegiatan lingkungan pembuatan jalan beton. Kegiatan lingkungan memanglah sangat penting untuk mendukung sarana dan prasarana desa dalam kegiatan ini yang paling diutamakan adalah pembangunan jalan, talud, gorong- gorong dan sebagainya dengan adanya kegiatan ini diharapkan perekonomian masyarakat juga akan meningkat. Seperti yang diungkapkan oleh
Ibu
Suwarni
selaku
Kepala
Sub
Bidang
Pemerintahan,
Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda mengatakan bahwa : “ Kegiatan lingkungan memang diharapkan untuk menunjang sarana dan prasarana pada tiap- tiap wilayah masing- masing, kegiatan ini berupa pembangunan jalan, pengaspalan jalan, pembuatan goronggorong, talud dan sebagainya karena sifat dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan yang Open Menu maka harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dengan adanya kegiatan lingkungan ini diharapakan ekonomi masyarakat akan meningkat, yang dulunya jalan mereka rusak susah transportasinya dan harus mengeluarkan biaya lebih kini mereka sudah dibangunkan jalan sehingga tidak kesulitan lagi dalam transportasi.” ( Wawancara, 27 Juni 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Untuk kegiatan sosial Desa Sroyo mengaloksikan dana sebesar Rp. 10.000.000,- dan hasil dari swadaya masyarakat sebesar Rp. 1.400.000,-. Kegiatan sosial itu berupa bantuan modal usaha yang berupa barang. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan peningkatan pendapatan dan kegiatan usaha masyarakat miskin akan meningkat dengan bantuan modal yang diberikan. Untuk kegiatan ekonomi yang berupa pinjaman dana bergulir desa Sroyo mengalokasikan dana sebesar Rp. 10.000.000,- dengan bantuan swadaya masyarakat sebesar Rp. 3.000.000,- yang digunkanakan 2 KSM yaitu Anggur dan Sedap Malam yang masing- masing KSM berangotakan 5 orang. Alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan Desa Ngringo adalah sebesar Rp. 231.000.000 dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4.8 Nama KSM/Pani tia KSM Tegalrejo KSM Putra Manunggal
Jenis Usulan Kegiatan Rabat Beton Aspal Burda
KSM Sehati 1
Santunan Warga Miskin
KSM Sehati 2
Pelatihan Komputer
KSM Sehati 3
Santunan Pendidikan dan Pelatihan SM BOP Total
Lokasi dan Volume RW 12, 30, 5 m3 RT5/VI, 600 m2 Desa Ngringo, 2 orang Desa Ngringo, 20 orang Desa Ngringo, 20 orang 63.470.000
Sumber : BKM Desa Sroyo
Nilai Usulan Kegiatan (Rp)
Sumber Pendapatan BLM Swadaya Jumlah PNPM-MP (Rp) (Rp)
14.480.000
10.000.000
4.480.000
14.480.000
23.490.000
10.000.000
13.490.000
23.490.000
5.400.000
5.000.000
400.000
5.400.000
9.500.000
9.000.000
500.000
9.500.000
10.600.000
10.000.000
600.000
10.600.000
2.000.000 46.000.000
19.470.000
2.000.000 65.470.000
63.470.000
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Tabel 4.9 No
Nama KSM/Panitia
Jenis Usulan Kegiatan
A. LINGKUNGAN Gajah Jalan 1 Aspal Harimau Talud 2 Jembatan Singa 3 Saluran Komodo
Rehab Rumah
4 5 6
Kambing
Saluran
Zebra
Jalan Beton
Menjangan 7 8 9 10 11
Talud Rusa
Saluran
Kuda
Jalan Aspal Jalan Beton
Iguana Macan Tutul
Talud
RW 3 V m3 RW 5 V 27 m3 RW 7 V 158 m Desa Ngringo V 8 unit RW 8 V 156 m RW 10 V 19 m3 RW 11 V 29,25 m3 RW 13 V 120 m RW 18 V 335 m2 RW 25 V 29,5 m3 RW 25 V 30 m3
Jumlah
Sumber Pendapatan BLM Swadaya Jumlah PNPM-MP (Rp) (Rp)
Nilai Usulan Kegiatan (Rp)
Lokasi dan Volume
21.420.000 11.980.000 12.900.000
15.000.000
6.420.000
21.420.000
8.000.000
3.980.000
11.980.000
9.000.000
3.900.000
12.900.00
32.000.000
13.000.000
45.000.000
9.500.000
4.500.000
14.000.000
7.000.000
3.255.000
10.255.000
9.000.000
4.583.000
13.583.000
14.000.000
6.000.000
20.000.000
9.500.000
4.250.000
13.750.000
10.000.000
4.370.000
14.370.000
9.000.000
4.258.000
13.258.000
132.000.000
58.516.000
190.516.000
45.000.000 14.000.000 10.255.000 13.583.000 20.000.000 13.750.000 14.370.000 13.258.000 190.516.000
Tabel 4. 10 B. SOSIAL Sehati 4 1 Sehati 5 2
Pelatihan & Pendidikan Komputer Membantu Modal Usaha Warung Jumlah BOP Total
Desa Ngringo
21.000.000
15.000.000
6.000.000
21.000.000
Desa Ngringo V 25 Orang
42.000.000
36.0000.000
6.000.000
42.000.000
63.000.000 63.000.000
12.000.000 2.000.000 53.000.000
12.000.000
2.000.000 65.000.000
Sumber : BKM Desa Sroyo Dari beberapa tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk tahun 2011 Desa Ngringo mendapatkan dana BLM sebesar Rp. 231.000.000,-. Desa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Ngringo memang mendapatkan dana BLM paling besar sendiri dibanding dengan desa- desa lainya di Kecamatan Jaten hal ini dikarenakan penduduk Desa Ngringo sangatlah banyak. Untuk kegiatan lingkungan BKM Desa Ngringo mengalokasikan dana sebesar 152.000.000,- dengan total swadaya masyarakat sebesar Rp. 76.486.000,-. Kegiatan lingkungan ini berupa pembangunan jalan , pengaspalan, rabat beton, pembangunan saluran, talud dan rehab rumah bagi masyarakat miskin sebanyak 8 unit. Untuk Kegiatan sosialnya BKM desa Ngringo mengaloksikan dana sebesar Rp. 75.000.000,- . dengan swadaya masyarakat sebesar Rp. 13.500.000,-. Kegiatan ini berupa santunan kepada warga miskin, pendidikan dan pelatihan komputer, serta santunan untuk pendidikan dan sumber daya manusia yang semuanya ditujukan kepada masyarakat miskin. Kegiatan sosial pendidikan komputer sasaranya adalah anak- anak remaja yang berasal dari warga kurang mampu yang diharapkan dapat meningkatkan SDM nya setelah mengikuti pelatihan ini. Sesuai yang disampaikan oleh Bapak Suwardi selaku Koordinaor BKM Desa Ngringo mengatakan bahwa : “Pendidikan komputer itu sasaranya itu anak remaja bagi warga yang kurang mampu, anak- anak pengangguran, dalam pendidikan ini mereka diajarkan Microsoft Office, Desain Grafis dan Teknisi Komputer yang semuanya ditempatkan pada Lembaga Pendidikan Komputer Solocom sehigga dengan adanya pelatihan ini SDM mereka dapat meningkat dan kalau bisa dapat digunakan untuk modal mencari pekerjaaan.” ( Wawancara, 5 Juli 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Untuk kegiatan ekonomi yang berupa pinjaman dan bergulir BKM Desa Ngringo tidak mengalokasikan dana tersebut untuk kegiatan ini, hal ini dikarenakan masih banyak pembayaran yang macet. Hal ini sesuai yang dikatakan olehn Bapak Suwardi selaku Koordinator BKM desa Ngringo mengatakan bahwa : “Tahun 2011 untuk kegiatan ekonomi kita bukanya enggak dapet akan tetapi UPK kami tidak meminta, dia memang sengaja dari UPK itu dioperasionalkan ke kegiatan sosial maupun lingkungan, hal ini dikarenakan yang nyilih itu mocat- macet untuk sementara kita pending dahulu. Berbagai cara sudah kita lakukan supaya mereka mau mengansur pinjaman tersebut tapi ya namanya masyarakat banyak ya susah mbak. Sampai sekarang ini aja yang macet masih diatas 30% hal ini cukup berat. Padahal BKM itu memberikan dana ekolir tanpa jaminan hanya kepercayaan saja akan tetapi kalau sudah pada kebutuhan itu ya sulit, karena kegiatan pinjaman dan bergulir ini sebenarnya bukan untuk kita tapi kembali ke masyarakat, hasil bunganya itu nanti akan dikumpulkan ke kita dan kembali lagi ke masyarakat untuk digunkan sebagai kegiatan social maupun lingkungan.” ( Wawancara, 5 Juli 2012)
E. Faktor- Faktor Pendukung Dalam Pengentasan Kemiskinan Melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan : Dalam pengentasan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan , terdapat beberapa factor pendukung program tersebut antara lain : mencari orang baik atau adanya orang baik menurut kriteria PNPM Mandiri Perkotaan, daya dukung masyarakat dan stakeholders serta organisasi yang ada di masyarakat, disamping itu juga dana. Untuk lebih jelasnya tentang faktor- faktor pendukung dalam pengentasan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
1. Adanya orang baik dan peduli terhadap kemiskinan Dalam mencari orang baik PNPM Mandiri Perkotaan mempunyai ukuran yang sama dengan masyarakat, criteria tersebut antara lain adalah ; orang yang peduli yang dalam hal ini khususnya peduli terhadap masyarakat miskin, orang yang jujur, amanah. Proses mencari orang- orang baik ini terjadi pada awal refleksi kemiskinan, dalam refleksi kemiskinan itu mencari ciri- cirri orang miskin, jadi setelah membentuk relawan ada proses yang bernama FGD ( Focused Group Discussion ) atau diskusi kelompok terarah yang terdiri dari 5- 13 orang, dan sampai pada tahap ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kemiskinan itu terjadin karena manusiaanya yang kurang baik , yang tidak membuat kebijakan yang pro masyarakat miskin atau pro poor. Konsep
dari
PNPM
Mandiri
Perkotaan
itu
sendiri
adalah
membangkitkan nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat yang sampai sekarang ini sudah luntur karena orang memandang, orang itu matrealistis, egois, sehingga nilai- nilai kegotongroyongan dari zaman nenek moyang kita dahulu sekarang ini sudah mulai luntur. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar yang menyampaikan bahwa : “ Faktor dasar yang paling mendukung dalam penanganan kemiskinan itu sebenarnya adalah mencari orang baik, dimana criteria orang baik menurut PNPM yaitu orang yang peduli terhadap warga miskin, orang yang jujur dan adil, kalau kita sudah ketemu orang baik, jika mendapatkan dana BLM maka juga akan dialokasikan secara tepat sasaran, tidak pilih kasih, jadi dia akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
melihat kegiatan tridaya itu bukan berdasarkan keinginan akan tetapi menurut pada kebutuhan yang mendesak.” ( Wawancara 24 Mei 2012 ) Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda mengatakan bahwa : “ Jadi BLM itu dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak, hal itu yang dicerminkan dalam PJM dan dipecahkan lagi menjadi Ren- Ta, sehingga alokasi itu dasarnya bukan “ Bagito” atau bagi roto wis kono nggon ku oleh nggon mu yo oleh, bukan seperti itu, kalau kita ketemu orang baik maka semua itu dialokasikan berdasarkan kebutuhan masyarakat miskin dan bukan masyarakat kaya. Sehingga diharapkan semua orang- orang yang terpilih itu adalah orang baik, agar dalam pengalokasian dana BLM akan lebih tepat sasaran.” ( Wawancara, 13 Juni 2012) 2. Daya dukung masyarakat Proses
pemberdayaan
masyarakat
merupakan
proses
memberdayakan masyarakat yang dulunya tidak berdaya menjadi berdaya dan diharapkan menjadi masyarakat mandiri dan yang paling tinggi adalah madani. Karena masyarakat disini diberdayakan yang dulunya tidak tahu apa-apa sekarang diberdayakan untuk menjalankan atau melaksanakan program PNPM Mandiri Perkotaan secara bersamasama, dengan demikian diharapkan Sumber Daya Manusianya meningkat sehingga cara berfikir dan kreativitasnya akan lebih tinggi, mencari income, pekerjaan, akhirnya akan mengangkat derajat masyarakat itu sendiri. Maka dari itu daya dukung masyarakat sangat diperlukan agar proses pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan dapat berjalan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub Bidang Pemerintahan, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda mengatakan bahwa : “Mengapa disebut proses pemberdayaan masyarakat, karena masyarakat diberdayakan, yang dulunya tidak berdaya menjadi berdaya dan diharapkan menjadi masyarakat mandiri dan yang lebih tinggi lagi adalah madani. Maka dari itu daya dukung masyarakat sangat diperlukan untuk kelancaran program PNPM Mandiri Perkotaan ini, karena inti dari program PNPM Mandiri Perkotaan adalah dari, oleh dan untuk masyarakat.” ( Wawancara, 13 Juni 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar yang menyampaikan, bahwa : “Dukungan masyarakat itu sangat diperlukan dalam menjalankan atau melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan ini, jadi masyarakat mau mendukung juga harus mau menjalankan, kalau dilaksanakan pembangunan jalan maka semua juga harus terlibat dalam pembangunan jalan tersebut.” ( Wawancara, 24 Mei 2012) Berdasarkan pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa factor dasar yang paling mendukung pengentasan kemiskinan itu adalah adanya orang baik dan orang yang peduli terhadap kemiskinan. Karena dengan adanya orang baik pelaksanaaan seluruh program PNPM Mandiri Perkotaan dapat tepat sasaran dan tidak dikorupsi. Karena, konsep
dari
PNPM
Mandiri
Perkotaan
itu
sendiri
membangkitkan nilai- nilai luhur yang ada di masyarakat.
commit to user
adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
F. Faktor- Factor Penghambat Pengentasan Kemiskinan Melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan . Dalam pengentasan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan terdapat juga hambatan- hambatan dalam program tersebut, diantaranya adalah : kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerima program PNPM Mandiri Perkotaan, serta hambatan dalam proses sosialisasi program terhadap masyarakat, misalnya saja pada sosialisasi BKM. Untuk lebih jelasnya tentang factor- factor penghambat dalam pengentasan kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut : 1. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerima program PNPM Mandiri Perkotaan Kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh masyarakat dan
perilaku
masyarakat
itu
berbeda-
beda,
khususnya
dalam
permasalahan pengentasan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan ini yang ditangani kebanyakan adalah masyarakat miskin dimana notabenya mereka memiliki SDM yang rendah sehingga tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hal ini juga bisa menghambat dalam pengentasan kemiskinan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Suwarni selaku Kepala Sub
Bidang
Pemerintahan,
Kependudukan,
Tenaga
Kerja
dan
Pemberdayaan Masyarakat Bappeda menyampaikan bahwa : “ Kemampuan SDM yang dimiliki masyarakat dan merubah perilaku masyarakat itu kita agak terhambat, karena tidak semua masyarakat itu sadar akan kewajibannya dia sering bermalasmalasan, misalnya saja : ada kegiatan pembangunan jalan di desa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
nya akan tetapi disuruh untuk ikut gotong- royong tidak mau dan bermalas- malasan.” (Wawancara, 13 Juni 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar, mengatakan bahwa : “ Masih banyak masyarakat yang kesulitan dan kurang kesadaranya dalam menerima program dan konsep PNPM Mandiri Perkotaan, artinya ada yang mengerti ada juga yang belum mengerti, pengenya ya itu tadi “ Bagito” atau bagi roto dalam pemanfaatan dana BLM, itu termasuk salah satu hambatanya.” ( Wawancara, 24 Mei 2012) 2. Hambatan Sosialisasi dan pembentukan BKM Dalam melakukan sosialisasi BKM mengalami sedikit hambatan yaitu waktu yang tepat untuk melakukan sosialisa. Karena jika sosialisasi dilaksanakan pada pagi hari masyarakat banyak yang keberatan karena mereka harus bekerja. Namun jika dilaksanakan pada malam hari masyarakat telah lelah dan mengantuk. Jadi anggota BKM harus benarbenar pintar mencari jalan tengah untuk menentukan jadwal sosialisasi. Hal ini sesuai penuturan Bapak Kato selaku Koordinator BKM Desa Sroyo, mengatakan bahwa : “ Kami anggota BKM benar- benar pusing menentukan kapan waktu untuk melakukan sosialisasi, karena jika dilaksanakan pada pagi hari warga banyak yang keberatan karena mereka pada bekerja, namun jika dilaksanakan pada malam hari mereka mengeluh sudah mengatuk. Jadi kami putuskan untuk mengambil jalan tengah yaitu pada sore hari setelah mereka pulang dari bekerja.” ( Wawancara, 25 Mei 2012) Senada yang dikatakan oleh Bapak Suwardi selaku Koordinator BKM Desa Ngringo mengatakan bahwa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
“Dalam melakukan proses sosialisasi kita memang agak susah, karena kebanyakan masyarakat kita pada bekerja dan sibuk semua, apalagi Desa Ngringo sendiri notabenya adalah masyarakat perkotaan yang individualis kurang respect serta banyak masyarakat yang terpelajar, mengatur orang pintar itu susah mereka hanya sekedar tahu tapi tidak memahami benar inti dari kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, padahal tahap sosialisasi ini tahap yang sangat penting guna memahami inti dan alur program PNPM Mandiri Perkotaan.” ( Wawancara , 5 Juli 2012) Dari penyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses sosialiasi mengalami hambatan pada masalah waktu, dan kurangnya perhatian masyarakat karena sosialisasi dinilai sangatlah penting agar semua masyarakat baik BKM dan KSM dapat memahami dan mengerti inti dan alur kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan karena bisa dikatakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan itu alurnya sangat rumit. Namun secara umum sosialisasi ini dapat dikatakan lancar, karena masyarakat menyambut positif kegiatan sosialisasi tersebut. Dalam proses pembentukan BKM ini ada beberapa hambatan yang dihadapi yaitu kurangnya pemahaman masyarakat. Meskipun ada sebagian warga yang sudah paham, namun ada juga yang tidak paham mengenai pentingnya pembentukan BKM. Mereka tidak tahu alur kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan mereka mengangap bahwa prosedurnya terlalu rumit. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Katos elaku Koordinator BKM Desa Sroyo mengatakan, bahwa: “Dalam pembentukan BKM banyak masyarakat yang mengeluh jika alur kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan ini sangat rumit, karena mereka berfikir setelah dana turun maka langsung bisa digunakan oleh masyarakat. Tapi setelah mendapat penjelasan dari BKM mereka jadi tahu tentang alur kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.” ( Wawancara, 25 Mei 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
3. Hambatan dalam pembentukan KSM Sebenarnya dalam tahap pembentukan KSM di desa Sroyo tidak menemui hambatan yang berarti karena BKM, UPK, dan Faskel ikut melakukan sosialisasi mengenai KSM. Dalam sosialisasi tersebut KSM diberi pelatihan tentang keorganisasian dan fungsi KSM ini untuk orientasi jangka panjang dengan penekanan sikap kebersamaan dan tanggungjawab bersama. Kendala yang terjadi adalah mengenai kesadaran masyarakat yang masih kurang bahwa mereka adalah pelaku utama dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, salah satu bukti terjadi ketika ada beberapa yang sudah tergabung edalam KSM , di tengah jalan mereka keluar tanpa sebab dari keanggotaan KSM. Selain itu juga karena mereka enggan untuk bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan KSM. Hal ini terjadi karena mereka menilai kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan prosedurnya sangat rumit. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu Warih selaku manajer UPK Desa Sroyo mengatkan, bahwa: “Kendala dalam pembentukan KSM ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat, mereka menanggap bahwa alur kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan itu rumit sehingga ada ada warga yang keluar tanpa sebab dari keangotaan KSM.” ( Wawancara, 6 Juni 2012) Hambatan lain yang dihadapi dalam pembentukan KSM adalah adanya BLT ( Bantuan Langsung Tunai ) dari pemerintah untuk kompensasi subsidi BBM bagi masyarakat miskin. Banyak dari warga masyarakat yang terkontaminasi dengan adanya BLT tersebut, karena sifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
bantuannya yang tidak perlui susah payah untuk mendapatkanya. Hal ini jelas berbeda sekali dengan PNPM Mandiri Perkotaan yang lebih mengutamakan prinsip pemberdayaan masyarakat miskin. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Bapak Tugiman selaku Manajer UPK Desa Ngringo mengatakan, bahwa : “Dalam proses kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan ini terdapat kendala yaitu masyarakat terkontaminasi dengan BLT dari pemerintah. Kalau BLT kan mudah mendapatkannya namun di PNPM Mandiri Perkotaan mereka harus mengikuti prosedur yang ada. Karena inti dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah memberdayakan masyarakat miskin. Masih banyak masyarakat yang mempunyai sifat ketergantungan seperti ini.” ( Wawancara , 6 Juli 2012)
G. Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pemanfaatan dana PNPM Mandiri Perkotaan memang untuk masyarakat tetapi tidak untuk dikonsumsi, melainkan untuk usaha atau mengembangkan usaha yang telah ada. Dari pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan masyarakat dapat mengelola dengan baik, sehingga dana itu secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan diharapkan pula sedikit demi sedikit menciptakan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Jaten, asalkan dana itu tidak untuk dikonsumsi, karena kalau untuk dikonsumsi dana itu cepat habis dan tidak ada gunanya. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Bapak Kato selaku Koordinator BKM Desa Sroyo mengatakan, bahwa : “Manfaat yang kami harapakan dari dana PNPM Mandiri Perkotaan yaitu dana ini bisa membantu masyarakat untuk usaha atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
mengembangkan usaha yang telah ada, sehingga apabila dikelola dengan baik bisa menambah pendapatan masyarakat sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.” (Wawancara, 25 Mei 2012) Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Arman selaku anggota BKM mengatakan bahwa : “ Penggunaan pinjaman dana bergulir ini hendaknya dimanfaatkan untuk usaha produktif atau untuk tambahan modal usaha yang telah ada, karena dengan digunakan untuk usaha dana tidak akan cepat habis malah pinjaman dana dapat berkembang dan menambah tingkat pendapatan dan kesejahteraan.” ( Wawancara, 27 Mei 2012) Manfaat yang dirasakan dari adanya pinjaman dan bergulir PNPM Mandiri Perkotaan kepada masyarakat yang tergabung dalam KSM selain proses pembelajaran transformasi dari masyarakat tidak berdaya/ miskin menjadi masyarakat mandiri adalah terciptanya pendapatan masyarakat . Masyarakat secara tidak langsung dengan adanya pinjaman dana bergulir dapat meningkatkan usahanya serta dapat meningkatkan pendapatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat dar Ibu Sarmin ( masyarakat penerima bantuan pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan) berikut ini : “ Sebelum mendapat pinjaman dana bergulir dari PNPM Mandiri Perkotaan daganganya saya hanya gorengan-gorengan dan keuntunganya hanya sedikit, tetapi setelah memperoleh pinjaman dana BLM saya gunakan untuk untuk menambah dagangan saya yaitu, sekarang disamping jualan gorengan juga ada cap cay dan bakmi bungkusan dan keuntungan yang saya peroleh tiap harinya lumayan juga untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.” (Wawancara, 1 Juni 2012) Dana untuk lebih jelasnya lagi dapat kita lihat pada keterangan dibawah, yaitu masyarakat penerima pinjaman dan bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang mengalami peningkatan usaha dagang :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Ibu Ponimin “ Saya dapat pinjaman dana bergulir sebesar Rp. 500.000,- pada waktu dulu terus langsung saya gunakan untuk modal buat rambak dan karak yang tiap hari saya titipkan ke warung - warung makan.”
Bapak Sardi “ Kulo mbiyen angsal pinjaman dana bergulir sebesar Rp. 750.000,kulo ginakne tambah modal kangge tambah modal tambal ban, amargo kulo dereng gadah alat- alat tambal ban sing komplit.”
Ibu Parmin “ Saya waktu itu ditawari untuk pinjaman dana PNPM. Ya saya mau aja mbak. Lagipula bunganya tidak terlalu tinggi dan syarat peminjamannya tidak pakai jamninan. Kemudiaan saya pinjam uang Rp. 500.000,- buat tambah modal bikin makanan kecil untuk dijual pasar.” Dari beberapa keterangan masyarakat yang mendapat dana pinjaman bergulir benar- benar bermanfaat untuk menambah modal sehingga dapat meningkatkan usaha bagi pedagang kecil yang bisa menggunakan dan tersebut dengan baik. Namun bila dana tersebut salah sasaran yaitu tidak untuk menambah modal maka tidak ada peningkatan sama sekali dalam usahanya. Sebagian besar dananya digunakan untuk tambahan modal
usaha
dagang seperti Ibu Sarmin, Ibu Ponimin, Ibu Sardi dan Ibu Parmin. Mereka setiap hari pekerjaannya sebagai pedagang. Tetapi ada juga yang menggunakan pinjaman dana bergulir buat buka usaha seperti yang dilakukan oleh Bapak Sardi yang membuka usaha tambal ban dan sampai sekarang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
mereka masih pada menjalankan usahanya meskipun usahanya tidak begitu besar. Tingkat pendapatan masyarakat miskin kota rata-rata relative rendah yang disebabkan oleh keterbatasan modal usaha yang mereka miliki. Dengan kondisi tersebut, maka tidaklah heran masyarakat miskin kota sangat membutuhkan pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan untuk digunakan sebagai tambahan modal. Modal merupakan salah satu factor produksi yang penting dalam menjalankan kegiatan usaha atau mengembangkan usaha yang pada akhirnya dapat menghasilkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan bagi masyarakat miskin, modal merupakan factor yang sangat penting yaitu berguna untuk member barang dagangan yang mereka akan jual. Akan tetapi berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terhadap para masyarakat miskin yang mendapat pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan dilokasi penelitian rata- rata permodalan mereka terbatas dan pendapatanya juga rendah sekali. Sehingga mereka sangat memerlukan bantuan permodalan demi menjalankan usaha dagangannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. Oleh karena itu penyaluran pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan bisa dijadikan sebagai tambahan modal, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Parmin ( penerima pinjaman dana bergulir) bahwa : “Dengan adanya pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan setidaknya bisa membantu permodalan saya, saya bisa menambah dagangan saya serta penghasilan saya agak meningkat.” ( Wawancara, 1 Juni 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Pernyataan Ibu Parmin diatas juga di dukung oleh pernyataan Ibu Ponimin, yang mengatakan bahwa : “ Sebelum mendapat pinjaman dana bergulir usaha saya hampir macet, tetapi setelah mendapat pinjaman dana bergulir usaha saya tidak macet lagi, disamping melancarkan usaha saya dengan adanya pinjaman ini juga bisa mengatasi masalah keuangan keluarga saya.”
Dari keterangan Ibu- ibu diatas dapat disimpulkan memang dengan adanya program PNPM Mandiri Perkotaan khususnya yang dalam pemberian pinjaman dana bergulir setidak- tidaknya mampu mengatasi masalah keuangan mereka terutama untuk membantu melancarkan masalah usaha berdagang. Dengan sendirinya bila usahanya lancar maka pendapatannya juga lancar dan meningkat.
H. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Manfaat yang diharapkan dari pelaksanan program PNPM Mandiri Perkotaan melalui pemanfaatan dana BLM baik untuk kegiatan lingkungan, social, dan ekonomi kepada masyarakat miskin adalah terentasnya kemiskinan kota dan terciptanya suatu masyarakat yang sejahtera. Dalam kegiatan ekonomi misalnya, pemberiaan pinjaman dana bergulir merupakan upaya pemberdayaan masyarakat miskin agar terentas dari kemiskinan dan tercipta suatu masyarakat yang sejahtera. Dengan terbangunnya lembaga masyarakat ( BKM/KSM) yang berbasis nilai- nilai universal kemanusiaan, prinsip- prinsip kemasyarakatan dan berorientasi pembangunan berkelanjutan yang diwujudkan dalam pinjaman dana bergulir diharapkan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
memberikan manfaat bagi masyarakat miskin yang berupa peningkatan kesejahteraan. Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh Bapak Kato selaku Koordinator BKM Desa Sroyo bahwa : “Manfaat yang sangat diharapkan dari adanya pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ini khususnya dalam pemanfaatan dana BLM baik untuk kegiatan social, lingkungan, dan ekonomi kepada masyarakat miskin adalah terentasnya kemiskinan dan terciptanya suatu kesejahteraan masyarakat.” ( Wawancara, 25 Mei 2012) Upaya yang dilakukan BKM dalam mengentaskan kemiskinan serta menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui program PNPM Mandiri Perkotaan, cara yang paling utama adalah dengan menentukan ukuran kemiskinan menurut versi PNPM Mandiri Perkotaan. Jadi dalam pelaksanaan pemetaan swadaya harus benar- benar dipikir matang tentang kondisi kemiskinan keluarga miskin tersebut baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dilakukan agar keluarga miskin tersebut kedepanya tidak akan sampai jatuh pada kemiskinan dan terselamatkan kemiskinannya oleh program PNPM Mandiri Perkotaan. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Ibu Titik selaku anggota BKM bahwa : “Dalam menetukan ukuran kemiskinan menurut PNPM Mandiri Perkotaan lain dengan ukuran BPS mbak, PNPM Mandiri Perkotaan dalam menentukan kemiskinan melihat keluarga miskin ini baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, contohnya: bisa saja keluarga itu saat sekaarang sejahtera tetapi untuk jangka waktu 6 bulan kedepan mereka jatuh miskin. Maka dari PNPM Mandiri Perkotaan dalam upaya menanggulangi kemiskinan memang harus benar- benar matang dalam pemetaan swadayanya.” ( Wawancara, 3 Juni 2012) Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat miskin dengan adanya pemanfaatan dana BLM baik untuk kegiatan social, lingkungan dan ekonomi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah terlaksananya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
kegiatan ekonomi kerakyatan, terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat miskin yang masih nganggur serta mulai tumbuh lagi semangat kerja. Misalnya saja pada kegiatan ekonomi bergulir, berikut pendapat masyarakat miskin yang mendapat pinjaman dana bergulir : Ibu Marni : “ Kulo sangat kebantu kalian program PNPM Mandiri Perkotaan mbak, kulo niki sade nasi sayur. Kulo disilihi modal saking PNPM Rp. 500.000,- kulo dinasehati pak Sugeng ( anggota BKM ) diken sade nasi sayur disilihi modal saking PNPM. Sak niki kebutuhan keluarga kulo lumayan tercukupi sak wise sade nasi sayur.” ( Wawancara, 3 Juni 2012) Bapak Maman : “ Saya ini dulunya penganggur karena habis di PHK dari pabrik. Kemudian oleh Bapak Kato ( anggota BKM) menyarankan kepada saya untuk ikut dalam KSM serta pinjam dana bergulir PNPM. Kemudian saya disarankan juga untuk jualan. Hasilnya ya lumayan saya bisa dapat penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.”
Dari keterangan beberapa warga masyarakat yang memperoleh pinjaman dana bergulir dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat miskin di desa tingkat kesejahteraan masyarakat juga mengalami peningkatan. Hal itu terbukti dengan adanya keterangan masyarakat yang mengatakan bahwa mereka masyarakat miskin rata- rata sudah pada bekerja dan telah mendapat penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan dalam bab IV, dapat disimpulkan bahwa : 1. Upaya Pemkab Karanganyar dalam Pengentasan Kemiskinan melalui Program PNPM Mandiri Perkotaan yang dilakukan di Kecamatan Jaten secara umum pelaksanaannya sudah bagus akan tetapi ketepatan sasaranya masih perlu dilakukan evaluasi. Pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dalam PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Jaten sudah sesuai dengan petunjuk dan pelaksanaan dari PNPM Mandiri Perkotaan meskipun dalam pelaksanaannya masih ada kekurangan dan penyimpangan. 2. Dalam pembentukan BKM di Kecamatan Jaten ada beberapa sebagian masyarakat yang belum tahu dan mengerti benar mengenai BKM. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dan pemahaman masyarakat meskipun sebenarnya sosialisasi secara mendalam telah dilakukan lewat pertemuan- pertemuan dari tingkat basis RT dan RW. Kurangnya pemahaman ini disebabkan karena banyak masyarakat yang memandang PNPM Mandiri Perkotaan ini dari segi besarnya dana. Mereka tidak melihat adanya proses kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan ini yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat yang
commit 113to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
salah satunya melalui pembentukan BKM sebagai institusi lokal masyarakat. Sikap masyarakat yang kurang respect serta acuh tak acuh juga menjadi kendala dalam pembentukan BKM karena di Kecamatan Jaten ini bisa dibilang masyarakat perkotaan yang nilai inividulisme masih melekat di masyarakat serta banyak masyarakat yang terpelajar dan terdiri dari orang- orang birokrasi dimana mengatur orang pinter itu susah mereka hanya sekedar mengetahui akan tetapi tidak memahami betul inti dari PNPM Mandiri Perkotaan. 3. Dalam pembentukan KSM masyarakat hanya mengangap KSM sebagai kelompok untuk sarana peminjaman dana bergulir dari PNPM Mandiri Perkotaan dan membentuk KSM karena ingin mendapatkan pinjaman dana tersebut, sehingga belum mencapai tujuan yang telah ditentukan yaitu membentuk KSM untuk sarana berkomunikasi dan tukar informasi antar warga masyarakat maupun antar anggota KSM. Harapan dari BKM sebagai pengelola PNPM Mandiri Perkotaan yaitu dengan pembentukan KSM masyarakat dapat memanfaatkan untuk berkomunikasi , tukar menukar informasi mengenai usaha, sehingga dapat membantu masyarakat apabila mendapat kesulitan dalam usahanya dan dapat juga terjalin hubungan
kerjasama dengan
membentuk kelompok usaha bersama walaupun hanya kecil- kecilan. 4. Dalam kegiatan pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotan dikelola oleh salah satu unit pengelola BKM yaitu UPK BKM. UPK ini adalah penyalur dana pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
dan juga mengurusi pembayaran angsuran dari tiap- tiap KSM. Selain itu UPK juga melakukan kegiatan survey lapangan mengenai kelayakan KSM yang mendapat pinjaman , namun setelah itu yang memutuskan dapat dana atau tidaknya mendapatkan pinjaman dilakukan oleh BKM. Sampai sekarang proses kegiatan pinjaman dana bergulir di Kecamatan Jaten ada yang bisa dikatakan lancar dan ada juga yang mengalami kemacetan seperti yang dialami pada UPK BKM Desa Ngringo, hal ini bisa terjadi karena masyarakat Desa Ngringo mengangap bahwa dana PNPM Mandiri Perkotaan adalah uang negara untuk masyarakat dan tidak perlu untuk dikembalikan, pola pikir masyarakat yang seperti ini lah yang menyebabkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Ngringo tidak bisa berjalan dengan baik. Padahal pinjaman dana bergulir itu sebenarnya bukan untuk BKM saja kan tetapi kembali lagi ke masyarakat, hasil bunganya itu akan dibukukan oleh BKM dan dikumpulkan untuk dikembalikan ke masyarakat untuk kegiatan social maupun lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 5. Secara keseluruhan dengan adanya pemanfaatan dana Bantuan Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perkotan baik untuk kegiatan sosial, lingkungan, ekonomi khusunya pinjaman dana bergulir ini telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat di Kecamatan Jaten. Dalam kegiatan lingkungan seperti pembangunan jalan, goronggorong serta pembangunan sanitasi, yang dulunya banyak yang rusak serta banyak aliran yang macet sekarang masyarakat dapat menikmati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
sarana dan prasarana yang memadai di desanya masing- masing. Pembangunan rehab rumah yang dinamakan Rumah Tidak Layak Huni ( RTLH) yang dikhususkan bagi masyarakat miskin juga dapat memberikan sedikit manfaat yang dulunya mereka tidak punya jamban dan berlantai tanah dengan adanya pemanfaatan dana BLM serta swadaya masyarakat mereka dapat menikmati hasilnya. Dalam kegiatan sosial pemanfaatan dana BLM juga digunakan untuk menjalankan usaha, santunan bagi warga yang kurang mampu serta adanya pendidikan dan pelatihan komputer yang juga diperuntukan bagi keluarga tidak mampu serta para pengangguran, hal ini sangat bermanfaat sekali dengan adanya pendidikan pelatihan komputer otomatis ketrampilan dan SDM mereka meningkat serta dapat digunakan sebagai modal untuk mencari pekerjaan. Kegiatan ekonomi dengan adanya pinjaman dana bergulir untuk ekonomi produktif dari PNPM Mandiri Perkotaan ini telah memberikan manfaat yang cukup bagi masyarakat. Sebagian besar masyarakat telah memanfaatkan dana tersebut untuk usaha maupun mengembangkan usaha yang telah ada sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan mensejahterakan keluarganya.
B. Saran 1. Dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerima PNPM Mandiri Perkotaan, BKM sebagai organisasi pengelola PNPM Mandiri Perkotaan dan wakil masyarakat dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
harus melakukan sosialisasi lagi sehingga masyarakat benar- benar mengerti dan paham tentang alur dan proses pemberdayaan melalui PNPM Mandiri Perkotaan ini. Disamping itu juga harus dilakukan pendampingan bagi KSM- KSM , pelatihan kelembagaan dan juga kegiatan penyadaran dan peningkatan kepedulian, dengan harapan agar warga masyarakat dapat paham dan mengerti akan tujuan PNPM Mandiri Perkotaan. 2. Dengan kurangnya kesadaran dan pola pikir kritis masyarakat, BKM dan unit- unit pengelolanya dalam pelaksanaan pendampingan bagi KSM harus lebih menumbuh kembangkan sikap dan pola pikir pemikiran kritis, madiri, dan berdaya dengan melalui berbagai dialog, cermat dan diskusi secara rutin dengan KSM- KSM. Hal ini bertujuan agar masyarakat menyadari bahwa KSM sebagai pelaku utama dalam PNPM Mandiri Perkotaan ini tidak hanya semata- mata organisasi untuk mendapatkan manfaat dana dari PNPM Mandiri Perkotaan saja, akan tetapi lebih dari itu masyarakat dapat bertukar pikiran dan informasi. 3. Dengan adanya kemacetan kegiatan pinjaman dana bergulir, UPK BKM sebagai pengelola pinjaman dana bergulir harus mempunyai aturan yang lebih tegas tentang ketentuan pembayaran angsuran pinjaman. Disamping denda keterlambatan, UPK juga harus memberikan sangsi dengan tidak memberikan kesempatan lagi kepada KSM yang selalu terlamabat membayar angsuran untuk pinjam dana lagi ke UPK BKM. 4. Dengan
adanya
penyimpangan-
penyimpangan
yang
terjadi
dan
ketidaktepatan sasaran dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
seharusnya Pemda dan Korkot khususnya sebagai pelaksana dan pemantau kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan harus lebih meningkatkan evaluasi dan monitoring pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan pada tiap- tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar agar tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan dan dana yang disalurkan dapat tepat sasaran.
commit to user