perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh Rizky Adiyana Cahyanti D1206563
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
Disusun oleh : RIZKY ADIYANA CAHYANTI D 1206563
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi Program S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Nuryanto, M.Si NIP. 194908311978021001
Drs. Aryanto Budhy S., M.Si NIP. 195811231986031002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari
: Kamis
Tanggal
: 31 Maret 2011
Tim Penguji
:
1. Drs. Haryanto, M. Lib NIP. 196006131986011001
(
2. Drs. Widyantoro, M. Si NIP. 195802021990101001
(
3. Drs. Nuryanto, M.Si NIP. 194908311978021001
(
4. Drs. Aryanto Budhy S., M.Si NIP. 195811231986031002
(
) Ketua Penguji ) Sekretaris ) Penguji I
Mengetahui, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Dekan,
Drs. H. Supriyadi S. N., SU NIP. 195301281981031001 commit to user
iii
) Penguji II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SURAT PERNYATAAN Yang bertandatangan dibawah ini, Nama : RIZKY ADIYANA CAHYANTI NIM : D1206563 Program Studi : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi Judul : UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif
Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya
Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian, serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Apabila ada footnote ataupun kutipan dari buku atau pendapat lain, sudah dikutip menurut tata cara penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.
Surakarta, Maret 2011 Yang memberikan pernyataan,
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
We do the best, God does the rest
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana yang tidak sempurna ini penulis persembahkan untuk : Allah SWT yang selalu memberikan bimbingan dan kekuatan dalam setiap detik kehidupan Almarhum Papa dan Adik tersayang (I ALWAYS MISS YOU ALL) Mama tercinta Teman teman yang selalu ada dalam suka maupun duka
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan juga bimbingan, sehingga akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar) ”. Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut membantu kegiatan penulis dari awal mula penelitian hingga akhirnya penelitian ini selesai disusun. Penulis meyakini bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait dalam proses penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhirnya skripsi ini selesai. 1. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku Pembantu Dekan I atas kesempatan yang diberikan. 3. Drs. Surisno Satrijo Utomo,M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Program S1 non Reguler. 4. Drs. Nuryanto, M.Si dan Drs. Aryanto Budhy S., M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II terima kasih atas segala kesabaran bapak dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. Hamid Arifin, M.Si selaku Pembimbing Akademis terima kasih atas segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Non Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan. 7. Para Responden yang telah menyumbang banyak untuk keberhasilan skripsi ini. Tanpa kalian penulis tidak akan mungkin menyelesaikan penelitian ini. 8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu dengan rendah hati serta tangan terbuka, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua
Surakarta, Maret 2011
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL .......................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xi
ABSTRAK .................................................................................................
xii
ABSTRACT ...............................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .................................................................
6
E. Kerangka Konsep ...................................................................
6
F. Definisi Konsepsional ...........................................................
17
G. Metodologi Penelitian ...........................................................
26
BAB II DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................
33
1. Universitas Sebelas Maret Surakarta ..............................
33
2. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta ...............................................................
37
B. Deskripsi Objek Penelitian ....................................................
42
1. Korea ...............................................................................
42
2. Indosiar ............................................................................
46
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III SAJIAN DATA A. Karakter Pemain .....................................................................
47
B. Jalan Cerita .............................................................................
49
C. Lokasi .....................................................................................
51
BAB IV ANALISIS DATA A. Unsur-unsur Budaya Dalam Tayangan Drama Korea Princess Hours ......................................................................................
55
1. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan ..........................
56
2. Sistem Pengetahuan .........................................................
58
3. Kesenian ...........................................................................
61
4. Sistem Teknologi dan Peralatan .......................................
67
B. Faktor Mengapa Tayangan Drama Korea Princess Hours Mudah Diterima oleh Masyarakat Indonesia ........................
69
1. Data Responden Penelitian .............................................
70
2. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Korea ................
74
3. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Princess Hours ..
82
4. Penilaian Responden Terhadap Tayangan Drama Korea Princess Hours ..................................................................
89
BAB V KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan ...........................................................................
99
B. Saran .......................................................................................
102
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
104
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
106
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
: Komunikasi Antar Budaya................................................
12
Gambar 2
: Pengaruh Timbal Balik Antara Masyarakat, Budaya, dan
14
Kepribadian Individu........................................................ Gambar 3
: Model Analisis Interaktif..................................................
32
Gambar 4
: Suami dan Istri ..................................................................
36 57
Gambar 5
: Menantu .............................................................................
58
Gambar 6
: Kelas Seni Rupa.................................................................
59
Gambar 7
: Kelas Film .........................................................................
59
Gambar 8
: Kelas Tari ..........................................................................
60
Gambar 9
: Bangunan Tradisional Korea ............................................
61
Gambar 10
: Alat Musik Tradisional Korea .........................................
62
Gambar 11
: Pakaian Wanita Tradisional Korea ..................................
62
Gambar 12
: Pakaian Pria Tradisional Korea .......................................
63
Gambar 13
: Sanggul Wanita Korea.....................................................
64
Gambar 14
: Han Bok dan Pelengkapnya ............................................
64
Gambar 15
: Museum Teddy Bear........................................................
66
Gambar 16
: Handphone......................................................................
68
Gambar 17
: Laptop ............................................................................
68
Gambar 18
: Peralatan Makan ..........................................................
69
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Rizky Adiyana Cahyanti, D1206563, “KOREAN CULTURE in KOREAN DRAMA PRINCESS HOURS (Qualitative Descriptive Study of Korean Cultural Elements in Korean Drama Princess Hours in Indosiar)”, Communication Science Major, Faculty of Social and Politics Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011. Different from Indonesian drama todays, Korean drama still hold their national cultural elements. Korean drama always try to insert several cultural elements in every single episode, therefore Korean drama can be such an effective media to build Korean culture in its own country and to promote Korean culture to other countries. That is why the writer is interested to hold a research about what Korean cultural elements mostly presented in Korean drama are. Korean drama Princess Hours, which has been presented three times in Indosiar tv channel, is chosen as the object of the research. Princess Hours is chosen because the drama brings a thick Korean culture into a light story, therefore the cultural elements inside can be easily appreciated by the audience. Despites, Princess Hours also combines Royal family life with modern life, therefore the culture presented are not only traditional culture, but also culture used by Korean in their daily life. The writer then continue to hold a research by holding several interviews with several informants about what are the factors causing Korean drama Princess Hours is easily appreciated in Indonesia. Through this research, the writer wants to prove whether the Korean cultural elements are being point of interest for the informants or not. The students of Non Regular Communication Science major in the faculty of Social and Politics Science, Sebelas Maret University in the generation of 2006 are chosen to be informants of the research. They are chosen because they have learned about Intercultural Communication and Mass Communication which are more or less related to the research. As the come from various background of diploma degrees, it is expected that they can give any answers from various point of views. Consider to the result of the research, it can be concluded that Korean drama Princess Hours has four cultural elements which are mostly presented, which are system and social organization, knowledge system, art, technology and equipment system. Despites, it is also concluded that cultural elements inside, is one of point of interest to make the drama can be easily appreciated by the informants.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Rizky Adiyana Cahyanti, D 1206563, “BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)”, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Non Reguler, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011. Berbeda dengan drama produksi Indonesia saat ini, drama Korea masih memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Drama Korea selalu berusaha menyisipkan unsur-unsur budaya Korea dalam setiap episodenya, sehingga drama Korea mampu berfungsi secara efektif sebagai media untuk membangun budaya Korea di negara sendiri dan memperkenalkan budaya Korea di negara lain. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai unsur-unsur budaya Korea apa saja yang menonjol dalam tayangan drama Korea. Terpilih sebagai objek penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours, yang sudah tayang tiga kali di stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek penelitian karena drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita yang ringan, sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh pemirsanya. Selain itu drama tersebut juga memadukan kehidupan kerajaan dengan kehidupan modern, sehingga budaya yang ditampilkan tidak melulu budaya yang sifatnya tradisional namun juga budaya yang digunakan oleh masyarakat Korea dalam kehidupan sehari-hari. Penulis juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan mengenai factor apa yang menyebabkan drama Korea mudah diterima di Indonesia. Melalui penelitian ini, penulis ingin mengetahui juga apakah unsur budaya Korea menjadi daya tarik tersendiri bagi informan, sehingga mereka mudah menerima drama Korea Princess Hours. Terpilih sebagai informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006, dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut tengah mempelajari mata kuliah Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Massa yang sedikit banyak berhubungan dengan penelitian ini. Mahasiswa non reguler terpilih juga karena mereka berasal dari bermacam latar belakang pendidikan diploma sebelumnya, sehingga diharapkan dapat memberikan jawaban dari sudut pandang yang beragam pula. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa drama Korea Princess Hours mengandung empat unsur budaya yang paling menonjol, yakni sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, serta sistem teknologi dan peralatan. Dari hasil penelitian juga diperoleh kesimpulan bahwa unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours memang menjadi salah satu daya tarik yang menonjol, sehingga drama tersebut mudah diterima oleh para informan. commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dalam era globalisasi, arus budaya baik ke dalam maupun luar negeri semakin tak terkendali. Budaya asing dengan mudahnya masuk melalui berbagai media seiring dengan perkembangan teknologi, seperti internet dan televisi. Meluasnya budaya asing menyebabkan semakin terkikisnya budaya nasional suatu negara. Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang mengalami kemerosotan nilai budaya nasional. Pengikisan budaya di Indonesia ditandai juga dengan semakin hilangnya jati diri sebagai bangsa Indonesia dengan berbagai hal yang berbau barat, seperti gaya berpakaian, gaya hidup, dan bentuk interaksi dengan sesama. Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda bahkan tidak mengenal budaya bangsanya sendiri. Tak dapat dipungkiri kemajuan teknologi selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif. Apa yang ditayangkan di televisi sedikit banyak akan mempengaruhi pemirsanya dalam dunia nyata, sebagai contoh tayangan Smack Down yang berbuntut dengan adanya korban jiwa dari golongan anak-anak. Ironisnya tayangan buatan dalam negeri pun juga mengalami kemerosotan kualitas, sehingga tak heran jika pemirsa televisi Indonesia lebih memilih tayangan asing. Walaupun tidak semua tayangan asing membawa dampak negatif bagi masyarakat Indonesia, namun perlu diwaspadai dampak negatif yang mungkin terjadi di kemudian hari. Masyarakat harus selektif dalam memilih tayangan di televisi untuk dikonsumsi. Stasiun televisi seharusnya juga berperan aktif dalam memilih program-program apa saja yang akan ditayangkan di televisi. Program-program yang ditayangkan di televisi hendaknya merupakan program-program yang berkualitas dan mempunyai nilai edukasi yang tinggi. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Sebagai contoh tayangan yang meraih rating tertinggi di Indonesia adalah drama. Drama baik buatan dalam maupun luar negeri hampir memenuhi sebagian besar waktu mengudara stasiun televisi di Indonesia. Perlu digarisbawahi bahwa walaupun tayangan drama meraih rating yang tinggi, namun tayangan drama tersebut belum tentu mempunyai kualitas yang tinggi. Sebagian tayangan drama ada yang tidak mempunyai nilai edukasi bahkan hanya membawa pengaruh buruk, baik ditinjau dari segi budaya maupun pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari drama buatan dalam negeri yang sebagian besar hanya mengekspos kehidupan kelas atas yang menjual mimpi dan kekerasan yang berakibat buruk bagi perkembangan jiwa pemirsanya. Ironisnya hal tersebut tidak membuat stasiun televisi semakin selektif dalam menayangkan program-program drama di televisi tetapi mereka justru semakin berlomba-lomba menayangkan drama baik buatan dalam maupun luar negeri yang menjadi tayangan favorit masyarakat. Diantara berbagai drama asing yang masuk di Indonesia, tayangan drama dari kawasan Asia lah yang paling menonjol dalam sejarah penayangan drama di Indonesia. Pada periode tahun 1990an tayangan drama Jepang, Oshin, merebut perhatian pemirsa televisi Indonesia yang kemungkinan besar terjadi karena pemirsa membutuhkan tayangan yang tidak monoton di TVRI. Hal tersebut diikuti dengan kesuksesan drama Hongkong, The Return of the Condor Heroes. Pada periode tahun 2000, tayangan drama Meteor Garden berhasil membius pemirsa televisi di Indonesia. Tayangan drama Asia bahkan menjadi tayangan andalan dari salah satu stasiun televisi swasta, yaitu Indosiar. Kesuksesan tayangan drama Asia terus berlanjut dengan masuknya tayangan drama Korea ke Indonesia. Tayangan drama Korea tersebut sukses besar di Indonesia bahkan secara umum mengungguli tayangan drama dari kawasan Asia lainnya. Meledaknya pemirsa tayangan drama Korea membuat stasiun televisi swasta lain di Indonesia mengekor Indosiar untuk menayangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
tayangan drama Korea sejak tahun 2002 karena melihat permintaan dari pasar, yang dalam hal ini adalah pemirsa televisi. Indosiar memang jeli melihat peluang pasar dengan menayangkan dramadrama Korea yang telah sukses di negeri asalnya. Lebih dari 20 judul drama Korea telah tayang di stasiun televisi tersebut. Drama Korea memang mempunyai kualitas yang tinggi jika ditinjau dari segi budaya maupun pendidikan yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh serial drama Korea, Jewel in The Palace yang sudah dua kali tayang di Indosiar berhasil menaikkan pamor masakan Korea. Selain itu drama yang bersetting pada awal abad ke-16 tersebut
juga menanamkan etos kerja, perjuangan dan pengetahuan bagi
pemirsanya. Berbeda dengan Indonesia, Korea sebagai salah satu negara maju di Asia memang masih memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Salah satu cara yang ditempuh
oleh
pemerintah
Korea
dalam
memperkenalkan
dan
melestarikan budaya Korea adalah dengan melakukan pengenalan melalui drama. Drama Korea selalu berusaha menyisipkan unsur-unsur budaya Korea dalam setiap episodenya sehingga drama Korea diharapkan mampu berfungsi secara efektif sebagai media untuk membangun sekaligus mempertahankan budaya Korea di negaranya sendiri. Bahkan menurut Asia Times edisi 22 Januari tahun 2004, pihak Kementrian Luar Negeri Korea Selatan mengakui bahwa negaranya menggunakan drama-drama Korea sebagai media untuk mempromosikan budaya Korea ke negara lain, termasuk negara di luar Asia. Salah satu manfaat yang diharapkan dari kandungan unsur-unsur budaya dalam drama Korea adalah generasi muda Korea akan mudah menyerap, memahami dan menerapkan budaya negaranya sendiri dengan cara dan media yang menarik. Budaya dalam hal ini tidak hanya melulu soal kesenian, tetapi juga etos kerja dan pengetahuan. Dengan ditayangkannya drama Korea di Indonesia melalui stasiun televisi Indosiar, maka secara tidak langsung.nilaicommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
nilai positif yang terkandung dalam drama tersebut dapat ditularkan pada masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia juga akan mudah menyerap nilai-nilai positif dari tayangan drama Korea melalui kemasan cerita yang ringan mengenai kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi dengan adanya fakta bahwa budaya Korea sebenarnya tak jauh berbeda dengan budaya Indonesia mengingat perbedaan geografis yang tidak terlalu jauh yakni masih dalam satu kawasan Asia. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama Korea. Terpilih sebagai objek dalam penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours yang sudah tiga kali tayang di stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek penelitian karena drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita yang ringan, sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh pemirsanya. Drama yang ditayangkan di stasiun televisi Indosiar tersebut bercerita tentang perjuangan seorang gadis biasa bernama Chae Kyeong yang tiba-tiba harus menikah dengan calon pewaris tahta kerajaan untuk kemudian diangkat sebagai calon permaisuri raja di kemudian hari. Dalam drama tersebut digambarkan bahwa Korea memegang sistem pemerintahan monarki konstitusional. Cerita kemudian berkembang dengan adanya konflik atau perbedaan antar kehidupan di luar istana yang sudah modern dan bebas dengan kehidupan dalam istana yang masih memegang teguh budaya asli Korea. Dari konflik tersebut maka akan tergambar jelas perpaduan antara kehidupan modern dan budaya asli Korea. Hal tersebut yang menjadikan drama Korea Princess Hours merupakan drama yang unik sekaligus mempunyai unsur-unsur budaya yang tinggi dengan adanya perpaduan dua budaya yang saling melengkapi. Peneliti juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan wawancara
dengan
beberapa
mahasiswa
mengenai
faktor
apa
yang
menyebabkan drama Korea mudah diterima di Indonesia. Melalui hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
wawancara tersebut peneliti ingin mengetahui apakah bahwa kandungan unsur budaya dalam drama Korea Princess Hours merupakan salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi pemirsa di Indonesia, yang selanjutnya menyebabkan drama Korea mudah diterima di Indonesia. Terpilih sebagai responden adalah mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006, dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut telah mempelajari mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang sedikit banyak berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu mahasiswa non reguler terpilih sebagai informan, karena mahasiswa non reguler berasal dari beragam latar belakang pendidikan diploma, sehingga diharapkan para informan tersebut dapat memberikan jawaban yang lebih beragam pula. Melalui penelitian ini maka secara umum diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami budaya Korea beserta unsur-unsur positif yang terkandung dalam drama Korea.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa saja unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours di Indosiar? 2. Apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk memberikan gambaran unsur-unsur budaya apa saja yang terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours di Indosiar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
2. Untuk mengetahui apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia D.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a.
Menambah wawasan tentang unsur-unsur budaya asing dalam kaitannya dengan proses komunikasi antar budaya.
b.
Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian awal yang mendasari penelitian yang lebih luas cakupannya
2. Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi tayangan drama Indonesia untuk lebih menonjolkan unsur-unsur budaya Indonesia yang selanjutnya dapat membantu pemerintah dalam mempromosikan budaya Indonesia
E.
Kerangka Konsep 1.
Komunikasi Komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu lainnya. Dengan kata lain manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Menurut paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan efek tertentu.1
1
Onong Uchjana Effendy, Drs. MA. Prof., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remadja Rosdakarya, Bandung, 1990, Hal 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Pengertian komunikasi juga dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi: a. Pengertian komunikasi secara etimologis Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicate, yang bersumber dari kata communis yang berarti sama maknua mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. b. Pengertian komunikasi secara terminologis Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. .2 Sedangkan
secara
paradigmatis,
komunikasi
adalah
proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.3 Dari pengertian komunikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi apabila setidaknya ada sumber, pesan, media, dan penerima. Unsur-unsur tersebut biasa disebut komponen atau elemen komunikasi. Setiap komponen mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi, yang artinya ketidaksertaan salah satu komponen akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi. Komunikasi terbagi menjadi empat macam tipe, sebagai berikut: a. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. 2 3
Onong Uchjana, Drs., MA.Dinamika Komunikasi, CV Remaja Karya, Bandung, 1986, Hal 3 Ibid, Hal 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
b. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. c. Komunikasi publik (public communication) Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi, dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak. d. Komunikasi massa (mass communication) Komunikasi massa menunjukkan suatu proses komunikasi,dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal, melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti: radio, televisi, surat kabar, dan film.4 Dari beberapa tipe komunikasi diatas, tipe komunikasi yang akan digunakan oleh penulis untuk diteliti adalah tipe komunikasi massa. Tipe tersebut terpilih karena pada hakekatnya penelitian ini berusaha mempelajari pesan-pesan dalam proses komunikasi yang berlangsung melalui media massa yakni televisi, khususnya dalam tayangan drama Korea. 2.
Komunikasi massa Komunikasi
massa
merupakan
penyebaran
pesan
dengan
menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan.5 Fungsi komunikasi massa yaitu: a. Fungsi pengawasan Komunikasi massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan bahaya menunjukkan pengumpulan dan distribusi arus informasi mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan, baik di luar maupun di dalam suatu masyarakat tertentu. b. Fungsi korelasi Fungsi ini meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berrperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa atau kerjadian tertentu. 4
Hafied Cangara, MSc. Dr. Prof., Pengantar Ilmu Komunikasi Cet. ke 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal 30 5 Ibid, Hal 76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
c. Fungsi sebagai transmisi budaya Fungsi ini berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma sosial dari satu generasi ke generasi lain atau dari anggota suatu kelompok kepada para pendatang baru. d. Fungsi hiburan Fungsi ini menunjukkan tindakan-tindakan komunikatif yang terutama dimaksudkan untuk menghibur, dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya.6 Dalam
komunikasi
massa,
media
adalah
alat
yang dapat
menghubungkan antar sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Munculnya
media
televisi
dalam
kehidupan
manusia
memang
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.7 Komunikasi juga sangat erat hubungannya dengan budaya
karena melalui budayalah manusia
belajar berkomunikasi, dan memandang dunia mereka melalui kategorikategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budayanya. 8 Berbagai tayangan dalam media televisi baik drama, film, berita akan mempengaruhi kejiwaan pemirsa. Dari sekian banyak tayangan yang ada di televisi, drama merupakan tayangan yang mendapat sambutan hangat dari pemirsa. Masyarakat Indonesia saat ini tengah dimanjakan dengan banyaknya tayangan drama di berbagai stasiun televisi. Kehadiran drama yang ditayangkan di televisi hakekatnya merupakan bagian dari pewarisan nilai sosial budaya kepada pemirsa. Drama menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat yang tergambar 6
Charles R. Wright, Sosiologi Komunikasi Massa, CV Remadja Karya, Bandung, 1988, Hal 8 Wawan Kuswandi, Drs. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1996, Hal 21. 8 Alo Liliweri, M.S. DR., Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001,Hal 160 7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
secara simbolis dalam alur ceritanya. Drama yang ditayangkan di televisi pun tak hanya berasal dari produk negeri sendiri tetapi juga banyak drama dari negara asing yang ternyata berhasil merebut hati pemirsa Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa media massa merupakan salah satu media penyebaran budaya, baik budaya lokal, nasional, maupun asing kepada
masyarakat.
Ketika
stasiun
televisi
memutuskan
untuk
menayangkan program tayangan dari negara lain, maka secara otomatis stasiun televisi tersebut mengenalkan dan mensosialisasikan budaya bangsa dari tayangan tersebut. Secara umum proses pengenalan dan sosialisasi budaya tersebut dapat dikatakan berhasil, terbukti dengan banyaknya jumlah penggemar tayangan drama Korea di Indonesia. Melalui tayangan drama Korea maka akan terjadi komunikasi antar budaya seiring dengan proses pengenalan dan sosialisasi dari budaya Korea dalam drama tersebut. Masyarakat Indonesia yang sebelumnya kurang mengenal budaya Korea akan lebih mengenal budaya Korea melalui tayangan drama dari negeri ginseng tersebut. Dalam proses pengenalan dan sosialiasi budaya Korea itulah terjadi proses komunikasi antar budaya. 3.
Komunikasi Antar Budaya Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan sesuatu yang patut menurut budayanya. Istilah budaya berasal dari istilah bahasa Inggris culture yang merupakan turunan dari istilah bahasa Latin colore yang artinya adalah daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan merubah alam.9 Menurut Sapardi, budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
9
Koentjaraningat, PengantarIlmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Hal 45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
rasa, dan karsa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa tersebut.10 Goodenough seperti yang dikutip Sapardi menyatakan bahwa pengertian budaya mencakup dua hal. Pertama, budaya digunakan untuk mengacu pada pola kehidupan suatu masyarakat. Kedua, budaya untuk mengacu pada sistem pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka, menentukan tindakan, dan memilih di antara alternative yang ada.11 Seorang antropolog, yaitu E.B. Taylor juga pernah mencoba memberi definisi mengenai kebudayaan yaitu bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaankebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.12 Kebudayaan mempunyai beberapa unsur yang dikenal sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal. Unsur-unsur kebudayaan yang universal merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia. Unsurunsur kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Sistem religi Sistem dan organisasi kemasyarakatan Sistem pengetahuan Bahasa Kesenian Sistem mata pencaharian Sistem teknologi dan peralatan13 Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti
budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Budaya yang tercipta tersebut pada saatnya nanti juga akan mempengaruhi 10
Sapardi, Drs., MSi, Antropologi Budaya, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2000, Hal 76 Ibid, Hal 80 12 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 172 13 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, Hal 2 11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
komunikasi anggota budaya bersangkutan. Hubungan antara budaya dan komunikasi adalah timbal balik. Budaya tidak akan eksis tanpa komunikasi dan komunikasi pun tidak akan eksis tanpa budaya. Setiap pola budaya dan setiap tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dapat dipahami keduanya harus dipelajari bersama-sama. Budaya tidak akan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi, dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya. Menurut Alo Liliweri, definisi yang paling sederhana dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan.14 Komunikasi antar budaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima adalah anggota budaya lainnya. Proses komunikasi antar budaya dapat digambarkan dalam bagan berikut:15 Budaya A
Budaya B
Budaya C
Gambar 1 Komunikasi Antar Budaya
Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada gambar diatas. Tiga budaya diwakili 14 15
Alo Liliweri, Op Cit, Hal 9 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rachmat, Komunikasi Antar Budaya, PT Remaja Rodakarya, Bandung, 2001, Hal 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
dalam model ini oleh tiga bentuk geometrik yang berbeda. Budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu segi empat dan suatu segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segi empat. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisiknya dari budaya A dan budaya B. Perlu digaris bawahi bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima adalah anggota budaya lainnya. Masalah-masalah yang timbul dalam keadaan dimana suatu pesan disandi balik dalam budaya lain. Budaya mempengaruhi cara orang
dalam
berkomunikasi,
bertanggungjawab
atas
seluruh
perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Dalam penelitian ini komunikasi antar budaya berlangsung melalui proses pengenalan budaya oleh suatu negara kepada negara lain melalui media televisi yang selanjutnya membentuk suatu hubungan komunikasi antar budaya negara yang dilakukan melalui tayangan drama Korea di televisi. Tak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan dimiliki oleh setiap masyarakat. Perbedaan terletak pada kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna daripada kebudayaan yang lainnya. Kebudayaan juga memiliki fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikap apabila mereka berhubungan dengan yang lainnya.
Budaya
mempengaruhi
cara
orang
berkomunikasi,
bertanggungjawab atas budaya dan komunikasi memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Budaya mempunyai komponen yang bersifat abstrak dan konkret. Meskipun budaya merupakan sebuah konsep yang umum tetapi budaya memiliki efek yang sangat kuat terhadap perilaku individu, termasuk perilaku komunikasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Komunikasi antar manusia, termasuk juga komunikasi antar budaya, selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Komunikasi antar budaya yang efektif dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia.16 Hal tersebut juga berkaitan dengan kenyataan bahwa budaya sangat mempengaruhi persepsi dan sikap individu. Masyarakat, kebudayaan dan pribadi individu termasuk perilakunya memiliki pengaruh timbal balik, yang dapat digambarkan dalam gambar berikut: Masyarakat
kebudayaan
Individu serta perilakunya
Kepribadian Gambar 2 Pengaruh timbal balik antara masyarakat, budaya dan kepribadian individu
Dari mempunyai
gambar
diatas
pengaruh
dapat
terhadap
disimpulkan suatu
bahwa
kebudayaan.
masyarakat Selanjutnya
kebudayaan dan juga masyarakat tersebut akan mempengaruhi pribadi individu, dimana individu tersebut pada hakekatnya adalah anggota atau
16
Alo Liliweri, Op Cit, Hal 254
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
bagian dari masyarakat. Sehingga antara individu, masyarakat dan kebudayaan saling mempengaruhi.17 4.
Televisi Televisi sebagai salah satu media massa yang paling digemari masyarakat memang merupakan salah satu media massa yang mampu mempengaruhi pandangan atau persepsi masyarakat terhadap segala hal. Menurut Mc Luhan seperti dikutip Wawan Kuswandi, media massa merupakan perpanjangan dari alat indera kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung.18 Menurut Kuswandi sendiri, komunikasi berlangsung dari satu budaya ke budaya yang lain melalui media massa dengan pesan-pesan yang terkandung dalam setiap pesan yang terkandung di dalamnya.19 Hal tersebut berlaku pula terhadap informasi mengenai budaya, melalui tayangan drama Korea di televisi maka masyarakat Indonesia akan mendapat informasi tentang budaya Korea. Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society seperti yang dikutip oleh Wawan Kuswandi, televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. 20 Televisi menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsa dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Televisi mempunyai lima fungsi yang dikenal sebagai teori lima fungsi sebagai berikut:
17
Astrid Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta, Bandung, 2002, Hal 57 Wawan Kuswandi, Op Cit, Hal 25 19 Ibid, Hal 13 20 Ibid, Op Cit, Hal 8 18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia Fungsi ini juga biasa disebut sebagai fungsi informasi. Fungsi televisi adalah untuk mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. b. Menghubungkan satu dengan yang lain Menurut Neil Postman televisi tidak berkesinambungan. Televisi yang menyerupai sebuah mosaic dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. c. Menyalurkan kebudayaan Televisi juga turut serta dalam pengembangan suatu kebudayaan. Kebudayaan tersebut disampaikan melalui setiap program yang di tayangkan di televisi. d. Hiburan Pada umumnya setiap orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar televisi untuk mendapatkan hiburan. Sehingga setiap program di televisi setidaktidaknya mempunyai unsur hiburan. e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Televisi seringkali digunakan untuk memberitakan keadaan darurat yang terjadi di suatu wilayah agar masyarakat dapat segera bertindak.21 5.
Drama Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama berasal dari bahasa Yunani, draomai yang berarti berbuat, bertindak, dan beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau action.22 Drama dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: a. Tragedi Tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih, dimana tokohtokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Dengan kisah tentang bencana ini, penulis naskah mengharapkan agar penontonnya memandang kehidupan secara optimis.
21 22
Ruedi Hofmann, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi, PT Grasindo, Jakarta, 1999,Hal 54 Herman J. Waluyo, Prof., Drama Teori dan Pengajarannya, PT Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 2002, Hal 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
b. Komedi Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghiburdan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. c. Melodrama Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. d. Dagelan Dagelan disebut juga banyolan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan yang alurnya tersusun berdasarkan arus situasi. Ciri khas yang membedakan banyolan dengan komedi adalah banyolan hanya mementingkan hasil tertawa yang diakibatkan oleh lakon yang dibuat selucu mungkin.23 Pada kenyataanya, suatu drama terkadang merupakan penggabungan beberapa jenis drama, seperti misalnya: penggabungan melodrama dan komedi.
F.
Definisi Konsepsional
Definisi
konsepsional
adalah
definisi
yang
digunakan
untuk
menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial dari seorang peneliti.24 Definisi tersebut bertujuan untuk menjembatani perbedaan penafsiran antara peneliti dengan pembaca terhadap variabel-variabel yang akan diuji. Definisi konsepsional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1.
Drama Korea Drama Korea beberapa tahun terakhir ini memang merebut perhatian pemirsa televisi Indonesia. Indonesia sebenarnya termasuk negara terakhir di Asia yang terkena gelombang drama Korea setelah Singapura, Taiwan, Jepang, Malaysia, Vietnam, dsb. Drama Korea sangat khas dibanding dengan drama dari negara lain. Drama Korea mempunyai karakteristik sebagai berikut:
23 24
Herman J. Waluyo, Op Cit, Hal 38 Masri Singarimbun, Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey, PT 1989, Hal 7
commit to user
Perpustakaan, LP3ES, Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
a. Unsur Budaya Drama Korea tidak pernah meninggalkan unsur budaya Korea. Budaya dalam hal ini tidak hanya berarti kebudayaan tradisional yang menyangkut kebendaan, tetapi juga budaya yang menyangkut kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. b. Sinematografi Pengambilan gambar dalam drama Korea sangat variatif, tidak melulu mengambil gambar close up pemainnya saja tetapi juga menonjolkan setting atau latar dari drama tersebut untuk menarik pemirsa. Sinematografi sangat menunjang penggambaran unsur budaya dalam drama Korea, karena unsur budaya yang ada dapat ditonjolkan. c. Soundtrack dan Sound Effect Drama Korea selalu mempunyai beberapa jenis soundtrack dan sound effect untuk adegan yang berbeda. Soundtrack dan sound effect tersebut pun bervariasi, ada yang bernuansa musik modern maupun tradisional dalam setiap drama. d. Memperkenalkan Teknologi Sebagai salah satu negara maju dalam bidang teknologi di Korea, drama Korea juga dimanfaatkan sebagai media untuk memperkenalkan teknologi dalam negeri mereka. Sebagian besar gadget maupun alat transportasi yang digunakan dalam adegan drama Korea merupakan buatan dalam negeri sendiri. e. Mengungkap Sisi Lain Kehidupan Tema yang diangkat dalam drama Korea sangat beragam. Drama Korea tidak hanya mengangkat tema kekayaan atau kelas atas, tetapi juga kehidupan kelas bawah yang ada di Korea. Beberapa drama Korea bahkan dibuat berdasarkan sejarah kehidupan beberapa tokoh di Korea, seperti Dae Jang Geum yang merupakan dokter wanita pertama di Korea.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Drama Korea juga mempunyai ciri khas sebagai berikut: “Korean dramas unravel a simple love story between men and women. Although the stories are sometimes unrealistic, such as with sudden deaths caused by car accidents or leukemia, Korean dramas do not demand from its audience a high level of complicated thought. Therefore, Korean dramas are able to approach viewers in friendlier manner.”25 (Drama Korea mengungkap cerita cinta sederhana antara pria dan wanita. Meskipun ceritanya terkadang tidak realistis, sepeti kematian karena kecelakaan mobil atau leukemia, drama Korea tidak membutuhkan pemahaman yang rumit dari pemirsanya. Hal tersebutlah yang menyebabkan drama Korea mampu menarik hati pemirsanya dengan pendekatan yang lebih mudah diterima). Drama Korea juga selalu berusaha memberikan kualitas dalam setiap episodenya, hal tersebut diperkuat dengan penyataan berikut: “Korean drama considers “broadcasting for the good of the people” as an important motto. The important function of broadcasting in Korea is to enlighten people while responding to audience interests.”26 (Drama Korea mengacu pada “menayangkan demi kebaikan masyarakat” sebagai mottonya. Fungsi penting dari penayangan di Korea adalah untuk memberi disamping mengikuti minat pemirsa). Beberapa orang berpendapat bahwa drama Korea terlalu cengeng, namun beberapa orang lainnya justru menganggap bahwa drama Korea memang menyentuh dalam setiap ceritanya. Penggemar dari drama Korea pada umumnya adalah wanita, namun tak bisa dikatakan sedikit pula penggemar dari kaum pria. Sebagian besar drama Korea yang tayang di Indonesia sukses besar menarik hati pemirsa, baik pria maupun wanita.
25
Kim Hyun Mee, Korean TV Dramas in Taiwan: With an Emphasis on the Localization Process, Yonsei University, Korea, 2005, Hal. 196 26 Do Goan Kim, TV, Culture, and Audience in Korea: A Reception Study of Korean Drama, Texas Tech University, USA, 1998, Hal.6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Beberapa drama Korea yang sukses di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir diantaranya adalah: a. Endless Love b. Winter Sonata c. Full House d. Lovers In paris e. Sassy Girl-Chun Yang f. Dae Jang Geum g. Princess Hours h. All About Eve i. Friends j. Hotelier 2.
Budaya Korea Korea selama ini dikenal sebagai salah satu negara paling maju di Asia. Namun dibalik kesuksesan dalam bidang ekonomi, Korea juga sukses dalam melestarikan budaya asli negara tersebut. Korea sangat kaya akan budaya, khususnya budaya tradisional mulai dari dari pakaian, bangunan bersejarah hingga kulinernya sangat menarik dan khas. Banyak wisatawan luar negeri datang ke Korea untuk menikmati kebudayaan asli Korea. Pemerintah Korea pun tak main main dalam usaha melestarikan budaya Korea. Upaya sosialisasi atau pengenalan budaya Korea ke negara lain juga dilakukan oleh pemerintah Korea. Salah satunya melalui drama Korea yang sukses dinegara-negara Asia, dan mulai merambah kawasan Amerika dan Eropa. Drama Korea sangat menjunjung tinggi unsur-unsur budaya negaranya. Dalam setiap drama yang dibuat sedapat mungkin terkandung unsur-unsur budaya yang coba diperkenalkan kepada pemirsa. Beberapa budaya Korea yang paling khas dari negara Korea diantaranya adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
a. Bahasa Bahasa rakyat Korea adalah bahasa Korea, yang memakai abjad Hangeul. Terdapat 78 juta orang yang berbicara bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS, Kanada dan Jepang. Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea. Hangeul sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientifik di dunia. Berikut adalah contoh Hangeul.
Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap kurang bisa dimengerti dari dialek-dialek propinsi lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Pakaian Pakaian tradisional Korea disebut Han bok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasanperhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang
hidup
miskin.
Dahulu,
Hanbok
diklasifikasikan
untuk
penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian. c. Musik Pertunjukkan musik tradisional Korea mementingkan improvisasi, berjalan
terus-menerus,
serta
sedikit
jeda
dalam
setiap
pertunjukkannya. Pansori contohnya, dapat berlangsung sampai lebih dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi. Kontras dengan perbedaan alunan musik barat, sebagian besar pertunjukkan musik tradisonal Korea dimulai dari gerakan (alunan) yang paling lambat sampai paling cepat. Alat musik tradisional Korea dapat dibagi menjadi alat musik tiup, petik (memiliki senar), dan perkusi. Beberapa jenis alat musik tiup: piri, taepyeongso, daegeum, danso, saenghwang dan hun. Alat musik petik: kayageum, geomungo, ajaeng, serta haegeum. Alat musik perkusi tradisional Korea sangat beragam, seperti kwaenggwari, jing, buk, janggu, bak, pyeonjong, dan sebagainya. Musik istana, Jeongak, pada zaman dahulu dipentaskan oleh masyarakat kelas atas. Jeongak dimainkan dengan sangat lambat, dengan hanya satu ketukan dalam setiap 3 detik. Ketukan ini diselaraskan dengan kecepatan nafas, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
sehingga berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam pementasan Jeongak dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya lembut dan tenang. Hampir semua alat musik tiup dibuat dari bambu, sedangkan alat musik petik memiliki senar yang dibuat dari sutra. Pungmul adalah jenis musik rakyat Korea yang kencang dan ekspresif. Pungmul dikategorikan dalam jenis minsogak atau musik rakyat kebanyakan. d. Tarian Seperti halnya musik, ada perbedaan dalam bentuk tarian antara rakyat kelas atas (tarian istana) dan kelas bawah. Tarian istana yang umum contohnya jeongjaemu yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu yang dipentaskan dalam upacara Konghuchu. Jeongjaemu dibagi dalam jenis yang asli dari Korea (hyangak jeong Jae) dan jenis yang dibawa dari Cina (dangak jeong jae). Tarian lainnya adalah tarian shamanisme yang dipentaskan oleh shaman dalam upacara-upacara tertentu. e. Kerajinan Kerajinan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan khas Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah liat, kaca, kulit dan kertas. Artefak kerajinan prasejarah seperti tembikar merah dan hitam memiliki banyak kesamaan dengan tembikar Cina kuno yang ditemukan di sekitar wilayah kebudayaan Sungai Kuning. Dalam masa dinasti Koryo, pembuatan kerajinan yang menggunakan bahan perunggu dan kuningan berkembang pesat. Selain itu dinasti ini juga terkenal akan kerajinan celadon (keramik) yang indah. Pembuatan kerajinan pada masa dinasti Choson berkembang pesat yakni kerajinan keramik, ukiran kayu, serta benda-benda furniture.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
f. Peninggalan Bersejarah Di Korea terdapat banyak peninggalan sejarah yang berasal dari masa Dinasti Joseon, seperti Taman Jongmyo yang didalamnya terdapat banyak prasasti-prasasti dan disini biasa dilaksanakan upacara-upacara keagamaan atau mistik yang besar. Ada juga istana-istana Dinasti Joseion antara lain Gyeongbokgung (dibangun pada tahun 1394), Changdeokgung (tidak diketahui kapan dibangun tetapi bangunan ini ditemukan pada tahun 1592), Changgyeonggung (anak istana dari istana Changdeokgung), dan Deoksugung yang saat ini telah dijadikan sebagai kantor Walikota Seoul . Korea pada saat ini merupakan negara berkembang di Asia yang paling maju. Korea dikenal sebagai “choson” yang artinya “negeri setenang pagi hari”. Tapi sejarah Korea yang penuh perang sangat berbeda dengan kata “choson” yang dikenal pada saat ini g. Kuliner Kuliner Korea sangat terkenal hingga ke manca negara. Kuliner Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin ketika musim dingin. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun. Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan Sesi. Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan sebagainya. Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat. h. Sistem Pendidikan Sistem pendidikan di Korea saat ini mirip dengan di Indonesia, yaitu 6 tahun pendidikan dasar, 3 tahun pendidikan menengah awal, 3 tahun menengah atas, baru kemudian pendidikan tinggi. Usia untuk sekolah dasar pun sama dengan di negara kita yaitu dari mulai usia sekitar 6 tahun, dan untuk tingkat pendidikan seterusnya pun tak jauh berbeda. Sekolah menengah atas di korea biasanya dibagi menjadi dua jenis, sekolah umum dan kejuruan. Ada juga beberapa sekolah yang disebut sekolah komprehensif, yaitu sekolah umum dan kejuruan digabung. Sekolah-sekolah khusus pun ada, misalnya sekolah menengah khusus seni, olahraga, ilmu pengetahuan, dll. Tujuan dari sekolah-sekolah ini adalah untuk menyediakan pendidikan yang tepat untuk murid-murid dengan bakat-bakat istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
G.
Metodologi Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk memaparkan situasi atau peristiwa. Pada penelitian deskriptif, peneliti bertugas untuk mengembangkan konsep dan menghidupkan fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.27 Dalam penelitian kualitatif, data bersifat kualitas dan berbentuk verbal, yakni berwujud kata-kata serta merupakan suatu penelitian yang menekankan proses serta makna. Metode deskriptif sendiri dapat diartikan sebagai suatu metode dalam meneliti suatu status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif ini tidak terbatas pada pengumpulan data tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data. Moleong menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif digunakan berdasarkan pertimbangan: a. b. c.
Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.28 Bertolak dari sifat-sifat metode deskriptif tersebut, peneliti berupaya
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat dengan dukungan data-data yang diperoleh di lapangan, dokumen,dan buku-buku yang berhubungan dengan objek yang diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
27
Jalaludin Rakhmat, Drs., MSc. Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, Hal 24
28
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, CV Remadja Rosdakarya, Bandung, 1998
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
peneliti juga berusaha mempelajari fakta-fakta yang ada dan relevan dengan masalah penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya dengan teori-teori yang ada. 2.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP, khususnya di gedung perkuliahan mahasiswa non reguler, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pertimbangan atas pemilihan lokasi tersebut adalah karena lokasi ini berpopulasikan mahasiswa, terutama mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006.
3. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang cirinya dapat diduga. Dalam penelitian ini, terpilih sebagai populasi adalah mahasiswa. SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. Mahasiswa tersebut dipilih sebagai responden dengan pertimbangan bahwa para mahasiswa tersebut telah mendapat mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang menjadi dasar dari penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat purposive sampling dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang memiliki kebenaran dan pengetahuan yang dalam. Namun demikian informan yang telah dipilih dapat menunjukkan informan lain yang dipandang lebih tahu, maka pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.29 Penelitian ini lebih tepatnya menggunakan teknik snow ball sampling. Snow ball sampling adalah pengumpulan data oleh peneliti yang berupa informasi dari informan dalam suatu lokasi yang pertama kali ditemui. Dari informan pertama, peneliti dapat bertanya dan meminta
29
H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, Hal 56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
petunjuk bilamana informan tersebut mengetahui orang lain yang lebih memahami informasinya, sehingga peneliti bisa menemui informan selanjutnya dan bertanya lebih jauh dan mendalam.30 Penelitian ini menggunakan enam mahasiswa sebagai responden, dari enam puluh mahasiswa sebagai populasi. Enam mahasiswa tepilih sebagai responden karena jumlah tersebut dinilai sudah memiliki keterwakilan informasi dari keseluruhan jumlah populasi. 4.
Jenis Data a.
Data Primer adalah sejumlah data yang akan terkumpul dari hasil observasi. Sehingga dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari sumber-sumber primer yang berupa fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.
b.
Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang meliputi: buku, hasil penelitian, dan artikel di internet sebagai tambahan.
5.
Teknik Pengumpulan Data a.
Wawancara Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, dan lainlain. Teknik wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur ini bersifat lentur dan terbuka, tidak dalam suasana formal sehingga diharapkan cara ini akan mampu mengorek kejujuran informasi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan menyangkut penelitian ini.
30
Ibid. Hal 57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
b.
Observasi Metode observasi adalah suatu teknik atau metode untuk pengumpulan data dan informasi dalam penelitian dengan jalan mengadakan pengamatan atas peristiwa dan gejala-gejala sosial dengan inderanya.
c.
Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan membaca buku, jurnal, laporan penelitian dan sumber bacaan lain, seperti koran atau pun majalah yang relevan dengan obyek penelitian. Teknik telaah pustyaka ini dimaksudkan sebagai sumber referensi atau pun bahan rujukan bagi penulis untuk memperoleh orientasi dan wawasan yang lebih luasdalam memperdalam obyek yang diteliti.
6.
Validitas Data Untuk menguji validitas data, penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi.
Teknik
trianggulasi
merupakan
teknik
pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini digunakan trianggulasi sumber data. Trianggulasi sumber data yaitu menggali data yang sama atau sejenis yang diperoleh dari beberapa data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.31 Patton dalam H.B. Sutopo menyatakan ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu: a. Trianggulasi sumber data Trianggulasi sumber yang memanfaatkan jenis sumber data berbedabeda untuk menggali data yang sejenis. Teknik ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam data yang tersedia. 31
H.B. Sutopo, Op cit, Hal 79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
b. Trianggulasi peneliti Yang dimaksud dengan teknik trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti. c. Trianggulasi metodologis Teknik trianggulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data berbeda. d. Trianggulasi teoritis Teknik trianggulasi dilakukan dengan menggunakanperspektif lebih dari satu teori dalam membahas perasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori tersebut akan pandangan yang lebih lengkap.32 7.
Teknik Analisa Data Proses analisis dalam penelitian kualitatif mempunyai tiga komponen utama, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.33 a. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama yang berupa proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini terus berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian. b. Sajian Data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini juga merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, berbagai hal akan dapat mudah dipahami dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu
32 33
pada
Ibid, Hal 78 H. B. Sutopo, Op Cit, Hal 91
analisis
ataupun
commit to user
tindakan
lain
berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
pemahamannya tersebut. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya. c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses penelitian berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benarbenar bisa dipertanggung-jawabkan. Selanjutnya perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, yang mungkin terjadi sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih dipercaya. Adapun model analisis yang digunakan adalah model analisis interaktif. Dalam model ini, tiga komponen pokok analisis, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu bentuk siklus.34 Untuk lebih jelasnya, model analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema berikut ini:
34
H. B. Sutopo,Op Cit, Hal 37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Pengumpulan data
Reduksi data
sajian data
Penarikan simpulan / verifikasi Gambar 3 Model Analisis Interaktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
BAB II DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Universitas Sebelas Maret Surakarta a. Sejarah dan Perkembangan Universitas Sebelas Maret Surakarta Universitas Sebelas Maret atau disingkat UNS diresmikan pada tanggal 11 Maret Surakarta 1976 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia. UNS merupakan penggabungan lima unsur perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada saat itu. Kelima perguruan tinggi tersebut adalah: 1)
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta.
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Olah Raga ( STO) Negeri Surakarta.
3)
Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta
yang telah
diintegrasikan ke dalam AAN Negeri di Yogyakarta. 4)
Universitas Gabungan Surakarta (UGS) merupakan gabungan beberapa Universitas Swasta di Surakarta, yaitu Universitas Islam Indonesia (UII) cabang Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945 cabang Surakarta, Universitas Cokroaminoto Surakarta, Universitas Nasional Saraswati Surakarta.
5)
Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) Veteran cabang Surakarta. Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu
tujuan yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Surakarta. Setelah melebur menjadi Universitas Sebelas Maret, UNS memiliki 9 fakultas, yaitu: 1)
Fakultas Ilmu Pendidikan
2)
Fakultas Keguruan
3)
Fakultas Sastra Budaya commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
4)
Fakultas Sosial Politik
5)
Fakultas Hukum
6)
Fakultas Ekonomi
7)
Fakultas Kedokteran
8)
Fakultas Pertanian
9)
Fakultas Teknik Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri
untuk memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus yang semula terletak di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. Lokasi tersebut adalah di daerah Kenthingan, di tepi Sungai Bengawan Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kenthingan inilah, pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985. Pembangunan fisik kampus yang tergolong cepat, juga diimbangi dengan perkembangan di sektor yang lain. Sekarang ini, UNS Surakarta merupakan universitas muda dengan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan berbagai potensi yang ada, misal seperti dokter bedah kulit dengan reputasi nasional (Fakultas Kedokteran), penemuan starbio dan padi tahan garam (Fakultas Pertanian), dan beberapa kemajuan yang terjadi di setiap fakultas dan unit-unit kerja lainnya. UNS juga melakukan langkah maju dalam perkembangan teknologi informasi. Dengan ekspansi jaringan teknologi informasi yang lebih besar lagi, Pusat Komputer UNS Solo membuat torehan sejarah UNS dalam buku kemajuan dan perkembangan UNS. Torehan-torehan sejarah yang lebih mengesankan lainnya akan terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan universitas ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
b. Struktur Organisasi Struktur organisasi Universitas Sebelas Maret hingga saat ini mengalami 4 kali penyusunan. Struktur organisasi UNS disusun berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No. 0297/O/ 1996 pada tanggal 1 Oktober 1996, Surat Keputusan Rektor No. 161/ J27/ KM/ 1997 tanggal 27 Mei 1997 serta Surat Keputusan Rektor No. 207/ J27/PP/1997 tanggal 7 Juli 1997. Struktur organisasi UNS saat ini terdiri dari: 1)
Rektor dan Pembantu Rektor
2)
Biro Administrasi Akademik
3)
Biro Administrasi Umum dan Keuangan
4)
Biro Administrasi Kemahasiswaan
5)
Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi
6)
Fakultas (Fak. Sastra & Seni Rupa, FKIP, Fak. Hukum, Fak. Ekonomi, Fak. ISIP, Fak. Kedokteran, Fak. Pertanian, Fak. Teknik, Fak. MIPA)
7)
Lembaga Penelitian
8)
Lembaga Pengabdian Masyarakat
9)
Lembaga Pengabdian pada Masyarakat
10) Lembaga Pengembangan Kewirausahaan 11) Unit Pelaksanaan Teknis (Perpustakaan, Komputer, Unit Program Pengenalan Lapangan, Pelayanan dan Pengembangan, UNS Press, Laboratorium MIPA
Pusat, Pembinaan Olahraga dan Seni
Mahasiswa)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
c. Lambang Universitas Sebelas Maret Surakarta
1)
Lambang berbentuk bunga dengan 4 daun bunga, melambangkan bangsa, maksudnya Universitas mendidik putra-putri bangsa yang kelak akan membawa keharuman tanah air.
2)
Tiga daun bunga: atas, samping kanan dan samping kiri, merupakan pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3)
Satu daun bunga di bawah terdiri atas lima satuan melambangkan sila-sila Pancasila
4)
Garis pembentuk 4 daun bunga dibuat secara berantai sedemikian rupa, menggambarkan kesatuan Civitas Akademika UNS.
5)
Bentuk putik bunga digambarkan sebagai Wiku.
6)
Tulisan melingkar yang mirip aksara Jawa itu adalah Candra Sangkala (hitungan tahun Jawa) "Mangesthi Luhur Ambangun Nagara", melambangkan angka tahun Jawa 1908 atau tahun Masehi 1976. Secara keseluruhan tulisan tersebut berarti bahwa UNS bercita-cita membangun negara dengan sifat-sifat yang luhur. Candra sangkala itu seolah-olah praba yang bersinar. Praba dalam sejarah agama dan pewayangan dipakai oleh orang suci, bijaksana dan berbudi luhur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Pusat lambang itu adalah otak Wiku yang digambarkan sebagai nyala api, mengisyaratkan sinar keabadian ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa UNS ikut berperan untuk menyumbangkan ilmu pengetahuan kepada negara. Warna biru laut melambangkan ikrar kesetiaan dan kebaktian kepada negara, bangsa dan ilmu pengetahuan. 2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta a. Sejarah Singkat Perkembangan FISIP UNS Sejarah FISIP UNS dimulai pada tahun 1976 di Surakarta, bersamaan dengan berdirinya UNS secara resmi yang dikukuhkan dengan Keputusan Presiden RI No. 10 Tahun 1976. FISIP UNS termasuk salah satu diantara delapan fakultas di lingkungan UNS yang diresmikan secara bersamaan melalui Keputusan Presiden tersebut. Pada saat berdiri fakultas ini bernama Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan memiliki dua jurusan, yaitu jurusan Administrasi Negara dan jurusan Publisistik. Pada tahun 1982, berdasarkan SK Presiden RI Nomor : 55 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Sebelas Maret, nama fakultas dirubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP-UNS). Kemudian berdasarkan SK Mendikbud RI Nomor : 017/0/1983, tertanggal 14 Maret 1983 nama jurusan juga berubah, menjadi jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu Komunikasi. Dengan keluarnya SK Mendikbud RI Nomor : 055/0/1983 tanggal 8 Desember 1983 tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada Fakultas di Lingkungan Universitas Sebelas Maret, FISIP UNS menambah satu jurusan baru, yaitu jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Jurusan ini khusus melayani Mata Kuliah Dasar Umum di semua Program Studi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
(Prodi) di lingkungan Universitas Sebelas Maret dan berada di bawah tim MKDU Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I (SK Dirjen Dikti Depdikbud) Nomor : 27/Dikti/Kep./1986 tanggal 29 Mei 1986, di FISIP UNS dibentuk Program studi Sosiologi yang mengawali programnya pada semester Juli-Desember 1986. Terakhir dengan SK Dirjen Dikti Nomor : 66/Dikti/Kep./1998, tanggal 2 Maret 1998 Program Studi Sosiologi menjadi jurusan Sosiologi yang merupakan Program Sarjana (S1) dan berada dibawah Dekan. Kemudian jenis dan jumlah Program Studi di setiap jurusan pada fakultas di lingkungan UNS juga ditata atau dibakukan berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdikbud R.I. Nomor : 222/Dikti/Kep./1996 tentang Program Studi pada Program Sarjana di Lingkungan Universitas Sebelas Maret. Program studi untuk jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu Komunikasi masing-masing adalah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi. FISIP UNS juga mempunyai serangkaian visi, misi, tujuan sebagai berikut: 1)
Visi Mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori keilmuan sosial dan politik yang sesuai dengan perubahan masyarakat baik pada tingkat global, regional, nasional maupun lokal. Dengan demikian terjadi link and match antara perguruan tinggi dengan masyarakat penggunanya.
2)
Misi a)
Menghasilkan sarjana ilmu sosial dan ilmu politik yang memiliki power of reasoning, kepakaran dalam bidang penelitian, keahlian dalam menerapkan ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
b)
Menghasilkan sarjana yang sujana (berbudi luhur), yang memiliki kepekaan (sensitif) dan kepedulian sosial, khususnya terhadap masyarakt miskin, tidak berdaya, tidak mempunyai hak suara dan tertindas.
c)
Meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga akademik dan tenaga adminitrasi.
d)
Menumbuhkembangkan suasana ilmiah dan terbentuknya pola sikap budaya keilmuan di kalangan civitas akademika.
e)
Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan proses belajar mengajar.
f)
Meningkatkan sistem pembinaan penalaran, minat dan bakat, serta kesejahteraan mahasiswa.
g)
Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan mahasiswa.
h)
Peningkatan mutu profesionalisme organisasi mahasiswa.
i)
Peningkatan mutu dan pembinaan mahasiswa melalui berbagai media.
3) Tujuan a)
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dosen, karyawan dan mahasiswa.
b)
Melaksanakan pemberdayaan fakultas dan jurusan dalam rangka menuju otonomi kampus.
c)
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta baik dalam negeri maupun luar negeri.
d)
Menjadikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai pusat kegiatan ilmiah.
e)
Mewujudkan cita-cita Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai teaching university menuju research university.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
b. Struktur Organisasi FISIP UNS dipimpin oleh Dekan yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Dekan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi fakultas. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Dekan dibantu oleh tiga orang Pembantu Dekan yang bertanggung jawab langsung kepada Dekan yaitu: 1)
Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) Bertugas
membantu
Dekan
dalam
memimpin
pelaksanaan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 2)
Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum (PD II) Bertugas membantu Dekan dalam memimpinpelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi umum.
3)
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) Bertugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidangpembinaan serta layanan kesejahteraan mahasiswa.
c. Unsur Pelaksana Akademik Unsur pelaksana akademik FISIP UNS meliputi: 1)
Jurusan atau Program studi Jurusan atau Program Studi (Prodi) adalah unsur pelaksana fakultas di bidang studi tertentu yang berada di bawah Dekan. Jurusan atau Prodi dipimpin oleh seorang Ketua Jurusan atau Program Studi yang dipilih diantara para dosen menurut Peraturan Perundangan yang berlaku. Dalam melakukan tugas sehari-hari Ketua Jurusan atau Prodi dibantu oleh seorang Sekretaris Jurusan atau Prodi. Tugas Jurusan atau Prodi adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam sebagian atau satu cabang ilmu teknologi atau kesenian tertentu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
sesuai dengan program pendidikan yang ada dan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. 2)
Laboratorium Laboratorium atau studio merupakan perangkat penunjang pelaksana pendidikan
pada
jurusan
dalam
pendidikan
akademik
dan
atauprofesional. Laboratorium atau studio dipimpin oleh dosen yang keahliannya telah memenuhipersyaratan sesuai dengan cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atu kesenian tertentu dan bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan atau Prodi. 3)
Dosen Dosen adalah tenaga pengajar di lingkungan fakultas yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dekan. Dosen terdiri dari Dosen Biasa, Dosen Luar Biasa, dan Dosen Tamu. Jenis dan jenjang kepangkatan tenaga pengajar diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dosen mempunyai tugas utama mengajar, membimbing, dan atau melatih mahasiswa serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
d. Unsur Penunjang 1)
Perpustakaan Perpustakaan mempunyai tugas memberikan pelayanan bahan pustaka dan kegiatan-kegiatan lain untuk kkeperluan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, kepada mahasiswa, dosen, dan karyawan di lingkungan FISIP pada khususnya dan UNS pada umumnya.
2)
Organisasi Kemahasiswaan Mahasiswa FISIP diberi kebebasan untuk membentuk organisasi kemahasiswaan yanmg berperan menangani, mengelola atau menyelenggarakan berbagai macam kegiatan yang diperlukan mahasiswa. Saat ini organisasi kemahasiswaan yang ada di masingcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
masing fakultas tidaklah sama. Khususc untuk FISIP nama yang digunkan adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) untuk badan legislative, sedang untuk badan eksekutif bernama Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM)
yang
membawahi
beberapa
Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
e. Unsur Pelaksana Administrasi Bagian Tata Usaha adalah pembantu pimpinan fakultas yang mempunyai tugas melaksanankan administrasi umum, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, kemahasiswaan dan pendidikan di fakultas. Bagian Tata Usaha di FISIP UNS mempunyai empat sub bagian yang meliputi: 1)
Sub Bagian Pendidikan Bertugas melakukan administrasi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
2)
Sub Bagian Umum dan Perlengkapan Bertugas melakukan urusan Tata Usaha, rumah tangga dan perlengkapan.
3)
Sub Bagian Keuangan Bertugas melakukan administrasi keuangan dan kepegawaian.
4)
Sub Bagian Kemahasiswaan
5)
Berugas melakukan administrasi kemahasiswaan dan alumni.
B. Deskripsi Objek Penelitian 1. Korea a. Sejarah Korea Sejarah awal Korea berkisar di sekitar kerajaan kuno Choson yang muncul sekitar 2.300 tahun sebelum Masehi. Pada sekitar abad ke 2 sebelum Masehi, bangsa Cina mendirikan koloni di daerah kerajaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
tersebut. Namun, lima abad kemudian, bangsa Korea mengusir mereka keluar. Sejak itu, muncul sebuah kerajaan, yaitu kerajaan Silla. Kerajaan Silla (668 – 935) membawa puncak ilmu pengetahuan dan budaya yang besar. Akibat adanya kerusuhan yang terjadi di dalam negeri pada abad ke 10, dinasti Silla jatuh dan digantikan oleh dinasti Koryo. Selama periode kepemimpinan dinasti Koryo (935 – 1392), Korea mengalami banyak serbuan. Tentara Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menyerbu dan akhirnya menguasa Korea sehingga Korea menjadi bagian kekaisaran Mongol. Setelah runtuhnya Mongol pada akhir abad ke 14, berbagai golongan bangsawan dan militer berusaha memegang kekuasaan di Korea . Akhirnya, seorang jenderal yang bernama Yi Sung-Gy menghilangkan pemerintahan yang korup dan mendirikan dinasti Yi (1392 – 1910). Kongfucuisme diperkenalkan sebagai agama resmi. Reformasi politik dan social dimulai. Ibu kota negara dipindahkan dari Kaesong ke Seoul . Namun , Korea masih tetap terancam oleh Cina dan Jepang. Kedua negara tersebut ingin menguasai Korea untuk memperluas wilayah mereka. Setelah serangan yang gagal dari kepang pada tahun 1592 – 1598, Korea jatuh di bawah kekuasaan Manchu dari utara. Beberapa abad berikutnya, Korea menutup diri dari pergaulan dunia menjadi negara pertapa. Pada tahun 1800-an, Rusia, Jepang, dan Cina bersaing untuk menguasai Korea . Setelah perang Rusia – Jepang pada tahun 1904 - 1905, Jepang bergerak ke semenanjung Korea dan mendudukinya pada tahun 1910. Pada tahun 1919, penduduk Korea mengadakan
demonstrasi
secara
damai
karena
menginginkan
kemerdekaan. Akan tetapi, polisi Jepang membubarkannya, malah ada yang dibunuh dalam aksi tersebut. Pada tahun 1945, di akhir perang dunia II, tentara Uni Soviet menduduki bagian utara Korea sedangkan tentara Amerika di bagian selatan. Setelah membuat suatu perjanjian, Korea commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
dibagi sejajar dengan garis lintang 38˚. Pada bagian selatan berdirilah Republik Korea, sedangkan di daerah utara didirikan Republik Demokratik Rakyat Komunis. Pada tanggal 25 Juni 1950, tentara Korea Utara menyerang Korea Selatan dalam upaya menyatukan Korea dibawah kekuasaan komunis. Korea Utara yang memakai persenjataan yang disediakan oleh Uni Soviet menang atas Korea Selatan. Akan tetapi, atas bantuan PBB, Korea Selatan diselamatkan atas kekalahan dan pertempuran pun diakhiri dengan gencatan senjata pada bulan Juli 1953. Sejak saat itu, berbagai perundingan yang dilakukan untuk menyatukan Korea selalu gagal. Saat ini Korea Selatan lah yang menjadi perhatian dunia. Hal tersebut karean Korea Utara menutup diri dari dunia luar. Sebaliknya, Korea Selatan berkembang pesat sebagai negara maju di kawasan Asia. Korea Selatan berbentuk Republik, dengan sistem pemerintahan Presidensial terpusat. Kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri, sedangkan Kepala negaranya adalah Presiden. Korea Selatan beribu kota di Seoul dan mempunyai mata uang Won. Agama yang berkembang di Korea Selatan adalah Buddha dan Kristen. b. Keadaan Sosial Budaya Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang amat besar dari Tuhan. Setiap keluarga disarankan untuk memiliki paling tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati anugerah Tuhan tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman yang amat berat secara adat, yaitu hukuman mati kepada sang ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan sarana untuk aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara hukum, tidak akan diadakan hukuman mati. Hukuman mati biasanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih berpengaruh secara kuat. Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa memperdulikan
jenis
kelamin,
keturunan
dari
seseorang
akan
mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang sama dengan saudarasaudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi. Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada anak tertua mereka. Dalam budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap. Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. c. Kesenian Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian, diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “lima dewa”. Ada beberapa alat musik tradisional yang digunakan, misalnya hyeonhakgeum (sejenis alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti pipa dengan tujuh buah senar) dan gayageum (alat musik mirip hyeonhakgum tetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya berbeda dan memiliki dua belas buah senar). Tarian tradisional yang cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum (tarian perang), dan chunaengjeon (tarian musim semi). Tarian chunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa irwolseongsin dan dewa sancheonsin atas panen yang berhasil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
d. Kerjasama Antar Negara Korea mengadakan banyak kerjasama ke negara lain dalam hal industri, pariwisata, dan lain-lain. Dalam hal industri, Korea banyak mengekspor barang seperti bahan pangan (beras, padi-padian, jagung, tembakau, sayuran), bahan tambang (bijih besi, tembaga, fosfat), dan bahan hasil industri (tekstil, pupuk, barang elektronik). Korea juga mengadakan impor barang terutama dalam hal bahan bakar. Dalam masalah kerja sama perdamaian dunia, Korea merupakan salah satu anggota PBB dan telah menjadi anggota dari kira-kira 38 badan-badan PBB. PT Samsung yang didirikan Korea di Indonesia merupakan salah satu bukti nyata dari bentuk kerja sama yang dilakukan Korea dalam bidang industri. 2. Indosiar a. Riwayat Singkat Perusahaan Stasiun televisi Indosiar, berdiri pada tanggal 19 Juli 1991 dengan nama awal PT Indovisual Citra Persada. Kemudian perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT Indosiar Karya Media Tbk (Perseroan). Pada tahun 2004 perseroan tersebut berkembang menjadi perusahaan induk operasional usaha penyiaran televisi yaitu PT Indosiar Visual Mandiri, salah satu televisi swasta nasional terkemuka, dan selanjutnya melakukan pencatatan efek di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini telah bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia). Perseroan yang beralamatkan di Jl. Damai no.11 Daan Mogot, Jakarta ini kini memiliki sebanyak 1565 karyawan. b. Bidang Usaha Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perseroan, maksud dan tujuan Perseroan adalah berusaha dalam bidang perdagangan umum dan jasa dalam bidang hukum dan pajak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
BAB III SAJIAN DATA
Dalam penelitian ini, drama Korea yang digunakan sebagai objek penelitian adalah drama Korea Princess Hours. Drama ini sangat sukses di negara asalnya dan negara di kawasan Asia. Drama ini sebenarnya bertema kehidupan anak muda namun dalam kenyataannya drama ini sukses menggaet kaum wanita maupun pria, tua dan muda sebagai pemirsa setia. Drama ini sudah tiga kali tayang di layar kaca Indonesia melalui stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours pertama kali tayang di Indosiar pada tahun 2006, dan diputar lagi di stasiun yang sama pada tahun 2007 dan 2008. Walaupun sudah diputar berulangkali, namun penayangan Princess Hours selalu mampu manarik banyak pemirsa. Drama Korea Princess Hours sebenarnya diangkat dari komik Korea, atau yang biasa disebut manhwa, berjudul Goong karya Park So Hee. Di Korea drama ini berjudul sama dengan komiknya, yakni Goong, di Indonesia berjudul Princess Hours, dan di Amerika Utara berjudul The Palace. Drama yang dibuat oleh MBC ini bersetting abad 21 dimana Korea masih mengnut sistem pemerintahan Monarkhi Konstitusional. Drama ini menggabungkan kehidupan kerajaan dan di luar kerajaan dalam setiap adegannya, sehungga drama ini kental dengan unsur budaya, walaupun mempunyai tema modern. A.
Karakter Pemain Drama ini mempunyai empat tokoh utama, yaitu: 1.
Lee Shin diperankan oleh Joo Ji Hoon Lee Shin adalah seorang putra mahkota kerajaan Korea. Dibesarkan di dalam istana membuatnya menjadi orang yang kurang sensitif, kurang memperhatikan perasaan orang lain, commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dingin, kesepian, dan penuh misteri dengan sikap-sikapnya. disamping itu ia merupakan sosok yang pintar dan sangat cocok menjadi seorang raja. Ia menyadari takdirnya sebagai calon raja dengan segala peraturan istana membuatnya membatasi perbuatan dan keinginannya di dunianya yang membosankan. Kehadiran Chae Kyeong di istana membuat kehidupannya lebih terasa hidup membuatnya jatuh hati pada permaisurinya itu. 2.
Shin Chae Kyeong diperankan oleh Yoon Eun Hye Shin Chae Kyeong adalah seorang siswa sekolah seni dari sebuah keluarga biasa. Kakeknya pernah menyelamatkan Raja terdahulu, sehingga Raja tersebut membuat perjanjian dengan kakeknya bahwa Chae Kyeong akan menikahi putra mahkota nantinya. Pembawaan Chae Kyeong yang ceria dengan segala tingkah polah lucunya mampu merubah suasana yang tadinya kaku menjadi lebih hidup. Hal inilah yang membuat Lee Shin akhirnya jatuh cinta padanya.
3.
Lee Yool diperankan oleh Kim Jeong Hoon Lee Yool adalah sepupu Lee Shin. Ayahnya merupakan kakak ayah Lee Shin. Dulu ketika ayahnya masih hidup, ialah yang diangkat menjadi putra mahkota. Namun, ketika ayahnya meninggal, kedudukan putra mahkota jatuh ketangan Lee Shin. Ia merupakan orang yang lembut, hangat, dan romantis, sifatnya kebalikan dari Lee Shin. Ia menyukai Chae Kyeong, karena itulah ia memiliki penyesalan atas kedudukannya sebagai putra mahkota dulu, karena seharusnya ialah yang menjadi suami Chae Kyeong.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
4.
Hyo Rin diperankan oleh Sung Ji Hyo Min Hyo Rin merupakan pacar Lee Shin. Pada awal cerita, Lee Shin melamarnya, namun ia menolak demi karir baletnya. Setelah merasa terancam kedudukannya sebagai pacar oleh Chae Kyeong, ia berusaha mempertahankan hubungannya dengan Lee Shin, walaupun akhirnya tidak berhasil. Ia merupakan wanita yang cantik dan pintar. Ia berusaha mewujudkan mimpinya menjadi balerina sukses, namun, dalam kehidupan cintanya, ia mengejar sesuatu yang bukan miliknya.
B.
Jalan Cerita Cerita bermula ketika
ayah Lee Shin, sebagai pemegang
kekuasaan kerajaan pada masa itu, menderita sakit. Keadaan tersebut membuat kerajaan memutuskan bahwa Lee Shin harus segera mempunyai istri, agar sewaktu waktu apabilan hal buruk terjadi, Lee Shin bisa segera diangkat menjadi raja. Shin diharuskan menikah dengan seorang gadis biasa, yang telah dipilih oleh almarhum kakeknya di masa lalu. Perjodohan itu terjadi karena kakek Lee Shin pernah ditolong oleh kakek Chae Kyeong, sebagai tanda persaudaraan maka diadakan perjodohan antar kedua cucu mereka yang akan diadakan di kemudian hari ketika mereka sudah menginjak dewasa. Lee Shin sebenarnya tidak mau menjadi raja, karena cita citanya adalah menjadi sutradara. Lee Shin pun sebenarnya telah mempunyai kekasih bernama Hyo Rin yang bercita-cita menjadi seorang balerina, sehingga Lee Shin sebenarnya tidak setuju dijodohkan dengan Chae Kyeong. Sebelum menikah dengan Chae Kyeong sebenarnya Lee Shin sudah melamar Hyo Rin, namun Hyo Rin menolak dengan alasan bahwa kehidupan di istana akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
menghambat cita-citanya untuk menjadi balerina. Penolakan Hyo Rin membuat Lee Shin mau menikah dengan Chae Kyeong. Chae Kyeong sendiri mau menikah dengan Lea Shin karena ingin membantu keluarganya yang terlilit hutang. Pernikahan dengan anggota kerajaan menurutnya akan membebaskan keluarganya dari masalah. Masalah muncul ketika Chae Kyeong merasa tidak nyaman di kerajaan. Pribadi Chae Kyeong yang bebas dan ceria tidak cocok dengan kehidupan istana yang menurutnya sangat mengekang. Pada saat itulah muncul Lee Yool, yang merupakan anak dari paman Lee Shin. Paman Lee Shin sebenarnya merupakan pemegang kekuasaan yang sah setelah kakek Lee Shin. Namun karena sakit dan akhirnya meninggal maka tahta kerajaan diserahkan kepada ayah Lee Shin. Lee Yool berniat untuk merebut kembali tahta kerajaan yang seharusnya jatuh ke tangannya. Di istana, Chae Kyeong berteman baik dengan Lee Yool hingga akhirnya Lee Yool jatuh cinta padanya. Sayangnya Chae Kyeong terlanjur mencintai Lee Shin, walaupun Lee Shin selalu kasar terhadapnya. Sadar bahwa Chae Kyeong harus menjadi istri dari pemegang tahta kerajaan, maka Lee Yool pun semakin bertekad untuk merebut tahta kerajaan. Konflik semakin memanas ketika akhirnya Hyo Rin merasa iri terhadap Chae Kyeong yang berhasil mendampingi Lee Shin. Hyo Rin pun akhirnya melupakan cita citanya untuk menjadi balerina dan bertekad merebut Lee Shin kembali ke tangannya. Drama ini selanjutnya terfokus pada berhasilkah Lee Shin memimpin kerajaan, berhasilkah Chae Kyeong beradaptasi dengan lingkungan kerajaan, berhasilkah Chae Kyeong merebut hati Lee Shin, berhasilkah Lee Yool merebut tahta kerajaan dan juga hati Chae Kyeong, dan berhasilkah Hyo Rin mendapatkan kembali hati Lee Shin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
C.
Lokasi Sebagian besar adegan di dalam ruangan diambil di Osan. Produser sengaja membuat set untuk adegan indoor, terutama untuk setting bangunan istana. Set untuk bangunan istana didesain dengan gaya klasik dan modern. Set tersebut menghabiskan dana senilai hampir lima milyar won. Selain mengambil adegan di dalam set, drama Korea Princess Hours juga mengambil setting di tempat yang memang benar-benar ada di Korea, diantaranya: 1.
Villa Gangneung Seongyojang
Villa tersebut digunakan sebagai lokasi dimana dua tokoh utama yakni Lee Shin dan Chae Kyeong berlibur bersama. Villa yang bergaya tradisional Korea tersebut, terletak di provisi Gangwondo. Seongyojang adalah sebuah villa pribadi yang mempunyai empat bangunan terpisah dengan dikelilingi beberapa kolam bunga teratai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2.
Sekolah Seni Kaywon
Lokasi set untuk sekolah keempat tokoh utama diambil di Sekolah Seni Kaywon yang terletak di Bundang. Sekolah seni Kaywon sangat terkenal. Sekolah tersebut mempunyai desain arsitektur bergaya modern. Sekolah tersebut mempunyai tiga jurusan seperti halnya yang diceritakan dalam drama Korea Princess Hourse, yakni jurusan seni rupa, film dan tari. Sekolah tersebut merupakan sekolah unggulan, hingga setiap tahun hanya 320 siswa yang mendaftar agar diterima dalam delapan kelas yang dimiliki oleh sekolah tersebut.. 3.
Universitas Duksung
Jika set istana kerajaaan di dalam ruangan adalah buatan, lain halnya dengan set bangunan luar istana. Bangunan luar istana diambil dari bangunan Universitas Duksung.di ibukota Korea Selatan, yakni Seoul. Bangunan tersebut bergaya Renaissance commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
dengan dinding putih yang berkesan antik dengan dikelilingi taman yang indah. 4.
Distrik Myeongdong
Distrik Myeongdong adalah tempat dimana dua tokoh utama menghabiskan waktu bersama sebelum mereka terpisah karena salah satu dari mereka harus dikirim keluar negeri. Distrik Myeongdong adalah salah satu tempat wisata belanja yang paling ramai di Korea Selatan. Disini orang dapat berjalanjalan menikmati pemandangan dari gedung-gedung yang ada di Korea sambil berbelanja. 5.
Museum Teddy Bear
Dalam
suatu
episode
diceritakan
ibu
suri
dan
cucu
menantunya, Chae Kyeong mengunjungi museum Teddy Bear. Museum tersebut terletak di Pulau Jeju. Museum tersebut adalah museum terbesar di seluruh dunia yang mengkoleksi boneka Teddy Bear. Di museum tersebut pengunjung dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
melihat Teddy Bear dari berbagai penjuru dunia dan juga tempat-tempat yang menarik untuk berfoto. Seluruh lokasi benar benar diperhitungkan dan dipersiapkan dengan matang agar sedapat mungkin menggambarkan unsur budaya Korea secara lebih nyata. Pemilihan lokasi sangat menunjang dalam penggambaran unsur budaya dalam drama Korea Princess Hours. Drama ini berhasil meraih beberapa penghargaan di Korea, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
MBC Acting Awards 2006: Aktris wanita terpopuler diraih oleh Yoon Eun Hye.
2.
MBC Acting Awards 2006: Aktor pria terpopuler diraih oleh Joo Ji Hoon.
3.
MBC Acting Awards 2006 : Pasangan terbaik diraih oleh Joo Ji Hoon dan Yoon Eun Hye.
4.
MBC Acting Awards 2006: Princees Hours terpilih sebagai drama terbaik tahun 2006. Drama ini telah diputar di beberapa negara seperti:
1.
Singapura (2006)
2.
Thailand (2006)
3.
Filipina (2006 dan 2007)
4.
Malaysia (2007)
5.
Kanada (2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
BAB IV ANALISIS DATA
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan secara obyekif keadaan dan kondisi yang bisa ditangkap dan dilihat dari suatu obyek penelitian. Dalam penelitian ini kondisi obyek yang dimaksud adalah unsur-unsur budaya Korea dalam drama Korea Princess Hours di Indosiar. Sebagaimana telah dikemukakan dalam rumusan masalah, penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai apa saja unsur-unsur budaya Korea yang terkandung di dalam drama Korea Princess Hours dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima masyarakat Indonesia. Dari faktor-faktor tersebut peneliti berusaha menggali, apakah memang salah satu faktor yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima masyarakat Indonesia adalah unsur-unsur buadaya yang terkandung di dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Tak dapat dipungkiri bahwa tayangan drama Korea Pricess Hours yang ditayangkan melalui media televisi, berusaha menjalankan fungsi dari komunikasi massa. Namun dalam pembahasan ini, peneliti akan lebih memfokuskan penelitian pada fungsi sebagai transmisi budaya. Selain itu peneliti juga ingin menyoroti tayangan drama Korea Princess Hours dalam kaitannya dengan komunikasi antar budaya. Hal ini mengingat sebagai komunikan dari penayangan drama Korea ini adalah orang Korea, sedangkan sebagai komunikatornya adalah orang Indonesia. A.
Unsur-Unsur Budaya Dalam Tayangan Drama Korea Princess Hours Digunakan sebagai pedoman untuk mendeskripsikan unsur-unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours ini adalah pendapat dari Koentjaraningrat, yang mengemukakan bahwa ada tujuh unsur budaya yang bersifat universal. Penelitian ini akan berusaha mendeskripsikan unsur budaya commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
yang bersifat universal tersebut, yang tergambar dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Dari ketujuh unsur kebudayaan universal yang ada, memang tidak semua tergambar secara menonjol dalam tayangan drama Korea Princess Hours, namun setidaknya ada empat unsur kebudayaan universal yang tergambar secara menonjol dalam tayangan drama ini. Untuk memberikan gambaran mengenai unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours, peneliti menggunakan beberapa potongan adegan dari tayangan drama Korea princess Hours yang mencerminkan unsur-unsur budaya Korea. 1.
Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan Tayangan drama Korea Princess Hours menggambarkan sistem dan organisasi kemasyarakatan Korea dalam beberapa adegan. Sistem dan organisasi kemayarakatan yang tergambar dari drama ini diantaranya adalah gambaran mengenai bentuk sistem perkawinan di Korea. Menurut Korea Overseas Information Service menjelaskan bahwa kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah. Hal tersebut tergambar dalam potongan gambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Gambar 4. Suami dan Istri Dalam potongan gambar diatas, terlihat sepasang suami istri dimana sang suami memakai celemek dan sarung tangan, sedangkan sang istri menggunakan baju kerja. Dalam drama Korea Princess Hours ini, ayah dari tokoh utama wanita diceritakan sebagai seorang ayah rumah tangga. Dia bertugas mengurusi semua tetek bengek rumah tangga, seperti memasak dan membersihkan rumah, sedangkan istrinya bertindak sebagai pencari nafkah keluarga. Dia bekerja sebagai seorang agen di perusahaan asuransi. Sang istri bertindak sebagai pencari nafkah karena sang suami tidak mempunyai pekerjaan. Seperti yang telah diutarakan diatas, menjadi pencari nafkah bagi seorang wanita adalah hal lumrah jika sang suami tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Di sisi lain, sang suami lah yang kemudian bertugas mengurus semua urusan rumah tangga. Menyangkut sistem dan organisasi kemasyarakatan, di Korea juga berlaku semacam ketentuan dimana budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika suami mereka mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda. Dalam drama Korea princess Hours, menantu dari raja dan ibu suri tidak menikah lagi setelah suaminya yang merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
pewaris tahta meninggal. Dia hanya mengabdi pada keluarga mendiang suaminya, dan tinggal di lingkungan mendiang keluarga suaminya.
Gambar 5. Menantu Gambar diatas menunjukkan bahwa dia mengikuti adat dari keluarga mendiang suaminya, yang notabene adalah keluarga kerajaan, dengan selalu menggunakan pakaian tradisional Korea di lingkungan kerajaan. Gambar diatas juga menunjukkan bahwa selepas kepergian suaminya, hidupnya hanyalah untuk mengurus dan membesarkan anaknya. Menikah kembali tidak menjadi pemikirannya selepas kepergian suaminya.
2.
Sistem Pengetahuan Sejauh pengamatan penulis, salah satu hal yang menarik dari tayangan drama Korea, terutama tayangan drama Korea Princess Hours adalah bahwa drama ini memberikan gambaran mengenai bagaimana sistem pengetahuan yang berlaku di Korea. Empat tokoh utama yang digambarkan sebagai pelajar SMA beberapa kali ditampilkan sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. Dari adegan-adegan tersebut, penonton dapat mendapatkan gambaran mengenai sekolah menengah khusus di Korea. yang tidak mengelompokkan siswa ke dalam dua jurusan, yakni IPA dan IPS, seperti layaknya sistem pendidikan di Indonesia. Dalam tayangan drama Korea Princess Hours, sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
menengah khusus yang digambarkan adalah sekolah menengah khusus seni, dimana sekolah tersebut terbagi menjadi beberapa jurusan yang lebih spesifik yakni film, seni rupa dan tari. Hal tersebut tercermin dalam potongan gambar berikut:
Gambar 6. Kelas Seni Rupa Gambar diatas menunjukkan kegiatan kelas seni rupa, yang diantaranya meliputi kegiatan melukis dan membuat patung. Gambar diatas juga menunjukkan bahwa kegiatan tidak hanya dilakukan secara individu namun juga secara kelompok.
Gambar 7. Kelas Film Gambar diatas menunjukkan seorang siswa yang sedang melakukan kegiatan praktek pembuatan film. Teks narasi juga menunjukkan bahwa siswa sedang mempelajari tekhnik pencahayaan dalam pembuatan sebuah film. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Gambar 8. Kelas Tari Gambar diatas menunjukkan beberapa siswa yang sedang melakukan kegiatan menari balet. Seorang siswa telihat bermain piano untuk mengiringi beberapa siswa lain berlatih balet. Sedangkan gambar selanjutnya menunjukkan beberapa siswa melakukan pemanasan sebelum berlatih balet. Dari beberapa gambar diatas juga dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah, dalam hal ini di Korea, tidak melulu mempelajari teori namun juga banyak melakukan praktek, sehingga siswa lebih bisa menguasai ilmu yang dipelajarinya. Sejauh pengamatan peneliti, hal ini berbeda dengan drama Indonesia pada umumnya, atau yang biasa dikenal dengan sebutan sinetron. Walaupun banyak sekali sinetron yang menggambarkan kehidupan pelajar mulai dari SD hingga kuliah, namun bisa dikatakan hampir tidak ada sinetron yang menunjukkan kegiatan belajar mengajar mereka. Seringkali sinetron hanya menyoroti kisah percintaan mereka di sekolah, atau yang lebih ironis lagi terkadang digambarkan seorang siswa yang sedang mengerjai gurunya. Penggambaran kegiatan belajar mengajar tentu saja diharapkan setidaknya dapat secara tidak langsung mengajak siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal inilah yang jarang bisa didapat dari sinetron di Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
3.
Kesenian Menyangkut kesenian, tayangan drama Korea Princess Hours cukup banyak memberikan gambaran mengenai beberapa bentuk kesenian dari Korea. Beraneka ragam benda dan kegiatan bernilai seni dapat kita jumpai dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Sutradara sangat cermat dalam membidik berbagai hal-hal yang mencerminkan kesenian asli Korea.
Gambar 9. Bangunan tradisional Korea Beberapa kali adegan dalam tayangan drama Korea Princess Hours diambil dengan setting bangunan istana yang notabene mempunyai bentuk bangunan tradisional Korea. Sebagai penonton, tidak hanya orang awam saja seperti orang Indonesia yang akan memperoleh pengetahuan mengenai bangunan tradisional Korea, namun juga pastinya orang Korea sendiri sebagai sasaran utama dari drama Korea Princess Hours ini. Hal tersebut karena tentu saja tidak semua orang Korea tahu bangunan tradisional Korea, seperti halnya tidak semua orang Indonesia mengenal berbagai bentuk bangunan tradisional yang ada di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Gambar 10. Alat Musik tradisional Korea Gambar diatas menunjukkan beberapa orang, termasuk tokoh utama dari tayangan drama Korea Princess Hours, yakni Chae Kyeong, yang sedang memainkan alat musik tradisional Korea. Beberapa potong adegan diatas menunjukkan permainan alat musik tradisional Korea, baik yang dimainkan dengan ditiup maupun dipetik. Secara audio penonton pun dapat mendengarkan alunan alat musik tradisional tersebut. Sehingga penonton tidak hanya dapat menikmati beberapa alat musik tradisional tersebut secara visual namun juga secara audio.
Gambar 11. Pakaian Wanita Tradisional Korea Pakaian tradisional Korea tak dapat dipungkiri merupakan daya tarik tersendiri dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Banyak sekali adegan dimana para pemain wanita mengenakan pakaian tradisional Korea yang disebut Han Bok. Dari gambar diatas memang terlihat perbedaan antara gambar di sebelah kiri dan kanan. Han Bok memang mempunyai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
perbedaan, menyangkut siapa yang memakainya. Terlihat Han Bok untuk bangsawan mempunyai warna yang cerah dan merupakan perpaduan dari beberapa warna. Selain itu Han Bok yang dikenakan oleh bangsawan juga dihiasi dengan ornamen keemasan sehingga Han Bok terlihat sangat indah. Sedangkan Han Bok untuk masyarakat dari kalangan biasa, cenderung tidak berwarna cerah, atau setidaknya tidak secerah yang dipakai oleh kaum bangsawan, dan tidak memakai ornamen keemasan. Selain Han Bok yang dikenakan para pemain wanita, Han Bok yang dikenakan para pemain pria pun tak kalah beragam. Walaupun tidak sesering pemain wanita namun pemain pria pun beberapa kali terlihat memakai Han Bok, seperti yang terlihat dalam beberapa potongan gambar berikut:
Gambar 12. Pakaian Pria Tradisional Korea Dari gambar diatas, secara visual terlihat bahwa Han Bok Pria untuk bangsawan tidak terlalu menonjolkan perpaduan warna. Meskipun Han Bok tersebut juga menggunakan ornamen emas. Dari gambar diatas pun dapat terlihat bahwa orang Korea mempunyai beberapa jenis penutup kepala sebagai pelengkap pemakaian Han Bok. Jika pria Korea mempunyai beragam penutup kepala, demikian halnya dengan wanita yang mempunyai beragam bentuk sanggul sebagai pelengkap pemakaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Han Bok. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa potongan gambar berikut:
Gambar 13. Sanggul Wanita Korea Dari gambar diatas terlihat beberapa perbedaan bentuk sanggul. Sejauh yang terlihat dalam tayangan drama Korea Princess Hours, pemakaian sanggul berbeda, biasanya tergantung dari siapa pemakainya serta acara yang akan dihadiri oleh si pemakai. Dalam beberapa adegan terlihat bagaimana posisi atau kedudukan dan juga status si pemakai menentukan bentuk sanggul, seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Gambar 14. Han Bok dan Pelengkapnya Dalam gambar diatas wanita yang selalu berdiri nomer dua dari kiri, mempunyai sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut karena perbedaan kedudukan yang dimilikinya ketika pengambilan foto. Foto sebelah kiri diambil ketika dia masih berstatus sebagai menantu dari seorang pria yang meskipun adalah anak raja,namun dia bukanlah sebagai pewaris tahta. Gambar sebelah kanan diambil ketika suaminya beralih menjadi pewaris tahta setelah kakaknya meninggal. Hal tersebut secara otomatis merubah posisnya atau kedudukannya sebagai calon permaisuri. Dalam foto sebelah kiri, dia tidak menggunakan ornamen diatas kepalanya. Sedangkan calon permaisuri sebelumnya yang berdiri paling kanan mengenakan ornamen diatas kepalanya. Namun kedua wanita tersebut mempunyai persamaan yakni, rambutnya yang tidak dibentuk ekor kuda dan digelung keatas. Hal ini karena posisi mereka sama-sama menjadi menantu dalam keluarga. Berbeda dengan wanita yang terlihat duduk, secara kedudukan, dialah wanita yang mempunyai kedudukan paling tinggi dalam keluarga tersebut. Bagi wanita yang belum menikah pun, rambut hanya dikepang atau dibentuk ekor kuda, namun tidak digelung ke atas. Dari gambar diatas terlihat pula perbedaan antara penutup kepala para pria. Pria yang menjadi raja dan calon raja hanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
memakai penutup kepala yang menjulang keatas, namun tidak memakai ornamen di belakangnya. Kekayaan ragam khasanah Han Bok, ditampilkan dalam beberapa adegan tayangan drama Princess Hours dengan sangat menarik. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan menarik perhatian penonton untuk mengenal lebih jauh tentang budaya Korea, khususnya dalam bentuk pakaian tradisional Korea.
Gambar 15. Museum Teddy Bear Bicara mengenai seni, ada satu hal yang menarik perhatian peneliti. Dalam tayangan drama Korea Princess Hours, tergambar pula bahwa orang Korea juga menghargai seni yang bisa dikatakan berasal dari kebudayaan modern. Dalam satu adegan diceritakan bahwa ibu suri pergi dengan cucu menantunya ke museum teddy bear. Museum tersebut bukanlah rekayasa atau sekedar fiksi, karena museum tersebut memang benar-benar ada di pulau Jeju, sebuah pulau yang sangat terkenal di Korea. Hal tersebut menunjukan bahwa orang Korea mengapresiasi berbagai macam bentuk seni. Dengan diperkenalkannya museum teddy bear di pulau Jeju tersebut kepada penonton, bukan tidak mungkin, dapat menarik hati penonton pula untuk berkunjung kesana. Terlebih lagi Korea selama ini memang menyediakan tour ke tempat-tempat syuting drama Korea, sebagai dampak dari kesuksesan drama Korea. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
4.
Sistem Teknologi dan Peralatan Seperti kita ketahui, Korea merupakan salah satu negara maju di Korea terutama dalam hal teknologi. Kemajuan teknologi Korea juga tergambar dalam beberapa adegan drama Korea Pincess Hours. Faktanya, Korea sudah sangat maju dalam bidang alat komunikasi terutama handphone, hampir semua orang mempunyai handphone. Namun drama Korea biasanya menggunakan handphone buatan dalam negeri Korea sendiri sebagai properti syuting. Hal tersebut tentu saja juga secara tidak langsung dapat mengajak penonton yang berasal dari Korea untuk lebih mencintai produk dalam negeri, dan juga memperkenalkan produk buatan Korea bagi penonton drama Korea di luar negara tersebut. Begitu pula halnya dengan tayangan drama Korea Princess Hours. Beberapa kali, terdapat adegan penggunaan handphone. Bahkan salah satu poster resmi dari drama Korea Princess Hours ini pun menggambarkan tokoh utama wanitanya berpakaian Han bok dan menggunakan handphone, yang seolah ingin menggambarkan bahwa orang Korea memang “melek teknologi” dan yang lebih menarik lagi yang digunakan adalah teknologi buatan dalam negeri. Meskipun tidak terlihat jelas merk dari handphone yang dipakai, namun kita dapat mengenalinya melalui bentuk handphone. Bentuk handphone produksi Korea sangat khas, yakni rata-rata berbentuk flip, seperti yang dapat dilihat dalam beberapa potongan gambar beikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Gambar 16. Handphone Selain penggunaan handphone, kemajuan teknologi Korea juga tergambar melalui beberapa adegan. Dalam tayangan drama Korea Princess Hours terdapat beberapa adegan, dimana raja, putra mahkota dan bibinya menggunakan laptop sebagai alat bantu dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat menggambarkan pula bahwa orang Korea “melek teknologi.”
Gambar 17. Laptop commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Dalam hal peralatan, penulis akan menyorot hal sederhana mengenai salah satu peralatan yang digunakan oleh orang Korea,yakni peralatan makan. Seperti kita ketahui, sama halnya dengan orang Jepang, orang Korea juga menggunakan sumpit sebagai alat makan. Namun sumpit orang Korea biasanya terbuat dari besi, berbeda dengan sumpit orang Jepang yang rata-rata terbuat dari kayu. Selain itu makanan biasanya disajikan beraneka ragam pilihan dalam beberapa wadah, diantaranya dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 18. Peralatan Makan
B.
Faktor Mengapa Tayangan Drama Korea Princess Hours Mudah Diterima Oleh Masyarakat Indonesia Untuk memberikan gambaran lebih mendalam mengenai unsur-unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan beberapa responden agar diperoleh gambaran apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan drama Korea Princess Hours mudah diterima di Indonesia. 1.
Data Responden Penelitian Responden berjumlah enam orang yakni mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. Penulis mengambil mahasiswa tersebut sebagai responden dengan pertimbangan bahwa para commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
mahasiswa tersebut telah mendapat mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang menjadi dasar dari penelitian ini. Dari keenam responden tersebut semua mengaku mengikuti secara aktif
tayangan Princess Hours yang dimaksud dalam penelitian. Hal
tersebut menunjukkan adanya perhatian dari para mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006 terhadap tayangan tersebut yang memang sedikit banyak bersinggungan dengan mata kuliah yang mereka pelajari, khususnya mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya. Dengan demikian pertimbangan pengambilan mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006 dengan kondisi tersebut cukup mendukung dalam penelitian ini. Berikut adalah data responden dari penelitian ini: a.
Diana Puspa Negara Perempuan yang akrab dipanggil Didi ini adalah mahasiswi SI Non Reguler Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, lulusan diploma Akademi Radya Binatama Yogyakarta, jurusan Broadcasting. Mahasiswi kelahiran Bogor, 19 Januari 1985 ini mempunyai perawakan sedang, dan berkulit sawo matang. Perempuan berjilbab ini mengaku sangat menyukai drama Korea. Namun tak semua drama Korea yang ada di televisi dia suka. Menurutnya, dia akan menonton drama Korea jika drama tersebut mempunyai jalan cerita yang bagus dan pemain utama pria yang ganteng. Jika tak ada kedua syarat tersebut, dia akan malas mengikuti drama itu. Drama Korea menurut pendapat didi adalah media untuk mencari hiburan yang tepat. Dia selalu bisa “cuci mata” jika menonton drama Korea. Kegemaran sulung dari empat bersaudara ini terhadap drama Korea tak hanya sebatas menontonnya saja di televisi, tetapi jika ada drama Korea yang dia suka, dia akan mendownload soundtrack dan juga gambar-gambar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
dari drama tersebut. Tak lupa pula dia akan browsing segala berita tentang drama Korea yang dia suka, terutama berita tentang pemainnya. b.
Eka Ernawati Eka adalah lulusan diploma tiga jurusan Politeknik PPKP Yogyakarta, yang sekarang sedang menempuh studi S1 di jurusan Ilmu Komunikasi Non Reguler, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret. Sulung dari tiga bersaudara ini dikenal sebagai ratu download oleh teman-temannya. Dia gemar sekali mendownload film, musik, dan juga serial drama baik dari Amerika maupun Asia. Dari beberapa drama Asia yang ada, dia lebih menyukai drama Korea dan drama Jepang. Mahasiswi yang menjalani kuliah sambil kerja ini mengaku, hobinya itu semakin menjadi karena perusahaan tempatnya bekerja mempunyai fasilitas internet, sehingga di sela-sela waktu kerjanya dia kadang mendownload beberapa hal yang dia suka. Perempuan kelahiran Yogyakarta 22 Februari 1985 ini juga mengaku sering meminjam VCD atau DVD drama Korea dan Jepang. Dia mempunyai rental langganan di dekat rumahnya di Jogjakarta. Dia juga mengaku tak pelit untuk berbagi info dengan teman mengenai drama Korea dan Jepang. Dia selalu memberi info jika ada VCD atau DVD drama Korea terbaru kepada teman-temannya. Perempuan ini pun tak segan untuk membagi hasil downloadan drama-drama yang dia punya.
c.
Esti Wardani Esti adalah perempuan yang melanjutkan kuliah di jurusan S1 Ilmu Komunikasi Non Reguler, Universitas Sebelas Maret, setelah sebelumnya menyelesaikan studi diploma tiganya di jurusan Public commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gajah Mada pada tahun 2004. Perempuan yang mengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta di Solo ini terlihat antusias untuk membicarakan drama Korea. Menonton tv adalah hobinya dan drama Korea adalah salah satu acara favoritnya. Walaupun dia kini telah menikah dan mempunyai seorang anak namun hal itu tidak mengurangi kecintaanya terhadap drama Korea. Jika dia tak punya waktu untuk menonton tayangan drama Korea di tv karena kesibukan, terkadang dia akan pergi ke rental VCD untuk menyewa beberapa VCD sekaligus. Sulung dari dua bersaudara yang lahir di Karanganyar 17 Januari 1982 ini bahkan mengaku, terkadang suaminya pun ikut menonton drama Korea baik yang ditayangkan di tv maupun lewat VCD. d.
Miranti Dian Mira adalah lulusan diploma tiga jurusan Public Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gajah Mada tahun 2006. Perempuan yang juga telah menikah pada tahun 2010 lalu ini, tak jauh berbeda dengan Eka. Mereka sama-sama merupakan penggila drama Korea. Mira tak segan segan merogoh kocek untuk membeli DVD drama Korea yang dia sukai. Sulung dari dua bersaudara, kelahiran Probolinggo, 22 Februari 1985 ini mengaku telah mempunyai lima judul DVD drama Korea, dimana setiap judul mempunyai sekitar enam belas samapai dua puluh empat episode. Perempuan yang juga telah bekerja sebagai PNS di Pemkab Probolinggo ini mengaku tak semua koleksi DVDnya original. Namun hal itu dia lakukan demi memuaskan rasa kecintaanya pada drama Korea.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
e.
Danik Ratna Kusuma Danik adalah perempuan yang melanjutkan studi S1 di jurusan ilmu Komunikasi Non Reguler Universitas Sebelas Maret setelah meraih gelar diploma tiganya di jurusan Disain Komunikasi Visual fakultas Sastra dan Seni Rupa,di universitas yang sama pada tahun 2006. Perempuan berjilbab yang satu ini, mengaku tidak terlalu suka menonton tv. Namun memang sesekali jika ada drama Korea di televisi, dia akan menyaksikannya. Danik, yang lahir di Solo 24 Maret 1984 ini mengaku sangat moody, walaupun dia cukup menyukai drama Korea, namun terkadang jika dia sedang tidak mood, dia tidak akan menyaksikan drama Korea tersebut. Bungsu dari dua bersaudara, yang hobi jalan-jalan ini, juga mengaku jarang ada di kos, karena dia memang sering keluar bersama temantemannya. Jika sedang berada di rumahnya di Solo Baru, dia pun juga jarang menonton tv. Dia lebih memilih mengahabiskan waktu bersama keluarga atau pergi dengan temannya. Hal ini menjadi salah satu faktor juga mengapa dia tidak selalu mengikuti setiap drama Korea yang tayang di televisi.
f.
Risma Hasnawati Risma adalah mahasiswa S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret yang telah menyelesaikan studi diploma tiganya di jurusan Komunikasi, Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2006. Perempuan yang mencintai dunia jurnalistik ini merupakan pecinta berbagai serial drama baik dari Amerika maupun dari Asia. Salah satu drama Asia yang dia suka adalah drama Korea. Perempuan yang pernah aktif di LPPM Pers UNS ini, kegiatannya yang padat kadang membuatnya tak dapat selalu dapat mengikuti setiap episode drama Korea di televisi. Namun, perempuan kelahiran Bogor 15 November 1985 yang merupakan anak tunggal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
mengaku cukup sering menyewa VCD Drama di rental belakang kampus UNS. Risma yang tinggal di sebuah kos ini berpendapat bahwa drama Korea lebih asyik jika ditonton sendiri ketimbang beramai-ramai. Meskipun begitu menurutnya lebih enak menikmati drama Korea di televisi karena sudah didubbing, ketimbang menonton
lewat
VCD
yang
terkadang
narasi
teksnya
membingungkan.
2.
Selektifitas terhadap Tayangan Drama Korea Selektifitas terjadi karena tidak semua stimulus mampu diolah oleh individu, hanya stimulus yang menonjol dalam kesadaran individu yang akan diperhatikan atau lebih banyak diperhatikan. Dalam hal ini, drama Korea yang tayang di televisi tentu saja mempunyai banyak pesaing untuk meraih perhatian dari penonton. Proses selektifitas terhadap tayangan drama Korea akan menunjukkan apakah memang tayangan tersebut sebagai stimulus, memang mampu menarik perhatian responden. Dengan kondisi seperti itu, selektifitas responden terhadap tayangan drama Korea akan mempengaruhi penilaian yang mereka berikan terhadap tayangan drama Korea Princess Hours. a.
Pengenalan responden terhadap tayangan drama Korea Penilaian terhadap suatu obyek tentunya berawal dari pengenalan tehadap obyek tersebut. Dalam hal ini berbagai media massa terutama televisi dapat menjadi media pengenalan yang efektif bagi berbagai tayangan drama Korea. Stasiun televisi Indosiar bahkan konsisten untuk menayangkan drama Korea secara berkelanjutan. Dari apa yang diungkapkan responden penayangan drama Korea di Indosiar memang mendominasi jawaban responden atas awal perkenalan mereka terhadap tayangan tersebut. Seperti yang diungkapkan Diana Puspa Negara: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
“aku pertama kali tahu tayangan drama Korea tu dari Indosiar, waktu itu ada iklan Endless Love.” (Didi, 25 Agustus 2008)35 Ketiga responden lain pun mengungkapkan hal serupa: “aku pertama kali tahu ada drama Korea karena lihat iklan Endless Love di Indosiar, tapi sebenarnya waktu itu aku belum tertarik nonton karena aku pikir cuma kayak drama Filipina yang pernah tayang juga dulu.”(Danik, 02 September 2008)* “Bener, pertama kali tahu dan kenal drama Korea ya dari Indosiar, soalnya yang pertama nayangin di Indonesia kan emang Indosiar.”(Esti, 29 Agustus 2008) “Aku pertama lihat drama Korea tu di Indosiar, aku langsung antusias pengin nonton, lagian udah bosan juga sama sinetron.” (Risma, 03 September 2008)* Berbeda dengan beberapa responden diatas, dua responden lainnya mengenal drama dari DVD: “Aku tahu drama Korea pertama kali, sebelum drama Korea masuk TV, Aku tahu karena diajak temanku nonton DVDnya, waktu itu judulnya Winter Sonata.” (Eka, 26 Agustus 2008)* “Aku tahu dan kenal drama Korea pertama kali dari DVD, aku nonton sama temanku, aku dapet DVDnya dari kakakku, judulnya Winter Sonata.” (Mira, 01 September 2008)* Dari apa yang diungkapkan oleh responden diatas dapat dilihat bahwa selain dari spot iklan drama Korea yang ditayangkan oleh Indosiar, responden juga pertama kali mengenal drama Korea dari DVD. Meskipun mayoritas responden mengenal drama Korea dari Indosiar, namun mereka juga mengenal drama Korea yang ditayangkan oleh stasiun televisi lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden berikut ini:
35
Media pengenalan pertama terhadap tayangan drama Korea
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
“Ya aku tahu beberapa drama Korea selain yang tayang di Indosiar, kayak RCTI, TV7 waktu itu, tapi menurutku lebih bagus yang di Indosiar, cerita sama pemainnya lebih bagus.”(Risma, 03 September 2008)** Pernyataan Risma tersebut juga didukung oleh pernyataan responden berikut: “sebenarnya aku tahu juga beberapa drama Korea yang tayang di stasiun TV lain, kayak misalnya The Days of the Youth di RCTI, Beautiful Life sama Tomato di TV7. Tapi ya yang tayang di Indosiar tu lebih variatif, terutama pilihan cerita atau temanya, mungkin karena yang paling banyak nayangin drama Korea juga Indosiar, jadi terus terang aku lebih suka yang di Indosiar.”(Esti, 29 Agustus 2008)** Selain itu Danik juga menambahkan: “aku tahu juga sih drama Korea di stasiun tv lain, tapi kok nggak menarik ya, soalnya ceritanya sedih melulu, aku jadi males, kalo Indosiar ka nada lucu lucunya juga, jadi variatif, nggak membosankan.”(Danik, 02 September 2008)** Demikian halnya dengan tiga responden lain, mereka mengungkapkan hal serupa: “Kalau yang tayang di stasiun tv lain sih tahu, tapi waktu tayangnya kurang pas, rata- rata drama Korea yang tayang di TV7 waktu itu jam 11 siang, selain itu ceritanya kurang menarik juga, menurutku stasiun TV lain kurang selektif milih drama Koreanya, asal drama Korea aja.” (Didi, 25 Agustus 2008)** “Drama Korea di stasiun tv lain tahu juga, kayak yang pernah dijiplak jadi sinetron Liontin tu, tapi aku lupa judulnya, pokoknya tayang di TV7 waktu itu, tapi rata-rata yang di stasiun tv lain tu ceritanya monoton ya, sedih melulu, pemainnya juga nggak secakep yang di Indosiar.” (Mira, 01 September 2008) **
** **
Pengenalan terhadap tayangan drama Korea yang tayang selain di Indosiar Pengenalan terhadap tayangan drama Korea yang tayang selain di Indosiar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
“Indosiar menurutku kayak udah jadi trend setternya drama Korea di Indonesia ya, jadi kalau nonton drama Korea di stasiun tv lain kayak males gitu, nggak semenarik yang di Indosiar dari cerita sama pemainnya.”(Eka, 26 Agustus 2008)** Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa responden lebih memilih menonton drama Korea yang tayang di Indosiar, diantaranya karena pilihan jalan cerita dan jajaran pemain yang lebih menarik dari drama Korea yang tayang di stasiun tv lain. Selain hal diatas, dari wawancara yang dilakukan juga diperoleh suatu fakta yang menarik dimana beberapa responden mengidentikan drama Korea dengan budaya Korea. Salah satu responden bahkan mengungkapkan hal tersebut dengan antusias: “menurutku drama Korea merupakan serial drama yang berasal dari Korea, dimana Korea merupakan bagian dari benua Asia. Selain ceritanya yang menyentuh, drama Korea juga menyajikan detil-detil budaya negara itu sendiri, sehingga tidak hanya menyajikan cerita-cerita yang menarik tetapi juga ditempatkan dalam sebuah kemasan budaya yang menarik dari negara itu sendiri. Maka bagi orang yang menonton, khususnya aku sendiri menjadi lebih tahu bagaimana budaya dan kehidupan sehari-hari di Korea. Selain menikmati cerita, kita juga bisa sekaligus belajar dan menambah pengetahuan tentang budaya lain” (Mira, 01 September 2008)*** Responden lain juga mengungkapkan hal serupa, meskipun tidak sedetil apa yang sebelumnya diungkapkan oleh Mira: “drama Korea adalah drama yang berasal dari Korea, pada umumnya bertema percintaan, keluarga maupun sejarah dan yang jelas sarat dengan adat dan budaya yang dimiliki oleh Korea.”(Didi, 25 Agustus 2008)***
*** ***
Pemahaman terhadap tayangan drama Korea Pemahaman terhadap tayangan drama Korea
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Dari informasi yang didapat dapat diinterpretasikan bahwa responden mendiskripsikan tayangan drama Korea adalah drama yang bersetting kehidupan sehari hari masyarakat Korea beserta berbagai budayanya. dan sebagian besar dari drama tersebut bertema percintaan.
b.
Motivasi menonton tayangan drama Korea Kegiatan seseorang untuk menonton suatu tayangan tentunya tidak lepas dari faktor motivasi dalam diri orang tersebut. Motivasi adalah dorongan, hasrat atau penggerak yang berasal dari dalam diri khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. Dalam hal ini motivasi akan mempengaruhi perhatian responden terhadap tayangan drama Korea dan pada akhirnya dari adanya perhatian tersebut akan mempengaruhi penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours. Responden dalam menonton suatu tayangan pasti disesuaikan dengan keinginannya. Hal ini ditentukan oleh motif yang terdapat dalam dirinya. Motivasi responden menonton tayangan drama Korea dapat dilihat dari alasan yang menyebabkan mereka menonton tayangan tersebut. Seperti apa yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut: “ya seperti yang aku bilang juga tadi, awalnya karena aku nggak suka sinetron, jadi aku pengin aja nonton drama dengan kemasan yang beda. Dulu waktu serial drama Amerika tayang aku suka nonton, tapi sekarang kan udah nggak tayang, makanya waktu ada drama produksi Korea, aku langsung antusias pengin nonton, penasaran kayak apa sih drama Korea itu.”(Risma, 03 September 2008)*
*
Motivasi menonton tayangan drama Korea karena rasa penasaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Hal senada juga diungkapkan oleh responden lain: “awalnya penasaran aja kayak apa sih tayangan drama Korea itu, sama nggak sama sinetron Indonesia. Sinetron kan ya gitu, ceritanya nggak menarik, akting pemainnya kacangan, pokoknya nggak banget.”(Danik,02 September 2008)* Dalam kesempatan lain beberapa responden mengungkapkan awal dari ketertarikan mereka menonton tayangan drama Korea adalah untuk sekadar mencari hiburan. Salah satunyaadalah sebagai berikut: “aku ini emang dasarnya suka nonton drama Asia, cari hiburan yang beda lah, yang asyik buat ditonton gitu, makanya waktunya waktu diajak temenku nonton, aku langsung mau, dan ternyata emang menghibur.”(Eka, 26 Agustus 2008)** Dari hasil wawancara dengan responden, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1) Motif responden menonton tayangan drama Korea adalah karena rasa penasaran yang berawal dari rasa jenuh terhadap tayangan sinetron di televisi. 2) Motif responden menonton tayangan drama Korea adalah untuk mencari hiburan.
c.
Rutinitas menonton tayangan drama Korea Rutinitas menonton tayangan drama Korea menjadi salah satu ukuran dalam mengukur selektifitas. Yang dimaksud selektifitas dalam hal ini adalah sejauh mana tayangan drama Korea menarik perhatian penonton dibanding dengan berbagai tayangan lain di televisi. Perhatian responden terhadap tayangan drama Korea dapat dilihat dari rutinitas mereka menonton tayangan tersebut.
**
Motivasi menonton tayangan drama Korea untuk mencari hiburan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Dari hasil wawancara yang didapat,menunjukkan bahwa setiap responden rata-rata mengikuti minimal lima drama Korea yang pernah tayang di televisi, terutama yang ditayangkan oleh Indosiar. Seperti yang diungkapkanresponden berikut ini: “wah kalo aku, banyak yang aku ikutin, soalnya gimana ya, drama Korea tu punya daya tarik, jadi sekali aja nggak nonton, pasti nyesel banget. Yang paling aku suka dan aku ikutin terus tu All About Eve, Full House, My Girl, Jang Geum sama Princess Hours.”(Esti, 29 Agustus 2008)* Pernyataan Esti tersebut juga senada dengan apa yang diungkapkan responden lain: “walaupun awalnya skeptis sama drama Korea, akhirnya aku malah jadi suka banget. Yang paling aku ikutin tu Full House, Princess Hours, Sassy Girl Chun Yang, Winter Sonata, Lovers in Paris, All About Eve, banyak deh.”(Risma, 03 Agustus 2008)* Meskipun
responden
mengungkapkan
bahwa
mereka
mengikuti beberapa drama Korea di televisi, namun beberapa responden
mengungkapkan bahwa mereka tidak selalu mengikuti
setiap drama Korea yang ditangkan di televisi. Dari hasil wawancara yang didapat menunjukkan bahwa beberapa responden tidak selalu mempunyai ketertarikan untuk menonton atau mengikuti setiap drama Korea yang ditayangkan di televisi. Salah satunya diungkapkan oleh responden berikut ini: “kalau aku, meskipun aku suka drama Korea, tetapi kadang ada juga beberapa yang nggak aku ikutin, ya karena ceritanya atau pemainnya. Misalnya: Hwang Jini sama Jang Geum, latar belakang ceritanya sama-sama sejarah, tapi aku nggak ngikutin Hwang Jini karena nggak suka sama pemainnya, tapi kalo Jang
*
Mengikuti sedikitnya lima tayangan drama yang tayang di televisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Geum aku suka, cerita sama soalnya.”(Didi, 25 Agustus 2008)**
pemainnya
menarik
Senada dengan yang diungkapkan Didi, Danik menambahkan bahwa dia akan menonton kalau waktu menyalakan tv bertepatan dengan tayangan drama Korea dan melihat cerita dan penampilan fisik pemainnya menarik, dia akan mengikuti tayangan drama tersebut: “kalau ngikutin tiap drama Korea yang tayang di tv sih enggak, tapi kalau pas nyalain tv ada tayangan drama Korea dan kelihatannya pemain sama ceritanya menarik aku akan nonton drama itu.”(Danik, 02 September 2008)** d.
Penyediaan waktu khusus khusus untuk menonton tayangan drama Korea Penyediaan waktu khusus untuk menonton akan menunjukkan penegasan adanya perhatian yang lebih terhadap tayangan drama Korea pada diri responden. Hal tersebut akan dapat menunjukkan seberapa besar perhatian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours. Selanjutnya, adanya perhatian dari responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours akan mempengaruhi pula kedalaman penilaian mereka terhadap tayangan tersebut. Dari hasil wawancara dari keenam responden yang peneliti wawancarai, hanya satu dari mereka yang tidak menyediakan waktu khusus untuk menonton drama tersebut. “kalau aku, ya itu tadi, nggak pernah nyediain waktu khusus, walaupun suka ceritanya pun, kadang kalau lagi nggak mood juga aku nggak nonton, kadang juga karena lupa.”(Danik, 02 September 2008)*
**
*
Tidak selalu mengikuti setiap drama Korea yang tayang di televisi
Tidak menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Namun responden lain mempunyai alternatif lain apabila dia tidak dapat menonton tayangan drama Korea di tv. Salah satu responden yang sudah bekerja di salah satu perusahaan percetakan di Klaten ini, sangat gigih untuk tidak melewatkan drama Korea yang dia suka: “kadang aku nggak bisa nonton drama Korea yang aku suka ditv karena jadwal tayangnya tabrakan sama jam kerjaku, kalau udah gitu biasanya aku sewa VCDnya di rental atau kadang juga download di internet, biasanya aku tonton pas malam sehabis pulang kerja at pas weekend, pokoknya jangan sampai kelewatan.”(Eka, 26 Agustus 2008) Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea melalui media televisi. Responden juga mempunyai alternatif lain, yakni VCD apabila tidak sempat menonton drama Korea di televisi.
3.
Selektifitas terhadap Tayangan Drama Princess Hours Selektifitas terhadap tayangan berawal dari pengenalan mereka pada tayangan tersebut. Selain itu selektifitas berhubungan dengan perhatian mereka terhadap tayangan drama Princess Hours khususnya dalam hal nilai nilai budaya yang terkandung dalam drama tersebut. Perhatian disini dilihat dari intensitas dan penyediaan waktu khusus untuk menonton tayangan tersebut. a.
Pengenalan responden terhadap tayangan drama Princess Hours Penilaian seseorang terhadap suatu obyek harus melalui proses pengenalan terlebih dahulu. Dengan pengenalan terhadap suatu obyek,
seseorang
dapat
mendeskripsikan
segala
hal
yang
berhubungan dengan obyek tersebut. Dalam hal ini responden dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
mendeskripsikan segala hal tentang drama Korea, khususnya drama Korea Princess Hours. Pengenalan mereka pertama kali terhadap tayangan drama Korea ini bervariasi. Salah satunya berawal dari cerita-cerita teman. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden berikut ini: “aku pertama kali nonton dan tahu tentang tayangan drama Korea Princess Hours karena dikasih tahu Didi yang selalu nonton, dengan cerita yang sangat mengasyikan, jadi aku penasaran banget pengen nonton dan membuktikan sebagus apa sih drama ini.”(Eka, 26 Agustus 2008)* Apa yang diungkapkan oleh Eka didukung juga oleh pernyataan Danik yang mengenal dan tahu tayangan drama Korea Princess Hours dari cerita teman-teman kosnya: “iya, aku tu pertama kali tahu dan kenal Princess Hours garagara temen-temen kosku yang suka ngerumpi soal drama itu. Sebenarnya aku tahu tayangan itu pertama kali dari iklan di Indosiar tapi aku belum tertarik. soalnya drama itu pertama kali tayang kan hari minggu jam 11 siang, aku jadi males, mendingan tidur. Tapi setelah dikomporin sama temen-temen kos, aku jadi penasaran.” (Danik, 02 September 2008)* Pernyataan senada juga diungkapkan oleh responden lain: “adik-adik kos tu suka heboh ngomong soal Princess Hours. Mereka ngajak aku untuk nonton, aku jadi penasaran sebagus apa, kok mereka bisa sebegitu sukanya.” * (Esti, 29 Agustus 2008) Hal ini memperlihatkan bahwa peran teman juga berpengaruh. Selain itu
terlihat adanya saling interaksi antara penggemar
tayangan drama Korea sehingga diantara mereka dapat saling
*
Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
bertukar pikiran, karena secara tidak langsung hal ini juga mempengaruhi ketertarikan mereka terhadap suatu tayangan televisi. Majalah dan tabloid juga merupakan salah satu sumber informasi yang efektif dalam menarik penonton. Hal ini terbukti dengan pengakuan Risma. Berbeda dengan dua responden diatas, Risma mengaku perkenalannya dengan tayangan drama Princess Hours berawal dari salah satu artikel di salah satu majalah remaja, GAUL. Seperti yang diungkapkannya berikut ini: “aku tahu Princess Hours tu tadinya dari artikel di GAUL yang membahas drama itu, katanya drama itu booming banget di Korea, Malaysia dan Jepang kalo ga salah, makanya aku penasaran banget pengen nonton walaupun udah ketinggalan beberapa episode.”(Risma, 03 September 2008)** Iklan spot acara yang ditayangkan oleh Indosiar juga menjadi daya tarik bagi responden untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours. Informasi dari iklan spot acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi yang bersangkutan memperlihatkan adanya perhatian pada stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini iklan memang merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan bagi penonton televisi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan sebagai berikut: “aku tertarik sama Princess Hours pas aku lihat iklannya di Indosiar jauh hari sebelum drama itu mulai tayang. Wah aku langsung aktifin pengingat di hp-ku biar ga lupa nonton pas nanti tayang di Indosiar, tanggal berapa Princess Hours mau tayang aku lupa tapi kalo ga salah sekitar 2 minggu setelah iklan itu.”(Didi, 25 Agustus 2008)*** Pernyataan Didi tersebut juga didukung pernyataan responden lain sebagai berikut:
** ***
Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari tabloid Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari spot iklan di Indosiar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
“sebenarnya aku lihat tayangan itu setelah aku melihat tayangan iklannya di tv, waktu itu aku pikir kayaknya Princess Hours bagus,jadi pas hari Minggu aku nyoba nonton.”(Mira, 01 September 2008)*** Variasi sumber informasi mengenai tayangan drama Korea tersebut diatas menunjukkan keberhasilan komunikator dalam suatu proses komunikasi, karena adanya respon dari komunikan setelah menerima pesan yang disajikan oleh komunikator baik itu melalui media massa. Selain itu hal diatas juga menunjukkan banyaknya alternatif bagi responden serta penikmat televisi dalam mencari informasi tentang acara-acara yang menarik.
b.
Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours Menonton
tidak
melulu
berhubungan
dengan
aspek
meluangkan waktu tetapi juga berhubungan dengan motivasi dan minat. Motivasi adalah dorongan, hasrat atau penggerak yang berasal dari dalam diri khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. Motivasi akan mendorong adanya perhatian dari responden terhadap tayangan drama Korea Princesss Hours. Perhatian responden dalam menonton tayangan drama Korea Princess Hours sedikit banyak akan mempengaruhi pula kedalaman penilaian mereka terhadap isi dari tayangan tersebut. Dari data yang diperoleh kebanyakan dari responden menyatakan bahwa motivasi utama mereka menonton tayangan drama Korea, khususnya drama Korea Princess Hours adalah untuk mencari hiburan dan rasa penasaran yang berawal dari rasa jenuh terhadap sinetron, mengingat selama ini stasiun televisi kita kurang
***
Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari spot iklan di Indosiar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
sekali dalam menayangkan drama-drama produksi Indonesia yang benar-benar berkualitas. Rata-rata responden merasa jenuh dengan drama-drama produksi Indonesia yang semakin lama semakin tidak berkualitas. “ya aku kepingin nonton aja tadinya, sebagus apa sih Princess itu, soalnya aku tu ngga suka sinetron Indonesia, yang ngga mutu banget itu, jadi ya pengin bandingin aja tadinya” (Esti, 29 Agustus 2008)* “aku pengin liat soalnya emang aku suka banget drama-drama Korea dari dulu, habisnya jenuh di Indonesia dramanya kacau semua.” (Didi, 25 Agustus 2008)* Motivasi senada juga dingkapkan oleh dua responden lain: “ awalnya sih pengen lihat aja drama Korea lagi soalnya udah lama ga nonton drama Korea karena sibuk, lagipula kan waktu itu tayangnya hari minggu jadi aku ada waktu, lagian bosen sama sinetron Indonesia.” (Risma, 03 September 2008)* “aku nonton karena kata anak-anak enggak norak kaya sinetron Indonesia, makanya aku adi penasaran” (Danik, 02 September 2008)* Sedangkan Eka dan Mira menyatakan bahwa kegemarannya menonton tayangan drama Princess Hours berawal dari keinginan mencari hiburan. “awalnya sih pengin nonton Princess Hours, karena kata Didi ceritanya lucu jadi menghibur banget, aku jadi penasaran buat nonton” (Eka, 26 Agustus 2008)** “ya pengin nonton aja yang lucu kan bisa mengibur diri, habis kalo kalo sinetron Indonesia menurutku enggak menghibur sama sekali deh.”(Mira, 01 September 2008)** * **
Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours karena rasa jenuh terhadap sinetron Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours karena untuk mencari hiburan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tingginya minat responden pada tayangan drama Korea Princess Hours dengan motivasi yang berawal dari kejenuhan pada sinetron memperlihatkan bahwa tayangan drama Korea, khususnya drama Korea Princess Hours merupakan alternatif baru bagi pemirsa televisi yang mulai jenuh dengan tayangan drama Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan sinetron.
c.
Rutinitas menonton tayangan drama Princess Hours Rutinitas menonton tayangan drama Korea Princess Hours menjadi salah satu ukuran dalam mengukur selektifitas. Rutinitas disini adalah keaktifan responden dalam mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours. Selanjutnya dari tinggi rendahnya keaktifan responden dalam menonton tayangan drama Korea Princess Hours akan mempengaruhi ketajaman penilaian mereka terhadapp isi dari tayangan tersebut. Dengan penayangan seminggu sekali pada penayangan perdana di televisi dan setiap Senin-Jumat pada penayangan kedua dan ketiga, hasil wawancara menunjukkan bahwa tidak semua responden mengikuti tayangan tersebut setiap episodenya. Mereka cenderung rutin menonton tayangan tersebut pada penayangan perdana di televisi namun pada penayangan kedua dan ketiga mereka cenderung jarang mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours karena waktu tayang yang bersamaan dengan waktu kuliah mereka. Alasan tersebut diantaranya dinyatakan oleh Didi, Esti dan Eka: “waktu tayang pertama kali sih aku selalu berusaha nonton setiap episodenya, tapi waktu tayang yang kedua dan ketiga kali aku hanya nonton kalo pas ga ada kuliah ato kegiatan lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
aja, walaupun sebenarnya masih pengin banget ngikutin setiap episodenya.” (Didi, 25 Agustus 2008) “sebenernya sih pengin nonton terus tiap episodenya pas tayang pertama sampe yang ketiga di tv, tapi yang kedua sama ketiga kalah sama kuliah, tapi kadang masih bisa nonton juga kalo nggak ada kuliah jam kosong gitu.” (Esti, 29 Agustus 2008) “kalo ngikutin tiap episodenya tu pas tayang perdana di tv aja, soalnya pas tayang kedua dan ketiga sering bentrok sama jadwal kuliah, jadi terpaksa nggak nonton deh.” (Eka, 26 Agustus 2008) d.
Penyediaan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Princess Hours Penyediaan waktu khusus untuk menonton akan menunjukkan penegasan adanya perhatian yang lebih terhadap tayangan drama Korea Princess Hours pada diri responden. Dari keenam responden yang peneliti wawancarai, sebagian besar menyatakan bahwa mereka menyediakan waktu khusus untuk menonton drama Korea Princess pada masa tayang perdananya. Diantaranya, Eka dan Didi, kedua mahasiswi berjilbab ini bahkan mempunyai cerita unik seputar keinginanya untuk tidak melewatkan satu episode pun dari drama ini. “waktu itu jadwal matrikulasiku dan Eka bentrok sama jadwal tayang Princess Hours, akhirnya aku bela-belain bolos kuliah sama Eka, dan sialnya ban motorku bocor di depan fakultas ekonomi, akhirnya kita nekat ngomong sama satpam disana minta channel tv diganti Indosiar, akhirnya kita nonton sambil duduk di tangga sampe selesai. Satpamnya sampai ketawa ketiwi lihat kita.”(Didi, 25 Agustus 2008)*
*
Berusaha menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Hanya dua orang dari responden yang tidak menyediakan waktu khusus atau waktu tersendiri untuk menonton tayangan itu. Seperti yang diungkapkan responden berikut ini: “kalau nonton di TV, menyediakan waktu khusus sih tidak, tapi biasanya kalo anak kos pada nonton, aku ikut nonton, tapi untungnya aku punya kopian VCDnya, jadi aku bisa lihat sewaktu-waktu.”(Mira, 01 September 2008)** “kalo aku, ga ada waktu khusus sih, karena kadang aku suka lupa juga, tapi kalo pas di kos suka diajak nonton ma anak kos, kadang kalo lupa nonton ya nyesel juga”(Danik, 01 September 2008)** Dari data yang diperoleh memperlihatkan bahwa responden menyukai tayangan drama Korea Princess Hours, walaupun tidak semua dari mereka menyediakan waktu khusus untuk menontonnya, yang diantaranya karena jam tayang yang bertabrakan dengan jadwal kuliah mereka. Hal diatas memperlihatkan kecenderungan responden yang menyatakan bahwa drama Korea Princess Hours adalah tayangan yang menarik. 4.
Penilaian Responden terhadap Tayangan Drama Princess Hours Penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours merupakan salah satu efek dari proses komunikasi, yaitu efek yang terjadi pada mahasiswa dari hasil menonton. Efek tersebut berupa bentuk penghargaan yang diberikan oleh mahasiswa, melalui unsur penilaian dan penghayatan. Dari tinggi rendah penilaian-penilaian yang diberikan pada unsur-unsur yang mendukung tayangan drama Korea Princess Hours dapat disimpulkan baik buruk apresiasi yang diberikan. Penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours dipengaruhi oleh proses selektifitas yang dilakukan, dimana lebih
**
Tidak menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
mengacu pada kondisi individu atau pada Psikologi Komunikasi lebih dikenal sebagai faktor-faktor personal. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor struktural dan fungsional yang terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Faktor struktural mengacu pada sifat tayangan sebagai stimuli fisik yang menerpa, sehingga menimbulkan efek-efek syaraf pada khalayak. Pada stimuli fisik bisa digali dari penilaian-penilaian menurut pandangan responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours sebagai suatu stimulus. a.
Penilaian tehadap pemain Sebagai pelaku atau pusat perhatian, seorang pemain selalu mempunyai sesuatu yang mejadi ciri khasnya sendiri. Tak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor yang memempengaruhi ketertarikan seseorang dalam menyaksikan tayangan sebuah drama adalah faktor pemain. Kelebihan yang dimiliki pemain, baik aktor maupun aktris, akan menjadi nilai tambah dari tayangan drama Korea Princess Hours dalam menarik penonton.
Penampilan fisik
pemain ternyata menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi responden. Hal ini mengingat tipikal fisik orang Korea yang berkulit putih, berbeda dengan rata-rata orang Indonesia yang berkulit sawo matang. Alasan tersebut jugalah yang membuat responden tertarik untuk menyaksikan tayangan drama Korea
Princess Hours di
Indosiar. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut: “menurutku pemainnya tu cakep-cakep, kulitnya putih-putih, secara fisik mereka ganteng dan cantik pula. Mereka rata-rata berpostur tinggi, walaupun sepintas tidak terlihat berbeda jauh dengan postur orang Indonesia sih. Tokoh Shin cocok banget diperanin sama Joon Ji Hoon, karena postur tubuhnya cocok banget dipakein baju resmi yang rata-rata model jas gitu. Yoon Eun Hye juga cocok meranin tokoh Chae Kyeong, sosok gadis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
ceria berwajah agak chubby dengan rambut dicepol.”(Didi, 25 Agustus 2008)* Salah satu responden, Eka mengungkapkan pendapatnya sambil sesekali tertawa mengingat pengalamannya: “menurutku kadang penampilan fisik mereka juga bisa mengacaukan emosi penonton, kayak misalnya tokoh Lee Yool adalah tokoh yang digambarkan licik tapi pemeran Lee Yool kan cakep, imut lagi, jadi aku nggak peduli, nggak bisa benci sama dia.”(Eka, 26 Agustus 2008)* Namun
penilaian
terhadap
pemain
tidak
melulu
soal
penampilan fisik mereka. Responden menilai kemampuan akting semua pemeran dalam tayangan drama Korea Princess Hours sangat pas untuk peran masing-masing. Kemampuan akting para pemain, terutama akting empat pemain utama, dinilai mumpuni oleh responden. Seperti apa yang diungkapkan responden berikut ini: “akting pemainnya kelihatan natural, apalagi kalo liat aktingnya aktor yang jadi pangeran Yool waktu nangis, menghayati banget. Kan nggak semua aktor bisa berakting sedih sama nangis dengan natural, liat aja sinetron Indonesia, aktornya rata-rata cuma modal tampang. Kalo lihat mereka akting nangis, kadang aku malah pengin ketawa.”(Esti, 29 Agustus 2008)** Dalam kesempatan lain, seorang responden menambahkan: “aku akui akting mereka bagus sih, Yoon Eun Hye sangat menghayati perannya sebagi gadis SMA yang ceria, padahal aku nonton dia di drama lain jadi gadis super tomboy pun menjiwai banget. Dia tu selalu bisa masuk ke peran yang dia bawakan, aku paling terkesan waktu dia akting nangis, natural banget, kadang aku sampai ikut nangis karean terbawa emosi.”(Risma, 03 September 2008)**
* **
Penilaian terhadap penampilan fisik pemain Penilaian terhadap kualitas akting pemain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Hal senada juga diungkapkan oleh responden lain: “iya, menurutku akting mereka bagus, karena kadang aku juga terbawa emosi, misalnya waktu adegan ibunya pangeran Yool memfitnah pangeran Shin, wah aku rasanya emosi banget, jadi benci banget sama dia.”(Mira, 01 September 2008) Dari hasil wawancara yang didapat responden menilai penampilan para pemain secara fisik bagus dan sesuai dengan peran yang mereka bawakan. Dari segi fisik, para pemain dinilai sesuai untuk membawakan peran mereka masing-masing. Sedangkan dari segi kualitas akting pun, para pemain dinilai sangat menghayati peran. Setiap pemain dinilai mampu menjiwai peran masing-masing, hingga terkadang mampu membawa penonton larut dalam emosi selama kegiatan menonton berlangsung.
b.
Penilaian terhadap jalan cerita Di dalam penyajian drama, setiap drama akan menonjolkan jalan atau isi cerita yang berbeda-beda. Jalan cerita merupakan inti dari setiap tayangan drama, dalam hal ini tayangan drama Korea Princess Hours. Jalan cerita yang dimaksudkan disini adalah apakah menarik, dapat diterima oleh akal sehat, dan yang terakhir apakah menurut responden jalan cerita dari drama Korea Princess Hours memang sesuai dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Rata-rata drama Korea memang mengambil tema seputar percintaan, pertemanan dan keluarga. Drama Korea Princess Hours dinilai mempunyai komposisi yang pas dalam meramu ketiga tema tersebut. Beberapa responden bahkan mengaku larut dalam cerita, sehingga seringkali larut dalam emosi ketika menonton tayangan drama Korea Princess Hours. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
“ walaupun aku nggak selalu nonton, tapi menurutku ceritanya bagus, masuk akal, nggak berlarut larut kayak sinetron. Drama ini tu ada kisah pertemanannya, keluarga dan yang pasti percintaan, tapi dikemas dengan menarik dan nggak lebay.”(Danik, 02 September 2008) Seorang responden bahkan terang-terangan mengungkapkan alasan kuatnya mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours adalah karena ceritanya. “aku suka Princess Hours karena ceritanya sangat menyentuh dan unik karena drama ini memadukan kehidupan di dalam kerajaan yang penuh tradisi dengan kehidupan modern. Jadi aku bisa tahu gimana kehidupan di lingkungan kerajaan sekaligus kehidupan sehari-hari orang Korea tu kayak apa.”(Didi, 25 Agustus 2010) Hal serupa juga diungkapkan oleh responden lain: “ceritanya unik banget, karena baru pertama kali ada drama Korea yang memadukan kehidupan kerajaan yang penuh adat tradisi dengan kehidupan modern yang cenderung lebih bebas. Seperti yang digambarkan dalam drama ini, Chae Kyeong, yang semula gadis dari keluarga biasa yang harus masuk ke lingkungan kerajaan dalam perjalanannya akan mengalami masalah seperti percintaan dan keluarga. Jadi asyik ngikutinnya, karena selalu bikin penasaran juga.”(Esti, 29 Agustus 2008) Dari apa yang diungkapkan responden, dapat disimpulkan bahwa responden tertarik dengan cerita drama Korea Princess Hours yang dinilai unik dan berbeda karena memadukan kehidupan kerajaan dengan kehidupan modern. Selain itu tema percintaan, pertemanan dan keluarga dinilai berhasil dikemas dengan menarik sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi responden untuk menonton drama Korea Princess Hours.
c.
Penilaian terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama Korea Princess Hours Secara umum selama berlangsungnya wawancara, responden dengan antusias mengungkapkan ketertarikannya terhadap unsur-unsur budaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
yang ada dalam drama Korea Princess Hours. Mereka mengungkapkan bahwa unsur-unsur budaya dalam drama tersebut tidak terkesan berat. Hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut dikemas dengan cerita yang ringan. Namun demikian, mereka berpendapat bahwa unsur-unsur budaya tersebut sangat terasa dan juga tergambar baik secara visual maupun audio. Satu hal yang menarik adalah bahwa responden tidak hanya mampu melihat dan merasakan unsur-unsur budaya yang terwujud dalam hal-hal yang konkret seperti: pakaian dan bentuk bangunan, namun juga hal-hal abstrak seperti adat istiadat dan budaya sopan santun yang berlaku di Korea. Beberapa pendapat mengenai unsur-unsur budaya yang bersifat abstrak yang ada dalam tayangan drama Korea Princess Hours diantaranya: “Unsur budayanya menurutku emang sukses memancing perhatian pemirsanya, nggak heran jadi banyak yang nonton. Aku seneng banget karena drama ini mengajarkan budaya sopan santun kepada orang tua, biar bagaimanapun orang tua, tapi mereka tetap orang tua. Dalam drama ini digambarkan betapa Yool, berbesar hati mengambil alih tanggung jawab atas kejahatan ibunya dan tetap menerima dan menyayangi ibunya. Hal ini menurutku bagus karena secara nggak langsung kan mengajarkan pada pemirsanya untuk selalu hormat dan menyayangi orang tua. Selain itu aku juga jadi tahu hal-hal lain, seperti kebiasan orang Korea untuk melepas alas kaki kalau masuk rumah, juga kebiasaan tidur di lantai tanpa tempat tidur.” (Risma, 03 September 2008)* Namun dari hasil wawancara, unsur-unsur budaya yang bersifat konkretlah yang paling menyita perhatian responden. Berbagai hal yang mendukung drama Korea Princess Hours baik secara audio maupun visual sangat mengena di hati responden, terutama jika dilihat dari segi nilai budayanya. Salah satunya adalah unsur penggunaan musik dalam drama Korea Princess Hours. Penggunaan musik dalam tayangan drama Korea *
Penilaian unsur budaya dalam wujud abstrak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Princess Hours selain dapat menghidupkan cerita, juga secara tidak langsung dapat memperkenalkan musik Korea kepada penonton. Beberapa responden merasa terkesan dengan unsur musik yang digunakan dalam drama Korea Princess Hours seperti yang diungkapkan oleh responden berikut ini: “musiknya tu beragam, kan memang rata-rata setiap drama Korea mempunyai banyak musik sebagai soundtrack. Musik di drama ini tu ada unsur musik tradisional Korea. Dalam satu adegan bahkan ada scene permainan alat musik tradisional Korea yang dimainkan untuk raja dan permaisuri. Pokoknya aku suka banget musiknya,aku sampai download soundtracknya. Beberapa ada yang aku pakai buat ringtone hp.”(Didi, 25 Agustus 2010)** Unsur-unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours juga dapat dilihat dari properti yang digunakan, seperti: kostum, dekorasi, maupun
adegan-adegan
dalam
tayangan
itu
sendiri.
Responden
mengungkapkan bahwa drama Korea Princess Hours sarat akan budaya Korea. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden: “Princess Hours tu banyak ya benda-benda bernilai budaya, yang paling menonjol sih bangunan tradisional Koreanya. Selain itu, ada puisi dan tarian juga. Aku amazed banget liatnya, jadi pengin ke Korea. Menurutku emang unsur budaya di drama ini memang jadi salah satu daya tarik drama ini.”(Esti, 29 Agustus 2008)** Pakaian tradisional Korea , yang disebut Han Bok pun juga menjadi salah satu cerminan budaya Korea yang seringkali menarik perhatian responden. “aku rasa unsur budaya dalam drama ini sukses banget memancing pemirsa untuk terus ngikutin. Banyak banget unsur budayanya, misal: pakaian tradisional yang dipakai dalam pernikahan, maupun yang dipakai sehari-hari oleh ibu suri dan permaisuri yang sangat menonjol secara tidak langsung juga memperkenalkan salah satu **
Penilaian unsur budaya dalam wujud konkret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
budaya Korea kepada penonton, apalagi drama ini kabarnya tayang di beberapa negara. Belum lagi berbagai macam bentuk sanggul yang dipakai wanita Korea dalam drama ini pastinya bisa menambah pengetahuan penonton juga tentang budaya Korea.” (Danik, 02 September 2008)** Apa yang diungkapkan oleh Danik, didukung oleh pernyataan responden lain sebagai berikut: “aku rasa drama ini berhasil memperkenalkan budaya Korea dengan kemasan drama yang ringan. Orang jadi penasaran dengan unsur budayanya, yang otomatis membuat orang pengin nonton terus. Drama ini tu unik karena pakaian tradisional, sanggul wanita Korea bisa diperkenalkan dengan cara yang menarik. Waktu Jang Geum memang ada juga hal-hal kayak gitu, tapi kan ya itu emang drama berlatar belakang sejarah, jadi wajar kalo ada Han Bok, nggak akan terlihat menonjol, tapi Princess Hours ini kan sebenarnya drama remaja, jadi hal-hal semacam itu akan mudah menarik perhatian penonton..”(Mira, 01 September 2008) Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa responden menilai bahwa drama Korea Princess Hours mempunyai unsur-unsur budaya yang sangat menonjol. Diantaranya dapat dilihat dari kostum yang juga menggunakan pakaian tradisional Korea atau biasa disebut Han Bok, sanggul tradisional Korea, dan juga bangunan tradisional Korea. Responden juga bahkan tidak melewatkan adat istiadat Korea yang ditampilkan dalam drama Korea Princess Hours, seperti: budaya sopan santun sebagai nilai budaya yang coba diperkenalkan kepada penonton. Dari pernyataan responden dapat disimpulkan pula bahwa unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours merupakan salah satu faktor mengapa drama ini menarik perhatian dan diterima dengan oleh responden.
**
Penilaian unsur budaya dalam wujud konkret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
d.
Penilaian terhadap keberhasilan drama Korea Princess Hours diterima oleh masyarakat Indonesia Beragam respon dan jawaban diperoleh menyangkut keberhasilan drama Korea Princess Hours diterima oleh masyarakat Indonesia. Beberapa responden bahkan mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Korea setelah menyaksikan tayangan drama Korea Princess Hours di Indosiar. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut ini: “menurutku drama Princess Hours sukses dalam mempromosikan budaya Korea karena khalayak yang menonton drama ini jadi tahu tentang budaya yang ada di Korea, bahkan jadi tertarik dengan budaya-budaya Korea. Nonton Princess Hours tu bikin aku jadi pengin pergi ke Korea. Unsur budaya di drama ini tu menarik dan membuat orang jadi penasaran untuk nonton.”(Danik, 02 September 2008) Apa yang diungkapkan Danik, serupa dengan apa yang diungkapkan responden lain berikut ini: “menurutku Princess Hours cukup berhasil memperkenalkan budaya Korea, khususnya kepada masyarakat Indonesia karena penonton secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan tentang tata cara dan nilai kehidupan masyarakat Korea, contohnya: aku jadi tahu tentang tata cara memberi hormat kepada orang yang lebih tua di Korea, menurutku caranya unik dan beda dengan tata cara memberi hormat di Indonesia. Belum lagi bangunan, pakaian dan musik tradisionalnya. Drama ini paket komplit banget buat mengenal budaya Korea. Wah jadi pengin ke Korea jadinya.”(Esti, 29 Agustus 2008) Pernyataan diatas juga didukung oleh pernyataan responden lain sebagai berikut: “menurutku drama ini sukses banget memperkenalkan budaya Korea, karena meskipun ditujukan untuk kalangan remaja, tapi kenyataannya drama ini juga merupakan tontonan keluarga, dimana semua orang bisa nonton. Unsur budayanya menarik untuk dilihat. Cerita yang unik dan ringan menurutku juga sangat membantu keberhasilan drama ini memperkenalkan budaya Korea karena unsur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
kebudayaannya ditata dan dikemas secara apik dan tidak rumit.”(Eka, 26 Agustus 2008) Dari hasil wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa responden menilai bahwa tayangan drama Korea Princess Hours
berhasil
memperkenalkan budaya Korea kepada penonton. Responden juga berpendapat bahwa faktor keberhasilan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia ialah karena drama tersebut mengandung banyak unsur-unsur budaya, namun unsur-unsur budaya tersebut dikemas dalam cerita yang ringan sehingga lebih mudah menarik perhatian penonton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dan dievaluasi dengan model analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tayangan drama Korea Princess Hours menampilkan empat unsur budaya universal, yang paling menonjol diantaranya adalah: sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, serta sistem teknologi dan peralatan. a. Sistem dan organisasi kemasyarakatan Drama Korea Princess Hours menggambarkan budaya Korea, dimana kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan sistem Patrilineal. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal tersebut digambarkan dalam satu adegan dimana seorang suami dengan memakai celemek bertindak sebagai “ayah rumah tangga”, dan sang istri sebagai pencari nafkah, karena sang suami tidak mempunyai pekerjaan. Sistem dan organisasi kemasyarakatan di Korea juga digambarkan dalam satu adegan dimana seorang menantu tidak menikah lagi walaupun suaminya telah meninggal. Sepeninggal sang suami, dia harus tetap mengabdi pada keluarga sang suami. Kenyataannya, memang begitulah budaya perkawinan yang berlaku di Korea.
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
b. Sistem pengetahuan Tayangan drama Korea Princess Hours menggambarkan bahwa sistem pendidikan di Korea, khususnya untuk tingkat Sekolah Menengah Atas, terdapat sekolah menengah khusus, seperti sekolah khusus seni yang mengklasifikasikan 3 macam jurusan,yakni: jurusan, film,tari dan seni rupa. c. Kesenian Terdapat berbagai wujud dari unsur kesenian Korea dalam tayangan drama Korea Princess Hours, diantaranya adalah: bangunan tradisional Korea, alat musik tradisional Korea, dan pakaian tradisional Korea yang biasa disebut Han Bok. Drama ini dalam satu adegan juga menampilkan museum teddy bear, yang menunjukkan bahwa Korea juga mengapresiasi dengan baik wujud seni budaya modern. Hal tersebut juga sekaligus mempromosikan museum yang benar-benar berdiri di pulau Jeju tersebut. d. Sistem teknologi dan peralatan Sistem teknologi dalam tayangan drama ini ditunjukkan dalam poster resmi dan juga beberapa adegan yang menggambarkan tokoh dalam drama tersebut sedang menggunakan handphone dengan bentuk flip, yang notabene merupakan bentuk khas handphone buatan Korea Sedangakan sistem peralatan di Korea diperkenalkan melalui peralatan sederhana yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Korea, yakni peralatan makan. Seperti yang tergambar dalam beberapa adegan, orang Korea makan dengan menggunakan sumpit. Sumpit tersebut terbuat dari besi, berbeda dengan sumpit orang Jepang yang terbuat dari kayu. Orang Korea juga biasa makan dengan berbagai jenis makanan yang ditaruh dalam beberapa wadah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
2.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal dibawah ini: a. Secara umum pengenalan responden terhadap tayangan drama Korea, pada umumnya dan drama Korea Princess Hours, pada khususnya, baik. Hal tersebut disebabkan oleh adanya selektifitas yang tinggi terhadap tayangan drama Korea pada umumnya dan drama Korea Princess Hours, pada khususnya. Indikasi baiknya pengenalan responden juga dapat terlihat dari perilaku menonton tayangan drama Korea, pada umumnya dan drama Korea Princes Hours, pada khususnya, serta penilaian-penilaian yang mereka berikan pada kualitas tayangan tersebut secara keseluruhan. b. Penilaian terhadap pemain drama Korea Princess Hours, baik. Hal tersebut teridentifikasi dari penilaian mereka terhadap para pemain, khususnya terhadap aktor dan aktris utama. Menurut responden para pemain secara fisik menarik, cocok dengan karakter peran yang mereka bawakan. Responden juga menilai bahwa para pemain mempunyai kualitas akting yang mumpuni, sehingga tak jarang akting pemain membuat responden larut dalam emosi selama kegiatan menonton berlangsung. c. Penilaian terhadap jalan cerita Berdasarkan hasil wawancara, responden menilai jalan cerita drama Korea Princess Hours unik, karena memadukan kisah kehidupan kerajaan dengan kehidupan modern. Selain itu, drama tersebut juga dinilai berhasil
mengemas tema percintaan, pertemanan dan
kekeluargaan dengan cerita yang ringan dan menarik. d. Penilaian terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama Korea Princess Hours ternyata baik. Responden menaruh perhatian yang tinggi terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam drama tersebut. Responden menilai bahwa unsur-unsur budaya dalam tayangan drama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Korea Princess Hours sangat menonjol. Hal tersebut terindikasi dari perhatian mereka terhadap unsur-unsur budaya dalam wujud konkret, seperti: pakaian tradisional (Han Bok), bangunan tradisional, serta alat musik tradisional Korea. Responden bahkan juga menaruh perhatian pada nilai-nilai sopan santun, sebagai unsur budaya dalam wujud abstrak yang coba diperkenalkan dalam drama ini. e. Responden menilai bahwa salah satu faktor mengapa drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia adalah karena drama ini mengemas beragam unsur budaya Korea dalam cerita yang ringan. Drama ini tidak terkesan berat walupun sarat akan unsurunsur budaya Korea. Unsur-unsur budaya Korea yang terkandung dalam drama tersebut berhasil memancing rasa penasaran responden untuk mengikuti drama Korea Princess Hours, dan bahkan membuat responden berkeinginan untuk pergi ke Korea. B.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Berhubung penelitian ini merupakan penelitian yag bersifat kualitatif, dimana interpretasi yang diberikan masih terkait dengan adanya subyektifitas dan kedalaman hasil penelitian masih sangat terbatas, maka untuk mendapatkan deskripsi yang luas dan lengkap dengan berbagai argumen dan dimensi yang lebih luas, perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan lain.
2.
Perlu adanya penambahan tayangan drama Korea di stasiun-stasiun televisi kita, mengingat sekarang ini hanya Indosiar saja yang intens menayangkan drama Korea.
3.
Drama produksi Indonesia (sinetron) sebaiknya berkaca pada tayangan drama Korea, yang tidak mempunyai jumlah episode yang terlalu panjang, namun isinya sarat dengan unsur-unsur budaya yang bersifat positif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Mengingat sekarang ini sinetron tengah menjamur di hampir semua stasiun televisi, namun secara umum sinetron tersebut minim kualitas dan juga kurang memberikan unsur-unsur budaya yang sifatnya positif kepada penontonnya.
commit to user