Analisis Kecenderungan Pola Gramatikal Puisi-Puisi Korea dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Korea untuk Orang Asing
Kristanti, Rura Ni Adinda
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai analisis kecenderungan pola gramatikal puisi-puisi Korea dalam buku teks pelajaran bahasa Korea untuk orang asing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Analisis konstituen yang diterapkan pada puisi-puisi tersebut memperlihatkan hasil sebagai berikut, pertama predikat sebagai unsur utama kalimat. Kedua, kesatuan kalimat terpisah disesuaikan dengan keindahan bentuk. Ketiga, bentuk akhiran yang beragam. Keempat, penghilangan unsur pembentuk kalimat atau frasa. Kelima, unsur pembentuk gramatikal yang hampir sama dari beberapa larik dalam beberapa puisi. Selain itu, sebagian besar puisi-puisi ini masih mempertahankan struktur dan pola sintaksis standar, sehingga bisa digunakan dalam pemelajaran tata bahasa.
Abstract
This study analyzes the grammatical pattern tendency found in the poems used in Korean Language textbooks for foreign learners. The study utilizes qualitatitive method and descriptive design. Constituent analysis applied in the analysis of the poems shows that: predicate is the sentence’s main element, the unity of the sentences is made in line with the poems’ aesthetic forms, there are various forms of ending, there are omissions of elements that form a sentence or phrase, and there are grammatical elements that are similar in several lines of the poems. Moreover, most of the poems keep the standard structure and pattern of syntax in order to facilitate the learning of Korean grammar.
Keywords: Constituent analysis; grammatical pattern ; korean poem; morphology; stylistic;syntax; textbook
Pendahuluan Bahasa merupakan sebuah sistem yang teratur. Keteraturan itu terwujud dengan memiliki satuan-satuan. Urutan satuan-satuan bahasa dari yang kecil seperti fonem, morfem, kata, frasa,
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
2
klausa, kalimat, hingga wacana. Kemampuan seseorang menggunakan bahasa mencakup kemampuannya dalam menyusun satuan-satuan ini menjadi padu, sehingga bisa mengekspresikan apa yang ingin dia ungkapkan. Proses seseorang dalam belajar bahasa disebut pemelajaran bahasa. Proses ini adalah proses belajar bahasa (umumnya bahasa yang dipelajari secara formal di sekolah atau bahasa asing) yang dialami oleh seorang anak atau orang dewasa setelah ia menguasai bahasa pertama (Kushartanti et al., 2007). Setelah seseorang menguasai bahasa pertama, kemampuan berbahasa akan terus berkembang sampai ke tingkat kemampuan menyusun kalimat, memahami atau mengungkapkan makna suatu kata atau kalimat dan kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam konteks sosial. Ketika seseorang belajar bahasa asing pun, proses-proses pemelajaran tersebut di atas juga harus dilewati. Menurut penjelasan dalam buku Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (2007), salah satu faktor yang berperan penting dalam pemelajaran bahasa asing adalah faktor psikologis, diantaranya yaitu proses intelektual yang melibatkan pemahaman struktur gramatikal dan aturan-aturannya. Perbedaan aturan struktur gramatikal biasanya menjadi salah satu kendala dalam memahami bahasa asing. Perlu adanya adaptasi dan pemahaman yang lebih dalam pada perbedaan yang ada. Ketika seseorang sudah bisa memahami pola kalimat dari sebuah bahasa, proses pemelajaran akan berlanjut dengan menghadapi berbagai bentuk variasi dari penggunaan bahasa. Seorang pemelajar pemula akan mengikuti dan berpatokan pada aturan tata bahasa standar yang telah diajarkan. Pemelajar akan memahami kalimat demi kalimat dalam wacana dengan berpatokan pada pengetahuan tentang pola kalimat standar yang telah ia pelajari. Dilihat dari fungsi bahasa, menurut Leech (dalam Kushartanti et al,, 2007) ada beberapa jenis wacana, salah satunya yaitu wacana estetik. Wacana estetik merupakan wacana yang berusaha menyampaikan pesan dengan menekankan pada keindahan dari pesan, contohnya adalah puisi. Puisi
merupakan bentuk pengekspresian dari seseorang dengan menggunakan bahasa.
Sudjiman (1993:1) mengatakan bahwa, “dengan menggunakan tanda atau lambang yang dapat didengar (bunyi bahasa) atau dilihat (huruf), pencerita menyampaikan apa yang dipikirkan atau dirasakannya dengan ragam bahasa yang khas, yaitu ragam bahasa sastra”. Akan tetapi, ada yang membedakannya dari bahasa yang digunakan dalam komunikasi secara umum. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra, khususnya puisi, diupayakan mampu menghasilkan efek emotif tertentu. Aminuddin (1995:43) mengungkapkan bahwa, “efek
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
3
emotif tersebut antara lain merujuk pada kemampuan paparan teks sastra dalam membangkitkan citraan, suasana, maupun ajukan emosi tertentu bagi penanggapnya”. Perbedaan penggunaan bahasa ini bisa tampak pada perbedaan pola gramatikal yang digunakan pada wacana puisi. Pola yang digunakan terkadang taat pada pola standar, tapi terkadang juga tidak mengikuti pola standar. Hal ini terjadi bukan karena penyair tidak memiliki kemampuan tata bahasa standar. Akan tetapi inilah yang disebut licentia poetica. Menurut Sudjiman (1993:19), “licentia poetica diartikan sebagai kewenangan yang diberikan oleh masyarakat (atau dirinya sendiri) kepada sastrawan untuk memilih cara penyampaian gagasannya dalam usaha menghasilkan efek yang diinginkan”. Penyair mengkomunikasikan pesannya dengan caranya atau yang sering disebut gaya penulisan (style). Akan tetapi, perbedaan penggunaan bahasa pada puisi dalam bahasa asing khususnya bagi pemelajar pemula yang memiliki pengetahuan akan tata bahasa yang standar akan menjadi kendala. Pemelajar akan mengalami kebingungan dalam mengerti isi dari wacana tersebut. Salah satu cabang ilmu linguistik yang meneliti tentang penggunaan bahasa pada wacana karya sastra adalah stilistika. Menurut Thornborrow dan Wareing (1998). analisis stilistika pada sebuah teks mengijinkan kita untuk menguji bagaimana cara kerja sebuah teks, yaitu dengan menganalisis teks dari setiap komponen pembangunnya dan memahami bagaimana komponen itu menjadi kesatuan teks. Cara melaksanakan analisis stilistika salah satunya dengan menganalisis dari segi struktur gramatikal unsur pembangun karya sastra tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan analisis konstituen, yaitu menyusun satuan bahasa berdasar struktur pembentuknya sampai ke tingkat konstiuen yang tidak bisa dibagi lagi (Kooij, 1994). Penelitian ini akan menerapkan analisis konstituen pada satuan-satuan bahasa pembangun wacana puisi. Hasil yang diperoleh adalah pola struktur gramatikal puisi, dengan begitu kita bisa tahu apakah ada perbedaan dengan pola standar. Pada proses pemelajaran bahasa Korea, terdapat pengenalan akan ragam wacana berupa puisi. Puisi-puisi yang pernah dikenalkan dan terdapat dalam buku teks pelajaran merupakan puisipuisi pilihan yang merepresentasikan kekhasan puisi Korea. Selain itu juga disesuaikan dengan kemampuan bahasa yang dimiliki pembelajar yang dirasa cukup untuk memahami jenis puisi yang ada. Tentunya juga puisi yang dipilih dalam buku teks pelajaran ditujukan tidak hanya untuk dinikmati sebagai sebuah karya sastra, tapi juga untuk membantu pemelajar dalam memahami bahasa yang dipelajari. Analisis terhadap pola gramatikal yang dipakai dalam puisi tidak hanya membantu dalam pemahaman yang lebih baik terhadap puisi, yang
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
4
bisa juga membantu saat di kelas khusus pemahaman puisi. Kegiatan ini juga merupakan penerapan ilmu linguistik yang pernah dipelajari sebelumnya dan menambah pemahaman akan tata bahasa. Berangkat dari hal ini, penulis merasa tertarik untuk mengidentifikasi pola gramatikal yang dipakai pada jenis wacana puisi Korea yang ada dalam buku teks pelajaran bahasa Korea untuk orang asing. Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu, bagaimanakah struktur gramatikal puisi-puisi Korea dalam buku teks pelajaran bahasa Korea untuk orang asing jika dilihat dengan analisis konstituen? Permasalahan yang kedua adalah bagaimana kecenderungan pola gramatikal puisi-puisi Korea dalam buku teks pelajaran bahasa Korea untuk orang asing? Sesuai rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui struktur gramatikal dan kecenderungan pola gramatikal puisi-puisi Korea yang terdapat dalam buku teks pelajaran bahasa Korea untuk orang asing. Selain itu penelitian ini tidak hanya diharapkan memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan, yaitu membantu pemelajar bahasa Korea memahami struktur dan pola gramatikal puisi Korea, tapi juga bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya. Puisi yang menjadi objek analisis adalah 9 puisi yang terdapat pada buku teks Hangugeo 3 dan 4 terbitan Moonjinmedia yang merupakan buku teks Language Education Institute Seoul National University. Kesembilan puisi itu adalah 엄마야 누나야 (eomaya nunaya/ Oh ibu, oh kakak) karya Kim So Wol, 옹달샘 (ongdalsaem/ Mata Air Kecil) karya Yoon Seok Jung, 고향의 봄 (kohyangeui bom/ Musim Semi di Kampung Halaman) karya Lee Won Soo, 꽃 (kkot/ Bunga) karya Kim Choon Soo, 하늘 (haneul/ Langit) karya Thoma De France, 저녁에 (jeonyeoke/ Di Waktu Malam) karya
Kim Gwang Seop, 서시 (seosi/ Prologue) karya Yoon Dong Joo, 아침 이슬 (achim iseul/ Embun Pagi) karya Kim Min Ki, dan 내 마음 (nae maeum/ Hatiku) karya Kim Dong Myeong.
Tinjauan Teoritis Pengertian stilistika menurut kamus istilah sastra terbitan Balai Pustaka adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya dalam karya sastra (Zaidan et al., 2000). Sudjiman (1993) dalam bukunya menyimpulkan bahwa wacana sastra (termasuk puisi) menggunakan bahasa sebagai pembentuknya, maka dapat dikaji secara linguistik. Kajian linguistik terhadap penggunaan bahasa pada karya sastra ini disebut kajian stilistika. Stilistika menjadi jembatan penghubung antara kajian linguistik dan kajian sastra yang selama ini dilakukan secara terpisah. Hal ini tampak masuk akal, tapi dalam perkembangannya, kajian stilistika sempat
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
5
mendapat pertentangan dari banyak pihak bahkan mungkin sampai sekarang. Pendekatan lingustik pada karya sastra dikhawatirkan dapat merusak keindahan dari karya tersebut. Namun, Widdowson (1997:134) menyatakan bahwa, “Ini tidak berarti bahwa analisa stilistika dapat menggantikan kritik sastra tetapi analisa stilistika dapat mempersiapkan jalan supaya kritik sastra itu dapat diberikan dengan lebih efektif”. Kajian linguistik memiliki cakupan yang luas. Wales (1989) mengungkapkan bahwa, “...just as style ca be viewed in several ways, so there are different stylistic approaches” (Thornborrow dan Wareing, 1998: 3). Berarti stilistika berkaitan dengan berbagai cabang dalam linguistik. Penelitian ini berfokus pada pola gramatikal pada wacana puisi, jika melihat pengelompokkan Simpson (2004) yaitu sesuai objek yang dianalisis, maka cabang linguistik yang dipakai dalam penelitian ini adalah morfologi dan sintaksis. Morfologi membahas mengenai struktur intern kata, sedangkan sintaksis membahas mengenai satuan bahasa yang lebih besar dari kata, bisa dikatakan sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antarkata (Kushartanti et al., 2007). Jika berbicara mengenai penggunaan bahasa dalam puisi, tidak bisa lepas dari sintaksis. Puisi tersusun atas satuan bait dan larik. Akan tetapi, satuan puisi tersebut berbentuk satuan sintaksis. Selain itu menurut Song (2005), seorang penyair biasanya mengekspresikan perasaan dan pendapatnya lewat kalimat. Maka, menganalisis puisi dari segi pembentukan satuan sintaksisnya dengan melihat struktur gramatikalnya sangat bisa untuk dilakukan. Secara umum, sintaksis memang meneliti mengenai bagaimana sebuah kalimat dapat terbentuk. Namun, dalam membentuk sebuah kalimat tidak bisa melupakan satuan yang lebih kecil dari kalimat untuk mengetahui dengan jelas bagaimana kalimat itu terbentuk. Berikut ini dijabarkan pembagian satuan sintaksis dalam bahasa Korea menurut Song Gwang Soo dan Kwon Jae Il. a. 어절 (eojeol) merupakan satuan
paling dasar penyusun sebuah kalimat yang
dipisahkan oleh spasi (Song, 2005). b. 구 (gu/ frasa) merupakan satuan yang dibentuk dari penggabungan dua satuan eojel atau lebih (Song, 2005). c. 절 (jeol/ klausa) merupakan satuan yang dibentuk atas subjek dan predikat dan berfungsi sebagai unsur dalam kalimat, tapi tidak dipakai secara terpisah (Song, 2005). d. 문장 (munjang/ kalimat) merupakan satuan yang secara lengkap mengekspresikan pikiran penulisnya (Song, 2005). Merujuk pada penjelasan dalam buku 외국인을 위한 한국어 문법 1 (Woegukineul wihan hangugo munbob 1/ Tata Bahasa Korea Untuk Orang Asing 1) yang dibuat oleh 국립국어원
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
6
(Gukripgugeowo/ Lembaga Nasional Bahasa Korea) (2005), kalimat dalam bahasa Korea memiliki unsur pembentuk sebagai berikut. 1) 주어 (jueo/ subjek) 2) 목적어 (mokjeogeo/ objek) 3) 서술어 (seosureo/ predikat) 4) 보어 (boeo/ pelengkap) 5) 관형어 (kwanhyeongeo/ adnominal) 6) 부사어 (busaeo/ adverbial) 7) 독립어 (dongribeo/ kata mandiri) Seperti dalam bahasa Indonesia, unsur utama kalimat dalam bahasa Korea adalah subjek dan predikat. Namun, sesuai dengan jenis kata yang menjadi predikatnya, ada kalimat bahasa Korea yang juga membutuhkan objek, adverbial atau pelengkap (Gukripgugeowon, 2005). Unsur pembentuk di atas disusun membentuk pola kalimat dasar dalam bahasa Korea sebagai berikut. 1.
Subjek-Predikat
2.
Subjek-Objek-Predikat
3.
Subjek-Adverbial-Predikat
4.
Subjek-Pelengkap-Predikat
5.
Subjek-Objek-Adverbial-Predikat
Salah satu cara dalam proses analisis stilistika adalah melihat bagaimana unsur-unsur bahasa dibentuk menjadi karya sastra. Penelitian ini khusus menggunakan karya sastra berupa puisi, sehingga proses analisis melihat bagaimana bagian puisi (larik maupun bait) disusun. Larik maupun bait puisi biasanya disusun menjadi kesatuan sintaksis. Maka, kita bisa menerapkan aturan sintaksis pada bagian puisi tersebut. Salah satu aturan sintaksis adalah struktur konstituen yaitu mengkaji susunan hierarki tiap unit dalam kalimat. Misalnya, sebuah kalimat jika diuraikan akan tampak secara hierarki terdiri dari unsur apa saja dan tingkatan penyusunannya. Teknik yang digunakan dalam analisis konstituen adalah teknik parsing, yaitu analisa secara sintaksis dengan menentukan struktur konstituennya (Valin, 2004). Koeshartanti et al., (2007) menyebut satuan analisis dalam sintaksis sebagai kategori gramatikal yang meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat. Kategori ini mengisi posisi dalam konstruksi bahasa, yaitu posisi subjek (S), predikat (P), objek (O), dll.
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
7
Contoh: Penerapan analisis konstituen pada kalimat dengan garis hubung 씬따-가
한국어-를
열심히
공부하 -아요
Sinta-ga hangugeo-reul yeolsimhi kongbuha-ayo N
Ptl S
N
Ptl O
Adv Advb
V
Akh P
(Kalimat) Kalimat ini terdiri merupakan kalimat tunggal. Kalimat ini memiliki struktur gramatikal S-OAdvb-P. Analisis konstituen membantu memahami proses pembentukan sebuah satuan sintaksis atau kategori gramatikal.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2007:1). “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci…”. Menurut Patton (1991), salah satu cara pengumpulan data dalam metode kualitatif adalah pemanfaatan dokumen tertulis. Penelitian ini menggunakan data dokumen tertulis yaitu berupa puisi-puisi Korea. Data tersebut dianalisis menggunakan salah satu analisis dalam bidang linguistik yaitu analisis konstituen. Kemudian hasil analisis dikumpulkan dan dikategorikan ke dalam bentuk tabel. Dari tabel akan tampak struktur dan pola gramatikal dari puisi Korea yang menjadi data analisis. Analisis ini dibantu dengan data kuantitatif yaitu berupa angka jumlah masingmasing struktur pembangun satuan sintaksis dalam puisi. Namun, karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola maka masih dikategorikan penelitian kualitatif (Sugiyono, 2007). Selain menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif. Nazir (1988:105) mengungkapkan bahwa, “penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat, di dalamnya termasuk studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu. Prastowo (2011:203) dalam bukunya merangkumkan pendapat beberapa ahli, “penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menangkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses, dan manusia secara “apa adanya” pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih memungkinkan dalam ingatan responden”.
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
8
Prosedur penelitian dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama adalah membaca semua wacana puisi Korea yang menjadi sumber data. Tahap kedua, menguraikannya menjadi satuan bagian puisi yang lebih kecil yaitu bait, bisa juga dibagi lagi menjadi tiap larik. Tahap ketiga, menguraikan setiap bait atau larik berdasarkan struktur sintaksisnya apakah berbentuk kalimat, klausa, atau frasa. Tahap selanjutnya yaitu menganalisis setiap satuan berdasarkan unsur pembangunnya atau konstituennya. Selanjutnya, setiap hasil analisis ini diolah untuk mengetahui kecenderungan pola gramatikal puisi Korea dalam buku teks pelajaran. Pengolahan hasil berupa tabel. Dari hasil tabulasi tersebut akan dideskripsikan
struktur
gramatikal puisi-puisi tersebut demi mengetahui kecenderungan pola gramatikal.
Hasil Penelitian
Hasil analisis dengan analisis konstituen pada 9 buah puisi Korea yang ada dalam buku teks pelajaran, bisa digolongkan ke dalam 54 satuan sintaksis. Terdiri dari 22 kalimat tunggal (KT), 27 kalimat majemuk (KM), 4 frasa nomina endosentris berinduk tunggal (FNE) , 1 frasa nomina koordinatif (FNK). Untuk lebih jelas, perhatikan tabel hasil klasifikasi berikut. Tabel 1 Tabel Struktur Gramatikal Satuan Frasa No
Bagian Puisi
1.
뜰에는 반짝이는 금모래 빛
Jenis Frasa FNE
(tteureneun banjjakineun
Keterangan Nomina 빛 (bit/ cahaya) menjadi induk frasa dan susunan kata di depannya menjadi penjelas.
geummorae bit) 2.
FNE
뒷문 밖에는 갈잎의 노래 (dwitmun bakkeneun
Nomina 노래 (norae/ lagu) menjadi induk frasa dan susunan kata di depannya menjadi penjelas.
karipheui norae) 3.
울긋불긋 꽃 대궐 차린 동네
FNE
(ulgeutbulgeut kkot daegwol
Nomina 동네 (dongne/ desa) menjadi induk frasa dan susunan kata di depannya menjadi penjelas
charin dongne) 4.
꽃 동네 새 동네 나의 옛
FNE
Nomina 고향 (kohyang/ kampung halaman) menjadi induk frasa dan susunan kata di depannya menjadi penjelas.
고향 (kkot dongne sae dongne naeui yet kohyang) 5.
복숭아꽃 살구꽃 아기 진달래 (boksungakkot
FNK
Merupakan gabungan dua nomina dan frasa nomina yang memiliki kedudukan setara dan semuanya menjadi induk.
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
9
salgukkot agi jindalae)
Tabel 2 Tabel Struktur Gramatikal Kalimat Tunggal No.
Bagian Puisi S
1.
O
엄마야 누나야 강변 살자 (eommaya nunaya kangbyeon
Unsur Pembentuk Kalimat P Advb Pel Adn Kman v v v
salja) 2.
v
엄마야 누나야 강변 살자 (eommaya nunaya kangbyeon
v
v
salja) 3.
나의 살던 고향은 꽃 피는 산골 (naeui saldeon
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
kohyangeun kkot phineun sangol) 4.
그 속에서 놀던 때가 그립습니다 (kesogeso noldeon ttaega geuripseumnida)
5.
그 속에서 놀던 때가 그립습니다 (kesogeso noldeon ttaega geuripseumnida)
6.
우리들은 모두 무엇이 되고 싶다 (urideureun modu muosi
v
doego siphta) 7.
너는 나에게 나는 너에게 잊혀지지 않는 하나의 눈짓이
v
v
되고 싶다. (noneun naege naneun noege ijhyojiji anhneun hanaeui nunjisi doego siphta) 8.
조금 심심할 때 하늘의 색깔을 바꿨어요 (jogeum
v
simsimhal ttae haneuleui saekkareul bakkwieosseoyo) 9.
저렇게 많은 별들 중에서 별 하나가 나를 내려다본다 (jeoreohke manheun byeoldeul jungeseo byeol hanaga nareul naeryeodabonda)
10.
이렇게 많은 사람 중에서 그 별 하나를 쳐다본다 (ireohke manheun saram jungeseo keu byeol hanareul chyeodabonda)
11.
죽는 날까지 하늘을 우러러 (jugneun nalkkaji haneureul ureoreo)
12.
그리고 나한테 주어진 길을 걸어가야겠다 (keurigo nahanthe jueojin kireul keoreokayagetta)
13.
오늘 밤에도 별이 바람에 스치운다 (oneul bamedo byeori barame sechiunda)
14.
나 이제 가노라 (na ije kanora)
v
v
15.
내 마음은 호수요 (nae maemeun hosuyo)
v
v
16.
그대 노 저어 오오 (keudae no jeoeo oo)
v
v
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
v v
v
10
17.
내 마음은 촛불이오 (nae maeumeun chotburiyo)
v
18.
그대 저 문을 닫아 주오 (keudae jeo muneul dada juo)
v
19.
내 마음은 나그네요 (nae maemeun nageneyo)
v
20.
그대 피리를 불어 주오 (kedae phirireul bureo juo)
v
21.
내 마음은 낙엽이오 (nae maeumeun nakyeopiyo)
v
22.
잠깐 그대의 뜰에 머무르게 하오 (jamkkan kedaeeui tteure
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
22
10
v
momureuge hao) Total
16
7
2
16
3
Tabel 3 Tabel Struktur Gramatikal Kalimat Majemuk No.
1.
Bagian Puisi
깊은 산 속 옹달샘 누가 와서 먹나요? (kipheun san sok ongdalsaem nuga waseo
Kls 1 Kls 2
Unsur Pembentuk Kalimat S O P A Pel Adn dv b v v v v v v
Kls 1 Kls 2
v v
Kls 1 Kls 2 Kls 3 Kls 4 Kls 5 Kls 6
v v v v v v
Kls 1 Kls 2
meknayo) 2.
맑고 맑은 옹달샘 누가 와서 먹나요? (malkko malkkeun ongdalsaem nuga waseo
v v
v v
v v v v v v
v v v v v v
v v
v v
v v
Kls 1 Kls 2
v v
v v
v v
Kls 1 Kls 2 Kls 3 Kls 4 Kls 5
v v v v v
v v v v v
v v v v v
Kls 1 Kls 2 Kls Adn
v
v v v
v
meoknayo) 3.
새벽에 토끼가 눈 비비고 일어나 세수하러 왔다가 물만 먹고 가지요 (sabyeoke thokkiga nun bibigo ireona sesuhareo watdaga mulman meokko kajiyo)
4.
깊은 산 속 옹달샘 누가 와서 먹나요? (kipheun san sok ongdalsaem nuga waseo
v
v
meoknayo) 5.
맑고 맑은 옹달샘 누가 와서 먹나요? (malkko malkkeun ongdalsaem nuga waseo meoknayo)
6.
달밤에 노루가 숨바꼭질 하다가 목마르면 달려와 얼른 먹고 가지요 (dalbame noruga sumbakkokjil hadaka mokmaremyeon dalyowa eoleun meokko kajiyo)
7.
파란 들 남쪽에서 바람이 불면 냇가의 수양버들 춤추는 동네 (pharan deul
v
naemjokeseo barami bulmyeon naetgaeui
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
v v
Kman
11
suyangbeodeul chumchuneun dongne) 8.
내가 그의 이름을 불러 주기 전에는 그는 다만 하나의 몸짓에 지나지 않았다
Kls Advb Kls Utama
v v
v
Kls Advb Kls 1 Kls 2
v v v
v
Kls Advb Kls S Kls Utama
v
v
v v
v v
(naega keui ireumeul buleo jugi jeonenun keuneun daman hanaeui momjise jinaji anatta) 9.
내가 그의 이름을 불러 주었을 때 그는 나에게로 와서 꽃이 되었다 (naega keui
v v v
v v v
ireumeul buleo jueoseul ttae keuneun naegero waseo kkochi doeeotta) 10.
내가 그의 이름을 불러 준 것처럼 나의 이 빛깔과 향기에 알맞는 누가 나의 이름을
v
v
v v v
v v v
v v
불러다오 (naega keui ireumeul buleo jun geotchereom naei i bitkkalgwa hyanggie almatneun nuga naeui ireumeul buleodao) 11.
그에게로 가서 나도 그의 꽃이 되고 싶다. (keuegero kaseo nado keui kkochi doego
Kls 1 Kls 2
v v
v
v v
v v
v
v v
v v
v
v
v
Kls 1 Kls 2 Kls 3
v v v
v
v v
Kls 1 Kls 2
v
v v
v
v
v v v
v v
v v
v
v v
v
v
v
v
siphta) 12.
파란 색을 아주 좋아해서 파란 하늘을 만들었어요. (pharan saekeul aju coahaeseo
Kls 1 Kls 2
pharan haneureul mandeureoseoyo) 13.
가벼운 것이 꿈처럼 마음에 들어서 구름을 만들었어요. (kabyeoun geosi kkumcheoreom
Kls 1 Kls 2
v
maeume deureoseo kureumeul mandeureoseoyo) 14.
너무 어두워서 해를 만들어 붙였어요. (neomu eoduwoseo haereul mandeureo bucyeosseoyo)
15.
자고 싶어서 해를 시계처럼 돌렸어요. (jago sipheoseo haereul sigyecheoreom dilyeoseoyo)
16.
해가 떠났을 때 슬퍼서 별을 만들어 걸었어요. (haega tteonaseul ttae seulpheseo
Kls Advb Kls 1 Kls 2
v
byeoreul mandeureo keoreoseoyo) 17.
피곤해서 풀 위에 누웠어요 (phigonhaeseo phul wie nuwosseoyo)
18.
하늘을 쳐다보니 너무 아름다워요. (haneureul cheodaboni neomu areumdawoyo)
Kls 1 Kls 2 Kls 1 Kls 2
v
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
v
12
19.
밤이 깊을수록 별은 밝음 속에 사라지고, 나는 어둠 속에 사라진다 (bami
Kls Advb Kls 1 Kls 2
v v v
v v v
v v
Kls 1 Kls 2
v v
v v
v v
Kls Advb Kls Utama
v v
v v
v
v v
v v
v
v
v v v
v
v
v v v
v
v v
v v
v
v v
v
v v
v v
v v
kipheulsurok byereun balkeum soge sarajigo naneun eodum soke sarajinda) 20.
이렇게 정다운 너 하나 나 하나는 어디서 무엇이 되어 다시 만나랴 (ireohke
v
v v
jeongdaun neo hana na hananeun eodiseo mueosi doeeo dasi mannarya) 21.
한 점 부끄럼이 없기를 잎새에 이는 바람에도 나는 괴로워했다 (han jeom bukkereomi eopgireul ipsaee ineun baramedo)
22.
별을 노래하는 마음으로 모든 죽어 가는 것을 사랑해야지 (byeoreul noraehaneun
Kls Advb Kls Utama
maeumero modeun jogo kaneun geoseul saranghaeyaji) 23.
긴 밤 지새우고 풀잎마다 맺힌 진주보다 더 고운 아침 이슬처럼 내 맘의 설움이
Kls Advb Kls 1 Kls 2
v
v
알알이 맺힐 때 아침 동산에 올라 작은 미소를 배운다 (kin bam jisaeugo phuripmada maejhin jinjuboda deo goun achim iseulcheoreom nae mameui seoreumi arari maejil ttae achim dongsane ola jageun misoreul baeunda) 24.
저 거친 광야에 서러움 모두 버리고 나 이제 가노라 (jeo geochin gwangyae
Kls 1 Kls 2
v
Kls 1 Kls 2
v v
v
Kls 1 Kls 2
v
v v
v v
v v
Kls 1 Kls 2
v v
v
v v
v v
seoreoum modu beorigo na ije kanora) 25.
나는 그대의 횐 그림자를 안고 옥같이 그대 뱃전에 부서지리다 (naneun keudaeeui hwin geurimjareul ango okkachi keudae baetjeone buseojirida)
26.
나는 달 아래 귀를 기울이며 호젓이 나의 밤을 새이오리다 (naneun dal arae kwireul kiurimyeo hojeosi naeui bameul saeiorida)
27.
이제 바람이 일면 나는 또 나그네같이 외로이 그대를 떠나리다 (ije barami ilmyeon naneun tto nagenekachi woeroi kedaerueul tteonarida)
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
13
Total
70
48
23
70
50
3
26
0
Tanda centang (v) menandakan bahwa kalimat tersebut mengandung unsur pembentuk kalimat yang dicentang.
Pembahasan A. Satuan Frasa Frasa-frasa ini berdiri sendiri sebagai sebuah kesatuan dan tidak tergabung dalam kalimat. Sebenarnya di dalam satuan kalimat sangat banyak frasa yang menempati posisi adnominal atau adverbial. Kelima frasa yang berdiri sendiri ini semuanya berbentuk frasa nomina. Semua susunan kata yang ada di depan nomina induk frasa merupakan penjelas bagi nomina itu. Frasa-frasa ini sebagian besar disusun oleh bentuk nomina, prenomina, frasa nomina dan adnominal. B. Satuan Kalimat Sebagian besar dari puisi-puisi ini disusun dalam bentuk kalimat. Terdapat 22 kalimat tunggal dan 27 kalimat majemuk. Masing-masing kalimat memiliki unsur kalimat yang beragam. Dari 22 kalimat tunggal, semuanya memiliki unsur predikat, ini sesuai dengan teori bahwa selain subjek, inti dari sebuah kalimat adalah pada predikatnya, sehingga predikat sama sekali tidak bisa dihilangkan (Gukripgugeowon: 2005). Untuk unsur subjek, dari 22 kalimat ini, ada 16 kalimat yang mencamtumkan subjek dan 6 yang tidak mencantumkan. Namun, apabila dilihat lebih detail unsur subjek bisa tampak. Contoh kalimat :
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
14
Thoma De France, Haneul, bait 4 Memang tidak nampak unsur subjek di kalimat ini, tapi jika melihat puisi biasanya adalah curahan hati dari seorang penyair, bisa simpulkan jika subjek dalam kalimat ini adalah penyair sendiri yang memakai pronomina persona pertama, bisa 저 (jeo/saya) atau 나 (na/aku). Adapula kalimat yang unsurnya menghilangkan penanda fungsi yang bisa berupa partikel, akhiran, maupun kopula, tapi dari struktur kalimat atau unsur penyusun yang lain kita bisa mengidentifikasi kata atau frasa tersebut berfungsi sebagai apa. Di antara puisi-puisi yang diteliti, terdapat kalimat yang menghilangkan penanda predikat. Namun, sama seperti kasus pada subjek di atas, melalui struktur kalimatnya kita bisa menentukan predikatnya. Contoh kalimat:
Lee Won Soo, Kohyange Bom, bait 1 larik 1 Kalimat ini menghilangkan kopula –이다 (-ida) penanda predikat yang seharusnya menempel pada kata 산골 (sangol/ desa gunung). Kalimat-kalimat yang terbentuk menggunakan pola dasar yang sudah dibahas di bab 2. Selain menggunakan unsur utama kalimat yaitu subjek dan predikat, kalimat-kalimat dikembangkan dengan menggunakan unsur objek dan pelengkap. Unsur kata mandiri hanya sedikit saja keluar. Selain itu, unsur penjelas yaitu adverbial dan adnominal banyak digunakan, baik berbentuk kata, frasa, maupun klausa. Penjelas ini berfungsi menjelaskan unsur kalimat yang lain (S, O, P, Pel). Berikut contoh kalimat yang menggunakan frasa sebagai penjelas unsur kalimat. Contoh kalimat:
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
15
Kim Dong Myeong, Nae Maem, bait 1 larik 1 Pada 27 kalimat majemuk yang tersusun lagi atas 70 klausa, semuanya memiliki unsur predikat. Subjek yang tampak ada pada 48 klausa. Kalimat dikembangkan tidak hanya dengan klausa yang setara, yaitu yang dipisahkan dengan akhiran konjungtif. Namun, ada pula klausa yang berfungsi sebagai penjelas yaitu adverbial dan adnomina. Contoh kalimat:
Kim Choon Soo, Kkot, bait 2 Mengenai jenis akhiran, puisi-puisi ini menggunakan akhiran yang berbeda-beda. Muncul akhiran khas dari puisi seperti, -랴 (-rya), -오 (-o), –리다 (-rida), -라 (-ra), dll. Akhiran ini dipakai untuk menghasilkan bunyi yang indah pada puisi. Selain itu, tampak ketidakkonsistenan dalam penggunaan akhiran dalam sebuah wacana puisi. Jika kita biasa melihat penggunaan akhiran yang konsisten pada sebuah wacana, berbeda dengan wacana puisi. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas puisi dibanding dengan wacana lain.
C.
Kecenderungan Pola Gramatikal
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
16
Berdasarkan analisis konstituen dan penjabaran melalui tabel, dapat dilihat beberapa bentuk kecenderungan pola pada puisi-puisi yang terdapat dalam buku teks pelajaran. Bentuk kecenderungan itu adalah sebagai berikut. 1)
Predikat Sebagai Unsur Utama Kalimat
Jelas terlihat dari hasil tabulasi, jika dari 49 kalimat yang ada, semuanya mengandung unsur predikat. Ini menunjukkan jika predikat menjadi unsur utama kalimat. 2)
Kesatuaan Kalimat Disesuaikan Keindahan Bentuk
Larik yang satu dan yang lain bisa saling berhubungan menjadi kesatuan kalimat. Terkadang penyair menempatkan terpisah sesuai keinginannya. Contoh: Bait ini terdiri dari beberapa larik, tapi jika dilihat secara satuan sintaksis, bait ini merupakan sebuah kalimat majemuk 긴 밤 지새우고 풀잎마다 맺힌 진주보다 더 고운 아침 이슬처럼 내 맘의 설움이 알알이 맺힐 때 아침 동산에 올라 작은 미소를 배운다 Kim Min Ki, Achim Iseul, bait 1
Dari total 49 kalimat, ada 27 kalimat yang penulisannya terpisah menjadi beberapa larik. Ini menjadi kekhasan pada puisi dibanding wacana tulis lain. 3)
Bentuk Akhiran Yang Beragam
Jika pada wacana tulis lain memiliki konsistensi dalam penggunaan akhiran, puisi memiliki bentuk akhiran yang beragam. Contoh akhiran yang khas pada puisi Korea : -랴 (-rya), -오 (-o), –리다 (-rida), -라 (-ra), dll. Contoh ketidakkonsitenan akhiran:
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
17
내 마음은 촛불이 요 그대 저 문을 닫아 주오 나는 그대의 비단 옷자락에 떨며 고요히 최후의 한 방울도 남김 없이 타오리 라
내 마음은 나그네요 그대 피리를 불어 주오 나는 달 아래 귀를 기울이며 호젓이 나의 밤을 새이오리 다
Kim Dong Myeong, nae maeum, bait 2-3 4) Penghilangan Unsur Pembentuk Kalimat Atau Frasa Mengingat bahasa puisi syarat makna dan terbatas, penyair terkadang menghilangkan beberapa unsur pembentuk dalam kalimat atau morfem. Dari puisi-puisi yang dianalis, unsur yang sering dihilangkan adalah partikel dan subjek. a. Penghilangan partikel Terdapat 14 kalimat yang menghilangkan partikel. Terdiri dari partikel -에(e), 을/를 (eul/reul), 이/가 (i/ga), 와/과 (wa/ gwa), dan 의(eui). Contoh: -
강변(Ptl) 살자 Pada kalimat di atas, partikel penunjuk keterangan tempat 에(e) dihilangkan.
b. Penghilangan subjek Seperti yang telah dibahas sebelumnya, banyak kalimat dalam puisi-puisi yang dianalisis tidak terdapat unsur subjek. Dari 22 kalimat tunggal, hanya 16 kalimat yang memiliki unsur subjek. Dari 27 kalimat majemuk (total 70 klausa), terdapat 48 klausa yang memiliki unsur subjek. 5)
Unsur Gramatikal Yang Hampir Sama
Jika melihat unsur gramatikal pembentuk kalimat, banyak kalimat yang memiliki unsur gramatikal yang hampir sama maupun sama Contoh kalimat:
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
18
Yoon Seok Jung, Ongdalsaem, bait 1 larik 1-2
Yoon Seok Jung, Ongdalsaem, bait 1 larik 3-4
2 kalimat di atas memiliki unsur pembentuk yang sama yaitu: Advb (FN)-Kls 1(S-P)-Kls 2(P).
Kesimpulan
Bahasa merupakan sistem teratur yang di dalamnya memiliki serangkaian aturan. Aturan ini tampak pada struktur gramatikal yang menjadi penyusun satuan-satuan bahasa. Puisi merupakan salah satu produk bahasa yang memanfaatkan unsur-unsur bahasa sebagai pembentuknya. Penelitian ini berusaha melihat puisi dari segi penggunaan bahasa, khususnya dari segi struktur dan pola gramatikal. Penelitian ini menggunakan cara pandang seperti stilistika. Namun, lebih berfokus pada pola gramatikal yang digunakan pada wacana puisi. Hasil dari analisis konstituen yang berpatokan pada aturan yang ada pada morfologi dan sintaksis, penulis menemukan beberapa hal mengenai pola gramatikal dalam puisi Korea yang terdapat dalam buku teks pelajaran bahasa Korea untuk orng asing. Kesembilan puisi ini terdiri dari 49 kalimat dan 5 frasa. Kalimatnya masih terbagi lagi menjadi 22 kalimat tunggal dan 27 kalimat majemuk, sedangkan kelima frasa semuanya merupakan frasa nomina. Kalimat-kalimat tersebut
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
19
tersusun atas unsur-unsur pembentuk kalimat dan unsur yang ada di semua kalimat adalah predikat. Analisis juga menunjukkan jika ada beberapa kecenderungan pola gramatikal yang muncul pada puisi Korea. Kecenderungan itu adalah pertama, predikat menjadi unsur utama kalimat. Kedua, kesatuan kalimat terpisah disesuaikan dengan keindahan bentuk. Ketiga, bentuk akhiran yang beragam. Keempat, penghilangan unsur pembentuk kalimat atau frasa. Kelima, unsur pembentuk gramatikal yang hampir sama dari beberapa larik dalam beberapa puisi. Selain hal-hal yang tampak lewat hasil analisis konstituen di atas, penulis juga menemukan keterkaitan antara pola gramatikal dari puisi-puisi yang ada dalam buku teks pelajaran ini dengan proses pemelajaran bahasa. Struktur gramatikal dari puisi-puisi ini tampak masih mempertahankan struktur sintaksis atau tata kalimat standar. Selain itu, kalimat-kalimat dalam puisi-puisi tersebut mengandung setiap unsur pembentuk kalimat dalam bahasa Korea. Hal ini menunjukkan jika puisi-puisi dalam buku teks pelajaran ini tidak hanya bisa digunakan untuk kegiatan apresiasi puisi, tapi bisa juga digunakan dalam pemelajaran tata bahasa. Terlebih lagi bagi orang asing yang mempelajari bahasa Korea. Kalimat-kalimat yang ada dalam puisi-puisi ini bisa menjadi contoh dalam penggunaan tata bahasa. Penggunaan puisi sebagai salah satu sarana dalam pemelajaran tata bahasa mungkin akan terkendala dengan beberapa bentuk penyimpangan dari tata bahasa, seperti penghilangan beberapa unsur dalam kalimat dan ketidakkonsistenan dalam penggunaan akhiran. Namun, dengan mencoba analisis konstituen, tidak hanya akan membantu pemelajaran dalam mengerti pola gramatikal, tapi juga membantu dalam proses awal memahami sebuah puisi. Kepustakaan
Korpus Data 언어교육원. (2005). 한국어 3. 서울: 문진미디어. (Seouldaehakkyo eonokyoyukwon. (2005). Hanguk-eo 3 2nd Ed. Seoul: Moonjinmedia.
서울대학교
________.(2005). 한국어 4. 서울: 문진미디어. (Seouldaehakkyo (2005). Hanguk-eo 4 2nd Ed. Seoul: Moonjinmedia.
eonokyoyukwon.
Sumber Buku 국립국어원.
(2005). 외국인을 위한 한국어 문법 1 . 서울: 커무니케이션북스. (Gukripgugeowon. (2005). Woegugineul wihan hangugeo munbob 1 . Seoul: CommunicationBooks).
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
20
권재일. (2011). 한국어 통사론. 서울: 민음사. (Kwon, Jae Il. (2011). Hangugeo Thongsaron.
Seoul: Minumsa). 성광수. (2005). 시와 그림이 있는 한국어 표현 문법 . 서울: 한구문화사 (Song, Gwang Soo.
(2005). Siwa Geurimi itneun Hangueo Pyohyeon Munbeob. Seoul: Hangukmunhwasa). 한재영, 안경화, 박지영. (2010). 한구어학. 상남.: 신구문화사. (Han, Jae Yeong, Ahn Jae
Yeong dan Park Ji Yeong. (2010). Hangugeohak. Seongnam: shingumunhwasa). Aminuddin. (1995). Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Semarang: IKIP Semarang Press.
Sastra.
Ho, Min Sohn. (1999). The Korean Language. Cambridge: Cambridge University Press. Kooij, Dick J.G. (1994). Algemene taalwatenschap.(Terj. T.W Kamil). Jakarta: RUL. Kim-Renaud, Young Key. (2009). Korean An Essential Grammar. New York: Routledge. Kushartanti., et al. (2007). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Lingusitik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lee, Ik Sop dan Ramsey, S. Robert. (2000). The Korean Language. New York: State University of NewYork Press. Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian Cet. 3. Jakarta: Ghalia Indonesia. Patton, Michael Quinn. (1991). How to Use Qualitative Methods in Evaluation. (Terj. Budi Puspo Priyadi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prastowo, Andi. (2011). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoretis dan Praksis. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. Simpson, Paul. (2004). Stylistics: A Resource Book For Students. London: Routledge. Sudjiman, Panuti. (1993). Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Thornborrow, Joanna dan Shan Wareing. (1998). Patterns In Language: An Introduction To Language And Literary Style. New York: Routledge. Valin, Robert D. Van Jr. (2004). An Introduction to Syntac. Cambridge: Cambridge University Press. Widdowson, H.G. (1997). Stylistics and the Teaching of Literature. (Terj. Sudijah). Surabaya: Airlangga University Press. Zaidan, Abdul Rozak, Anita K.Rustapa, Hani’ah. (2000). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
21
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014
22
Analisis kecenderungan.…, Kristanti, FIB UI, 2014