HUBUNGAN ANTARA TERPAAN DRAMA KOREA DI TELEVISI DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA PADA MAHASISWA UKSW OLEH YULI NOVITA SARI 802011007
TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
HUBUNGAN ANTARA TERPAAN DRAMA KOREA DI TELEVISI DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA PADA MAHASISWA UKSW
Yuli Novita Sari Jusuf Tjahjo Purnomo
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan drama Korea di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW. Sampelnya adalah para mahasiswa UKSW di kota Salatiga yang senang menonton drama Korea dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang menggunakan kriteria tertentu dengan jumlah sampel 240 responden. Alat ukurnya menggunakan skala kuesioner terpaan drama Korea (Ling dan Zhang, 2013) dan sikap terhadap produk Korea (Li, 2006). Teknik analisis datanya menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea.
Kata Kunci: terpaan drama Korea dan sikap terhadap produk Korea.
i
Abstract
This study aims to investigate the relationship between exposure to Korean dramas on television with attitudes toward Korean products on SWCU students. The sample is SWCU students in Salatiga who like to watch Korean dramas with sampling technique is purposive sampling is a sampling technique that uses specific criteria with a sample of 240 respondents. The data collection used are through questionnaire scale exposure (Ling dan Zhang, 2013) and attitude towards the Korean drama Korean products (Li, 2006). Data were analyzed using test the pearson correlation test. The results showed that there was a positive association between exposure to the Korean drama Korean attitudes toward the product.
Keywords: Korean drama exposure and attitudes toward Korean products.
ii
1
PENDAHULUAN Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya terpaan drama Korea di Televisi menyebabkan banyak kalangan terutama pada remaja memiliki perilaku yang meniru para artis Korea idola mereka di televisi, misalnya dari cara berdandan maupun cara untuk bertingkah laku sehari-hari seperti berbicara maupun gaya hidup. Perilaku imitasi tersebut dipengaruhi oleh terpaan media massa yaitu dalam hal ini adalah hasil dari menonton televisi drama Korea (Yoo, Jo dan Jung, 2014). Sikap remaja tersebut tercermin dalam perilaku imitasi yang meniru seperti dalam hal berpakaian, menyukai produk makanan, fashion Korea. Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa perilaku imitasi tercermin dalam sikap yang merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Myers (2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau tidak disukai oleh seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan bersikap kemudian tercermin dari perilaku. Sikap seseorang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya termasuk terpaan dalam menonton televisi atau media. Yoo, Jo dan Jung (2014) menyatakan bahwa dengan menonton drama seri Korea menjadikan seseorang bersikap positif (dalam arti memandang Korea sebagai negeri yang patut untuk dikunjungi) terhadap Korea, selanjutnya sikap positif tersebut berdampak pada perilaku seseorang akan mengunjungi Korea atau membeli produk buatan Korea.
Jadi apabila seseorang menonton drama seri
Korea maka akan berdampak pada sikap positif seseorang terhadap Korea dan berperilaku positif, seperti ia akan membeli produk Korea atau ingin mengunjunginya.
2
Bissel dan Chung (2009) menyatakan bahwa terpaan media menyebabkan tekanan budaya dan sosial berpengaruh terhadap ketertarikan seseorang akan sesuatu dan norma yang muncul.Terpaan media yang kuat akan membuat seseorang tertarik dengan budaya yang dilihatnya, maka akan berdampak pada perilaku seseorang dalam sehari-harinya. Moon dan Nelson (2008) menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara terpaan media, nilai budaya dan perilaku terhadap model perilaku atau sikap seseorang. Hal ini disebabkan semakin besar pengaruh terpaan media terhadap diri seseorang maka terpaan tersebut akan membuat aspek konatif dari diri seseorang meningkat dan akhirnya berdampak pada peningkatan perilaku atau sikap dimana seseorang akan semakin meniru dari model yang dieksplorasi oleh media tersebut. Jadi apabila terpaan media semakin besar mengindikasikan adanya pengaruh yang besar terhadap sikap seseorang karena keinginan untuk meniru dari tokoh di televisi atau model yang dieksplorasi semakin tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terpaan media berpengaruh terhadap sikap seseorang. Terpaan media yang dimaksud misalnya adalah melalui televisi, jadi apabila seseorang sering menonton televisi dengan intensitas menonton yang tinggi dalam arti sering menonton diatas rata-rata orang normal maka akan berdampak pada peningkatan perilaku untuk meniru model yang ada pada televisi tersebut. Hong dan Kim (2013) menyimpulkan bahwa adanya tekanan sosial dan budaya dari hasil globalisasi dan tontonan media yaitu drama Korea untuk mengubah budaya baru dalam masyarakat melalui tindakan imitasi. Penelitian Huessman (2003) menyatakan bahwa perilaku imitasi bisa terjadi karena pemirsa
3
televisi memiliki intensitas menonton terlalu tinggi. Jadi apabila semakin tinggi intensitas menonton televisi berarti mengindikasikan frekuensi yang semakin sering sehingga pemirsa akan semakin tinggi perilaku imitasinya. Sementara ini, penelitian Lee dan Bai (2010) menyimpulkan bahwa drama Korea memberikan dampak besar kepada para fans dari aktris Korea sehingga mereka cenderung untuk meniru idola mereka. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi rasa memiliki dari fans maka mereka akan semakin meniru perilaku idola mereka di televisi sehingga perilaku imitasinya tinggi. Wonkboonma (2009) menyatakan bahwa perilaku konsumen di Korea dipengaruhi oleh gelombang media massa Korea diantaranya drama Korea dan televisi merupakan bagian dari media massa. Apabila semakin tinggi terpaan dari media massa Korea (dalam arti penonton semakin sering melihat iklan televisi) maka akan menyebabkan konsumen semakin tinggi perilaku imitasinya. Televisi memberikan dampak besar pada perilaku pemirsanya. Hal ini disebabkan semakin tinggi terpaan televisi akan menyebabkan pemirsa mengikuti dari perilaku yang ada di televisi tersebut. Nelson et al. (2010) menyatakan bahwa sesuai dengan teori kultivasi bahwa media exposure (terpaan media) memiliki pengaruh kuat terhadap nilai dan ideologi, serta budaya seseorang. Jadi semakin kuat pengaruh terpaan media pada pemirsa maka akan semakin membuat seseorang memiliki nilai dan ideologi yang baik terhadap terpaan media tersebut. Apabila semakin kuat nilai dan ideologi positif terhadap terpaan media tersebut maka akan membuat seseorang meniru perilaku yang ada pada model media tersebut.
4
Paterson (2014) menyatakan bahwa adanya interaksi atau hubungan yang kuat antara media dengan pemirsa. Jadi semakin tinggi intensitas menonton televisi maka pemirsa televisi akan semakin terpengaruh oleh hal yang diberitakan dalam televisi tersebut atau yang dilihatnya. Hal ini juga didukung oleh Christian dan David (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara terpaan media dengan perilaku atau sikap pemirsa. Jadi apabila semakin tinggi terpaan media mengindikasikan bahwa ada intensitas atau tingkat keseringan dalam menonton (kriterianya adalah menonton diatas rata-rata tontonan televisi orang normal diatas 30 jam seminggu). Apabila semakin sering menonton televisi berarti menunjukkan televisi atau media tertentu menjadi referensi utama bagi pemirsa dan dengan tingkat durasi yang semakin tinggi dalam menonton televisi dan pengaruh isi dari televisi tersebut maka akan membuat pemirsa menjadi terpengaruh dari model media yang ada tersebut dan meningkatkan perilaku imitasi pemirsa terhadap televisi. Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak orang tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak dengan televisi, seseorang belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya. Apabila semakin sering remaja menonton drama korea maka akan semakin tinggi kecenderungan sikapnya untuk meniru (Bissel dan Chung, 2009). Dari uraian diatas peneliti merasa perlu mengangkat permasalahan diatas untuk diteliti lebih jauh serta untuk melihat bagaimana hubungan antara maraknya
5
terpaan drama korea di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW. Untuk itu peneliti akan melaksanakan penelitian terkait fenomena tersebut di Universitas Satya Wacana Salatiga yang merupakan salah satu universitas yang memiliki banyak mahasiswa dan mahasiswi yang menggemari drama Korea. Berdasarkan pada hasil observasi peneliti diketahui bahwa mahasiswa UKSW khususnya FEB lebih banyak menggemari drama korea dibandingkan fakultas lain maka ini yang menjadi dasar peneliti memilih obyek tersebut (diketahui berdasarkan survey peneliti). Peneliti memilih lokasi tersebut untuk melihat apakah fenomena yang diuraikan diatas juga menimpa para mahasiswa UKSW di kota Salatiga. Jadi penelitian ini akan menganalisis hubungan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW.
Sikap terhadap Produk Korea Myers (2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau tidak disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan bersikap. Sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Proses asimilasi budaya terjadi
6
ketika individu mengadopsi nilai, sikap atau perilaku dan budaya sebelumnya sehingga akan berdampak pada sikap dan keyakinannya. Jin dan Lutz (2013) menyatakan bahwa sikap terhadap objek akan mewakili evaluasi atau respon dan melibatkan memory seseorang. Baron (2000) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi mengenai berbagai aspek dalam kehidupan sosial dimana individu mempunyai reaksi setuju atau tidak setuju mengenai sebuah masalah, ide, individu lain, kelompok sosial, dan obyek. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengartikan sikap sebagai evaluasi individu, yang diperoleh dari pengalaman, mengenai berbagai obyek yang ditunjukkan dalam bentuk respon kesetujuan atau ketidaksetujuan. Obyek sikap yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah segala sesuatu yang berarti (exist) bagi individu. Pada penelitian ini akan difokuskan pada sikap mahasiswa UKSW terhadap produk Korea dalam hal ini akan diukur dengan pengukuran sikap menurut Michel dan Olson (1981). Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif (keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), dan konatif (perilaku): 1. Aspek kognitif: Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sesuatu yang telah terpolakan dalam pikiran. Yang termasuk dalam aspek kognitif adalah pengetahuan (knowledge) dan kepercayaan (belief). 2. Aspek afektif: Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Banyak dipengaruhi oleh
7
kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. Yang termasuk dalam aspek afektif adalah kesenangan (pleasure), keinginan (arousal) dan dominasi (dominance). 3. Aspek konatif: Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku belum tentu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai. Yang termasuk dalam aspek konatif adalah perubahan ketertarikan merk (brand interest change), intensi pembelian (purchase intenntion). Definisi operasional dari sikap terhadap produk Korea adalah evaluasi mengenai berbagai aspek dalam kehidupan sosial dimana individu mempunyai reaksi terhadap produk Korea yaitu produk fashion atau baju, kosmetik, barang elektronik, makanan dan mobil. Produk Korea pada penelitian ini difokuskan pada produk fashion atau baju, barang elektronik, makanan dan mobil sesuai dengan yang dikemukakan oleh penelitian Li (2006). Alasan digunakannya teori sikap sesuai dengan Michel dan Olson (1981) yang dimodifikasi untuk penelitian ini adalah karena teori tersebut relevan dengan sikap terhadap produk Korea.
8
TERPAAN DRAMA KOREA Dalam rangka memahami terpaan media ada dua perspektif yang dapat digunakan yaitu selective uses dari mass media dan media exposure dari mass media. Selective uses dari mass media memiliki fokus pada motivasi penonton dalam menggunakan media massa (Katz et al, 1999) seperti pada teori gratifikasi Katz. Sedangkan media exposure mengasumsikan bahwa orang akan cenderung pasif untuk menerima persepsi dari isi media, tanpa memiliki motivasi secara aktif dalam media tersebut. Jadi penonton akan secara mudah dipengaruhi oleh komunikasi media massa tersebut (Severin dan Tankard, 2001). Terpaan media menurut Shore (1985) dalam Hakim (2010) adalah kegiatan mendengarkan, melihat, membaca pesan media massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan dari media tersebut, yang dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok. Pada konteks media komunitas, terpaan dapat dikatakan sebagai keterbukaan atau Exposure kepada khalayak dari media massa (Sears and Freedman,1967). Menurut Ardianto dalam Hakim (2010) terpaan drama yang dimaksud adalah frekuensi penggunaan televisi mengumpulkan data khalayak mengenai berapa kali sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu, berapa kali dalam seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan, berapa kali sebulan seseorang menonton televisi dalam setahun, lalu pengukuran variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (menonton televisi normal dalam seminggu adalah 30 jam). Sehingga hal tersebut berkaitan dengan motif khalayak dalam menggunakan media televisi dimana motif terpaan
9
media televisi merupakan perlakuan individu untuk memenuhi kebutuhan mereka atas dasar motif tersebut. Definisi operasional dari terpaan drama korea pada penelitian ini adalah persepsi responden mengenai terpaan umum, isi dan intensitas dalam arti durasi menonton televisi drama korea. Terpaan drama korea di televisi diukur dengan indikator pertanyaan tentang media exposure sesuai dengan yang dikembangkan oleh Ling dan Zhang (2013), yaitu General exposure (terpaan umum), Intensity watching Korea drama TV (Intensitas menonton drama korea di televisi). Fokusnya adalah pada intensitas dan frekuensi.
Metode Penelitian Partisipan Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para mahasiswa FEB UKSW registrasi ulang semester 2/2014-2015, data diambil terakhir tanggal 11 Februari 2015. terdiri dari 3 progdi jurusan manajemen, akuntansi, dan pengembangan total mahasiswa yang masih aktif dan dari semua kaprogdi ekonomi dan bisnis diambil 240 sebagai sampel penelitian. Tahap pertama sebelum melakukan penelitian adalah peneliti perlu untuk memahami tempat di mana penelitian akan dilakukan, penentuan subyek penelitian, serta mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan jalannya penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan di FEB UKSW selama 10 hari.
10
Penentuan partisipan dalam penelitian ini mengunakan teknik purposive sampling, (Sugiyono, 2010: 63). yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan kriteria tertentu yaitu dengan kriteria mahasiswa Satya Wacana fakultas Ekonomika dan Bisnis yang gemar menonton Drama Korea. Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah 10% dari jumlah populasi, sesuai dengan jumlah sampel yang dianggap layak untuk mewakili sebuah populasi. Populasinya adalah 2392 mahasiswa Satya Wacana fakultas Ekonomika dan Bisnis karena untuk memenuhi syarat 10% maka sampelnya ditentukan 240 orang mahasiswa Satya Wacana Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Instrumen Penelitian Instrumen skala sikap terhadap produk Korea merupakan modifikasi dari Li, (2006) terdiri dari komponen sikap yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban. Sikap terhadap Korea merupakan persepsi partisipan terhadap ketiga aspek sikap yang ada. Misalnya : Saya percaya bahwa produk kosmetik Korea lebih baik daripada produk Indonesia (aspek kognitif). Saya tidak akan beralih pada merk lain ketika membeli baju model Korea (aspek konatif). Saya merasa sangat senang
dengan
produk
otomotif Korea (aspek afektif) . Instrumen terpaan media korea di televisi diukur dengan: delapan pertanyaan tentang media exposure sesuai dengan yang dikembangkan oleh Ling dan Zhang (2013), misalnya: Seberapa sering menonton televisi drama ini setiap episodenya secara rutin dari senin hingga jumat (aspek terpaan umum). Saya
11
jarang melihat drama Korea di televisi pada akhir minggu (aspek intensitas menonton).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Daya Beda Item Hasil uji validitas alat ukur dapat dilihat pada Lampiran. a.
Skala Sikap terhadap produk Korea Pada skala Sikap terhadap produk Korea diperoleh 24 item valid dan tidak ada item gugur dengan menggunakan bantuan SPSS 13.0 diperoleh rentang r hitung antara 0.329 sampai dengan 0.698.
b.
Skala Terpaan Drama Korea Pada skala Terpaan Drama Korea diperoleh 32 item valid dan item gugur sebanyak 12 item dari 44 item dan dengan menggunakan bantuan SPSS 13.0 diperoleh rentang r hitung antara 0.176 sampai dengan 0.601.
Hasil Uji Reliabilitas Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Cronbach alpha
Sikap terhadap produk Korea
0.912
Terpaan Drama Korea
0.879
12
a.
Skala Sikap terhadap produk Korea Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk Sikap terhadap produk Korea memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,912 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan reliabel atau diterima.
b.
Skala Terpaan Drama Korea Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk Terpaan Drama Korea memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0,879 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan diterima atau reliabel.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas yaitu uji sebaran variabel penelitian untuk mengetahui apakah dalam suatu sampel berdistribusi normal atau tidak. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed) a. Test dis tribution is Normal. b. Calculated from data.
Sikap_thd_ produk_korea 240 69,7583 11,31371 ,087 ,087 -,070 1,347 ,053
Terpaan_ drama_korea 240 183,1792 21,21373 ,122 ,075 -,122 1,489 ,052
13
Nilai untuk hasil K-S Z sebesar 1,347 dengan probabilitas signifikansi 0,053 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel sikap terhadap produk korea terdistribusi secara normal. Sedangkan uji normalitas terpaan drama korea memiliki nilai K-S Z sebesar 1,489 dengan probabilitas signifikansi 0,052 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini terdistribusi secara normal. Distribusi normal artinya data penelitian ini memiliki kurva normal dari semua jumlah data yang valid. Untuk uji linearitas diperoleh nilai F linear sebesar 25,570 dengan probabilitas (sig) sebesar 0,000 < 0,05 artinya hubungan antara sikap terhadap produk korea dan terpaan drama korea adalah linear. Tabel 3. Hasil Uji Linearitas ANOVAb Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 2967,850 27624, 134 30591, 983
df 1 238 239
Mean Square 2967,850 116,068
F 25,570
Sig. ,000a
a. Predict ors: (Constant), Terpaan_drama_korea b. Dependent Variable: Sikap_thd_produk_korea
Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan analisis data menggunakan program SPSS. Pengujiannya menggunakan teknik korelasi Product Moment. Uji ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea.
14
Tabel 4. Data Deskriptif Descriptive Statistics N Sikap_thd_produk_korea Terpaan_drama_korea Valid N (listwise)
240 240 240
Minimum 46,00 85,00
Maximum 96,00 219,00
Mean 69,7583 183,1792
Std. Deviation 11,31371 21,21373
Tabel 4. menjelaskan statistik deskriptif terhadap skor partisipan. Peneliti kemudian membagi skor tiap skala menjadi 5 kategori dimulai “sangat rendah” sampai dengan “sangat tinggi” menggunakan rumus kategorisasi jenjang (Azwar, 2012). Tabel 5. Menunjukkan jumlah partisipan di tiap kategori untuk masing-masing variabel: (Sugiyono, 2010:81) Tabel 5. Kategorisasi No Kategori
Sikap terhadap produk
Terpaan drama korea
korea F
Mean
%
F
Mean
% 12.92%
1
Sangat tinggi
15
91.5
6.25%
31
98.5
2
Tinggi
61
81.5
25.42%
97
125.5 40.42%
3
Sedang
75
71.5
31.25%
61
151.5 25.42%
4
Rendah
48
61.5
20%
32
179.5 13.33%
5
Sangat rendah
42
51.5
17.5%
19
206.5 7.92%
Dilihat dari nilai deskriptifnya untuk sikap terhadap produk Korea memperoleh kecenderungan berada di sedang dan tinggi dan untuk terpaan
15
drama korea juga berada di kecenderungan sedang dan tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya sikap positif responden terhadap produk korea dan terpaan drama korea. Untuk nilai mean masing-masing variabel dalam kategori sangat tinggi hingga sangat rendah dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Correlations
Sikap_thd_produk_korea
Terpaan_drama_korea
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Sikap_thd_ produk_korea 1
Terpaan_ drama_korea ,311** ,000 240 240 ,311** 1 ,000 240 240
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea menunjukkan bahwa nilai r korelasi sebesar 0,311 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 atau p<0,01. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif dengan sifat hubungan rendah (Sugiyono, 2010:231) antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea. Artinya ada hubungan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea.
16
PEMBAHASAN Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara terpaan drama Korea dengan sikap terhadap produk Korea. Jadi semakin tinggi terpaan drama Korea maka akan semakin meningkatkan sikap positif terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW dan sebaliknya semakin rendah terpaan drama Korea maka akan semakin menurunkan sikap positif terhadap produk Korea. Dalam artian jika remaja semakin sering dan intensif dalam menonton drama korea yang diukur dengan terpaan umum pemirsa terhadap drama di televisi, semakin banyak episode drama Korea yang ditonton, maka akan menjadikan sikap mereka terhadap korea semakin positif atau semakin baik dilihat dari aspek kognitif, aspek afektif dan konatif. Jadi mereka akan cenderung untuk membeli produk korea seperti kosmetik, baju atau fashion, aksesoris maupun produk lain seperti tas dan mobil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yoo, Jo dan Jung (2014) yang menyatakan bahwa dengan menonton drama seri Korea menjadikan seseorang bersikap positif terhadap Korea, selanjutnya sikap positif tersebut berdampak pada perilaku seseorang akan mengunjungi Korea atau membeli produk buatan Korea. Jadi apabila seseorang menonton drama seri Korea maka akan berdampak pada tindakan atau sikap seseorang terhadap Korea, seperti ia akan membeli produk Korea atau ingin mengunjunginya, sehingga dapat dikatakan semakin menarik drama Korea di televisi maka akan membuat sikap pemirsa televisi tersebut untuk semakin positif terhadap produk Korea dalam arti
17
jika televisi memiliki pengaruh positif pada pemirsa maka logikanya akan membuat pemirsa televisi untuk semakin menyukai produk Korea. Hal ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bissel dan Chung (2009) yang menyatakan bahwa terpaan media menyebabkan tekanan budaya dan sosial berpengaruh terhadap ketertarikan seseorang akan sesuatu dan norma yang muncul. Terpaan media yang kuat akan membuat seseorang tertarik dengan budaya yang dilihatnya, maka akan berdampak pada perilaku seseorang dalam sehari-harinya. Moon dan Nelson (2008) juga menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara terpaan media, nilai budaya dan perilaku terhadap model sikap atau perilaku seseorang. Hal ini disebabkan semakin besar pengaruh terpaan media terhadap diri seseorang maka terpaan tersebut akan membuat aspek konatif dari diri seseorang meningkat dan akhirnya berdampak pada peningkatan sikap atau perilaku dimana seseorang akan semakin meniru dari model yang dieksplorasi oleh media tersebut. Jadi apabila terpaan media semakin besar mengindikasikan adanya pengaruh yang besar terhadap sikap seseorang karena keinginan untuk meniru dari tokoh di televisi atau model yang dieksplorasi semakin tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terpaan media yang positif berpengaruh terhadap sikap seseorang. Terpaan media yang dimaksud misalnya adalah melalui televisi, jadi apabila seseorang sering menonton televisi dengan intensitas menonton yang tinggi maka akan berdampak pada peningkatan perilaku atau sikap untuk meniru sikap dari model yang ada pada televisi tersebut.
18
KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea. Hubungannya rendah sesuai tabel kategorisasi buku Sugiyono (2010) karena termasuk dalam rentang antara 0,20 – 0,399.
SARAN Sedangkan saran yang dapat dikemukakan pada penelitian ini antara lain adalah: 1.
Sebaiknya dalam melakukan penelitian tentang produk Korea dimasa mendatang dapat dilakukan perbandingan beberapa universitas sehingga hasilnya lebih dapat digeneralisasikan serta secara spesifik meneliti tentang produk Korea misalnya hanya khusus kosmetik Korea atau baju Korea saja.
2.
Pada penelitian serupa dimasa mendatang dapat ditambahkan variabel lain yang mempengaruhi sikap terhadap produk korea, seperti pengaruh teman, kerabat atau keluarga.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.. Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. S. (2000). Arousal, Capacity, and Intense Indoctrination. Personality and Social Psychology Review, 2000, 4(3), 238–254. Bissel, K.L, Jee Young Chung. (2009). Americanized beauty? Predictors of perceived attractiveness from US and South Korean participants based on media exposure, ethnicity, and socio-cultural attitudes toward ideal beauty. Asian Journal of Communication, 19 (2), 227-247. Brandon, P. (2001). Social Phycology. New York: McGraw Hill. Carveth, R. and Alexander, A. (1985). Soap opera viewing motivations and the cultivation process. Journal of Broadcasting & Electronic Media, 29, 259273. Christian, E.P., and David N. H. (2012). Does Television Personalise Voting Behaviour? Studying the Effects of Media Exposure on Voting for Candidates or Parties. ISSN 0080–6757 Doi: 10.1111/j.14679477.2011.00284. Ghozali, I. (2006). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip. Jin, H. S. and Richard J. Lutz. (2013). The Typicality and Accessibility of Consumer Attitudes Toward Television Advertising: Implications for the Measurement of Attitudes Toward Advertising in General. Journal of Advertising, 42(4), 343–357. Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset. Homer, M. P. (2000). Dimensions of Temperament: Affect Intensityand Consumer Lifestyles.California: Journal of Psychology, 9(4), 231–242 Hong, S. and C.H.Kim. (2012). Surfing the Korean wave A postcolonial critique of the mythologized middlebrow consumer culture in Asia. Qualitative Market Research: An International Journal, 16 (1), 53-75.
20
Huessman, L. R. (2003). Imitation and the Effects of Observing Media Violence on Behavior. Perspectives on Imitation: From Cognitive Neuroscience to Social Science. Cambridge, MA: MIT Press. Kim, Y. and Jihye Kim, Jungki Park and Youjin Choi. (1999). Evaluating media exposure: an application of advertising methods to publicity measurement. Corporate Communications: An International Journal, 4 (2), 98–105. MCB University Press · ISSN 1356-3289. Lee, S.J. and Bai: (2010). A Qualitative Analysis of the Impact of Popular Culture on Destination Image. International CHRIE Conference-Refereed Track. Paper 1. http://scholarworks.umass.edu/refereed/CHRIE_2010. Ling, Qi and Sid Xin Zhang. (2013). A Correlation Study on Chinese Young Female Audiences’ Exposure to American TV Drama, Perceived Realism, and Sex-related Effects. Award-winning Student Paper series, 1-31. Mitchell, A. A. and Olson, J. C. (1981). Are product attribute beliefs the only mediator of advertising effects on brand attitude? Journal of Marketing Research, 18, 318-332. Moon, S.J, Michelle R. Nelson. (2003). Exploring the influence of media exposure and cultural values on Korean immigrants’ advertising evaluations. World Advertising Research Center Journal, 1 (3), 53-59. Myers, J. E. 2006. Understanding and counseling Korean Americans: Implications for training. Counselor Education & Supervision. 37 (1), p35. Nelson, L. C. (2010). Watching, Scheming, and Drinking: The Relationships Among Television Exposure, Vengefulness, and Alcohol Use. Journal of Phsycology No 1, Vol 2. Paterson, J.G. (2014). How Use of Screen Media Affects the Emotional Development of Infants. Primary Health Care Journal. 24 (2), 1-15. Pop, C.A, Andreea C.P., Sebastian Pintea, Andreea Peca, Ramona Simut, Bram Vanderborght dan Daniel O.Davi. (2012). Imitation and Social Behavior of Children with ASD in Interaction with Robonova. A Series of Single Case Experiments. Department of Clinical Psychology and Psychotherapy, Babes-Bolyai University.
21
Putri, A. (2009). Popular Culture. Yogyakarta: Andi Offset. Record, Rachael A. (2011). Cultivating Miracle Perceptions: Cultivation Theory and Medical Dramas. University of Kentucky. Sarwono, S. W. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Severin, W. and Tankard, J. (2001) Communication Theories: Origins, Methods, and Uses in the Mass Media. New York, NY: Longman. Sugiarto. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia. Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. Visesnith, E. (2009). The Impact of Korean Television Dramas on Thai Society A case Study In Bangkok. Master of Art Program Korean Studies. Chulalongkom University. Thailand. Woonkboonma, C. (2009). Consumer Behavior and Factor as Influenced by Korean entertainment media of teenagers in Meuang District, Chiangmai Province. Chiang Mai University. Yoo, Jae-Wong, Samsup Jo and Jaemin Jung. (2014). The Effects of Television Viewing, Cultural Proximity and Ernocentrism on Country Image. Social Behavior and Personality Journal, 42(1), 89-96. MAOFOFREEC TA NINDT HENOSMITE