PROGRAM KOMUNIKASI BAPPENAS DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERIODISASI 2007-2008 Studi Kasus Pada Kecamatan Marga Mulya Tangerang
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh:
Nama NIM Jurusan
: Thelma Amelita : 44206120074 : Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS
ABSTRAKSI Thelma Amelita (44206120074) Program Komunikasi Bappenas dalam mensosialisasikan Program PNPM Mandiri Periodisasi 2007-2008, Studi Kasus Pada Kecamatan Marga Mulya Tangerang V + 106 Halaman ; 4 Lampiran Bibliografi : 24 Acuan ( 1978 – 2007) Pada tahun 2007 lalu pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan sebesar 15,4 % dari total populasi dan menurunkan jumlah pengangguran yang semakin bertambah setiap tahunnya, yang disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah antara penyediaan lapangan kerja baru dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Disini Bappenas sebagai salah satu badan pemerintah mempunyai tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan sosialisasi dari program PNPM Mandiri untuk disampaikan kepada masyarakat. Pemerintah telah melakukan berbagai strategi dan kebijakan pembangunan dalam upaya menanggulangi kemiskinan di berbagai sector. Dengan memandang perlunya perubahan pendekatan dalam pola penanganan kemiskinan dan pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan dan perdesaan, maka Pemerintah melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang merupakan program penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dengan berbasis komunitas atau dari, oleh dan untuk masyarakat. Beberapa program yang lahir dari Program PNPM Mandiri ini antara lain adalah Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Pembangunan Kecamatan (PPK), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan (PUAP). Diantara serangkaian daerah yang menjadi target dalam program PNPM Mandiri ini penulis memilih daerah Tangerang khususnya Kecamatan Marga Mulya, karena termasuk daerah perkotaan maka program yang dijalankan pada daerah ini adalah P2KP, yang sudah dilaksanakan semenjak tahun 2007 lalu. Berdasarkan hal tersebutlah penulis mencoba menggali lebih dalam mengenai program PNPM yang dijalankan di daerah tersebut. Target khalayak dari program tersebut terhadap masyarakat di daerah Marga Mulya Tangerang adalah masyarakat yang masih tergolong pada kriteria keluarga miskin yang masih tercatat pada indikator penduduk dan keluarga miskin, seperti contohnya penduduk yang hanya mampu memenuhi konsumsi makanan sebesar Rp. 120.000,- per bulan ataupun dalam hitungan rumah tangga sebesar Rp. 480.000,- per keluarga per bulan. Adapun keterlibatan masyarakat dalam program ini di Kecamatan Marga Mulya, kurang lebih sebesar 79,24% dari total partisipasi baik dalam hal
penyebarluasan informasi, penyusunan rencana, pemilihan pelaku program, dan penentuan usulan kegiatan, sedangkan presentase masyarakat yang kurang berpartisipasi adalah sebesar 20,76%. Sedangkan untuk program-program kegiatan yang dijalankan di Kecamatan Marga Mulya meliputi tiga bidang yang antara lain adalah : (1) Bidang Fisik / lingkungan, yang meliputi hal-hal seperti pembuatan jalan setapak, pembuataan talud, pembuatan WC sehat, rehab rumah tidak layak huni, perbaikan sumur, perbaikan saluran air. (2) Bidang sosial, yang meliputi hal-hal seperti beasiswa, santunan lansia, santunan anak cacat. (3) Bidang ekonomi, yang meliputi kegiatan seperti pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan peralatan untuk usaha keripik dan alat pertanian, dan ekonomi bergulir. Kerangka pemikiran dari penelitian ini terdiri dari komunikasi, yakni pengertian, karakteristik, fungsi, tujuan dan efek. Kemudian ada teori mengenai PR yaitu beberapa definisi PR, serta Humas Pemerintahan. Selain itu juga terdapat konsep perencanaan program komunikasi, sosialisasi dan program kampanye. Dimana inti dari kerangka pemikiran mengacu kepada konsep fungsional humas oleh Cutlip. Penelitian ini bersifat deskriptif – kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus (case study). Pengumpulan data banyak bersumber dari proses tanya jawab dengan nara sumber yakni key informan dan cross checker, dengan menggunakan teknik in-depth interview (wawancara mendalam). Hasil penelitian yang diperoleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Bappenas telah menerapkan langkah-langkah proses hubungan masyarakat. Dimana proses pengumpulan data dilaksanakan melalui teknik in depth interview bersama para narasumber yaitu Deputi Bidang Kemiskinan Bappenas, Direktur Penanggulangan Kemiskinan Bappenas, Staf Biro Humas, Camat Marga Mulya dan salah satu masyarakat penerima manfaat. Kesimpulan penelitian, pengelolaan program yang dilaksanakan oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Bappenas telah berhasil, hal tersebut dapat dilihat dengan dirasakannya manfaat sosialisasi dari masyarakat penerima manfaat dan ungkapan rasa puas dari pihak masyarakat beserta fasilitator lainnya.
DAFTAR ISI
Hal.
JUDUL ...................................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN …………………………....……………………........
1
1.1 Latar Belakang Masalah .............………….......………………...........
1
1.2 Perumusan Masalah ..............................................….....….................... 11 1.3 Tujuan Penelitian & Kegunaan Penelitian ...........................................
11
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 11 1.3.2 Kegunaan Penelitian ................................................................. 11 1.3.2.1 Kegunaan Akademis ...................................................
11
1.3.2.2 Kegunaan Praktis ......................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………..…………................
13
2.1 Pengertian Komunikasi ........................................................................
13
2.2 Public Relations .................................................................................... 15 2.2.1 Pengertian Public Relations .......................................................
15
2.2.2 Fungsi Public Relations .............................................................. 17 2.2.3 Tugas Public Relations Suatu Perusahaan .................................. 20 2.2.4 Media Public Relations ............................................................... 22 2.2.5 Humas Pemerintahan .................................................................. 23 2.3 Perencanaan Program Komunikasi ..... .................................................. 25 2.3.1 Faktor Penting Dalam Penyusunan Rencana Program ................ 27 2.3.2 Langkah-langkah Perencanaan Program Komunikasi ................ 29 2.4 Publik Eksternal ..................................................................................... 31 2.5 Sosialisasi ............................................................................................... 34 2.6 Pengertian Program Kampanye .............................................................. 36 2.6.1 Kegiatan Program Kampanye ...................................................... 36
2.6.2 Masalah Biaya dan Anggaran Kampanye PR ............................. 37 2.6.3 Proses Sepuluh Tahapan Perencanaan Kampanye ...................... 38 2.6.4 Tujuan Kampanye PR .................................................................. 38 2.6.5 Metode Kampanye PR ................................................................. 39 2.6.6 Model Proses Komunikasi Umum (Kampanye) ........................... 39 2.6.7 Teknik Berkampanye .................................................................... 41 2.6.8 Materi dan Isi Program Kampanye ............................................... 44 BAB III METODOLOGI ................…………………...………………………......... 46 3.1 Metode Penelitian ………….………………………………………....
46
3.2 Sifat Penelitian ……………………………………………………..
47
3.3 Metode Penelitian ……………………………………………..........
47
3.4 Definisi Konsep …………………………………………………….
49
3.5 Fokus Penelitian ……………………………………………………
49
3.6 Key Informant ………………………………………………………
52
3.7 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….
52
3.7.1 Data Primer …………………………………………………
53
3.7.2 Data Sekunder …………………………………………….
54
3.8 Teknik Analisa Data ………………………………………………
54
BAB IV GAMBARAN OBYEK & HASIL PENELITIAN…………..………….... 4.1 Gambaran Umum Organisasi ..........................................................
56 56
4.1.1 Sejarah & Perkembangna Bappenas ........................................
56
4.1.2 Profil Bappenas ................ ......... ............................................
58
4.1.3 Visi & Misi Bappenas ..........................................................
64
4.1.4 Struktur Organisasi Bappenas ..................................................
65
4.1.5 Deputi Bidang Kemiskinan Bappenas ................................
67
4.1.5.1 Direktorat Penanggulangan Kemiskinan......................
69
4.1.5.2 Sub Direktorat Pengembangan Program Kemiskinan.... 70 4.1.6 Kedudukan Humas Bappenas .............................................. ..
71
4.1.6.1 Penerangan ................................................................
73
4.1.6.2 Dokumentasi .............................................................
74
4.1.6.3 Administrasi Kehumasan ..........................................
75
4.2
Hasil Penelitian .......................................................................
76
4.2.1 Merumuskan Masalah ....................................................
76
4.2.2 Membuat Rencana dan Program ...................................
84
4.2.3 Menentukan Publik Sasaran .........................................
87
4.2.4 Bertindak dan Berkomunikasi ........................................
90
4.2.5 Mengevaluasi Program ..................................................
98
4.3 Manfaat Program PNPM Mandiri ........... .............................
101
4.4 Kendala-kendala Program PNPM Mandiri ........... ...............
102
4.5 Analisa Data................................... …………..…………........... 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................ …………..…………...........111 5.1 Kesimpulan ..............................................................................
111
5.2 Saran ........................................................................................
113
5.2.1 Saran Akademis .............................................................
113
5.2.2 Saran Praktis ..................................................................
114
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN
vii
115
BAB I PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang Masalah Di dalam suatu perusahaan, komunikasi merupakan bagian yang sangat
penting dan merupakan tanggung jawab seluruh bagian dari organisasi tersebut. Kegiatan komunikasi secara khusus menjadi fokus utama dari Public Relations (PR). Public Relations adalah usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara suatu badan atau organisasi dengan masyarakat melalui suatu proses komunikasi timbal balik atau dua arah. PR juga sebagai manajemen komunikasi antara suatu organisasi dengan publiknya 1. Fungsi utama Public Relations adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga atau organisasi.
Komunikasi sebagai fokus utama kegiatan PR mempunyai beberapa peran, salah satunya adalah menyampaikan informasi dan untuk mendidik khalayaknya 2. Frank Jefkins mengemukakan bahwa PR terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin 1 2
Anthony Davis, Everything You Should Know About Public Relations, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, hal 3 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 1
2
kontak dengannya3. Dalam melakukan kegiatannya, PR perlu membuat programprogram yang terkoordinir dan terencana agar tujuan komunikasi yang telah ditetapkan dapat terwujud.
Salah satu kegiatan yang dijalankan oleh PR dalam pelaksanaan programnya adalah sosialisasi, dimana konsep dari sosialisasi itu sendiri adalah salah satu fungsi komunikasi yang berperan penting dalam pola tingkah laku seseorang di tengahtengah masyarakat. Sosialisasi juga merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses tersebut seorang individu dari masa anak-anak hingga dewasa belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan individu-individu di sekelilingnya 4. Sosialisasi juga merupakan proses penyesuaian diri anggota baru terhadap adanya organisasi dalam memasuki suatu organisasi perusahaan. Sedangkan menurut Robins, sosialisasi organisasi adalah proses seseorang mempelajari nilai, norma, prilaku, menjadi lebih baik yang memungkinkan dia untuk berpartisipasi sebagai anggota organisasi 5. Sedangkan hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam peranan pokok atau tanggung jawab PR atau pejabat humas adalah bagaimana menciptakan kepercayaan, goodwill, dan kejujuran dalam menyampaikan pesan atau informasi, serta publikasi 3
Frank Jefkins, Public Relations, Edisi Keempat, PT. Erlangga, Jakarta, 1996, hal. 8 M. Munandar Soelaeman MS, Ilmu sosial dasar Teori & Konsep ilmu sosial, ed Revisi Hal 108. 5 M. Pabundu Tika, Budaya Organisasi & Peningkatan Kinerja Perusahaan, Hal 56 4
3
yang positif kepada khalayak yang didukung dengan kiat dan taktik serta teknik dalam berkampanye untuk memperoleh citra 6. Dalam hal menjalankan programnya khususnya dalam hal sosialisasi seorang PR biasanya mengadakan kampanye untuk mensosialisasikan program tersebut, adapun kampanye tersebut dinamakan PR campaign dimana dalam arti sempitnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activities) agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan 7 Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye public relations tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif 8. Jika ditarik suatu kesimpulan dari uraian di atas bahwa kampanye tersebut menyangkut kepentingan lembaga, organisasi, perusahaan, peluncuran suatu produk barang atau jasa, hingga bidang politik, ekonomi, sosial dan seni budaya, olahraga, program pembangunan nasional dan sebagainya. Kegiatan kampanye dilakukan pada 6
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 63 Ibid hal. 66 8 Ibid hal. 67 7
4
event tertentu dan jangka waktu tertentu yang dirancang sedemikian rupa, atraktif, kreatif dan dinamis dalam rangka untuk mempengaruhi pihak lain 9. Kegiatan kampanye itu biasanya memuncak dalam event tertentu untuk menarik perhatian, dukungan, pemahaman, dan meningkatkan kesadaran, sekaligus mempengaruhi masyarakat tentang suatu isu, tema dan topik tertentu, seperti berikut ini 10: a. Kampanye pemilu b. Kampanye KB nasional c. Kampanye gerakan disiplin nasional (GDN) d. Kampanye mencegah HIV/AIDS e. Kampanye kadarkum (kesadaran hukum) f. Kampanye anti merokok, anti alkohol, dan anti narkotika g. Kampanye olahraga, ”jargon” atau slogan yang cukup berhasil dipopulerkan oleh Menpen
Harmoko
melalui
tema
”Mengolahragakan
masyarakat
dan
memasyarakatkan olahraga.” Sedangkan seperti yang dapat kita amati belakangan ini salah satu kampanye yang sedang digalakkan oleh Pemerintah adalah pemberantasan kemiskinan, seperti halnya yang dilakukan oleh salah satu badan pemerintahan yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang bekerjasama dengan beberapa departemen terkait dalam 9
Ibis hal. 68 Ibid hal. 69
10
5
memberantas kemiskinan dengan meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Seperti yang dapat kita ketahui bahwa kemiskinan dan pengangguran merupakan persoalan besar yang dihadapi oleh setiap bangsa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2008 adalah 35 juta atau 15,4% dari total populasi. Sedangkan jumlah pengangguran dari tahun ke tahun juga terus bertambah, disebabkan tidak seimbangnya jumlah antara penyediaan lapangan kerja baru dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Pasca krisis ekonomi tahun 1997, jumlah pengangguran terus meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 1997-2008, jumlah tersebut hanya dua kali mengalami penurunan, yakni pada tahun 2007 dan 2008 11.
Tabel 1. Data Penduduk Miskin dan Pengangguran Terbuka dalam Rentang 1996-2008 12 Pengangguran Terbuka Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 11 12
Jumlah (juta orang) 4.4 4.2 5 6 5.8 8 9.1 9.9 10.3 11.9
www.bappenas.go.id Ibid
% 4.9 4.7 5.5 6.4 6.1 8.1 9.1 9.7 9.9 11.2
Kemiskinan Jumlah (juta orang) 34.5 49.5 47.9 98.7 37.9 38.4 37.3 36.1 35.1
% 17.7 24.2 23.4 19.1 18.4 18.2 17.4 16.7 16.0
6
2006 2007 2008
10.9 10.5 9.4
10.3 9.8 8.5
39.3 37.2 35.0
17.7 16.6 15.4
Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia hidup di perdesaan. Komposisi ini relatif tidak berubah dalam sepuluh tahun terakhir. Secara lengkap, komposisi penduduk miskin di Indonesia berdasarkan lokasi tempat tinggal dalam rentang tahun 1996-2008 dapat diperlihatkan pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 1996-2008 13
Tahun 1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Penduduk Miskin (Juta Orang) Kota Desa Total 9.60 24.90 34.50 17.60 31.90 49.50 15.60 32.30 47.90 12.30 26.40 38.70 8.60 29.30 37.90 13.30 25.10 38.40 12.20 25.10 37.30 11.50 24.60 36.10 12.40 22.70 35.10 14.49 24.81 39.30 13.56 23.61 37.17 12.77 22.19 34.96
Persentase Penduduk Miskin (%) Kota 13.70 21.90 19.40 14.60 9.80 14.50 13.60 12.60 11.37 13.47 12.52 11.65
Desa 19.90 25.70 26.00 22.30 24.80 21.10 20.20 19.50 19.51 21.81 20.37 18.93
Nasional 17.70 24.20 23.40 19.10 18.40 18.20 17.40 16.60 15.97 17.75 16.58 15.42
*BPS Maret 2008
Kemiskinan tidak bisa hanya dilihat dari rendahnya pendapatan masyarakat, namun juga ditandai oleh berbagai masalah multidimensi. Belum meratanya pembangunan khususnya di perdesaan dan luar Jawa menyebabkan kurangnya akses masyarakat miskin di perdesaan terhadap sumber daya produktif dan lapangan 13
www.bappenas.go.id
7
pekerjaan di perdesaan atau menjadi bagian dari kemiskinan di perkotaan. Kemiskinan juga terkait dengan terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar dan keberdayaan mereka untuk menjangkau layanan tersebut sehingga rentan untuk jatuh miskin pada saat terjadi guncangan ekonomi atau bencana lainnya 14.
Dengan dimensinya yang luas dan kompleks, kemiskinan perlu ditangani secara komprehensif dan sistemik. Faktor – faktor penyebab yang dipengaruhi begitu banyak variabel, baik yang bersifat internal maupun global, dan bersifat dinamis dari waktu ke waktu membutuhkan upaya penanggulangan kemiskinan yang harus terus diperbaharui. Pemecahan kemiskinan juga tidak lagi dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri melalui kebijakan yang terpusat dan berjangka pendek, melainkan memerlukan pendekatan yang terpadu, terencana, berkesinambungan, dan menuntun keterlibatan berbagai pihak 15.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan 14 15
Ibid hal 12 Ibid hal 14
8
kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan 16.
Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan
kerja,
pemerintah
meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dimulai pada tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.
Kementerian Negara PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencoba mengaplikasikan efektifitas komunikasi tersebut kepada setiap program yang mereka terapkan kepada masyarakat, dimana dalam hal ini salah satu programnya adalah ”Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Dimana salah satu tujuan dari program tersebut adalah untuk mengentaskan kemiskinan, dan membantu masyarakat Indonesia yang kurang mampu agar dapat mandiri dalam menjalankan usaha mereka.
16
Ibid hal 21
9
PNPM Mandiri sendiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah17 :
1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Program – program yang tercakup dalam PNPM Mandiri adalah program – program penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja yang berbasis pemberdayaan masyarakat dengan ciri-ciri : a. Menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat; b. Melakukan penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat c. Kegiatan program dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat. 2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan 17
Ibid hal 25
10
keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
PNPM Mandiri ”lahir” dari adanya kebutuhan untuk mengharmonisasi program-program nasional penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Sehingga PNPM merupakan ”nama generik” atau ”payung” bagi sejumlah program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang dimiliki oleh lebih dari 19 departemen atau sektor.
Beberapa program yang lahir dari Program PNPM Mandiri ini antara lain adalah ; Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Pembangunan Kecamatan (PPK), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan (PUAP). Beberapa program tersebut mencakup
program-program
bantuan
masyarakat
seperti
bantuan
langsung
masyarakat ataupun simpan pinjam bergulir.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri adalah
18
: Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
miskin secara mandiri.
18
Ibid hal 28
11
Penulis memilih sosialisasi program, karena sosialisasi program merupakan salah satu tugas Public Relations untuk memberi informasi kepada masyarakat luas mengenai suatu hal. Diharapkan dengan adanya sosialisasi masyarakat menjadi tahu dan paham tentang apa yang disosialisasikan. Jadi sosialisasi lebih menekankan pada proses untuk mempersiapkan dan ada juga yang melibatkan media komunikasi demi kepentingan untuk penyampaian pesan, opini, informasi atau berita. Oleh karena itu penulis meneliti mengenai kegiatan sosialisai, karena sosialisai merupakan bagian tugas dari Public Relations. Dengan sosialisasi Public Relations bisa berinteraksi baik secara langsung kepada masyarakat tentang suatu hal yang akan disosialisasikan.
Karena pentingnya sosialisasi mengenai program PNPM Mandiri yang dijalankan oleh Bappenas, maka penulis tertarik dengan aktivitas yang dilakukan oleh Bappenas dalam mensosialisasikan program PNPM Mandiri.
Dari sekian banyaknya daerah yang diprogramkan oleh pemerintah sebagai penerima manfaat dari program PNPM Mandiri ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di daerah Kecamatan Marga Mulya Tangerang, karena berdasarkan data yang penulis dapatkan di Tangerang masih terdapat ciri umum masyarakat dari kondisi fisik masyarakat miskin seperti tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman yang masih banyak terlihat jauh di bawah standar kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu, selain itu juga karena Tangerang merupakan salah satu daerah yang
12
baru saja melaksanakan program PNPM Mandiri ini yang dimulai pada tahun 2007 lalu.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah program komunikasi Bappenas dalam mensosialisasikan
program
PNPM
Mandiri
kepada
masyarakat,
khususnya
masyarakat pada Kecamatan Marga Mulya Tangerang ?”. 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menggambarkan program komunikasi apa saja yang
dilakukan oleh Bappenas dalam mensosialisasikan program PNPM Mandiri, khususnya di Kecamatan Marga Mulya Tangerang. 1.3.2
Kegunaan Penelitian
1.3.2.1 Kegunaan Akademis Sebagai sarana mengaplikasikan teori-teori dan ilmu pengetahuan dalam bidang komunikasi khususnya yang berkaitan program komunikasi. Selain itu juga untuk melengkapi literatur tentang studi PR khususnya tentang pelaksanaan program dan bagaimana cara mensosialisasikan program tersebut. 1.3.2.2 Kegunaan Praktis Dapat memberikan masukan bagi pihak Bappenas ataupun pihak organisasi lainnya mengenai tahapan apa saja yang harus dilakukan dalam mensosialisasikan suatu program.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan unsur paling penting dan menjadi dasar bagi segala
aktivitas kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi yang baik pada suatu organisasi atau perusahaan maka akan memperlancar kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communications berasal dari communicatus dalam bahasa latin yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan 19. Objek formal ilmu komunikasi ialah mencapai komunikasi yang serasi yang sejak awal menggarisbawahkan bahwa setiap komunikasi yang bersifat umum atau memasuki bidang masyarakat luas yang berusaha mencapai tingkat keserasian 20. Ahli lain seperti Hovland, Janis dan Kelley mengatakan ”komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak) komunikasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu 21: 19
Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi (Universitasa Terbuka, 2005) hal 5 Astrid S. Susanto-Sunario, Globalisasi & komunikasi (Grafindo, 1995) hal 108 21 Ibid hal 90 20
14
1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara beruntun serta berkaitan satu sama lain dalam kurun waktu tertentu. 2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, artinya komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar sesuai dengan tujuan dari pelakunya. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para prilaku yang terlibat, artinya kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. 4. Komunikasi bersifat simbolis, artinya komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. 5. Komunikasi bersifat transaksional, artinya komunikasi yang menuntut dua tindakan yaitu memberi dan menerima. 6. Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang, artinya para pelaku terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama 22.
Sedangkan komunikasi itu sendiri sangat erat kaitannya dengan tugas seorang public relations, dimana pengertian dari public relations itu sendiri apabila kita telaah lebih jauh adalah sebagai berikut 23; 22 23
Sasa Djuarsa Senjaja, Pengantar Komunikasi (Universitasa Terbuka, 2005) hal 5 Neni Yulianita, Dasar-Dasar Public Relations (Pusat Penerbitan Universitas 2003) hal 30
15
2.2
Public Relations
2.2.1
Pengertian Public Relations Istilah Public Relations, tidak selalu didefinisikan secara tepat, bahkan telah
menjadi perdebatan para ahli dan tokoh Public Relations. Sekitar 2000 orang yang terdiri dari para sarjana dan tokoh Public Relations termuka telah menyatakan definisi Public Relations, dimana satu sama lain berbeda pendapat, karena masing-masing mempunyai dasar pandangan dan pemikiran sendiri-sendiri. Dari definisi-definisi yang mereka sampaikan di antaranya terdapat anggapan-anggapan bahwa Public Relations itu adalah suatu ilmu, sistem, seni, fungsi, proses, profesi, metoda, kegiatan, dan sebagainya 24. Frank Jefkins mendefinisikan Public Relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana baik itu ke dalam maupun yang keluar antara suatu organisasi atau perusahaan dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian 25. Sedangkan The International Public Relations Associations sepakat untuk merumuskan sebuah definisi Public Relations yaitu fungsi manajemen dari budi yang dijalankan secara berkesinambungan dan berencana, dengan nama organisasiorgansisai dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh dan membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya 26. 24
Ibid hal 24 Frank Jefkins, Public Relations edisi ke empat (Erlangga, 1995) hal 9. 26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori & Praktek (Rosda, 1994) hal 134. 25
16
Berikut definisi Public Relations News, yaitu sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap public, menyatakan kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan public dan melaksanakan program kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publiknya. Ini adalah salah satu bulleting Public Relations 27. Oleh karena itu seorang Public Relations
dituntut untuk mempunyai
kreatifitas tinggi, sehingga dapat membuat program kerja yang mempunyai kualitas demi memberikan keuntungan dan kepuasan bagi kedua belah pihak yakni kepentingan organisasi dan publik yang terkait. Sedangkan Rhenald Kasali berpendapat bahwa Public Relations merupakan suatu fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik. Dalam proses penerimaan publik ini, perusahaan perlu memperhatikan hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya, seperti terbuka, jujur, fair, konsisten dan tidak mengasingkan diri”28 Selain fungsi yang telah disebutkan di atas, PR juga memiliki tugas seperti: 29 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi atau pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar (visual) kepada publik, sehingga publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal ikhwal atau lembaga, dan segenap tujuan serta kegiatan yang dilakukan. 27
Neni Yulianita, op.cit. hal 25 Rhenald Kasali, op. Cit., hal 15 29 F Rachmadi, Public Relations dalam Teori dan Praktek, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hal 22 28
17
2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. 3. Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan perusahaan maupun segala macam pendapat (public acceptance and non-acceptance). 4. Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public fovour, public opinion dan perubahan sikap. Pada perkembangannya, public relations telah berkembang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan sebuah perusahaan (korporasi). Profesional PR dilihat sebagai kalangan yang mampu mengubah situasi buruk pada keadaan yang lebih baik. Profesional PR dianggap mampu menciptakan hubungan baik dengan kalangan jurnalis dan membantu pimpinan puncak perusahaan menjadi komunikator yang handal.30
2.2.2
Fungsi Public Relations Fungsi dari Public Relations di antaranya adalah fungsi timbal balik ke dalam
dan ke luar. Jika keluar harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran image yang positif terhadap segala tindakan dan kebijaksanaan perusahaan atau organisai. Sedangkan jika ke dalam harus berusaha mengenai, mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran yang negatif (kurang menguntungkan) dalam masyarakat sebelum kebijaksanakan itu dilaksanakan. 30
Paul A. Argenti, CorporateCommunications, 3rd Edition, Mc Graw Hill-Irwin, New York, 2003, hal. 38
18
Fungsi Public Relations secara universal sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh seorang Public Relations Officer (PRO), hanya menyangkut dua fungsi, yang isinya 31 : 1. Menyampaikan kebijaksanaan menajemen kepada publik. Disini kita harus menyadari bahwa keberhasilan suatu perusahaan adalah atas dasar orang lain dalam hal ini adalah publik yang ada sangkut pautnya dengan perusahaan kita, tujuannya untuk mendapatkan image yang baik, oleh karena itu PR berfungsi juga menyampaikan kebijakan yang berlaku di perusahaan kepada publiknya. 2. Menyampaikan opini publik kepada manajemen. Disini PR haruslah cepat tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul dalam organisasinya. Oleh karena itu kita berkewajiban untuk merekam pendapat yang dikemukakan oleh publik yang berkepentingan terhadap organsisai kita, baik pendapat yang baik maupun pendapat yang buruk. Kemudian kita juga harus mengevaluasi opini publik yang diterimanya setelah itu menginformasikan kepada manajemen tentang opini publik.
Sedangkan mengenai konsep fungsional Humas, Scott M. Cutlip, Allen H. Center and Broom, M.G dalam bukunya Effective Public Relations, memberikan penjelasan sebagai berikut 32: 31
Ibid hal 50
19
1. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari publik-publik suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan beserta operasionalisasi organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik tersebut. (To facilitate and insure an inflow of representative opinions from an organizations several publics so that its policies and operation may be kept compatible with the diverse needs adnd views of these public) 2. Menasihati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat di terima secara maksimal oleh public. (To counsel managemenet on ways and means on shaping an organizations policies an operations to gain maximum public acceptance). 3. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi. (To devise and implement programs that will gain wide and favorable interpretations of an organizations policies and operations). Public Relations dalam menjalankan tugasnya membutuhkan media sebagai alat untuk menyampaikan informasi organisasi atau perusahaan, begitupun dengan kegiatan Public Relations yang menyangkut pembinaan, kemudian Public Relations juga membutuhkan media baik cetak maupun elektronik. Etika kejujuran atau kebenaran dan kepercayaan merupakan falsafah Public Relations yang sangat mendasar dalam mendukung adanya opini yang baik di mata 32
Scoot M. Cutlip, Allen Center and Broom. M.G. Effective Public Relations. (New Jersey 1971)
20
publik terhadap organisasi
33
. Untuk pencapaian tujuan kegiatan Public Relations
secara baik, maka para praktisi Public Relations harus memahami secara jelas tentang esensi Public Relations sebagai suatu bentuk spesialisasi komunikasi, sehingga profesi Public Relations ini mempunyai karakter yang spesifik yang dapat berbeda dengan karakter bidang komunikasi yang lain. Jadi di sini seorang Public Relations yang profesional harus dipraktekkan oleh orang yang dapat berperan sebagai jembatan penghubung bagi kedua belah pihak, bukan sebagai penabuh gong yang hanya berperan pada saat-saat tertentu saja diperlukan. Kemudian sebagai praktisi Public Relations secara profesional ia juga harus dapat melayani, khususnya sebagai penterjemah, membantu perusahaan untuk dapat beradaptasi dan mengatur kegiatan yang bersifat politik, sosial dan ekonomi dan dapat membantu publik untuk lebih penuh pengertian terhadap organisasi atau perusahaan 34. 2.2.3
Tugas Public Relations Suatu Perusahaan Di sini tugas seorang Humas adalah menciptakan, memelihara serta
meningkatkan cara yang baik dan perusahaan kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan dan memperbaiki jika citra itu rusak. Seorang Humas juga harus menciptakan dan membina komunikasi dua arah dan mampu menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada karyawannya, di lain 33 34
Ibid hal 45 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi (PT Grafindo Persada) hal 61
21
pihak Humas juga menampung segala keluhan, tanggapan keinginan karyawan yang kemudian di sampaikan kepada pimpinan (sebagai mediator) 35. Pada umumnya kegiatan Public Relations adalah mengupayakan adanya penciptaan goodwill yang terjadi pada publiknya dan upaya ini sangat diperlukan dalam berbagai macam bentuk organisasi apapun, baik besar ataupun kecil. Penciptaan goodwill yang dilakukan seorang PRO terhadap publik-publik yang berkepentingan merupakan hal yang menjadi prioritas kegiatan Public Relations. Berikut peran ideal yang harus dimiliki seorang Humas dalam suatu perusahaan, antara lain sebagai berikut 36 1. Menjelaskan tujuan-tujuan organisasi kepada pihak publiknya. Tugas tersebut akan terpenuhi dengan baik, apabila Humas bersangkutan lebih memahami dan meyakini pesan informasi yang akan disampaikan. 2. Bertindak sebagai radar, tetapi juga harus mampu memperlancar pelaksanaan kebiajakan publik. Jangan sampai pesan tersebut membingungkan atau menghasilkan sesuatu yang kadang-kadang tidak jelas arahnya sehingga pesan sulit diterima oleh publik. 3. Pihak PR/Humas harus memiliki kemampuan untuk melihat ke depan atau memprediksi sesuatu secara tepat yang didasarkan kepada pengetahuan akan data atau sumber informasi yang menyangkut kepentingan organisasi atau publiknya.
35 36
Ibid hal 58 Ibid hal 123
22
2.2.4
Media Public Relations Dalam rangka mencapai tujuan Public Relations sangat diperlukan media
yang efektif. Bila PRO mengetahui cara kerja media massa, informasi Public Relations yang disampaikan akan menjadi layak berita, berikut jenis macam media Public Relations
37
:
a. Radio, tape recorder, telepon b. Seminar, konferensi c. Annual Report dan account d. Sponsorship, partisipasi di dalam event e. Corporate Identity, house style f. Video, slide, kaset – kaset rekaman audio g. Surat kabar, majalah, brosur h. Foto, lukisan, film, televisi
Selayaknya di suatu perusahaan yang memiliki public relations di perusahaan mereka, di lembaga pemerintah ataupun Departemen juga terdapat unsur public relations namun lebih dikenal sebagai Biro Hubungan Masyarakat, adapun pengertian dari Humas Pemerintahan itu sendiri adalah ;
23
2.2.5
Humas Pemerintahan Humas dalam lembaga pemerintah (departemen, lembaga non departemen,
Badan Usaha Milik Negara/BUMN), merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi tentang kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan lembaga pemerintah kepada masyarakat 38. Kemudian tugas dari Humas Pemerintahan, di antaranya 39: 1. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, langkah-langkah dan tindakan-tindakan pemerintah serta memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa informasi yang diperlukan secara terbuka, jujur, dan objektif. 2. Memberikan bantuan kepada media berita berupa bahan-bahan informasi mengenai kebijakan dan langkah-langkah serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita untuk acara-acara resmi yang penting. Pemerintah merupakan sumber informasi yang penting bagi media, karena itu sikap keterbukaan informasi sangat diperlukan 3. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan kebudayaan yang telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak di dalam negeri maupun di luar negeri.
Idealnya Humas itu dimasukkan ke dalam staff inti, langsung berada di bawah pimpinan supaya lebih mampu dalam menjalankan tugasnya. Dengan posisi itu kita 37
Frank Jefkins. Essentials of Public Relations (Heinemmann Asia, 1982) hal 15 Rusli Simanjuntak. Pengelolaan Reputasi Organisasi Publik. Seminar sehari di Hotel Kartika Chandra, tanggal 2 Juni 2005 39 Ibid hal 22 38
24
dapat mengetahui langsung latar belakang dari sesuatu keputusan yang diambil oleh pimpinan lembaga, sehingga ia langsung mendapat bahan informasi untuk disampaikan kepada publik yang bersangkutan. Humas pemerintah merupakan subsistem dari sistem penerangan secara keseluruhan dan merupakan bagian dari kegiatan komunikasi sosial 40. Dalam pelaksanaannya peran dan fungsi Humas tidak terlepas dari bagian-bagian lain dari sesuatu badan/lembaga pemerintah. Dalam rangka pelaksanaan fungsinya, Humas pemerintah itu pada dasarnya melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut 41 : 1. Membina pengertian khalayak atas kebijakan instansinya, dalam hal ini khalayak yang menjadi sasaran sebagai berikut : a. Khalayak intern atau karyawan di lingkungan instansinya sendiri. b. Khalayak ekstern, seperti pada media massa, instansi lain, pemuka-pemuka masyarakat umum. 2. Menyelenggarakan dokumentasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instansinya. 3. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat umum masyarakat. 4. Mengumpulkan data dan informasi. Data dan informasi dapat diperoleh secara aktif, yaitu dengan mengumpulkan dan menghubungi pihak/sumber yang berkompeten. 40 41
Ibid hal 24 Ibid hal 25
25
Dalam menjalankan setiap programnya public relations membutuhkan suatu rencana agar program tersebut berjalan dengan lancar, adapun perencanaan tersebut dinamakan perencanaan program komunikasi, yang dapat diartikan sebagai berikut.
2.3 Perencanaan Program Komunikasi Perencanaan di bidang komunikasi dapat dibedakan pada dua tingkatan. Masing-masing tingkatan mencerminkan pula cakupan dari perencanaan yang dimaksud. Yang pertama pada tingkat yang luas dan menyeluruh disebut sebagai perencanaan komunikasi (communication planning), dan biasanya berskala nasional. Perencanaan di tingkat nasional ini biasanya dikenal juga sebagai perumusan kebijakan komunikasi nasional (national communication policy). Perencanaan komunikasi dalam rangka merancang dan melaksanakan program kegiatan komunikasi amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah ”suatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”
42
. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan
dari kegiatan komunikasi, dan tujuan komunikasi ini tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan dari program pembangunan baik di sektor tertentu mau pun pembangunan nasional secara keseluruhan. 43 Sedangkan pengertian dari program komunikasi itu sendiri adalah kegiatan penggunaan yang terencana dan terkoordinir dari berbagai metoda komunikasi untuk 42 43
Zulkarnaen Nasution. Perencanaan Program Komunikasi (Universitas Terbuka, 2005) hal. 1.11 Ibid hal 1.1
26
keperluan pemusatan perhatian kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap, suatu problem tertentu 44 . Program komunikasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Pertama adalah program komunikasi yang merupakan bagian dari suatu proyek pembangunan. Misalnya proyek pertanian atau proyek kesehatan. Untuk tercapainya tujuan proyek yang dimaksud diperlukan suatu dukungan komunikasi untuk menyebarluaskan ide ke masyarakat luas. Untuk itu di dalam tubuh proyek tersebut dibentuk suatu unit kegiatan komunikasi yang bertugas menunjang kegiatan proyek yang bersangkutan. Kedua adalah program komunikasi yang merupakan proyek tersendiri. Misalnya dalam kasus proyek Media massa dan praktek kesehatan di Honduran dan Gambia. Sesuai dengan nama proyeknya, yang disebut juga sebagai komunikasi kesehatan (Healthcom) maka inti kegiatannya adalah pemanfaatan berbagai saluran komunikasi untuk tujuan penyuluhan kesehatan ke tengah masyarakat. Ketiga adalah program komunikasi yang sepenuhnya mandiri seperti dalam hal pendidikan jarak jauh (distance education). Di sini seluruh kegiatan merupakan aktivitas komunikasi. Agar program komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya public relations juga harus memperhatikan aspek – aspek untuk menunjung rencana mereka, yang antara lain adalah sebagai berikut ;
44
Zulkarnaen Nasution. Perencanaan Program Komunikasi (Universitas Terbuka, 2005) hal. 1.11
27
2.3.1
Faktor Penting Dalam Penyusunan Rencana Program Komunikasi Dalam penyusunan rencana program komunikasi baik itu suatu perusahaan
ataupun organisasi harus menyusun langkah-langkah prioritas untuk menjalankan program organisasinya, hal – hal tersebut dapat disusun berdasarkan hal-hal prioritas sebagai berikut 45: 1. Ketersediaan finansial Kegiatan komunikasi yang akan dilakukan (apakah akan terbentuk siaran televisi, atau hanya mencetak pamflet) tentu ditentukan oleh tersedia atau tidaknya keuangan atau biaya untuk itu. 2. Kebutuhan nasional dan kebijakan departemen Dalam menentukan kegiatan tertentu, mestilah disesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan nasional dan kebijakan departemen ataupun instansi yang berkenaan dengan bidang masalah yang dimaksud. 3. Kebutuhan lokal dan kondisi setempat Masyarakat tertentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu pula. Dengan begitu apa yang diperlukan oleh suatu masyarakat tertentu tidak dapat disamakan dengan masyarakat lainnya, karena kerap kali justru kunci persoalan terletak disini. 4. Ketersediaan sumber-sumber (resources) merupakan hal-hal yang diperlukan untuk memungkinkan dilakukannya sesuatu. Termasuk ke dalamnya adalah 45
Ibid hal. 1.11
28
keahlian, sarana dan prasarana, tenaga dan sebagainya. Ketersediaan sumbersumber yang diperlukan untuk mengadakan kegiatan komunikasi tidak selalu sama di semua tempat. Tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. 5. Kesegaraan efek terhadap khalayak. Dalam merencanakan suatu kegiatan komunikasi, juga harus dipertimbangkan tentang kesegaran (immediacy) efek yang kelak ditimbulkannya. Andaikata hal itu memang dibutuhkan. Suatu kegiatan komunikasi memang ada yang efeknya segera kelihatan, tetapi ada pula yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengetahui efeknya. 6. Kemungkinan respons khalayak Berdasarkan perhitungan dan pengalaman sebelumnya, dapat juga diperkirakan bagaimana kemungkinan respons khalayak terhadap kegiatan komunikasi yang direncanakan. Perkiraan ini seyogyanya dipertimbangkan agar kegiatan yang diadakan nantinya benar-benar berhasil guna dan berdaya guna. 7. Pengalaman sebelumnya Dalam kaitan ini, pengalaman melakukan kegiatan komunikasi sebelumnya baik di tempat lain maupun di tempat yang sama merupakan pertimbangan yang berharga untuk menjadi masukan. Dengan demikian dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan 46 Sebelum memulai semua rencana yang telah ditetapkan sebelumnya public relations harus dapat menganalisa ataupun meninjau hal-hal apa saja yang sekiranya
29
dapat menunjang pelaksanaan program tersebut, hal – hal tersebut dituangkan ke dalam langkah-langkah perencanaan program komunikasi sebagai berikut ;
2.3.2
Langkah – langkah Perencanaan Program Komunikasi Meskipun barangkali memang dibutuhkan, namun tidak semua hal dapat
ditampung dalam rencana program komunikasi. Mungkin saja sesuatu hal dipandang baik, tapi tidak berarti lantas masuk dalam rencana. Perencanaan program komunikasi hendaklah mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada sehingga rencana yang disusun menjadi lebih realistis, langkah – langkah yang dapat diambil antara lain adalah 47: 1. Menganalisis masalah Langkah pertama adalah menganalisi masalah atau problem yang dihadapi. Hasil analisis inilah yang menjadi titik tolak dalam menyusun perencanaan program komunikasi. Setelah melakukan analisis yang benar, kita akan mengetahui persis apakah sebenarnya masalah yang dihadapi oleh suatu masyarakat. 2. Menganalisis khalayak Khalayak yang hendak dijangkau dengan program komunikasi yang akan dilancarkan hendaklah dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini dimaksudkan agar penyelenggara program benar-benar mengenali sepersis mungkin siapa gerangan mereka itu masyarakat yang akan menjadi khalayak program. 46 47
Ibid hal. 1.14 Ibid. hal 1.20
30
3. Merumuskan objective atau tujuan spesifik Sama dengan ketika kita merencanakan akan menempuh suatu perjalanan sejak semula sudah harus ditetapkan tempat tujuan perjalanan tersebut. Dalam perencanaan program komunikasi pun begitu. Harus jelas hasil apa yang hendak dicapai. Itulah yang disebut sebagai suatu objectives. 4. Memilih media atas saluran komunikasi Berdasarkan analisis khalayak dan rumusan objectives dilakukan pemilihan media atau saluran komunikasi apa yang akan digunakan untuk menjangkau khalayak. Pilihan ini dapat berupa satu atau dua media, namun juga bisa merupakan suatu kombinasi multi media. 5. Mengembangkan pesan Isi pesan yang akan disampaikan hendaklah dirancang lebih dahulu sebaikbaiknya. Pengembangan pesan atu disebut juga message design merupakan langkah untuk merancang dan menata pesan agar penyampaiannya kepada khalayak sasaran dapat efektif. 6. Merencanakan produksi media Setelah segala sesuatu mengenai tujuan, strategi, pemilihan media dan sebagainya ditetapkan maka kini dirumuskan rencana produksi media. Setiap media yang dipilih memerlukan perencanaan produksi agar hasil yang diperoleh nantinya dapat sesuai dengan obhectives yang telah ditetapkan.
31
7. Merencanakan manajemen untuk melaksanakan program komunikasi, diperlukan suatu pengelolaan atau manajemen agar semua unsur yang terkait dalam program ini dapat melaksanakan tugas secara terkoordinir. Pada langkah ini disusun jadwal kegiatan serta siapa yang bertugas untuk setiap tugas. 8. Merencanakan monitoring dan evaluasi Sejak dari awal sudah harus dicantumkan dalam perencanaan program komunikasi mengenai aspek monitoring dan evaluasi. Monitoring dimaksudkan untuk secara terus menerus mengikuti jalannya proses program komunikasi yang dimaksudkan. Sedangkan evaluasi merupakan penilaian terhadap pencapaian program, agar segala masukan dapat menjadi bahan untuk menyempurnakan program.
2.4 Publik Eksternal Yang dimaksud Publik Eksternal adalah publik yang berada di luar organisasi/instansi/perusahaan yang
harus diberikan penerangan/informasi untuk
dapat membina hubungan baik. Sama juga halnya dengan publik internal maka publik eksternal juga menyesuaikan diri dengan bentuk atau sifat, jenis dan karakter dari organisasi yang bersangkutan. Berikut beberapa unsur pada publik eksternal yang dianggap penting 48 48
Rhenald Kasali. Op.cit hal 79
:
32
a. Konsumen, di sini fungsi PR terutama adalah menanamkan kepercayaan pada masyarakat dan konsumen akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. b. Pemasok, di sini pemasok ada dua jenis, yaitu pemasok jasa, seperti air bersih dan energi serta pemasok berbagai macam bahan baku, komponen produksi serta jasa profesional. c. Penyalur, mereka yang menangani fungsi perantara antara produsen dan konsumen. d. Pesaing, tugas PR di sini adalah meyakinkan para manajer bahwa dalam batasbatas tertentu perusahaan dapat memanfaatkan pesaing. e. Bank, Bank adalah lembaga komersial yang tidak hanya mengandalkan bunga yang diterima melainkan juga jaminan atas pengambilan pinjaman pokok debitur. f. Pemerintah, fungsinya adalah memantau secara berkala kebijakan Pemerintah, membina hubungan baik dengan pejabat Pemerintah, dan melakukan lobi untuk mempercepat dan mempermuda suatu perizinan. g. Pers, media di sini adalah mendidik komunitas agar mereka dapat berhubungan timbal balik, termasuk di dalamnya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sebagai sumber tenaga kerja di perusahaan. Kemudian di sini para pimpinan perusahaan umumnya dibekali dengan teknik untuk mendesain organisasinya sesuai dengan keadaan lingkungan eksternalnya. Unsur dalam lingkungan itu dapat dilihat dalam dua hal, yaitu 49 : 49
Ibid hal 43
33
a. Kompleksitas Lingkungan Diukur dari banyaknya pihak di luar perusahaan yang perlu mendapat perhatian perusahaan karena pengaruhnya. Semakin banyak aktor yang perlu diperhatikan, berarti kompleks. Semakin sedikit, berarti sederhana. b. Stabilitas Lingkungan Diukur dari perubahan yang ditimbulkan. Bila terlalu sering terjadi perubahan peraturan pemerintah, perubahan selera konsumen, perubahan peran para aktor dalam lingkungan lainnya, maka lingkungan dikatakan tidak stabil (labil), keadaan sebaliknya disebut stabil.
Tujuan yang dibina bagi Publik eksternal adalah untuk mengeratkan dengan orang-orang di luar badan atau instansi hingga terbentuklah opini publik yang favourable terhadap badan itu. Unsur-unsur dalam lingkungan eksternal cenderung lebih kompleks dan lebih sukar dikendalikan perusahaan. Semakin komplek unsur tersebut semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk menciptakan departemen baru (melebar) yang masing-masing dipersiapkan untuk melakukan deal dengan setiap aktor dalam lingkungan tersebut. Berikut beberapa kiat agar dapat menjalankan hubungan baik dengan publik eksternal : 1. Memahami karakteristik masing-masing pihak dengan baik 2. Memahami berbagai kesulitan/kelemahan pihak-pihak tersebut 3. Melakukan pendekatan yang manusiawi
34
4. Memahami tujuan, visi dan misi masing-masing 5. Memberikan luang adanya evaluasi/feedback dari masing-masing pihak. Di lain pihak seorang praktisi PR perlu mengetahui bahwa semakin stabil lingkungan eksternal, semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk membuat organisasinya mekanistik, artinya perusahaan cenderung menggantungkan diri pada aturan, prosedur dan job description yang jelas. Sebaliknya semakin tidak stabil (labil) perusahaan akan di desain organik atau fleksibel. Organisasi yang demikian cenderung datar, tidak banyak hierarki dan amat responsir terhadap perubahan lingkungan.
2.5
Sosialisasi Sosialisasi merupakan salah satu fungsi komunikasi yang berperan penting
dalam pola tingkah laku seseorang di tengah-tengah masyarakat. Sosialisasi juga merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses tersebut seorang individu dari masa anak-anak hingga dewasa belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan individuindividu di sekelilingnya 50. Sosialisasi juga merupakan proses penyesuaian diri anggota baru terhadap adanya organisasi dalam memasuki suatu organisasi perusahaan. Sedangkan menurut Robins, sosialisasi organisasi adalah proses seseorang mempelajari nilai, norma, 50
M. Munandar Soelaeman MS, Ilmu sosial dasar Teori & Konsep ilmu sosial, ed Revisi Hal 108.
35
prilaku, menjadi lebih baik yang memungkinkan dia untuk berpartisipasi sebagai anggota organisasi 51. Sosialisasi merupakan peristiwa yang penting yang dilaksanakan oleh seorang Public Relations, bisa juga dengan mengundang wartawan lokal dan regional serta wakil-wakil dari radio dan televisi untuk menghadiri acara tersebut, memang ini tidak beda jauh dengan publikasi. Tujuannya adalah memberikan informasi mengenai kebijakan dan kegiatan perusahaan. Jadi kegiatan sosialisasi atau mungkin bisa disebut publikasi mungkin lebih menekankan suatu proses dan teknis untuk mempersiapkan
dan
menerbitkan
media
komunikasi
demi
kepentingan
kegiatan/aktifitas Humas dalam upaya penyampaian pesan, opini, informasi dan berita, misalnya menerbitkan media, brosur, leaflet, booklet, poster, media internal perusahaan, press release, advertorial, company profile. Agar suatu program yang akan disosialisasikan dapat dipahami, maka sumber harus mengetahui informasi apa yang akan menarik perhatian media, menemukan sudut dan judul yang layak berita, serta menulis dan mengemas informasi itu untuk setiap media. Jadi di sini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan cara berfikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
71.
M. Pabun Zulkarnaen Nasution. Perencanaan Program Komunikasi (Universitas Terbuka, 2005) hal. 1.11
36
2.6
Pengertian Program Kampanye Fungsi dan tugas public relations, menurut Scott M. Cutliff dan Allen H.
Centre bahwa program kerja di dalam suatu kampanye yaitu sebagai berikut 52. To devise and implement programs that will gain wide and favourable interpretartions of an organizing policies and operations. Artinya,
merencanakan
dan
melaksanakan
program-program
yang
dapat
menumbuhkan penafsiran yang menyenangkan terhadap suatu kebijaksanaan dan mengenal operasional organisasi. Pendapat pakar lainnya dari Prof. Duyker (Belanda) yang mengatakan bahwa kampanye tersebut; ”Menggunakan berbagai lambang untuk mempengaruhi manusia sedemikian rupa sehingga tingkah laku yang timbul karena pengaruh tersebut sesuai dengan keinginan komunikator 53.
2.6.1
Kegiatan Program Kampanye Untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan penggiatan program
kampanye PR tersebut 54: a. Tentukan tujuan yang hendak dicapai ; b. Tentukan sasaran kampanye ; c. Tentukan ruang lingkup kampanye (lokal, regional, atau nasional) d. Tentukan jangka waktunya (life of cicle) ; 52
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 79 Ibid hal. 80 54 Ibid hal. 81 53
37
e. Tentukan publik sasarannya (Pemerintah, swasta, masyarakat, dan lain – lain) ; f. Tentukan tema, topik atau isu dari kampanye tersebut ; g. Tentukan efek yang akan diinginkan dalam suatu kampanye ; h. Tentukan fasilitas, perlengkapan, atau sarana yang akan menunjang suatu kampanye ; i. Pembentukan team work (tim kerja) yang solid dan profesional.
2.6.2
Masalah Biaya dan Anggaran Kampanye PR Dalam melaksanakan kampanye PR yang perlu diperhatikan adalah
memperkirakan berapa besarnya anggaran atau budget yang akan dialokasikan. Masalah biaya ini sangat menentukan untuk mendukung sukses atau tidaknya penggiatan kampanye tersebut dijalankan. Tanpa dukungan dana maka program kampanye tersebut akan menemui kegagalan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya 55. Di sini diperlukan komitmen pimpinan puncak untuk ikut terlibat sebagai pendukung dalam menenetukan besar kecilnya anggaran yang tersedia untuk kegiatan kampanye dalam jangka waktu cukup panjang, secara berkesinambungan dan terarah, serta penyusunan programnya harus sistematis dan jelas tujuan yang akan dicapai.
55
Ibid hal. 82
38
2.6.3
Proses Sepuluh Tahapan Perencanaan Kampanye (The Ten Stages of Campaign Planning) 56 a. Analysis (analisis) b. Objectives (tujuan) c. Public of Audience (publik atau khalayak sasaran) d. Messages (pesan-pesan) e. Strategy (strategi) f. Tactics (taktik pelaksanaan) g. Timescales (skala waktu) h. Resources (sumber daya) i. Evaluations (penilaian) j. Review (peninjauan)
2.6.4
Tujuan Kampanye Public Relations a. Public awareness b. Offer information c. Public education d. Reinforce the attitudes and behavior e. Behavior modification
56
Ibid hal. 99
39
2.6.5
Metode Kampanye Public Relations
Metode kampanye public relations dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu (repetition and continue). Sebaliknya, jika kampanye tersebut dilakukan secara insidentil atau hanya dilakukan sekali, tertentu, dan terbatas, maka hal ini jelas tidak bermanfaat atau kurang berhasil untuk menggolkan suatu tema, materi, dan tujuan dari kampanye 57. Sebelumnya sudah disinggung, dalam kampanye tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat membujuk (persuasif) dan mendidik (edukatif), yaitu berupaya untuk mengubah perilaku, sikap bertindak, tanggapan, persepsi, hingga membentuk opini publik yang positif dan mendukung atau yang menguntungkan segi citra dan sebagainya.
2.6.6
Model Proses Komunikasi Umum (Kampanye) Sebelumnya sudah disinggung mengenai bauran komunikasi (communication
mix) yang merupakan komponen-komponen pokok komunikasi yang berkolerasi secara fungsional dan merupakan paradigmatis komunikasi yang terkenal yang dirumuskan oleh Harold D. Lasswell,yaitu Who says what in which channel to whom in what effect. Sebagai perbandingan dalam proses komunikasi ditampilkan sebuah model proses komunikasi umum yang biasa dipakai dalam praktik proses penyampaian pesan oleh Everett M. Rogers and W. Floyd Shoemaker melalui 57
Ibid hal. 68
40
bukunya yang berjudul Communication of Innovations (New York : Free Press, 1971), dengan menampilkan a common model of communications process is that of source – message- channel receiver- effects atau yang dikenal dengan formula S – M – C – R – E, yaitu merupakan suatu model komunikasi yang sama atau mirip pada unsur-unsur pembaruan komunikasi yang tersebar. Model Proses Komunikasi S-M-C-R-E 58 SOURCE (Sumber)
MESSAGE (Pesan)
-Penemu
-Penemuan baru yang diumumkan -Ide, Gagasan.
-Ilmuwan -Pemimpin
CHANNEL (Media)
-Saluran kom unikasi massa ; Media massa ; Antar personal
RECEIVER (Penerima)
EFFECTS (Efek)
-Sistem anggota kemasyarakatan yang ada
-Konsekuensinya; Pengetahuan baru, perubahan sikap, persuasif, Menerima/tidak.
Jika ditarik inti pokok dari definisi di atas, pada dasarnya bahwa kampanye itu unsurnya antara lain sebagai berikut 59, j. Ada kegiatan atau suatu proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu kampanye. Berisikan rencana, tema/topik/isu, budget (dana), dan fasilitas. k. Komunikator, merupakan orang yang menyampaikan suatu pesan yang hendak disampaikan kepada pihak lain. Oleh karena itu, teknik berkomunikasi adalah suatu cara, kiat atau seni dalam penyampaian pesan melalui kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikannya. Oleh karena itu, persyaratan sebagai komunikator tersebut di atas akan terkait dengan 60; 58 59
Ibid hal. 69 Ibid hal. 70
41
a. Kemampuan (communication skill); b. Kepentingan (competence) c. Imajinatif, inovatif, kreativitas, dan lain sebagainya d. Kejujuran, (integrity) e. Itikad baik atau kemauan baik (good will) f. Karakter pribadi yang kuat (good character) g. Dapat dipercaya dan diandalkan (credibilitas and favorable) h. Penguasaan materi (product knowledge) cukup baik untuk disampaikan ke publiknya. 2.6.7
Teknik Berkampanye Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye melalui berbagai teknik
agar dalam penyampaian pesan (message) kepada audiensinya cukup efektif, antara lain beberapa teknik kampanye yang lazim dipergunakan dalam kegiatan public relations atau periklanan, yaitu sebagai berikut 61: a. Partisipasi (participating) Partisipasi, yaitu teknik yang mengikutsertakan (partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang sama ke dalam suatu kegiatan kampanye degnan tujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama dan toleransi.
60 61
Ibid hal. 71 Ibid hal. 74
42
b. Assosiasi (association) Association yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau obyek yang tengah ramai atau sedang ”in” dibicarakan agar dapat memancing perhatian masyarakat. Misalnya ”three in one” maka orang akan ingat akan pembatasan penumpang mobil probadi yang melewati jam tertentu di kawasan jalan protokol di Jakarta. c. Teknik integratif (integrative) Teknik ini bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator) kepada khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata: ”kita, kami, Anda sekalian atau untuk Anda, dan sebagainya, yang artinya mengandung makna bahwa yang disampaikan pihak komunikator bukan untuk kepentingan dirinya atau perusahaannya, atau bukan untuk mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil manfaat secara bersama, demi untuk kepentingan bersama. d. Teknik ganjaran (pay off technique) Teknik ganjaran bermaksud untuk mempengaruhi komunikan dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan sesuatu dengan ”iming-iming hadiah”, dan lain sebagainya dengan dua kemungkinan ; bisa berupa benefit, kegunaan dan bisa berupa ancaman. Bedanya, untuk yang pertama adalah berupaya menumbuhkan kegairahan dan menitikberatkan emosional dan yang kedua, yakni untuk membangkitkan rasa takut, ketegangan bila hal tersebut atau tertentu bisa terjadi di kemudian hari.
43
e. Teknik penataan patung es (icing technique) Hal ini merupakan suatu upaya dalam menyampaikan pesan (message) suatu kampanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dirasakan dan sebagainya. Icing technique merupakan to ice atau menata balok es yang dibentuk sedemikian rupa dan dibuat menjadi menarik, misalnya menggambarkan sepasang pengantin, dibantu dengan pencahayaan yang berwarna-warni sehingga menarik perhatian. Di dalam kampanye diperlukan suatu senin menata pesan dengan menggunakan ”imbauan emosional”, misalnya ”enak dibaca dan perlu” atau ”pas di kaki pas di hati, dan pas di kantong”, dan sebagainya. f. Memperoleh empati (empathy) Suatu teknik berkampanye dalam menempatkan diri dalam posisi komunikan, ikut merasakan dan ”peduli” situasi atau kondisi pihak komunikan. Biasanya dalam public relations dikenal dengan social responsibility and humanity relations. g. Teknik koersi atau paksaan (coersion technique) Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu ”paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi pihak komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.
44
2.6.8
Materi dan Isi Program Kampanye Materi dan isi kampanye tersebut biasanya menyangkut 62: a. Tema, topik dan isu apa yang ingin diangkat ke permukaan agar mendapat tanggapan ; b. Tujuan dari kampanye ; c. Program atau perencanaan acara dalam kampanye; dan d. Sasaran dari kampanye yang hendak dicapai. Rangkaian perencanaan dan komunikasi public relations tersebut merupakan
blue print yang disusun secara sistematis yang akan menjadi patokan atau pedoman dan yang digambarkan dalam suatu pola tahapan yang saling terkait erat satu sama lain. Komponen-komponen setiap langkah penggiatan program kampanye tersebut dibentuk secara berangkat, mulai dari 63: a. Analisis situasi dan audit komunikasi; b. Merumuskan tujuan dan target waktunya; c. Menentukan publiknya (target audience) d. Menentukan media e. Menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut f. Program penggiatan kampanye, dan g. Analisis hasil program tersebut dan aplikasinya, berhasil atau tidaknya berdasarkan planning your work and working your plan. 62 63
Ibid hal. 75 Ibid hal. 78
45
Kemudian sebagai acuan untuk mengukur keberhasilan dari program kampanye PR tersebut , tergantung pada apa dan bagaimana masalah yang akan dihadapi oleh setiap kegiatan, lembaga atau organisasi, serta perusahaan melalui peranan PR-nya. Sedangkan sebagai tolok ukurnya atau langkah terakhir adalah target atau sasaran yang hendak dicapai, yaitu sebagai berikut 64: a. Memperoleh citra positif; b. Memperoleh kepercayaan; c. Realitasnya atau bukan khalayan walaupun sasarannya tidak berwujud (intangible). Dalam kampanye, misalnya mengangkat tema atau topik serta isu tentang ”kelestarian lingkungan hidup” bertujuan untuk membangkitkan dan menciptakan kesadaran dari pihak masyarakat agar mau berperan serta atau berpartisipasi dalam upaya untuk menjaga lingkungan hidup. Pihak organisasi merupakan lembaga yang tidak hanya bertujuan untuk mengejar keuntungan materi, tetapi juga memiliki rasa, bahkan berkewajiban mengenai kepedulian organisasi terhadap tanggung jawab sosial (social responsibility of corporate). Hal ini merupakan pengembangan dari aktivitas atau penggiatan public relations mengenai kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa baik secara kuantitas maupun kualitasnya 65.
64 65
Ibid hal. 76 Ibid hal. 77
46
BAB III METODOLOGI
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif secara kualitatif, yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian yang terletak pada proses yang berkaitan mendeskripsikan fenomena, mengklasifikasinya dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul berbagai metodologi yang fokusnya menggunakan pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap pokok kajian66. Biasanya penelitian deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti tetapi belum ada kerangka teoritits yang menjelaskannya. Penelitian deskriptif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiz Wrightsman dan Cook sebagai penelitian yang insight stimulation, peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Tujuan inilah yang akan diteliti melalui metode kualitatif deskriptif yaitu mencari informasi melalui wawancara kepada pihak Humas Bappenas mengenai aktifitas apa saja yang digunakan dalam menciptakan mensosialisasikan program PNPM Mandiri.
66
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Rosdakarya Bandung, 2004) Hal 289.
47
3.2
Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif berusaha
menggambarkan situasi atau kejadian, data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis atau membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi. Pada penelitian deskriptif, data atau informasi yang diperoleh berbentuk kata, kalimat, pernyataan dan konsep67. Melalui penelitian deskriptif, dapat memberikan gambaran tipe-tipe orang atau aktifitas sosial tertentu.68
Penelitian deskriptif itu sendiri ditujukan untuk
mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.69 Pengamatan ini tidak menggunakan hipotesis. Dalam penelitian deskriptif kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi lebih menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.70
3.3
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
studi kasus (case study), yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek. Menelaah sebanyak mungkin data mengenai subyek yang diteliti. Berbagai metode wawancara, riwayat hidup, pengamatan, penelaah dokumen, hasil survei dan data apapun untuk memberikan suatu kasus secara terperinci.71 67
Vredenbergt, J., Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1978, hal 3. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1996 ) , hal. =29. 69 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 1991), hal. 24-25 70 Erna Widodo dan Mukhtar, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif (Yogyakarta: Avirouz, 2000), hal. 6 71 Dedy Mulyana, Paradigma Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, Hal. 2 68
48
Studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka studi kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitiannya, studi kasus lebih mendalam.72 Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan How atau Why, bila penulis hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang diselidiki.73 Selain itu, penelitian studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwaperistiwa kontemporer, bila peristiwa-peristiwa bersangkutan tak dapat dimanipulasi. Karena itu studi kasus mendasarkan diri pada teknik-teknik yang sama dengan kelaziman yang ada pada strategi historis, tetapi dengan menambahkan dua sumber bukti yang biasanya tak termasuk dalam pilihan sejarahwan, yaitu observasi dan wawancara sistematik.74 Secara rinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan-keunggulan sebagai berikut:75 Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar-variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. a. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. 72
Suhartini A, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Reka Cipta, Jakarta, 2002 Robert K. Yin, Study Kasus (Desain dan Metode), Ahli Bahasa M. Djanzi M, PT Raja Graisindo Perkasa, Jakarta, 1995, hal. 1 74 Ibid, hal. 12 75 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 23 73
49
b. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. c. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antarvariabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas
3.4
Definisi Konsep
a.
Program komunikasi adalah kegiatan penggunaan yang terencana dan terkoordinir dari berbagai metoda komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap, suatu problem tertentu
b.
Sosialisasi Program adalah salah satu fungsi komunikasi dan juga fungsi Humas dalam merencanakan dan melaksanakan program-program terhadap kebijakan organisasi yang juga berperan dalam pola tingkah laku seseorang di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
3.5
Fokus Penelitian Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi, dalam hal ini bidang
inkuiri, sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari untuk mencari subjek penelitian karena sudah dibatasi oleh fokusnya. Selain itu penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-ekslusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang
50
baru diperoleh dilapangan. Jadi dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah ataupun mana yang akan dibuang. 76 Dalam hubungannya dengan definisi konsep, penelitian juga memfokuskan pada program komunikasi dalam mensosialisasikan suatu program. Fokus pengelolaan sosialisai program PNPM Mandiri yang dititikberatkan pada kegiatan komunikasi yang tepat sebagai bagian dari tugas PR dalam pelaksanaan suatu program dalam organisasi. Aktivitas Public Relations dalam mensosialisasikan program, bisa dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya 77: 1. Merumuskan masalah a. Mengumpulkan data dan informasi, mengenai program yang akan disosialisasikan dengan mengumpulkan dan menghubungi pihak/sumber yang berkompeten. b. Mendiskusikan dengan pihak yang terkait. 2. Menentukan tujuan a. Mengumpulkan data yang diperlukan b. Membuat tujuan c. Mendiskusikan tujuan tersebut
76 77
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 94 Ibid hal. 105
51
3. Menentukan Publik sasaran a. Memahami program yang akan disosialisasikan b. Merumuskan komunitas c. Menentukan khalayak yang menjadi sasaran dari kegiatan tersebut. 4. Metode yang digunakan a. Memahami Publik sasaran b. Merancang metode yang sesuai dengan Publik sasaran 5. Perencanaan pelaksanaan a. Mempersiapkan segala kebutuhan (perlengkapan, tempat, dokumentasi, dan lain-lain) b. Memilih media komunikasi yang tepat c. Membina pengertian khalayak atas kebijakan instansi d. Menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan 6. Evaluasi efektifitas pelaksanaan a. Mengumpulkan data-data yang merupakan hasil akhir dari kegiatan sosialisasi program. b. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat umum masyarakat. c. Mengumpulkan saran dari berbagai pihak d. Menganalisis hasil
52
3.6
Key Informan Nara sumber atau key informan merupakan sebagian atau wakil unit analisis.
Pencarian nara sumber ini didasarkan atas orang-orang yang terlibat langsung dalam aktivitas sosialisasi program PNPM Mandri. Adapun nara sumber yang dipilih yaitu: 1. Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil & Menengah Bappenas, Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA. 2. Direktur Bidang Penanggulangan Kemiskinan Bappenas, Ibu Vivi 3. Staf Biro Humas, Bapak Budi 4. Masyarakat penerima manfaat, Ibu Endang 5. Camat Marga Mulya Tangerang, Bapak Drs. Sujadi
Alasan pemilihan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM sebagai nara sumber dikarenakan secara struktural, yang bersangkutan berkompeten atas kegiatan dari pelaksanaan program PNPM Mandiri serta berperan dalam mengkomunikasikan dan melaksanakan program-program PNPM Mandiri kepada masyarakat. Selain itu key informan dapat memberikan gambaran secara nyata mengenai proses kerja public relations serta strategi komunikasi yang seperti apa yang dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal.
53
3.7
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada dasarnya merupakan proses penelitian untuk
mendapatkan data atau informasi yang menjelaskan suatu permasalahan yang hendak diteliti. Data pada karya ilmiah terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Penjelasannya sebagai berikut: 3.7.1
Data Primer Data primer adalah data utama yang digunakan sebagai bahan acuan pada
suatu penelitian. Data primer lebih banyak bersumber dari proses tanya jawab antara pengamat dengan nara sumber atau wawancara. Wawancara merupakan percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.78 Teknik pengumpulan data primer yang digunakan oleh penulis yaitu teknik in-depth interview (wawancara mendalam). Definisi wawancara mendalam adalah: “A depth interview is an open-ended interview in which an individual is encourage to discuss an issue, problem or question in his or her own teams.”79 Pengambilan data dilakukan oleh penulis dengan melakukan wawancara secara langsung dengan Direktorat Pengembangan Program Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan sumber informasi dan mempunyai peranan penting dan cukup mewakili dalam aktifitasnya mensosialisasikan program PNPM Mandiri tersebut. 78 79
Katini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung, Alumni, 1980, hal. 139 Glenn M Broom & David M Dozier, Using Research in Public Relations, New Jersey, Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1990, hal. 145
54
Pengambilan data juga dilakukan dengan menggunakan teknik observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung lepada objek yang diteliti, di mana peneliti melakukan penelitian langsung di Bappenas guna memperoleh data. 3.7.2
Data Sekunder Untuk melengkapi data primer maka pencarian data juga dilakukan dengan
studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan untuk mencari dan menghimpun datadata penting yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data diperoleh dari bukubuku, literatur dan sumber lainnya yang memperkuat kerangka konsep. Penulis melakukan studi pustaka untuk mencari literatur konsep yang sesuai dengan objek penelitian, seperti melalui buku teks, jurnal, koran, situs internet, dan lain-lain.
3.8
Teknik Analisa Data Semua data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif dan bukan
berdasarkan apa yang dipikirkan oleh penulis, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan dan dipikirkan oleh partisipan atau sumber data. Untuk mendapatkan hasil seperti diatas maka penulis melakukan pendekatan triangulasi yaitu mencocokan antara tiga jenis data yang menjadi data primer maupun sekunder. Teknik mengadakan pemeriksaan keabsahan data dengan jalan mengeceknya kepada subjek lainnya atau dengan laporan atau dokumen yang
55
relevan atau mengadakan triangulasi. Hal demikian harus diperhatikan sekali oleh peneliti pada saat menganalisis menunjang tidaknya data itu pada hipotesis kerja 80. Dalam penelitian kualitatif, triangulasi merujuk pada pengumpulan informasi atau data sebanyak mungkin dari berbagai sumber seperti manusia, latar belakang dan kejadian melalui berbagai hal. Triangulasi ini menguntungkan penulis dalam dua hal yaitu: 1. Mengurangi resiko terbatasnya kesimpulan pada metode dan sumber data tertentu 2. Meningkatkan validitas kesimpulan sehingga lebih merambah pada data yang lebih luas.81 Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas hasil dan proses yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Proses triangulasi dilakukan terus menerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data, sampai penulis yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. Dalam melakukan pendekatan triangulasi, penulis memperoleh data melalui empat sumber (cross checker), yaitu: Bappenas sebagai pelaksana, Masyarakat sebagai fasilitator, Masyarakat sebagai penerima manfaat, dan Media Massa.
80 81
Ibid, hal. 287 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif, PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 2002, Hal 176
56
BAB IV GAMBARAN OBYEK DAN HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Organisasi
4.1.1
Sejarah dan Perkembangan BAPPENAS Pada hari pertama setelah hari kemerdekaan Republik Indonesia, para tokoh
terkemuka di Indonesia pada masa itu berfikir bahwa negara ini membutuhkan sebuah instansi pemerintahan yang mengatur atau membantu Presiden dalam hal perencanaan pembangunan. Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden No. 3 tertanggal 12 April 1947, dibentuklah sebuah dewan ekonomi dan strategi, yang dipimpin oleh Moh. Hatta bersama dengan tiga orang deputi, yaitu A. K Gani, Moh. Roem, dan Syaffruddin Prawiranegara 82. Selain dari Keputusan Presiden tersebut, Keputusan Pemerintah no. 2 tertanggal 2 Januari 1952, dibentuklah Dewan Perencanaan Nasional (DPN), yang dipimpin oleh Ir. H. Juanda, dimana dalam menjalankan tugasnya DPN dibantu oleh Biro Perencanaan Nasional (BPN). Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 80 tertanggal 23 Oktober 1950 dibentuklah Dewan Perencanaan Nasional (Depernas) yang dipimpin oleh Prof. Moh. Yamin bersama dengan tiga orang deputi yaitu Ir. Ukar Brata Kusuma, Kol. Dr. Sukardi, dan Ir. Sakirman dan M. Hutasoit dan Ida Tjandra Sahrip sebagai Sekretaris Utama. 82
www.bappenas.go.id
57
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 tertanggal 26 Oktober 1963, Dewan Perencanaan Nasional diubah namanya menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Badan ini dikepalai oleh Presiden sebagai mandat tertinggi dan dipimpin oleh seorang Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai pemimpin dari pelaksana tugas harian. Dimana tugas dan kewenangan dari Bappenas diatur dalam Peraturan Presiden No. 80 tertanggal 6 Juni 1967, bersamaan dengan tugas utama Bappenas dalam merumuskan Rencana Kerja Pemerintah selama lima tahun ke depan yang kemudian disebut dengan Repelita yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 3 tertanggal 8 Juni 196783. Struktur organisasi Bappenas pertama kali diatur dalam Peraturan Presiden No. 267 tahun 1968 yang mencakup Deputi Sarana & Prasarana, Deputi bidang Agama, Deputi Bidang Pembelanjaan, Deputi bidan Pelaksanaan, dan Deputi bidang Regional. Perubahan – perubahan tersebut terus berkembang sampai sekarang yang menjelaskan mengenai tugas pokok Bappenas, struktur organisasi dan kewenangan Bappenas sebagai salah satu lembaga pemerintah. Sebagai suatu lembaga perecanaan, produk perencanaan pembangunan yang dihasilkan oleh Bappenas harus dapat diandalkan dalam arti merupakan alternatif solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan bangsa, terintegrasi secara horizontal
83
Ibid
58
dan vertikal, dan sesuai dengan kondisi regional maupun sektoral serta dapat diimplementasikan pada suatu waktu tertentu. Selain menjadi suatu lembaga yang kredibel dimana dalam menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan kompetensi, profesionalisme dan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sebagai institusi pemerintah yang ditugaskan dibidang perencanaan pembangunan nasional, Bappenas secara proaktif berperan dalam menentukan arah pencapaian
tujuan
berbangsa
dan
bernegara
melalui
pelaksanaan
analisis
kebijakan/kajian pembangunan nasional (think thank), pelaksanaan koordinasi dan integrasi perencanaan pembangunan serta menjalankan konsultasi, advokasi, pendampingan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
4.1.2
Profil Bappenas Dalam bidang organisasi tugas pokok dan fungsi Bappenas diuraikan sesuai
dengan Keputusan Presiden No. 4 dan No. 5 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja kantor Bappenas, yang tercermin dalam struktur organisasi, proses pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional, serta komposisi sumber daya manusia dan latar belakang pendidikannya. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf Ahli dan Inspektorat Utama, serta 9 Deputi yang masing – masing membidangi bidang-bidang tertentu 84. 84
Data internal Bappenas
59
Dalam bidang perkembangan ekonomi makro terlihat dari beberapa indikator yang diharapkan akan memberi gambaran tentang perekonomian nasional baik pertumbuhan maupun krisis ekonomi. Untuk itu, program-program reformasi, restrukturisasi ekonomi dan keuangan melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter, serta dukungan dan kesepakatan dengan lembaga internasional terus diupayakan antara lain dengan IMF yang dituangkan dalam Jakarta Initiative dan Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP). Dalam bidang pembangunan ekonomi peranan sektor industri dan perdagangan diarahkan untuk memantapkan stabilitas ekonomi, di samping kinerja sektor pertanian berusaha ditingkatkan, dan pembangunan kehutanan ditekankan pada rehabilitasi hutan dan lahan kritis, pembangunan hutan tanaman industri dan hutan rakyat. Selain itu, kegiatan dunia usaha yang tumbuh dengan pesat ternyata cenderung ditujukan pada sektor yang rentan terhadap gejolak moneter, sehingga kegiatan
ekonomi
yang
mengalami
kontraksi
bertambah
bebannya,
dan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan kerja, meskipun selama Repelita VI pertambahan angkatan kerja telah diikuti oleh perluasan kesempatan kerja, baik dalam jumlah maupun mutu 85. Dalam bidang pembangunan prasarana, makin membaiknya sarana dan prasarana perhubungan serta pembangunan pariwisata, pos dan telekomunikasi yang meningkat, mempunyai arti yang semakin penting dalam menunjang pembangunan nasional secara keseluruhan. Di samping sektor pengairan dengan jaringan irigasi
60
yang merupakan pendukung sektor pertanian, sektor pertambangan dan energi tetap melanjutkan peranannya sebagai sektor andalan yang menyediakan sumber energi, bahan baku industri dan sumber penerimaan negara. Dalam bidang Sumber Daya Manusia, pada awal pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta keseimbangan ekonomi makro yang terkendali selalu diikuti oleh sumber daya manusia (SDM) yang semakin meningkat kualitasnya. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan agama, budi pekerti, kesehatan, kesejahteraan sosial, pendidikan, serta Iptek, kelautan dan kedirgantaraan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya pembangunan kualitas SDM, sebagai insan dan sumber daya pembangunan 86. Dalam bidang pembangunan Regional dan SDA, pembangunan daerah sebagai bagian integral dan penjabaran dari pembangunan Nasional diarahkan untuk lebih mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah dengan memperhatikan daerah yang terbelakang, daerah padat dan jarang penduduk, daerah transmigrasi, daerah terpencil dan perbatasan, serta mempercepat pembangunan kawasan Timur Indonesia yang pelaksanaannya disesuaikan dengan prioritas daerah. Dalam bidang pembangunan hukum, penerangan, politik, hankam dan administrasi negara, pembangunan hukum terus diupayakan untuk kemajuan perletakan dasar-dasar kuat bagi terwujudnya Indonesia sebagai negara hukum di samping kesadaran politik rakyat di atas landasan Pancasila dan UUD 1945. Selain 85 86
Ibid Ibid
61
pembangunan
pertahanan
keamanan
negara
(hankamneg)
diarahkan
pada
pembangunan segenap komponennya untuk memelihara stabilitas nasional yang mantap,
dinamis,
dan
mewaspadai
perkembangan
lingkungan
strategis;
pendayagunaan aparatur negara dan sistem pengawasan pembangunan semakin diperlukan
untuk
memperlancar
penyelenggaraan
tugas
pemerintahan
dan
pembangunan secara efisien, efektif, bersih, bertanggung jawab dan merata di seluruh pelosok tanah air 87. Dalam bidang kerjasama luar negeri, dana pinjaman maupun hibah luar negeri merupakan pelengkap dan diterima dengan syarat lunak maupun tanpa ikatan politik, serta harus digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan yang produktif, menjadi
prioritas
dan
menghasilkan
manfaat
yang
sebesar-besarnya
bagi
kesejahteraan masyarakat 88. Dalam bidang pembiayaan dan pengendalian pembangunan, anggaran khususnya APBN merupakan sumber daya yang penting dalam pembangunan nasional. Agar pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara efektif sesuai dengan sumber dana yang ada, maka sebagai acuan ditetapkan sistem penganggaran negara, dasar perhitungan APBN, petunjuk-petunjuk lain yang terkait, serta informasi mengenai perkembangan RAPBN. Dalam bidang pusat data dan informasi, untuk menunjang perencanaan pembangunan nasional, khususnya dalam meningkatkan pengetahuan, informasi 87 88
Ibid Ibid
62
dalam bentuk "softcopy" dan "hardcopy" merupakan referensi yang penting. Pusat Data dan Informasi Renbang melaksanakan pengolahan dan penyediaan data, pengembangan sistem informasi,dokumentasi dan jaringan perpustakaan. Dalam bidang pusat pembinaan pendidikan dan pelatihan perencanaan pembangunan (pusbindiklatren), dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kualitas/profesionalisme SDM, khususnya institusi perencana di pusat dan daerah, maka bagi mereka diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Di samping itu, diberikan pembinaan berupa pengembangan jabatan fungsional perencana bagi Pegawai Negeri Sipil di bidang perencanaan pembangunan Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusbindiklatren. Dalam bidang program pembangunan nasional (propenas), GBHN 1999 ditetapkan dengan maksud memberikan arah penyelenggaraan negara dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas dan maju serta sejahtera dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Oleh karena itu, GBHN 1999 juga memberikan gambaran kondisi umum kehidupan bernegara pada saat ini beserta visi dan misi pembangunan sebagai acuan penyelenggaraan pembangunan selama lima tahun ke depan. Kondisi
63
Umum, visi dan misi tersebut untuk selanjutnya dipergunakan sebagai landasan penyusunan Program Pembangunan Nasional (Propenas) 89. Dalam bidang badan koordinasi tata ruang nasional, Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN) merupakan lembaga yang dibentuk pada tahun 1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1993, yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan penataan ruang nasional. BKTRN terdiri dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas (sebagai Ketua merangkap Anggota), Menteri Negara Sekretaris Negara (sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota), Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri Negara Agraria/Ketua Badan Pertanahan Nasional, dan Deputi Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Regional dan Daerah (sebagai Sekretaris merangkap Anggota). Untuk melaksanakan tugasnya, BKTRN membentuk Kelompok Kerja dan Tim-Tim Teknis. Sekretariat BKTRN berada dalam struktur organisasi Bappenas. Dalam bidang landasan acuan dokumen pembangunan nasional, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Repelita, Peraturan-Perundangan, dan petunjuk teknis adalah merupakan acuan dalam pelaksanaan pembangunan nasional agar terarah dan efektif. Perkembangan pelaksanaan pembangunan nasional antara lain tercantum dalam Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden pada setiap tanggal 16 Agustus. Dalam bidang hubungan eksternal, dalam rangka meningkatkan diseminasi data/informasi kepada masyarakat luas dan dunia internasional, maka telah dibangun 89
Ibid
64
berbagai situs web/homepage lembaga pemerintah, lembaga internasional, lembaga pendidikan, dan media massa yang dapat diakses melalui situs Bappenas.
4.1.3
Visi dan Misi Bappenas Sebagai salah satu komponen dari perencanaan strategis, Bappenas
mempunyai visi yang merupakan gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh Bappenas. Adapun Visi dari Bappenas adalah ” Menjadi Institutsi perencanaan yang handal, kredibel dan secara proaktif ikut berperan dalam penentuan arah pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara”90. Guna mewujudkan visi Bappenas 2005-2009, maka disusunlah Misi Bappenas sebagai berikut 91: 1
Meningkatkan kualitas rencana pembangunan nasional dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan.
2
Meningkatkan koordinasi perencanaan pembangunan dengan stakeholder untuk mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan sinergi dalam perencanaan pembangunan nasional.
3
Mewujudkan institusi perencana sebagai mitra dalam proses perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan kebijakan nasional lainnya.
4
Mengembangkan kapasitas, potensi dan kompetensi lembaga perencanaan dalam menyusun perencanaan pembangunan secara berkeadilan dan berkelanjutan.
90 91
www.bappenas.go.id Ibid
65
Dengan tujuan antara lain adalah memantapkan peran dan keikutsertaan Bappenas dalam proses pengambilan keputusan kebijakan pembangunan nasional dan menjadi organisasi yang handal dalam menghasilkan perencanaan pembangunan yang mampu menampung aspirasi dalam rangka menjamin tujuan bernegara 92. Bappenas dalam hal ini juga mempunyai strategi map dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga perencanaan yaitu untuk menterjemahkan visi dan misi Presiden terpilih. Dimana hasil terjemahan itu berwujud dokumen perencanaan yang ditetapkan menjadi RPJMN tahun 2004-2009. Untuk mencapai tiga agenda pemerintah, Bappenas mempunyai lima perspektif yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan stareginya. Kelima perspektif tersebut adalah pespektif stakeholder, perspektif mitra kerja, perspektif internal, perspektif pembelajaran dan perumbuhan dan perspektif anggaran.
4.1.4
Struktur Organisasi Bappenas Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: PER.005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf Ahli, dan Inspektur Utama, 92
www.bappenas.go.id
66
dan 9 Deputi yang masing-masing membidangi bidang-bidang tertentu, serta 3 Pusat 93
.
Susunan organisasi BAPPENAS terdiri atas: a. Kepala Bappenas; b. Sekretaris Meneg PPN/Sekretaris Utama Bappenas; c. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan; d. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan; e. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil Menengah; f. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Ekonomi; g. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; h. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Sarana dan Prasarana; i. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah; j. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Pendanaan Pembangunan; k. Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan; l. Inspektur Utama; 93
www.bappenas.go.id
67
m. Staf Ahli Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional; n. Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana; o. Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan; p. Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Publik.
4.1.5
Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, Dan Usaha Kecil Menengah Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah
adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 94. Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, tenaga kerja, dan pengembangan kesempatan kerja, pemberdayaan koperasi, dan usaha kecil menengah serta perlindungan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 180, Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil Menengah menyelenggarakan fungsi 95:
94
http://www.bappenas.go.id/node/51/185/tugas-pokok-dan-fungsi-deputi-bidang-kemiskinan-ketenakerjaan-dan-usaha-kecilmenengah/ Ibid
95
68
a. Penyiapan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, tenaga kerja dan pengembangan kesempatan kerja, pemberdayaan koperasi, dan usaha kecil menengah, serta perlindungan dan kesejahteraan masyarakat ; b. Penyiapan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, tenaga kerja dan pengembangan kesempatan kerja, pemberdayaan koperasi, dan usaha kecil menengah, serta perlindungan dan kesejahteraan masyarakat. c. Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, tenaga kerja dan pengembangan kesempatan kerja, pemberdayaan koperasi dan usaha kecil menengah, serta perlindungan dan kesejahteraan masyarakat; d. Pelaksanaan penyusunan perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, tenaga kerja dan pengembangan kesempatan kerja, pemberdayaan koperasi dan usaha kecil menengah, serta perlindungan dan kesejahteraan masyarakat; e. Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, tenaga kerja dan pengembangan kesempatan kerja, pemberdayaan koperasi, dan usaha kecil menengah, serta perlindungan dan kesejahteraan masyarakat; f. Pelaksanaan hubungan kerja di bidang perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, tenaga kerja dan pengembangan kesempatan
69
kerja, pemberdayaan koperasi, dan usaha kecil menengah, serta perlindungan dan kesejahteraan masyarakat; g. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Menteri Negara/Kepala sesuai dengan bidangnya.
Susunan organisasi Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Usaha Kecil Menengah terdiri dari: a. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan; b. Direktorat Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja; c. Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; d. Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat.
4.1.5.1 Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi pelaksanaan penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan, serta pemantauan dan penilaian atas pelaksanaannya 96. Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud,
Direktorat
Penanggulangan Kemiskinan menyelenggarakan fungsi 97: a. Penyiapan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan; 96 97
www.bappenas.go.id Ibid
70
b. Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan; c. Penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pendanaannya di bidang penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan; d. Pengkajian
kebijakan
perencanaan
pembangunan
nasional
di
bidang
penanggulangan kemiskinan; e. Pemantauan, evaluasi, dan penilaian kinerja pelaksanaan rencana pembangunan nasional di bidang penanggulangan kemiskinan; f. Penyusunan rencana kerja pelaksanaan tugas dan fungsinya, serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaannya; g. Melakukan
koordinasi
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
pejabat
fungsional
perencana di lingkungan direktoratnya. Adapun Struktur Organisasi dari Direktorat Penanggulangan Kemiskinan adalah sebagai berikut 98: a. Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Miskin; b. Sub Direktorat Analisis Kebijakan Pengurangan Kemiskinan; c. Sub Direktorat Pengembangan Program Kemiskinan; d. Sub Direktorat Pemetaan Penduduk Miskin.
71
4.1.5.2 Sub Direktorat Pengembangan Program Kemiskinan Sub Direktorat Pengembangan Program Kemiskinan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penyerasian kebijakan, penyiapan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pengembangan program kemiskinan, serta melaksanakan pemantauan,evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaannnya 99. Dalam
melaksanakan
tugas
sebagaimana
dimaksud,
Sub
Direktorat
Pengembangan Program Kemiskinan menyelenggarakan fungsi 100: a. Pengkajian berbagai kebijakan yang terkait dengan pengembangan program kemiskinan; b. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional dalam rangka pengembangan program kemiskinan; c. Penyusunan
rencana
kebijakan
pembangunan
nasional
dalam
rangka
pengembangan program-program kemiskinan; d. Penyusunan rencana pendanaan program-program kemiskinan; e. Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan penyiapan rencana pendanaan yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan; f. Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana, kebijakan, dan program-program pembangunan di bidang pengembangan program kemiskinan.
98
Ibid Ibid 100 Ibid 99
72
4.1.6
Kedudukan Humas Bappenas Biro Humas dan Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyusunan rencana dan program hubungan masyarakat, media massa, antar lembaga, dan penyiapan bahan serta informasi untuk keperluan hubungan masyarakat, media massa, ataupun hubungan antar lembaga 101. Dalam melaksanakan tugasnya bagian Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut ; a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan urusan hubungan masyarakat, media massa dan hubungan antar lembaga ; b. Merencanakan,
melakukan
dan
mengkoordinasikan
kegiatan
pembinaan
hubungan dengan media massa melalui kegiatan pemberitaan, pembuatan press release dan konferensi pers, menganalisis berita dan informasi mengenai keadaan seperti opini publik eksternal maupun internal bagi pimpinan. c. Merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan kegiatan pemberitaan dan informasi yang berkaitan dengan upaya peningkatan citra dan mutu pelayanan serta mengkomunikasikan kepada masyarakat baik secara langsung, seperti halnya penyuluhan, media cetak dan elektronik maupun tertulis serta mendokumentasikan. Disini Humas juga mempunyai tugas menangani bidang informasi, bentuk kegiatannya selama ini telah berjalan meliputi bidang, penerangan, dokumentasi dan 101
Ibid
73
administrasi kehumasan. Untuk bentuk kegiatan urusan penerangan, dokumentasi, dapat diuraikan seperti di bawah ini ;
4.1.6.1 Penerangan Secara umum urusan penerangan adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang berkaitan dengan tugas kegiatan instansi BAPPENAS sesuai dengan tugas pokoknya. Informasi internal, di antaranya 102: a. Kegiatan penyerapan informasi ini berasal dari Mass Media cetak untuk kepentingan intern melalui pembuatan kliping berita yang dilakukan tiap hari kerja. b. Melakukan kegiatan publikasi berupa pamflet atau spanduk kegiatan dinas untuk diketahui oleh seluruh karyawan ataupun khalayak umum. c. Pada acara kegiatan dinas dalam intern instansi, staff bagian Humas sering diikutsertakan sebagai tenaga protokoler, pembawa acara, pemandu tamu atau peliput acara dalam kunjungan lapangan untuk pembuatan artikel pada majalah intern. d. Penerbitan majalah berkala BAPPENAS yang diberi nama ”Kabar BAPPENAS”, yang berisi hal-hal mengenai seputar perkembangan Bappenas ataupun hal-hal yang sedang marak terjadi belakangan ini.
74
Informasi Eksternal, di antaranya : a. Penyampaian atau pemberian informai tentang kegiatan BAPPENAS secara langsung kepada masyarakat umum. b. Membantu kegiatan publikasi dalam acara kepanitiaan kedinasan melalui kerjasama dengan instansi lain yang terkait dengan acara tersebut. c. Membina kerjasama dengan kalangan pers d. Membina kerjasama antar Humas Departemen, Non Departemen maupun swasta. e. Membantu merencanakan kegiatan publikasi melalui mass media yang ada.
4.1.6.2 Dokumentasi Dokumentasi adalah merupakan bentuk kegiatan yang tidak terpisahkan dari unit kerja Bagian Humas, melalui kegiatan tersebut akan dapat tercatat semua kegiatan instansi dari waktu ke waktu. Bentuk dokumentasi yang dilaksanakan oleh Bagian Humas selama ini adalah dalam bentuk 103: a. Dokumentasi Audio Kegiatan ini dilakukan dalam acara-acara kedinasan, yaitu dalam bentuk rekaman audio (suara) dengan menggunakan sarana pita kaset. b. Dokumentasi Visual 102 103
www.Bappenas.go.id Ibid
75
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan rekaman visual atau gambar dalam bentuk pembuatan foto pada acara kedinasan yang diselenggarakan oleh instansi. c. Dokumentasi Audio Visual Kegiatan pembuatan rekaman dalam bentuk audio visual ini umumnya hanya dilaksanakan oleh rekan dari mass media elektronik (televisi dan radio). d. Dokumentasi cetakan Dalam kegiatan ini bentuk yang dilaksanakan oleh Bagian Humas adalah ikut merekam atau mencatat berbagai informasi yang dihasilkan oleh mass media cetak yang dilaksanakan setiap hari yaitu kliping pers.
4.1.6.3 Administrasi Kehumasan Dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi dari bagian humas, maka ada kegiatan administrasi sebagai pendukung dan penunjang bagi keberhasilan tugas, diantaranya 104: a. Administrasi langganan dan pendistribusian mass media cetak b. Kegiatan surat menyurat c. Penyusunan anggaran kegiatan, pembuatan dan pengiriman berita pers. d. Kearsipan dokumen kehumasan.
76
Sedangkan untuk Biro Hubungan Masyarakat itu sendiri terdiri dari ; a. Sub Bagian Hubungan Media Massa ; Mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan kegiatan pembinaan hubungan dengan media massa melalui kegiatan pemberitaan, pembuatan press release dan konferensi pers, menganalisis berita dan informasi mengenai keadaan serta opini publik eksternal maupun internal bagi pimpinan. b. Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga ; Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian bahan untuk keperluan hubungan antar lembaga, yang berkaitan dengan upaya peningkatan citra dan mutu pelayanan serta mengkomunikasikannya pada masyarakat baik secara langsung seperti pameran, penyuluhan, media cetak serta mendokumentasikannya.
4.2
Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini penulis ingin mengetahui program
komunikasi apa saja yang dilakukan oleh Bappenas dalam mensosialisasikan program PNPM Mandiri pada periode 2007-2008. Untuk mengetahui program komunikasi yang dilakukan, penulis melakukan berbagai cara mengumpulkan data yang diantaranya wawancara dengan beberapa narasumber dan mengumpulkan beberapa data. Beberapa narasumber seperti : pihak Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan & UKM, Bapak Prasetijono WIdjojo, 104
Data internal Bappenas
77
yang membuat strategi dan konsepnya dan dari pihak Kepala Sub Direktorat Pengembangan Program Penanggulangan Kemiskinan, Ibu Vivi Yulaswati dan beberapa staf terkait yang membantu menjalankan dan memantau program PNPM Mandiri tersebut.
4.2.1
Merumuskan Masalah
PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan
masyarakat.
PNPM
Mandiri
dilaksanakan
melalui
harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
Salah satu program yang dicanangkan oleh PNPM Mandiri adalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), yang merupakan salah satu proyek nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi berbagai persoalan kemiskinan yang terjadi di masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan (urban).
P2KP sendiri dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan di perkotaan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa institusi
78
kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan menguat bagi perkembangan modal sosial masyarakat dengna pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Pada tahun 2007 P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDG’s).
Hal
tersebut
seperti
diutarakan
oleh
Deputi
Bidang
Kemiskinan,
Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil & Menengah Bappenas, Bapak Prasetijono105 :
“Baiklah sebelum saya lanjut kepada apa pengertian dari PNPM itu sendiri disini dapat saya jelasakan bahwa sebenarnya prioritas utama dari Pemerintah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, hal tersebut dilaksanakan melalui penanggulangan kemiskinan dan tentunya pengurangan pengangguran. Dimana di negara kita ini masih tercatat besarnya jumlah penduduk miskin yang tercatat kurang lebih sebesar 34,96 juta jiwa atau 15,42 % dari jumlah penduduk.” “Kemudian selain itu pemerintah juga menghadapi angka pengangguran terbuka di Indonesia yaitu sebesar 9,4 juta jiwa atau 8,46% dari total angkatan kerja, dan hal lain yang masih menjadi masalah yaitu masih terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pemukiman, infrastruktur, permodalan/kredit dan yang tidak kalah pentingnya adalah informasi bagi rakyat miskin, selain itu hal lain yang menjadi perhatian pemerintah adalah masih terdapatnya kawasan kumuh yang luas dan kantongkantong kemiskinan di perkotaan.”
105
Hasil wawancara dengan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas, Bapak Prasetijono 30 April 2009.
79
Bapak Prasetijono juga menambahkan 106: “Berdasarkan hal-hal tersebutlah pemerintah mencoba menetapkan kebijakan-kebijakan penanggulangan kemiskinan bagi masyarakat, contohnya begini pada bulan September 2006 ditetapkan adanya suatu kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009, yang antara lain adalah untuk meningkatkan anggaran bagi penanggulangan kemiskinan, mengkonsolidasikan dan memperluas program-program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat, kemudian ada juga pengembangan usaha mikro, meningkatkan ketahanan pangan, peningkatan prasarana, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.” “Pada tahap-tahap itulah pemerintah mencoba menerapkan suatu program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, suatu program yang mencakup pemberantasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, berdasarkan hal tersebutlah pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang telah dimulai sejak tahun 2007. Dimana diharapkan melalui program PNPM Mandiri ini dapat dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan tentunya unsur masyarakat, dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan.” Hal ini dibenarkan oleh Ibu Vivi selaku Kepala Sub Direktorat Pengembangan Program Penanggulangan Kemiskinan yang menjelaskan bahwa 107:
”Iya begini ya mba menurut saya, untuk program PNPM Mandiri sebenarnya ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin atau kurang mampu, hal tersebut diwujudkan melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin yaitu pro-poor dan tidak ketinggalan untuk meningkatkan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi 106 107
Ibid Hasil wawancara dengan Kasubdit Pengembangan Prog. Penanggulangan Kemiskinan, Ibu Vivi Yulaswati 30 April 2009
80
masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.” Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil & Menengah Bappenas, Bapak Prasetijono mencoba menjelaskan apa itu pengertian dari program PNPM Mandiri 108:
“Melanjutkan dengan apa yang telah dijelaskan oleh Ibu Vivi tadi bahwa disini dapat saya jelaskan inti dari PNPM Mandiri itu pada hakekatnya adalah suatu program nasional yang dapat dijalankan oleh semua kalangan yang tentunya bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan, perluasan lapangan kerja melalui pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan peningkatan kualitas hidup.” “Tujuan dari program ini tidak lain adalah untuk meningkatkan proses pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat dengan didukung oleh berbagai kalangan atau pemangku kepentingan lainnya. Dimana melalui program ini pemerintah mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pemberantasan kemiskinan, hal tersebut diwujudkan dalam bentuk pengembangan sistem dan disain program, kemudian penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan.” Bappenas merupakan salah satu Badan Pemerintahan yang melaksanakan tugas Pemerintah dalam bidang perencanaan pembangunan. Dimana kemiskinan merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang menjadi perhatian pemerintah. Dimana dengan adanya program PNPM Mandiri ini diharapkan masyarakat yang kurang mampu ini dapat lebih mendiri dalam menjalankan usahanya. Sehingga membuka lapangan kerja baru dan mendidik rakyat Indonesia untuk lebih kreatif dan lebih leluasa dalam menjalankan bidang usahanya.
108
Ibid
81
Bapak Prasetijono mencoba menjelaskan lebih rinci lagi mengenai pengertian dai PNPM Mandiri 109:
”Pada setiap programnya pemerintah mencoba memfokuskan setiap program menjadi beberapa fokus, seperti sebelumnya yang kita tahu ada BLT, raskin, asuransi kesehatan keluarga miskin (askeskin), program keluarga harapan dan sebagainya. Namun belum ada suatu program yang melibatkan masyarakat langsung baik itu sebagai objek ataupun pelaksana, dimana masyarakatlah yang memberikan gagasan untuk pembangunan di daerah mereka, dan mereka juga dapat menyumbangkan tenaga untuk pelaksanaan pembangunan tersebut. Hal-hal tersebutlah dari sekian banyaknya program yang diwadahi dari PNPM yang membuat PNPM menjadi satu-satunya program pengentasan kemiskinan yang berbasis masyarakat.” Ibu Vivi selaku Direktur Penanggulangan Kemiskinan juga menambahkan bahwa 110: ”Seperti yang sudah disebutkan oleh Bapak Pras sebelumnya bahwa PNPM Mandiri ini mempunyai beberapa program ataupun proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui beberapa komponen kegiatan, antara lain adalah pengembangan masyarakat, yaitu serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis masyarakat, dimana masyarakat diajak untuk melakukan perubahan di daerahnya khususnya untuk bagian pembangunan, masyarakat dikumpulkan pada suatu tempat yang telah ditentukan oleh fasilitator dalam hal ini lurah atau camat setempat kemudian masyarakat menuangkan gagasan mereka untuk pelaksanaan pembangunan di daerahnya. ”Kemudian ada yang namanya Bantuan Langsung Masyarakat, program ini berbentuk dana stimulan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai kegiatan yang telah direncanakan atau disepakati oleh masyarakat, dana stimulan ini juga dapat berbentuk ”simpan pinjam bergulir, biasanya diberikan kepada para perempuan agar lebih mandiri dalam menjalankan usahanya, namun tentunya masyarakat diberikan batasan waktu untuk pemakaian dana bergulir tersebut, setelah balik modal dana tersebut akan digulir kepada perempuan lain yang membutuhkan. 109
Hasil wawancara dengan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas, Bapak Prasetijono 30 April 2009 110 Ibid
82
Ibu Vivi selaku menambahkan bahwa 111:
Direktur
Penanggulangan
Kemiskinan
juga
”Lalu ada juga yang namanya peningkatan kapasitas pemerintahan dan pelaku lokal, komponen ini merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal untuk menciptakan kondisi kondusif bagi masyarakat. Pada tahapan ini pemerintah bersama pemerintah daerah membetnuk suatu tim fasilitator yang bertujuan untuk mengelola dana masyarakat dan membantu masyarakat dalam pelaksanaan program mereka. ”Yang terakhir adalah Bantuan pengelolaan dan pengembangan program, yang meliputi kegiatan untuk mendukung pemerintah dan kelompok peduli masyarakat dalam hal pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Pada tahap ini biasanya dilakukan oleh tim fasilitator PNPM dan wakil daerah setempat seperti halnya pemda. Pelaksanan PNPM Mandiri memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak terutama dari aparat pemerintah daerah. Hal demikian diperlukan untuk menjamin keberlanjutan hasil yang dicapai. Guna memperoleh dukungan dan keterlibatan berbagai pihak tersebut diperlukan upaya-upaya memberikan pemahaman mengenai kebijakan ataupun konsep dari hasil-hasil PNPM Mandiri melalui kegiatan komunikasi dan sosialisasi yang efektif.
Untuk itulah peran fasilitator sangat mutlak dalam pelaksanaan program ini fasilitator inilah yang kemudian dinamakan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), yang tentunya bisa berasal dari semua pihak, seperti halnya masyarakat, relawan, aparat pemerintahan, cendekia, LSM, kalangan akademisi, kelompok peduli, dan lainlain.
111
Ibid
83
Selain itu peran masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam proses perencanaan. Seperti contoh pada program P2KP yang berpedoman kepada asas dari, oleh dan untuk masyarakat. Partisipasi masyarakat ditinjau berdasarkan 5 (lima) hal yaitu penyebarluasan informasi, penyusunan rencana kegiatan, pemilihan pelaku program, penentuan kriteria masyarakat miskin/kelompok sasaran dan penentuan usulan kegiatan.
Dimana partisipasi masyarakat telah muncul pada saat penggalian gagasan yang berasal dai masing-masing kelompok dalam masyarakat. Tingkat partisipasi ini ditunjukkan oleh jumlah usulan atau gagasan bagi perencanaan kegiatan pembangunan.
Oleh karena itu, disamping upaya untuk mengkomunikasikan aspek-aspek konsep dan program PNPM Mandiri, juga diperlukan langkah komunikasi yang menyeluruh untuk memberikan pemahaman mengenai PNPM Mandiri sebagai upaya menanggulangi kemiskinan berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
4.2.2
Membuat Rencana dan Program Langkah selanjutnya setelah mengetahui masalah (menganalisis situasi) dapat
dibuat perencanaan program untuk menentukan tindakan selanjutnya. Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang public program, tujuan, tindakan, serta strategi, taktik dan tujuan komunikasi.
84
Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil & Menengah Bappenas, Bapak Prasetijono mengatakan rencana dari program PNPM Mandiri ini adalah sebagai berikut 112: “Begini ya, sebenarnya pada tahap persiapan pelaksanaan PNPM Mandiri di pusat itu dikoordinasikan oleh Tim Pengendali PNPM Mandiri yang meliputi antara lain kebijakan umum dan pengembangan program, penetapan lokasi, strategi komunikasi, pengembangan sistem informasi, serta monitoring dan evaluasi. Jadi setiap Departemen menyiapkan rencana dan program mereka terkait yang tentunya sudah diprogramkan untuk PNPM Mandiri, dimana dalam hal ini tugas Bappenas adalah menyangkut perencanaan dan strategi. Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil & Menengah Bappenas, Bapak Prasetijono memberikan penjelasan lebih rinci tentang kegiatan tersebut 113:
“Baiklah untuk persiapan pelaksanaan PNPM Mandiri tersebut setiap daerah sudah mempunyai tugas dan kewajibannya masing-masing hal tersebut diatur sesuai dengan kesepakatan bersama, dimana di daerah tersebut dikoordinasikan oleh tim koordinasi provinsi dan kabupaten/kota, yang meliputi antara lain menyediakan kontribusi dana yang berasal dari anggaran daerah, membentuk Sekretariat Tim Koordinasi PNPM Mandiri, serta membentuk Satuan Kerja Pelaksana Program, yang mana perencanaan partisipatif tersbut dimulai dengan proses peningkatan kesadaran masyarakat melalui kegiatan pemetaan sosial, identifikasi masalah, kebutuhan dan potensi wilayah. Kemudian berdasarkan hasil identifikasi tersebut, masyarakat menyusun rencana kegiatan pembangunan dan dibantu oleh fasilitator. Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil & Menengah Bappenas, Bapak Prasetijono juga menambahkan latar belakang pelaksanaan kegiatan tersebut 114:
112 113
Ibid Ibid
85
“Pada dasarnya melalui Program PNPM Mandiri ini pemerintah berupaya untuk menciptakan/meningkatkan kualitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait pada upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan.” Ibu
Vivi
selaku
Kepala
Sub
Direktorat
Pengembangan
Program
Penanggulangan Kemiskinan juga menambahkan bahwa tujuan dari program ini adalah 115:
”Tujuan dari program ini tidak lain adalah untuk meningkatkan sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya dalam mengefektifkan upaya-upaya dalam penanggulangan kemiskinan. Selain itu juga untuk meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. Dalam hal penetapan strategi untuk menarik minat ataupun mempersuasi masyarakat yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu bukanlah hal yang mudah yang harus dijalankan pemerintah, adapun beberapa tahapan tersebut sebagaimana dikemukakan oleh pihak Bappenas adalah pemerintah mencoba menerapkan pendekatan pemberdayaan yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat, baik dalam hal menjalin kemitraan ataupun menerapkan keterpaduan dan sinergi
pendekatan
pembangunan
baik
itu
sektoral,
kewilayahan
ataupun
pembangunan partisipatif.
114 115
Ibid Hasil wawancara dengan Kasubdit Pengembangan Prog. Penanggulangan Kemiskinan, Ibu Vivi Yulaswati 30 April 2009
86
Pelaksanaan hal-hal tersebut dilaksanakan pemerintah dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah, baik lurah, camat, LSM, dan BKM yang dibentuk oleh masyarakat setempat. Sosialisasi dilaksanakan dengan cara penyuluhan untuk menarik masyarakat agar lebih memahami inti dari program tersebut, dan mempersuasi masyarakat agar dapat terlibat langsung dalam pembangunan di desanya.
Adapun strategi operasional yang dijalankan oleh Bappenas adalah mencoba mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok peduli lainnya seperti halnya swasta, asosiasi, perguruan tinggi,LSM secara sinergis dan berkesinambungan 116.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh Camat Marga Mulya, Tangerang Bapak Drs. Sujadi 117:
”Disini dapat saya sampaikan bahwa memang bukanlah hal yang mudah untuk mengajak masyarakat agar dapat lebih peduli terhadap pembangunan di daerahnya, seperti halnya di Marga Mulya ini, kami para pemerintah setempat biasanya melakukan penyuluhan dengan memberikan undangan kepada para warga seminggu sebelumnya, kami juga dibantu pemda setempat dengan pemasangan spanduk tentang kegiatan terkait, biasanya kegiatan diadakan di balai desa, namun tidak banyak juga masyarakat yang langsung terjun untuk mengikuti penyuluhan ini. Biasanya saya memberikan arahan kepada para Kepala Desa untuk terjun langsung ke rumah warga guna mengundang para warga tersebut.” Bapak Sujadi juga menambahkan bahwa 118:
116 117
Ibid Hasil wawancara dengan Camat Marga Mulya Tangerang, Bapak Drs. Sujadi
87
”Biasanya saya selalu mewajibkan setiap perangkat desa untuk terjun langsung ke dalam program ini, dan saya selalu meminta laporan dari setiap Kepala Desa dengan mengadakan rapat koordinasi setiap tanggal 17 untuk mengetahui perkembangan program salah satunya adalah Proyek Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).”
4.2.3
Menentukan Publik Sasaran PNPM Mandiri merupakan salah satu dari berbagai program penanggulangan
kemiskinan yang dirancang berdasarkan pembelajaran terbaik pelaksanaan programprogram pemberdayaan masyarakat selama ini. Selain program-program berbasis pemberdayaan masih terdapat program penanggulangan kemiskinan lainnya yang diperuntukkan langsung bagi rumah tangga miskin.
Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Oleh karenanya agar sasaran – sasaran pemerintah tersebut dapat tercapai, pemerintahpun mulai menggolongkan kategori masyarakat miskin atau kurang mampu yang akan dilibatkan dalam program pemberdayaan masyarakat ini.
Sedangkan untuk penentuan dari daerah penerima manfaat ini, pada prinsipnya pemerintah mengkoordinasikannya di setiap daerah yang terbagi atas PNPM Perkotaan ataupun Pedesaan, yang tersebar luas di setiap daerah dari setiap provinsi. Adapun provinsi yang termasuk ke dalam kategori penerima program 118
Ibid
88
PNPM Mandiri ini adalah sebagai berikut ; Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat 119.
Data-data tersebut didapatkan dari hasil kerjasama antara BPS dan BAPPENAS, yang diambil dari total presentase jumlah penduduk miskin, jumlah pengangguran terbuka, ataupun masyarakat yang mempunyai pendapatan dibawah upah minimum regional. Adapun kategori langsung untuk pemanfaat dari PNPM Mandiri yang telah ditentukan adalah sebagai berikut ; Sesuai dengan uraian Bapak Prasetijono, bahwa 120:
“Yang menjadi sasaran dalam kegiatan program PNPM Mandiri ini adalah kelompok masyarakat miskin di perdesaan dan di perkotaan, kelompok penganggur dan pencari kerja dan perkotaan, kemudian kelembagaan masyarakat di perdesaan dan di perkotaan, seperti halnya pemda setempat ataupun lurah, camat, LSM dan sebagainya, dan tentunya tidak ketinggalan adalah kelembagaan pemerintah lokal.” “Tugas pemda disini tidak lain adalah sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai pembantu pelaksana sampai ke titik distribusi dan rumah 119
Ibid Hasil wawancara dengan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas, Bapak Prasetijono 30 April 2009
120
89
tangga miskin tentunya, yang melakukan sosialisasi berupa penyampaian informasi kepada masyarakat bekerjasama dengan lembaga pemerintahan setempat.” Kemudian sebagai kriteria dari penerima manfaat tersebut haruslah melalui beberapa proses dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, seperti contoh untuk golongan penerima bantuan langsung masyarakat haruslah orang termiskin dari yang termiskin khususnya golongan perempuan yang dibantu dalam bentuk permodalan usaha. Hal tersebut dinilai dari jumlah pendapatan harian, kehidupan keseharian, janda yang hidup sendiri dan tidak berpenghasilan, dan lain-lain.
Dalam kegiatan sosialisasi untuk penentuan penerima manfaat ini pihak Bappenas tentunya tidak bekerja sendiri, dalam golongan terkecil untuk penempatan di daerah Bappenas bekerjasama dengan pemda setempat, lurah, camat ataupun fasilitator di bawah Badan Keswadayaan Masyarakat yang telah ditentukan oleh Departemen Dalam Negeri. Sedangkan dalam skala besar Bappenas bekerjasama dengan Menko Kesra yang bertugas untuk koordinasi pengengalian PNPM, kemudian Departemen Keuangan sebagai bagian pembiayaan, Departemen Komunikasi dan Informatika sebagai saluran komunikasi, dimana tidak tugas Bappenas sendiri tidak lain adalah sebagai perencanaan, pengembangan kebijakan, sosialisasi serta monitoring dan evaluasi 121.
121
Ibid
90
4.2.4
Bertindak dan Berkomunikasi Tahap selanjutnya setelah membuat rencana dan program adalah bertindak
dan berkomunikasi. Setelah membuat perencanaan program maka Direktorat Pengembangan Program dan Penanggulangan Kemiskinan Bappenas menindaklanjuti program yang telah dibuat. Adapun tahapan-tahapan dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Lokakarya Seperti halnya lokakarya pada umumnya, pertemuan ini ditujukan untuk menarik animo sekaligus memberikan informasi mengenai program PNPM Mandiri, lokakarya dilaksanakan di Bappenas dengan tema “Penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakt”. Bertempat di Gedung Serbaguna 1-5 Bappenas. Acara ini berlangsung mulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00, untuk jumlah peserta kurang lebih sekitar 80 orang. Pada kesempatan ini yang Humas Bappenas dibantu oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Budi, selaku staf Humas yang mengamati jalannya acara dari awal sampai akhir, bahwa 122: “Disini kami dibantu oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan sebagai penanggung jawab acara dan pembuat konsep acara tersebut. Sedangkan untuk Humas sendiri tugasnya adalah sebagai pelaksana program baik itu dari sisi acara sampai dokumentasi.” 122
Hasil wawancara dengan Staff Biro Humas Bappenas, Bapak Budi 24 Agustus 2009.
91
Dalam lokakarya ini kami juga mengundang beberapa media cetak seperti Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Suara Pembaruan, Koran Tempo, Suara Merdeka, dan lain-lain. Sedangkan untuk media elektronik, seperti Metro TV, RCTI, SCTV , TVRI, Trans TV, dan lain-lan.
Para media ini menyambut antusias terlihat dengan banyaknya media yang datang untuk meliput acara tersebut. Kemudian kami juga mengundang lembaga pemerintah terkait seperti halnya Departemen Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Departemen Keuangan, Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Pekerjaan Umum, BPS, Pemerintah Daerah, LSM, dan lain-lain.
Untuk narasumbernya seperti; Deputi Bidang Kemiskinan, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, dan lain-lain. Isi dari lokakarya adalah membahas membahas mengenai efektifitas PNPM selama ini dan perkembangan selanjutnya.
2. Talkshow dan Dialog Interaktif Talkshow dengan dialog interaktif diadakan setelah acara lokakarya selesai dilaksanakan, Talkshow diselenggarakan di stasiun TVRI selama 1 jam (pukul 17.00 – 18.00 WIB). Dengan tema pelaksanaan PNPM. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 50 orang. Kemudian masyarakat bisa berinteraktif secara langsung kepada narasumber seperti, Deputi Bidang Kemiskinan Bappenas, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
92
Acara talkshow ini diadakan guna mendekatkan diri pada pemirsa bahwa Pemerintah siap membantu dan melayani masyarakat. Dengan adanya talkshow ini masyarakat bisa memperoleh informasi mengenai PNPM Mandiri yang langsung disampaikan oleh perwakilan PNPM.
3. Penyuluhan Dalam kegiatan penyuluhan lebih banyak dikerjakan langsung oleh Direktorat Penanggulangan kemiskinan yang bekerjasama dengan beberapa pihak baik pusat maupun daerah, mulai dari Pemerintah Daerah setempat, masyarakat, BKM, LSM, Departemen Dalam Negeri, dan beberapa lembaga pemerintahan terkait. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Ibu Vivi 123:
“Dalam penyuluhan penyampaian pelaksanaan PNPM kepada masyarakat, kami menggunakan metode pemaparan dan dengan tanya jawab agar suasana menjadi lebih hidup, dan masyarakat bisa lebih jelas memahami program yang disampaikan,” Sejak diluncurkannya PNPM Mandiri oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007, beberapa penyuluhan telah dilaksanakan di beberapa daerah yang terkait program PNPM ini, seperti contohnya di daerah Tangerang Banten, diadakan penyuluhan dengan tema pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat mandiri, acara tersebut berlangsung sekitar 3 jam, dengan tamu undangan yaitu masyarakat setempat, pemerintah daerah, BKM, dan LSM serta beberapa lembaga pemerintahan 123
Hasil wawancara dengan Kasubdit Pengembangan Prog. Penanggulangan Kemiskinan, Ibu Vivi Yulaswati 30 April 2009
93
terkait, nara sumber berupa perwakilan dari Departemen terkait beserta fasilitator yang telah ditunjuk oleh Departemen Dalam Negeri untuk pelaksanaan program tersebut.
4. Iklan Layanan Masyarakat
Untuk iklan layanan masyarakat, memerlukan persiapan dan pelaksanaan produksinya kurang lebih satu bulan, pembuatan konsepnya tidak sepenuhnya dilakukan oleh Humas Bappenas, tapi juga bekerjasama dengan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan, dan beberapa Lembaga pemerintahan terkait. Disini humas dibantu oleh tim pengendali PNPM Mandiri dan tenaga luar dengan membuat spot filter dengan durasi 30 detik. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Ibu Vivi, bahwa 124:
“Khusus untuk program PNPM Mandiri ini iklan layanan masyarakat disosialisasikan dengan jumlah penayangan 1 bulan, 2 hari dalam seminggu dengan frekuensi 2 kali sehari,. Salah satunya ditayangkan pada program prime time. Kita bekerjasama dengan beberapa stasiun televisi, yaitu : TVRI, Trans TV, RCTI, TPI, SCTV, Indosiar, ANTV, Metro TV.” Sedangkan menurut pernyataan ibu Endang 125: “Yang saya tahu iklan PNPM ini lebih banyak dari penyuluhan dan spanduk-spanduk di daerah, tapi kalo iklan di tv saya jarang lihat karena kebetulan saya juga jarang nonton tv.
124 125
Ibid Hasil wawancara dengan Ibu Endang, masyarakat penerima manfaat 17 Mei 2009
94
5. Print Advertising
Untuk print advertising mengenai PNPM, kami meletakkannya di buleting internal Bappenas yaitu kabar Bappenas, dan beberpa media cetak, dengan details satu halaman penuh di halaman belakang. Yang mana menurut kami ini juga merupakan salah satu bentuk sosialisasi bukan saja untuk kalangan Bappenas tentunya. Dimana Kabar Bappenas ini juga didistribusikan kepada Departemen atau lembaga terkait dan pemerintah daerah ataupun mahasiswa yang sedang melakukan kunjungan 126.
6. Spanduk
Setiap acara/ kegiatan Bappenas yang diselenggarakan yang melibatkan masyarakat luar biasanya menggunakan spanduk, termasuk kegiatan sosialisasi program PNPM Mandiri. Dengan adanya spanduk ini masyarakat akan menjadi lebih jelas dan paham degnan kegiatan apa yang akan dilaksanakan. Bisa jadi tahap awal dari sosialisasi terlihat dengan adanya spanduk 127.
Sedangkan untuk penmpatan spanduk biasanya diletakkan di beberapa sudut seperti : di depan tempat diselenggarakannya acara, kemudian di depan gedung atau depan kelurahan daerah yang akan diadakan kegiatan, atau juga di pertigaan/perempatan terdekat dengan tempat kegiatan.
126 127
Hasil wawancara dengan Kasubdit bidang penanggulangan kemiskinan, Ibu Vivi Hasil wawancara dengan Staff Biro Humas.
95
7. Video
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan bekerja sama dengan Humas Bappenas membuat rangkuman cerita singkat mengenai aktivitas pelaksanaan PNPM mandiri dari beberapa daerah, yang tentunya bekerjasama dengan Tim pengendali PNPM Mandiri, berikut juga kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan, program pembangunan daerah ataupun pemberdayaan masyarakat, yang nantinya video ini akan menjadi bahan arsip untuk kegiatan tersebut dan diputar setiap ada acara, pameran, lokakarya ataupun rapat yang berhubungan dengan program tersebut 128.
Tentunya kegiatan sosialisasi tersebut melewati serangkaian kegiatan yang diatur sedemikian rupa dari tahapan perencanaan sampai pelaksanaan, hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi terhadap Kecamatan Marga Mulya Tangerang, dimana pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Proses pembentukan BKM diawali dengan diadakannya diskusi kelompok terarah (FGD) di kelompok-kelompok masyarakat. FGD ini membicarakan tentang ciri-ciri organisasi masyarakat warga yang mampu memperjuangkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin. Kemudian diskusi kelompok terarah ini dilanjutkan dengan serangkaian rembug warga mulai dari tingkat lingkungan sampai tingkat kelurahan. Masing-masing rembug dihadiri oleh semua unsur masyarakat, termasuk unsur masyarakat miskin. Dalam rembug penilaian kelembagaan, peserta kemudian memutuskan untuk membentuk lembaga baru yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat
96
(BKM), yang dipimpin oleh seorang koordinator dengan jumlah anggota adalah 13 orang dengan komposisi 3 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Ibu Vivi juga menambahkan bahwa 129:
“Dalam hal sosialisasi khususnya program P2KP yang dijalankan oleh Bappenas di Tangerang ini, sebenarnya diarahkan untuk memberikan pengertian dan pemahaman secara utuh tentang konsep-konsep, kebijakan dan tahapan-tahapn dalam pelaksanaan P2KP oleh pelaku-pelaku pendukung P2KP dan masyarakat sebagai pelaku sekaligus sasaran penerima program. Dimana proses sosialisasi tidak hanya diawal pelaksanaan saja, tetapi juga terus menerus sampai dengan akhir pelaksanaan program.” Bapak Prasetijono juga menambahkan bahwa 130: “Pada tahapan sosialisasi tersebut metode ataupun pendekatan yang dilakukan oleh Bappenas adalah dengan melakukan pertemuan langsung dan penyampaian pesan melalui media informasi yang meliputi ; pengetahuan masyarakat tentang P2KP, pemahaman masyarakat tentang P2KP dan kemampuan fasilitator dalam penyampaian pesan.” Dalam hal pertemuan langsung sosialisasi dilakukan oleh fasilitator dengan cara pertemuan formal di tingkat kelurahan/desa, lingkungan/Rwdi daerah Tangerang. Pertemuan formal ini melibatkan aparat desa/kelurahan sebagai mediator dengan masyarakat. Selain aparat, pertemuan formal juga melibatkan tokoh masyarakat setempat. Cara lain untuk sosialisasi yang dilakukan oleh Bappenas adalah dengan pertemuan-pertemuan informal yang menggunakan waktu-waktu masyarakat pada saat berkumpul seperti halnya pada saat ngobrol-ngobrol di warung, arisan, gotong royong, acara keagamaan dan lain-lain. Pertemuan langsung 128
Ibid Hasil wawancara dengan Ibu Vivi, Direktur Penanggulangan Kemiskinan Bappenas 130 Hasil wawancara dengan Bapak Praserijono, Deputi Bidang Kemiskinan Bappenas 129
97
merupakan sosialisasi yang efektif mengingat terjadi komunikasi dua arah antara fasilitator dengan masyarakat sehingga apabila mengikuti dengan baik selain mengetahui, masyarakat juga akan lebih mudah dalam memahami program tersebut.
Sedangkan dalam hal media informasi proses sosialisasi ditinjau berdasarkan 3 hal yaitu pengetahuan masyarakat tentang P2KP, pemahaman masyarakat tentang P2KP dan kemampuan fasilitator. Pengetahuan maksudnya adalah masyarakat hanya mengetahui informasi adanya program P2KP di wilayahnya, pemahaman adalah masyarakat mengetahui dan mampu menjelaskan informasi secara lengkap dan utuh sehingga memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi. Bapak Pras juga menambahkan bahwa 131:
“Berdasarkan data yang kami dapatkan dari fasilitator pelaksanaan sosialisasi secara formal belum sepenuhnya melibatkan masyarakat secara luas, dikarenakan sulitnya mengumpulkan warga secara formal dalam sebuah forum baik dari waktu maupun tempat yang representatif untuk warga kumpul secara massal. Untuk itu kami mengantisipasinya dengan mendatangi langsung ke masyarakat dengan mengobrol santai dan mengkaderisasi relawan sebagai ujung tombak sosialisasi dan pelaksanaaan. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Camat Marga Mulya, Bapak Sujadi 132 : ”Dalam menjalankan tuganya BKM dibantu oleh unit-unit pengelola yang dibentuk melalui musyawarah anggota BKM. Adapun unit pengelola yang dibentuk di Marga Mulya adalah Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dan Unit Pengelola Sosial (UPS).” 131 132
Ibid Hasil wawancara dengan Camat Marga Mulya, Drs. Sujadi
98
Dalam hal pemberian dana terbagi menjadi beberapa kategori seperti bidang fisik yang mencakup kegiatan seperti pembuatan jalan setapak, pembuatan talud, pembuatan WC sehat, rehab rumah tidak layak huni, perbaikan sumur dan perbaikan saluran air. Kemudian dalam hal bidang sosial meliputi kegiatan beasiswa, santunan lansia dan santunan anak cacat, dan yang terakhir adalah dalam hal bidang ekonomi yang meliputi pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan peralatan untuk usaha pangan dan alat pertanian serta ekonomi bergulir.
4.2.5
Mengevaluasi Program (Penilaian) Tahap akhir dari sebuah kegiatan adalah melakukan evaluasi. Pada tahap ini
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Bappenas melakukan evaluasi melalui media monitoring. Seperti pendapat ibu Vivi sebagai salah satu pelaksana kegiatan program 133: “Sebenarnya tidak ada waktu tertentu untuk evaluasi antar kegiatan, proses evaluasi dilakukan secara berkala setelah hasil pemantauan diterima. Dimana dasar pengukuran dan evaluasi ini didapatkan dari hasil survey dasar yang dilakukan oleh para konsultan program sektor. Ibu Vivi juga menambahkan bahwa 134: “Untuk pemantauan pelaksanaan tim pelaksana menyampaikan laporan kemajuan kepada tim pengarah paling tidak selama tiga bulan sekali. Kemudian merumuskan berbagai masukan dalam pelaksanaan proyek untuk perbaikan program dan keberlanjutannya. Setelah itu tim pengendali juga diharuskan untuk menindaklanjuti berbagai penyesuaian program yang dianggap perlu dilakukan pada saat program sedang berjalan.” 133 134
Hasil wawancara dengan Kasubdit Pengembangan Prog. Penanggulangan Kemiskinan, Ibu Vivi Yulaswati 30 April 2009 Ibid
99
Bapak Prasetijono juga menambahkan bahwa hal-hal tersebut yang disebutkan oleh Ibu Vivi sebelumnya merupakan tanggung jawab dari unit organisasi tingkat nasional, adapun dalam skala kecilnya pemantauan yang dilakukan oleh Bappenas khususnya pada tingkat Kecamatan dan Kelurahan adalah 135:
“Pada tingkat Kecamatan pemantauan biasanya diadakan pertemuan berbagai pihak penanggung jawab program sektor di Kabupaten/kota untuk pemecahannya ataupun dapat dikonsultasikan dengan tim koordinasi perwakilan, kemudian pada tingkat kelurahan, dipastikan bahwa masyarakat dapat benar – benar memahami dan melaksanakan program dan proyek sesuai pedoman PNPM Mandiri. Dalam hal evaluasi perkembangan kegiatan,contohnya pada daerah Marga Mulya Tangerang, laporan diterima 2 bulan sekali yang mencakup mengenai hasilhasil pelaksanaan program, alokasi dana kegiatan, partisipasi masyarakat, dan sebagainya. Dimana dapat diamati dari laporan tersebut bahwa sosialisasi dan pelaksanaan program PNPM Mandiri di perkotaan berjalan sesuai dengan harapan.
Hal tersebut dapat dilihat dari
contoh laporan daerah Marga Mulya
Tangerang yang menjelaskan bahwa untuk pelaksanaan kegiatan PNPM PPK TA. 2007 sampai dengan bulan April 2008 di 8 kabupaten lokasi progress penyerapan 100% atau sebesar Rp. 26.400.000.000,- dari total alokasi dana APBN, proses penyaluran dana sudah 99%, sertifikasi pelaksanaan kegiatan 100% dengan progres 98%, Musayawarah Desa serah terima dengan progress 98% 136.
135
wawancara dengan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas, Bapak Prasetijono 30 April 2009 136 Ibid
100
Dari contoh laporan tersebut sudah dapat dilihat bagaimana perkembangan baik itu sosialisasi ataupun pelaksanaan dari program PNPM Mandiri perkotaan yang berjalan sesuai dengan harapan semua pihak. Bapak Prasetijono juga menambahkan bahwa 137: “Dalam hal pemantauan ini, kami selaku pihak dari Bappenas juga pernah memberikan penilaian yang dilakukan dengan mengambil sample acak dari masyarakat dengan melakukan interview langsung untuk mengetahui respon mereka tentang program ini. Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Endang sebagai masyarakat penerima manfaat 138: “Kami sebagai masyarakat sangat bersyukur dengan diadakannya program ini, karena tidak hanya kami mendapatkan bantuan berupa perbaikan fasilitas, tapi kami juga dapat ikut aktif berperan secara langsung untuk menyumbangkan ide pikiran kami untuk membangun desa kami. Mulai dari fasilitas MCK sampai pengembangan fasilitas air bersih, dan tidak lupa adalah fasilitas peminjaman uang yang kami rasakan sangat membantu untuk modal usaha kami.” Program yang telah dijalankan tentunya diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan semula yang telah ditetapkan. Tentunya pemerintah akan mendapatkan penilaian yang sangat baik atas terlaksananya program tersebut. Khususnya karena program ini juga diliput langsung oleh media, sehingga setiap pihak dapat merasakan secara langsung manfaatnya.
137
Ibid Hasil wawancara dengan Ibu Endang, masyarakat penerima manfaat 17 Mei 2009 138 Hasil wawancara dengan Kasubdit Pengembangan Prog. Penanggulangan Kemiskinan 138
101
4.2.6
Manfaat Program PNPM Mandiri Bapak Prasetijono secara rinci menerangkan manfaat dari program PNPM
Mandiri ini adalah sebagai berikut 139:
“Manfaat yang dirasakan oleh Bappenas dalam hal ini adalah meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat bahwa PNPM merupakan program yang berusaha memandirikan masyarakat miskin sehingga bisa keluar dari lingkaran kemiskinan melalui program dari, oleh dan untuk masyarakat, selain itu juga mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan PNPM Mandiri dan tentunya juga tumbuhnya partisipasi masyarakat penerima manfaat untuk merancang dan mengimplementasikan program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan dalam kerangka PNPM Mandiri. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah untuk membangun kesadaran dan pemahaman para pemangku kepentingan bahwa PNPM merupakan program kebijakan pemerintah yang perlu didukung.” Sedangkan menurut Bapak Sujadi, manfaat dari program PNPM Mandiri adalah sebagai berikut 140:
“Kegiatan P2KP (PNPM Mandiri) sangat berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan sebelumnya, kalau dulu hanya rembug sekali – dua kali di tingkat desa kemudian dana cair, di program ini prosesnya cukup lama dalam penyiapan masyarakatnya, namun sangatlah jarang ada proyek penanggulangan kemiskinan yang perencanaannya sebagus ini dan bisa menarik swadaya masyarakat cukup tinggi.” Bapak Sujadi juga menambahkan bahwa 141: “Selain dari program P2KP tersebut saya juga mendapatkan respon yang positif dari masyarakat dalam program dana bergulir, dimana program tersebut sangat menolong para pedagang UKM dari dana Rp. 300 juta pada tahun 2000, kini dana tersebut berkembang menjadi 1.4 Miliar yang digulir kepada masyarakat. Dana bergulir ini berhasil mendorong para pedagang 139
wawancara dengan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas, Bapak Prasetijono 30 April 2009 140 Hasil wawancara dengan Camat Marga Mulya Tangerang, Bapak Sujadi 21 Agustus 2009 141 Ibid
102
kecil, mulai dari tukang jamu gendong, pedagang gorengan, tukang bakso hingga warung sembako. Bahkan tidak sedikit yang omsetnya berkembang menjadi puluhan juta per bulan.” Ibu Endang sebagai salah satu warga penerima manfaat juga menambahkan bahwa : 142
“Saya sebagai warga sangat merasakan dampak yang positif dari kegiatan ini, kami sebagai warga Tangerang mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan ini, seperti halnya fasilitas prasarana seperti air bersih dan wc sehat yang berfungsi dengan baik, warga juga diberikan bantuan sosial berupa beasiswa kepada anak-anak berprestasi sehingga bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. “ Dengan pelaksanaan program PNPM Mandiri yang tentunya memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat banyak tentunya juga memberikan manfaat bagi Bappenas, pemerintah dan departemen terkait lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya antusiasme masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program PNPM Mandiri ini.
4.2.7
Kendala-kendala Program PNPM Mandiri Setiap pelaksanaan suatu program pasti mengalami kendala yang bermacam-
macam, hal ini dapat dihindari dengan tetap fokus pada tujuan yang telah ditetapkan. Ibu Vivi menuturkan tentang kendala yang sering dihadapi khususnya pada pelaksanaan program PNPM Mandiri, yaitu 143: “Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri pada tahun 2007 dan 2008, terdapat beberapa kendala yang dihadapi sehingga banyak mempengaruhi efektifitas pelaksanaan program tersebut. Namun demikian, kendala yang paling dirasakan dan sangat mempengaruhi efektifitas program ini untuk memberikan peluang bagi masyarakat miskin, yang juga akan menurunkan 142 143
Hasil wawancara dengan Ibu Endang Hasil wawancara dengan Kasubdit Pengembangan Prog. Penanggulangan Kemiskinan, Ibu Vivi Yulaswati 30 April 2009
103
angka kemiskinan di daerah adalah perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah. Tidak semua daerah mendukung pelaksanaan PNPM Mandiri, meskipun arahan dan sosialisasi dilakukan berulang-ulang, bahkan mendatangi DPRD dan pemda setempat untuk meyakinkan pentingnya program ini.” Keberhasilan dari suatu program memang tidak lepas dari kendala-kendala yang dapat menghambat terlaksananya program tersebut, namun hal ini dapat dilihat dari segi positif yaitu dapat dijadikan bahan evaluasi untuk program yang akan datang.
4.3 Analisa Data Setelah melakukan penelitian, penulis dapat melihat aktivitas yang dilakukan oleh Bappenas dalam mensosialisasikan program PNPM Mandiri. Dimana sosialisasi dijalankan oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan bekerjasama dengan Departemen atau lembaga terkait. Untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan tidaklah mudah. Oleh karena itu dibutuhkan tim ataupun fasilitator yang mampu menyampaikan informasi kepada masyarakat dan dapat bekerjasama dengan baik. Dimana tujuan dari sosialisasi program PNPM Mandiri ini adalah agar masyarakat menjadi tahu dan menerima apa yang disampaikan atau disosialisasikan. Program PNPM Mandiri ini ada karena kebijakan pemerintah untuk rakyat miskin, pada saat Indonesia mencoba menanggulangi kemiskinan. Tentunya diharapkan dengan adanya program ini dapat membantu mengurangi jumlah kemiskinan. Perencanaan program komunikasi juga penting karena jika ada perubahanperubahan mengenai PNPM Mandiri, masyarakat bisa langusung mengetahuinya dan
104
tidak menimbulkan salah persepsi. Kemudian yang menjadi sasaran dalam kegiatan sosialisasi program PNPM Mandiri adalah rumah tangga miskin, masyarakat umum dan pemda setempat. Dimana pemda dan Badan keswadayaan masyarakat sebagai fasilitator dan pembantu pelaksana sampai ke titik sosialisasi dan pelaksanaan. Dimana masyarakat diberikan informasi mengenai PNPM Mandiri dan dapat menerima program ini sebagaimana mestinya. Mulai
dari
perencanaan
sampai
dengan
pelaksanaan
Direktorat
Penanggulangan Kemiskinan beserta Biro Humas Bappenas, banyak memanfaatkan bantuan media. Semua itu terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Karena untuk acara besar sebagian mengundang media, di samping untuk meliput kegiatan juga untuk memantau kondisi publik dan mengetahui tanggapan publik tentang kegiatan yang dilaksanakan. Ini sesuai dengan teori Rusli Simanjuntak, yaitu dalam memonitor dan mengevaluasi, perlu membina hubungan baik dengan masyarakat dan meminta tanggapan, tujuannya adalah sebagai input. Bappenas mengundang media massa karena media massa merupakan sarana informasi yang memiliki pengaruh kuat dalam menentukan suatu berita, di samping itu media massa merupakan media yang paling dekat dengan khalayak. Bappenas dalam mensosialisasikan program PNPM Mandiri, tentunya tidak bekerja sendiri, karena daerah penyebaran yang luas maka dibentuklah tim pengendalian PNPM Mandiri yang terdiri di setiap daerah. Tim-tim tersebutlah yang nanti melaksanakan kegiatan sosialisasi, sedangkan untuk kegiatan pusat seperti halnya
105
lokakarya, penyuluhan, dialog interaktif Bappenas juga dibantu oleh pemerintah pusat atau lembaga pemerintahan terkait. Sedangkan mengundang
untuk
masyarakat
kegiatan sekitar,
penyuluhan
di
daerah-daerah,
kemudian fasilitator
menggunakan
fasilitator metode
pemaparan dan dilanjutkan dengan tanya jawab, tujuannya agar masyarakat dapat lebih memahami apa tujuan dan fungsi dari program tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan teori DeMartins, yaitu bagaimana memilih metode yang baik dalam penyampaian pesan. Sedangkan untuk iklan layanan masyarakat, Biro Humas Bappenas bekerjasama dengan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dibantu dengan tenaga luar dan Departemen atau lembaga pemerintah terkait untuk membuat konsep dan spot filter dengan durasi 30 menit yang salah satunya ditayangkan pada program prime time. Hal ini juga sesuai dengan teori Grunig, yaitu harus memahami permasalahan dan dapat menetapkan kebijaksanan kampanye komunikasi. Perencanaan kegiatan program komunikasi sangat ditentukan dengan pemikiran yang matang untuk membuat semenarik mungkin suatu kegiatan. Bappenas dapat melakukan skala prioritas berdasarkan kebutuhan. Dengan perencanaan yang matang, tentunya mendapatkan sebuah kegiatan yang benar-benar dibutuhkan baik untuk pemerintah ataupun masyarakat lainnya. Sedangkan untuk tahap pelaksanaannya dilakukan sesuai tahap pada umumnya agar apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik, dalam penyampaian informasi harus dilakukan akurat, tepat dan tentunya menarik. Dalam menjalankan
106
kegiatan tentunya Bappenas juga harus memiliki hubungan yang baik dan kerjasama dengan pihak media untuk berbagai cara apapun. Dalam tahap pelaksanaan program di Kecamatan Marga Mulya, proses pengimplementasian perencaanaan jangka menengah program penanggulangan kemiskinan melibatkan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk kelompokkelompok swadaya masyarakat yang dinamakan KSM, dimana proses pembentukan KSM di Tangerang dapat digambarkan sebagai berikut : a. PK-BKM mendapat penguatan pemahaman tentang KSM dari fasilitator kelurahan b. Berdasarkan pada hasil pemetaan swadaya, masyarakat diajak untuk melakukan diskusi terarah tentang perlunya membentuk kelompok-kelompok swadaya, dimana diskusi sendiri dimulai dari tingkat lingkungan. c. Calon-calon anggota KSM melakukan diskusi terarah di tingkat lingkungan yang difasilitasi oleh PK BKM, UPK dan kader masyarakat d. Masyarakat membentuk KSM-KSM Kemudian dalam tahap pendanaan jumlah pagu bantuan langsung masyarakat (BLM) yang diterima masyarakat Marga Mulya adalah Rp. 150.000.000,- yang dibagi dalam tiga tahap pencairan. Bidang kegiatan yang dilaksanakan menggunakan dana BLM P2KP 2 meliputi bidang fisik dan lingkungan, sosial serta ekonomi. Proporsi untuk masing-masing kegiatan, bidang fisik dan lingkungan menyerap dana BLM paling besar yaitu sebesar Rp. 76.750.000,- atau sekitar 56,17 persen, bidang ekonomi sebesar Rp. 49.550.000 atau 33,03 persen dan kegiatan di bidang sosial
107
adalah sebesar Rp. 18.200.000 atau 12,13 persen. Sementara itu dana BOP yang digunakan dari dana BLM adalah Rp. 5.500.000. jumlah dan alokasi dana BLM P2KP 2 di Marga Mulya dapat dilihat pada tabel berikut 144 . Tabel 1 Jumlah dan Alokasi dana BLM P2KP 2 di Marga Mulya Tangerang
No 1 2 3
Bidang Fisik dan lingkungan Sosial Ekonomi BOP Jumlah
BLM P2KP Jumlah (Rp) Tahap 76.750.000 18.200.000 49.550.000 5.500.000 150.000.000
I, II, III I, II I, II -
Swadaya (Rp) 13.209.500 0 0 -
1. Bidang Fisik/Lingkungan Seperti disebutkan sebelumnya kegiatan di bidang fisik menyerap dana BLM P2KP sebesar Rp. 76.750.000 yang merupakan BLM tahap I, II, dan III. Dana ini terdistribusi untuk beberapa kegiatan yaitu pembuatan jalan setapak, pembuatan talud, pembuatan WC sehat, rehab rumah tidak layak huni, perbaikan sumur dan perbaikan saluran air. Swadaya dari masyarakat untuk kegiatan fisik dan lingkungan adalah sebesar Rp. 13.209.500,- atau 17,21% dari dana BLM P2KP. Secara lengkap jenis dan alokasi dana kegiatan fisik dan lingkungan di Tangerang pada P2KP 2 dapat dilihat pada tabel berikut.
144
Data Internal Bappenas
108
Tabel 2 Jenis dan Alokasi Dana Kegiatan Fisik an Lingkungan P2KP 2 Di Marga Mulya Tangerang No 1 2 3 4
5 6
Kegiatan
Volume Volume Satuan
Jalan Setapak 244 Pembuatan 558 talud Pembuatan WC 23 sehat Rehab rumah 17 tidak layak huni Perbaikan 23 sumur Perbaikan 600 saluran air Jumlah
Dana (Rp) BLM Swadaya
Total
Tahap BLM
Penerima Manfaat
M M
7.652.000 19.348.000
3.899.500 3.910.000
11.551.500 23.258.000
I I, II
-
Unit
7.000.000
1.800.000
8.800.000
II
-
Unit
15.000.000
3.600.000
18.600.000
III
17 KK
Unit
15.000.000
0
15.000.000
III
23 KK
M
12.750.000
0
12.750.000
III
-
76.750.000
13.209.500
89.959.500
-
-
2. Bidang Sosial Kegiatan di bidang sosial meliputi kegiatan beasiswa, santunan lansia dan santunan anak cacat. Total dana yang digunakan untuk kegiatan di bidang sosial adalah sebesar Rp. 18.200.000 yang merupakan BLM tahap I dan II. Untuk kegiatan sosial tidak ada swadaya masyarakat. Secara lengkap jenis dan alokasi dana kegiatan sosial di Kecamatan Marga Mulya Tangerang pada P2KP 2 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Jenis dan Alokasi dana kegiatan sosial P2KP 2 di Tangerang145 No 1 2 3
Kegiatan Beasiswa Santunan lansia Santunan Anak cacat
Volume Volume Satuan 68 Anak 40 Orang 8
Jumlah 145
Data Internal Bappenas
Orang
Dana (Rp) BLM Swadaya 9.450.000 6.000.000 2.750.000 18.200.000
Total 9.450.000 6.000.000
Tahap BLM I II
Penerima Manfaat 68 Anak 40 Orang
-
2.750.000
II
8 Orang
-
18.200.000
-
-
109
3. Bidang Ekonomi Kegiatan di bidang ekonomi yang dilaksanakan di Kecamatan Marga Mulya Tangerang meliputi pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan peralatan untuk usaha keripik dan alat pertanian serta ekonomi bergulir. Total dana yang digunakan untuk kegiatan ekonomi adalah sebesar Rp. 49.550.000,- atau 33,03 %. Secara lengkap jenis dan alokasi dana kegiatan di bidang ekonomi di Tangerang pada P2KP 2 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Jenis dan alokasi dana kegiatan ekonomi P2KP 2 di Kecamatan Marga Mulya Tangerang.146 No 1
2
Kegiatan
Volume Volume Satuan 23 Org
Pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan peralatan untuk usaha keripik dan alat pertanian Ekonomi 20 bergulir Jumlah
KSM
Dana (Rp) BLM Swadaya 9.050.000 -
Total 9.050.000
Tahap BLM 1
Penerima Manfaat 23 Orang
40.500.000
-
40.500.000
II
-
49.550.000
-
49.550.000
-
-
Sedangkan untuk tahap evaluasi, keberhasilan suatu kegiatan yang telah dilakukan Bappenas beserta tim dapat dilihat melalui media monitoring, antara lain kliping, tape recorder, foto-foto, dan lain-lain. Indikasi keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan oleh Bappenas beserta tim itu sendiri diketahui dari tingginya animo para peserta/undangan yang mengikuti acara lokakarya misalnya menurut daftar hadir peserta yang datang sekitar kurang lebih 85% dari undangan yang dikirim. Kemudian untuk acara talkshow dengan dialog interaktif, peserta yang hadir sekitar 65% dari 146
Data Internal Bappenas
110
undangan yang disebarkan. Lalu untuk diskusi interaktif, peserta yang hadir sekitar 70% dari undangan yang dikirim. Untuk kegiatan penyuluhan, dapat dilihat dari antusiasnya masyarakat yang hadir dalam kegiatan penyuluhan. Begitu juga dengan partisipasi media yang datang untuk meliputi kegiatan.
111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian di Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas mengenai Program Komunikasi yang dijalankan oleh Bappenas dalam mensosialisasikan Program PNPM Mandiri Periodisasi 2007-2008, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bappenas telah menerapkan tahapan-tahapan yang dikenal sebagai aktivitas public relations dalam mensosialisasikan suatu program, yang antara lain adalah : a. Merumuskan masalah b. Menentukan tujuan c. Menentukan publik sasaran d. Metode yang digunakan e. Perencanaan pelaksanaan f. Evaluasi efektifitas pelaksanaan Dalam hal penyampaian program komunikasi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah mengetahui informasi mengenai PNPM Mandiri. Dimana informasi ini didapatkan masyarakat melalui musyawarah, aparat desa/kelurahan dan media informasi.
112
Sebagian besar masyarakat sudah mengenal dan mengetahui keberadaan dan kemampuan fasilitator dengan baik, hal ini karena fasilitator berinteraksi dengan masyarakat secara baik dan cakupan wilayah kerja yang relatif bisa dijangkau. Partisipasi masyarakat dalam penyebarluasan informasi mengenai PNPM Mandiri termasuk rendah. Hal ini disebabkan karena masyarakat menganggap penyebarluasan ini bukan tanggung jawab mereka dan telah dilakukan oleh fasilitator dan pelaku lain PNPM Mandiri serta adanya papan informasi. Sedangkan dalam hal proses penyusunan rencana kegiatan, pemilihan pelaku program seperti pemilihan anggota BKM dan KSM, penentuan kriteria masyarakat miskin dan penentuan usulan kegiatan di wilayah kajian menunjukkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa keterlibatan masyarakat hanya sampai pemilihan pelaku yang merupakan wakil masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam hal penentuan masyarakat miskin/kelompok sasaran di lokasi kajian pada umumnya sudah cukup baik, walaupun masih terdapat tingkat ketidaksesuaian dan bias yang cukup besar. Tingkat ketidaksesuaian ini terjadi karena pendataan yang dilakukan kurang melibatkan masyarakat, dalam arti pendataan yang dilakukan hanya menggunakan data sebelumnya yang sudah ada dan dipengaruhi oleh aparat desa setempat. Terkait dengan partisipasi perempuan, perempuan merupakan pelaku penting yang menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri dengan alasan adanya persepsi bias genetik (gender bias) terhadap keterlibatannya dalam
113
pembangunan. Pada umumnya perempuan sudah berpartisipasi dalam perencanaan kegiatan PNPM Mandiri yang ditunjukan dengan kehadiran dan keaktifan perempuan dalam memberikan gagasan dan usulan. Dalam pengelolaan program, berbagai upaya dilakukan oleh Direktorat bidang kemiskinan, ketenagakerjaan dan usaha kecil menengah agar pelaksanaan program yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pemerintah. Upaya untuk mensosialisasikan dan mengkomunikasikan kepada masyarakat mengenai program PNPM Mandiri, tentunya tidak terlepas dari kerjasama antara Direktorat Kemiskinan, ketenagakerjaan dan usaha kecil menengah Bappenas bersama dengan Biro Humas Bappenas dan tentunya seluruh Departemen/Lembaga pemerintah terkait yang ditunjuk untuk menjalankan program PNPM Mandiri ini. Dimana tugas pokok Bappenas tidak lepas dari perencanaan, pengenalan (sosialisasi program) dan pengembangan kebijakan serta monitoring dan evaluasi program.
5.2
Saran Setelah penulis melakukan penelitian dan melihat pengelolaan program yang
dilakukan oleh Bappenas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 5.2.1
Saran Akademis Penulis mengharapkan untuk penelitian lanjutan, peneliti lainnya dapat
menggunakan pendekatan penelitian yang berbeda untuk melihat perbandingan pembuatan dan pelaksanaan pengelolaan program sehingga hasilnya dapat saling melengkapi dan diharapkan adanya temuan baru.
114
5.2.2 Saran Praktis a. Dalam hal pelaksanaan program diharapkan adanya upaya dari pengelola program daerah masing-masing untuk menggalang keaktifan masyarakat dalam memantau pengelolaan program dan pelaksanaan proyek, yang tentunya didukung dengan adanya transparansi informasi yang dibutuhkan oleh berbagai pihak termasuk masyarakat luas. b. Pengelola program diharapkan dapat menyampaikan informasi tentang hasil tindak lanjut yang telah dilakukan dari permasalahan yang diajukan oleh berbagai pihak. c. Dalam hal pemantauan dan evaluasi sebaiknya dilakukan dalam lingkungan yang mendorong keterbukaan dan dapat menerima dengan tangan terbuka berita baik dan buruk, pujian maupun kritikan. d. Evaluasi yang dilaksanakan hendaknya tidak sekedar evaluasi pelaksanaan dari program PNPM Mandiri tetapi juga melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dari program tersebut yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
115
DAFTAR PUSTAKA
Cutlip, Scott M, Center, Allen H.and Broom Effective Public Relations, Prentice Hall, Inc. Engelwood Clifts, New Jersey.1971 Efendy, Uchjana, Onong, Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi. Jakarta Rosdakarya, 1992. Efendy, Uchjana, Onong, Ilmu Komunikasi Teori & Praktek, Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1996. Iriantara, Yosal. Community Relations, Jakarta. Penerbit : Simbiosa Rekatama Media, 2004 Gregory, Anne. Perencanaan dan Manajemen PR, Jakarta. : Erlangga, 1995 Jalaludin, Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2004. Jefkins, Frank. Publik Relations edisi keempat. Jakarta Penerbit Erlangga, 1995 Kaban,
Ramon.
Jurnal
Komunikasi
Mediator.
UNISBA.
Bandung.
2000
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi. P.T Remaja Rosdakarya, Bandung. 2000 Moore, H. Frazier. Hubungan Masyarakat. Remaja Karya, Bandung. 1988. Moekijat. Teori Komunikasi. Mandar Maju, Bandung. 1993 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2002. Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. 1999. Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003. Stephen, Robin P. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga. Jakarta. 2002 Soemirat, Soleh. Ardianto, Elvinaro. Ratna Suminar, Yenny. Komunikasi Organisasional, Universitas Terbuka, Jakarta.1999.
116
Sutarto. Dasar-Dasar Organisasi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2002. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung. 2002 Senjaja, Djuarsa, Sasa. Pengantar Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka, 1996. Winardi. J. Manajemen Perilaku Organisasi. Prenada media, Jakarta. 2004 Tika, M. Pabundu Budaza Organisasi & Peningkatan Kinerja Perusahaan, Jakarta. Yulianita, Neni. Dasar-Dasar Public Relations, Bandung : Penerbit P2U, 2003. Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. PT Grasindo, Jakarta 2000.
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DEPUTI BIDANG KEMISKINAN
1. Apa latar belakang Bappenas mencanangkan program PNPM Mandiri? 2. Sejak kapan Bappenas memulai program PNPM Mandiri? 3. Apakah pengertian dari program PNPM Mandiri? 4. Apa saja tujuan dari Bappenas dalam melaksanakan program PNPM Mandiri? 5. Siapa sajakah khalayak yang dituju dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri? 6. Program – program apa saja yang telah dijalankan oleh Bappenas untuk pelaksanaan PNPM Mandiri? 7. Tahapan apa saja yang harus ditentukan sebelum menjalankan program PNPM Mandiri? 8. Bagaimana strategi mengkomunikasikan pesan ini kepada khalayak sasaran? 9. Siapa yang bertugas untuk memantau jalannya program PNPM Mandiri? Apakah dari Internal atau dari Departemen lain? 10. Kendala apa saja yang dihadapi oleh Bappenas dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri? 11. Daerah – daerah mana saja yang menjadi sasaran program ini ? 12. Apa saja yang menjadi kriteria untuk daerah penerima PNPM Mandiri ?
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DIREKTUR PENANGGULANGAN KEMISKINAN
1. Apakah pengertian dari program PNPM Mandiri ? 2. Apakah yang dimaksud dengan program pemberdayaan masyarakat ? 3. Dalam menentukan publik sasaran ditinjau dari aspek apa saja ? 4. Metode apakah yang digunakan oleh Bappenas dalam menjalankan program ini ? 5. Hal – hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam tahap perencanaan pelaksanaan ? 6. Strategi apa yang digunakan oleh Bappenas dalam menjalankan program ini ? 7. Cara apa yang ditempuh oleh Bapenas untuk mempersuasi masyarakat agar dapat terlibat dalam program ini ? 8. Kriteria apa saja yang tergolong sebagai masyarakat penerima manfaat ? 9. Apakah peran fasilitator dalam menjalankan program ini ? 10. Kriteria fasilitator yang bagaimanakah yang diperlukan sebagai pelaksana program ini? 11. Bappenas bekerjasama dengan pihak mana saja dalam menjalankan program PNPM Mandiri ?
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK STAFF BIRO HUMAS 1. Dalam pelaksanaan program sosialisasi di tingkat pusat, program apa saja yang dijalankan oleh Bappenas ? 2. Untuk lokakarya, penyuluhan dari pihak mana sajakah pesertanya ? 3. Berapa kali dilaksanakan program tersebut dalam kurun waktu setahun ? 4. Untuk iklan layanan masyarakat, Bappenas bekerjasama dengan siapa saja ? 5. Dalam hal sosialisasi di tingkat pusat, program – program apa saja yang biasanya dilaksanakan ? 6. Dimana biasanya program tersebut dilaksanakan ? 7. Apa saja peran Biro Humas dalam pelaksanaan program ini ? 8. Apa saja tugas pokok Biro Humas di Bappenas ?
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK BAPAK SUJADI, CAMAT MARGA MULYA 1. Apa sajakah peran Bapak selaku Camat dalam melaksanakan program ini ? 2. Biasanya Bapak bekerjasama dengan pihak mana saja ? 3. Program sosialisasi apakah yang bapak jalankan dalam pelaksanaan program ini ? 4. Bagaimana menurut Bapak mengenai kelangsungan dari program ini ? 5. Apa saja manfaatnya ? 6. Dan kendala apa saja yang Bapak temukan selama menjalankan program ini ?
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK IBU ENDANG, MASYARAKAT PENERIMA MANFAAT
1. Apa saja yang ibu ketahui mengenai program PNPM ini ? 2. Bagaimana menurut Ibu sendiri mengenai program ini ? 3. Apa saja yang ibu sudah dapatkan dari program ini ? 4. Manfaat apa saja yang ibu rasakan dari program ini ? 5. Kendala apa saja yang ibu hadapai dalam penerimaan manfaat dari program ini ? 6. Saran apa yang dapat ibu berikan terhadap program ini ?