UNIVERSITAS INDONESIA
PRONOMINA URI DALAM BAHASA KOREA DAN KETERKAITANNYA DENGAN SISTEM NILAI KOLEKTIVITAS MASYARAKAT KOREA
JURNAL Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora
NURAINI RAHAYUNING WULAN NPM 1006702701
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK JANUARI 2014
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
PRONOMINA URI DALAM BAHASA KOREA DAN KETERKAITANNYA DENGAN SISTEM NILAI KOLEKTIVITAS MASYARAKAT KOREA Nuraini Rahayuning Wulan Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penggunaan khusus pronomina uri pada nomina yang berhubungan dengan keluarga dan nomina yang memiliki konsep milik bersama serta menunjukkan keterkaitannya dengan sistem nilai kolektivitas masyarakat Korea. Sistem nilai kolektivitas yang tinggi dalam masyarakat Korea menyebabkan masing-masing individu lebih mengedepankan konsep bahwa mereka adalah bagian dari dalam kelompok dan menekan perasaan pribadi. Hal ini tercermin pula pada bahasa yang mereka gunakan. Masyarakat bahasa Korea menggunakan pronomina uri yang secara harfiah berarti kepemilikan “kami” untuk mengatakan pronomina “milikku”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Melalui penelitian ini pembaca diharapkan mampu memahami latar belakang dan penggunaan pronomina uri dalam bahasa Korea dengan lebih baik. Kata Kunci: penggunaan pronomina, sistem nilai, kolektivitas, masyarakat komunal, masyarakat bahasa
Abstract This paper is aimed to explain the special usages of the pronoun uri in the Korean language that are related to the household and collective ownership. This paper will also explain the connection between pronoun uri with the collective value of Korean society. The using of pronoun uri which literally means “our” instead of naeeui which literally means “my” to say pronoun “my” in a sentence is one of the proof of the strong collective value in Korean society. This paper use qualitative method to find, analysis and present the result of the research. Through this paper we can comprehend about the background and the pattern of the special usage of pronoun uri deeper in the future. Keywords: pronouns usage, value system, collectivity, communal society, language society
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Menurut Lee (1984: 5) masyarakat semenanjung Korean sejak zaman Neolitikum pada 3000 SM telah membangun tempat tinggalnya secara bekelompok di dekat aliran sungai. Tempat tinggal mereka ditemukan berkelompok dalam satu daerah yang menunjukkan kehidupan komunal bangsa Korea telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Sejak masuknya Konfusianisme yang memiliki nilai-nilai kebersamaan kuat ke semenanjung Korea pada awal abad 4 M, pemikiran dari Cina ini telah mempengaruhi cara pandang masyarakat Korea dan memperkuat nilai kelompok yang telah ada dalam masyarakat Korea. Konfusianisme mencapai puncaknya ketika kerajaan Joseon yang berdiri pada tahun 1392 menjadikannya sebagai agama resmi kerajaan. Hal ini berlangsung lama hingga aneksasi Jepang pada tahun 1910. Dalam kurun waktu 518 tahun tersebut, konfusianisme telah dijadikan falsafah hidup dan landasan dasar dalam setiap bidang kehidupan oleh seluruh masyarakat Korea.
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Menurut Syamsuddin (2010:25), kebijaksanaan klasik Cina yang sangat berpengaruh dari Konfusianisme patut diperhitungkan sebab telah melekat kuat dalam keseluruhan aspek kehidupan orang Korea, termasuk pada diri mereka yang sebagian hidupnya telah mengalami westernisasi. Dalam tradisi Konfusianisme, sistem nilai kolektivitas yang dalam hal ini berupa eratnya sistem kekeluargaan dan upaya untuk selalu mendahulukan kesejahteraan hidup sanak keluarga sangat dipegang teguh dan menjadi dasar kebudayaan masyarakat Korea. Dalam masyarakat Korea, sistem nilai kolektivitas yang tinggi tercermin dalam kehidupan masyarakat sehari-hari baik dalam hal sopan santun kepada orang tua, hubungan dengan orang lain maupun ketika menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Kramsch (1998: 3) dalam membahas hubungan antara bahasa dan kebudayaan seperti yang dikutip dalam Rahyono (2009: 77) menjelaskan bahwa di saat bahasa digunakan dalam konteks komunikasi, bahasa terjalin dengan kebudayaan dalam cara yang kompleks dan berbagai cara. Tentang jalinan antara bahasa dan kebudayaan, Kramsch menyebutkan tiga hal, yaitu (1) language expresses cultural reality, (2) language embodies cultural reality, dan (3) language symbolizes cultural reality. Menurut Rahyono, pandangan Kramsch tersebut menjawab pertanyaan bahwa bahasa memang bukan sekedar alat komunikasi. Melalui bahasa, kebudayaan pemilik bahasa dapat diketahui, karena realitas kultural diungkapan, diwujudkan, serta dilambangkan dengan bahasa. Rahyono juga mengungkapkan bahwa fungsi strategis yang dimiliki bahasa terkait dengan kebudayaan memberikan petunjuk bahwa bahasa merupakan (salah satu) “pintu masuk” penelitian kebudayaan pemilik bahasa tersebut. Clyde Kluckhohn (1953) menyebutkan bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan dan salah satunya adalah bahasa baik lisan maupun tertulis. Dilihat dari hal tersebut, maka bahasa yang digunakan oleh masyarakat Korea tak pelak juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan sistem nilai yang telah mereka anut secara turun temurun. Masyarakat Korea yang telah sangat lama hidup dalam unit-unit keluarga tersebut, tumbuh dalam kelompok-kelompok yang memiliki sistem nilai kolektivitas tinggi sehingga masing-masing individu lebih menekankan bahwa mereka adalah bagian dari dalam kelompok dan bukan merupakan orang personal. Oleh karena itu, ketika masyarakat Korea ingin mengekspresikan sebuah kepemilikan melalui bahasanya, mereka akan menggunakan kata-kata yang mengungkapkan kepemilikan bersama meskipun yang ingin diungkapkan adalah benar-benar kepemilikan pribadinya. Orang Korea tidak akan menggunakan pronomina kepemilikan “milikku” atau dalam bahasa Korea adalah 나의 (naeui), melainkan “milik kita/milik kami” atau dalam bahasa Korea disebut 우리 (uri) setiap kali merujuk kepada keluarga dan benda-benda yang dipahami sebagai kepemilikan kolektif. Kelas kata pronomina dalam tata bahasa Korea menempati subyek pada struktur kalimat, namun terdapat perkecualian pada pronomina uri. Pronomina uri yang merupakan pronomina orang pertama jamak dan berarti kita/kami dalam bahasa Korea tidak hanya digunakan sebagai subyek dalam sebuah kalimat melainkan juga sebagai pronomina kepemilikan. Hal tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut ini. 1. a. 저 분은 나의 어머니예요. Jeo buneun naeui eomeoni-yeyo. Orang itu adalah ibuku. b. 저 분은 우리 어머니예요.
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Jeo buneun uri eomeoni-yeyo. Orang itu adalah ibuku. Dalam bahasa Korea, ketika orang ingin mengatakan “ibuku” maka mereka akan menggunakan kalimat 우리 어머니 (uri eomeoni) yang secara harfiah berarti “ibu kami”. Orang Korea tidak akan menggunakan kalimat 나의 어머니(naeui eomeoni) karena dinilai tidak sesuai dan berada di luar kebiasaan masyarakat Korea. Dibandingkan dengan kalimat 나의 어머니(naeui eomeoni) seperti pada contoh 1(a), kalimat 우리 어머니 (uri eomeoni) seperti pada contoh 1(b) merupakan ungkapan yang lebih alami bagi masyarakat Korea. Kemudian perhatikan contoh kalimat berikut ini. 2. a. 나의 집. Naeeui jib. Rumahku. b. 우리 집. Uri jib. Rumahku. Ketika orang Korea ingin mengatakan kalimat “rumahku”, maka mereka akan mengekspresikannya dengan kalimat 우리 집(uri jib) yang secara harfiah berarti “rumah kami”. Orang Korea merasa aneh jika harus mengatakan kalimat 나의 집(naeeui jib) kepada orang lain. Meskipun demikian, dalam kasus tertentu kalimat 나의 집(naeeui jib) akan digunakan yaitu biasanya ketika subyek ingin merujuk kepada bangunan fisik dari rumah yang dimilikinya, bukan merujuk kepada rumah dalam pengertian orang-orang dalam keluarganya. Dari fungsi khusus pronomina uri yang unik dalam bahasa Korea tersebut, dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan lebih jauh tentang penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Korea. Penulis akan memaparkan tentang bagaimana, kapan dan mengapa pronomina uri tersebut digunakan dalam percakapan. Selain itu, penulis juga akan melakukan analisis mengenai keterkaitan pemakaian pronomina uri yang menunjukkan pronomina kepemilikan ini dengan sistem nilai kolektivitas pada masyarakat Korea. 1.2 Masalah Penelitian Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah penggunaan khusus pronomina uri pada nomina yang berhubungan dengan keluarga dan nomina yang memiliki konsep milik bersama dalam bahasa Korea? 2) Adakah keterkaitan penggunaan khusus pronomina uri dengan sistem nilai kolektivitas masyarakat Korea?
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Menjelaskan penggunaan khusus pronomina uri untuk nomina yang berhubungan dengan keluarga dan nomina yang memiliki konsep milik bersama dalam bahasa Korea. 2) Menunjukkan keterkaitan penggunaan pronomina uri dalam bahasa Korea dengan sistem nilai kolektivitas masyarakat Korea. 1.4 Manfaat Penelitian Bidang linguistik bahasa Korea belum begitu banyak diulas di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Dengan adanya Hallyu yang melanda negeri ini masyarakat lebih suka untuk menulis dan meneliti tentang bidang hiburan dan bisnis yang berhubungan dengan Korea. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan penulis akan bermanfaat dalam pengembangan penelitian di bidang linguistik bahasa Korea yang lebih mendalam di Indonesia. Melalui penelitian ini pembaca diharapkan mampu memahami latar belakang dan penggunaan pronomina uri dalam bahasa Korea dengan lebih baik. 2. Metode Penelitian Dalam karya tulis ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Sudaryanto (1993:57), terdapat tiga tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. 3. Analisis dan Interpretasi Data Bahasa Korea yang digunakan oleh masyarakat Korea memiliki kekhasan tersendiri dalam struktur penyusunan kalimatnya. Tidak seperti susunan kalimat dalam bahasa Indonesia atau Inggris yang memiliki struktur Subjek-Predikat-Objek, bahasa Korea memiliki struktur penyusunan kalimat yang berbeda. Menurut Ihm (1988:30) struktur dasar penyusunan kalimat dalam bahasa Korea terbagi menjadi empat tipe, yaitu: Tipe Tipe I
Struktur
Contoh
Subjek + Predikat Nomina + 이다 ida
이것은 책이다
주어 + 서술어+격 조사
Igeos-eun chaek-ida
Jueo + Seosureo + Gyeokjosa
Ini – buku –adalah “Ini adalah buku” 철수는 학생이다 Cheolsoo-neun haksaeng-ida Cheolsoo – murid –adalah “Cheolsoo adalah murid”
Tipe II
Subjek + (V.Deskriptif)
Verba
Adjektival
날씨가 좋다
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
주어 + 허용동사
Nalssi-ga johda
Jueo + Heoyongdongsa
Cuaca – bagus “Cuaca(nya) bagus” 하늘이 푸르다 Haneur-i phureuda Langit – biru “Langit(nya) biru”
Tipe III
Subjek + Verba Tindakan Intransitif
자동차가 달린다
주어 + 동작자동사
Jadongcha-ga dallinda
Jueo + Dongjakjadongsa
Mobil - berjalan “Mobil sedang berjalan” 꽃이 피다 Kkot-i phida Bunga – mekar “Bunga sedang bermekaran”
Tipe IV
Subjek + Objek + Verba Tindakan Transitif
철수가 책을 읽는다 Cheolsoo-ga chaek-eul irkneunda
주어 + 목적어 + 동작 타동사 Jueo + Mokjeokeo + Dongjak thadongsa
Cheolsoo – buku – membaca “Cheolsoo membaca buku” 아이가 사과를 먹는다 Ai-ga sagwa-reul meogneunda Anak – apel – makan “Anak makan apel”
Tabel 1. (Ihm, dkk, 1988:3) Dalam keempat tipe struktur tersebut orang Korea biasanya meniadakan subyek orang pertama (na/jeo) jika berbicara dengan orang lain yang memiliki hubungan dekat. Orang Korea juga lebih banyak menggunakan pronomina pengganti dari pada menyebut nama dirinya ketika berbicara. Menurut Suh Cheong-soo dalam artikelnya yang berjudul A Cultural Perspective on the Korean Language (Korea Journal, 1996:44), bahasa Korea adalah bahasa yang memiliki karakter khas yaitu banyaknya penggunaan pengutuban situasional dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia dan Inggris, pronomina selalu digunakan untuk mengganti penyebutan nama diri dalam konteks apapun, namun dalam bahasa Korea pronomina yang digunakan sangat tergantung kepada lawan bicara dan sistuasi kebahasaan. Ketika status sosial, usia dan
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
situasi pembicaraan berubah maka pronomina yang digunakan pun akan berubah, mulai dari penghilangan pronomina, penggunaan pronomina informal maupun penggunaan pronomina sopan. Jenis pronomina dalam bahasa Korea menurut Iksop Lee dan S. Robert Ramsey (2000:89) dalam The Korean Language adalah sebagai berikut: 1. Orang pertama: 나 na aku (non-formal), 저 jeo saya (formal), 우리 uri kami/kita (non-formal), 저희 jeohee kami (formal). 2. Orang kedua: 너 neo kamu (non-formal), 자네 jane kamu (non-formal), 당신 dangsin anda (non-formal), 댁 daek anda (formal), 어르신 eoreusin anda (formal), 너희 neohee kalian (non-formal). 3. Orang ketiga: (manusia) 얘 yae dia (non-formal), 이이 i i orang ini (non-formal), 이 분 i bun orang ini (formal), 걔 gyae dia (non-formal), 그 이 geu i orang itu (nonformal), 그 분 (그) geu bun (geu) orang itu/dia (formal), 쟤 jyae dia (non-formal), 저 이 jeo i orang itu (non-formal), 저 분 jeo bun orang itu (formal). 4. Inanima: 이것 igeot ini, 저것 jeogeot itu, 그것 geugeot itu. 5. Lokasi: 여기 yeogi di sini, 거기 geogi di situ, 저기 jeogi di sana. 6. Refleksif: 자기 jagi diri sendiri, 저 jeo saya, 당신 dangsin anda. Dalam buku yang berjudul “외국인을 위한 표준 한국어 문법”(Wegug-ineul Wihan Pyojun Hanguk-eo Munbeob) – “Tata Bahasa Baku Bahasa Korea untuk Orang Asing” (2008), Kim Jong-rok mengungkapkan dimensi pronomina bahasa Korea menjadi tiga, yaitu 1 인칭 ”il inching” (orang pertama), 2 인칭 ”i inching” (orang kedua) dan 3 인칭 “sam inching” (orang ketiga). Pronomina orang pertama dibagi lagi menjadi dua yaitu orang pertama tunggal dan orang pertama jamak. Pronomina orang pertama tunggal dalam konteks normal adalah 나/내 “nae” dan 저/제 “jeo/je” yang keduanya bermakna „saya‟ dan digunakan ketika ingin merendahkan subyek atau melakukan percakapan dalam konteks formal. Pronomina orang pertama jamak yaitu 우리(들) “uri(deul)” yang bermakna „kami‟ digunakan dalam konteks normal dan 저희(들)“jeohi(deul)” digunakan ketika pembicara ingin merendahkan dirinya atau ketika berbicara dalam konteks formal. Pronomina uri dan jeohee dalam pemakaiannya memiliki fungsi khusus sebagai pronomina kepemilikan keluarga atau benda-benda yang memiliki nilai milik bersama. Hal ini sangat terkait dengan pendapat yang diterima secara luas bahwa bahasa dan komunikasi merepresentasikan dan merefleksikan budaya dan masyarakat penuturnya (Sohn, 2006). Oleh karena itu, perumpamaan „bahasa adalah cermin dari budaya dan masyarakat‟ sangat sesuai dengan hal ini. Bahasa, budaya dan masyarakat tidak bisa saling dipisahkan dan terjalin satu sama lain yang membuat keberadaan seseorang sangat dipengaruhi oleh keberadaan orang lain. Bahasa dan masyarakat akan selalu saling berhubungan satu sama lain seperti yang dikatakan oleh Williams (1992:78) dalam bukunya yaitu “Given the reflection view of language, in which language is claimed to be manifestation of society such that social variation is mirrorred in language.” Dari kutipan tersebut Williams mengatakan bahwa bahasa merupakan sebuah manifestasi dari masyarakat sehingga variasi sosial dapat dilihat dari bahasa yang digunakan oleh masyarakat tersebut. Hal ini juga dapat dipahami bahwa sistem nilai yang ada dalam
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
masyarakat dapat tergambarkan dalam bahasa yang dipakai. Masyarakat merupakan suatu komunitas yang terdiri dari individual-individual yang saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa Korea yang terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis yaitu huruf Hangeul1, memiliki empat dimensi yaitu dimensi relativitas, dimensi kerjasama, dimensi harmoni dan dimensi penyatuan (Syamsuddin, 2000: 26). Dimensi-dimensi tersebut merupakan bagian dari filsafat dasar orang Korea yang menegaskan bahwa setiap individu tidak dapat berdiri sendiri atau terpisah dari individu lain. Setiap individu berada dalam jalinan kesatuan untuk membentuk masyarakat, bangsa, dan bahkan kemanusiaan secara menyeluruh. Oleh karena inilah masyarakat Korea memiliki nilai kolektivitas atau kekelompokan yang sangat tinggi. Menurut Rhee Kyu-ho dalam artikelnya yang berjudul The Logic of the Korean Language (Korea Journal, 1971: 9), bahasa Korea dalam masyarakat Korea telah berfungsi sebagai budaya mereka dan telah terbukti menjadi dasar pikiran dari proses penciptaan budaya melalui cara pandang mereka akan dunia dan semangat yang mereka miliki. Nilai kolektivitas yang mereka jadikan filsafat hidup ini terpatri dalam setiap bagian hidup mereka dalam berbagai bidang mulai dari sosial, budaya hingga bahasa. Jika dibandingkan dengan orang Amerika yang memiliki kesadaran egalitarian, individualistik dan penghargaan tinggi terhadap otoritas personal dalam komunikasi verbal dan non-verbal mereka, orang Korea merupakan kebalikannya. Menurut Sohn (1986) hubungan interpersonal orang Korea secara umum adalah sebuah hubungan yang terikat kuat pada sistem hirarki dan kolektivitas serta sangat mengagungkan ketergantungan interpersonal. Oleh karena itu masyarakat Korea lebih suka menggunakan pronomina orang pertama jamak dari pada pronomina orang pertama tunggal dalam berkomunikasi karena mereka lebih menjunjung tinggi dirinya sebagai bagian dari kelompok dari pada sebagai individual. Dalam bahasa Korea, penyebutan sebuah kepemilikan pribadi yang merupakan bagian dari keluarga dan kepemilikan umum lainnya diungkapkan dengan pronomina kepemilikan orang pertama jamak. Hal ini terlihat dari penggunaan pronomina uri yang secara harfiah berarti kepemilikan (-kami) yang digunakan sebagai pengganti nae-eui yang secara harfiah berarti kepemilikan (-ku) meskipun dalam pengartiannya tetap berarti kepemilikan orang pertama tunggal (-ku). Pronomina uri dalam bahasa Korea yang tidak hanya berfungsi sebagai subyek orang kedua jamak, namun juga berfungsi sebagai pronomina kepemilikan pada nomina yang berhubungan dengan keluarga dan nomina-nomina lain yang dianggap merupakan kepemilikan umum. Data yang penulis gunakan dalam penelitian kali ini adalah naskah drama produksi MBC tahun 2012 yang berjudul The King 2 Hearts. Drama ini disutradarai oleh Lee Jae-gyu dan ditulis oleh Hong Jin-ah. Drama The King 2 Hearts adalah sebuah drama fiksi bergenre romantis, black comedy dan action yang bersetting di Korea Selatan sebagai sebuah negara monarki konstitusional abad ke-21 layaknya Inggris dan Jepang lengkap dengan keluarga kerajaan, perdana menteri, dan tetap terpisah dari negara republik Korea Utara.
1
Hangeul: Alfabet bahasa Korea yang diciptakan oleh Raja Keempat Kerajaaan Joseon, Raja Agung Sejong bersama sarjana-sarjananya yang tergabung dalam Jiphyeonjeon (Hall of Worthies) pada tahun 1446. Alfabet ini terdiri dari 11 vokal dan 17 konsonan dan sebelumnya disebut dengan “Hunminjeongum” (The Correct Sounds for Instructing People).
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Drama ini memang menggunakan setting kerajaan tetapi berbeda dengan drama sageuk2 yang menggunakan bahasa Korea kuno. Seluruh dialog dalam drama ini adalah bahasa Korea modern sama seperti bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Korea pada abad ke-21. Dalam drama ini diceritakan tokoh utama yang merupakan seorang pangeran Korea Selatan bernama Lee Jae-ha. Ia memiliki kakak laki-laki yaitu Lee Jae-kang yang merupakan raja dari negara monarki konstitusional Korea Selatan. Lee Jae-ha adalah seorang pangeran yang malas, selalu bersenang-senang di klub malam dan tidak pernah melakukan hal berarti sedikitpun untuk rakyatnya. Hingga pada suatu hari setelah keluar dari wajib militer, Lee Jaeha tertipu oleh kakaknya dan berakhir menandatangani sebuah surat keikutsertaan turnamen perwira militer internasional bernama WOC (World Officer Championship). Raja Lee Jaekang telah lama mendambakan negaranya untuk bersatu layaknya Jerman Barat dan Jerman Timur setelah runtuhnya tembok Berlin pada tahun 1989. Oleh karena itu, langkah kecil yang bisa ia mulai adalah dengan membuat tim gabungan antara Korea Selatan dan Korea Utara untuk membawa nama Korea dalam turnamen perwira militer internasional. Tujuan Lee Jaekang membuat Lee Jae-ha ikut turnamen adalah agar adiknya tersebut dapat tersadar dan menjadi orang yang lebih baik dan berguna. Waktu pun berlalu dan tanpa sadar Lee Jae-ha yang telah melakukan latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan Korea Utara jatuh hati kepada perwira wanita Korea Utara bernama Kim Hang-ah. Cinta mereka terhalang perbedaan ideologi kedua negara dan diperburuk oleh kematian raja Lee Jae-kang oleh John Meyer, seorang Jerman berdarah Korea yang memiliki ratusan perusahaan penting, partai politik, resor hingga pabrik senjata yang sangat disegani dan berpengaruh di seluruh dunia. Dalam drama ini banyak digambarkan hubungan antar anggota keluarga, baik keluarga kerajaan Korea Selatan yaitu ibu suri dengan ketiga anak-anaknya, raja Lee Jae-kang, pangeran Lee Jae-ha dan putri Lee Jae-shin, maupun keluarga Korea Utara, Kim Hang-ah dan ayahnya. Dalam kisah keluarga kerajaan Korea Selatan, digambarkan betapa ibu suri tetap tegar dan mendukung putra keduanya untuk menjadi raja Korea Selatan meskipun harus menerima kenyataan untuk kehilangan putra pertama dan menantu kesayangaannya. Dari sinilah banyak adegan-adegan diantara para tokoh yang berinteraksi sangat dekat melalui dialog-dialog mereka. Selain itu perbedaan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dibawa dalam drama ini banyak menunjukkan bagaimana orang Korea tetap memiliki bahasa dan sistem nilai kolektivitas yang sama meskipun ideologi mereka berbeda. Karena alasanalasan tersebut di atas naskah drama ini akan dianalisis untuk memperdalam penelitian penulis. Penulis telah meneliti naskah drama The King 2 Hearts yang berjumlah 20 episode. Dari penelitian tersebut penulis menemukan banyak pemakaian pronomina uri di dalamnya. Agar pemakaian pronomina uri dalam sumber data dapat lebih jelas lagi, dalam jurnal ini akan dijelaskan penggunaan pronomina uri yang muncul dalam dialog sekaligus dipaparkan setting, konteks, dan pelakunya.
2
Sageuk adalah sebutan untuk salah satu jenis drama produksi Korea Selatan yang menggunakan setting kerajaan pada masa lalu. Drama sageuk mengandung unsur sejarah meskipun banyak di antaranya digabung dengan cerita fiksi. Drama sageuk biasanya bersetting pada jaman Tiga Kerajaan (Goguryeo, Baekje, Silla) dan zaman Kerajaan Joseon. Semua tokoh dalam drama sageuk memakai baju tradisional Korea Hanbok dan menggunakan bahasa Korea kuno.
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Dialog 1 Lee Jae-ha:
우리형 어딨어요?
Uri hyeong eodisseoyo? Di mana kakakku? (The King 2 Hearts, episode 1, 0:04:56) Dialog di atas merupakan dialog yang diucapkan oleh tokoh Lee Jae-ha, yang datang ke sekolah kerajaan untuk mencari kakak lelakinya, Lee Jae-kang. Meskipun Lee Jae-kang dan Lee Jae-ha memiliki adik perempuan, namun Lee Jae-ha adalah satu-satunya adik yang bisa memanggil Lee Jae-kang dengan sebutan hyeong yaitu panggilan kakak laki-laki oleh adik laki-laki. Dalam dialog ini tokoh Lee Jae-ha menggunakan pronomina uri uuntuk memanggil kakak lelakinya sebagai bentuk kepemilikan –ku, dan bukan merupakan kepemilikan –kami.
Dialog 2 Teman :
근데 너 아냐? 이번에 우리아빠가 5 억기부했다? 니네한테?
Geunde neo anya? Ibeone uri appaga o-eok gibuhaetta? Ninehante? Tapi apa kau tahu? Kali ini ayahku menyumbang lima ratus juta kepada kalian! Lee Jae-kang: ............ Teman:
너 먹고 자고 하는거 다 우리집돈이야~ 잘해야되 너~
Neo meoggo jago haneungeo da uri jib doniya~ jarhaeyadwae neo~ Kau bisa makan dan tidur dengan enak itu semua berkat uang keluargaku. Jadi jangan macam-macam. (The King 2 Hearts, episode 1, 0:05:25) Percakapan di atas terjadi ketika sang putra mahkota Lee Jae-kang sedang di-bully dan diancam oleh teman-teman di sekolahnya. Mereka mengatakan bahwa keluarga kerajaan bisa makan dengan nyaman semua berkat pajak dan sumbangan dari rakyat. Salah satu murid mengatakan uri appa yang berarti “ayahku” dan bukan “ayah kami” karena dalam adegan ini ia datang sendiri dan ia ingin mengedepankan bahwa ayahnyalah yang berjasa menyumbang uang kepada keluarga kerajaan. Kemudian perkataan uri jib berarti “keluargaku”. Secara harfiah kalimat ini berarti “keluarga kami” namun dapat dijelaskan bahwa dalam berbicara di antara teman sebaya, orang Korea tidak perlu menggunakan kami untuk membuat perkataan sopan. Selain itu, keadaan yang digambarkan dalam adegan ini merupakan adegan pengancaman. Oleh karena itu, uri jib memang benar-benar ditujukan untuk mengedepankan arti “keluargaku” dan menggambarkan pronomina kepemilikan –ku, bukan pronomina kepemilikan –kami.
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Dialog 3 Kim Hang-ah: ……….. Lee Jae-ha:
하다못해 회두 싱싱한게 좋은데 전쟁이래매. 이왕이면 내가 싱싱하게 살아있어야 우리나라랑 협상이든 뭐든 하지않겠냐? 잡아봐.
Hada mothae hwedo singsinghan ge joeunde jeonjaengiraemae. Iwangimyeon naega singsinghage saraisseoya uri nararang hyeobsangideun mwuodeun haji anhkenya? Membawa tahanan hidup-hidup akan lebih baik karena ini adalah perang. Kau memerlukan aku hidup jika kau ingin aku berperan dalam proses negosiasi dengan negaraku, kan? (The King 2 Hearts, episode 4, 0:25:43) Percakapan di atas adalah percakapan antara tokoh Lee Jae-ha dengan Kim Hang-ah. Mereka tidak mengetahui bahwa perang antara Korea Utara dan Korea Selatan yang terjadi saat itu hanyalah sebuah tes yang diberikan kepada mereka untuk menguji saling kepercayaan antara tim Korea Utara dengan Korea Selatan. Akan tetapi Lee Jae-ha tetap tidak bisa percaya bahwa tim Korea Utara akan menyelamatkannya hingga berkata bahwa ia tidak akan pergi dan tetap berada di tempat. Tokoh Lee Jae-ha mengatakan uri nara yaitu berarti “negaraku” di depan tokoh Hang-ah yang merupakan orang Korea Utara karena ingin mengedepankan negaranya sendiri yaitu Korea Selatan. Di sini tergambar jelas bahwa Lee Jaeha ingin menekankan “negaraku” dari pada “negara kami/kita” karena pada saat itu sedang berbicara pada orang yang dianggap sebagai musuh negaranya. Oleh karena itu, pronomina uri dalam uri nara di atas menggambarkan pronomina kepemilikan –ku.
Dialog 4 Kim Hang-ah: 남조선 국왕이...직접이요? Namjoseon wangi jikjeobiyo? Raja Korea Selatan sendiri yang mengatakannya? Kim Nam-il: 기래, 지금 긍정적으로 생각하고 있디않네! 기리니까 우리 딸, 자신을 가지라우. 넌 남조선 최고 왕실에서두 리념을 뛰어넘어 선택할정도루 고운 아이야!
Girae, jigeum geungjeongjeokeuro saenggak hago ijjianhne! Girinikka uri ddal, jasineul gajirau. Neon namjoseon choigo wangsileseodo rinyeomeul dduieoneomeo seontaekhaljeongdoro goun aiya! Iya pihak sebelah sangat positif. Jadi putriku, kau harus percaya diri. Kau dipilih oleh Raja Korea Selatan setelah pertimbangan serius di antara para wanita cantik! (The King 2 Hearts, episode 5, 0:13:30)
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Dalam dialog di atas tokoh Kim Hang-ah sedang berbicara dengan ayahnya, Kim Nam-il. Ayahnya ingin mengatakan bahwa Hang-ah telah dipilih langsung oleh Raja Korea Selatan untuk menjadi calon istri bagi pangeran. Ia ingin membesarkan hati putrinya yang saat itu sedang sedih, maka ia mengatakan putrinya harus percaya diri. Seruan yang digunakan Namil kepada Hang-ah adalah uri ddal, yang berarti “putriku” meskipun secara harfiah berarti “putri kami”. Kalimat “putri kami” tidak mungkin digunakan di sini karena subjek yang berbicara adalah subjek tunggal dan ia berbicara kepada orang yang lebih muda. Jika dilihat dari alur cerita pun Hang-ah telah lama menjadi yatim karena ibunya meninggal sewaktu ia kecil. Dalam bahasa Korea, tidak digunakan nae ddal yang secara harfiah berarti “putriku” melainkan uri ddal sebagai ungkapan yang lebih natural untuk menyebut “putriku”.
Dialog 5 Kim Hang-ah: … Lee Jae-kang: 우리 재하.....좋아해요? Uri Jae-ha joahaeyo? Apa kamu menyukai adikku? (The King 2 Hearts, episode 7, 0:01:07) Dalam percakapan di atas tokoh Lee Jae-kang sedang bertanya kepada tokoh Kim Hang-ah apakah Kim Hang-ah menyukai Lee Jae-ha. Namun disini Lee Jae-kang sebagai subyek menggunakan uri Jae-ha untuk mengatakan “adikku”. Meskipun secara harfiah berarti kalimat ini berarti “Jae-ha kami”, namun pada saat itu subyek yang berbicara adalah subyek tunggal dan karena lawan bicaranya adalah orang yang lebih muda dari subyek. Orang Korea cenderung menggunakan kata uri+nama anggota keluarganya terutama untuk memanggil anggota keluarga yang lebih muda. Hal ini dapat menyiratkan bahwa kedekatan antara keluarga pada masyarakat Korea sangat tinggi.
Dialog 6 Yeong-seon: 아무리 그래도 우리 며느리가 될 사람인데, 말실수 좀 했다고 그렇게 웃으면 되요?
Amuri geuraedo uri myeoneriga dwil saraminde, malsilsu jom haettago geureohke usemyeon dwaeyo? Bagaimanapun dia adalah calon menantuku, hanya karena ia berkata sesuatu yang salah, apa pantas untuk menertawainya? (The King 2 Hearts, episode 7, 0:12:20)
Dialog di atas adalah dialog antara Ibu suri Yeong-seon dengan kepala pelayan istana. Ibu suri Yeong-seon marah karena calon menantunya dijadikan bahan lelucon oleh pelayan istana
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
yang lain karena dialek Korea Utaranya. Tokoh Yeong-seon menggunakan kata uri myeoneri untuk menyebut “calon menantuku” meskipun secara harfiah berarti “calon menantu kami”. Telah jelas bahwa subyek yang berbicara adalah subyek tunggal maka kalimat itu berarti “calon menantuku”. Tokoh Yeong-seon pun dalam dialog ini digambarkan sedang marah sehingga ingin menekankan kepemilikian dan status Kim Hang-ah sebagai bagian dari keluarga kerajaan yang seharusnya dihormati kepada kepala pelayan istana sehingga menggunakan kata uri dalam kalimatnya.
Dialog 7 Si-gyeong:
마마께서 당부도 하셨습니다. 밤 10 시전까진 반드시...
Mamakkeseo dangbudo hasyeosseumnida. Bam yeol sikkajin bandeusi … Yang Mulia memerintahkan bahwa jam 10 malam sudah harus … Lee Jae-sin:
우리 엄마 뭐…10 시? 지금 몇신데요?
Uri eomma mwo yeol si? Jigeum myeotsindeyo? Kenapa Ibuku… jam 10? Sekarang jam berapa memangnya? (The King 2 Hearts, episode 7, 0:17:06) Percakapan di atas adalah percakapan antara putri Lee Jae-shin dan pengawal istana, Sigyeong. Sebagai pengawal istana, Si-gyeong bertugas untuk mengingatkan putri agar pulang ke istana tepat waktu, namun seperti biasa putri Lee Jae-shin yang keras kepala dan suka menentang langsung memotong perkataan Si-kyeong dengan angkuh. Putri Lee Jae-shin menggunakan kalimat uri eomma ketika berbicara kepada Si-gyeong untuk mengatakan “ibuku”. Partikel uri yang digunakan ini jelas merupakan partikel penunjuk pronomina kepemilikan –ku, dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal dan ia juga ingin menekankan bahwa Yang Mulia Ibu Suri adalah ibunya.
Dialog 8 Si-gyeong:
…
Lee Jae-shin: 아무한테도 안들려준거예요. 우리 멤버두 몰라요. 이노랜......처음이예요. Amuhantendo andeullyeojun keoyeyo. Uri membeodo mollayo. Inoraen …cheoeumiyeyo. Aku belum pernah menyanyikan lagu ini kepada siapapun sebelumnya. Anggota bandku juga tidak tahu lagu ini. Ini pertama kali. (The King 2 Hearts, episode 7, 0:21:09)
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Dialog di atas adalah dialog antara putri Lee Jae-shin dengan pengawal kerajaan Si-gyeong. Lee Jae-shin yang ingin meminta maaf kepada Si-gyeong karena telah merendahkan statusnya sebagai tentara dan pengawal kerajaan ingin menyanyikan sebuah lagu yang baru ia ciptakan. Ia pun mengatakan bahkan anggota bandnya pun tidak mengetahui tentang lagu tersebut. Tokoh Lee Jae-shin menggunakan kata uri membeo yang secara harfiah berarti “anggota band kami” untuk mengatakan “anggota bandku”. Partikel uri digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal.
Dialog 9 Hang-ah:
기런 뜻이 아니라......
Geuron ddeusi anira… Bukan itu maksudku… Yeong-son:
그러다 이런 일 또 생기면 어쩔껀데! 내가 바루 삭제했길래 망정이지 누가 인터넷에 퍼나르기라도했어봐! 우리 재강이랑은 아주…
Geureoda ireon il ddo saenggimyeon eojjeol kkeonde!Naega baro sakjehaettgillae mangjeongiji nuga inteonese pheonareugirado haesseobwa! Uri jae-kang irangeun aju… Jika masalah seperti ini terjadi lagi, apa yang kita akan lakukan? Beruntung aku segera menghapusnya, jika ini beredar di internet, putraku, Jae-kang akan sangat … (The King 2 Hearts, episode 7, 0:33:05) Dalam percakapan di atas tokoh ibu suri Yeong-seon sedang memperingatkan tokoh Kim Hang-ah agar di kemudian hari lebih berhati-hati dalam berbicara. Kim Hang-ah yang merupakan orang Korea Utara telah mengatakan sesuatu yang salah karena dialeknya dan dijadikan bahan gunjingan oleh para pelayan istana. Ibu suri Yeong-seon sangat khawatir jika masalah ini terus berlanjut maka sang raja, yaitu putranya, Lee Jae-kang akan menghadapi kesulitan. Dalam dialog ini tokoh Yeong-seon sebagai subyek menggunakan uri Jae-kang untuk mengatakan “putraku”. Secara harfiah kalimat ini berarti “Jae-kang kami”, namun pada saat itu subyek yang berbicara adalah subyek tunggal dan obyek yang dibicarakan adalah anggota keluarganya dan orang yang lebih muda dari subyek maka kalimat ini lebih alami diartikan sebagai “putraku”. Orang Korea cenderung menggunakan kata uri+nama anggota keluarganya terutama untuk memanggil anggota keluarga yang lebih muda. Hal ini menyiratkan bahwa kedekatan antara anggota keluarga pada masyarakat Korea sangat tinggi.
Dialog 10 Si-gyeong:
아까 뵙고 왔습니다.
Akka bwebgo wasseumnida.
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Tadi saya sudah menemui beliau. Lee Jae-shin: 보는거랑 밥먹는건 다르지~ 우리 새언니 음식 얼마나 맛있게 하나 모르죠? Boneunkeorang babmeogneunkeon dareuji~ uri saeeonni eumsik eolmana masitke hana moreujyo? Menemui dan makan bersama itu tidak sama. Kau tidak tahu betapa enaknya masakan kakak iparku, kan? (The King 2 Hearts, episode 7, 0:36:24) Dialog di atas adalah dialog antara putri Lee Jae-shin dengan pengawal kerajaan Si-gyeong. Lee Jae-shin ingin mengajak Shi-gyeong untuk makan malam bersama sang raja dan ratu yang tidak lain adalah kakak lelaki dan kakak iparnya. Tokoh Lee Jae-shin mengatakan bahwa masakan kakak iparnya sangat lezat dan Si-gyeong harus menerima ajakannya. Tokoh Lee Jae-shin menggunakan kata uri saeeonni yang secara harfiah berarti “kakak ipar kami” untuk mengatakan “kakak iparku”. Partikel uri digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal dan ingin menekankan bahwa Kim Hang-ah, sang ratu ialah kakak iparnya.
Dialog 11 Hyeon-joo:
내일까진 그냥 푹 다 잊어버려요......에휴, 우리 남편....빛도 안나는데 맨날 고생만 하구.....
Naeilkkajin geunyang phuk da ijeobeoryeoyo... ehyu~ uri nampyeon .. bitdo annaneunde maennal gosangman hago... Lupakan semuanya hingga besok, ah, suamiku... tidak mendapatkan penghargaan apapun tapi dia telah bekerja sangat keras... (The King 2 Hearts, episode 7, 0:48:42) Dialog di atas adalah dialog yang diucapkan oleh tokoh ratu Hyon-joo kepada suaminya, raja Lee Jae-kang. Mereka sedang menikmati malam terakhir liburan mereka di resor Anmyeondo. Karena raja Lee Jae-kang khawatir mereka terlambat kembali ke istana, ratu Hyun-joo menenangkan suaminya agar membuang semua kecemasan dan pikiran hingga besok. Lalu ratu Hyun-joo pun berkata kepada diri sendiri bahwa suaminya kasihan sekali karena harus selalu bekerja keras setiap waktu. Tokoh Hyun-joo menggunakan kata uri nampyeon yang secara harfiah berarti “suami kami” untuk mengatakan “suamiku”. Partikel uri digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal dan ia adalah satu-satunya istri yang dimiliki oleh Lee Jae-kang.
Dialog 12 Si-gyeong:
절대 보안이라....
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Jeoldae boanira … Karena diperlukan pengamanan ketat… Lee Jae-shin: 우리 오빠 문제잖아! Uri oppa munjejahna! Itu kan masalah kakakku! (The King 2 Hearts, episode 1, 0:23:47) Dialog di atas adalah dialog antara putri Lee Jae-shin dengan pengawal kerajaan Si-gyeong. Lee Jae-shin marah karena Si-gyeong tidak akan mengawalnya ke rumah sakit. Si-gyeong akan mengawal raja Lee Jae-ha ke Korea Utara. Namun putri Lee Jae-shin malah berteriak bahwa itu masalah kakaknya sehingga pengawal pribadi miliknya seharusnya tetap bekerja sesuai tugas. Tokoh Lee Jae-shin menggunakan kata uri oppa yang secara harfiah berarti “kakak kami” untuk mengatakan “kakakku”. Pronomina uri digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal dan ia ingin menekankan bahwa Lee Jae-ha, sang raja, ialah kakak miliknya.
Dialog 13 Yeong-seon: 됐어 얘. 보는 사람두 없는데, 절은 내가 해야지, 우리 아들 구해줬는데... Dwaesseo yae. Boneun saramdo eobneunde, jeoreul naega haeyaji, uri adeul guhaejyeotneunde… Sudahlah. Tidak ada orang yang melihat, yang harus bersujud itu malah aku, kamu kan sudah menyelamatkan putraku… (The King 2 Hearts, episode 12, 0:41:09) Dalam percakapan di atas tokoh ibu suri Yeong-seon sedang berterimakasih kepada Kim Hang-ah karena telah menyelamatkan putranya raja Lee Jae-ha, saat berada di Korea Utara. Dalam dialog ini tokoh Yeong-seon sebagai subyek menggunakan uri adeul untuk mengatakan “putraku”. Secara harfiah kalimat ini berarti “putra kami”, namun pada saat itu subyek yang berbicara adalah subyek tunggal maka kalimat ini lebih alami diartikan sebagai “putraku”. Hal ini sesuai dengan kebiasaaan orang Korea yang selalu menggunakan frase uri+nama dari anggota keluarganya untuk memperlihatkan ikatan kuat kekeluargaan terutama untuk memanggil anggota keluarga yang lebih muda.
Dialog 14 Lee Jae-ha:
선왕전하껜....저희 형에겐 생전의 소원이 있었습니다.
Seonwangjeonhakken isseosseumnida.
…
jeohee
hyeongegen
saengjeoneui
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
sowoni
Raja sebelumnya … kakakku, punya keinginan yang belum terwujud saat beliau meninggal. (The King 2 Hearts, episode 13, 0:06:43) Dalam dialog di atas raja Lee Jae-ha berpidato dalam sebuah forum dalam rangka mengenang raja sebelumnya yang telah wafat, Lee Jae-kang. Lee Jae-ha berkata bahwa kakaknya mempunyai keinginan yang belum terwujud ketika beliau meninggal. Tokoh Lee Jae-ha menggunakan jeohee hyeong untuk mengatakan “kakakku”. Penggunaan jeohee sebagai pengganti uri disini adalah karena subyek sedang berbicara di ruang formal sehingga digunakan bentuk sopan. Akan tetapi, jeohee bukan berarti “kami” karena subyek yang berbicara adalah subyek tunggal yang mengungkapkan kepemilikan tunggal seorang anggota keluarga yaitu kakaknya sehingga jeohee hyeong bermakna “kakakku” dalam konteks ini.
Dialog 15 Si-gyeong:
내부에 첩자가 있는겁니까?
Naebue cheobjaga isseumnikka? Dalam kerajaan apakah ada yang harus diselidiki? Lee Jae-ha:
안전검사팀, 근위대, 너 대기하던 부대 지휘관들이랑 비서...여튼 다 뒤져봐. 우리가족만 빼구, 싹다.
Anjeongeomsatim, geunwidae, neo daegihadeon budae jiwigwandeurirang biseo… yeoteun da dwijyeobwa. Uri gajok man bbaego, ssakda. Tim keamanan, pengawal kerajaan, markas kau ditempatkan, sekretaris kerajaan… bagaimanapun periksa semua. Kecuali keluargaku, periksa semua. (The King 2 Hearts, episode 14, 0:55:08) Dialog di atas adalah dialog antara raja Lee Jae-ha dengan pengawal istana Si-gyeong. Raja Lee Jae-ha yang mulai mencurigai keikutsertaan orang istana dalam pembunuhan kakaknya menugaskan Si-gyeong untuk menyelediki semua orang istana yang terlibat. Namun Lee Jaeha mengatakan bahwa keluarganya tidak perlu diperiksa. Tokoh Lee Jae-ha menggunakan kalimat uri gajok yang berarti “keluargaku”. Pronomina uri digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal. Selain itu, karena subyek memiliki status sosial yang lebih tinggi dari lawan bicaranya, ia ingin memperlihatkan kekuasaan dan menekankan bahwa hanya keluarganyalah yang boleh dikeluarkan dari daftar pemeriksaan.
Dialog 16 Kim Bong-gu: 어머니.... Eomeoni… Ibu …
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Yeong-seon: ? Kim Bong-gu: 어머니라구 불러두 되죠? 많이 닮으셨어요, Eomeonirago bulleodo eomeonirang…
dwaejyo?
저희 어머니랑.....
Manhi
dalmeusyeosseoyo,
jeohee
Bolehkah aku memanggil Anda ibu? Anda sangat mirip dengan ibuku… (The King 2 Hearts, episode 16, 0:41:57) Dialog di atas adalah dialog antara tokoh antagonis Kim Bong-gu dengan ibu suri Yeongseon yang sedang disekapnya. Kim Bong-gu dengan sarkastik menanyakan apakah ia boleh memanggil ibu suri dengan panggilan “ibu” karena ia merasa bahwa ibu suri mirip sekali dengan ibu kandungnya. Dalam dialog ini subyek menggunakan kalimat jeohee eomeoni kepada lawan bicaranya karena lawan bicaranya memiliki status sosial yang lebih tinggi sehingga ia harus menggunakan bentuk sopan. Pronomina jeohee ini digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, yang berarti “ibuku” dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal.
Dialog 17 Yeong-seon: 어떡하니, 우리 항아......어뜩해...... Eoddeokhani, uri Hang-ah … eoddeohke… Bagaimana ini… menantuku… bagaimana… (The King 2 Hearts, episode 17, 0:23:10) Dalam percakapan di atas tokoh Yeong-seon sedang bertanya cemas kepada Lee Jae-ha karena Kim Hang-ah masih disekap oleh tokoh antagonis Kim Bong-gu. Namun disini Yeong-seon sebagai subyek menggunakan uri Hang-ah untuk menyebut Kim Hang-ah. Secara harfiah berarti kalimat ini berarti “Hang-ah kami”, namun pada saat itu subyek yang berbicara adalah subyek tunggal. Orang Korea cenderung menggunakan frase “uri+nama” seseorang terutama jika seseorang tersebut dianggap sangat dekat seperti keluarga sendiri oleh si pembicara. Sehingga uri Hang-ah dalam situasi ini bermakna “menantuku”.
Dialog 18 Lee Jae-ha:
어쩌냐.....
Eojjeonya… Bagaimana ini … Si-gyeong:
연락을 한번....해보는건 어떠세요, 저희 아버님한테.....
Yeollakeul hanbeon haeboneunkeon eoddeoseyo, jeohee abeonimhante…
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
Bagaimana kalau anda mencoba menelpon ayahku sekali saja… (The King 2 Hearts, episode 17, 0:28:13) Dialog di atas adalah dialog antara raja Lee Jae-ha dan pengawal kerajaan Si-gyeong. Raja Lee Jae-ha yang sedang panik karena calon istrinya Kim Hang-ah, masih dalam penyekapan Kim Bong-gu mendapat saran dari Si-gyeong. Si-gyeong menyarankan agar raja Lee Jae-ha menelepon mantan sekretaris kerajaan, yang tidak lain adalah ayah Si-gyeong untuk bertanya mengenai jalan keluar terbaik karena ayahnya telah mengabdi pada kerajaan lebih dari 30 tahun, meskipun pada saat itu hubungan raja Lee Jae-ha dan ayah Si-gyeong sedang tidak baik. Dalam dialog ini subyek menggunakan kalimat jeohee abeonim kepada lawan bicaranya karena lawan bicaranya memiliki status sosial yang lebih tinggi sehingga ia harus menggunakan bentuk sopan dari uri. Akan tetapi pronomina jeohee ini tetap digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, yang berarti “ayahku” dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal dan anak tunggal dari sekretaris kerajaan.
Dialog 19 Kim Hang-ah: 우리두 힘을 보탤검미다. Urido himeul botaelkeomnida. Kami juga akan memberikan dukungan. Lee Jae-ha:
?
Kim Hang-ah: 아바지한테 말해서 우리 공화국두 김봉구 보석은 안된다, 항의방문단이 ICC 에 가기루 했시요. 저두 감미다, 대표루.
Abeojihante marhaeso uri gonghwagukdo Kim Bong-gu boseokeun andwaenda, hangeui bangmundani ICC-e gagiro haessiyo. Jeodo gamnida, daepyoro. Aku sudah berbicara dengan ayah. Negaraku juga berpendapat bahwa Kim Bong-gu tidak boleh dibebaskan begitu saja. Kami juga akan membuat petisi kepada ICC, dan aku yang akan menjadi perwakilannya. (The King 2 Hearts, episode 19, 0:29:58) Dialog di atas adalah dialog antara raja Lee Jae-ha dengan tunangannya Kim Hang-ah. Melihat tunangannya yang bekerja mati-matian untuk menjebloskan Bong-gu ke pengadilan internasional, Kim Hang-ah pun memutuskan untuk membantu Lee Jae-ha. Petisi Korea Selatan saat itu tengah ditentang oleh negara-negara di seluruh dunia karena Kim Bong-gu tidak lain adalah John Meyer yang merupakan pemilik dari berbagai perusahaan, resor, partai politik, hingga pabrik senjata yang sangat berpengaruh di dunia. Meskipun telah bertunangan, status Kim Hang-ah pada saat itu masih warga negara Korea Utara, sehingga ia menyatakan akan pergi menjadi wakil dari negaranya. Kim Hang-ah pergi untuk membuat petisi penangkapan John Meyer sebagai wakil Korea Utara agar Korea Selatan bukan satu-satunya negara yang melawan John Meyer. Kim Hang-ah sebagai subyek dalam dialog ini
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
menggunakan kalimat uri gonghwaguk untuk menyatakan “negaraku”. Pronomina uri digunakan sebagai penunjuk pronomina kepemilikan –ku, dan bukan pronomina kepemilikan –kami karena si pembicara adalah subyek tunggal. Selain itu, Kim Hang-ah yang merupakan subyek dalam kalimat ini ingin menyatakan bahwa negaranya adalah negara yang berbeda dengan negara tunangannya maka ia jelas bukan bermaksud menyebut “negara kita” melainkan “negaraku” kepada Lee Jae-ha.
Dari analisis dialog drama di atas didapatkan beberapa contoh penggunaan pronomina uri dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk penggunaan uri dari analisis di atas dapat dibedakan menjadi empat kelompok sebagai berikut:
Kelompok
Contoh
Pronomina yang 우리 형 “uri hyeong” (kakakku), 우리 아빠 “uri oppa” (kakakku), berhubungan dengan 우리 딸 “uri ddal” (putriku), 우리 며느리 “uri myeoneuri” anggota keluarga (menantuku), 우리 엄마 “uri eomma” (ibuku), 우리 새언니 “uri saeeonni” (kakak iparku), 우리 남편 “uri nampyeon” (suamiku), 우리 오빠 “uri oppa” (kakakku), 우리 아들 “uri adeul” (putraku), 우리 가족 “uri gajok” (keluargaku). Pronomina yang 우리 집 “uri jib” (rumahku), 우리 나라 “uri nara” (negaraku), 우리 berhubungan dengan 멤버 “uri membeo” (anggotaku), 우리 공화국 “uri gonghwaguk” kepemilikan (negaraku). bersama Pronomina yang menunjukkan kedekatan antara subyek dan obyek (uri+nama)
우리재강 “uri Jae-kang” (literal: Jaekang-ku, arti: putraku), 우리 항아
Bentuk sopan/formal dari uri
저희 형”jeohee hyeong” (kakakku), 저희 어머니”jeohee eomeoni” (ibuku), 저희 아버지 “jeohee abeoji” (ayahku).
(harfiah: Hangah-ku, arti: menantuku)
Tabel 2. Jenis-jenis Pronomina URI
7. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pronomina uri memiliki penggunaan khusus sebagai pronomina kepemilikan yang berkaitan dengan keluarga dan nomina milik bersama dalam bahasa Korea sebagai pengganti pronomina naeeui serta mempunyai makna sebagai pronomina kepemilikan orang pertama tunggal (akhiran -ku). Penggunaan pronomina uri juga dipengaruhi oleh sistem nilai kolektivitas dalam masyarakat Korea yang ditunjukkan oleh sikap mengedepankan perasaan kolektif dan menekan perasaan orang personal dalam mengekspresikan bahasa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis naskah
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014
drama The King 2 Hearts yang menunjukkan berbagai penggunaan pronomina uri sebagai pronomina kepemilikan antara lain dalam mengekspresikan pronomina yang berhubungan dengan anggota keluarga, pronomina yang berhubungan dengan kepemilikan bersama, pronomina yang menunjukkan kedekatan antara subyek dan obyek (uri+nama) dan bentuk sopan dari uri yang tetap bermakna kepemilikikan subyek tunggal –ku. Daftar Acuan Literatur Korea: 김종록. 2008. “외국인 위한 표준 한국어문법”. 서울: 박이정 도서출판 최준식. 1997. “한국인에게 문화는 있는가”. 파주: 한국커뮤니케이션. 천소영. 2007. “우리 말의 문화 찾기”. 서울: 한국문화사. <더 킹 투 하츠> 대본(1 회-20 회). 홍진아. 2012 MBC (Munhwa Broadcasting Center) 방송국 미니시리즈.
Sumber buku: Ihm, Ho-bin dkk. 1988. Korean Grammar for International Learners. Seoul: Yonsei University Press. Lee dan Ramsey. 2000. The Korean Language. Albany: State University of New York Press. Lee, Ki-baik. 1984. A New History of Korea. Cambridge: Harvard University Press. Muchtasar Syamsuddin. 2000. Huruf Hangeul dan Bahasa Korea: Sejarah Korea Menuju Masyarakat Modern dalam . Yogyakarta: INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada. Rahyono, FX. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Sohn, Ho-min, 2006. Korean Language in Culture and Society. Honolulu: University of Hawaii. Williams, Glyn. 1992. Sociolinguistics: A Sociological Critique. London: Routledge. Sumber jurnal: Rhee, Kyu-ho. (1971). The Logic of the Korean Language. Korea Journal Winter 1971, 9. Suh, Cheong-soo. (1996). A Cultural Perspective on the Korean Language. Korea Journal Autumn 1996, 44.
Pronomina uri ..., Nuraini Rahayuning Wulan, FIB UI, 2014